BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara- negara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan budayanya yang unik sambil mengintegrasikan masukan-masukan dari luar. Gaya hidup orang Jepang dewasa ini merupakan perpaduan budaya tradisional di bawah pengaruh Asia dan budaya modern Barat. Meskipun demikian, budaya tradisional Jepang sampai saat ini masih berjaya dan salah satunya di bidang seni pertunjukan. Beberapa seni pertunjukan tradisional Jepang yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah noh, kyogen, kabuki, dan bunraku. Noh adalah drama nyanyian dan tari yang menggunakan topeng. Pertunjukan noh menampilkan cerita roman Jepang kuno tentang latar belakang orang-orang Budha dalam bentuk simbolik dan gaya baru. Dalam pementasan teater, pemakaian topeng disesuaikan dengan lirik lagu dan dialog yang disampaikan (utai) dan penari (mai) menari dengan gerakan yang lambat sesuai dengan tempo musik (hayashi). Pertunjukan kyogen adalah pertunjukan humor sehat yang menggambarkan gaya hidup sehari-hari pada periode Muromachi (1394-1966). Pertunjukan kyogen berupa drama lisan yang menimbulkan tawa dan merupakan drama komedi yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat 1 feodal. Kyogen bersifat realistis dan menggambarkan kehidupan manusia sebenarnya. Kyogen ( 狂 言 ) memiliki arti kata-kata yang menyindir. Kyogen merupakan bagian dari sebuah drama komedi yang diselipkan dalam pertunjukan Noh. Kostum para pemain pada pertunjukan Kyogen sebagian bewarna terang dan memiliki pola-pola yang menarik. Pemilihan kostum ditentukan berdasarkan jenis karakter yang akan ditampilkan. Seni pertunjukan Jepang lainnya adalah kabuki. Pertunjukan kabuki adalah pertunjukkan yang mengkombinasikan antara seni musik, tari, dan drama, yang dipertunjukkan pada panggung spektakuler. Ciri khas dari pertunjukan kabuki adalah pemainnya menggunakan riasan wajah yang mencolok. Semua pemainnya diperankan oleh para lelaki yang memerankan sebagai wanita. Selain noh, kabuki, dan kyogen pertunjukan tradisional Jepang lainnya adalah bunraku. Di antara pertunjukan tersebut, bunraku merupakan seni pertunjukan yang memainkan sebuah boneka melalui tiga orang dalang. Para pemain noh, kabuki, dan kyogen diperankan oleh manusia sebagai unsur utama dalam pertunjukkan. Bunraku disebut dengan ningyo joruri, ningyo memiliki arti boneka dan joruri dapat diartikan sebagai gaya nyanyian drama yang berkolaborasi dengan alat musik shamisen. Koordinasi dari tiga dalang yang menggerakkan satu buah boneka, membuat satu kesatuan dari tiga komponen pergerakan, antara kata-kata dan musik, penggabungan antara dalang dan narator, narator dan pemain shamisen, dan pemain musik dan boneka. 2 Seni pertunjukan boneka bunraku adalah suatu pertunjukan yang dikenal oleh masyarakat umum menengah. Pertunjukan bunraku berkembang di Osaka pada tahun 1984, diawali dengan didirikannya sekolah khusus untuk para dalang, narator, dan musisi. Pertunjukkan bunraku pada waktu itu sering dipentaskan dalam acara festival sebagai upacara religius untuk acara selingan yang menarik untuk perjamuan tamu. Cerita bunraku bertemakan tentang pengorbanan, kesetiaan, kepahlawanan, tekanan pada kehidupan manusia, dan bahasa yang dipakai bersifat puitis.. Karya cerita bunraku yang terkenal berjudul Sonezaki Shinjuu ditulis oleh seorang dramawan bernama Chikamatsu Monzaemon pada tahun 1703 di Osaka. Koordinasi antara dalang, narator, alat musik shamisen, dan pemeran utama boneka membuat sebuah kolaborasi yang menarik dalam pertunjukan. Boneka bunraku disebut menarik karena dalam satu bagian badan boneka bisa difungsikan untuk memerankan berbagai karakter dengan cara mengganti berbagai jenis kepala yang dikehendaki dalam memainkan suatu karakter. boneka bunraku memiliki jenis kepala yang bervariasi, disesuaikan dengan penggolongan jenis umur dan karakter. Hal tersebut dilakukan hanya dengan mengganti bagian kepala saja dan sesuai dengan karakter yang diinginkan. Masing-masing bagian dari anggota tubuh boneka bunraku dapat dipasang dan dilepas kembali. Selain itu, boneka bunraku juga memiliki mekanisme sistem gerak pada wajah, sendi-sendi ke dua belah tangan, kaki, dan jari-jari tangan. Dalam menggerakkan sebuah boneka bunraku, dibutuhkan tiga orang dalang (ningyozukai) terdiri dari kepala dalang (omozukai), asisten pertama 3 (hidarizukai), dan asisten kedua (ashizukai). Masing-masing dalang memiliki peran masing-masing dalang untuk penggerak boneka. Selain itu, dalang juga mempersiapkan kostum yang akan dipakai sebelum boneka digunakan pada saat pementasan. Untuk menjadi profesi sebagai dalang dibutuhkan waktu yang lama. Selain boneka, perlengkapan penting lainnya dalam pertunjukan bunraku adalah alat musik. Alat musik berfungsi untuk mengiringi jalannya cerita dalam pertunjukan bunraku adalah shamisen. Shamisen adalah alat musik berdawai yang memiliki tiga senar dan dimainkan dengan cara dipetik. Shamisen yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan bunraku adalah jenis shamisen yang bernama futazao karena jenis ini memiliki ukuran yang paling besar dan memiliki nada rendah. Selain alat musik, pendukung lainnya adalah narator. Narator bertugas untuk mengatur percakapan boneka pada saat pertunjukan termasuk dalam memberikan seni bernyanyi dan mengekspresikan karakter boneka antara lain seperti marah, bahagia, dan sedih. Narator juga menyampaikan cerita yang akan dimainkan kepada para penonton dengan berbagai adegan dan menjelaskan latar belakang dibalik cerita atau peristiwa yang terjadi. Seorang narator harus dapat menyampaikan kesan karakter kuat para pemain kepada penonton. Dari penjelasan diatas, Boneka bunraku sangat menarik untuk dibahas karena memiliki keunikan-keunikan kepala, tangan, dan kaki boneka bunraku bisa dipasang dan dilepas kembali disesuaikan dengan karakter yang ingin dimainkan dalam pertunjukan. Jenis, kepala dan tangan juga bermacam-macam sesuai karakter yang dibutuhkan dalam cerita. Selain itu perlu dalang yang terlatih untuk 4 menggerakkan boneka bunraku karena boneka tersebut memiliki mekanisme gerak yang rumit. Oleh karena itu dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tentang boneka bunraku dan bagian-bagiannya, dengan terlebih dahulu menjelaskan sejarah perkembangan pertunjukan Bunraku. 1.2 Pokok Bahasan a. Bagaimana sejarah dan perkembangan pertunjukan boneka bunraku ? b. Apa saja bagian-bagian boneka bunraku? 1.3 Tujuan Penulisan a. Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan pertunjukan boneka bunraku. b. Mendeskripsikan bagian-bagian boneka bunraku. 1.4 Metode penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah metode kualitatif yaitu dengan studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari berbagai sumber referensi yaitu buku-buku tentang boneka bunraku, majalah, artikel, dan referensi pustaka terkait lainnya. Selain itu juga menggunakan media internet yang diambil dari beberapa website yang terkait dengan tema yang dibahas. 5 1.5 Sistematika penulisan Tugas akhir ini terdiri dari empat bab. Diawali bab I yang berisi tentang pendahuluan, terdiri atas lima sub bab yaitu latar belakang masalah, pokok bahasan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika pemulisan. Bab II menjelaskan tentang sejarah pertunjukan boneka bunraku. Bab III berisi tentang bagian dan jenis-jenis boneka bunraku dan bab IV adalah kesimpulan. 6