Modul ke: MANUSIA DAN KETUHANAN Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Fakultas TEHNIK Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.ac.id MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA Kata Ilah berasal dari bahasa Arab yang berarti Tuhan. Kata ini seringkali digunakan Alquran untuk mengungkapkan suatu objek yang dibesarkan dan dipentingkan manusia. misalnya dalam surat Alfurqan ayat 43: ً أَ َرأَ ْي َت َم ِن ا َّت َخ َذ إِ ٰ َل َھ ُه ھ ََواهُ أَ َفأ َ ْن َت َت ُكونُ َع َل ْي ِه َوك ِيال Artinya: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” Siapakah Tuhan Ibnu Taimiyah memberikan definisi Ilah sebagai berikut: Al-Ilah adalah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakkal kepadanya untuk untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan daripadanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadaNya. (M. Imaduddin, 1989:56) Islam mengajarkan kalimat tauhid sebagai identitas ketuhanan umat islam yaitu “Laa illaha illa Allah”. susunan kalimat ini dimulai dengan peniadaan yaitu “tiada Tuhan”, kemudian diikuti dengan suatu penegasan,” melainkan Allah”. hal ini menunjukkan bahwa setiap muslim harus meyakni di dalam hatinya bahwa Tuhan itu hanya satu dan Dia adalah Allah. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan 1. Dinamisme Sejak zaman dahulu manusia telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula kekuatan itu ditujukan pada sebuah benda. Setiap benda dianggap mmemiliki pengaruh pada manusia baik positif maupun negative. 2. Animisme Manusia juga meyakini adanya peran roh dalam kehidupan. Mereka mempercayai roh sebagai sesuatu yang aktif walaupun benda tersebut telah mati. Oelh sebba itu roh adalah sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang atau tidak senang, serta memiliki kebutuhan-kebutuhan. Roh akan sennag jika kebutuhannya dipenuhi. Maka manusia harus menyediakan semua kebutuhan roh agar terhindar dari mara bahaya misalnya dengan sesajen. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan 3. Politeisme Dengan seiring berjalannya waktu, manusia mulai meyakini adanya kekuatan yang lebih hebat dari kepercayaan dinamisme dan animism yaitu Dewa. Dewa memiliki tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, air, angin dan lain sebagainya. 4. Henoteisme Kelompok manusia dari kalangan cendekiawan tidak puas dengan ketuhanan versi Dewa. Karena para Dewa dianggap tidak memiliki kekuatan yang sama dan harus dilakukan seleksi. Maka mereka meyakini kekuatan baru yang lebih hebat dari para Dewa yaitu TUHAN, walaupun mereka mengakui Tuhan bangsa lain. 5. Monoteisme Kepercayaan Henoteisme berubah menjadi Monoteisme yang megakui bahwa Tuhan hanya ada satu untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Definisi Iman Kata iman berasal dari bahasa Arab yaitu amina-yu’minu-amanan. Iman secara bahasa berarti percaya atau yakin. Keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Menurut Ibnu Majah dan Atthabarani iman adalah “keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal perbuatan” WUJUD IMAN Sebagai muslim sejati wujud iman tidak hanya sebatas percaya akan tetapi harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dan Ketuhanan 1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya akan bergetar sebagaimana firman Allah surat Al Anfal ayat 2. 2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah sebagaimana diungkapkan dalam surat Al Imran ayat 120, Almaidah ayat 12, Al Anfal ayat 2, At Taubah ayat 52, Ibrahim ayat 11. 3. Senantiasa melaksanakan perintahNya sebagimana ditulis dalam surat Al Mu’minun ayat 2 dan 7. 4. Menafkahkan rizkinya di jalan Allah seperti dalam surat Al Anfal ayat 3 dan Al Mukminun ayat 2 dan 7. 5. Menghindari kata-kata yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan sebagaimana dalam surat Al Mukminun ayat 3 dan 5. 6. Amanah dan menepati janji seperti dalam surat Al Mukminun ayat 6. 7. Bersungguh-sungguh di jalan Allah dan suka menolong sebagaimana dalam surat Al Anfal ayat 74. Pemantapan Iman Kualitas masa depan manusia ditentukan oleh kekuatan iman. Keunggulan generasi pelopor diukur dengan pengetahuan dan pemahaman (identifikasi) permasalahan yang dihadapi umat. Mantapnya pemahaman agama dan adat budaya merupakan landasan dasar kaderisasi regenerasi. Melalui program pendidikan dan pelatihan, pembinaan keluarga dan lingkungan harus berjalan secara beriringan dengan pemantapan akidah yang benar. Karena agama adalah penopang untuk menjalin kekuatan besar dalam pembangunan melalui integrasi aktif atau umat berperan aktif. Kelemahan utama pada era perkembangan zaman adalah melemahnya jati diri serta kurangnya komitmen pada nilai luhur agama. Isolasi diri karena lemahnya menguasai bahasa dunia (politik, ekonomi, social, budaya dan iptek) SOLUSI sosialisasi pengokohan pada level keluarga dan peran serta masyarakat yang pro aktif dalam menjaga kelestarian adat budaya. 1. Potensi diri manusia tediri dari potensi fisik dan potensi non fisik. 2. Potensi fisik adalah tubuh manusia sebagai sebuah sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan mahluk Allah lainnya seperti binatang, malaikat, dan jin. 3. Potensi non fisik adalah hati qolbu, ruh, indera, dan akal pikiran Globalisasi dapat diartikan suatu tindakan yang menjadikan sesuatu mendunia (universal). Era Globalisasi adalah era perubahan yang cepat. Dunia akan transparan, terasa sempit dan tanpa batas. Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan jarak yang jauh menjadi dekat. Arus globalisasi merubah pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industry dan perdagangan modern. Arus globalisasi membutuhkan penyesuaian kadar agar tidak terbawa arus yang dapat mencabut akar budaya bangsanya. Membiarkan diri terbawa arus tanpa memperhitungkan jati diri dapat menyebabkan malapetaka. Setiap muslim harus arif dalam merespon setiap pergeseran dan tanda-tanda perubahan zaman. Karena perkembangan globalisasi menjanjikan harapan dan kemajuan di segala aspek kehidupan. PARADIGMA TAUHID • Paradigm tauhid, Laa ilaaha illa Allah, mencetak manusia menjadi abid yakni hamba yang mengabdi kepada Allah dalam arti luas, mampu melaksanakan ajaran syariat islam sebagaimana perintah Allah dan RosulNya untuk menjadi manusia mandiri sesuai dengan eksistensi manusia diciptakan. • Abid adalah manusia yang tumbuh dengan akidah islamiah yang kuat. Akdiah islamiah merupakan sendi fundamental dari agama islam serta pondasi utama yang harus dijaga. Keyakinan tauhid menyimpan kekuatan besar yang dapat mendorong manusia untuk hidup inovatif. Terima Kasih MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA