konsep monoteisme dalam lembaga pelayanan barukh ministry

advertisement
KONSEP MONOTEISME DALAM LEMBAGA
PELAYANAN BARUKH MINISTRY
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I)
Oleh:
SELLY ALAMSYIANI PUTRI
103032127703
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
KONSEP MONOTEISME DALAM LEMBAGA PELAYANAN
BARUKH MINISTRY
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
SELLY ALAMSYIANI PUTRI
103032127703
Di bawah Bimbingan,
PROF. DR. KAUTSAR AZHARI NOER
NIP. 150 209 685
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Konsep Monoteisme dalam Lembaga Pelayanan Barukh
Ministry”, telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 19
Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Jurusan Perbandingan
Agama.
Jakarta, 19 Februari 2007
Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Hamid Nasuhi, M.A.
NIP. 150 241 817
H. Maulana, M.A.
NIP. 150 293
Penguji I,
Penguji II,
Dra. Hermawati, M.A
NIP. 150 227 408
Drs. M. Nuh Hasan, M.A
NIP. 150 240 090
Di Bawah Bimbingan,
Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer
NIP. 150 209 685
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, demikian kata yang pertama kali terucap sebagai tanda puji
syukur Ke Hadirat Allah S.W.T, yang berkat Rahmat-Nya yang Maha Luas tak
kenal batas, Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. i) dalam bidang studi
Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah atas Sayyidina Wa Habibina
Muhammad S.A.W, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia dan
taat hingga akhir zaman.
Skripsi ini membahas tentang Konsep Monoteisme dalam Lembaga
Pelayanan Barukh Ministry, sebagai hasil studi lapangan (Field Research) dan
studi kepustakaan.
Selesainya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari peranan orang-orang
di sekitar Penulis dan juga bimbingan serta bantuan dari banyak pihak yang
dengan penuh ketulusan memberikan kritik, saran dan inspirasi hingga akhir
penulisan. Semoga Allah menjadikannya amal jariah bagi yang bersangkutan
menjadi pahala yang didasari dengan penuh keikhlasan.
Penulis ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak
membantu Penulis baik secara moril maupun materil, sehingga penyusan skripsi
inii dapat terselesaikan dengan baik.
Selanjutnya perkenankan Penulis menghaturkan untaian terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Orang tuaku Ayahanda Sam Alamsyah dan Ibunda Eha Juleha, yang tak hentihentinya memberikan yang terbaik untuk Penulis, penulisan skripsi ini Penulis
persembahkan untuk kalian. Semoga Allah senantiasa menyayangi kalian di
dunia dan di akhirat.
2. Bapak Prof. DR. Kautsar Azhari Noer, selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan saran, kritik dan motivasi yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA, Dekan Fakultas Ushuluddun dan Filsafat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA, dan Bapak Maulana, MA, sebagai Ketua dan
Sekertaris Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang mendampingi,
mengajar dan mendidik Penulis dari awal hingga akhir studi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Abuna Andreas Kemal sebagai Pemimpin Barukh Ministry dan Bunda Diana
Lazarus selaku sekretaris dari Barukh Ministry, yang telah memberikan izin
kepada Penulis untuk melakukan penelitian di Lembaga Pelayanan Barukh
Ministry, terima kasih untuk seluruh informasinya mengenai konsep
monoteisme dalam Barukh Ministry
7. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan untuk seseorang yang telah mengisi
hari-hari indah Penulis pada masa perkuliahan hingga menjelang wisuda,
sehingga penuh dengan warna dan memberikan segenggam harapan untuk
langkah-langkah pada masa yang akan datang.
8. Sobat-sobat terbaikku dimanapun kalian berada, baik di lingkungan rumah
serta di lingkungan Universitas baik di tingkat jurusan maupun berbeda
jurusan tanpa keterbatasan sedikitpun Penulis ucapkan terima kasih. Hal yang
terpenting, bagiku kalian adalah sebuah perlengkapan kehidupan. Kalian
adalah yang terbaik dan yang terindah.
9. Seluruh pihak yang karena kealpaan Penulis belum cantumkan diatas, namun
tak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dan penghargaan saya serta yang
telah banyak membantu dengan do’a, senyuman serta dukungan yang sangat
berarti.
Penulis menyadari akan kapasitas, pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan akademik serta kemampuan penulisan, maka Penulis menyadari
bahwa hasil skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, Penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya dan memohon kritik dan saran membagun dari pembaca.
Besar harapan Penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan. Terima kasih.
Bilahittaufiq Wal Hidayah, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 1 September 2008
Selly Alamsyiani Putri
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….………………i
DAFTAR ISI…………………………………………….…………………….…iv
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………...………1
B. Perumusan Masalah…........................………………...………2
C. Tujuan Penelitian……………………………………...………3
D. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan…….......……….3
E. Sistematika Penulisan…………………………………………5
BAB II :
PENGERTIAN MONOTEISME
A. Pengertian Monoteisme.................………….............................7
B. Asal-usul Monoteisme...............................................................8
C. Macam-macam Monoteisme....................................................13
BAB III :
MONOTEISME DALAM BARUKH MINISTRY
A. Sejarah Berdirinya Barukh Ministry…………………………15
B. Monoteisme dalam Barukh Ministry.......................................19
a. Allah, Yesus dan Roh Kudus.............................................22
b. Ke-kekalan Allah, Firman, Roh.........................................31
c. Ke-ilahian, Ke-tuhanan dan Kemanusiaan Kristus............44
BAB IV :
PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..47
B. Saran-saran……………………………………………….......49
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…51
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………..…52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
”Agama” adalah satu istilah yang hendak merangkum seluruh hal ihwal. Ia
berbicara tentang Tuhan, manusia, alam, tentang Yesus, tentang iblis dan
malaikat, dosa dan pahala, neraka dan surga, masa kini, masa lalu yang paling
lampau dan masa depan yang tak berujung yang terpikirkan dan yang tak
terpikirkan.1
Konsep agama seringkali menjadi perdebatan teologis yang tidak akan
habis untuk dikaji dan dipelajari. Barukh Ministry merupakan sebuah lembaga
pelayanan Ilahi Agama Kristen yang mencoba untuk merefleksikan konsep
”teologi” mengacu kepada Iman Abraham yaitu kepada Allah Yang Esa.2
Barukh Ministry yang berkantor di Jakarta Utara tepatnya di komplek
Gading Griya Lestari merupakan sebuah pelayanan misi kontekstual di bawah
legalitas Yayasan Beracah untuk melayani pekerjaan junjungan Agung Kristus.
Barukh Ministry yang dalam bahasa Ibrani memiliki dua arti, yakni ’diberkati’
dan ’terpuji’ (Maz:118:26) terilhami dari sebuah beban pergumulan yang panjang
serta kerinduan yang dalam agar lewat pelayanan Barukh Ministry dapat
memberkati anak, cucu Abraham/Ibrahim untuk kepujian ADONAI yang Tauhid
(Esa).
1
Sindunata, Pemimpin Majalah Basis dalam komentar Buku “Memburu Makna Agama”.
Abuna Andreas Kemal, ”Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry”, (Makalah,
Barukh Ministry), 2006, h. 1.
2
Teologi Barukh Ministry berbeda dengan teologi Kristen umumnya. Hal
tersebut dilihat dari pokok-pokok ajarannya, terutama konsep ke-Tuhanannya.
Barukh Ministry mengacu kepada Monotheisme Abraham.
Konsep Teologi Barukh Ministry menurut Penulis untuk dipelajari dan
dikaji sebagai upaya pengkayaan makna ”Agama”. Maka dari latar belakang di
atas Penulis mencoba untuk mengupas Teologi barukh Ministry dalam skripsi
yang berjudul ”Konsep Monoteisme dalam Lembaga Pelayanan Barukh
Ministry”.
B. Perumusan Masalah
Dogma Tritunggal adalah sebuah konsep ketuhanan kekeristenan yang
diimani. Sebagai satu kesatuan tiga pribadi Tuhan dalam satu Tuhan. Dokrin ini
baru muncul kurang lebih sekitar tahun 325 SM yang dihasilkan oleh suatu
Konsili di Nicea yang dipimpin oleh Kaisar Konstantin. Konsili ini diadakan
karena adanya pertikaian teologi antara Gereja Barat yang diketuai oleh Arius dari
Caesarea dan Gereja Timur disulut oleh paham Origenes yang menyatakan bahwa
Yesus adalah ”setengah manusia setengah Tuhan, Tuhan kedua”, yang akhirnya
dibantah oleh uskupnya Alexander dan Athanasius.
Dengan adanya masalah ini ajaran agama Kristen menjadi berubah. Yang
awalnya monoteisme menjadi Tritunggal. Akan tetapi, Lembaga Pelayanan Misi
Kontekstual Barukh Ministry menolak ajaran Tritunggal, mereka tetap berpegang
teguh pada konsep Monoteisme Abraham yang bersumber dari pengakuan Allah
dan Yesus/Isa, yang kemudian menjadi sebuah perjanjian antara Allah dan
Abraham, Ishak dan Yakub, yang kemudian diilhamkan oleh Roh Kudus dan
ditulis oleh Nabi dan Rasul menjadi Kitab Suci: Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru.
Oleh sebab itu, dalam kaitan dengan skripsi ini Penulis akan memfokuskan
pada konsep teologi Barukh Ministry yang berpedoman pada Monoteisme
Abraham. Adapun yang menjadi rumusan masalah dari studi kasus ini: bagaimana
konsep teologi Monoteisme Barukh Ministry?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam skripsi ini untuk mengetahui Konsep Teologi
Pelayanan Misi Kontekstual Barukh Ministry. Penulis berharap melalui tulisan ini
memberikan sumbangsih bagi para peminat studi Agama-agama.
Tujuan penulisan skripsi ini juga sebagai kontribusi kepada Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dalam meraih
gelar Kesarjanaan Strata 1 (S1) di Jurusan Perbandingan Agama Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Metode penelitian yang digenakan dalam skripsi ini adalah pendekatan
fenomenologis. Maksudnya adalah pendekatan yang menggunakan perbandingan
sebagai sarana interpretasi utama untuk memahami arti ekspresi-ekspresi
keagamaan.3
Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani ‘pahanomenon’ yang
secara harpiah berarti ‘gejala’ atau ‘apa yang menampakan diri’ sehingga nyata
bagi kita. Metode fenomenologi dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1938)
dengan semboyan: zuruck zu den sachen selbst ( kembali kepada hal-hal itu
sendiri).4
Pendekatan fenomenologi mencoba menemukan struktur yang mendasari
fakta keagamaan dan memahami makna yang lebih mendalam, sebagaimana
dimanifestasikan melalui stuktur tersebut dengan hukum-hukum dan pengertian
khas.5 Bidang studinya meliputi fakta religius yang bersifat subjektif, seperti
pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan maksud-maksud dari seseorang, yang
diungkapkan dalam tindakan-tindakan luar. Tujuan dari metode ini, ialah untuk
menangkap makna lebih dalam dan intensionalitas dari data pengalaman religius
seseorang yang merupakan ekspresi-ekspresi dari pengalaman religius dan
imannya yang lebih dalam.6
Metode ini mengungkapkan wilayah spiritual dan intelektual manusia,
meskipun disadari bahwa batas-batasnya mamasuki kedalaman pengalaman dari
suatu jiwa religius.
3
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan Agama),
(Bandung: CV. Pustaka Setia,2000), cet. ke-1, h.55.
4
Dister Ofm, Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama, (Yogyakarta: Kanisius,
1993), h. 25.
5
Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisus, 1995), h. 42.
6
Kahmad, Metode Penelitian Agama (Persfekif Ilmu Perbandingan Agama), h. 55.
Untuk mendapatkan sumber data dan informasi lapangan dalam penulisan
skripsi ini diperoleh melalui Studi Kepustakaan atau Library Reseach dan Field
Reseach. Adapun sumber-sumber primer yang dalam penulisan skripsi ini adalah:
-
Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry
-
Monoteisme Abraham
-
Kembali Kepada Monoteisme Abraham
-
Kekristenan dan Ketauhidan Sebagai Pewaris Monoteisme Abraham
-
Keilahiaan, Kemanusiaan, dan Ketauhidan Yesus
Field Reseach ini dilakukan dengan cara:
1. Observasi (Pengamatan Langsung), dengan teknik ini Penulis
mengamati secara langsung ke Barukh Ministry untuk memperoleh
data-data yang akurat tentang sejarah, peristiwa dan kondisi aktual
yang berkaitan dengan teologi Monotheisme Abraham yang diyakini
oleh Barukh Ministry.
2. Wawancara, Penulis mengadakan tanya jawab dengan Abuna Andreas
Kemal sebagai pimpinan dari Barukh Ministry. Wawancara ini
dilakukan secara langsung agar mendapatkan data-data yang sesuai
dengan apa yang akan dibahas.
Sedangkan penulisan skripsi ini disusun berdasarkan pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006/2007.
E. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini dibagi lima bagian, yaitu:
BAB I :
Merupakan bab Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan
Teknik Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II :
Bab kedua membahas tentang Monoteisme secara umum, dimana
di dalamnya terdapat sub bab, diantaranya adalah: Definisi
Monoteisme,
Asal-usul
Monoteisme,
dan
Macam-macam
Monoteisme.
BAB III :
Bab ketiga membahas tentang Monoteisme dalam Barukh
Ministry, di dalamnya dibahas mengenai, Sejarah Berdirinya
Barukh Ministry, Monoteisme dalam Barukh Ministry. Dalam sub
bab yang kedua terdapat anak bab, yaitu: a. Allah, Yesus, dan Roh
Kudus, b. Ke-Ilahian, Kemanusiaan, dan Ketuhanan Yesus
Kristus, c. Dzat, Kalam, dan Hayat Qodim (Kekekalan Allah,
Firman, dan Roh).
BAB IV :
Penutup yang isinya Kesimpulan dan Saran-Saran.
BAB II
PENGERTIAN MONOTEISME
A. Pengertian Monoteisme
Istilah monoteisme berasal dari bahasa Yunani yaitu, Monos artinya
Tunggal dan Theos artinya Tuhan.7 Istilah ini selalu dipakai dalam
pertentangannya dengan Politeisme (penyembahan terhadap banyak Ilah atau
Dewa). Dimana monoteisme dengan eksklusif menolak politeisme.
Monoteisme
dalam
Ensiklopedia
Gereja
Mengandung
arti
iman
kepercayaan pengakuan dan penghormatan akan hanya satu Tuhan yang Maha
Tinggi. Tuhan diyakini mutlak ada, kekal, Maha Kuasa, Maha Tahu.8
Pengertian monoteisme dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah Ajaran
yang hanya mempercayai adanya satu Tuhan saja seperti agama Islam yang
kalimat syahadatnya berbunyi: “Tak ada Tuhan selain Allah”.9
Alkitab khususnya Perjanjian Lama menceritakan bahwa monoteisme
adalah Paham yang sejak semula menjadi keyakinan manusia. Namun, seiring
kejahatan manusia paham ini makin ditinggalkan dan banyak orang masuk ke
dalam paham Politeisme.10
7
K.A.M. Jusuf Roni, “Keberagamaan dalam Keragaman”, Artikel diakses pada 28
Agustus 2008 dari http://www.sttapostolos.ac.id/artikel/keberagamaan_dalam_keragaman.html.
8
A. Heuken. SJ, Ensiklopedia Gereja, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993), Vol.
III, h. 187-188.
9
J.S, Badudu dan Sultan Mohammad Zain, Kamus Umum B. Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1996), h. 908.
10
K.A.M. Jusuf Roni, “Keberagamaan dalam Keragaman”, Artikel diakses pada 28
Agustus 2008 dari http://www.sttapostolos.ac.id/artikel/keberagamaan_dalam_keragaman.html.
Terjemahan monoteisme dalam bahasa Arab adalah Tauhid. Tauhīd berarti
satu (berasal dari kata wahid, ahad). Kata ini menyiratkan penyatuan, kesatuan
atau mempertahankan sesuatu agar tetap satu. Syahadat, adalah pengakuan atau
pernyataan percaya akan keesaan Allah dan bahwa Muhammad adalah nabinya.
"Kalimat tauhīd" yang berbunyi: "Lailahailallah" yang berarti bahwa satu-satunya
tuhan (ilah) yang pantas untuk diabdi, ditaati, disembah, diikuti ajarannya
hanyalah Allah.11
Mon-əthē’izm dalam agama berarti percaya kepada satu Tuhan. Istilah
tersebut bertentangan dengan ateisme (yang tidak percaya pada Tuhan) dan
politeisme (percaya pada banyak Tuhan). Berbeda juga dengan panteisme, dimana
paham ini percaya bahwa Tuhan tidak dapat dipisahkan dengan alam, yang
mempengaruhi Tuhan adalah transenden, berada di luar alam. Kadang kala
panteisme berbeda dengan deisme, dimana percaya bahwa Tuhan digambarkan
seperti alam, dan Tuhan disebut imanen atau dapat dijangkau oleh akal manusia.12
Tuhan dalam monoteisme adalah wujud pribadi yang dapat digambarkan,
meskipun tidak dapat dipahami oleh akal manusia, kebijaksanaan, cinta kasih, dan
pendekatan dalam beribadah. Tuhan berbeda dilihat dari segi impersonal, abstrak,
prinsip, atau absolute. Seperti orang-orang yang menganut monoteisme, yakni
filosopi Yunani (Aristoteles), Jerman (Hegel), dan Hindu (Shankara).
Sesuai dengan tiga agama besar yang menganut monoteisme yakni,
Yudaisme, Kristen, dan Islam-dikatakan bahwa monoteisme merupakan
kepercayaan yang paling tinggi dalam agama. Akan tetapi, para ilmuan memilah
11
Artikel ini diakses pada 12 Agustus 2008 dari http://wikipedia.mobi/monoteisme. html.
Lee A. Belford, “Monotheism” dalam Ruth N. Anshen, ed., Ecyclopedia Americana,
vol. 19, (New York: Harper & Bros., 1952), h. 377.
12
pengertian bahwa pribadi Tuhan mengambil langkah kea rah pengertian sopistik
yang absolute. Salah satunya, monoteisme telah mengambil tindakan pada
intelektual dan emosionalnya untuk memuaskan jawaban banyak orang terhadap
permintaan yang abadi tentang arti ada. Hal itu tidak mungkin, dikarenakan Tuhan
Mahakuasa dalam penerangan kehadiran roh jahat terbatas dari penciptaaan dunia
dan aturan kebijakan.13
Mon-əthē’izm dalam agama berarti percaya kepada satu Tuhan. Istilah
tersebut bertentangan dengan ateisme (yang tidak percaya pada Tuhan) dan
politeisme (percaya pada banyak Tuhan). Berbeda juga dengan panteisme, dimana
paham ini percaya bahwa Tuhan tidak dapat dipisahkan dengan alam, yang
mempengaruhi Tuhan adalah transenden, berada di luar alam. Kadang kala
panteisme berbeda dengan deisme, dimana percaya bahwa Tuhan digambarkan
seperti alam, dan Tuhan disebut imanen atau dapat dijangkau oleh akal manusia.14
Lain halnya pengertian dalam Kamus Populer Filsafat, dikatakan bahwa
Monoteisme adalah kepercayaan akan Tuhan Yang Maha Esa, Yang Tunggal,
berpribadi, mengatasi dunia ini, menciptakan dan mengarahkan dunia. Lawan dari
politeisme, dimana kepercayaan akan adanya berbagai Tuhan atau Dewa. Lain
lagi dengan panteisme: segala-galanya merupakan Tuhan, merupakan manifestasi
dari Tuhan.15
Tuhan dalam monoteisme adalah wujud pribadi yang dapat digambarkan,
meskipun tidak dapat dipahami oleh akal manusia, kebijaksanaan, cinta kasih, dan
13
Belford, “Monotheism”, h. 377.
Lee A. Belford, “Monotheism” dalam Ruth N. Anshen, ed., Ecyclopedia Americana,
vol. 19, (New York: Harper & Bros., 1952), h. 377.
15
Dick Hartoko, Kamus Populer Fisafat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h.
63.
14
pendekatan dalam beribadah. Tuhan berbeda dilihat dari segi impersonal, abstrak,
prinsip, atau absolute. Seperti orang-orang yang menganut monoteisme, yakni
filosopi Yunani (Aristoteles), Jerman (Hegel), dan Hindu (Shankara).
Sesuai dengan tiga agama besar yang menganut monoteisme yakni,
Yudaisme, Kristen, dan Islam-dikatakan bahwa monoteisme merupakan
kepercayaan yang paling tinggi dalam agama. Akan tetapi, para ilmuan memilah
pengertian bahwa pribadi Tuhan mengambil langkah kea rah pengertian sopistik
yang absolute. Salah satunya, monoteisme telah mengambil tindakan pada
intelektual dan emosionalnya untuk memuaskan jawaban banyak orang terhadap
permintaan yang abadi tentang arti ada. Hal itu tidak mungkin, dikarenakan Tuhan
Mahakuasa dalam penerangan kehadiran roh jahat terbatas dari penciptaaan dunia
dan aturan kebijakan.16
B. Asal-usul Monoteisme
Tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam percaya bahwa monoteisme
menceritakan bahwa Tuhan telah menciptakan Adam, tetapi setelah berkurangnya
hal kemanusiaan dalam paham politeisme. Hal tersebut ditantang oleh para ahli
sejarah dan para antropolog pada abad ke-19. Beberapa ilmuan menyimpulkan
bahwa ide-ide keagamaan memiliki kemajuan dari orang-orang primitif animisme.
Sampai kepada puncaknya, Monoteisme Barat. Pandangan ilmuan telah
mengubahnya pada sekitar abad + 20. Dimana para ilmuan telah menempatkan
keberadaan monoteisme yang asli diantara orang-orang primitif. Pelbagai hal
16
Belford, “Monotheism”, h. 377.
mempertahankan individualitas ke dalam semua agama-agama yang cendrung
mengarah kepada henoteisme, dimana pemujaan terhadap Tuhan yang Maha
Besar diantara ke-Tuhanan yang kecil.
Tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam percaya bahwa monoteisme menceritakan
bahwa Tuhan telah menciptakan Adam, tetapi setelah berkurangnya hal
kemanusiaan dalam paham politeisme. Hal tersebut ditantang oleh para ahli
sejarah dan para antropolog pada abad ke-19. Beberapa ilmuan menyimpulkan
bahwa ide-ide keagamaan memiliki kemajuan dari orang-orang primitif animisme.
Sampai kepada puncaknya, Monoteisme Barat. Pandangan ilmuan telah
mengubahnya pada sekitar abad + 20. Dimana para ilmuan telah menempatkan
keberadaan monoteisme yang asli diantara orang-orang primitif. Pelbagai hal
mempertahankan individualitas ke dalam semua agama-agama yang cendrung
mengarah kepada henoteisme, dimana pemujaan terhadap Tuhan yang Maha
Besar diantara ke-Tuhanan yang kecil.17
Monoteisme dan politeisme percaya akan satu Tuhan dan banyak Tuhan,
seringkali
memikirkan
istilah
yang
lebih
sederhana,
misalnya
seperti
perbedaanhanya berdasarkan jumlahnya antara satu atau banyak. Sejarah agama,
seringkali menunjukkan banyak fenomena dan konsep yang bertentangan dengan
hal yang sederhana dalam suatu unsur. 18
Hal tersebut tidak syah, jika harus menerima sebabnya, contonya;
monoteisme mengalami perkembangan pada sejarah keagamaan dibandingkan
dengan politeisme.pada materi sejarah, hal tersebut tidak ada pembuktian pada
17
Belford, “Monotheism”, h. 377.
Theodorus P. Van Baaren, “Monotheism” dalam William Benton, ed., Encyclopedia
Britannica, (London: Knowledge in Depth, 1974), h. 381.
18
satu system kepercayaan lama dibandingkan yang lainnya, meskipun banyak para
ilmuan mempengaruhi monoteisme sebagai kepercayaan terbesar, karena itu harus
mengalami kedatangan yang paling tinggi. Dan lagi, satu Tuhan bukan untuk gelar
dalam monoteisme tetapi Tunggal; satu Tuhan tidak menguatkan logika yang
bertentangan kepada banyak Tuhan, seperti ungkapan tentang kekuasaan dan
kekuatan Tuhan atau Dewa.
Pemilihan salah satu diantara monoteisme atau politeisme seringkali
mengalami banyak masalah, karena kedua-duanya tidak memberikan kepuasan
terhadap jawaban atas semua pertanyaan yang pantas diletakkan. Kelemahan
politeisme adalah melahirkan keistimewaan dalam pertanyaan yang nyata tentang
pokok asli dari politeisme, padahal monoteisme sangat sukar dalam mencoba
memberikan jawaban atas pertanyaan mengenai keaslian roh jahat secara
keseluruhan di bawah kekuasaan Tuhan yang Esa.
Hal tersebut selalu membekas pada antitesis diantara banyak rupa
mengenai manifestasi Tuhan dan memikirkan persatuan atau menempatkan di
belakangnya. Satu atau banyak bentuk yang tidak statis kontradistifikasi; itu lebih
baik diantara bersifat magnit dan dialek yang tegang.
Sejarah
keagamaan
menunjukkan
bermacam-macam
usaha
untuk
mengkombinasikan persatuan dan banyak pemikiran seperti Tuhan, Dewa.
Karenaitu, Kristen disebut sebagai agama yang menganut paham monoteisme,
monoteisme mengasumsikan tentang Tuhan dari kebudayaan barat sudah barang
tentu bernilai aksioma. Tak diragukan lagi kira-kira realitas kebudayaan barat
telah menjadi pilihan diantara monoteisme dan politeisme tetapi pada
kenyataaannya hanya diantara monoteisme dan ateisme saja.
Agama Yahudi dan Nasrani merupakan agama yang lebih awal
mengajarkan prinsip monoteistik dibandingkan dengan agama Islam. Tradisi
monoteistik pra Islam berakar pada ajaran Nabi Ibrahim abad ke-19 SM.19
Yudaisme, Kristen dan Islam merupakan agama sematik atau Ibrahimiah
yang dipandang menganut Monoteisme. Islam merupakan agama termuda, tetapi
kemudian Islam mengaku dirinya agama tertua, karena dilihat dari segi doktrinnya
telah ada sejak Nabi Adam.
Membicarakan tentang tradisi Monoteistik secara lengkap, menurut
Penulis terlalu panjang untuk dibahas dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dalam
skripsi ini Penulis lebih menekankan pada Asal-usul Monoteisme.
Pembaruan Monoteistik berawal dari tradisi keagamaan Mesopotamia
Kuno. Tradisi keagamaan tesebut dilakukan oleh Nabi Ibrahim melalui dua jalur
yaitu, Yerusalem dan Mekkah. Yerusalem adalah jalur Nabi Ishak putra dari istri
Nabi Ibrahim Siti Sarah, yang dari jalur inilah Yudaisme dan Kristen lahir. Jalur
Mekkah dalah jalur Nabi Ismail yaitu putra dari istri Nabi Ibrahim Siti Hajar,
melalui jalur Mekkah ini tradisi Ibrahimiah mewujudkan dirinya pada agama
Mekkah dan Islam. 20
Dari sedikit penjelasan di atas Penulis berasumsi bahwa, untuk membahas
konsep monoteisme perlu membahas agama Mesopotamia walaupun secara
singkat, karena dari agama ini terlahirlah Paham monoteisme.
19
Kausar Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”. Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam, (jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), Vol. 1, h. 1.
20
Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”, h. 187-188.
Agama Mesopotamia adalah agama yang meliputi kepercayaan dan
praktek keagamaan orang Sumer dan orang Akkad, yang mendiami wilayah
Mesopotamia. Agama tersebut berasal dari kepercayaan dan praktek keagamaan
orang Sumer yang akhirnya dimodifikasi oleh orang Akkad.21
Seiring jalannya waktu agama Mesopotamia mengalami perubahan dan
perkembangan. Perkembangan tersebut membentuk suatu tradisi Mesopotamia
yang dari segi esensinya seragam koheren. Salah satu agama Mesopotamia adalah
agama Sumeria. Dalam agama tersebut mempunyai sejumlah Tuhan.
Tuhan-Tuhan mereka adalah personifikasi kekuatan alam dalam berbagai
bentuk. Maka tidaklah heran Tuhan dalam orang-orang Sumer banyak namanya,
seperti: Anu, Enlil, Engki. Tuhan lain yang dianggap penting oleh orang-orang
Sumer adalah, Ki (Tuhan yang dihubungkan dengan Bumi dan dilukiskan dengan
kesuburannya yang pasif).22
Selain Tuhan yang disebutkan di atas orang Sumer mempunyai tiga Tuhan
langit, yaitu: Nanna (Tuhan Bulan), Uttu (Tuhan Matahari), dan Inanna (Ratu
Khayangan).
Agama Mesopotamia lainnya adalah agama Babilonia. Agama Babilonia
hampir seluruhnya berasal dari agama Sumeria. Tuhan-tuhan yang dipuja oleh
orang Sumer tetap dipertahankan, tetapi kedudukkan Tuhan tersebut diturunkan
dan diabaikan. Orang-orang Babilon mempercayai suatu panteon yang terdiri dari
21
22
Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”, h. 41.
Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”, h. 42.
Tuhan. Tuhan yang berbentuk manusia tetap melebihi manusia yang bersifat
imortal.23
Sama halnya dengan orang-orang Sumer, orang-orang Babilonpun
mengenal banyak Tuhan yaitu, Tuhan Marduk yang kedudukannya sebagai
pemimpin semua Tuhan, Tuhan Ea, Tuhan Kebijaksanaan mantra-mantra, jampijampi, Tuhan Syamasi dan sebagainya.
Pembaruan Monoteistik tradisi Mesopotamia oleh Nabi Ibrahim pada abad
ke-19 SM, tidak diterima oleh masyarakat Mesopotamia. Perjuangan Nabi
Ibrahim menyebarkan visi Monoteistik membuat Raja Namrut (Nimrot) dari Ur
marah dan menghukumnya dengan dibakar dalam api besar. Namun Nabi Ibrahim
diselamatkan oleh Tuhan dari hukuman tersebut. Akhirnya, Nabi Ibrahim dan
keluarganya keluar dari Mesopotamia. Tetapi, orang-orang Mesopotamia tetap
menyembah banyak Tuhan.
Setelah nabi Ibrahim keluar dari Mesopotamia, nabi Ibrahim bersama
keluarganya memasuki padang pasir sebagai migran, dan berpindah menuju
daerah lain. Pengembaraan nabi Ibrahim bersama keluarganya menurut sejarah
cikal bakal lahirnya agama monoteisme pertama yaitu agama Yahudi kemudian
dilanjutkan kepada agama Nasrani dan Islam.
Dari penjelasan singkat tentang tradisi monoteistik di atas Penulis
mencoba membuat suatu konsep monoteisme dalam kerangka tiga agama
(Yahudi, Nasrani, Islam) yang diklaim sebagai agama Samawi.
23
Azhari Noer, “Tradisi Monoteistik”, h. 42.
Penulis berpendapat, konsep monoteisme tiga agama mempunyai latar
belakang yang sama. Yaitu terlahir dari sebuah pengalaman keagamaan bangsa
Mesopotamia yaitu orang-orang Amori. Contohnya kita dapat melihat antara
Yudaisme dan Orang Amori. Orang Amori telah mengembangkan suatu konsep
monoteistik sebagai dasar bagi tuntutan mereka terhadap suatu pemerintahan
tunggal empat sudut dunia dan kewarganegaraan yang sama bagi semua umat di
bawah hukum Ilahi yang diumumkan secara resmi oleh raja negara dunia,
Hamurabi. Namum konsep monoteistik tersebut dicampuri oleh paham yang
syirik. Begitu juga dengan Ibrahim yang melanjutkan tradisi tersebut mempebarui
konsep monoteistik yang telah dikembangkan tersebut. Ibrahim berusaha untuk
menghilangkan segala kepercayaan yang berbau syirik yang mengakibatkan
beliau dan pengikutnya keluar dari Ur.
Dari sini kita dapat melihat bagaimana kesamaan konsep monoteistik
antara orang Amori dan nabi Ibrahim. Doktrin yang paling esensial dalam
Yudaisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah transennden. Semua orang
Yahudi adalah satu dalam kepercayaan ini meskipun berbeda kebudayaa, periode
dan sekte. Tuhan adalah pencipta alam semesta, sumber segala wujud.
Monoteisme Yahudi adalah monoteisme transenden dan etis. Tuhan bukan hanya
satu dan transenden, tetapi Dia berhubungan pula dengan manusia.
Agama Kristen boleh dikatakan sebagai agama monoteisme kedua setelah
agama Yahudi yang mempunyai latar belakang dari ajaran Ibrahim. Agama
Kristen lahir dari sebuah sekte Yahudi. Orang Kristen pada awalnya merupakan
bangsa Yahudi yang pada akhirnya melepaskan diri dari Yudaisme tanpa
menghilangkan ciri-ciri asal Yahudi. Istilah “Kristen” berasal dari kata Yunani
Christos sebagai terjemahan istilah Ibrani Mesias, yang digunakan oleh orangorang Yahudi untuk menunjukan penyelamat nasional yang mereka harapkan.
Kemudian isilah Mesias diterjemahkan kepada al-Masih untuk menyebut Yesus
dari nazaret (Nasrani) yang kemudian kita kenal dengan agama “Nasrani”.
Sedangkan agama Islam dilihat dari urutan merupakan agama ketiga yang
mengembangkan konsep monoteistik. Agama Islam secara ideologis menurut alFaruqi merupakan suatu kelanjutan tradisi Mesopotamia Kuno dan suatu
rekristalisasi Yudaisme dan Kristen. Islam melanjutkan kembali tradisi
monoteistik Abraham.
Dari penjelasan di atas jelaslah ketiga agama tersebut mempunyai tradisi
dan konsep monoteisme yang sama yaitu dari sebuah pergumulan sejarah yang
panjang. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, konsep monteisme merupakan
keinginan manusia untuk menyembah kepada Tuhan yang dianggap oleh mereka
Esa jauh dari asosiasionisme (syirik) atau politeisme. Ketiga agama Yahudi,
Kristen, Islam mengakui adanya Tuhan sendiri dan mengakui nabi serta kitabkitab yang diwahyukan pada agama mereka masing-masing.
C. Macam-Macam Monoteisme
Terdapat berbagai bentuk kepercayaan Monoteisme, termasuk:24
•
Teisme, istilah yang mengacu kepada keyakinan akan tuhan yang 'pribadi',
artinya satu tuhan dengan kepribadian yang khas, dan bukan sekadar suatu
kekuatan ilahi saja.
24
Artikel ini diakses pada 12 Agustus 2008 dari http://wikipedia.mobi/monoteisme. html.
•
Deisme adalah bentuk monoteisme yang meyakini bahwa tuhan itu ada.
Namun demikian, seorang deis menolak gagasan bahwa tuhan ini ikut
campur di dalam dunia. Jadi, deisme menolak wahyu yang khusus. Sifat
tuhan ini hanya dapat dikenal melalui nalar dan pengamatan terhadap
alam. Karena itu, seorang deis menolak hal-hal yang ajaib dan klaim
bahwa suatu agama atau kitab suci memiliki pengenalan akan tuhan.
•
Teisme monistik adalah suatu bentuk monoteisme yang ada dalam Hindu.
Teisme seperti ini berbeda dengan agama-agama Semit karena ia
mencakup panenteisme, monisme, dan pada saat yang sama juga
mencakup konsep tentang Tuhan yang pribadi sebagai Yang Tertinggi,
Mahakuasa, dan universal. Tipe-tipe monoteisme yang lainnya adalah
monisme bersyarat, aliran Ramanuja atau Vishishtadvaita, yang mengakui
bahwa alam adalah bagian dari Tuhan, atau Narayana, suatu bentuk
panenteisme, namun di dalam Yang Mahatinggi ini ada pluralitas jiwa dan
Dvaita, yang berbeda dalam arti bahwa ia bersifat dualistik, karena tuhan
itu terpisah dan tidak bersifat panenteistik.
•
Panteisme berpendapat bahwa alam sendiri itulah Tuhan. Pemikiran ini
menyangkal kehadiran Yang Mahatinggi yang transenden dan yang bukan
merupakan bagian dari alam. Tergantung akan pemahamannya, pandangan
ini dapat dibandingkan sepadan dengan ateisme, deisme atau teisme.
•
Panenteism adalah suatu bentuk teisme yang berkeyakinan bahwa alam
adalah bagian dari tuhan, tapi tuhan tidaklah identik dengan alam.
Pandangan ini diikuti oleh teologi proses dan juga Hindu. Menurut Hindu,
alam adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak sama dengan alam
melainkan mentransendensikannya. Akan tetapi, berbeda dengan teologi
proses, Tuhan dalam Hinduisme itu Mahakuasa. Panenteisme dipahami
sebagai "Tuhan ada di dalam alam sebagaimana jiwa berada di dalam
tubuh". Dengan penjelasan yang sama, panenteisme juga disebut teisme
monistik di dalam Hinduisme. Namun karena teologi proses juga tercakup
di dalam definisi yang luas dari panenteisme dan tidak menerima
kehadiran Yang Mahatinggi dan Yang Mahakuasa, pandangan Hindu
dapat disebut sebagai teisme yang monistik.
•
Monoteisme substansi, ditemukan misalnya dalam sejumlah agama
pribumi Afrika, yang berpendapat bahwa tuhan yang banyak itu adalah
perwujudan dari substansi yang satu yang ada di belakangnya, dan bahwa
substansi yang ada di belakangnya itulah Allah. Pandangan ini banyak
miripnya dengan pandangan Tritunggal Kristen tentang tiga pribadi yang
mempunyai hakikat yang sama.
Adapun macam-macam monoteisme dalam buku “Sistematika Filsafat”
ada empat macam, diantaranya adalah:25
- Monoteisme praktis, dalam monoteisme ini diartikan bahwa tidak adanya
pengingkaran terhadap dewa-dewalain, tetapi hanya satu Tuhan saja yang
diarah dan dipuja.
25
305-306
Sidi gazalba, Sistimatika Filsafat, Buku III, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h.
- Monoteisme spekulatif, terbentuk karena bermacam gambaran Dewadewa lebur menjadi satu gambaran, yang akhirnya dianggap sebagai satusatunya Dewa.
- Monoteisme teoritis, bahwa dalam teori Tuhan itu Esa, tapi dalam
praktek dipercayai lebih dari satu Tuhan (seperti filsafat Nasrani).
- Monoteisme murni, Tuhan itu Esa dalam jumlah dan sifat. Tuhan
memiliki sifat satu-datunya, tidak ada duanya. Tiap sifat ditemukan pada
alam, bukan sifat Tuhan. Tiap bentuk atau rupa yang ditemukan dalam
alam (termasuk dalam alam imajinasi pikiran manusia), bukan bentuk atau
rupa Tuhan.
Sedangkan di dalam Encyclopaedia Britannica ada tiga macam
monoteisme, adalah:
- Monoteisme eksklusif. Dalam Monoteisme eksklusif hanya ada satu
Tuhan; pelbagai Tuhan-tuhan yang sederhana tidak ada sama sekali atau
kebanyakan dari mereka itu adalah setan-setan atau dewa-dewa palsu;
misalnya, makhluk yang diakui keberadaanya tetapi mereka tidak bisa
dibandingkan oleh kekuatan atau dengan kesatuan dan ketuhanan yang
benar. Ide monotisme ini secara keseluruhan berasal dari Judaisme,
Kriesten, dan Islam. Menurut perjanjian lama dikatakan bahwa Tuhantuhan yang lainnya termasuk ke dalam karakter Tuhan-tuhan yang palsu,
kemudian Yudaisme dan Kristen mengembangkan konsep Ketuhanan
yang satu menurut teologi dan filsafat, dan tuhan-tuhan yang lain
dipertimbangkan untuk tidak ada. Dalam monoteisme eksklusif ada dua
tipe: monoteisme etika dan monoteisme intelektual. Dalam monoteisme
etika, seseorang memilih satu Tuhan, dikarenakan mereka membutuhkan
Tuhan dan akan memujanya, dan menjadikan Dia sebagai Tuhan yang Esa.
Dalam monoteisme intelektual, Tuhan yang Esa adalam tidak ada tetapi
menurut logika itu merupakan hasil dari pertanyaan mengenai asal usul
dunia.26
- Monoteisme inklusif. Monoteisme ini menerima eksistensi Tuhan yang
Agung tetapi kebanyakan tuhan-tuhan yang ada esensinya sama yaitu satu,
sehingga hal itu membuat tidak adanya perbedaan dalam nama atau sesuai
dengan upacara yang melibatkan Tuhan atau para dewa.27
- Monoteisme primitif. Dalam hal ini monoteisme primitif diperlukan
untuk menyebutkan adanya para dewa yang tinggi yang jauh, pada
umumnya para dewa langit yang ditemukan dalam kebudayaan kuno dan
primitif diramalkan telah menjadi suatu teori yang timbul dari monoteisme
primitif.28
26
Theodorus P. Van Baaren, “Monotheism”, dalam William Benton, ed., Encyclopedia
Britannica, (London: Knowledge in Depth, 1974), h. 381-382.
27
Baaren,”Monotheism”, h. 382.
28
Baaren,”Monotheism”, h. 383.
BAB III
MONOTEISME DALAM BARUKH MINISTRY
A. Sejarah Berdiri Barukh Ministry
Barukh Ministry merupakan lembaga atau pelayanan dalam agama Kristen
yang memiliki daya kritis terhadap iman Kristen khususnya terhadap iman
Abraham kepada Allah yang Esa. Barukh Ministry merupakan lembaga pelayanan
yang pemahaman keagamaanya cenderung kepada Ke-kristenan Timur Tengah.29
Barukh Ministry merupakan sebuah lembaga pelayanan kontekstual
Kristen yang berdiri tanggal 8 Nopember 2005. Barukh Ministry dalam bahasa
Ibrani memiliki dua arti, yaitu ”diberkati” dan ”terpuji” (Maz. : 118:26).30
Lembaga pelayanan tersebut berkantor di Jakarta Utara, tepatnya di Komplek
Gading Griya Lestari.31
Lembaga pelayanan Kristen Barukh Ministry berdiri di bawah legalitas
Yayasan Beracah. Tujuan didirikan Pelayanan Barukh Ministry yaitu, untuk
melayani pekerjaan junjungan Agung Yesus Kristus.
Gagasan untuk melahirkan sebuah pelayanan Kristen Barukh Ministry
diawali pada tahun 2000-2005, yang berlatar belakang dari sebuah pemikiran
kritis, dengan pijakan teologis dan historis serta melewati pergumulan yang
panjang, terhadap iman Abraham kepada Allah yang Esa (Devarim 6:4 ”Shema
29
AbunaAndreas Kemal, ”Sejarah dan Latar Belakang Lembaga Barukh Ministry”,
(Makalah, Barukh Ministry, 2006), h. 1.
30
Kemal, ”Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry”, h. 1.
31
Kemal, ”Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry”, h. 1.
Yissrael Adonai Elohenu Adonay Ehad” atau Ulangan 6:4 ”Dengarlah, hai orang
Israel, TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu Esa”).32
Awal tahun 2005 para penggagas Barukh Ministry mengadakan pelayanan
pribadi yang dilangsungkan dengan dialog antar Kristen dan Islam. Kegiatan
tersebut diresmikan oleh Bupati kabupaten Soe Nusa Tenggara Timur. Bulan
Agustus 2005 tiga orang penggagas Barukh Ministry diundang selama dua hari
oleh Kelompok Fundamental Islam yakni forum Arimatea di daerah Jakarta Timur
untuk menghadiri dialog ilmiah dengan tema: ”Ke-Ilahiyan Isa/Yesus”.33 Dialog
tersebut merupakan suatu bukti bahwa Barukh Ministry yang akan dibentuk
nantinya membuka peluang bagi non Kristen untuk berdialog dan berdiskusi
seputar permasalahan agama agar terbentuk toleransi beragama yang positif.34
Seiring dengan bergulirnya roda waktu yang tidak pernah berhenti,
tantangan dan resiko untuk mencari sebuah tim Ilahi tidak menyurutkan para
penggagas Barukh Ministry. Mereka terus berjuang untuk mewujudkan kerinduan
terhadap panggilan akan anak cucu Abraham/Ibrahim dari keturunan Israel,
sehingga tanggal 8 Nopember 2005 terbentuklah Lembaga Pelayanan Kristen
Barukh Ministry.
Melalui lembaga pelayanan tersebut diharapkan agar dapat memberkati
anak, cucu Abraham/Ibarahim untuk kepujian ADONAI yang Tauhid (Esa).35
32
http://www.barukhministry.com
http://www.barukhministry.com
34
Wawancara pribadi dengan Pimpinan Barukh Ministry: Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 18 April 2008.
35
http://www.barukhministry.com
33
Visi Misi dan Struktur Organisasi Barukh Ministry
Barukh Ministry memiliki Visi sebagai berikut: 36
1. Melestarikan keyakinan yang berakar dari Abraham sebagai pewaris
monoteisme (Allah yang Esa) dan terus memelihara tradisi semetik
sebagai media untuk pelayanan kontekstual Nasrani dan Islam.
2. Mencerdaskan umat percaya dengan pengajaran yang benar dan
Alkitabiah agar sanggup menjawab iman percaya secara kontekstual, kritis
dan mandiri.
3. Pencerahan umat agar semakin kuat dan bertumbuh serta berbuah.
Sedangkan misi lembaga adalah:37
1. Menjalin hubungan yang terbuka dan sehat antara Nasrani dan Islam
sebagai keturunan dari Bapak segala bangsa, tanpa memburamkan
kebenaran yang hakiki.
2. Membangun paradigma terhadap umat tentang Allah yang Esa, agar
mampu berdialog dengan benar dan cerdas secara Alkitabiah.
3. Melaksanakan ibadah seperti KKR, Seminar (Materi Parelisasi
Kristen-Islam), agar umat percaya semakin kuat dan bertumbuh.
4. Mengadakan pelayanan dengan tetap mempertahankan
budaya
semetik, melalui busana, alat-alat musik dan puji-pujian, sebagai warna
pelayanan Barukh Ministry.
36
37
http://www.barukhministry.com
http://www.barukhministry.com
Tujuan & sasaran 38
1. Kembali kepada imannya Abraham (Monoteisme Abraham), yakni kepada
Allah yang Esa.
2. Membangun jembatan komunikasi kedua Agama, Nasrani dan Islam,
dengan metode dialog parelisasi.
3. Mensyiarkan Sang Firman (Yesus/Isa) yang turun (nuzul) menjadi
manusia terhadap keyakinan anak cucu Abraham yang lain.
4. Meruntuhkan benteng eksklusivisme diantara Agama samawi (NasraniIslam), yang kedua-duanya memiliki akar persamaan yang sama.
Struktur organisasi Barukh Ministry sebagai berikut:39
KETUA
: Abuna. Andreas Kemal
SEKRETARIS
: Ev. Diana Lazarus
BENDAHARA
: Ev. Diana Lazarus
DEP. UMUM
: Ev. Osias Rondo
YAYASAN BERACAH
Sekolah Tinggi
Teologia
38
39
3.
Barukh
Ministry (BM)
Persekutuan
Doa (PD)
http://www.barukhministry.com
Abuna Andreas Kemal, ”Monoteisme Abraham”, (Makalah, Barukh Ministry, 2008), h.
Ket:
1.Yayasan Beracah berdiri di Jakarta Thn.2000
2.Pelayanan Pendidikan (STT) sejak Thn 2002 non kegiatan
3.Pelayanan Misi (BM) sejak Thn 2005 dan sampai saat ini
-Pelayanan Lintas Iman (Agama-agama Abraham/Ibrahim)
-Pelayanan Kemitraan dalam Kajian Ilmiah
4.Pelayanan Ibadah Umum (PD Non Gereja) di rencanakan Awal 2009
B. Monoteisme dalam Barukh Ministry
Paham Tri Tunggal seakan menjadi sebuah hambatan tumbuh kembangnya
paham monoteisme. Istilah Tri Tunggal sendiri sudah menjadi sebuah perdebatan
sengit oleh Gereja purba lewat Bapa-bapa Iman dalam menghadapi ajaran sesat
para bidat saat itu, dimana sekalipun beragam penafsiran atau pandangan mereka
terhadap hal itu, namun perlu diketahui bahwa meskipun dalam penggalimatan
ada yang berbeda namun yang terpenting adalah apa yang dipercaya adalah satu
yakni Yesus sebagai Ilahi yang dapat menyelamatkan.
Misalnya Origenes (185 SM) yang dahulunya dari Aleksandria sebagai
orang Katolik yang setia diangkat oleh Uskup Demetriu menjadi Kepala
katekisasi dikemudian hari oleh karena satu dan lain hal kemudian hari Origenes
berpindah ke Kaisarea di Palestina dan melanjutkan tugasnya. Ia dengan gigih
menentang teori apapun yang mengurangi ketigaan yang kekal dari Allah. Ia
mengajarkan bahwa Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus secara pribadi adalah tiga
”hypostasis” atau katakanlah tiga keberadaan. Selanjutnya dalam kekeliruannya
Origenes beranggapan bahwa Trinitas itu bertingkat yaitu, Bapa lebih besar dari
pada Anak yang lebih besar dari Roh Kudus, walaupun Anak Allah sama dengan
Allah hanya pada tingkat yang lebih rendah, dengan kata lain Ketritunggalan
Origenes adalah Ketritunggalan yang bertingkat.40
Pemikiran ini di abad kemudian di pertajam dan di simpulkan oleh Arius
seorang presbiter dari Alexandria, bahwa Sang Bapa adalah Allah yang sejati,
sedangkan Anak dan Roh Kudus hanya makhluk (ciptaan), hal ini kemudian di
tentang keras oleh Athanasius bahkan hampir seluruh hidupnya diabadikan
melawan Arius, dimana Arius tetap mempertahankan Keilahian Yesus sebagai
Firman Alah demikian juga dengan Roh Kudus yang Keluar dari Allah
(Yoh.15:26) .41
Konsili Nicea (325) diadakan sebagai reaksi atas ajaran Arius yang sesat,
sehingga dalam konsili tersebut konsili mengutuk Arius dan tersusunlah
pangakuan iman anti Arius yaitu pengakuan Iman Nicea.
Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa, Origenes dengan
ketritunggalan yang bertingkat dimana ada pembagian tingkatan atau polesi yakni
Allah Bapa lebih besar dari Anak Allah, Arius dengan monoteisme radikal dan
memasukan ke dalam Ketritunggalan bertingkat dimana hanya Allah Bapa yang
kekal sedangkan Anak Allah adalah makhluk atau tidak kekal, Maka jauh-jauh
hari Tertulianus (160-225 SM) telah menjelaskan Allah disebut dengan istilah
”Ousia” serta
Firman & Roh ”Hypostasis” yang oleh Athanasius di abad
kemudian diperjelas Bapak, Anak dan Roh Kudus
40
41
Kemal, “Monoteisme Abraham”, h. 1.
Kemal, ”Monoteisme Abraham”, h. 2.
sehakekat dan menurut
Theofilus (181.M) Istilah trinitas muncul sebenarnya untuk menjelaskan
kebagaimanaan Allah yang Esa dalam cara beradanya dan bukan keberapaan
Allah.42
Melihat sejarah gereja purba diatas dapat disimpulkan sesungguhnya
istilah Tritunggal sudah menjadi istilah yang lazim saat itu baik yang dipahami
dengan sesuatu kesalahan yang dapat berakibat penyesatan maupun istilah
Tritunggal yang dipahami secara benar sebagai penjelasan terhadap Allah Yang
Esa dimana Yesus dan Roh Kudus adalah sifat yang sehakekat dengan Bapa.43
Untuk itu Barukh Ministry tidak menggunakan istilah Tritunggal dengan
sebutan ”Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus”, tetapi menggunakan istilah
Allah yang Esa dengan sebutan ”Allah Bapa, Anak (Firman-Nya) dan Roh Kudus
(Roh-Nya) ” sesuai yang terdapat dalam (Ul.6:4 dan Markus.12:29), sebagai
Monoteisnya Abraham. Sehingga dari pengalaman sejarah tersebut maka Barukh
Ministry tetap dengan istilah yang ada dalam Alkitab yakni Allah Yang Esa,
walaupun pada kebanyakan Kristen secara khusus dunia Barat tetap dengan istilah
Tritunggalnya dan Gereja Timur dengan istilah monoteisnya, tetapi sesungguhnya
secara ezensi sama, yakni sama-sama meyakini Allah itu Esa dan dapat dikenal
lewat firman-Nya yakni Yesus.
Inilah yang mendasari Barukh Ministry tetap memelihara tradisi semit
yakni dengan memakai istilah Allah Yang Esa dan menyebutkan Yesus adalah
Junjungan Ilahi, yang digunakan oleh Gereja-gereja Semit
42
Kemal, “Monoteisme Abraham”, h. 1.
Wawancara pribadi dengan Pemimpin Barukh Ministry: Abuna Andreas Kemal,
Jakarta, tanggal 10 Mei 2008.
43
Konsep monoteisme dalam Barukh Ministry hakekatnya mengacu kepada
monoteisme Abraham. Mereka yakin bahwa konsep monoteisme Abraham
bersumber dari pengakuan Allah dan Yesus/Isa, yang kemudian menjadi sebuah
perjanjian antara Allah dan Abraham, Ishak dan Ya’kub kemudian di ilhamkan
oleh Roh Kudus dan dituliskan oleh Nabi dan Rasul menjadi Kitab Suci
(Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru)44.
a. Allah, Yesus dan Roh Kudus
Eksistensi Allah, Yesus dan Roh Kudus menurut Lembaga Pelayanan
Barukh Ministry sebagai berikut:
Eksistensi Allah
Allah yang Esa dan kekal, tidak berkesudahan, atau Qodim, Dia memiliki
kehidupan (memiliki Roh) atau al-Hayat dan memiliki pikiran (Logos) atau
“Firman” atau al-Kalam, sebab Dia adalah Sang Khalik – Pencipta segala
sesuatu.45
“Allah itu tidak mungkin sama atau seperti apapun – karena Dia adalah
Roh (gha’ib), dan tidak mungkin tidak punya Roh, karena Dia hidup dan
memberikan kehidupan, dan Allah tidak mungkin tidak punya pikiran –
tidak mungkin tidak punya “Firman”, karena melalui “Firman-Nya” Dia
menciptakan segala sesuatu.”
Eksistensi Yesus
Allah itu “Wajib Ada” memiliki Firman (Logos) atau Kalam, karena Dia
menciptakan segala sesuatu dengan firman-Nya dan firman-Nya tidak di ciptakan,
44
Wawancara pribadi dengan Pemimpin Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal,
Jakarta, tanggal 10 Mei 2008.
45
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, Kembali Kepada Monoteisme Abraham
(Jakarta: Barukh Ministry, 2002), h. 2.
sudah ada kekal bersama Allah. Dan “Wajib Tidak Ada” kalau Firman itu
diciptakan kemudian, karena tidak mungkin Allah pernah tidak ada Firman - lalu
Firman seperti apa yang Dia menciptakan Firman?
-
Fiman itu LOGOS atau disebut pikiran Allah, tidak mungkin Allah
tidak memiliki pikiran (Maha Suci Dia) atau Allah sempat tidak punya
pikiran sebelum pikiran itu diciptakan. Dalam pikiran itu terkandung
“ilmu” atau maha mengetahui dan “Wajib Tidak Ada” kalau Allah
tidak memiliki Firman atau Firman diciptakan kemudian
-
Segala sesuatu diciptakan oleh Firman-Nya- oleh karena Firman-Nya
tercipta segala sesuatu, “Wajib Tidak Ada”ciptaan-Nya kalau Firman
itu diciptakan.
-
Firman itu sudah ada sejak semula sehakekat dalam dzat-Nya
[Yoh.1:1] dengan ringkasan Kalam yang Qaimah dalam dzat-Nya.46
Eksistensi Roh Kudus
Allah itu “Wajib Ada” memiliki kehidupan-memiliki Roh atau Hayat dan
tidak mungkin Allah itu mati atau tidak memiliki Roh.
-
Jadi “Wajib Ada” Roh itu dalam diri Allah dan “Wajib Tidak Ada”
Roh itu diciptakan kemudian. Sejak kekal Roh itu melekat dalam DzatNya sehaket
-
Karena Allah itu menciptakan segala yang hidup dan segala sesuatu
yang hidup berasal dari Dia, hidup yang kekalpun ada dalam Dia, di
dalam Dia tidak ada kematian, karena Dia sumber kehidupan (al-
46
Barukh Ministry, Kembali Kepada Monoteisme Abraham, h.3.
Hayat). Allah adalah sumber kehidupan termasuk hidup yang kekal
[Maz.36:10 ; Yoh.5:26]47
Membaca kutipan di atas sekilas bahasa dan kata yang digunakan untuk
menjelaskan eksistensi tentang Allah, Yesus dan Roh Kudus sama dengan agama
Islam. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena Barukh Ministry mengklaim
dirinya sebagai pewaris agama monoteisme Abraham atau menganut agama
Kristen Timur Tengah.
Allah Esa, kekal dan qodim serta memiliki kehidupan dan kalam
merupakan argumentasi Barukh Ministry dalam menjelaskan tentang Allah. Allah
menurut mereka pasti Esa dan Qodim. Allah tidak mungkin sama dengan apapun,
karena Allah adalah roh yang memberikan kehidupan. Melalui firman-Nya lah
Allah menciptakan segala sesuatu. Barukh Ministry berkeyakinan bahwa Allah
memiliki Roh dan pikiran (logos) serta Firman (kalam).48
Pendapat Barukh Ministry bertolak belakang dengan orang Barat yang
terpengaruh oleh paham Arius yang menolak keqadiman kalam Allah dan
menekankan otonomi ke-Allahan Yesus sebagai kalam Allah.49
Pengakuan terhadap Allah Yang Maha Esa menurut Barukh Ministry
berakar dari sebuah syahadat bagi umat Perjanjian Lama (Yahudi) yang memiliki
keyakinan Monoteisme yang ketat yaitu:
“…..Shema Yissrael Adonai Elohenu Adonay Ehad” (Devarim /ulangan
6:4) (Dengarkanlah hai orang-orang Israel TUHAN yang kita sembah,
Tuhan itu Esa”).Dzat al-wujud, yang tidak berawal dan berakhir, tidak ada
47
Barukh Ministry, Kembali Kepada Monoteisme Abraham, h.4.
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 20 Juni 2008.
49
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 20 Juni 2008.
48
persamaan-Nya tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang bandinganNya, tidak ada tandingan-Nya, tidak ada sandingan-Nya, tidak ada yang
serupa denga Dia, “sebab Aku ini Allah dan bukan manusia (hosea.
11:29).50
Penyebutan terhadap Allah Yang Maha Esa Barukh Ministry terkadang
menyebut dengan istilah “Bapa”, seperti halnya agama Kristen umumnya.
Penggunaan istilah “Bapa” kepada Allah, menurut Barukh Minitry mengandung
arti sebagai berikut:51
1. Istilah “Bapa” tidak memiliki konotasi seksual dan tidak memiliki makna
biologis. Allah disebut Bapa karena Dia adalah asal usul segala sesuatu
sebagai pencipta.
2. “Bapa atau Anak diperanakan atau dilahirkan”, bukanlah memiliki arti
seperti halnya manusia.
3. Bila Allah disebut Bapa tidak berarti Dia berjenis kelamin laki-laki karena
dalam dzat-Nya yang ghaib tidak ada hubungan seperti manusia atau
apapun juga.
Barukh Ministry berkeyakinan bahwa Allah Yang Maha Esa itu adalah
Bapa yang diajarkan Oleh Yesus sendiri.
“tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri
dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah” (Yohanes. 5:8).
50
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Kekristenan dan Ketauhidan, Sebagai Pewaris
Monoteisme Abraham” (Makalah, Barukh Ministry, 2000), h. 3.
51
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Kekristenan dan Ketauhidan, Sebagai Pewaris
Monoteisme Abraham”. h. 5.
Argumentasi Barukh Ministry tentang Allah Esa, mereka mengutip dari isi
kandungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru 52
a. Perjanjian Lama (tenak)
(Kel.20:3-5a) ”Jangan ada padamu Allah lain dihadapanku ”jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di
atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu”.
(Yes. 44:6:6) ”Begini firman TUHAN, Raja dan penebus israel Tuhan
semesta alam: Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian, tidak
ada Allah selain daripada-Ku.
(Yes.45:5a) ”Akulah TUHAN Raja dan penebus Israel, kecuali Aku tidak
Allah”.
(Yes. 45:21b) ”Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada
Allah selain daripada-Ku! Allah yang adil dan juruselamet, tidak ada
yang lain kecuali Aku!”
(Yes. 46:9b) ”Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku”
b. Perjanjian Baru berita (Krugma).
(Yoh. 4:24) ”Allah itu Esa yang kita sapa dengan sebutan ”Bapa”, yang
tidak berwujud tidak beragam tidak berjasmania karena ”Allah itu Roh”.
(1 Yoh. 1:5) ”Allah itu terang”.
(Mat. 4: 10b) ”Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”.
(Mark. 12:29) ”Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah: Dengarlah,
hai orang israel Tuhan, Allah kita, Tuhan itu Esa”.
(Yoh. 17:3) ”Inilah hidup kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal
Engkau satu-satunya Allah yang benar, dam mengenal Yesus Kristus yang
telah Engkau utus”.
(Yoh. 5:44) ”Mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa”.
52
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Kekristenan dan Ketauhidan, Sebagai Pewaris
Monoteisme Abraham”, h. 3.
(1 Kor. 8:4b) ”tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain
daripada Allah yang Esa”.
(Yak. 2:19) ”Engkau percaya bahwa ada satu Allah saja? Itu baik !
Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.
Allah Yang Maha Esa menurut Barukh Ministry haruslah memiliki logos
(pikiran). Logos (pikiran) Allah disebut dengan “Firman”. Dengan Firman
tersebut Allah menciptakan segala sesuatu, dan mustahil Allah tidak mempunyai
Firman. Bilamana Allah tidak mempunyai Firman, bagaimana Dia dapat
menciptakan segala sesuatu. Mustahil Allah tidak memiliki Firman.53
Firman Allah adalah Yesus yang dilihat dari segi keilahian-Nya. Yesus
menurut Barukh Ministry merupakan Firman (Kalam) yang menjadi manusia.
Mereka berkeyakinan Bahwa Yesus Kristus adalah “kalimatulah” yang diturunkan
dan disampaikan kepada Maria (Maryam) yang berarti pra-ada-Nya di dalam
Allah sebelum disampaikan atau diturunkan kedalam rahim Maria.
Disamping Allah memiliki Firman, Allah juga harus memiliki Roh. Roh
harus ada dalam diri Allah karena Allah adalah hayyat. Hal yang mustahil bagi
Allah, tuhan umat manusia tidak memililiki Roh.
Keberadaan Roh pada diri Allah tidak dapat dipisahkan. Keduanya kekal
dan melekat selamanya. Karena Allah itu menciptakan segala yang hidup dan
segala sesuatu yang hidup berasal dari Dia, hidup yang kekalpun ada dalam Dia,
53
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 20 Juni 2008.
di dalam Dia tidak ada kematian, karena Dia sumber kehidupan (al-Hayat). Allah
adalah sumber kehidupan termasuk hidup yang kekal (Maz.36:10 ; Yoh.5:26)54
Penjelasan di atas membuat Penulis mengambil sebuah analisa bahwa
Barukh Ministry dalam menjelaskan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus
berusaha keluar dari paham trinitas (tritunggal) mereka berusaha menjelaskan
monoteismenya lebih kepada “Monoteisme Abraham”. Hal tersebut dapat dilihat
bagaimana Barukh Ministry menjelaskan pribadi Allah yang qadim, hayyat,
memiliki kalam (firman).
Pendapat Barukh ministry tentang Allah, Yesus dan Roh Kudus menurut
Penulis sama persis dengan paham Gereja Timur yang menyatakan hypostasishypostasis Ilahi yang dimaknai sebagai, Wujud, Ilmu (Logos) dan Hayat (Roh
Allah) merupakan kekal (qadim) berada di dalam wujud Allah.55
Yesus sebagai tokoh yang kontroversial digambarkan oleh Barukh
Ministry berbeda dengan Kristen Umumnya. Barukh menurut Penulis berusaha
menjelaskan Yesus keluar dari paham trinitas. Pendapat mereka tentang Yesus
menurut Penulis cukup rasional. Barukh menggambarkan bahwa Yesus Kristus
bukanlah anak Allah secara biologis melainkan Dia adalah Firman Allah yang
menjadi manusia. Karena Yesus merupakan Firman Allah maka mustahil Dia
diciptakan atau terpisah dengan Allah.
54
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 20 Juni 2008.
55
Bambang Noorsena, “Teologi “In Loco” yang Indonesiawi Dalam Perspektif
Misiologis = Menggali Pemikiran Syirian-Orthodox dalam Pergumulan Pelayanan Masa Depan di
Indonesia”. Naskah Ilmiah dalam Rangka Wisuda DTC 1995 dan Pembukaan STT Apostolos
Jakarta, 1 Agustus 1995. h. 5.
Yesus Kristus sebagai Friman yang dilihat dari segi keilahian-Nya
menurut Andreas Kemal sama halnya dengan kedudukan Alquran sebagai Firman
Allah. Beliau berkata:
“……Kalau di dalam Islam, Firman Allah dapat diturunkan sebagai Kitab
yang di cetak manusia, maka dengan landasan pikiran yang sama, iman
Kristen mengatakan Firman Allah diturunkan dalam wujud manusia yang
dilahirkan manusia.
Sama seperti konsep Islam tentang ke-keka-lan Quran itu bukan
terletak pada kertas cetakan, atau ke-buku-anya Quran yang dapat robek,
musnah terbakar, tetapi terletak pada Firman yang ada dalam lauhul
mahfudz
Maka bukanlah jasmani-Nya yang mahluk itu dianggap Ilahi oleh
Iman Kristen, tetapi keberadaan azali Kristus sebagai Firman yang satu
dalam Allah, yang sehakekat didalam Dzat, yang nuzul mengenakan tubuh
jasmani atau anak manusia”. 56
Seperti halnya gambaran tentang Yesus Kristus Penulis melihat Barukh
Ministry dalam menggambarkan tentang Roh Kudus berbeda dengan yang
lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kutipan di atas tentang eksistensi
Roh Kudus. Roh menurut mereka adalah dzat perwujudan dari Allah karena Allah
pastilah memiliki dzat al-wujud. Dzat al-wujud Allah pastilah bukan zat materi
(benda), melainkan dzat roh sebab Allah itu roh (Yoh. 4:24). Meskipun Allah itu
dzat wujud-Nya, itu hanya ide (rancangan pikiran, ide, gagasan). Wujud Allah
tidak mungkin sama dengan yang diciptakan oleh manusia. Karena Allah adalah
roh maka Allah tidaklah berbadan atau beraga. Roh tidak ada daging dan tulang
(Luk. 24:39).
Di bawah ini Penulis mencoba menuliskan atau memaparkan pendapat
Tokoh Kristen yang menggambarkan tentang Roh Kudus yang berbeda dengan
56
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Kekristenan dan Ketauhidan, Sebagai Pewaris
Monoteisme Abraham”. h. 10.
Barukh Ministry sekedar sebagai kaca perbandingan.
Yakub B. Susabsada
misalnya, beliau mengatakan, bahwa Roh adalah pribadi Allah yang disebut
sebagai ”penolong” dan ”roh Penghibur” yang akan menyertai orang percaya
pada ketiga pribadian tunggal. Ia diutus oleh Bapa dalam nama Yesus. Ia bukan
Yesus Kristus, karena peran-Nya adalah datang untuk menggantikan dan
meneruskan apa yang sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus.57
Sedangkan Iman Ortodhoks mengatakan, bahwa Roh Kudus adalah Roh
Allah sendiri yang keluar dari Bapa (Yoh 15:26) dan yang bersemayam di dalam
Diri Bapa (1 Kor 2:10-11) seperti roh manusia juga berada di dalam diri manusia.
Ia disebut sebagai Hypostasis ketiga di dalam Diri Allah yang Esa yang bersifat
Tritunggal itu. Karena Ia bersemayam di dalam Bapa, berarti Ia juga berada serta
dalam dzat-hakekat ke-Allah-an Sang Bapa yang satu itu bersama dengan Firman
Allah yang juga berada disitu.58
Kontroversi Roh Kudus sebagai pribadi dan hubungan dengan keilahian
Bapa dan Putra sengit dibicarakan. Meskipun tidak seramai keilahian Yesus dan
relasinya dengan pribadi Bapa itu sendiri. Perdebatan sekitar Yesus Kristus adalah
perdebatan sekitar keilahiannya, tapi perdebatan roh kudus hanya pada sekitar
kepribadiannya.59
Sejak semula para teolog meragukan kalau Roh Kudus dapat disebut
sebagai salah satu pribadi Allah. Mereka lebih bisa memahami jika Roh Kudus
57
Yakub B, Susabsada, Mengenal Dan Bergaul Dengan Allah, Sebuah Refleksi Iman
Kristen Kepada Allah Yang Hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, (Batam Centre : Gospel Press,
2002) h. 210.
58
Romo Arkhimandrit dan Daniel Bambang Dwi Byantoro. PhD, Iman Orthodox secara
Ringkas, (T.tp: T.pn, T.t ), h. 33.
59
Susabsada, Mengenal Dan Bergaul Dengan Allah, h. 209.
hanyalah suatu kuasa atau energi dari Allah. Namun pendapat ini tentunya ditolak
oleh Kekristenan, yang juga memakai Alkitab sebagai argumen. Alkitab memuat
bahwa Roh Kudus juga memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak, yaitu seluruh
keutuhan sebagai pribadi.60
Akhirnya Penulis berasumsi, Allah menurut Barukh Ministry merupakan
dzat yang memiliki Firman yang menjadi manusia yaitu Yesus serta Allah wajib
memiliki dzat al-wujud, tetapi wujud-Nya tersebut tidak sama dengan apapun dan
siapapun. Dzat tersebut adalah “Roh Kudus”
b. Ke-Ilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus Kristus
Pada penjelasan di atas kita sudah mengetahui tentang hakekat Allah,
Yesus, dan Roh Kudus dalam pandangan Barukh ministry. Selanjutnya di bawah
ini penjelasan tentang bagaimana Yesus menjadi Firman yang ada dalam diri
Allah sedangkan dia sebagai manusia yang dilahirkan oleh manusia.
Penjelasan di bawah ini menurut Penulis penting untuk dibahas agar kita
dapat mengetahui argumentasi dari Barukh Ministry tentang Yesus yang ada
dalam diri Allah.
Membahas tentang Yesus Kristus, Barukh Ministry membagi kedalam tiga
konsep yaitu, Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus Kristus. Tiga konsep
tersebut yang akhirnya membedakan pandangan tentang diri Yesus.
60
Edwin H. Palmer, The Holy Spirit, (Phil,: Presbyterian and Reformed Pab. 1989) h. 11.
Benih Keilahian dan Kemanusiaan Kristus Yesus adalah Firman yang ada
dalam diri Allah. Firman itu tidak diciptakan oleh Allah, tetapi sudah ada sejak
Allah ada. Seperti tertulis dalam Yohanes 1:1:
”.......Pada mulanya adalah firman, Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah”.61
Keilahian Kristus menurut Barukh ministry ada dalam kepradaan-Nya
sebagai Firman yang ada dalam diri Allah Bapa, zat yang sehakekat, sederajat,
melekat. Tetapi, Dia keluar dari benih Keilahian-Nya dan menjadi manusia.62
Dalam Roma 9:5 dijelaskan bahwa Kristus secara manusia berasal dari
bangsa manusia. Tetapi, Dia lebih tinggi karena memiliki keberadaan
sebagaimana tertulis dalam Yohanes 1:1.
ketika berbicara tentang Anak yang berada dalam pengakuan Bapa, ini
berarti Yesus belum datang kedunia, akan tetapi, ketika Anak itu bangkit
dan naik kesurga, ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Inilah keilahianNya.63
Ayat tersebut di atas diayakini oleh Barukh Ministry, yaitu ayat yang
menunjukkan
tentang
kebangkitan-Nya.
Sebab
keberadaan-Nya
tanpa
kebangkitan-Nya akan gagal. Kebangkitan-Nya menunjukan kepradaan-Nya.
Keberadaan Yesus Kristus menurut Barukh Ministry adalah sebagai
firman yang menjadi manusia. Hal tersebut supaya umat Kristen mengenal Allah
yang benar. Sebab tanpa Firman yang keluar dari Bapa menjadi manusia umat
Kristen tidak mungkin bisa mengenal Bapa. Umat Kristen hanya dapat mengenal
61
Bersumber pada Alkitab (Perjanjian Baru) yamg ditebitkan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia, Th. 2004, h. 110.
62
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Keilahian, kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”,
(Makalah, Barukh Ministry, 2000), h. 3.
63
Alkitab (Perjanjian Baru) dalam Surat Petrus Pasal 1 ayat 1.
Bapa melalui Allah sendiri di dalam Yesus Kristus.64 Oleh karena tidak
seorangpun melihat Allah kecuali Anak. Ayat yang menegaskan Yesus Kristus
sebagai Firman ditegaskan dalam 2 Korintus 4:4 yang tertulis:
”......Ilah jahat yang menguasai dunia ini menutupi pikiran oarangorang yang tidak percaya itu. Ialah yang menghalang-halangi mereka
supaya mereka tidak melihat terang dari kabar baik itu mengenai
kebesaran Kristus yang merupakan gambaran Allah.
Maksud kemanusiaan Yesus bangkit dari antara orang mati menurut
Barukh Ministry adalah supaya umat Kristen dikembalikan pada konsep Allah
tentang manusia. Dalam Yohanes 17:5 tertulis:
”Bapa ! agungkanlah Aku sekarang pada Bapa, dengan keagungan yang
Kumiliki bersama Bapa sebelum dunia ini dijadikan”.
Dia mempunyai kemuliaan dan keagungan di dalam Allah Bapa sebagai
firman yang melekat, sehakekat, dan sederajat di dalam diri Allah Bapa. Tetapi,
Dia menjadi manusia dan akan kembali lagi kepada Bapa karena dia tidak seperti
manusia biasa. Keagungan Allah adalah keagungan Anak. Penyembahan yang
ditujukan kepada Bapa juga ditujukan kepada Anak.65
Disamping Yesus sebagai Firman, Barukh Ministry juga memandang
bahwa Yesus juga kembali kepada Allah Bapa sebagai bukti keilahian-Nya.
Ketika di dunia, semua mukjizat yang dilakukan-Nya adalah hanya menjalankan
tugas dari Bapa. Sebab di dunia, anak manusia hanya menjalankan tugas dari
Bapa.66
64
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan
Yesus”, h. 5.
65
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 20 Juni 2008.
66
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry : Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 20 Juni 2008.
Dalam wahyu 5:13 tertulis:
”......lalu saya mendengar segala makhluk di langit, di bumi, di
bawah bumi dan didalam laut-singkatnya segala makhluk di semesta alam
ini-menyanyi, ”Dia yang duduk di atas takhta, dan Sang Anak Domba itu,
adalah terpuji dan terhormat serta agung dan berkuasa untuk selamalamanya!”.
Menurut Barukh Ministry, Yesus Kristus merupakan manusia seutuhnya di
dunia. Dia hanya menjalankan tugas yang diberikan Allah Bapa kepada-Nya,
tetapi walaupun Yesus merupakan manusia, Dia tidak sama seperti manusia
biasa.67 Hal tersebut tercantum dalam Yohanes 17:4:
”....Aku sudah mengagungkan Bapa di atas bumi ini dengan
menyelesaikan pekerjaan yang Bapa tugaskan kepada-Kua.”68
Hal yang menyatakan bahwa bahwa Yesus Kristus merupakan manusia
yang hanya menjalankan tugas Allah Bapa dapat ditemukan dalam Roma 9:5
sebagai berikut:
”......Dia memiliki kepradaan-Nya di dalam diri Bapa dan Dia menjadi
manusia seutuhnya, dan Dia juga kembali kepada Bapa”.
Menurut Barukh Ministry Yesus Kristus memiliki kepradaan keilahian.
Dalam kemanusiaan-Nya, kematian dan maut tidak bisa terus menahan karena
maut tidak mungkin menahan benih keilahian. Keilahian itu sendiri akan bangkit.
Jadi, kematian-Nya bukan suatu sandiwara. Yesus betul-betul mati dan masuk
dalam kerajaan maut.69
67
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan
Yesus”, h. 6.
68
Bersumber dari Alkitab (Perjanjian Baru) yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab
Indonesia, Th. 2004, h. 135.
69
Wawancara pribadi dengan Bunda Diana lazarus (Sekretaris Barukh Ministry) pada
Tanggal 20 Juni 2008.
Dari penjelasan di atas Barukh Ministry beranggapan bahwa ketika
manusia diangkat sebagai anak-anak-Nya, maka manusia akan disempurnakan
oleh Yesus. Meskipun manusia mati sama seperti yang lainnya, tetapi maut tidak
dapat menahan manusia karena manusia adalah anak kehidupan. Menurut mereka
Yesus sendiri berkata: ”......... Hari ini engkau bersama-sama Aku di rumah BapaKu”.
Keilahian Kristus menurut Barukh Ministry berkarya dalam keselamatan
yang manusia peroleh, karena tidak ada seorangpun yang dapat menyelamatkan
kecuali Allah.
Dalam Yesaya 43:11 disebutkan:
”Aku sendirilah TUHAN, selain Aku tak ada yang menyelamatkan”.
Menurut Barukh Ministry Yesus menjadi juru selamat karena Yesus
memiliki kepradaan dalam diri Allah sebagai Firman yang menjadi manusia.
Keilahian Isa Al-Masih menurut Lembaga Barukh Ministry merupakan
suatu kewajiban bagi umat Kristen atau hal yang tidak boleh disangkal lagi.
Mereka berpandangan demikian karena, Keilahian Isa Al-Masih tidak dapat
dilihat secara jasmaniah melainkan harus dilihat dari ajaran Alkitab tentang kepra-ada-Nya Yesus sebagai Firman yang datang dan keluar dari Allah. Hal tesebut
dapat dilihat dari beberapa argumen di bawah ini:70
•
Sebagaimana ajaran Alkitab bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham
(yoh.8:58) secara manusia Yesus hanya berumur 35 tahun (Yoh.8:57),
70
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, “Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan
Yesus”, h. 10.
Abraham sendiri telah lama meninggal/ribuan tahun, tentu maksud-Nya
adalah keberadaan-Nya bukan secara ”tubuh manusia”
•
Pernyataan Yesus bahwa Dia turun dari surga (yoh. 3:13 ; 6:38,42) bukan
secara tubuh ”manusiawi-Nya” karena tubuh itu diambil dari ”benih
rahim” Maria (Luk. 1:42) tetapi Yesus sudah ada sebelum lahir kedunia
jauh sebelum Maria dilahirkan (ibunya Yesus), (tidak ada manusia yang
ada sebelum ibunya ada lebih dahulu). Dia keluar dari Bapa (Yoh. 8:42),
Dia berasal dari dalam Bapa (Yoh. 10:30).
Dalam pemahaman Barukh Ministry, Yesus adalah manusia dan benar-
benar sebagai manusia. Sebagian umat Kristen beranggapan bahwa, Allah mereka
mati untuk mereka. Pendapat ini menurut Barukh Ministry keliru karena Allah
menurut mereka (Barukh Ministry) tidak mati. Jika Allah mati, maka itu bukanlah
Allah. Allah adalah hidup yang kekal dan Dia tidak pernah mati.
Dijelaskan dalm Flp. 2:7 dan Yohanes 1: 14:
”.......Sebaliknya, Ia melepaskan semuanya lalu menjadi sama
seperti seorang hamba. Ia menjadi seperti manusia, dan tampak hidup
seperti manusia”.
”......Sabda sudah menjadi manusia, Ia tinggal di antara kita, dan kita
sudah melihat keagungan-Nya. Keagungan itu diterima-Nya sebagai anak
tunggal Bapa. Melalui Dia kita melihat Allah dan kasih-Nya kepada
kita.”71
Keilahian Yesus diyakini oleh Barukh Ministry berasal dari Allah. sebagai
Firman Allah dalam kepradaan-Nya, tetapi dalam kekemanusian-Nya Dia adalah
manusia seutuhya. Terlepas dari kepraadaan-Nya sebagai Firman yang sehakikat,
sederajat dengan zat-Nya dan terlepas dari cara pembuahan-Nya atas pekerjaan
71
Bersumber dari Alkitab dalam Surat Filipi 2:7 dan Surat Yohanes 1:14.
Rohul Kudus dalam rahim Maria, menurut Barukh Ministry Yesus merupakan
manusia sejati. Janinnya berkembang dalam rahim Maria, menurut aturan-aturan
sebagaimana manusia, yaitu sembilan bulan sepuluh hari. Itu sebabnya, Dia
adalah manusia yang sejati. Kelahiran-Nya layak seperti kelahiran manusia.
Karena Dia menjadi manusia, maka Dia ditempatkan dalam rentetan silsilah
manusia. (Matius. 1: 1-6, Lukas, 3:23-38)72.
Barukh Ministry beranggapan bahwa Yesus menjadi manusia secara utuh,
supaya
kemanusiaan
manusia
yang
utuh
nantinya
akan
ditebus
dan
disempurnakan-Nya menjadi manusia. Dia hidup dan bertumbuh dalam keluarga
dan lingkungan layaknya manusia. Dia pun mempunyai kampung halaman.
Sebagaimana dijelaskan dalam Markus. 6:1. 6:3.
”......dari tempat itu, Yesus pulang bersama-sama dengan pengikutNya kekampung halaman-Nya”.
”......Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, dan saudara dari
Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon? Ya, saudara-saudara perempuan-Nya
pun ada yang tinggal di sini juga. Karena itu, mereka menolak Dia.”
Dari ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa Yesus hidup dalam lingkungan dan
keluarga sebagai manusia. Ini berarti bahwa sebagai manusia Dia mempunyai
keluarga, saudara sepupu. Pekerjaan-Nya sebagai tukang kayu.
Yesus hidup wajar sebagai manusia, jasmani-Nya sebagai manusia
terbatas, tidak memiliki keistimewaan lain. Jasmani-Nya sama dengan manusia
umumnya. Ia bisa merasakan lapar, letih, dan haus. Dia merasakan semua
72
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry: Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 20 Juni 2008.
penderitaan atau kesakitan sebagaimana manusia. Dalam Yohanes 1:14
disebutkan:
”......Sabda sudah menjadi manusia, Ia tinggal diantara kita, dan
kita sudah melihat keagungan-Nya, keagungan itu diterima-Nya sebagai
anak tunggal Bapa. Melalui Dia kita melihat Allah dan kasih-Nya kepada
kita”.
Yesus menurut Barukh Ministry mengalami penderitaan lahir batin dan
pergumulan sebelum kematian-Nya. Hal tersebut dapat dilihat dalam Yohanes 4:6,
”.....Di situ terdapat sumur Yakub, Yesus lelah sekali karena
perjalanan, sebab itu Ia duduk di pinggir sumur, waktu itu kira-kira pukul
dua belas siang”.
Barukh Ministry memandang bahwa Yesus sebagai manusia. Sebagai
manusia yang memiliki keterbatasan, yang akhirnya Yesus disalib dan mati. Umat
manusia ditebus oleh-Nya dalam segala penderitaan-Nya. Penderitaan yang
dialami oleh manusia ini adalah akibat dosa-dosa yang manusia lakukan. Dalam
Markus 14: 33, 34:
”......Lalu Yesus mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes pergi bersamasama dengan Dia. Ia mulai merasa sedih dan gelisah. ”Hatiku sedih sekali,” kata
Yesus kepada mereka, ”rasanya mau mati saja. Tinggallah disini dan
berjagalah.” 73
Bukti kemanusiaan Yesus:74
•
Yesus mempunyai perasaan emosi. Dalam matius 26:37, disebutkan:
”.....lalu Ia mengajak Petrus dan kedua anak Zebedeus pergi bersamasama dengan Dia. Ia mulai merasa sedih dan gelisah.”
73
Bersumber dari Alkitab Terbitan tahun 1974 dalam Surat Markus pasal 14 ayat 33, 34,
h. 62.
74
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”,
h. 8.
•
Yesus mempunyai rasa belas kasihan. Kemanusiaan-Nya tersentuh melihat
penderitaan orang lain. Dalam Matius 9:36 disebutkan:
”......Waktu Yesus melihat orang banyak itu, Ia kasihan kepada mereka,
sebab mereka kebingungan dan tidak berdaya, seperti domba yang tidak
punya gembala.
•
Yesus tahu kemarahan manusia. Dia bisa memperbaiki semua emosi
manusia karena Dia adalah satu-satunya yang mampu memperbaiki
kemanusiaan manusia. Dalam Markus 3: 5 disebutkan:
”......Dengan marah Yesus melihat sekeliling-Nya, tetapi Ia sedih juga,
karena mereka terlalu keras kepala. Lalu Ia berkata kepada orang itu,
”Ulurkan tangannmu.” Orang itu mengulurkan tangannya, dan
tangannya pun sembuh.”
•
Sebagai manusia, Yesus merasa heran, kagum melihat sesuatu yang lebih.
Dalam Lukas 7:9, 10:21
”.....Yesus heran mndengar itu. Ia menoleh dan berkata kepada orang
banyak yang sedang mengikuti-Nya, ”Bukan main orang ini. Di antara
orang Ismael pun belum pernah Aku menemukan iman sebesar ini!”
”......Pada waktu itu juga, Yesus bergembira karena dikuasai oleh Roh
Allah.”
•
Yesus mengasihi mereka sebagai teman dekat. Dia memiliki rasa simpati.
Dalam Yohanes. 11:5:
”......Yesus mengasihi Marta,Maria, Lazrus.”
•
Kehidupan keagamaan Yesus seperti layaknya manusia. Dalam Lukas 4:
16 dijelaskan:
”......Yesus pergi juga ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan, pada hari Sabat,
menurut kebiasaan-Nya Ia pergi kerumah ibadat, Ia berdiri untuk
membaca Alkitab.”
•
Yesus pergi baribadat dan membaca Alkitab sebagaimana layaknya hidup
manusia. Dalam Lukas 2: 46 dijelaskan:
”......Setelah tiga hari mencari, mereka mendapat Dia di dalam rumah
Tuhan. Ia sedang duduk mendengarkan para guru agama dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan.
•
Yesus berdoa. Yesus taat bergantung kepada Allah yang mengutus Dia.
Bahkan dalam kemanusiaan-Nya, Ia sama seperti manusia biasa dalam
pencobaan. Dalam Lukas 3: 21 dan Matius 4: 1-11disebutkan:
”.......Setelah semua orang itu dibaptis, Yesus juga dibaptis. Dan ketika Ia
sedang berdoa, langit terbuka.
”.....Imam Agung kita itu bukanlah imam yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya, Ia sudah dicobai
dalam segala hal, sama seperti kita sendiri; hanya Ia tidak berbuat dosa!.
Bagi Barukh Ministry Yesus, kebangkitan Yesus tampak seperti manusia
sejati. Ia bertemu dengan Maria Magdalena, Tomas, seperti manusia. Dia bertemu
dengan Petrus ketika mendapatkan banyak ikan, dan Dia makan ikan selayaknya
manusia.75
Kemanusiaan umat manusia dengan segala kenaifan dan kelemahannya,
semuanya sudah dilakukan oleh Firman yang menjadi manusia. Kemanusiaan-Nya
mati untuk menggantikan umat manusia biasa. Kemanusiaan umat manusia
disempurnakan oleh firman yang menjadi manusia. Kemanusian umat manusia
yang telah dirusak dipulihkan kembali oleh Allah.
Allah mengalahkan kuasa dosa, melalui tabiat manusia. Dalam Roma 8:
36, dijelaskan:
”......Apa yang tidak dapat dilakukan oleh hukum agama, karena
kita manusia lemah, itu sudah dilakukan oleh Allah. Allah mengalahkan
kuasa dosa dalam tabiat manusai dengan mengirimkan anak-Nya sendrir,
yang datang dalam keadaan sama dengan manusia yang berdosa, untuk
menghapuskan dosa.”
75
Wawacara pribadi dengan pimpinan Barukh Ministry: Abuna Andreas Kemal, Jakarta,
tanggal 27 Juni 2008.
Yesus menurut mereka datang dalam kemanusiaan-Nya supaya Dia dapat
menebus dosa manusia. Sehingga kemanusiaan umat manusia disempurnakan
oleh Allah. Ini adalah pekerjaan agung. Dalam Kolose 1: 2 disebutkan:
”........Tetapi sekarang, dengan kamatian Anak-Nya, llah membuat
hubungan kalian dengan Dia menjadi baik kembali. Dengan cara itu
kalian dapat dibawa menghadap Allah dengan keadaan yang suci, murni
dan tanpa sela.”
Antara manusia dan Allah tidak ada yang menghubungkan. Manusia selalu
mencoba berhubungan dengan Allah. Tetapi, hal ini tidak bisa karena Pencipta
Khalik Langit dan Bumi ini sifatnya roh atau ghaib. Sehingga, tidak mungkin bisa
dihubungi. Allah pun tidak bisa langsung menghubungi manusia karena tidak
seorang pun yang sanggup melihat Allah. Jika manusia melihat Allah pasti
manusia tersebut mati. Oleh sebab itu menurut Barukh Ministry, antara manusia
dengan Allah dihubungkan oleh Firman yang menjadi manusia.76
Dalam 1 Timotius 2:5 disebutkan:
”.......Sebab, hanya ada satu Allah, dan hanya ada satu penengah
antara Allah dengan manusia77.
Allah tidak bisa ditandingi, dibandingkan, atau disandingkan dengan
apapun. Allah yang gaib, misteri dari sejak awal sampai akhir zaman, sampai
kapanpun tidak dapat dilacak dan dilihat manusia.
Untuk memahami Ketuhanan Yesus, Barukh Ministry memberikan
pemahaman sebagai berikut:78
76
Palmer, The Holy Spirit, h. 12.
Bersumber dari Alkitab Terbitan tahun 1974 dalam Surat Paulus Yang Pertama kepada
Timotius (1 Timotius) pasal 2 ayat 5, h. 250.
78
Abuna Andreas Kemal, ”Ke-Tuhanan Yesus”, (Makalah, Barukh Ministry, 2000), h. 1.
77
•
Perbedaan istilah TUHAN dan Tuhan; dalam Perjanjian Lama terjemahan
bahasa Indonesia terdapat kata ”TUHAN” dengan huruf besar semuanya
didalam menyebut nama Allah. Kata TUHAN (huruf besar semua) diambil
dari ”empat huruf” Tetragammaton. Bagi umat Israel untuk nama Allah
Yahweh (YHWH = Yod He Waw He) atau Yehuwah. Jika dibaca dengan
ucapan ”ADONAI” (TUHANKU).
•
Dalam terjemahan Septuaginta nama YHWH digantikan dengan KURIOS
(Penguasa/TUHAN) sebagai ganti dari terjemahan kata ”ADONAI”
•
Bagi Yesus Kristus dikenakan kata gelar ”ADONAI” (Tuhanku) bukan
dalam makna ”YHWH” (TUHAN), tetapi sebagai Tuhan (ar-rab,
Pangeran, Lord, Tuanku, Penguasa). Perbedaan makna kata ”Allah”
dengan makna kata ”Tuhan” menurut mereka berbeda arti. Kata Allah
berhubungan dengan ”Keilahian” (ILLAHIYYAH) sedangkan kata Tuhan
berhubungan dengan ”Ketuhanan” (RUBUBIYAH). Masalah ke-Tuhanan
adalah masalah ke-Penguasaan, yaitu gelar jabatan-Nya sebagai penguasa,
sebagai Pemilik Alam, sebagai yang dipertuan (Kurios-Adonai-ar-rabb)
(Yoh 35:3, Mat 28:18, Yoh 13:3) harus dibedakan antara ”Keilahian”
Yesus dan ”Ketuhanan” Yesus. Keilahian-Nya adalah ke-pra-ada-an-Nya
sebagai Sang Kalam yang berada dalam Dzat al-Wujud. Ketuhanan-Nya
adalah keberadaan pribadi Sang Pencipta yang wajib ada (DZAT WAJIB
AL-WUJUD) atau (HO THEOS) (ELOAH). TUHAN itu Allah (Tuhan
Allah) dan Tuhan itu Yesus.
•
Alkitab membedakan pengunaan istilah Allah yang dikenakan kepada
BAPA (Dzat al-wujud) yang Qodim, dan istilah Tuhan untuk Yesus
Kristus yang diangkat Allah dan dibangkitkan oleh Allah. Ayat-ayat
berikut ini menunjukan Yesus adalah Tuhan karena Allah yang membuat
Yesus menjadi Tuhan. Karena itu Allah yang satu itu adalah BAPA dan
Tuhan yang satu itu adalah Yesus Kristus. Ayat-ayat tersebut adalah, Kis.
2:36 ”Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan”, Rom. 10:9 ”Yesus
adalah Tuhan......dan Allah telah membangkitkan Dia”
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan istilah ALLAH berbeda dengan
Tuhan. Dasar pengertian kedua istilah tersebut sangat berbeda, meskipun dalam
pengucapan bahwa Allah adalah Tuhan dan Tuhan adalah Allah tidaklah salah,
tetapi sesungguhnya maknanya berbeda.
Penjelasan di atas yang membahas tentang, Keilahian, Kemanusiaan, dan
Ketuhanan Yesus, Penulis melihat atau menganalisis adanya perbedaan
pandangan antara Barukh Ministry dengan Kristen umumnya tentang Yesus
Kristus.
Penulis melihat Barukh Ministry mencoba memisahkan antara Keilahian,
Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus Kristus. Makna Keilahian Yesus konotasinya
kepada pemaknaan Yesus sebagai Firman Allah. Keberadaan diri Yesus sebagai
Firman sudah barang tentu bukan sebagai manusia yang dilahirkan tetapi
kedudukan Dia lebih tinggi karena memiliki kepra-ada-an Allah. Sedangkan
makna Kemanusiaan pada diri Yesus adalah, bahwa Yesus adalah benar-benar
manusia seutuhnya. Meskipun sebagai Firman, Dia berasal dalam diri Bapa, zat
dalam diri Allah melekat, sehakikat, sederajat. Tetapi, Dia keluar dan menjadi
manusia. Dari sinilah Penulis melihat bahwa Barukh ministry mencoba memaknai
antara Keilahian-Nya dan Kemanusiaan-Nya tidak pernah berbaur dan tidak
pernah bercampur.
Ketuhahanan Yesus yang telah dijelaskan di atas menurut analisis Penulis
adalah, Barukh Ministry disini mencoba untuk memisahkan sebutan ”Tuhan”
kepada Allah dengan sebutan ”Tuhan” kepada Yesus. Perbedaan makna kata
”Allah” dengan kata ”Tuhan” berbeda arti. Kata Allah berhubungan dengan
”Keilahian” (ILLAHIYYAH) sedangkan kata ”Tuhan” berhubungan dengan
”Ketuhanan” (RUBUBIYYAH). Dari sini jelaslah bahwa Barukh Ministry tidak
setuju dengan kebanyakan orang Kristen yang mengatakan Yesus ”Anak Tuhan”,
karena Tuhan (ketuhanan) disini berarti gelar. Sebutan yang lebih tepat menurut
Barukh Ministry adalah ”Anak Allah”. Allah berarti ke-Allahan. Yang berarti
berbicara tentang kepradaan-Nya sebagai Firman yang melekat, sehakekat, dan
sederajat.
Jadi, dari beberapa analisis yang Penulis ungkapkan di atas, maka dapat
disimpulkan antara Keilahian Yesus dan Kemanusiaan Yesus tidak pernah berbaur
keduanya berbeda dalam kedudukan-Nya sebagai ”Firman”. Dan istilah
Ketuhanan disini dapat dibedakan antara ”Rububiyyah” dan ”Illahiyyah”.
Rububiyyah cenderung pada sebutan ”Tuhan” sedangkan Illahiyyah cenderung
pada sebutan Allah. Maka Allah adalah Tuhan Allah sedangkan Tuhan itu adalah
Tuhan Yesus.
c. Dzat, Kalam dan Hayat Qodim (Ke-kekal-an Allah, Firman dan Roh)
Setelah kita membaca tentang Allah, Yesus, Roh Kudus dalam pandangan
Monoteisme Barukh Ministry, Penulis mencoba menguraikan hubungan ketiganya
atau Kekekalan Allah, Firman dan Roh.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Penulis maka dapat diuraikan
Ke-kekal-an Allah, Firman, dan Roh kudus dalam Barukh Ministry sebagai
berikut:
Allah adalah Esa dan tidak berkesudahan, atau kekal (Qodim), Dia
memiliki kehidupan (Roh) atau al-Hayat dan memiliki pikiran (Logos) atau
”Firman” atau al-Kalam, sebab Dia adalah Sang Khalik-Pencipta segala sesuatu.
Dalam diri Allah ada hukum ”Wajib Ada” dan ”Wajib Tidak Ada” atau
”Mustahil Tidak Ada”.79
1. ”Wajib Ada” bagi Dzat al-Wujud-Nya- karena Allah itu ”ada” tentu
Wujud-Nya-pun pasti ada, akan tetapi ”Wajib Tidak Ada” Wujud-Nya
yang menyamai Dia dan serupa dengan Dia, dan tidak dapat dibayangkan
dalam bayangan apapun, karena Dia adalah Ghaib Allah itu Roh adanya
(yang disapa sebagai Bapa). Jadi Wujud-Nya ”Wajib Ada”namun”Wajib
Tidak Ada” Wujud-Nya yang serupa atau ”Mustahil” ada Wujud-Nya.
2. Allah itu ”Wajib Ada” memiliki kehidupan-memiliki Roh atau Hayat dan
tidak mungkin Allah itu mati atau tidak memiliki Roh, dan tidak mungkin
dari sejak semula Allah tidak memiliki Roh atau diciptakan kemudian,
79
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Keilahian, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yesus”,
h. 14.
karena Roh Allah melekat sehakekat (Qoimah) Dzat al-Wujud-Nya. Jadi
”Wajib Ada” Roh itu dalam diri Allah dan ”Wajib Tidak Ada” Roh itu
diciptakan kemudian. Sejak kekal Roh itu melekat dalam Dzat-Nya
sehakekat (Qoimah). Karena Allah itu menciptakan segala yang hidup dan
segala sesuatu yang hidup berasal dari Dia, hidup yang kekalpun ada
dalam Dia, dia di dalam Dia tidak ada kematian, karena Dia sumber
kehidupan (al-Hayat).
3. Allah itu ”Wajib Ada” memiliki Firman (Logos) atau Kalam, karena Dia
menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan Firman-Nya tidak
diciptakan, sudah ada kekal bersama Allah. Dan ”Wajib Tidak Ada” kalau
Firman itu diciptakan kemudian, karena tidak mungkin Allah penah tidak
ada.
Dari kutipan di atas dapat kita simpulkan Ke-kekal-an Allah, Firman dan
Roh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena ketiga-Nya
”Wajib Ada” dan ”Mustahil Tidak Ada”. Allah tidak dapat dipisahkan dengan
Firman-Nya yaitu Yesus yang dilihat dari segi Keilahian-Nya, serta Allah juga
tidak dapat dipisahkan dengan Roh karena kalau tidak ada Roh dalam Allah
bagaimana Allah dapat menciptkan umat-Nya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan dan dijelaskan tentang monoteisme Barukh Ministry,
kita dapat mengetahui bahwa monoteisme menurut mereka sama halnya dengan
apa yang diyakini oleh agama lain, khususnya agama Yahudi dan Islam. Barukh
Ministry meyakini akan ke-Esaan Allah karena Konsep monoteisme dalam
Barukh Ministry hakekatnya mengacu kepada monoteisme Abraham sebagai
sentral atau pusat dari agama-agama yang mempunyai tradisi monoteistik.
Allah bagi mereka adalah Allah Yang Esa (tauhid). Allah adalah Esa tidak
berkesudahan, atau kekal (Qodim). Dia memiliki kehidupan (Roh) atau Hayat dan
memiliki pikiran (Logos) atau Firman (al-Kalam).
Dalam kesehariannya Barukh Ministry tidak
menggunakan istilah
Tritunggal dengan sebutan ”Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus”, tetapi
menggunakan istilah Allah yang Esa dengan sebutan ”Allah Bapa, Anak (FirmanNya) dan Roh Kudus (Roh-Nya) ” sesuai yang terdapat dalam (Ul.6:4 dan
Markus.12:29).
Sebutan tauhid Barukh Ministry tersebut bukan berarti tidak mempunyai
argumentasi
atau makna yang dalam. Mereka memahami dan berkeyakinan
bahwa Allah benar-benar Esa bukan Tritunggal. Pemahaman tentang Yesus yang
kontroversial mereka memahaminya sebagai Firman atau Logos Allah. Firman
tidak pernah diciptakan melainkan Firman tersebut ada bersama Allah, karena
Allah menciptakan sesuatu dengan Firman-Nya. Firman itu Logos atau pikiran
Allah, maka mustahil menurut Barukh Ministry Allah tidak memiliki pikiran.
Disamping Yesus sebagai Firman (logos) atau pikiran Allah dilihat dari
segi Ke-Ilahian-Nya, Yesus-pun merupakan manusia di dalam kemanusiaan-Nya,
karena memiliki kepraadaan-Nya sebelum menjadi manusia. Menurut Barukh
Ministry Kepraadaan-Nya sebelum menjadi manusia adalah ada dalam ilahi. Dia
memiliki benih ilahi. Dalam benih, dia lahir menjadi manusia sampai mati. Allah
tetap kekal tidak mengalami kematian, Yesus dalam keilahian-Nya tidak
mengalami kematian, yang mengalami kematian adalah keberadaan Yesus dalam
kemanusiaan-Nya.
Sedangkan Roh Kudus dalam pandangan Barukh Ministry merupakan
Hayat atau kehidupan Allah. Karena Allah bersifat Roh maka mustahil diri-Nya
dapat digambarkan secara materi. Roh wajib ada pada Allah karena mustahil
Allah tidak memiliki kehidupan (hayyat). Allah, Yesus dan Roh Kudus
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, tetapi walaupun demikian
Barukh Ministry tidak menyebut ketiga unsur tersebut sebagai Tritunggal
melainkan sebagai unsur Tauhid (Esa). Mereka dalam teologinya hanyalah ada,
“Allah Bapa, Anak (Firman-Nya) dan Roh Kudus (Roh-Nya) ”.
Dzat, Kalam dan Hayat Qodim (Ke-kekal-an Allah, Firman dan Roh)
dalam kesimpulan di atas merupakan sebuah Konsep Monoteisme Barukh
Ministry, sebagai jawaban atau tujuan akhir dari skripsi yang Penulis bahas.
Konsep monoteisme Inilah yang mendasari Barukh Ministry tetap memelihara
tradisi semit yakni dengan memakai istilah Allah yang esa dan menyebutkan
Yesus adalah Junjungan Ilahi, yang digunakan oleh Gereja-gereja Semit.
Ada perbedaan dengan monoteisme dalam Islam, dimana perbedaan
tersebut bisa dilihat dari segi penafsiran Barukh Ministry tentang monoteisme
yang mengatakan adanya Allah Bapa, Anak (Firman-Nya) dan Roh Kudus (RohNya). Tetapi dalam Islam hanya mengenal Allah. SWT, seperti ada beberapa
filofof Islam yang memberikan pernyataan bahwa dirinya ada kesatuan dengan
Allah
Sebenarnya masih banyak yang harus dibahas untuk menggali Konsep
Monoteisme Barukh Ministry, tetapi karena kurangnya analisis nalar yang Penulis
miliki, akhirnya hanya pembahasan yang ada di atas itulah yang dapat ditampilkan
dalam pembahasan skripsi ini. Penulis berharap pada periode yang akan datang
ada yang dapat menyempurnakan pembahasan ini.
B. Saran-Saran
Pada dasarnya, kita percaya bahwa semua mahluk di dunia ini percaya
akan keberadaan Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Esa, meskipun manusia
berbeda-beda dalam menafsirkan tentang keberadaan-Nya.
Perbedaan paham dalam mengiterprestasikan Dzat Yang Maha Kuasa
terkadang membuat umat manusia lupa bahwa mereka dilahirkan dari satu
keturunan. Mereka kadang bermusuhan satu sama lainnya hanya karena
perbedaan pandangan mereka tentang Pencipta.
Konsep Monoteisme Barukh Ministry boleh dikatakan berbeda dengan
Kristen umumnya khususnya yang mempunyai paham Gereja Barat, tetapi tidak
adil kalau kita sebagai umat dari satu keturunan yaitu Ibrahim (Abraham)
menyikapi perbedaan tersebut dengan kebencian dan fitnah yang akhirnya terjadi
pertumpahan darah.
Perbedaan pandangan ini seharusnya dijadikan sebagai sebuah pelajaran
bagi pemuka-pemuka agama untuk mengintrospeksikan diri, apa yang kurang atau
apa yang salah dalam ajaranya masing-masing.
Lembaga Barukh Ministry seharusnya lebih gigih dalam mensosialisasikan
ajarannya kepada masyarakat dan memberikan pelayanan karena tuhan semata,
bukan karena tuntutan untuk menambah umat.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, th. 2000.
Arifin, Menguak Misteri Agama-agama Besar, Jakarta: PT. Golden Troyon, 1998.
Arkhimandrit, Romo. Daniel Bambang Dwi Byantoro. PhD, Iman Orthodox
Secara Ringkas, T.tp: T.pn, T.t.
Armstrong, Karen, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang Dilakukan Oleh
Orang-orang Yahudi, Kristen dan Islam Selama 4000 Tahun, Penerjemah
Zainun Am, Bandung: Mizan, 2001.
Badudu, S.J. Sultan Mohammad Zain, Kamus Umum B. Indonesia, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Baaren, Teodorus, ”Monotheism” dalam William Benton, ed., Encyclopedia
Britannica, London: Knowledge in Depth, 1974.
Belford, Lee. A, “Monotheism”, dalam Ruth N. Anshen, ed., Encyclopedia
Americana, vol. 19, New York: Harper & Bros., 1952.
Berkhof , L., H., Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2000.
Dhavamony, Mariasusai, Fenomenologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Gazalba, Sidi, Sistimatika Filsafat, Buku III, Cet-I, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
Heukeun, Ensiklopedia Gereja, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 19993.
Kahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan
Agama), cet. ke-1, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Kemal, Abuna Andreas, Makalah, ”Sejarah dan Latar Belakang Barukh Ministry”,
Jakarta: Barukh Ministry, 2006.
Kemal, Abuna Andreas, Makalah, ”Monoteisme Abraham”, Jakarta: Barukh
Ministry, 2008.
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Kembali Kepada Monoteisme Abraham”,
Jakarta: Barukh Ministry, 2000.
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Kekristenan dan Ketauhidan Sebagai
Pewaris Monoteisme Abraham”, Jakarta: Barukh Ministry, 2000.
Lembaga Pelayanan Barukh Ministry, ”Keilahiaan, Kemanusiaan, dan Ketuhanan
Yesus”, Jakarta: Barukh Ministry, 2000.
Noer, Kautsar Azhari, ”Tradisi Monoteistik”. Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedia
Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
Ofm, Dister. Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama, Yogyakarta:
Kanisius, 1993.
Palmer, Yakub B, The Holy Spirit, Phil: Presbyterian and Reformed Pab, 1989.
Romdon, Metodologi Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo,
1996.
Smith, Wilfred C., Memburu Makna Agama, Bandung: Mizan, 2004.
Susabsada, Yakub B, Mengenal dan Bergaul dengan Allah: Sebuah Refleksi Iman
Kristen Kepada Allah Yang Hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, Batam:
Gospel Press, 2002.
Tim Penulis, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi),
Jakarta: CeDA, 2007.
Daftar Pustaka dari Internet:
http://www.barukhministry.com
http://www.sttapostolos.ac.id
http://www.wikipedia.org
Download