PDF - Jurnal UNESA

advertisement
TINJAUAN KONTRAPUNG LAGU FUGA DALAM LUTE
SUITE BWV 998 KARYA J,S BACH
Oleh
Almas Fadhil Rasyadi
NIM: 12020134042
Dosen Pembimbing: Agus Suwahyono, S.Sn, M.Pd
ABSTRAK
Fuga (bahasa latin = ‘kejaran’) merupakan karangan musik yang tersusun menurut peraturan khususu
dalam 2-8 suara, namun biasanya dengan 3 atau 4 suara saja. Fuga adalah musik polifoni dengan gaya tiruan
dalam taraf yang paling tinggi dan paling luas. Dayanya terletak dalam tema dengan ‘kontrapungnya’ yang
sekaligus merupakan lawan dan pelengkap dari tema. Fuga lebih bebas dari pada kanon; namun lebih kompak
dibandingkan dengan motet, karena biasanya fuga hanya memakai satu tema. Fuga umumnya merupakan musik
instrumental: hal ini nampak pada irama serta lompatan-lompatan melodi tema; sedangkan ricercare (pendahulu
fuga) masih membawa warisan musik motet: tema / temanya melodis dengan irama sederhana, dengan langkah
kurang lebih diatonis (Prier, 2009: 127).
Kontrapung mengandung arti perlawanan antartitik. Di dalam music merupakan gaya music yang disuse
secara bersahut-sahutan, berasal dari kata punctus contra punctus atau point contra point. Landasan kontrapung
adalah sederetan melodi pokok sebagai titik-titik yang akan diperlawankan. Music-music kontrapungtis yang
dikenal dalam reportoir lama menggunakan canto fermo (cantus firmus) sebagai jalur melodi pokoknya.
Rumusan Masalah p enelitian ini adalah bagaimana kontrapung lagu Fuga Lute Suite BWV 998 karya
J.S Bach. Objek penelitian difokuskan pada kontrapung lagu Fuga Lute Suite BWV 998 karya J.S Bach.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian diperoleh dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan ialah reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display), dan penyimpulan (conclusion). Adapun uji keabsahan data menggunakan validitas
data.
Teknik komposisi fuga mempunyai struktur Subject yang telah tersusun lantas diimitasi pada tingkat V
dan disebut dengan istilah answer (A). Nada pada sopran yang menyertai (A) disebut dengan counter subject
(CS) apabila dimunculkan tiap kali (S) atau (A) dimainkan. Namun jika hanya sekali muncul disebut
counterpoint atau kontrapung Ekspsosisi ini dapat dilihat bagaimana subject dan answer selalu bermunculan dan
selalu diiringi oleh counter subject atau kontrapung sebagai pelengkap answer. Untuk episode, bagian ini selalu
sebagai jembatan untuk menuju eksposisi selanjutnya. Seni bermain fuga disini ialah bagaimana menonjolkan
subject dan answer meskipun terdapat suara register atas yang terkadang membuat kita terkecoh dalam
memainkannya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lagu Fuga BWV 998 memiliki bentuk EKSPOSISI 1 –
EKSPOSISI 2 – EKSPOSISI 3 – EPISODE 1 – EKSPOSISI 4 – EPISODE 2.
Kata Kunci : Fuga, Kontrapung, Lute Suite BWV 998, J.S Bach
ABSTRACT
Fuga (Latin = 'chase') is a musical composition composed by khususu regulations in the 2-8 vote, but
usually with 3 or 4 vote. Fuga is imitative polyphony music in the style of the highest level and the most
extensive. Its power lies in the theme with 'kontrapungnya' which also is the opposite and complementary to the
theme. Fuga is more free than the canon; but more compact than the motet, because usually only wear fugue
theme. Fuga is generally an instrumental music: it appears on the rhythm and melody leaps theme; whereas
ricercare (predecessor fuga) still carry the legacy of music motet: theme / melodic theme with a simple rhythm,
with more or less diatonic steps (prier, 2009: 127).
Counterpoint implies resistance between points. Inside the music is a style of music that blared in
disuse, is derived from the word punctus punctus contra contra point or points. The cornerstone of a series of
melodic counterpoint is the principal points to be contested. Music-music kontrapungtis known in old reportoir
using canto fermo (cantus FIRMUS) as the principal melody lines.
This study aimed to describe counterpoint song Lute Suite BWV 998 Fuga J.S works of Bach. The
object of research is focused on counterpoint song Lute Suite BWV 998 Fuga J.S works of Bach. This study uses
descriptive qualitative research. The research data obtained by observation, interviews, and documentation. Data
analysis technique used is the reduction of data (data reduction), presentation of data (data display), and
inference (conclusion). As for the validity of test data using data validity.
1
Mechanical composition fuga Subject has a structure that has been arranged and then imitated on
level V and termed answer (A). The tone at the accompanying soprano (A) is called the counter subject (CS) if it
is raised each time (S) or (A) is played. However, if only once emerged called counterpoint or Ekspsosisi
counterpoint can be seen how the subject and the answer is always popping up and is always accompanied by
counter subject or as a complementary counterpoint answer. For the episode, this section always as a bridge to
get to the next exposition. Art of playing the fugue here is how to accentuate the subject and answer despite the
upper registers sound that sometimes makes us fooled in memainkannya.Hasil this study indicate that the song
Fuga BWV 998 has a form of exposition 1 - exposition 2 - exposition 3 - EPISODE 1 - exposition 4 - EPISODE
2.
Keywords: Fuga, Kontrapung, Lute Suite BWV 998, J.S Bach
bahwa bentuk komposisi jenis ini merupakan
sebuah cara dan media yang digemari para
komponis di era polifoni. Dalam hal ini, fuga
menawarkan batasan- batasan, serta kebebasankebebasan, yang menjadikan bentuk musik
jauh lebih kompleks dari bentuk musik lain
yang bersifat polifonis, seperti canon,
invention, maupun chaccone. Kompleksitas
dalam karya fuga tersebut juga menjadi dasar
penulis, untuk menganalisis bagaimana bentuk
fuga dalam Lute Suite BWV 998 karya J.S.
Bach.
J.S. Bach merupakan salah satu komponis
jaman Barok yang lahir di Eisenach pada tahun
1685 dan meninggal pada tahun 1750.
Keluarga Bach terkenal sebagai keluarga
pemusik. Bach belajar secara tradisional teknik
bermain alat gesek dan tiup dari ayahnya yang
merupakan seorang pemusik di kota Eisenach
dan banyak menciptakan karya-karya nya
untuk berbagai instrumen seperti Harpsichord,
alat musik gesek, Lute yang kemudian
ditranskip untuk berbagai instrunen musik
lainnya. Setelah ayahnya meninggal, Bach
belajar organ dengan kakaknya Johan
Christoph. Pada tahun 1703–1707 Johan
Sebastian Bach mendapat tugas pertama
sebagai organis di Arnstardt. Pada tahun 1708
Bach mendapat tugas baru di Weimar sebagai
organis. Dia diberi kesempatan oleh pemusik
istana untuk mengarang kantata–kantata serta
karya musik untuk organ.
Fuga (bahasa latin = ‘kejaran’) merupakan
karangan musik yang tersusun menurut
peraturan khususu dalam 2-8 suara, namun
biasanya dengan 3 atau 4 suara saja. Fuga
adalah musik polifoni dengan gaya tiruan
dalam taraf yang paling tinggi dan paling luas.
Dayanya terletak dalam tema dengan
‘kontrapungnya’ yang sekaligus merupakan
lawan dan pelengkap dari tema. Fuga lebih
bebas dari pada kanon; namun lebih kompak
dibandingkan dengan motet, karena biasanya
fuga hanya memakai satu tema. Fuga
umumnya merupakan musik instrumental: hal
ini nampak pada irama serta lompatanlompatan melodi tema; sedangkan ricercare
(pendahulu fuga) masih membawa warisan
musik motet: tema / temanya melodis dengan
irama sederhana, dengan langkah kurang lebih
diatonis (Prier, 2009: 127).
Melihat bahwa pemahaman konstruksi
kontrapung di dalam Fuga masih belum
optimal dan perlu dioptimalkan serta tinjauan
didalamnya masih menjadi hal yang baru di
sekitar lingkungan penulis terutama pada
mayor gitar unesa. Menurut pendapat penulis
analisis karya ilmiah ini dapat mengoptimalkan
pemahaman tentang bentuk musik fuga oleh
karena itu penulis ingin meneliti lebih lanjut
I.
PENDAHULUAN
Gitar merupakan alat musik petik yang
sudah ada sejak jaman Klasik. Gitar yang
dikenal di era moderen pun beragam, mulai
dari gitar klasik, gitar folk akustik, strings
acoustic guitar, gitar elektrik, gitar flamenco,
gitar akustik-elektrik, gitar sunyi atau silent
guitar, dan gitar bass. Selain macamnya yang
beragam, bentuk gitar yang ada pada saat ini
juga bervariatif. Salah satu jenis gitar yang
dikenal di lingkungan masyarakat Indonesia
adalah gitar klasik. Terbukti dengan banyak
diadakannya kompetisi gitar klasik di tingkat
nasional, bahkan internasional. Selain itu,
banyak juga pertunjukan gitar klasik yang
diselenggarakan oleh berbagai perguruan
tinggi, komunitas gitar, dan sekolah-sekolah
musik.
Pembagian seni musik barat dilihat dari
periode jaman
meliputi
jaman abad
Pertengahan (500 – 1400), Renaissance (1400 1600), Baroque (1600 - 1750), Classical (1750
- 1820), Romantic (1800 - 1890), dan Modern
(1900 - sekarang). Masing-masing jaman
mempunyai karakter yang berbeda, dan setiap
jaman memiliki komposer serta karya musik
yang mewakili jaman tersebut. Karya-karya
yang diciptakan khusus untuk gitar klasik
dimulai dari jaman klasik (classical era),
namun pada era modern banyak karya-karya
dari berbagai jaman yang bukan untuk
instrumen gitar klasik telah dintranskrip
kedalam instrumen gitar klasik. Pada era abad
ke 18 gaya musik kontrapung (polifon)
bergeser cenderung pada aspek linear musik
(harmoni), akan tetapi menurut R.O. Morris,
hubungan antara kontrapung dan harmoni
bukan merupakan dua hal yang berbeda,
namun merupakan dua cara mengenai satu hal
yang sama. Di era abad 20, kontrapung
berkembang
lebih
pesat
dengan
diaplikasikannya teori baru seperti Polytonality
(Milhaud), Chromatisism (Stravinsky), Twelve
Tone System (Arnold Schoenberg), dan
beberapa teori independen lainya.
Dalam melakukan pemilihan materi untuk
dikaji, penulis tertarik pada karya Johann
Sebastian Bach yang sering ditranskripsikan ke
dalam versi gitar klasik yaitu Fuga dari Lute
Suite BWV 998. Transkripsi yang digunakan
sebagai bahan kajian dalam tulisan ini,
merupakan karya dari Frank Koonce.
Transkripsi tersebut diambil dari buku ”The
Solo Lute Works for the Guitar” terbitan Neil
A. Kjos Musik Company tahun 1987. Dalam
transkripsi fuga BWV 998 oleh Frank Koonce,
beliau mengkombinasikan berbagai manuskrip
yang muncul dari era Bach hingga ke abad ke
19. Selain berawal dari faktor subjecttifitas
penulis, pemilihan bagian fuga, didasari fakta
3
tentang tinjauan teknik kontrapung di lagu
fuga khususnya di dalam Lute Suite BWV 998
karya J.S Bach
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada penulisan ini
dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana konstruksi kontrapung Fuga
dalam Lute Suite BWV 998 karya J.S.
Bach?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan teknik mengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas
data serta analisis menggunakan tahap reduksi data,
menyusun data, pemeriksaan data, dan tahap
penyajian data
episode, namun disisi lain fuga juga dikatakan
bentuk yang ketat karena didalam eksposisi terdapat
aturan-aturan bagaimana keterkaitan antara subject
dan answer itu sendiri. Dari hasil analisa penulis
terhadap karakteristik fuga dirumuskan tahapantahapan dalam meninjau sebuah bentuk musik fuga
khususnya dalam BWV 998 karya J.S Bach.
a. Menyusun subject
Subject disusun sepanjang dua setengah
birama dalam tangga nada D mayor.
Gambar 31. Subject
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui konstruksi kontrapung fuga
khususnya dalam Lute Suite BWV 998 Karya J.S.
Bach dan secara tidak langsung bagi pemain gitar
klasik yang ingin membawakan repertoar Lute
Suite BWV 998 dapat menginterpretasikannya
secara lebih baik.Dalam penulisan ini, penulis
menggunakan dua teori yang dijadikansuatu
pedoman yaitu teori dari Leon Stein dan Alfred
Mann, karena dua teori tersebut menurut penulis
lebih mudah dimengerti dan relevan terhadap
bembehasan ini, dengan adanya dua teori tersebut
dapat membantu penulis dalam penulisan dan
menganalisis data yang ada.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Fuga adalah karya musik polifoni untuk tiga
suara atau lebih, dikembangkan dari motif yang
disebut subjek dan diolah dengan teknik
kontrapung. Puncak perkembangan fuga terjadi
pada era Barok akhir berkat jasa salah satu
komponis besar era Barok Johan Sebastian Bach.
Salah satu karya yang dianggap penting untuk
perkembangan fuga adalah Well Tempered Clavier
dari J.S. Bach yang terdiri dari dua volume.
Munculnya musik polifoni telah diakui
sebagai fase yang paling menentukan dalam sejarah
barat musik. Teknik yang paling dikenal oleh
ilmuwan bahwa pada jaman reinesanse ialah teknik
tiruan atau imitasi yang dimana mempunyai
kekuatan, macam-macam kombinasi yang ideal dan
keragamannya. Fuga adalah komposisi polifoni
yang terdiri dari 2 suara/instrumen atau lebih yang
dimana dibangun oleh teori kontrapung, subjek dan
motif. Fuga mempunya tingkatan paling tinggi
dalam ranah bentuk musik imitasi. Dalam hal ini
Fuga mempunyai bentuk yang Hybrid atau bisa
dikatakan dapat menjadi open form atau bentuk
yang bebas dan bisa dikatakan close form atau bisa
dikatakan bentuk yang ketat. Dikatakan bentuk
yang bebas dikarenakan didalam struktur musik
fuga tidak dibatasi banyaknya eksposisi dan
Subject yang telah disusun lantas diimitasi
(dimunculkan ulang) pada tingkat V (A mayor) dari
nada dasar (D mayor) dan dimunculkan pada
register suara yang berbeda. Imitasi subject yang
dimainkan pada tingkat lima (V) disebut dengan
istilah answer.
Terdapat dua jenis answer, yaitu tonal answer
dan real answer. Jika nada fifth (5) muncul pada
rangkaian melodi yang terdapat pada subject,
digunakan tonal answerdengan ketentuan nada fifth
pada subject dirubah menjadi nada fourth (4) pada
answer. Jika nada fifth tidak muncul pada subject,
digunakan real answer dengan melakukan imitasi
interval nada secara identik pada tingkat lima (V).
Aturan penggunaan answer seperti pada paragraf di
atas dengan sengaja diabaikan. Analisa subject pada
notasi di atas menunjukkan bahwa nada fifth (5)
muncul sebanyak dua kali. Imitasi yang digunakan
seharusnya berupa tonal answer dengan merubah
nada fifth (5) menjadi nada fourth (4). Dalam
struktur Fuga BWV 998, menggabungkan real
answer dan tonal answer sebagai karakteristik
bentuk asnwer itu sendri. Dalam gambar dibawah
terdapat tonal answer yang dimulai pada birama ke
3 pada suara tenor dalam tingkat V (A mayor) dan
diakhiri pada birama 5.
Subject
Answer
Gambar 32. Subject dan Answer
menuju akord A mayor. Ini tetap mempuyai interval
yang identik dengan frase sebelumnya. Materi yang
digunakan adalah materi baru yang tidak terdapat
pada bagian eksposisi. Contoh pada gambar berikut.
b. Menyusun counter subject
Counter subject disusun untuk mengisi bagian
kosong ketika answer muncul pada akhir subject.
Disebut counter subject jika bagian ini kembali
dimunculkan berkali-kali dengan bentuk yang
sama. Tetapi jika hanya sekali dimunculkan, maka
hanya disebut counterpoint. Dalam gambar
dibawah ini terdapat counter subject yg
melengkengapi bagian answer muncul.
Gambar 38. Episode 1
Kontrapung yang berarti mengkombinasikan 2
ritmik dan melody atau lebih yang terbagi di
beberapa bagian. Bentuk polifoni biasanya
mempunyai kesamaan nama dengan kontrapung.
Beberapa teknik dasar yang digunakan dalam
penggunaan kontrapung antara lain:
Gambar 33. Counter Subject
c. Menempatkan subject beserta answer pada alto,
sopran, bas, dan tenor untuk membentuk bagian
eksposisi.
Munculunya subject dan diikuti dengan answer
dan selalu counter subject atau counterpoint
sebagai pelengkap answer adalah bagian yang
disebut eksposisi. Pada eksposisi pertama, subject
muncul di alto pada birama pertama, dan diikuti
answer dengan modulasi ke tingkat V di register
tenor. Counter subject muncul di alto hingga
birama keempat mengiringi answer yang muncul
di register tenor. Subject kembali muncul pada
birama 7 di bas, dan diikuti answer dengan
modulasi ke tingkat lima di bass pada birama 11,
disusul munculnya counterpoint di alto.
Gambar 34. Eksposisi
d. Susunan episode
1.
Sequence
2.
Imitasi
3.
Repetisi
4.
Augmentasi
5.
Diminusi
6.
Retrograde
7.
Contary motion
8.
Inverted counterpoint
9.
Organ point
10.
Change of mode
11.
Transposisi
12.
Stretto
Di dalam Fuga, bagian kontrapung yang
sangat tampak ialah bagaimana alur melodi yang
menjadi pelengkap subject atau answer yang
terletak di beberapa register suara, contoh dalam
eksposisi 1, answer terletak pada suara tenor yang
dilengkapi
pada
suara
altor
(counter
subject/kontraping). Berbeda pada eksposisi 2,
subject dan answer berganti muncul pada suara bass
seiring dengan alur melodi pelengkap answer pada
suara alto. Disini dapat diketahui setiap eksposiis
mempunyai letak register suara yang berbeda,
begitu juga alur melodi yang menjadi pelengkap
Episode yang pertama terdiri dari 12 birama,
dimulai dari birama 23 hingga birama 34. Episode
pada bagian ini berfungsi sebagai pengantar dari
eksposisi bagian ke-3 yang berakhir di E minor,
menuju eksposisi ke 4. Dalam kotak merah terlihat
bagaimana modulasi akhirnya jatuh pada tonika D
mayor sebelum struktur homofoni dimulai.
Beberapa bentuk fuga dalam BWV 998 berupa
susunan kontrapung bebas dan tidak lagi terlihat
karakteristik musik polifoni melainkan homofoni.
Pada kotak hijau, alur melodi tetap berada dalam
akor D mayor yang kemudian pada kotak coklat
5
subject dan answer ( counter subject/kontrapung ).
Dibawah ini terdapat analisa bagaimana teknik
dasar alur melodi yang menjadi pelengkap subject
atau answer diklasifikasikan menurut tiap bagian
eksposisi.
Eksposisi 1
Gambar 42. Kontrapung Eksposisi 1
Pada alur melodi bagian subject, tidak ada alur
melodi yang menjadi pelengkap, karena kebiasaan
di awal fuga, tema atau subject muncul berdiri
sendiri di tonika tanpa ada melodi pelengkap atau
iringan. Pada bagian subject, terlihat menggunakan
terknik dasar contrary motion yang dimana alur
melodi mengalami pembalikan-pembalikan nada
secara constant dalam tonika yang akhirnya terlihat
motif yang sangat jelas. Pada bagian pelengkap
answer ( kotak merah ) terlihat menggunakan
contrary motion, alur melodi jelas mengalami
pembalikan-pembalikan secara constant nada dalam
tonal A mayor.
menggunakan imitasi bebas, karena secara alur
melodi terkesan identik namun tidak sama.
Eksposisi 3
Pada eksposisi 3, subject muncul masih di
bagian bass yang juga sama mempunyai alur
melodi pelengkap pada suara alto dan tenor.
Pertama terdapat
Teknik dasar kontrapung stretto, dimana suara dua
atau bagian alto memulai kembali ketika suara
tenor belum selesai mengakhiri motf nya.
Selanjutnyta masih dibagian pelengkap subject,
motif pertama menggunakan teknik dasar sequence
turun dan motif kedua menggunakan augmentasi.
Didalam pelengkap answer, terlihat terdapat
pada suara bass dan answer sendiri terdapat pada
suara alto. Berbeda dengan eksposisi sebelumnya
suara answer terdapat pada suara bass yang
menonjol. Pada alur melodi pelengkap answer,
menggunakan identik dengan teknikk dasar dengan
sequence turun. Sedangkan pada suara tenor tidak
begitu tampak, karena mengalami augmentasi jika
dilihat motif-motif sebelumnya.
Eksposisi 2
Gambar 44. Kontrapung Eksposisi 3
Eksposisi 4
.Gambar 43. Kontrapung Eksposisi 2
Pada bagian eksposisi 2, subject muncul di
suara bass yang akhirnya mendapatkan alur melodi
pelengkap yang pada eksposisi pertama subject
muncul di bagian alto tanpa memilik alur melodi
pelenglap. Tetapi dibagian eksposisi 2, yang harus
ditonjolkan adalah register suara bass dikarenakan
dimana tema itu muncul. Alur melodi yang menjadi
pelengkap subject ialah menggunakan teknik
sequence naik dan sequence turun. Untuk bagian
pelengkap answer (counter subject) menggunakan
teknik imitasi. Menurut leon stein pada bukunya
Structure and Style mengatakan ada 2 jenis imitasi
yaitu, imitasi ketat dan imitasi bebas. Dalam
counter subject eksposisi yang ke 2 terlihat
Gambar 45. Kontrapung Eksposisi 4
Pada eksposisi 4, tampak subject muncul
pada suara alto ini sama persis pada subject dalam
eksposisi pertama, namun disiniterdapat alur melodi
yang sangat terlihat, sedangkan pada ekposisi
pertama, subject tidak memiliki alur melodi
pelengkap. Disini alur melodi terdapat pada suara
sopran. Pada motif pertama menggunakan teknik
dasar sequence naik, karena tekstur pola melodi
naik tingkat sejalan dengan interval dalam tonika D
mayor. Kemudian pada motif yang keduaterlihat
menggunakan teknik dasar kontrapung contrary
motion, dengan arti disini suara identik berlawanan
namun bergerak secara konstan yang menimbulkan
motif yang jelas.
Pada bagian answer, muncul pada bagian
tenor yang dilengkapi dengan alur melodi pada
suara sopran. Masih identik dengan teknik
kontrapung dengan bagian subject, namun di motif
pertama menggunakan teknik contrary motion
karena terlihat geraknya berlawanan secara kontsan,
dan yang motif kedua menggunakan teknik dasar
kontrapung imitasi bebas. Dalam satu motif
menimbulkan suara yang terdengan identik antar
setiap figure.
close form dan open form, dimana close form (
bentuk tertutup ) atau bisa dikatakan sangat ketat
dalam aturan-aturan komposisinya dan open form
yang dimana ada kebebasan-kebebasan aturan
didalamnya. Ini bisa dilihat dalam hal bagaimana
eksposisi ( subject dan answer ) tidak memiliki
batasan jumlahnya, dan akan diimitasikan dalam
beberapa register suara sesuai keinginan komponis,
ini bisa dikatakan open form. Terdapat dua jenis
answer, yaitu tonal answer dan real answer. Jika
nada fifth (5) muncul pada rangkaian melodi yang
terdapat
pada
subject,
digunakan
tonal
answerdengan ketentuan nada fifth pada subject
dirubah menjadi nada fourth (4) pada answer. Jika
nada fifth tidak muncul pada subject, digunakan
real answer dengan melakukan imitasi interval
nada secara identik pada tingkat lima (V). Aturan
penggunaan answer seperti pada paragraf di atas
dengan sengaja diabaikan. Analisa subject pada
notasi di atas menunjukkan bahwa nada fifth (5)
muncul sebanyak dua kali. Imitasi yang digunakan
seharusnya berupa tonal answer dengan merubah
nada fifth (5) menjadi nada fourth (4). Dalam
struktur Fuga BWV 998, menggabungkan real
answer dan tonal answer sebagai karakteristik
bentuk asnwer itu sendri.
Dalam hal close form, aturan-aturan
eksposisi haruslah sesuai dengan kaidah-kaidah
ilmu bentuk fuga yang beredar. Dalam hal ini fuga
bisa dikatakan Hybrid atau menggabungkan antara
close form dan open form.
Fuga BWV 998 memiliki bentuk
EKSPOSISI 1 – EKSPOSISI 2 – EKSPOSISI 3 –
EPISODE 1 – EKSPOSISI 4 – EPISODE 2.
Ekspsosisi ini dapat dilihat bagaimana subject dan
answer selalu bermunculan dan selalu diiringi oleh
counter subject atau kontrapung sebagai pelengkap
answer. Untuk episode, bagian ini selalu sebagai
jembatan untuk menuju eksposisi selanjutnya. Seni
bermain fuga disini ialah bagaimana menonjolkan
subject dan answer meskipun terdapat suara register
atas yang terkadang membuat kita terkecoh dalam
memainkannya.
Kontrapung disini berfungsi sebagai
pelengkap ketika answer muncul atau dapat
dikatakan counter subject. Disebut counter subject
jika bagian ini kembali dimunculkan berkali-kali
dengan bentuk yang sama. Tetapi jika hanya sekali
dimunculkan, maka hanya disebut kontrapung.
Dalam gambar dibawah ini terdapat counter subject
yg melengkengapi bagian answer muncul.
Episode 1
Dalam Episode 1 tidak terlihat lagi unsur
polifoni namun disini lebih terlihat adalah unsur
homfoninya, ini dapat dibuktikan dalam kotak hijau
yang dimana permainan akord dasar D mayor yang
dimainkan secara arpeggio.Teknik dasar
kontrapung disini pada kotak hijau menggunakan
teknik sequence yang dimana pengulanganpengulangan figur. Terlihat jelas ketika jatuh pada
F mayor mempunyai unsure sequence hingga jatuh
kembali pada tonika D mayor. Kemudian pada
kotak coklat menggunakan teknik contrary motion.
Kembali unsure homofini yang lebih terlihat. Pada
akord D.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dikemukakan, berikut ini disampaikan saran-saran:
Bagi pengajar dan pemain gitar klaik
hendaknya memberikan pendekatan pemahaman
tentang teks lagu atau partitur kepada pembaca
Gambar 46. Kontrapung Episode 1
III PENUTUP
Simpulan
Fuga tergolong bentuk musik jenis Hybrid,
dimana dalam fuga mempunyai 2 macam bentuk
7
sebagai lanjutan dalam tahapan analisis bentuk dan
struktur musik. Mengingat karya musik ini
memiliki kesempurnaan dari segala bagian, serta
menarik untuk dimainkan dan dikaji lebih dalam.
Hendaknya penelitian tentang karya fuga ini
mendapat respon bagi mahasiswa, guru musik, atau
peneliti untuk lebih mengembangkan penelitian ini
mengingat karya musik ini memiliki kelebihan dan
kekurangan dari segala bagian, serta masih sangat
menarik untuk dikaji lebih dalam.
IV DAFTAR RUJUKAN
Banoe, P. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta:
Kanisius
_______ 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni.
Yogyakarta: Kanisius.
Kerman, Joseph. 2005. The Art of Fugue. London:
University of California Press, Ltd.
Koonce, Frank. 1989. The Solo Lute Works of
Johann Sebastian Bach. San Diego,
California: Kjos Music Company.
Mack, Dieter. 1995. Ilmu Melodi. Yogyakarta:
Pusat Musik Liturgi.
Mann, Alfred. 1986. The Study of Fugue. New
York: Norton
_____________ 1971. The Study of Counterpoint.
New York: Norton
Norden, Hugo. 1969. Fundamental Counterpoint.
Boston. Crescendo Publishing Company
Prier, K.E. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta.
Pusat
Musik Liturgi.
________
1991. Sejarah Musik Jilid 1.
Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi.
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Stein, Leon. 1979. Structure & Style: The study and
analysis of musical forms Expanded Edition.
United State of America: Summy-Birchard.
Tambajong, J. (1992). Ensiklopedi Musik. Jakarta :
PT. Cipta Adi Pustaka.
Tim Penyusun. 2014. Panduan Penulisan dan
Penilaian Skripsi. Surabaya: Unesa.
Wicaksono, H.Y. 2007. Ilmu Bentuk dan Analisis
Dasar.Yogyakarta:
Universitas
Negeri
Yogyakarta.
Download