TINJAUAN KONTRAPUNG LAGU FUGA DALAM LUTE SUITE BWV 998 KARYA J,S BACH Oleh Almas Fadhil Rasyadi NIM: 12020134042 Dosen Pembimbing: Agus Suwahyono, S.Sn, M.Pd ABSTRAK Fuga (bahasa latin = ‘kejaran’) merupakan karangan musik yang tersusun menurut peraturan khususu dalam 2-8 suara, namun biasanya dengan 3 atau 4 suara saja. Fuga adalah musik polifoni dengan gaya tiruan dalam taraf yang paling tinggi dan paling luas. Dayanya terletak dalam tema dengan ‘kontrapungnya’ yang sekaligus merupakan lawan dan pelengkap dari tema. Fuga lebih bebas dari pada kanon; namun lebih kompak dibandingkan dengan motet, karena biasanya fuga hanya memakai satu tema. Fuga umumnya merupakan musik instrumental: hal ini nampak pada irama serta lompatan-lompatan melodi tema; sedangkan ricercare (pendahulu fuga) masih membawa warisan musik motet: tema / temanya melodis dengan irama sederhana, dengan langkah kurang lebih diatonis (Prier, 2009: 127). Kontrapung mengandung arti perlawanan antartitik. Di dalam music merupakan gaya music yang disuse secara bersahut-sahutan, berasal dari kata punctus contra punctus atau point contra point. Landasan kontrapung adalah sederetan melodi pokok sebagai titik-titik yang akan diperlawankan. Music-music kontrapungtis yang dikenal dalam reportoir lama menggunakan canto fermo (cantus firmus) sebagai jalur melodi pokoknya. Rumusan Masalah p enelitian ini adalah bagaimana kontrapung lagu Fuga Lute Suite BWV 998 karya J.S Bach. Objek penelitian difokuskan pada kontrapung lagu Fuga Lute Suite BWV 998 karya J.S Bach. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan ialah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penyimpulan (conclusion). Adapun uji keabsahan data menggunakan validitas data. Teknik komposisi fuga mempunyai struktur Subject yang telah tersusun lantas diimitasi pada tingkat V dan disebut dengan istilah answer (A). Nada pada sopran yang menyertai (A) disebut dengan counter subject (CS) apabila dimunculkan tiap kali (S) atau (A) dimainkan. Namun jika hanya sekali muncul disebut counterpoint atau kontrapung Ekspsosisi ini dapat dilihat bagaimana subject dan answer selalu bermunculan dan selalu diiringi oleh counter subject atau kontrapung sebagai pelengkap answer. Untuk episode, bagian ini selalu sebagai jembatan untuk menuju eksposisi selanjutnya. Seni bermain fuga disini ialah bagaimana menonjolkan subject dan answer meskipun terdapat suara register atas yang terkadang membuat kita terkecoh dalam memainkannya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lagu Fuga BWV 998 memiliki bentuk EKSPOSISI 1 – EKSPOSISI 2 – EKSPOSISI 3 – EPISODE 1 – EKSPOSISI 4 – EPISODE 2. Kata Kunci : Fuga, Kontrapung, Lute Suite BWV 998, J.S Bach ABSTRACT Fuga (Latin = 'chase') is a musical composition composed by khususu regulations in the 2-8 vote, but usually with 3 or 4 vote. Fuga is imitative polyphony music in the style of the highest level and the most extensive. Its power lies in the theme with 'kontrapungnya' which also is the opposite and complementary to the theme. Fuga is more free than the canon; but more compact than the motet, because usually only wear fugue theme. Fuga is generally an instrumental music: it appears on the rhythm and melody leaps theme; whereas ricercare (predecessor fuga) still carry the legacy of music motet: theme / melodic theme with a simple rhythm, with more or less diatonic steps (prier, 2009: 127). Counterpoint implies resistance between points. Inside the music is a style of music that blared in disuse, is derived from the word punctus punctus contra contra point or points. The cornerstone of a series of melodic counterpoint is the principal points to be contested. Music-music kontrapungtis known in old reportoir using canto fermo (cantus FIRMUS) as the principal melody lines. This study aimed to describe counterpoint song Lute Suite BWV 998 Fuga J.S works of Bach. The object of research is focused on counterpoint song Lute Suite BWV 998 Fuga J.S works of Bach. This study uses descriptive qualitative research. The research data obtained by observation, interviews, and documentation. Data analysis technique used is the reduction of data (data reduction), presentation of data (data display), and inference (conclusion). As for the validity of test data using data validity. 1 Mechanical composition fuga Subject has a structure that has been arranged and then imitated on level V and termed answer (A). The tone at the accompanying soprano (A) is called the counter subject (CS) if it is raised each time (S) or (A) is played. However, if only once emerged called counterpoint or Ekspsosisi counterpoint can be seen how the subject and the answer is always popping up and is always accompanied by counter subject or as a complementary counterpoint answer. For the episode, this section always as a bridge to get to the next exposition. Art of playing the fugue here is how to accentuate the subject and answer despite the upper registers sound that sometimes makes us fooled in memainkannya.Hasil this study indicate that the song Fuga BWV 998 has a form of exposition 1 - exposition 2 - exposition 3 - EPISODE 1 - exposition 4 - EPISODE 2. Keywords: Fuga, Kontrapung, Lute Suite BWV 998, J.S Bach bahwa bentuk komposisi jenis ini merupakan sebuah cara dan media yang digemari para komponis di era polifoni. Dalam hal ini, fuga menawarkan batasan- batasan, serta kebebasankebebasan, yang menjadikan bentuk musik jauh lebih kompleks dari bentuk musik lain yang bersifat polifonis, seperti canon, invention, maupun chaccone. Kompleksitas dalam karya fuga tersebut juga menjadi dasar penulis, untuk menganalisis bagaimana bentuk fuga dalam Lute Suite BWV 998 karya J.S. Bach. J.S. Bach merupakan salah satu komponis jaman Barok yang lahir di Eisenach pada tahun 1685 dan meninggal pada tahun 1750. Keluarga Bach terkenal sebagai keluarga pemusik. Bach belajar secara tradisional teknik bermain alat gesek dan tiup dari ayahnya yang merupakan seorang pemusik di kota Eisenach dan banyak menciptakan karya-karya nya untuk berbagai instrumen seperti Harpsichord, alat musik gesek, Lute yang kemudian ditranskip untuk berbagai instrunen musik lainnya. Setelah ayahnya meninggal, Bach belajar organ dengan kakaknya Johan Christoph. Pada tahun 1703–1707 Johan Sebastian Bach mendapat tugas pertama sebagai organis di Arnstardt. Pada tahun 1708 Bach mendapat tugas baru di Weimar sebagai organis. Dia diberi kesempatan oleh pemusik istana untuk mengarang kantata–kantata serta karya musik untuk organ. Fuga (bahasa latin = ‘kejaran’) merupakan karangan musik yang tersusun menurut peraturan khususu dalam 2-8 suara, namun biasanya dengan 3 atau 4 suara saja. Fuga adalah musik polifoni dengan gaya tiruan dalam taraf yang paling tinggi dan paling luas. Dayanya terletak dalam tema dengan ‘kontrapungnya’ yang sekaligus merupakan lawan dan pelengkap dari tema. Fuga lebih bebas dari pada kanon; namun lebih kompak dibandingkan dengan motet, karena biasanya fuga hanya memakai satu tema. Fuga umumnya merupakan musik instrumental: hal ini nampak pada irama serta lompatanlompatan melodi tema; sedangkan ricercare (pendahulu fuga) masih membawa warisan musik motet: tema / temanya melodis dengan irama sederhana, dengan langkah kurang lebih diatonis (Prier, 2009: 127). Melihat bahwa pemahaman konstruksi kontrapung di dalam Fuga masih belum optimal dan perlu dioptimalkan serta tinjauan didalamnya masih menjadi hal yang baru di sekitar lingkungan penulis terutama pada mayor gitar unesa. Menurut pendapat penulis analisis karya ilmiah ini dapat mengoptimalkan pemahaman tentang bentuk musik fuga oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih lanjut I. PENDAHULUAN Gitar merupakan alat musik petik yang sudah ada sejak jaman Klasik. Gitar yang dikenal di era moderen pun beragam, mulai dari gitar klasik, gitar folk akustik, strings acoustic guitar, gitar elektrik, gitar flamenco, gitar akustik-elektrik, gitar sunyi atau silent guitar, dan gitar bass. Selain macamnya yang beragam, bentuk gitar yang ada pada saat ini juga bervariatif. Salah satu jenis gitar yang dikenal di lingkungan masyarakat Indonesia adalah gitar klasik. Terbukti dengan banyak diadakannya kompetisi gitar klasik di tingkat nasional, bahkan internasional. Selain itu, banyak juga pertunjukan gitar klasik yang diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi, komunitas gitar, dan sekolah-sekolah musik. Pembagian seni musik barat dilihat dari periode jaman meliputi jaman abad Pertengahan (500 – 1400), Renaissance (1400 1600), Baroque (1600 - 1750), Classical (1750 - 1820), Romantic (1800 - 1890), dan Modern (1900 - sekarang). Masing-masing jaman mempunyai karakter yang berbeda, dan setiap jaman memiliki komposer serta karya musik yang mewakili jaman tersebut. Karya-karya yang diciptakan khusus untuk gitar klasik dimulai dari jaman klasik (classical era), namun pada era modern banyak karya-karya dari berbagai jaman yang bukan untuk instrumen gitar klasik telah dintranskrip kedalam instrumen gitar klasik. Pada era abad ke 18 gaya musik kontrapung (polifon) bergeser cenderung pada aspek linear musik (harmoni), akan tetapi menurut R.O. Morris, hubungan antara kontrapung dan harmoni bukan merupakan dua hal yang berbeda, namun merupakan dua cara mengenai satu hal yang sama. Di era abad 20, kontrapung berkembang lebih pesat dengan diaplikasikannya teori baru seperti Polytonality (Milhaud), Chromatisism (Stravinsky), Twelve Tone System (Arnold Schoenberg), dan beberapa teori independen lainya. Dalam melakukan pemilihan materi untuk dikaji, penulis tertarik pada karya Johann Sebastian Bach yang sering ditranskripsikan ke dalam versi gitar klasik yaitu Fuga dari Lute Suite BWV 998. Transkripsi yang digunakan sebagai bahan kajian dalam tulisan ini, merupakan karya dari Frank Koonce. Transkripsi tersebut diambil dari buku ”The Solo Lute Works for the Guitar” terbitan Neil A. Kjos Musik Company tahun 1987. Dalam transkripsi fuga BWV 998 oleh Frank Koonce, beliau mengkombinasikan berbagai manuskrip yang muncul dari era Bach hingga ke abad ke 19. Selain berawal dari faktor subjecttifitas penulis, pemilihan bagian fuga, didasari fakta 3 tentang tinjauan teknik kontrapung di lagu fuga khususnya di dalam Lute Suite BWV 998 karya J.S Bach Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pada penulisan ini dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana konstruksi kontrapung Fuga dalam Lute Suite BWV 998 karya J.S. Bach? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik mengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data serta analisis menggunakan tahap reduksi data, menyusun data, pemeriksaan data, dan tahap penyajian data episode, namun disisi lain fuga juga dikatakan bentuk yang ketat karena didalam eksposisi terdapat aturan-aturan bagaimana keterkaitan antara subject dan answer itu sendiri. Dari hasil analisa penulis terhadap karakteristik fuga dirumuskan tahapantahapan dalam meninjau sebuah bentuk musik fuga khususnya dalam BWV 998 karya J.S Bach. a. Menyusun subject Subject disusun sepanjang dua setengah birama dalam tangga nada D mayor. Gambar 31. Subject Tujuan penelitian Untuk mengetahui konstruksi kontrapung fuga khususnya dalam Lute Suite BWV 998 Karya J.S. Bach dan secara tidak langsung bagi pemain gitar klasik yang ingin membawakan repertoar Lute Suite BWV 998 dapat menginterpretasikannya secara lebih baik.Dalam penulisan ini, penulis menggunakan dua teori yang dijadikansuatu pedoman yaitu teori dari Leon Stein dan Alfred Mann, karena dua teori tersebut menurut penulis lebih mudah dimengerti dan relevan terhadap bembehasan ini, dengan adanya dua teori tersebut dapat membantu penulis dalam penulisan dan menganalisis data yang ada. II. HASIL DAN PEMBAHASAN Fuga adalah karya musik polifoni untuk tiga suara atau lebih, dikembangkan dari motif yang disebut subjek dan diolah dengan teknik kontrapung. Puncak perkembangan fuga terjadi pada era Barok akhir berkat jasa salah satu komponis besar era Barok Johan Sebastian Bach. Salah satu karya yang dianggap penting untuk perkembangan fuga adalah Well Tempered Clavier dari J.S. Bach yang terdiri dari dua volume. Munculnya musik polifoni telah diakui sebagai fase yang paling menentukan dalam sejarah barat musik. Teknik yang paling dikenal oleh ilmuwan bahwa pada jaman reinesanse ialah teknik tiruan atau imitasi yang dimana mempunyai kekuatan, macam-macam kombinasi yang ideal dan keragamannya. Fuga adalah komposisi polifoni yang terdiri dari 2 suara/instrumen atau lebih yang dimana dibangun oleh teori kontrapung, subjek dan motif. Fuga mempunya tingkatan paling tinggi dalam ranah bentuk musik imitasi. Dalam hal ini Fuga mempunyai bentuk yang Hybrid atau bisa dikatakan dapat menjadi open form atau bentuk yang bebas dan bisa dikatakan close form atau bisa dikatakan bentuk yang ketat. Dikatakan bentuk yang bebas dikarenakan didalam struktur musik fuga tidak dibatasi banyaknya eksposisi dan Subject yang telah disusun lantas diimitasi (dimunculkan ulang) pada tingkat V (A mayor) dari nada dasar (D mayor) dan dimunculkan pada register suara yang berbeda. Imitasi subject yang dimainkan pada tingkat lima (V) disebut dengan istilah answer. Terdapat dua jenis answer, yaitu tonal answer dan real answer. Jika nada fifth (5) muncul pada rangkaian melodi yang terdapat pada subject, digunakan tonal answerdengan ketentuan nada fifth pada subject dirubah menjadi nada fourth (4) pada answer. Jika nada fifth tidak muncul pada subject, digunakan real answer dengan melakukan imitasi interval nada secara identik pada tingkat lima (V). Aturan penggunaan answer seperti pada paragraf di atas dengan sengaja diabaikan. Analisa subject pada notasi di atas menunjukkan bahwa nada fifth (5) muncul sebanyak dua kali. Imitasi yang digunakan seharusnya berupa tonal answer dengan merubah nada fifth (5) menjadi nada fourth (4). Dalam struktur Fuga BWV 998, menggabungkan real answer dan tonal answer sebagai karakteristik bentuk asnwer itu sendri. Dalam gambar dibawah terdapat tonal answer yang dimulai pada birama ke 3 pada suara tenor dalam tingkat V (A mayor) dan diakhiri pada birama 5. Subject Answer Gambar 32. Subject dan Answer menuju akord A mayor. Ini tetap mempuyai interval yang identik dengan frase sebelumnya. Materi yang digunakan adalah materi baru yang tidak terdapat pada bagian eksposisi. Contoh pada gambar berikut. b. Menyusun counter subject Counter subject disusun untuk mengisi bagian kosong ketika answer muncul pada akhir subject. Disebut counter subject jika bagian ini kembali dimunculkan berkali-kali dengan bentuk yang sama. Tetapi jika hanya sekali dimunculkan, maka hanya disebut counterpoint. Dalam gambar dibawah ini terdapat counter subject yg melengkengapi bagian answer muncul. Gambar 38. Episode 1 Kontrapung yang berarti mengkombinasikan 2 ritmik dan melody atau lebih yang terbagi di beberapa bagian. Bentuk polifoni biasanya mempunyai kesamaan nama dengan kontrapung. Beberapa teknik dasar yang digunakan dalam penggunaan kontrapung antara lain: Gambar 33. Counter Subject c. Menempatkan subject beserta answer pada alto, sopran, bas, dan tenor untuk membentuk bagian eksposisi. Munculunya subject dan diikuti dengan answer dan selalu counter subject atau counterpoint sebagai pelengkap answer adalah bagian yang disebut eksposisi. Pada eksposisi pertama, subject muncul di alto pada birama pertama, dan diikuti answer dengan modulasi ke tingkat V di register tenor. Counter subject muncul di alto hingga birama keempat mengiringi answer yang muncul di register tenor. Subject kembali muncul pada birama 7 di bas, dan diikuti answer dengan modulasi ke tingkat lima di bass pada birama 11, disusul munculnya counterpoint di alto. Gambar 34. Eksposisi d. Susunan episode 1. Sequence 2. Imitasi 3. Repetisi 4. Augmentasi 5. Diminusi 6. Retrograde 7. Contary motion 8. Inverted counterpoint 9. Organ point 10. Change of mode 11. Transposisi 12. Stretto Di dalam Fuga, bagian kontrapung yang sangat tampak ialah bagaimana alur melodi yang menjadi pelengkap subject atau answer yang terletak di beberapa register suara, contoh dalam eksposisi 1, answer terletak pada suara tenor yang dilengkapi pada suara altor (counter subject/kontraping). Berbeda pada eksposisi 2, subject dan answer berganti muncul pada suara bass seiring dengan alur melodi pelengkap answer pada suara alto. Disini dapat diketahui setiap eksposiis mempunyai letak register suara yang berbeda, begitu juga alur melodi yang menjadi pelengkap Episode yang pertama terdiri dari 12 birama, dimulai dari birama 23 hingga birama 34. Episode pada bagian ini berfungsi sebagai pengantar dari eksposisi bagian ke-3 yang berakhir di E minor, menuju eksposisi ke 4. Dalam kotak merah terlihat bagaimana modulasi akhirnya jatuh pada tonika D mayor sebelum struktur homofoni dimulai. Beberapa bentuk fuga dalam BWV 998 berupa susunan kontrapung bebas dan tidak lagi terlihat karakteristik musik polifoni melainkan homofoni. Pada kotak hijau, alur melodi tetap berada dalam akor D mayor yang kemudian pada kotak coklat 5 subject dan answer ( counter subject/kontrapung ). Dibawah ini terdapat analisa bagaimana teknik dasar alur melodi yang menjadi pelengkap subject atau answer diklasifikasikan menurut tiap bagian eksposisi. Eksposisi 1 Gambar 42. Kontrapung Eksposisi 1 Pada alur melodi bagian subject, tidak ada alur melodi yang menjadi pelengkap, karena kebiasaan di awal fuga, tema atau subject muncul berdiri sendiri di tonika tanpa ada melodi pelengkap atau iringan. Pada bagian subject, terlihat menggunakan terknik dasar contrary motion yang dimana alur melodi mengalami pembalikan-pembalikan nada secara constant dalam tonika yang akhirnya terlihat motif yang sangat jelas. Pada bagian pelengkap answer ( kotak merah ) terlihat menggunakan contrary motion, alur melodi jelas mengalami pembalikan-pembalikan secara constant nada dalam tonal A mayor. menggunakan imitasi bebas, karena secara alur melodi terkesan identik namun tidak sama. Eksposisi 3 Pada eksposisi 3, subject muncul masih di bagian bass yang juga sama mempunyai alur melodi pelengkap pada suara alto dan tenor. Pertama terdapat Teknik dasar kontrapung stretto, dimana suara dua atau bagian alto memulai kembali ketika suara tenor belum selesai mengakhiri motf nya. Selanjutnyta masih dibagian pelengkap subject, motif pertama menggunakan teknik dasar sequence turun dan motif kedua menggunakan augmentasi. Didalam pelengkap answer, terlihat terdapat pada suara bass dan answer sendiri terdapat pada suara alto. Berbeda dengan eksposisi sebelumnya suara answer terdapat pada suara bass yang menonjol. Pada alur melodi pelengkap answer, menggunakan identik dengan teknikk dasar dengan sequence turun. Sedangkan pada suara tenor tidak begitu tampak, karena mengalami augmentasi jika dilihat motif-motif sebelumnya. Eksposisi 2 Gambar 44. Kontrapung Eksposisi 3 Eksposisi 4 .Gambar 43. Kontrapung Eksposisi 2 Pada bagian eksposisi 2, subject muncul di suara bass yang akhirnya mendapatkan alur melodi pelengkap yang pada eksposisi pertama subject muncul di bagian alto tanpa memilik alur melodi pelenglap. Tetapi dibagian eksposisi 2, yang harus ditonjolkan adalah register suara bass dikarenakan dimana tema itu muncul. Alur melodi yang menjadi pelengkap subject ialah menggunakan teknik sequence naik dan sequence turun. Untuk bagian pelengkap answer (counter subject) menggunakan teknik imitasi. Menurut leon stein pada bukunya Structure and Style mengatakan ada 2 jenis imitasi yaitu, imitasi ketat dan imitasi bebas. Dalam counter subject eksposisi yang ke 2 terlihat Gambar 45. Kontrapung Eksposisi 4 Pada eksposisi 4, tampak subject muncul pada suara alto ini sama persis pada subject dalam eksposisi pertama, namun disiniterdapat alur melodi yang sangat terlihat, sedangkan pada ekposisi pertama, subject tidak memiliki alur melodi pelengkap. Disini alur melodi terdapat pada suara sopran. Pada motif pertama menggunakan teknik dasar sequence naik, karena tekstur pola melodi naik tingkat sejalan dengan interval dalam tonika D mayor. Kemudian pada motif yang keduaterlihat menggunakan teknik dasar kontrapung contrary motion, dengan arti disini suara identik berlawanan namun bergerak secara konstan yang menimbulkan motif yang jelas. Pada bagian answer, muncul pada bagian tenor yang dilengkapi dengan alur melodi pada suara sopran. Masih identik dengan teknik kontrapung dengan bagian subject, namun di motif pertama menggunakan teknik contrary motion karena terlihat geraknya berlawanan secara kontsan, dan yang motif kedua menggunakan teknik dasar kontrapung imitasi bebas. Dalam satu motif menimbulkan suara yang terdengan identik antar setiap figure. close form dan open form, dimana close form ( bentuk tertutup ) atau bisa dikatakan sangat ketat dalam aturan-aturan komposisinya dan open form yang dimana ada kebebasan-kebebasan aturan didalamnya. Ini bisa dilihat dalam hal bagaimana eksposisi ( subject dan answer ) tidak memiliki batasan jumlahnya, dan akan diimitasikan dalam beberapa register suara sesuai keinginan komponis, ini bisa dikatakan open form. Terdapat dua jenis answer, yaitu tonal answer dan real answer. Jika nada fifth (5) muncul pada rangkaian melodi yang terdapat pada subject, digunakan tonal answerdengan ketentuan nada fifth pada subject dirubah menjadi nada fourth (4) pada answer. Jika nada fifth tidak muncul pada subject, digunakan real answer dengan melakukan imitasi interval nada secara identik pada tingkat lima (V). Aturan penggunaan answer seperti pada paragraf di atas dengan sengaja diabaikan. Analisa subject pada notasi di atas menunjukkan bahwa nada fifth (5) muncul sebanyak dua kali. Imitasi yang digunakan seharusnya berupa tonal answer dengan merubah nada fifth (5) menjadi nada fourth (4). Dalam struktur Fuga BWV 998, menggabungkan real answer dan tonal answer sebagai karakteristik bentuk asnwer itu sendri. Dalam hal close form, aturan-aturan eksposisi haruslah sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu bentuk fuga yang beredar. Dalam hal ini fuga bisa dikatakan Hybrid atau menggabungkan antara close form dan open form. Fuga BWV 998 memiliki bentuk EKSPOSISI 1 – EKSPOSISI 2 – EKSPOSISI 3 – EPISODE 1 – EKSPOSISI 4 – EPISODE 2. Ekspsosisi ini dapat dilihat bagaimana subject dan answer selalu bermunculan dan selalu diiringi oleh counter subject atau kontrapung sebagai pelengkap answer. Untuk episode, bagian ini selalu sebagai jembatan untuk menuju eksposisi selanjutnya. Seni bermain fuga disini ialah bagaimana menonjolkan subject dan answer meskipun terdapat suara register atas yang terkadang membuat kita terkecoh dalam memainkannya. Kontrapung disini berfungsi sebagai pelengkap ketika answer muncul atau dapat dikatakan counter subject. Disebut counter subject jika bagian ini kembali dimunculkan berkali-kali dengan bentuk yang sama. Tetapi jika hanya sekali dimunculkan, maka hanya disebut kontrapung. Dalam gambar dibawah ini terdapat counter subject yg melengkengapi bagian answer muncul. Episode 1 Dalam Episode 1 tidak terlihat lagi unsur polifoni namun disini lebih terlihat adalah unsur homfoninya, ini dapat dibuktikan dalam kotak hijau yang dimana permainan akord dasar D mayor yang dimainkan secara arpeggio.Teknik dasar kontrapung disini pada kotak hijau menggunakan teknik sequence yang dimana pengulanganpengulangan figur. Terlihat jelas ketika jatuh pada F mayor mempunyai unsure sequence hingga jatuh kembali pada tonika D mayor. Kemudian pada kotak coklat menggunakan teknik contrary motion. Kembali unsure homofini yang lebih terlihat. Pada akord D. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan, berikut ini disampaikan saran-saran: Bagi pengajar dan pemain gitar klaik hendaknya memberikan pendekatan pemahaman tentang teks lagu atau partitur kepada pembaca Gambar 46. Kontrapung Episode 1 III PENUTUP Simpulan Fuga tergolong bentuk musik jenis Hybrid, dimana dalam fuga mempunyai 2 macam bentuk 7 sebagai lanjutan dalam tahapan analisis bentuk dan struktur musik. Mengingat karya musik ini memiliki kesempurnaan dari segala bagian, serta menarik untuk dimainkan dan dikaji lebih dalam. Hendaknya penelitian tentang karya fuga ini mendapat respon bagi mahasiswa, guru musik, atau peneliti untuk lebih mengembangkan penelitian ini mengingat karya musik ini memiliki kelebihan dan kekurangan dari segala bagian, serta masih sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. IV DAFTAR RUJUKAN Banoe, P. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius _______ 2003. Pengantar Pengetahuan Harmoni. Yogyakarta: Kanisius. Kerman, Joseph. 2005. The Art of Fugue. London: University of California Press, Ltd. Koonce, Frank. 1989. The Solo Lute Works of Johann Sebastian Bach. San Diego, California: Kjos Music Company. Mack, Dieter. 1995. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Mann, Alfred. 1986. The Study of Fugue. New York: Norton _____________ 1971. The Study of Counterpoint. New York: Norton Norden, Hugo. 1969. Fundamental Counterpoint. Boston. Crescendo Publishing Company Prier, K.E. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi. ________ 1991. Sejarah Musik Jilid 1. Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi. Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Stein, Leon. 1979. Structure & Style: The study and analysis of musical forms Expanded Edition. United State of America: Summy-Birchard. Tambajong, J. (1992). Ensiklopedi Musik. Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka. Tim Penyusun. 2014. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: Unesa. Wicaksono, H.Y. 2007. Ilmu Bentuk dan Analisis Dasar.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.