Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Makna boneka Daruma dalam dunia politik Jepang dapat terlihat dalam penelitian ini dengan berbagai keterangan dari berbagai ciri-ciri fisik dari boneka Daruma tersebut. Boneka Daruma dibuat berdasarkan bentuk dan ciri-ciri fisik dari seorang biarawan Buddha yang bernama Bodhidharma ketika ia membawa masuk ajaran Zen dari China ke Jepang. Ajaran tersebut akhirnya dikenal luas oleh masyarakat Jepang sampai hari ini. Melalui boneka Daruma pula ajaran Zen dapat mengakar pada masyarakat Jepang dengan penggunaannya pada berbagai situasi dalam kehidupan, sebagai hadiah pemberian, sebagai boneka pengharapan, pembawa semangat dan keberuntungan serta sebagai simbol kemenangan dalam dunia politik Jepang. Masing-masing dari ciri-ciri fisik dari boneka Daruma tersebut memberikan makna Buddha serta membawa pesan-pesan tersendiri bagi masing-masing pemiliknya. Ciri-ciri fisik dan makna dari boneka Daruma tersebut dibuat sesuai dengan Bodhidharma, yaitu: 1. Tanpa kedua bola mata. Hal ini sesuai dengan Bodhidharma yang memotong kedua kelopak matanya karena pada saat meditasi ia sering jatuh tertidur sesaat. Hal ini memiliki makna pada boneka Daruma yaitu mengajak masing-masing orang yang memiliki boneka Daruma untuk melihat segala kejadian dan 71 menghadapi masalah tidak hanya dapat dilakukan dengan kedua mata saja, melainkan dengan mata batin masing-masing orang tersebut. 2. Bentuk badan yang bulat. Hal ini dibuat sesuai dengan Bodhidharma yang tanpa kaki dan kedua tangan, sehingga yang tersisa hanya badannya saja. Hal ini memiliki makna pada boneka Daruma yaitu memberikan semangat pada masing-masing pemilik boneka Daruma untuk pantang menyerah di dalam menghadapi segala masalah di dalam hidup maupun tantangan yang harus dihadapi oleh masing-masing orang tersebut. 3. Tanpa kedua kaki dan tangan. Hal ini sesuai dengan Bodhidharma pada saat melakukan meditasi selama sembilan tahun hingga kedua kaki dan tangannya melayu. Hal ini memiliki makna pada boneka Daruma yaitu mengingatkan setiap pemiliknya untuk melakukan Dharma dengan penuh kesadaran untuk mencapai pencerahan atau suatu hal yang baik dengan serta menjalankan ajaran-ajaran Buddha yang terdapat dalam sepuluh Paramita. 4. Boneka Daruma dengan warna merah. Hal ini sesuai dengan Bodhidharma yang selama meditasi menggunakan kain berwarna merah. Hal ini memiliki makna pada boneka Daruma yaitu melalui warna merah berarti memberikan kita keceriahan, semangat yang berkobar dalam menjalankan suatu pekerjaan, serta mengingatkan kita untuk menjaga segala ucapan kita untuk tidak menyinggung orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang telah diucapkan. 72 Boneka Daruma biasanya di jual pada awal tahun dengan kedua mata yang belum dilukis. Ketika seseorang yang membeli boneka tersebut memiliki pengharapan, biasanya mata sebelah kiri pada boneka Daruma akan dilukis, dan kemudian pada akhir tahun setelah mencapai kesuksesan atas pengharapannya tersebut, mata kedua pada boneka Daruma akan dilukis. Pada akhir tahun, boneka Daruma akan dibakar di api suci di kuil-kuil Buddha atau yang disebut dengan bonfire. Pada penelitian ini diketahui bahwa pada awalnya boneka Daruma dibuat oleh masyarakat Jepang, tepatnya di kota Takasaki, untuk meringankan kemiskinan di kota tersebut, kemudian boneka Daruma dikenal oleh masyarakat luas sebagai hadiah pemberian pada perayaan-perayaan seperti Hari Ulang Tahun, Natal dan Tahun Baru. Boneka Daruma dapat dijumpai di berbagai tempat pada masyarakat Jepang, kemudian karena makna Buddha yang terkandung di dalamnya, serta boneka Daruma dikenal sebagai simbol semangat, pengharapan dan keberuntungan, hingga pada akhirnya dipakai oleh para pemimpin maupun politisi-politisi sebagai simbol kemenangan dalam dunia politik di Jepang. Para politisi-politisi di Jepang pada masing-masing kampanye politiknya biasanya memakai boneka Daruma dengan ukuran besar untuk mempertunjukkan pada pendukungnya maupun masyarakat luas akan pengharapannya dan juga kesuksesan atas pengharapannya tersebut. Boneka Daruma tersebut membawa makna Buddha melalui sepuluh Paramita serta Dasa Raja Dhamma bagi setiap pemimpin dan politisi-politisi di Jepang, supaya pantang menyerah dan mengingat ajaran 73 Buddha dalam setiap langkahnya untuk tidak mementingkan kepentingan pribadi tetapi demi kemajuan serta kesejahteran bangsa dan negaranya. 4.2 Saran Penelitian ini penulis melakukan karena rasa ingin tahu saya terhadap pengaruh yang ada pada boneka Daruma, khususnya makna Buddha yang terkandung di dalamnya, pada masyarakat Jepang, terutama pada dunia politik Jepang serta makna Buddha. Selain untuk menambah wawasan dan rasa keingintahuan pembaca terhadap boneka Daruma, penelitian ini juga memberikan pengetahuan akan ajaran-ajaran Buddha dalam kehidupan kita sehari-hari. Setelah melihat perjalanan Bodhidharma dalam masyarakat Jepang hingga terciptanya boneka Daruma, penulis menyarankan untuk peneliti selanjutnya apabila ingin meneliti tentang boneka Daruma, bisa meneliti lebih lanjut tentang nilai agama Buddha terhadap manfaat boneka Daruma bagi masyarakat Jepang pada abad ke-17. 74