Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) ANALISIS PORTOFOLIO MENGGUNAKAN INDEKS TUNGGAL UNTUK OPTIMALISASI SAHAM PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI BEI Moch. Erric Valdino [email protected] Prijati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research is entitled “Portfolio Analysis with Single Index Model to Select Optimal Stock at Telecommunication Companies in Indonesia Stock Exchange”. The purpose of this research is to apply single index model to form optimal stocks in considering stock investment at telecommunication companies in Indonesia Stock Exchange. The data is the Composite Stock Price Index (IHSG), dividend sharing, individual stock price, and interest rate in 2010-2012. This research is conducted in Indonesia Stock Exchange (BEI) at STIESIA (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia) Surabaya. The calculation is carried out by using profit rate formulas and individual stock risk rate. Then, the Excess Return to Beta (ERB) value and Cut off Point (Ci) is calculated. Stock which has ERB is bigger than Ci is categorized in optimal portfolio. The results of the research of 6 samples companies have obtained 2 optimal stocks which have ERB value higher than Ci value. The stock which is categorized in optimal portfolio is PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk and PT. Indosat Tbk has profit rate 0.1578 and risk rate is 0.1160. Keywords: Single Index Model, Investment, Stock ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Analisis Portofolio Dengan Model Indeks Tunggal Untuk Memilih Saham Optimal Pada Perusahaan Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah mengaplikasikan model indeks tunggal untuk membentuk sahamsaham yang optimal dalam pertimbangan investasi saham pada perusahaan telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Data dalam penelitian yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pembagian dividen, serta harga saham individu dan tingkat suku bunga tahun 20102012. Penelitian ini berlokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdapat di STIESIA (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia) Surabaya. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus tingkat keuntungan dan tingkat risiko saham individu. Setelah itu menghitung menghitung nilai Excess Return To Beta (ERB) dan Cut Off Point (Ci). Saham yang memiliki ERB lebih besar daripada Ci masuk dalam kategori portofolio optimal. Hasil penelitian dari 6 perusahaan yang menjadi sampel diperoleh 2 saham yang optimal yaitu saham yang memiliki nilai ERB lebih tinggi daripada nilai Ci. Saham yang masuk dalam portofolio optimal adalah PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Indosat Tbk dengan tingkat keuntungan sebesar 0,1578 dan tingkat risiko sebesar 0,1160. Kata Kunci: Model Indeks Tunggal, Investasi, Saham Pendahuluan Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 2 sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Ada beberapa daya tarik pemodal untuk melakukan investasi dalam pasar modal. Pertama, pasar modal diharapkan akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka ( Husnan, 2005:3 ). Dalam dunia bisnis yang sebenarnya hampir semua melakukan investasi mengandung unsur ketidak pastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya. Pengembalian dan risiko memiliki hubungan yang sangat erat dimana semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan maka semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi, jadi antara pengembalian dan risiko tidak dapat dipisahkan. Adanya perbedaan dalam memandang risiko ini maka perlu adanya pengelolaan kesempatan investasi, yaitu dengan penciptaan berbagai pengelolaan investasi alternatif. Dengan adanya keadaan tersebut, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Dalam menghadapi risiko, investor akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu investor yang menghindari risiko, investor yang mempertimbangkan risiko, dan investor yang menyukai risiko. Salah satu karakterikstik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk portofolio investasi. Artinya, pemodal dapat dengan mudah menyebar (melakukan diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Diversifikasi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai saham dalam portofolio mereka karena pada umumnya para investor tidak seluruhnya menginvestasikan dananya pada satu saham. Tujuan melakukan diversifikasi saham adalah untuk mengurangi risiko yang terjadi jika investor hanya menginvestasikan seluruh dananya pada satu saham dan ternyata mengalami penurunan yang tidak terduga sehingga akan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Investasi dalam saham juga mendatangkan keuntungan berupa capital gain ( loss ) dan yield. Capital gain ( loss ) adalah pendapatan yang diterima investor dari kelebihan harga jual atau harga beli saham sedangkan yield merupakan pendapatan yang diterima investor secara periodik, biasanya dalam bentuk dividen atau bunga. Dividen adalah sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dan biasanya dibagikan sekurangkurangnya sekali dalam setahun. Dari keuntungan-keuntungan tersebut menjadi alasan yang kuat bagi investor untuk mengembangkan modalnya pada bursa saham. Investor memilih portofolio yang memberi kepuasan melalui risiko dan return. Dengan portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama, mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih rendah. Menurut Tandelilin (2010:157) Portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien. Portofolio optimal merupakan sesuatu yang unik atas investasi pada aset berisiko. Untuk menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur portofolio. Model-model analisis portofolio yang dapat digunakan oleh investor antara lain adalah model Markowitz dan model indeks tunggal. Model Markowitz membatasi pilihan investor hanya pada portofolio yang terdiri dari aset berisiko, padahal pada kenyataannya investor bebas memilih portofolio yang juga terdiri dari aset bebas risiko. Sedangkan Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks pasar. Menurut Jogiyanto (2010:339) Model indeks tunggal merupakan penyederhanaan dari model Markowitz. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Kebalikannya juga benar, yaitu jika indeks harga saham turun, kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Asumsi-asumsi dari model indeks Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 3 tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas-sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek di luar pasar, melainkan karena mempunyai hubungan yang umum terhadap indeks pasar yang searah dengan perubahan IHSG. Model indeks tunggal ini dapat diterima dan mewakili kenyataan sesungguhnya tergantung dari seberapa besar asumsi-asumsi ini realistis. Dengan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang akan dikemukakan adalah bagaimana memilih portofolio saham optimal pada perusahaan telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model indeks tunggal ? Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi pada investor bagaimana menentukan saham-saham yang masuk ke dalam portofolio optimal pada perusahaan telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Tinjauan Teoritis Pengertian Pasar Modal Definisi pasar modal menurut (Tandelilin, 2010:26 ) adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Jenis Pasar Modal Menurut (Samsul, 2006:46), pasar modal juga memiliki beberapa jenis dalam perdagangan sekuritas, antara lain sebagai berikut: (1) Pasar Pertama (Perdana) merupakan tempat di mana perusahaan pertama kali menjual surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan berupa penawaran perdana ke publik, (2) Pasar Sekunder yang merupakan tempat perdagangan surat berharga antar sekuritas baru yang sudah dijual di pasar perdana dengan sekuritas perusahaan lain yang berada di pasar sekunder dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek, (3) Pasar Ketiga yaitu sarana transaksi perdagangan surat berharga antara market marker serta investor dan harga dibentuk oleh market marker, dan (4) Pasar Keempat yaitu merupakan sarana transaksi perdagangan antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Pengertian Investasi Investasi menurut (Sunariyah, 2006:4) merupakan penanaman untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan memiliki jangka waktu dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Jenis-jenis investasi Investasi menurut (Jogiyanto, 2008:6) dapat berupa investasi secara langsung atau direct investing dan investasi tidak langsung atau indirect investing. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain. Sedangkan investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva - aktiva keuangan dari perusahaan lain. Tujuan investasi menurut (Tandelilin, 2010:8) adalah untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi, dan dorongan menghemat pajak. Pengertian Saham Definisi saham yaitu merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritasnya dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya ( Husnan, 2004:13 ). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 4 Jenis Saham Menurut ( Jogiyanto, 2008:107 ) saham dibedakan atas tiga jenis saham, antara lain: (1) Saham biasa yaitu sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan, (2) Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Saham ini memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen, dan (3) Saham treasuri merupakan saham milik perusahaan yang pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali. Keuntungan dan Kerugian Investasi dalam Bentuk Saham Kelebihan dari investasi biasa ini adalah kemampuannya untuk memberikan tingkat keuntungan atau rate of return yang tidak terhingga. Darmadji dan Fakhruddin (2001:8) menyatakan bahwa investasi pada saham memang memberikan harapan pengembalian dan tingkat keuntungan yang tinggi. Manfaat yang diterima investor dalam investasi saham di pasar modal antara lain untuk mendapatkan dividen dan memperoleh capital gain. Sedangkan kerugian yang diterima investor yaitu tidak mendapat dividen, memperoleh capital loss, perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, dan saham di delist dari bursa (delisting). Pengertian Portofolio Portofolio merupakan sekumpulan kesempatan investasi yang menyangkut identifikasi saham-saham yang mana yang akan dipilih dan menentukan proporsi dana yang ditanamkan pada masing-masing saham tersebut. Suatu portofolio dibentuk guna memanfaatkan secara optimal situasi dan kondisi yang didasarkan pada pertimbangan risiko dan keuntungan. Portofolio mempunyai beberapa alternatif dengan pertimbangan investor harus melihat risiko dan tingkat keuntungan yang bergerak positif didalam portofolio ( Husnan, 2001:49 ). Return dan Risiko Portofolio Return portofolio dan risiko portofolio keduanya merupakan hasil dari investasi. Dalam berinvestasi di samping menghitung expected return, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Mengukur return dan risiko untuk seluruh sekuritas didalam portofolio sangat penting bagi manajer portofolio ( Jogiyanto, 2008:239 ). Expected Return Portofolio (E(Rp)) Expected Return dari portofolio menurut (Halim, 2005:37) adalah rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang diharapkan masing-masing saham. Menurut (Jogiyanto, 2008:240) terdapat beberapa aspek return portofolio dalam mengukur sekuritas tunggal, antara lain: (1) Return Realisasi yang merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Keuntungan ini dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan dan (2) Return Ekespektasi Portofolio yang merupakan ratarata tertimbang dari return-return ekspektasi (yang diharapkan) tiap-tiap sekuritas tunggal didalam portofolio. Risiko Portofolio Menurut (Halim, 2005:42), risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan ( expected return ) dengan tingkat pengembalian aktual ( actual return ). Semakin besar penyimpangannya, berarti semakin besar tingkat risikonya. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) Investor yang menyukai risiko ( Risk Seeker ) adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan expected return yang sama Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 5 dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi, (2) Investor yang netral terhadap risiko ( Risk Neutral ) yaitu investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Atau dengan kata lain, investor lebih bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi dan (3) Investor yang menghindari risiko ( Risk Averter ) yaitu investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan expected return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah karena investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. Menurut (Halim, 2005:43), dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar/ umum merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro ( perubahan tingkat suku bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, dsb ) yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko ini juga disebut risiko yang tidak dapat didiversifikasi ( undiversifiable risk ). Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini juga disebut risiko yang dapat didiversifikasi ( diversifiable risk ). Kedua jenis risiko tersebut tampak pada gambar berikut ini: Risiko Portofolio Risiko Tidak Sistematis Risiko Total Risiko Sistematis Jumlah saham dalam portofolio Gambar 1 Risiko Sistematis, Risiko Tidak Sistematis, dan Risiko Total Sumber: Halim ( 2005:43 ) Keterangan: Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah saham dalam portofolio, maka semakin kecil risiko yang tidak sistematis. Karena risiko tidak sistematis merupakan risiko unik suatu perusahaan, yaitu hal buruk terjadi di suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal yang baik terjadi di perusahaan lain, maka risiko ini dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi di dalam portofolio. Oleh sebab itu, risiko ini menjadi tidak relevan dalam portofolio, sehingga yang relevan bagi investor adalah risiko sistematis/ risiko pasar yang diukur dengan beta (β). Kemudian, risiko total merupakan penjumlahan dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 6 Risiko portofolio tidak merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh risiko sekuritas tunggal. Risiko portofolio mungkin dapat lebih kecil dari risiko rata-rata tertimbang masingmasing sekuritas tunggal. Menurut Harry M. Markowitz, syarat utama untuk mengurangi risiko didalam portofolio adalah return untuk masing-masing saham tidak berkorelasi secara positif dan sempurna. Diversifikasi Untuk menurunkan risiko, investor perlu melakukan diversifikasi. Diversifikasi (portofolio) bermakna bahwa investor perlu membentuk portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah aset sedemikian rupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi return harapan (Tandelilin, 2010:115). Diversifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu diversifikasi secara random dan diversifikasi secara markowitz. Konsep Pembentukan Portofolio Optimal Menurut (Tandelilin, 2010:156), portofolio yang optimal dapat dibentuk dengan adanya tiga konsep dasar pembentukan antara lain sebagai berikut: 1. Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Menurut (Tandelilin, 2010:157) dikatakan sebagai portofolio efisien di mana dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan expected return dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan expected return tertentu. Sedangkan, portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien dan sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap expected return maupun terhadap risiko yang bersedia ditanggungnya. Portofolio yang efisien dan portofolio optimal ditunjukkan oleh gambar 2 dibawah ini: Return yang diharapkan (E(Rp)) u1 Garis permukaan u2 efisien B-C-D-E E D C B G Titik-titik portofolio optimal B, C, D, E H A Risiko (σp) Gambar 2 Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Sumber: Tandelilin ( 2010:161 ) Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 7 Keterangan: Garis horizontal menggambarkan risiko suatu portofolio (σ p), sedangkan garis vertikal menggambarkan return portofolio yang diharapkan (E(Rp)). Bidang ABCDEGH menunjukkan kumpulan portofolio yang tersedia bagi investor. Bagian yang ditunjukkan oleh garis BCDE disebut sebagai permukaan efisien (efficient frontier), yaitu kombinasi asetaset yang membentuk portofolio yang efisien. Bagian yang ditunjukkan oleh titik BCDE merupakan pilihan-pilihan portofolio terbaik bagi investor dibandingkan bagian AGH. Titiktitik C, D, E yang terlihat lebih baik (dominan) dibanding titik G dan H, karena mampu menawarkan expected return yang lebih tinggi pada tingkat risiko yang sama. Oleh karenanya, pilihan investor nantinya akan berada di titik-titik yang ditunjukkan oleh garis BCDE dalam menentukan portofolio yang paling optimal. Jadi, portofolio optimal yang tepat bagi investor adalah portofolio pada titik D, karena portofolio tersebut menawarkan return yang diharapkan dan risiko yang sesuai dengan preferensi investor tersebut. 2. Fungsi Utilitas dan Kurva Indeferen Fungsi utilitas bisa diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Semakin tinggi nilai suatu alternatif pilihan, semakin tinggi utilitas alternatif tersebut. Dalam konteks manajemen portofolio, fungsi utilitas menunjukkan preferensi seorang investor terhadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing risiko dan tingkat return yang diharapkan. Fungsi utilitas bisa digambarkan dalam bentuk grafik kurva indeferen sebagai berikut: Return yang diharapkan (E(Rp)) u3 u2 u3 u1 u2 u1 u1a u1b Peningkatan Utilitas Risiko (σp) Gambar 3 Fungsi Utilitas dan Kurva Indeferen Sumber: Tandelilin ( 2010:158 ) Keterangan: Garis horizontal menggambarkan risiko suatu portofolio (σ p), sedangkan garis vertikal menggambarkan return portofolio yang diharapkan (E(Rp)). Tiga kurva indeferen yang menunjukkan fungsi utilitas dilambangkan sebagai u1, u2, u3. Setiap kurva indeferen menggambarkan kumpulan portofolio dengan return yang diharapkan dan risikonya masing-masing. Titik-titik yang terletak pada kurva indeferen u1 yaitu titik u1a dan u1b menunjukkan kombinasi return yang diharapkan dan risiko tertentu, di mana titik u1a mempunyai return yang diharapkan dan risiko lebih kecil daripada titik u1b. Kemiringan (slope) positif pada setiap kurva indeferen menggambarkan bahwa investor ingin memaksimalkan expected return pada risiko tertentu. Semakin jauh suatu kurva indeferen dari sumbu horizontal, semakin tinggi pula fungsi utilitas bagi seorang investor. Sedangkan semakin tinggi utilitas suatu kurva indeferen, semakin tinggi pula expected return pada risiko Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 8 tertentu. Jadi dapat disimpulkan pada gambar 3 terlihat bahwa kurva indeferen u3 mempunyai utilitas yang paling tinggi dibanding dua kurva lainnya. 3. Aset Berisiko dan Aset Tidak Berisiko Dalam berinvestasi, investor bisa memilih menginvestasikan dananya pada berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas risiko, ataupun kombinasi dari kedua aset tersebut. Aset berisiko merupakan aset-aset yang tingkat return aktualnya di masa mendatang masih mengandung ketidakpastian. Sedangkan, aset bebas risiko merupakan aset yang tingkat returnnya di masa mendatang sudah bisa dipastikan saat ini. Pilihan investor atas aset-aset tersebut akan tergantung dari sejauh mana preferensi investor terhadap risiko. Semakin enggan seorang investor terhadap risiko ( risk averse ), maka pilihan investasinya akan cenderung lebih banyak pada aset-aset yang bebas risiko. Model Indeks Tunggal Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar ( Jogiyanto, 2008:323). Secara umum perubahan saham memberikan pergerakan terhadap indeks pasar sehingga dapat memberikan pertimbangan dalam analisis investasi. Indeks yang digunakan secara umum adalah Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ). Didalam model ini risiko investasi yang terjadi adalah risiko sistematik, sehingga investor perlu menaksir besar betanya untuk ukuran risiko. Keuntungan saham berasal dari perubahaan harga saham dan pembagian dividen, berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahanperubahan nilai pasar. Munurut ( Jogiyanto, 2003:246 ) Model indeks tunggal dapat digunakan sebagai input analisis portofolio serta dapat juga langsung digunakan dalam analisis portofolio dan risiko portofolio. Asumsi-asumsi model indeks tunggal mempunyai implikasi bahwa sekuritas bergerak bersama-sama bukan karena efek diluar pasar, melainkan karena mempunyai hubungan umum terhadap indeks pasar. Pembentukan Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal Dalam menentukan portofolio yang optimal diperlukan beberapa proses perhitungan melalui sejumlah data sebagai input tentang perusahaan. Perhitungan tersebut dimudahkan sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu saham dapat dimasukkan ke dalam portofolio yang optimal tersebut. Angka tersebut adalah rasio antara excess return to beta. Excess return didefinisikan sebagai selisih return ekspektasi dengan aktiva bebas risiko. Excess return to beta berarti mengukur kelebihan return relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko. Portofolio yang optimal berisi aktiva-aktiva yang mempunyai nilai rasio ERB yang tinggi. Untuk menentukan batas nilai ERB yang dikatakan tinggi maka diperlukan sebuah titik pembatas atau Cutt-Off Point ( Jogiyanto, 2003:253 ). Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, mengambil tiga sumber referensi dari penelitian sebelumnya berkaitan dengan analisis portofolio dengan model indeks tunggal. Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 1 mapping persamaan dan perbedaan dibawah ini: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 9 Tabel 1 Mapping Persamaan dan Perbedaan Penelitian Nama Teknik Judul Hasil Penelitian Peneliti Analisis Data Handiartanti Analisis Portofolio Indeks Hasil penelitian (2010) Dengan Model Indeks Tunggal menunjukkan terdapat Tunggal Untuk 3 saham yang Memilih Saham-saham digolongkan Sebagai Pertimbangan portofolio optimal Investasi Pada yaitu PT. Bank Mega Perusahaan Perbankan Tbk, PT. Bank Yang Go Public Di Ekonomi Raharja Tbk, Bursa Efek Indonesia dan PT. Bank Internasional Indonesia. Sholihah Analisis Portofolio Indeks Hasil dari penelitian (2011) Optimal Pada Tunggal menunjukkan terdapat Perusahaan Makanan 2 saham saham yang Dan Minuman membentuk portofolio Berkapitalisasi Pasar optimal yaitu PT. Terbesar Yang Mayora Indah dan PT. Terdaftar Di Bursa Delta Djakarta. Efek Indonesia Dengan Menggunakan Single Index Model Atmaja dan Penerapan Analisis Indeks Hasil penelitian Widodo Portofolio Saham Tunggal menunjukkan (2010) Dalam Rangka portotolio optimal Optimalisasi Return yaitu : PT. Astra Agro Dan Minimalisasi Lestari Tbk, PT. Astra Risiko Pada International Tbk, PT. Perusahaan LQ45 Bank Mandiri Tbk, PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk dan PT. Holcim Indonesia Tbk. Penelitian sekarang Analisis Portofolio Dengan Model Indeks Tunggal Untuk Memilih Saham Yang Optimal Pada Perusahaan Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia. Indeks Tunggal Mengetahui manakah yang termasuk potofolio saham optimal pada perusahaan telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian kali ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebagai berikut : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 10 Persamaan dan Perbedaan Dalam penelitian kali ini sama-sama menganalisis saham manakah yang membentuk portofolio optimal serta teknik analisa data yang digunakan sama-sama menggunakan metode indeks tunggal. Sedangkan perbedaan penelitian kali ini terletak pada obyek yang diteliti. Pada penelitian kali ini obyek yang diteliti adalah Perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan pada penelitian terdahulu obyek peneliti oleh Handiartanti (2010) adalah Perusahaan Pebankan di Bursa Efek Indonesia. Sholihah (2011) mengambil obyek peneliti perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan Atmaja dan Widodo (2010) menggunakan perusahaan LQ45 sebagai obyek penelitian. Data yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah data bulanan yaitu harga saham, ihsg, dan sertifikat bank indonesia, sedangkan peneliti sekarang menggunakan data tahunan yaitu mulai 2010-2012. Metode Penelitian Jenis Penelitian dan Gambaran Dari Populasi (Objek) Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang menggambarkan obyek yang diteliti, dimana data dikumpulkan, dipelajari, diolah kemudian dianalisis. Gambaran objek populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 yaitu semua perusahaan yang diambil sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini sampel yang digunakan diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, artinya yang dijadikan sampel penelitian adalah sampel yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Adapun pertimbangan pengambilan sampel adalah perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 dan perusahaan telekomunikasi yang sahamnya aktif diperdagangkan tahun 2010-2012. Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam pengambilan sampel, maka yang memenuhi kriteria tersebut adalah: PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT. Indosat Tbk,dan PT. XL Axiata Tbk, PT. Inovisi Infracom Tbk, PT. Bakrie Telecom Tbk dan PT. Smartfren Tbk. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dengan cara studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari teori-teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan investasi portofolio. Data ini merupakan landasan teoritik yang digunakan sebagai dasar untuk menjamin tetap terjaganya kualitas nilai ilmiah dalam penelitian ini. Sedangkan dokumentasi merupakan cara untuk mendapatkan data melalui catatan-catatan serta dokumen-dokumen tertulis. Dalam penelitian ini mempelajari informasi yang terdapat dalam catatan atau dokumentasi tentang harga saham, dividen dan lain-lain yang berhubungan dengan investasi portofolio dan diperoleh secara langsung dari Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 11 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel merupakan suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai. Sedangkan definisi Operasional variabel adalah suatu pernyataan yang dapat mengartikan dan memberikan makna untuk suatu istilah atau konsep tertentu, sehingga tidak salah dimengerti, dapat diuji dan ditentukan atau dinyatakan kebenarannya oleh orang lain. Berdasarkan judul “ Analisis Portofolio dengan Model Indeks Tunggal Untuk Memilih Saham Optimal Pada Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia “, maka definisi operasional variabel sebagai berikut: 1. Analisis Portofolio dengan Model Indeks Tunggal Merupakan analisis portofolio sederhana yang berkaitan dengan jumlah dan jenis input atau data serta prosedur analisis untuk menentukan portofolio yang optimal. adapun faktorfaktor didalam analisis portofolio sebagai berikut : 1) Tingkat Keuntungan Masing-masing Saham ( Rit ) Merupakan keuntungan saham yang berasal dari perubahan harga saham dan pembagian dividen, berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahanperubahan nilai pasar. 2) Koefisisen Alpha ( ɑ ) dan Beta ( β ) Memperkirakan apa yang terjadi dengan suatu variabel apabila variabel lain berubah. 3) Tingkat Keuntungan Ekspektasi ( E(Ri) ) Merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan masingmasing saham yang membentuk portofolio tersebut. 4) Tingkat Risiko Pasar ( σm ) Mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari rata-ratanya. 5) Excess Return To Beta ( ERB ) Merupakan selisih keuntungan ekspektasi dengan keuntungan aktiva bebas risiko atau mengukur kelebihan keuntungan relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. 6) Tingkat Pembatas Saham / Cut Off Point ( C* ) Merupakan batasan untuk memisahkan saham-saham / aktiva mana saja yang akan dimasukkan didalam pembentukan portofolio optimal. 7) Proporsi Sekuritas Merupakan penghitungan untuk masing-masing sekuritas untuk dimasukkan ke dalam investasi portofolio yang optimal. 8) Beta Portofolio ( βp ) Menghitung beta portofolio merupakan rata-rata dari beta saham individu. 9) Alpha Portofolio ( ɑp ) Menghitung alpha portofolio merupakan rata-rata dair alpha saham individu. 10) Keuntungan Ekspektasi Portofolio ( E(Rp) ) Merupakan rata-rata tertimbang dari keuntungan-keuntungan ekspektasi tiap-tiap saham tunggal didalam portofolio. 11) Menghitung Risiko Portofolio Merupakan risiko yang berhubungan dengan pasar ( market related risk ) dan risiko unik ( unique risk ). Dengan memasukkan karakteristik beta portofolio. Teknik Analisis Data Dalam penelitian diperlukan teknik-teknik dalam menganalisis data. Data yang dikumpulkan dianalisis secara sistematis, kemudian diteliti dan hasil dari analisis data diterapkan dalam memecahkan permasalahan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 12 Adapun teknik menganalisis data yang digunakan penulis dalam hal ini adalah: 1. Menghitung tingkat keuntungan masing – masing saham Keterangan: Rit = Tingkat keuntungan saham individu pada periode t Pt = Harga saham individu pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode sebelumnya Dt = Dividen saham yang diterima pada saham i 2. Menghitung koefisien α dan β Keterangan: Rmt = Indeks Keuntungan Pasar IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode sebelumnya β α β Keterangan: n = Jumlah periode X = Indeks keuntungan pasar Y = Tingkat keuntungan saham β = Beta Saham i α = Alpha Saham i 3. Menghitung Tingkat Keuntungan Ekspektasi E( Ri ) = αi + βi . E( Rm ) Keterangan: E( Ri ) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari saham i αi = Alpha saham i βi = Beta saham i E( Rm ) = tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks pasar 4. Menghitung Tingkat Risiko Pasar 1) Menghitung Tingkat Risiko Pasar σm2 σ Keterangan: σ m2 = Varian dan keuangan pasar Rm = Keuntungan pasar E( Rm ) = tingkat keuntungan ekspektasi dari indeks pasar 2) Menentukan Varian Dari Keseluruhan Residu ( σei2 ) σ Jadi total risiko adalah σi2 = βi2 . σm2 + σei2 5. Menghitung Excess Return To Beta ( ERB ) β Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 13 Keterangan: E( Ri ) = Tingkat keuntungan saham yang diharapkan dari saham i βi = Beta saham i RBR = Keuntungan bebas aktiva bebas risiko 6. Menghitung Tingkat Pembatas Saham atau Cut Off Point ( C* ) β σ β σ σ σ 7. Proporsi Masing-masing Sekuritas Keterangan: Wi = Proporsi sekuritas ke – i n = jumlah sekuritas di portofolio optimal βi = Beta sekuritas ke – i σei2 = varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i ERBi= excess return to Beta sekuritas ke-i C* = Nilai cut-off point yang merupakan nilai Ci terbesar 8. Menghitung Beta Portofolio β Keterangan: βp = Beta portofolio ∑ Wi.βi = Rata-rata saham individu 9. Menghitung Alpha Portofolio α α Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 14 Keterangan: αp = Alpha portofolio ∑ Wi.αi = Rata-rata alpha saham individu 10.Menghitung Keuntungan Ekspektasi Portofolio E( Rp ) = αp + βp . E( Rm) Keterangan: E( Rp ) = Tingkat keuntungan ekspektasi dari portofolio αp = Alpha portofolio βp = Beta portofolio 11.Menghitung Risiko Portofolio σp2 = βp2 . σm2 + ( ∑ Wi . σei )2 Keterangan: σp2 = Risiko portofolio Analisis dan Pembahasan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis portofolio dengan model indeks tunggal sehingga dapat membentuk suatu portofolio yang optimal. Penulis mengambil enam saham dalam bidang yang sama dan ke keenam perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam menganalisis portofolio dengan model indeks tunggal penulis menggunakan rumus-rumus yang telah ada pada bab tiga sedangkan data-data penelitian terdapat pada bab empat ini. Berikut perhitungan portofolio dengan model indeks tunggal : 1. Menghitung Return dan Risiko Masing-masing Saham Untuk menghitung return masing-masing saham (Rit) menggunakan rumus pertama (1). Sedangkan perhitungan tingkat keuntungan indeks pasar (R m), nilai alpha dan beta menggunakan menggunakan rumus kedua (2). Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan R it , Rm , α dan β terdapat pada tabel 2 dan tabel 3 dibawah ini : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 15 Tabel 2 Perhitungan Indeks Keuntungan Pasar Periode ke-t (Rmt) Berdasarkan IHSG tahun 2010-2012 Tahun 2010-2012 Tahun IHSG 2534,356 3703,512 3821,992 4316,687 2009 2010 2011 2012 Rmt 0,4613 0,0320 0,1294 0,6227 0,2076 Jumlah / Rm Rata-rata / E(Rm) Sumber : data diolah Pada perhitungan indeks keuntungan pasar diperoleh E(Rm) sebesar 0,2076. Setelah itu maka dapat dicari nilai alpha (α) dan beta (β) masing-masing saham. Selanjutnya untuk menghitung E(Ri) masing-masing saham penulis menggunakan nilai alpha dan beta. Berikut penulis sajikan hasil perhitungan pada tabel 3 dibawah ini : Tabel 3 Daftar Alpha, Beta, dan E(Ri) Masing-masing Saham No 1 Nama Saham TLKM Αi -0,0555 Βi -0,4160 E(Ri) -0,1419 2 ISAT 0,0829 0,1746 0,1191 3 EXCL -0,2927 4,5248 0,6466 4 INVS -1,4426 20,3519 2,7824 5 BTEL -0,4367 1,9390 -0,0342 6 FREN 0,3365 -0,5249 0,2275 Sumber : Data diolah Dengan melihat kedua tabel diatas (tabel 2 dan tabel 3) dapat dijelaskan sebagai berikut : nilai Rm sebesar 0,6227 merupakan keuntungan dari indeks pasar yang berhubungan dengan beta masing-masing saham. Beta i adalah sensifitas keuntungan suatu sekuritas terhadap keuntungan pasar. Besar beta biasanya ditetapkan sebesar 1. Jika nilai beta suatu saham diatas 1 berarti mempunyai sifat sensitif terhadap perubahan pasar. Sebaliknya jika besarnya nilai beta suatu saham dibawah 1 berarti memiliki sifat yang tidak rentan atau tidak sensitif terhadap perubahan pasar. Dari keenam perusahaan yang dijadikan sampel diatas terdapat tiga perusahaan yang memiliki beta diatas 1 yaitu PT. Inovisi Infracom Tbk, PT. XL Axiata Tbk, dan PT. Bakrie telecom Tbk. Ketiga saham ini sangat rentan terhadap perubahaan kondisi pasar. Sedangkan tiga perusahaan lainnya yang memiliki beta dibawah 1 yaitu PT. Indosat Tbk, PT. Telekomunikasi Tbk dan PT. Smartfren Tbk yang berarti saham ketiga perusahaan tersebut tidak rentan atau tidak sensitif terhadap perubahan pasar. Perusahaan yang memiliki beta terbesar adalah PT. Inovisi Infracom Tbk sebesar 20,3519 dan beta terendah adalah PT. Smartfren Tbk sebesar -0,5249. Apabila terjadi perubahan keuntungan pasar sebesar 1%, PT. Smartfren Tbk harus berhati-hati karena akan berakibat pada perubahan keuntungan perusahaan dengan arah sama yaitu sebesar -0,5249. Setelah diketahui besar alpha dan beta masing-masing saham maka nilai expected return E(Ri) dari tiap saham perusahaan juga dihitung. PT. Inovisi Infracom Tbk memiliki nilai Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 16 E(Ri) tertinggi sebesar 2,7824 yang artinya sahamnya dapat memberikan keuntungan bagi investor. Perhitungan selanjutnya adalah menentukan risiko pasar suatu sekuritas (σ m2), varian kesalahan residu (σei2), dan perhitungan tingkat risiko masing-masing saham (σi). Berikut hasil perhitungan yang akan penulis sajikan pada tabel 4 dibawah ini : Tabel 4 Varian Pasar Varian Kesalahan Residu (σei2), dan Tingkat Risiko Masing-masing Saham (σi) Nama Perusahaan σ m2 σei2 σi (σm2), No 1 0,0203 0,0483 0,2276 2 PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT. Indosat Tbk 0,0203 0,0011 0,0412 3 PT. XL Axiata Tbk 0,0203 0,0009 0,6454 4 PT. Inovisi Infracom Tbk 0,0203 0,8057 3,0354 5 PT. Bakrie Telecom Tbk 0,0203 0,3190 0,6287 6 PT. Smartfren Tbk 0,0203 0,1402 0,3818 Sumber : Data diolah Dari tabel diatas menunjukkan bahwa varian keuntungan pasar (σ m2) diperoleh sebesar 0,0203. Jumlah ini berlaku sama pada semua saham karena dalam periode penelitian keadaan varian keuntungan pasar tetap. Risiko unik (σei2) adalah varian dari kesalahan residu yang menunjukkan besarnya risiko tidak sistematis yang unik terjadi di dalam perusahaan. PT. Inovisi Infracom Tbk memiliki risiko unik paling tinggi sebesar 0,8057 dan semakin tinggi risiko unik maka akan semakin tinggi pula keuntungan yang didapat. Sedangkan risiko unik terendah adalah PT. XL Axiata Tbk sebesar 0,0009 yang merupakan risiko tidak sistematis. Langkah berikutnya adalah menghitung risiko tiap-tiap saham (σi), yang pertama risiko pasar dan yang kedua risiko unik. Berdasarkan hasil perhitungan semua perusahaan yang dijadikan sampel terdapat lima perusahaan yang memiliki risiko dibawah 1. Nilai risiko dibawah 1 berarti menandakan bahwa saham tersebut memiliki risiko yang rendah, sedangkan nilai risiko diatas 1 menandakan bahwa saham tersebut memiliki risiko yang tinggi. PT. Inovisi Infracom Tbk memiliki risiko sebesar 3,0354 yang berarti memiliki keuntungan yang tinggi pula. 2. Menghitung Keuntungan Aktiva Bebas Risiko Aktiva bebas risiko (RBR) adalah aktiva yang mempunyai keuntungan ekspektasi tertentu dengan risiko yang sama dengan nol. Tabel 5 Perhitungan Return Bebas Risiko Tahun SBI 2010 6,50 2011 6,00 2012 5,75 Jumlah 18,25 Rata-rata 6,08 RBR 0,0608 Sumber : Data diolah Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 17 Dalam tabel diatas aktiva bebas risiko yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia periode 2010–2012. Dari hasil perhitungan keuntungan bebas risiko diperoleh sebesar 0,0608. Hasil perhitungan RBR digunakan untuk menghitung Excess Return To Beta (ERB). 3. Perhitungan Portofolio Optimal Penentuan portofolio optimal akan menjadi mudah apabila didasarkan pada sebuah angka yang disebut excess return to beta atau ERB. Portofolio optimal akan berisi dengan aktiva-aktiva yang memiliki nilai rasio ERB yang tinggi, sedangkan nilai rasio yang rendah tidak termasuk dalam portofolio yang optimal. Oleh karena itu diperlukan sebuah titik pembatas atau cut off point yang menentukan batas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi. Perhitungan rumus ERB adalah menggunakan rumus ke lima (5). Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6: Tabel 6 Perhitungan Portofolio Optimal Nama E(Ri) Βi RBR ERBi Saham TLKM -0,1419 -0,4160 0,0608 0,4872 ISAT 0,1191 0,1746 0,0608 0,3339 EXCL 0,6466 4,5248 0,0608 0,1295 INVS 2,7824 20,3519 0,0608 0,1337 BTEL -0,0342 1,9390 0,0608 -0,0490 FREN 0,2275 -0,5249 0,0608 -0,3176 Sumber : Data diolah Tabel 6 menunjukkan nilai ERB tertinggi adalah PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk yaitu sebesar 0,4872. Sedangkan ERB terkecil adalah PT. Smartfren Tbk sebesar -0,3176. Langkah selanjutnya adalah mengurutkan saham berdasarkan nilai ERB terbesar ke ERB terkecil. Kemudian menghitung nilai Ai, Bi, dan Ci menggunakan rumus (6). Saham yang membentuk portofolio optimal adalah saham yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai Ci-nya. Saham yang memiliki nilai ERB dibawah nilai dibawah Ci tidak termasuk portofolio optimal. Berikut hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 7 : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 18 Tabel 7 Urutan ERB, Perhitungan Ci, dan Batas Optimal Ci Nama saham ERB Ai Bi ∑Aj ∑Bj Ci TLKM 0,4872 1,7458 3,5829 1,7458 3,5829 0,0330 ISAT 0,3339 9,2538 27,7138 10,9996 31,2967 0,1429 INVS 0,1337 68,7473 514,0869 79,7469 545,3836 0,1341 EXCL 0,1295 2945,1420 22748,6834 3024,8889 23294,0670 0,1295 BTEL -0,0490 -0,5774 11,7859 3024,3115 23305,8529 0,1295 FREN -0,3176 -0,6241 1,9652 3023,6874 23307,8181 0,1294 Sumber : Data diolah Pada tabel 7 diketahui terdapat tiga perusahaan yang memiliki nilai ERB yang lebih besar atau sama dengan nilai C*. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk memiliki nilai ERB lebih besar dari nilai C* yaitu 0,4872 dan 0,0330. Sedangkan PT. Indosat Tbk memiliki nilai 0,3339 dan 0,1429. PT. XL Axiata Tbk memiliki nilai ERB yang sama dengan nilai C* yaitu sebesar 0,1295. Perusahaan yang memiliki nilai ERB lebih kecil daripada nilai C* tidak termasuk dalam portofolio optimal. 4. Proporsi masing-masing saham Setelah mengetahui saham yang membentuk portofolio optimal, yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT. Indosat Tbk, dan PT. XL Axiata Tbk, langkah selanjutnya adalah menghitung proporsi masing-masing saham. Hasil perhitungan proporsi saham dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini : Tabel 8 Proporsi Saham Nama saham Βi σei2 ERBi Ci Zi Wi TLKM -0,4610 0,0483 0,4872 0,0330 -3,9119 -0,1481 ISAT 0,1746 0,0011 0,3339 0,1429 30,3169 1,1481 EXCL 4,5248 0,0009 0,1295 0,1295 0,0000 0,0000 TOTAL 26,4050 1,0000 Sumber : Data diolah Tabel diatas menunjukkan proporsi masing-masing sekuritas pada portofolio optimal adalah PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk sebesar -0,1481 dan PT. Indosat Tbk sebesar 1,1481. 5. Menghitung Tingkat Keuntungan Portofolio Perhitungan tingkat keuntungan portofolio adalah untuk mengetahui berapa besarnya tingkat keuntungan dari portofolio yang telah masuk dalam portofolio optimal. hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 19 Tabel 9 Perhitungan Tingkat Keuntungan Portofolio Nama saham TLKM ISAT Total Wi -0,1481 1,1481 1,0000 Βi -0,4160 0,1746 Βp 0,0616 0,2004 2,6922 αi -0,0555 0,0829 Αp 0,0082 0,0952 E(Rm) 0,2076 0,2076 E(Rp) 0,0210 0,1368 0,1578 Sumber : Data diolah Setelah menghitung timgkat keuntungan portofolio diatas, didapat hasil portofolio yang diharapkan dari portofolio optimal yaitu sebesar 0,1578. 6. Menghitung Risiko Portofolio Langkah yang terakhir yaitu menghitung risiko portofolio. berikut hasil perhitungan risiko portofolio yang penulis sajikan pada tabel 10 dibawah ini : Tabel 10 Perhitungan Risiko Portofolio Nama saham βi Βp σm2 σp2 σp TLKM -0,4160 0,0616 0,0203 0,0077 0,0877 ISAT 0,1746 0,2004 0,0203 0,0008 0,0283 0,1160 Sumber : Data diolah Pada perhitungan diatas didapatkan hasil portofolio optimal sebesar 0,1160. Untuk itu sebaiknya investor berinvestasi pada sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal karena risikonya lebih rendah daripada risiko saham individu. Hasil dari analisis dan pembahasan, didapatkan dua perusahaan yang memiliki portofolio optimal yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) dan PT. Indosat Tbk karena memiliki nilai ERB yang lebih tinggi atau sama dengan nilai ERB di titik C*. Tingkat keuntungan portofolio kedua saham sebesar 0,1578. Sedangkan tingkat risiko kedua saham sebesar 0,1160. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investor lebih baik berinvestasi pada kedua saham tersebut karena memiliki tingkat keuntungan portofolio yang lebih tinggi daripada tingkat risiko portofolionya. Simpulan dan Keterbatasan Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka yang dapat peneliti simpulkan adalah Portofolio Optimal merupakan sekumpulan portofolio yang layak dipilih oleh investor sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio yang efisien dan sesuai dengan preferensi investor terhadap tingkat keuntungan maupun tingkat risiko yang bersedia ditanggungnya. PT. Inovisi Infracom Tbk, PT. XL Axiata Tbk, dan PT. Bakrie Telecom Tbk memiliki sifat sensitif atau rentan terhadap perubahan pasar. Perusahaan yang memiliki risiko saham tertinggi adalah PT. Inovisi Infracom sedangkan kelima perusahaan lainnya memiliki risiko yang rendah. Perusahaan yang masuk kedalam portofolio optimal adalah perusahaan yang memiliki nilai ERB lebih besar daripada nilai Cinya. Dari enam perusahaan telekomunikasi yang dijadikan obyek penelitian terdapat dua perusahaan yang memiliki ERB lebih besar daripada nilai Ci yang artinya kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang masuk dalam portofolio optimal. Untuk memilih portofolio optimal yang ada pada gambar 2, langkah yang pertama adalah menentukan kumpulan portofolio yang tersedia bagi investor yaitu terdiri dari enam saham. Kemudian mengkombinasikan aset-aset yang membentuk portofolio efisien. Setelah mengkombinasikan aset-aset yang membentuk portofolio optimal maka diketahui terdapat 2 saham yang membentuk portofolio optimal yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Indosat Tbk. Berdasarkan preferensi investor terhadap keuntungan dan risiko Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 5 (2014) 20 yang bersedia ditanggungnya portofolio yang paling optimal adalah PT. Indosat Tbk karena menawarkan keuntungan yang diharapkan tinggi dengan risiko rendah. Keterbatasan Keterbatasan utama pada penelitian ini adalah bahwa untuk melakukan perhitungan portofolio optimal sebaiknya lebih memperbanyak sampel dan periode penelitian agar mendapatkan hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Atmaja, B.S dan H. Widodo. 2010. Penerapan Analisis Portofolio Saham Dalam Rangka Optimalisasi Return dan Minimalisasi Risiko Pada Perusahaan LQ45. Emisi Vol. 3 No. 2, 161-174. Darmadji, T dan M.H. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Halim, A. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat Handiartanti, O. 2010. Analisis Portofolio Dengan Model Indeks Tunggal Untuk Memilih Saham-saham Sebagai Pertimbangan Investasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. , 2004. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 3. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. , 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 4. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Jogiyanto, 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. , 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 5. Yogyakarta: BPFE. , 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 7. Yogyakarta: BPFE Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: ERLANGGA. Sholihah, M. 2011. Analisis Portofolio Optimal Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Berkapitalisasi Pasar Terbesar Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dengan Menggunakan Single Index Model. Skripsi. Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi 5 Yogyakarta: UPP AMP YPKN. Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius Yogyakarta.