PRIBADI YANG HANGAT

advertisement
G
A
CH
IN
UILDING T
ER B
RA
CT
IN
RA
CHARACTER BUILDING TRAINING
MAHASISWA KATOLIK KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG & KEUSKUPAN
PURWOKERTO
ANGKATAN III
PRIBADI
HANGAT & ANDAL
Nama
: ................................
Perguruan Tinggi
: ................................
MUNTILAN, 26 - 29 NOVEMBER 2009
1
PENDAHULUAN
Hidup di jaman sekarang dikelilingi oleh berbagai
tawaran yang serba mudah, enak, nikmat, dan menyenangkan.
Berbagai
tawaran
yang
menggoda
tersebut
dapat
membingungkan siapapun yang tidak memiliki prinsip, nilainilai dan arah yang jelas dalam menjalani hidup ini. Orang
dewasa saja kadang sulit untuk mengambil sikap hidup yang
jelas, apalagi para mahasiswa yang masih tergolong generasi
muda. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi mahasiswa
untuk menjadi pribadi yang memiliki sikap hidup yang jelas.
Maukah anda menjadi mahasiswa yang memiliki prinsip dan
arah hidup yang jelas? Jika anda mau, tepatlah keputusan anda
untuk mengikuti Character Building Training ini. Mengapa?
Pelatihan
Pengembangan
Karakter
Mahasiswa
(Character Building Training/CBT) ini merupakan pelatihan
tingkat dasar yang memusatkan perhatian pada pengolahan
pribadi peserta. Pelatihan ini dimaksudkan untuk membantu
mahasiswa membangun karakter dirinya, kepribadiannya
sehingga menjadi pribadi yang memiliki visi dan misi hidup
yang jelas dan mendapatkan makna dalam kehidupannya.
Pengembangan pribadi dirasa sebagai hal yang pertama-tama
harus dilakukan mengingat apapun yang akan dicapai, semuanya
tergantung pada ”api” yang berada di dalam diri orang
tersebut.
”Pribadi yang Hangat dan Andal” adalah tujuan dari
pelatihan pengembangan karakter ini. Pribadi yang hangat akan
memancarkan kehangatan yang tertuju baik baik pada diri dan
hidupnya sendiri maupun
terhadap benda, orang dan
lingkungan di sekitarnya. Pribadi yang dapat diandalkan adalah
pribadi yang bertanggung jawab, memiliki integritas dan
memegang komitmen. Generasi muda yang Hangat dan Andal
dipastikan akan mewarnai, menerangi, menggarami sesamanya;
kehadirannya memberi makna bagi sekitarnya.
M.J.Retno Priyani
2
PEMAHAMAN DAN PENERIMAAN DIRI
”INILAH AKU”
”INILAH AKU”
3
Hasil belajar yang dapat saya peroleh setelah sharing:
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------PRIBADI ADALAH HADIAH
Oleh :Fr. George Nintermann OP
Pribadi adalah hadiah yang terbungkus.
Yang dikirim Tuhan kepadaku.
Ada yang terbungkus indah, terlihat sangat mempesona.
Bahkan ketika saya pertama kali melihatnya.
Ada yang terbungkus dengan kertas biasa.
Yang lain sudah rusak dalam pengiriman.
Kadang-kadang ada kiriman istimewa.
Beberapa hadiah sampai kepadaku dengan bungkus longgar.
Yang lain datang dalam keadaan terbungkus rapat.
Tetapi bungkus bukanlah hadiah.
Dan betapa sering kita terkecoh…..dan terlihat lucu
seperti anak kecil yang keliru
4
Kadang-kadang hadiah itu sangat mudah dibuka
Kadang kubutuhkan orang lain untuk membantu membukanya
Apakah karena mereka takut terluka?
Mungkinkah mereka pernah dibuka dan dibuang?
Atau mungkin hadiah itu bukan untukku?
Saya adalah pribadi, maka saya juga merupakan hadiah.
Pertama, hadiah untuk diriku sendiri.
Tuhan menyerahkannya kepadaku
Pernahkah saya sunguh melihat isi bungkusan itu?
Atau…takutkah aku melihatnya?
Mungkin aku belum pernah menyadari bahwa diriku
adalah hadiah yang begitu indah.
Mungkinkah ada sesuatu yang lain yang ada dalam
bungkusan itu, yang tidak pernah kusangka?
Bisa jadi saya belum pernah tahu, bahwa diriku adalah
hadiah ajaib.
Dapatkah pemberian Tuhan itu tidak indah?
Kalau saya mencintai hadiah dari mereka yang saya cintai,
mengapa saya tidak mencintai hadiah dari Allah, yang begitu
mencintai saya?
Apakah saya ini juga hadiah bagi orang lain?
Ikhlaskah saya dihadiahkan Tuhan kepada orang lain?
Relakah aku menjadi manusia bagi sesama?
Haruskah orang lain puas dengan melihat bungkusnya
saja dan tidak menikmati hadiahnya?
Setiap pertemuan pribadi adalah tukar menukar hadiah
Tetapi hadiah tanpa pemberi itu bukan hadiah.
Tanpa hubungan dengan pemberi hadiah menjadi hanya sekedar
barang
5
Persahabatan adalah hubungan antar pribadi, yang saling
menerima apa adanya.
Hadiah Tuhan untuk masing-masing dan sesama.
Hadiah milik persaudaraan
Kalau saya menguasai teman atau memilikinya, saya merusak
sifatnya sebagai hadiah.
Kalau saya menyimpan hidupnya untuk diri saya sendiri, saya
kehilangan hidupnya.
Kalau saya rela melepaskannya bagi orang lain, saya
menyelamatkannya
Pribadi adalah hadiah yang diterima dan diberikan satu
pada yang lain.
Persahabatan adalah jawaban dari pribadi.
Hadiah untuk Tuhan, sang Pemberi.
Persahabatan itu adalah persatuan
6
Catatan Hari I
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
7
PRIBADI YANG HANGAT
Hangat : bukan panas; bukan dingin
Hangat : menghadirkan kenyamanan
Pribadi yang hangat akan membuat orang lain merasa
nyaman, ringan, enak berada di dekatnya, tidak
terbebani atau merasa gerah sehingga ingin cepat-cepat
meninggalkannya.
Pribadi yang hangat menjadi modal dasar untuk
berinteraksi dengan orang lain, baik sebagai mahasiswa
maupun sebagai professional di kemudian hari.
Pribadi yang hangat adalah pribadi yang dapat bersyukur
Bersyukur : memaknai setiap peristiwa dari sudut
pandang yang positif (menemukan manfaat/kebaikan
dalam pengembangan diri sebagai pribadi)
Bersyukur lebih: menjadi lebih peka & membuat
pengalaman dengan potensial bersyukur; belajar
bersyukur dan mengungkapkan syukur
Belajar bersyukur juga dalam penderitaan
Tuhan dapat membuat kita bersyukur tanpa sebab
Bersyukur lebih: masuk ke dalam pengalaman utk
menemukan makna (manusiawi) dan Tuhan (spiritual)
Bersyukur sampai terheran-heran dan takjub (karya
Tuhan, dan Tuhan)
Mengolah dan tak melarikan diri dari pengalaman (fisik;
psikis: pikiran, perasaan, kehendak; spiritual)
Apa selanjutnya setelah bersyukur? Orang kaya yang
bodoh atau Penerima talenta yang mempersembahkan
hasil & bertanggungjawab.
Pribadi yang hangat sebagai tindakan bersyukur.
Sifat kehangatan: berprakarsa, mementingkan, kreatif
dalam bergaul, memberi kesempatan>waktu,
menghargai/mengagumi, menolong, melayani, berterima
kasih, mengampuni.
Alamat kehangatan :
o Diri sendiri:
8
 Kebersihan diri terjaga
 Berpakaian rapih, bersih
 Tindak tanduk yang santun, terjaga.
o Hidup sendiri
 Dimaafkan
 Disayangi, dicintai
 Dijaga, dipelihara
o Orang lain : teman, anak, suami/isteri
o Kelompok : teman kerja, tetangga, anggota
masyarakat lain.
o Lembaga : sekolah, organisasi, gereja
o Tuhan
o Ciptaan Tuhan : alam, hewan, tumbuhan
Lawan kehangatan: pasif, egois, kaku (pikiran, perasaan,
kehendak, perkataan, tindakan), tak sabar,
merendahkan diri/orang lain, cuek, tak tahu berterima
kasih, pendendam.
Pertanyaan Reflektif:
1. Kehangatan apakah yang saya rasakan dalam pergaulan
di kampus?
Jawab:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………….…………………………………
………………………………………………………………………………………………..
2. Apakah benih-benih persaudaraan yang dapat saya/kami
tumbuhkan dari pergaulan di kampus?
Jawab:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………………………..
9
3. Apakah tata kehangatan di kampus yang perlu
diusahakan?
Jawab:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..……..
” Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak
cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak
sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia
tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain” (1 Kor 13: 4-5).
”Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan,
tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan
segala sesuatu, sabar menanggung segala
sesuatu” (1 Kor 13: 6-7).
10
PRIBADI YANG ANDAL
Andal: rentangan bersambung dari kesiapsediaan sampai
dengan pertanggungjawaban.
Andal dalam studi, karya, persaudaraan.
Andal: kualitas pribadi
Sumber keandalan: berserah kepada Allah (yang selalu
dapat diandalkan), setia kepada Injil
Mampu mengelola diri dengan segenap kemampuan dan
kelemahan
Mau dan mampu untuk menolong
Peka terhadap kebutuhan orang lain & dunia
Murah hati dalam membantu & melayani
Siap sedia untuk diganggu & diusik
Siap sedia untuk diberi tugas.
Berani menceburkan diri dan melibatkan diri dalam
tugas.
Mampu menyesuaikan diri dengan tugas & lingkungannya
Bersabar dengan proses diri & lingkungan
Mau belajar terus menerus, juga dalam kesulitan
Transparan & bertanggung jawab (waktu, uang,
kegiatan)
Mempercayai & dapat dipercaya
Kata kunci: kesetiaan
Lawan keandalan:
o merasa tak mampu
o terlalu mengandalkan diri
o sombong
o menganggap orang lain tak mampu
o berjuang sendiri
o sulit bekerjasama
o tak mampu berserah kepada Allah
Pertanyaan Reflektif :
1. Bagaimana selama ini saya mengembangkan diri sebagai
mahasiswa yang dapat diandalkan?
11
Jawab:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
2. Bagaimana saya membantu sesama teman agar dapat
lebih diandalkan?
Jawab:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………..
“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik dan
setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara
yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan
tuanmu”(Mat 25: 21).
12
PROAKTIVITAS
Pengertian Proaktif :
berinisiatif dan bertanggung jawab:
• atas hidup kita sendiri,
• atas apa yang terjadi pada kita,
• atas apa yang kita miliki dan lakukan dan
tidak menyalahkan orang lain atau
lingkungan
Proaktif >< Reaktif
Ciri-ciri orang Reaktif:
• Mudah tersinggung.
• Cenderung menyalahkan orang lain atau keadaan.
• Mudah mengeluh.
• Menunggu sesuatu terjadi pada diri mereka.
• Berubah hanya bila perlu.
• Cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang
belakangan mereka sesali.
Ciri-ciri orang Proaktif
• Tidak mudah tersinggung.
• Bertanggung jawab atas pilihan-pilihan hidupnya.
• Berpikir sebelum bertindak.
• Cepat pulih saat mengalami hal buruk
• Selalu mencari jalan untuk menjadikan rencananya
berhasil.
• Fokus pada hal-hal yang bisa ubah, dan tidak
mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa mereka ubah.
13
PERILAKU REAKTIF
RESPON
STIMULUS
PERILAKU PROAKTIF
STIMULUS
KEBEBASAN
UNTUK
MEMILIH
Kehendak
Bebas
Kesadaran
Diri
Imajinasi
14
RESPON
Suara Hati
Anugerah yang dimiliki manusia untuk menjadi proaktif.
1. Kesadaran Diri
Kesadaran untuk mengamati dan menilai perbuatan diri
sendiri.
2. Hati Nurani
Suara hati untuk membedakan mana yang benar dan
mana yang salah.
3. Daya Imajinasi
Kemampuan membayangkan berbagai kemungkinan baru,
di luar realitas yang dihadapi.
4. Kehendak Bebas
Kekuasaan untuk memilih apa yang dilakukan atau yang
tidak dilakukan.
PROAKTIF VS REAKTIF
PROAKTIVITAS
Kekuatan, kebebasan dan kemampuan untuk
memilih tindakan sesuai nilai-nilai hidup, disertai
tanggung jawab atas pilihannya.
REAKTIVITAS
Respon diri sesuai suasana
hati atau perasaan;
tergantung situasi yang
dihadapi.
15
BAHASA REAKTIF VS PROAKTIF
REAKTIF
PROAKTIF
“Akan saya coba”
“Akan saya kerjakan”
“Saya memang begini”
“Saya bisa lebih baik lagi”
“Tidak ada yang bisa saya
“Pasti ada kemungkinan-
lakukan”
kemungkinan lain”
“Saya mau mengerjakan,
“Akan saya kerjakan, dengan
asalkan…”
kemungkinan yang ada”
“Itu bukan salahku…”
“Kita bisa memperbaikinya
bersama”
PROAKTIF = MEMPERBESAR
LINGKARAN PENGARUH
LINGKARAN
KEPEDULIAN
LINGKARAN
LINGKARAN
PENGARUH
PENGARUH
16
PROAKTIF = MEMPERBESAR
LINGKARAN PENGARUH
LINGKARAN
LINGKARAN
PENGARUH
PENGARUH
Pertanyaan Reflektif:
1. Bagaimanakah kebiasaan saya dalam menyikapi berbagai
persoalan dalam hidup? Reaktif/proaktif?
Jawab: ………………………………………………………………
2. Bagaimanakah usahaku agar aku dapat lebih proaktif ?
Jawab:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..………………………………………………..
17
KATOLISITAS DAN PENGEMBANGAN DIRI
MAHASISWA KATOLIK
Oleh: AM. Kristiadji Rahardjo, MSC
I. KONTEKS BENCANA:
1. Bencana kekeringan spiritualitas:
merupakan akibat modernitas yang menghancurkan tiga dimensi
hidup manusia:
• relasi dengan diri sendiri: kehampaan hidup, kehilangan
jatidiri, disorientasi nilai, gaya hidup hedonistis dan
konsumeristis, pelarian: napza, sex bebas, dugem, hedonis
• relasi dengan sesama: sekat-sekat antar kelompok, “bukan
kami”  anarki, fundamentalisme, radikalisme, terorisme.
• relasi dengan lingkungan: ekspoitasi besar-besaran demi
kepentingan segelintir org, kerusakan alam, bencana alam
& sosial, global warming
2. Krisis Kepemimpinan:
minimnya kader katolik yg handal; “gagap” dan disorientasi
nilai
“What should we do?”
II. KATOLISITAS
Pengertian:
 Katolisitas berasal dari kata
'katolik‘ = umum, universal. Salah
satu dari 4 sifat gereja kita (satu,
kudus,
katolik,
apostolik)
menekankan
'sifat
terbuka,
memiliki nilai-nilai universal’
 Katolisitas: seluruh pemahaman
dan penghayatan iman akan Allah
18
yang dihidupi oleh umat beriman (Gereja Katolik) demi
terwujudnya keselamatan (Kerajaan Allah) di tengah dunia.
 Dasar: iman akan Allah Tritunggal (Bapa, Putra dan RK)
yang dihidupi oleh persekutan umat beriman (Gereja) untuk
menghadirkan keselamatan (Kerajaan Allah) di dunia
 Unsur-unsur: pemahaman dan penghayatan 4 C’s, yakni
ajaran iman (Creed), peribadatan (Cult), aturan etis moral
(Code of conduct) dan struktur komunitas (Community
Structures) –> bdk. Leonard Swidler and Paul Moizes, The
Studi of Religion in an Age of Global Dialogue, 2000: 7-8.
 Nilai-nilai: kesetiaan, militansi dan keterlibatan dalam
pelayanan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah
(cinta kasih, keadilan, perdamaian, penghormatan HAM,
dan keutuhan ciptaan)
III. RELIGIOSITAS, SPIRITUALITAS DAN AGAMA KATOLIK
Katolisitas (yang kemudian melembaga sebagai Agama Katolik)
berkaitan erat dengan religiositas dan spiritualitas
1. Religiositas
 Dari kata latin “religiosus”, “religio “ “re-eligere”
(=memilih kembali), “re-ligare” (=mengikat kembali),
“relegare” (=terus menerus berpaling pd sesuatu).
 Aspek di dalam hati, getaran nurani pribadi, personal,
intimitas jiwa yg sedikit banyak menjadi misteri bagi orang
lain
 De coeur: cita rasa yang mencakup totalitas manusia,
kedalaman pribadi manusia
 Mengatasi atau lebih dalam dari agama yg tampak, formal
dan institusional
19
2. Spiritualitas
 spirit = ruah, roh, semangat, corak
atau gaya hidup digerakkan oleh
Roh Allah
 Spiritualitas = pengalaman manusia
akan kehadiran Yang Ilahi (Roh
Allah) dalam kehidupan sehari-hari
 “seluruh gaya hidup orang Kristen
sebagai
murid
Yesus”.
(Darmaputra: 2002, 71)
--> discipleship = to be with and
to be like Jesus
 Maka spiritualitas menyangkut seluruh gaya hidup sebagai
orang beriman, termasuk praktek beragama/kepercayaan.
3. Agama
 Lembaga, formal, sarana (bukan tujuan) agar manusia lebih
mudah menemukan jalan menuju Tuhan.
 Tidak bisa menuntut ketaatan mutlak dari penganutnya,
karena agama tidak identik dengan Allah.
 Peraturan agama adalah sarana dan ekspresi yang berguna
bagi pendidikan penganutnya
 Agama memiliki unsur batiniah (internal) dan lahiriah
(eksternal)
 Agama lahir dan berkembang dalam konteks jamannya
(terikat ruang dan waktu, historisitas)
 Religiositas dan Spiritualitas adalah Inti Agama
Agama tidak pernah boleh dilepaskan dari religiositas dan
spiritualitas. Mengapa? Karena religiositas dan spiritualitas
menjadi inti/pokok dari agama. Spiritualitas dan religiositas
itu kemudian berkembang menjadi IMAN (=relasi personal
antara Allah dan manusia). Iman (faith) yang lengkap ialah
20
kepercayaan yang mengikutsertakan seluruh dimensi
kemanusiaan
(akal
budi,
hati,
perasaan,
tubuh,
sikap/tingkah laku, dsb) dan dihayati dalam seluruh hidup.
 Religiositas dan spiritualitas itu diungkapkan dalam agama
dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari
4. Praktek Hidup Beragama
 Gejala: praktek hidup beragama tidak menjadi ungkapan
dari pengalaman religiositas dan spiritualitas. Dkl, agama
kehilangan religiositas dan roh/spirit dasarnya.
 Penyebabnya: tekanan terlalu kuat pada aspek formal,
lahiriah, institusional dari agama  FORMALISME AGAMA
 Akibat : klaim kebenaran, seremonial, kemunafikan, show
of force, fanatisme, fundamentalisme, radikalisme dan
terorisme.
 Solusi : usaha pribadi dan bersama untuk memperdalam
religiositas dan spiritualitas  mengembalikan agama pada
inti/pokoknya. Dengan kata lain, perlu dikembangkan
penghayatan agama (Katolik) yang otentik (sejati).
IV.PENGEMBANGAN KATOLISITAS DALAM DIRI MAHASISWA
21
Arah Pengembangan Katolisitas Mahasiswa
 Orang Muda Katolik perlu mengembangkan Katolisitasnya
dengan memperdalam
pemahaman iman (KS, ajaran,
aturan, dst) dan penghayatan imannya dengan setia, penuh
tanggungjawab dan terlibat dalam pelayanan Gereja demi
terwujudnya Kerajaan Allah di dunia.
 Tujuan pengembangan Katolisitas orang muda adalah:
1) mendalami misteri keselamatan dan kurnia iman yang
telah diterima,
2) bersujud kepada Allah dalam perayaan
liturgi,
3) menghayati
baru, serta
hidup
sebagai
manusia
4) menyadari
panggilan,
memberikan
kesaksian dan mendukung perubahan
dunia (Gravissimum Educationis, art. 2)
V. TUGAS PERUTUSAN MAHASISWA KATOLIK DI TENGAH
TANTANGAN GLOBAL
 Dewasa ini perubahan sosial dalam masyarakat semakin
cepat terjadi. Arus perubahan itu merupakan salah satu
dampak dari globalisasi. Globalisasi sebagai suatu proses
kultural menimbulkan pergeseran nilai dalam masyarakat.
Bagaimana OMK dapat bertahan di tengah arus perubahan
itu? Dapatkan OMK memberikan sumbangan bagi perubahan
masyarakat atau malah ikut arus perubahan itu?
 Proses Globalisasi: dimulai dari perkembangan bisnis yang
menyebarkan barang-barang komoditi ke segala penjuru
dunia, kemudian penyebaran informasi dan teknologi, ilmu
pengetahuan dan budaya (gaya hidup, mentalitas, ideologi)
 terjadi penyeragaman (homogenization), penguasaan
scr halus (hegemonization) dan penetapan standar nilai
(standardization)
22
Kultur Global vs Kultur Lokal:
 Proses globalisasi itu mendapat reaksi keras dari
kebudayaan lokal yang merasa terpinggirkan dan berusaha
mempertahankan nilai-nilai tradisional (warisan nenek
moyang)
 Itulah dua pola budaya yang hidup vis a vis (berhadaphadapan) di dalam masyarakat kita. Akibatnya masyarakat
menjadi bingung, bukan hanya karena pluralitas nilai yg
harus dipilih tetapi terlebih karena kedua pola penilaian
yang amat berlainan, kontras dan dilematis. Terjadilah
“krisis budaya” dan kekacauan.
 Dalam persaingan budaya global dan budaya lokal itu,
terjadi
permainan
kuasa
(power)
untuk
saling
mempengaruhi. Contoh: produk iklan yg disertai
keterangan ilmiah. Di situlah sering terjadi “klaim
kebenaran”, juga adu kekuatan modal.
Dampak dan Tanggapan:
 Krisis di banyak bidang: identitas,
spiritualitas (iman), nilai, sosial,
budaya,
ekonomi,
politik,
kemanusiaan
(ketidakadilan,
perang, dll) dan ekologi
 Ada 3 kemungkinan tanggapan
dari OMK/Mahasiswa:
1. terseret hanyut, apatis, bingung, menyerah
2. bertahan dan melawan (bahkan dg kekerasan) untuk
menyatakan eksistensinya
3. bersikap kritis dan memikirkan jalan pembaruan
Langkah Strategis:
 Penguatan Komunitas Basis OMK/mahasiswa (dimensi iman,
ilmu dan sosio-budaya)
23
 Kaderisasi dan pelatihan: kepemimpinan, JPIC, Ansos,
pengembangan diri (karakter, soft skill, organisational skill
lewat Gladi Mahasiswa Katolik, Choice, dll), Kewirausahaan
 Pengembangan Minat/Bakat (olah raga, seni, jurnalistik,
fotografi, dll)
 Pengembangan jejaring, solidaritas, dan dialog antar iman
 Pendanaan
PERTANYAAN REFLEKSI:
1.
Apakah aku bangga sebagai mahasiswa Katolik? Mengapa?
2.
Apa motivasiku pergi ke gereja, mengikuti Ekaristi atau
kegiatan rohani lainnya?
3.
Apa tugas perutusanku sebagai mahasiswa Katolik?
Ketika segala sesuatu meragukan hidupmu,
Ketika hampir tak ada yang melihat kaum mampu,
Ketika amat sedikit yang dapat melihat secercah kilapmu,
Ketika semua awan gelap hampir menutup setitik cahayamu,
Berbahagialah….jika kau tetap percaya….
bahwa tidaklah sia-sia jika melakukan yang terbaik di hidupmu,
bahwa tidaklah percuma jika tetap memiliki pengharapan,
bahwa engkau mampu meraih hidup yang bercahaya,
berguna bagi dunia, banyak orang, diri sendiri…
sekali pun belum terlihat sekarang
Bandung, 24 Agustus 2008
24
AKU BISA
Kadang ku takut dan gugup
Dan ku merasa o..o.. tak sanggup
Melihat tantangan di sekitarku
Aku merasa tak mampu
*Namun ku tak mau menyerah
Aku tak ingin berputus asa
Dengan gagah b’rani, aku melangkah
Dan berkata, “Aku bisa!”
**Aku bisa….aku pasti bisa…
‘ku harus terus berusaha
Bila ‘ku gagal itu tak mengapa
Setidaknya ‘ku t’lah mencoba
Aku bisa…aku pasti bisa…
‘ku tak mau berputus asa
Coba terus, coba, sampai aku bisa…
AKU … PASTI … BISA !!!
Interlude
Back to *
25
Seorang kader bukanlah mereka yang terpilih karena
kelebihannya, tetapi karena kemauan mereka untuk menjadi
lebih bagi dunia di sekitarnya.
 Catholic Student mode on.
Cyprianus Lilik K. P. like this.
Be the student of love
Be the student of life
Be the man and woman for others !
Buku saku Katolik Muda
Menjadi lebih karena cintakasih !
Magis cintakasih : karena cinta, menjadi lebih
Mahasiswa Katolik diundang berziarah ke dalam diri kita
sendiri. Berziarah berarti, berjalan bersama-sama dengan Allah
menatap dan memaknai pengalaman-pengalaman hidup kita,
untuk menuju (persatuan, dan persahabatan mistik dengan)
Allah itu sendiri. Mendengar bagaimana ia memanggil kita dari
waktu ke waktu, memahami bagaimana Ia menemani dan
mengajari kita, seperti seorang Tukang Kayu mengajari anakanaknya bagaimana mengolah kayu menjadi berkat yang
bermutu.
Mutu itu ditemukan dalam cinta, kesadaran dan ketakjuban
akan cinta, yang memanggil kita untuk menjadi lebih bagi
semua, dan dalam kerinduan untuk menjadi lebih itu,
melengkapi hidup kita dengan hal-hal yang kita rasa perlu bagi
perjuangan mewujudkan cinta di hati kita. Inilah magis
cintakasih !
Di bawah kesadaran kita, kita tahu, ini tidak akan mudah, ini
akan sukar dan melelahkan, hingga di satu dua stasi kita
26
mengeluh. Di titik perjalanan yang lain yang lebih berat, kita
mungkin akan berkata, cukup ! Pada fase yang lain kita akan
berkata : persetan ! Kita letih, kita marah, tetapi kerinduankerinduan selalu akan kembali.
Kerinduan untuk menjadi seseorang bagi yang lain. Kerinduan
yang menggelisahkan kita untuk selalu berkata ‘ya!’ dan
berbuat sesuatu melalui hidup kita. Engkau bisa mengingkari,
tetapi engkau hanya akan menyakiti hatimu sendiri. Karena
engkau tahu pasti, engkau diundang kepada cinta, untuk
menjadi cinta, yang siap sakit, menderita, dan terbagi-bagi
bagai roti, menjadi indah bagi hatimu dan sesamamu, menjadi
Keindahan itu sendiri.
Imitatio Christi, sahabatku, itulah panggilan kau dan aku !
Jadilah roti yang dipecahkan dan anggur yang dicurahkan, maka
engkau akan menyuburkan bumi.
Menjadi mahasiswa itu mudah, menjadi sesama itu indah !
“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu,
adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan
penyamun itu?" (Luk 10:36)
Menjadi mahasiswa sekedar mahasiswa itu mudah. Menjadi
mahasiswa yang mencintai dan memperjuangkan mutu hidup
itu yang sangat sukar diwujudkan. Mutu yang dimaknai sebagai
pencapaian hakikat kemanusiaan yang terdalam.
Ikuti semua perintah dosen, pelajari buku-buku, kerjakan
setiap tugas, persiapkan kuliah dengan baik, kerjakan
praktikum dan laporan dengan sempurna, tidak pernah absen,
dan horeee… kita mendapat IP yang terbaik ! Tetapi jauh di
dalam lubuk hati kita, kita tahu ini semua tidak cukup.
Kita akan akan sampai pada titik dimana hidup tidak cukup
sekedar hidup, bahwa batas-batas akan dipertanyakan demi
27
merengkuh sesuatu yang lebih jauh. Dengan gembira, kita
menolak kenyamanan-kenyamanan demi perjuangan yang
menggairahkan. Hidup aman dipertaruhkan demi hidup yang
lebih menantang. Keindahan yang belum kita kenali akan kita
rindukan. Dan kita berbahagia karenanya.
Kita ingin menjadi lebih dalam hidup kita. menjadi lebih dalam
menjadi diri kita. semakin kita menyelami hati kita, semakin
kita tahu betapa ia haus untuk menjadi berarti bagi sesama dan
dunia sekitarnya.
Hidup dengan panggilan
Hidup dengan panggilan berbeda dengan hidup sekedar hidup.
Hidup dengan panggilan adalah mengabdikan hidup secara
khusus kepada tujuan luhur tertentu. Luhur karena tujuan itu
tidak ditujukan kepada dirinya sendiri, tetapi pada kepentingan
yang lebih luas, pada kebaikan hidup orang lain dan dunia luas
di luar dirinya. Ada proses meninggalkan diri, “ego”, dan
bergerak menuju “yang lain”.





28
Hidup dengan panggilan itu spiritual, karena ia
membuka diri bagi Bapa yang menyapa hatinya
Hidup dengan panggilan itu solider, karena ia membagibagi dirinya bagi sesamanya.
Hidup dengan panggilan itu transformatif bagi diri kita
sendiri, karena ia mengajak kita merubah sikap batin
dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang
perlu untuk menjalani panggilan itu.
Hidup dengan panggilan itu partisipatif, karena ia
bergerak keluar, berjumpa, dan melakoni perbincangan
kemanusiaan dengan hidupnya sendiri.
Hidup dengan panggilan itu visioner sekaligus misioner,
karena ia menumpukan karyanya demi dunia yang lebih
baik di masa depan.
Dengan demikian hidup dengan panggilan dimulai dari
kerendahan hati, kemauan menjadi hening dan mendengarkan
suara jernih di balik suara-suara diri kita sendiri, dan di balik
hiruk pikuk keseharian hidup. Dengan kerendahan hati yang
sama kita diajak untuk menatap Ia yang memanggil kita,
menerima undangan itu, menjawab
ya, dan perlahan
melangkah bersama Bapa.
Hidup dengan panggilan adalah tuntutan hidup semua orang
beriman. Awam dan tertahbis, panggilan semua umat beriman
pada hakekatnya sama di hadapan Allah dan bagi dunia. (LG 3236, 40). Menjadi sangat penting bagi kita saat ini untuk
mengenali panggilan dan perutusan hidup kita : kemanakah
Tuhan mengutus saya ? Ke dalam karya dan totalitas
perjuangan hidup macam apa hidup pribadi kita harus
diarahkan ?
Menemukan panggilan hidup kita, bagaimana caranya ?
Panggilan seseorang dibentuk oleh pengalaman pribadi,
pendidikan, latar lingkungan pergaulan, serta kepekaan dan
kesadaran akan situasi kongkrit. Panggilan seseorang dibentuk
pertama-tama oleh rasa cintanya akan Allah dan kesediaan
mendengar secara mendalam suara jernih di dalam hatinya.
Menemukan saat hening bagi hati dan terlibat dalam
percakapan batin yang hangat dengan Allah sendiri menjadi
kunci penemuan panggilan diri seseorang.
Dan sebelum masuk labih jauh ke dalam tugas perutusan
seorang mahasiswa Katolik Indonesia, mari melihat kembali
aspek-aspek pembentuk jadi diri orang Katolik.
Menjadi penuh dalam iman
Iman Katolik mengajak seseorang untuk tumbuh dalam
spiritualitas dengan mengembangkan hidup rohani yang intens,
untuk mengajak seseorang makin aktif dalam hidup menggereja
bersama umat beriman yang lain, untuk belajar mengenal dan
29
mendalami harta warisan rohani dan tradisi Gereja yang sangat
kaya sebagai sumber yang sangat berharga bagi pertumbuhan
pribadi dan komunitas iman, serta untuk terlibat langsung
dalam karya perutusan Gereja di tengah dunia.
Aspek-aspek
Katolisitas
Spiritualitas/hidup rohani
persahabatan akrab dengan
Allah, iman yang mendalam,dan
hidup rohani yang terpelihara
sebagai pondasi dasar kita
Aksi Nyata
Mewujudkan
panggilan iman ke
dalam aksi
kemanusiaan dan
keadilan bagi
sesama dan
segenap ciptaan
Menjadi Katolik
Pengetahuan iman/tradisi
Pengenalan atas ajaran iman,
pengetahuan umum gerejawi, dan
tradisi yang diwariskan dari generasi
ke generasi umat beriman
Hidup
menggereja
Keterlibatan aktif dalam
berbagai dinamika
kongkrit Gereja sebagai
paguyuban umat
beriman, dalam segala
kekayaan ragam gerakan
dan komunitas yang ada
Iman Katolik tidak bisa setengah-setengah, 4 aspek hidup
beriman di atas memberi kepenuhan bagi hidup beriman, dan
merajut secara utuh aspek-aspek hidup kita.
Iman, persaudaraan, intelektualitas, dan perutusan
Empat elemen di atas diperluas ke dalam 4 elemen pokok hidup
mahasiswa Katolik :
30




Iman dan spiritualitas hidup yang matang dan
mendalam, persaudaraan
Satu persaudaraan sebagai mahasiswa Katolik
Pengembangan intelektualitas sebagai karakter khas
mahasiswa, dan
Keterlibatan penuh dalam karya perutusan Gereja,
khususnya dalam perjuangan kemanusiaan dan keadilan
Hidup dalam panggilan bagi orang muda Katolik mengantar ia
ke kesadaran mendalam akan 4 hal ini Pelatihan CBT/Gladhi
Dasar ini dan aksi-aksi lanjutannya ingin mengajak kita
memaksimalkan diri kita dalam empat hal tersebut.
Maksimalisasi yang membuka diri seorang aktivis muda Katolik
menemukan 5 sumber mata air kehidupan bagi perjuangan
pribadi dan komunitasnya.
Lima anugerah rohani mahasiswa Katolik
Seorang mahasiswa Katolik digerakkan oleh 5 anugerah rohani
sebagai sumber mata air yang terus menyemangati perjuangan
dan pergulatan hidup seorang mahasiswa Katolik :




Persahabatan yang mesra dengan Allah sendiri : seorang
Katolik diundang untuk memiliki persahabatan mistik yang
akrab dengan Allah sendiri, Sang Kasih dan Pangkal
Kehidupan. persahabatan yang dibangun melalui hidup
rohani, doa, olah rohani yang mendalam dan tanpa henti.
Persaudaraan, (fraternitas) : kita semua diundang untuk
menjadi satu saudara dalam iman dan perutusan.
Men/Women for Others: seorang mahasiswa Katolik
dipanggil dan diutus untuk menjadi berkat dan kegembiraan
bagi sesama dan segenap ciptaan, ia adalah men & women
for others !
Semangat lebih (magis) : perasaan untuk mengabdi bagi
sesama dan ikut mewujudkan dunia yang lebih baik bagi
semua orang membuat kita terdorong untuk bersikap lebih
keras menempa diri dan hidup kita.
31

Semangat lebih ini terajut erat dalam askese (laku tapa,
olah diri, disiplin diri) seorang Katolik muda, karena
seorang Katolik muda tahu persis : Tetapi aku melatih
tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri
ditolak (I Kor 9 : 27)
Aksi Nyata : persatuan mistik dengan Allah, persatuan
sebagai umat beriman, hidup sebagai berkat bagi sesama,
dan semangat magis dalam menempa diri itu bertemu di
satu titik : terlibat dalam aksi nyata mewujudkan kasih
Allah di tengah dunia.
Menemukan panggilan keindonesiaan kita
Lima semangat di atas menjadi kunci bagi kita untuk
mengambil peran, sekaligus menjawab panggilan yang lebih
besar bagi kita dari dunia di sekitar kita. Panggilan yang
ditemukan ketika seorang muda Katolik tidak menjadi asing
dari dunia sekitarnya tetapi menemukan bahwa perjuangan
bagi orang lain dan hidup bersama adalah perjuangan meraih
keberhasilan pribadiku pula, dan terlebih lagi, menemukan
bahwa perjuangan ini menjadi cara kita menjawab panggilan
keilahian kepada setiap hati manusia, secara khusus, hati
orang-orang muda Katolik Indonesia.
Kita tergerak oleh hal-hal ini :
1. kemiskinan dan ketidakadilan
2. penyalahgunaan wewenang dan perilaku korup
3. manusia individualis dan rakus
4. budaya konsumtif dan hedonistik
5. komersialisasi pendidikan
6. kerusakan lingkungan dan rusaknya martabat ciptaan
7. primordialisme dan sektarianisme
8. budaya kekerasan
9. melemahnya etos kebangsaan dan roh hidup bersama
Pancasila
32
10. menipisnya persaudaraan dan rusaknya modal sosial
masyarakat
11. Lenyapnya spiritualitas dan hidup asketis
Semua hal di atas, dan berbagai persoalan lain yang bisa kita
tambahkan di dalamnya mengundang kita untuk bergerak dan
terlibat lebih jauh untuk menyelesaikannya. Kita juga secara
khusus diajak untuk mengolah dan menyempurnakan diri kita
pula agar mampu menjawab semua tantangan itu. Bagi kita
umat beriman, 11 atau lebih panggilan di atas bukanlah litani
penderitaan, tetapi doa dan harapan yang harus diperjuangkan.
Mereka adalah litani antusiasme, yang menuturkan situasi
kekinian tetapi di sisi lain memberi kesempatan untuk menatap
ke depan. Penderitaan, bagi orang-orang Kristen, adalah tanda
pertama dari harapan (bdk Rom 8 : 17-18, II Kor 1 : 6, Fil 1: 29,
Kol 1:24, II Tes 1 : 5, II Tim 1:8).
Spiritualitas
Panggilan
Konteks
Panggilan Katolik dalam
konteks Indonesia
Menjadi
Katolik
Aksi Katolik
Indonesia
positif
negatif
Identitas
Panggilan
kebangsaan
Tantangan
Indonesia
Identitas Katolik dalam
konteks Indonesia
Peran sosial
Konteks
33
Apa arti menjadi Katolik di Indonesia saat ini ?
Bagaimanapun juga panggilan ini terajut erat dengan eksistensi
historis kita sebagai umat Katolik Indonesia. Menjadi Katolik di
Indonesia bukan perkara mudah, karena menjadi Katolik
berarti:
POSITIF
The agent of charity
The agent of solidarity
(semangat kebersamaan)
The agent of harmony
The agent of democracy
(dengan segala perangkatnya :
dialog, keterbukaan,
antiotoriter)
The agent of knowledge and
science (manusia analitis dan
rasional)
NEGATIF
The agent of capitalism (thesis
Max Weber tentang kaum Calvinis)
The agent of colonialism
The agent of liberalism
The agent of Westernization
(termasuk free sex dan dugem)
The agent of secularity and
secularism (apalagi juga sangat
rasional, maka ada dan banyak
potensi ateis, tetapi aman asal
ada keseimbangan rasio dan
iman)
The agent of violence
The agent of Zionism (anti-Islam)
The agent of changes
The agent of modernity
The agent of art and cultural
works
The agent of inculturation
The agent of responsiblefreedom (kebebasan yang
bertanggung jawab)
The agent of true-braveness
(keberanian karena kebenaran)
The agent of correctiveness and
spontanity
The agent of leadership
(organisator ulung berkat……)
The agent of exellent
(diperluas dari artikel P. Ary Subagyo).
34
Bagaimana kita menyikapi persepsi ini? Masihkah karakter
positif ini kita miliki? Bagaimana kita merespon pandangan
negatif terhadap masyarakat Katolik di Indonesia? Bagaimana
pandangan itu bisa muncul? dan apa akibatnya terhadap
hubungan antariman di Indonesia? Kesadaran mendalam dan
pengetahuan struktural menembus gejala-gejala ini akan sangat
membantu kita dalam memahami persoalan-persoalan besar
yang kini kita hadapi.
Memandang wajah kampus
Semakin mendarat dan kongkrit, bagaimana keterlibatan kita
sebagai mahasiswa Katolik di lingkup terdekat kita sebagai
mahasiswa: Lingkungan kampus dalam sistem pendidikan
Indonesia? Bagan berikut menunjukkan kekuatan-kekuatan apa
saja yang terlibat dalam dinamika kampus kita saat ini:
No
1
situasi
“link &
match”
pendidikan
isu pokok
aktor
yang
bermain
negaraPendidikan : seni
membuat onderdil pasar
Pendidikan sebagai
mesin
Pendidikan tidak
mengantar peserta
didik pada
kematangan
kemanusiaan dan
intelektualitas
Manusia sebagai
benda
Sistem belajar
“banking” bukan
pendidikan
sbgpemberdayaan
akibat
Pendidikan 
hanya
sebagai

mesin
produksi

sumber daya
manusia


35
2
otonomi dan
komersialisasi
kampus
3
kampus
sebagai pusat
gaya hidup
4
dikuasainya
kampus oleh
gerakan
tarbiyah
(dakwah)
 depolitisasi
mahasiswa
Negara
 tekanan sistem,
melepas
target dan waktu
tanggung
studi,
jawabnya
 tekanan ekonomi
atas sistem
atas biaya studi
pendidikan  iklim akademik tak
nasional
terbangun
 depolitisasi
mahasiswa
 pendidikan hanya
untuk orang kaya
Dunia
 tekanan gaya hidup
kampus
 mahasiswa sbg
dipandang
pasar
sebagai
 melemahnya etos
pasar
nasionalisme di
kalangan
intelektual muda
penguasaan  sektarianisme di
kampus sbg
lingkungan kampus
sumber
 melemahnya etos
pemimpin
nasionalisme di
Indonesia
kalangan
masa depan
intelektual muda
oleh kelompok ideologi
tertentu
negara
pasar
politisi
agama
Mampukah kita menemukan sistem pendidikan yang benarbenar mencerdaskan dan memanusiawikan yakni pendidikan
yang sungguh-sungguh bermutu bagi kehidupan dan
kemanusiaan? Mampukah kita melepaskan diri dari belenggu
sistem pendidikan yang serba terburu-buru mengejar waktu dan
target studi, tetapi tidak mengakomodasi belajar sebagai
proses dan dialektika intelektual? Mampukah kita membebaskan
kampus sebagai penjara gaya hidup? Mampukah kita bebas dari
36
sekitarianisme dalam cara berpikir dan bertindak kita? Inilah
tantangan besar kita. Inilah panggilan penting kita sebagai
mahasiswa Katolik Indonesia.
Dimana kita bisa terlibat ?
Ada banyak ragam gerakan mahasiswa di dalam maupun ekstra
kampus yang bisa kita libati untuk semakin mengembangkan
diri kita sekaligus menjadi bagian dari tugas perutusan kita.
Berikut adalah dua tabel beragam komunitas tempat kita orang
muda Katolik bisa turut ambil bagian terlibat merintis
perubahan :
Gerakan-gerakan intra dan ekstra kampus
Intrakampus Ekstrakampus
Politik
Kemasyara
katan
lingkungan,
wilayah,
stasi dst
Katolik KMK
PMKRI
???
Universitas,
KMK
Fakultas
umum  BEM
nasionalis :
 partai politik 
Fakultas dan  GMNI
 gerakan
Universitas  FPPI
pemuda
 SENAT
 LMND
 gerakan rakyat 
Fakultas dan
 gerakan
Universitas berbasis agama: budaya

 HMJ
 GMKI
 organisasi
 pers

 PMII
pemuda
mahasiswa  HMI MPO(KNPI,
 pecinta alam
Pramuka,

HMI DIPO
 teater
 KAMMI (PKS)
Karangtaruna, 
dll)
 kelompok
 KMHD
 gerakan

seni
 Himabudhi
 kelompok
lingkungan
 IMM
olahraga
 LSM
 kelompok
 kepekaan
studi/diskusi
sosial
organisasi
pertetangga
an/
rukun
warga
kelompok
seni budaya
minat dan
hobby
olahraga
kewirausah
aan
kepekaan
sosial
karitatif
transformatif
37
Agama-agama dan organisasi kaum muda
Kate
gori
Katol
ik
maha
siswa
KMK
um
um
Islam
Kri
NU Muhamm Tarbiyah ste BuddhaHindu
n
adiyah
/PKS
PMKRI HMI PMII
pemuda Mudika
Pemuda
Katolik
Pelajar
OPK
(diasp
oris)
GP
Ansor
Fataya
t NU
-
IMM
KAMMI GMKI Himab KMH
udhi
DI
Pemuda
Muham
madiyah
Nasyatul
Aisiyah
GAM (banyak PERA
KI
)
DAH
Patria,
BDI,
Maitrey
a,dll
Jangkar ?
?
?
Islam
IPNU IRM
IPPNU
Gerakan-gerakan Baru
Selain itu juga muncul aneka ragam gerakan-gerakan sosial
baru tempat kita, orang-orang muda, sungguh dapat terlibat
dalam memberi kontribusi bagi hidup bersama yang lebih adil
dan manusiawi untuk semua. Komunitas sosial transformatif,
kewirausahaan, komunitas alternatif, urban wisdom, dunia
maya, dan lain-lain adalah contoh gerakan-gerakan ini.
Katolik Muda di tengah kampus
Pribadi Katolik muda yang integral menuntut kesatuan gerak
yang utuh di tingkat personal, keterlibatan komunal maupun
keterlibatan sosial yang lebih luas. Memahami diri dan
memahami ruang-ruang keterlibatan yang bisa menjadi arena
perutusan sekaligus formatio diri orangmuda Katolik sangat
dibutuhkan. Bagan berikut mencoba menunjukkan kompleksitas
dinamika diri seorang muda Katolik di lingkungan kampus :
38
Senat & BEM Fakultas/HMJ
hidup
rohani
Pers kampus
UKM
lain
ranah kampus
Kel studi
ranah
masyarakat
keluarga
sahabat
studi
Pribadi mahasiswa
Katolik Indonesia
ranah pribadi
PMKRI
karier
Aktif hidup
menggereja
teritorial
kategorial
dll
KMK sebagai
dapur gerakan
Aktivis
mahasiswa
Katolik
Program/
sarana
pendampingan
Lain-lain
pertetanggaan
minat dan hobby
partai politik
gerakan & LSM
kebudayaan dll
Wisma Mahasiswa
sbg fasilitator
pendampingan
Catholic Student
Empowerment
sbg mitra pastoral
mahasiswa
Para aktivis dan
pelaku pendampingan mahasiswa
yang lain
Pribadi Katolik Muda yang transformatif
Di tingkat pribadi, panggilan mahasiswa Katolik adalah
menjadi pribadi yang transformatif : merubah diri ke dalam,
dan bersama dengan ini juga merubah dunia di sektarnya.
Untuk itu ia harus mampu meletakkan dasar-dasar kediriannya :
 hidup rohani dan katolisitas yang kuat dalam dirinya,
 karakter yang integral,
 interpersonal/sosialitas yang matang
 wawasan dan intelektualitas yang berkemanusiaan
 penguasaan ketrampilan teknis yang mumpuni
39


aksi dan keterlibatan nyata dalam karya perutusan
Gereja
terus-menerus mengembangkan dirinya, self formatio,
dengan berbagai macam
Bagi seorang Katolik muda, Aktif di berbagai kegiatan di
kampus tak hanya bermakna menikmati kebebasan hidup
seorang mahasiswa, tetapi menjadi bagian utuh dimana satu
demi satu ia meletakkan masa depan pribadi dan masa depan
hidup bersama dengan berbagai aksi kongkrit yang ia lakukan.
Bagi seorang mahasiswa Katolik tujuan hidup pribadi, itu satu
dengan tujuan hidup bersama, karena ia sadar betul betapa
hidupnya adalah bagian utuh dari totalitas kehidupan dan
kemanusiaan dimana ia berada. Maka mengabdikan diri untuk
tujuan hidup yang lebih luas menjadi karakter khas orang muda
Katolik di tengah masyarakat yang egois dan autis ini.
KMK : persaudaraan yang misioner
Di tingkat komunitas, KMK, keluarga mahasiswa Katolik adalah
basis gerakan orang muda Katolik. KMK –apapun namanya (Misa
Kampus, IKMK, PRMK, PMK, dan lain-lain)- adalah rumah
bersama orang-orang muda Katolik di lingkungan kampus. KMK
adalah rumah pembelajaran bersama, rumah formatio para
aktivis muda Katolik, dimana mereka berproses bersama,
membangun ikatan yang hangat, saling meneguhkan, dan saling
menumbuhkan.
KMK muncul untuk menampung dan memberi bentuk pada
kerinduan mahasiswa Katolik di kampus-kampus kepada
persaudaraan sejati sahabat-sahabat muda dalam Kristus.
Seiring dengan makin tumbuhnya KMK, KMK kini menjadi ujung
tombak pendampingan dan pengorganisir orang muda Katolik di
lingkup kampus. Untuk itulah KMK harus benar-benar diorganisir
secara maksimal menjadi rumah tumbuh, menjadi lingkaran
pemberdayaan diri anggota-anggotanya.
40
Ciri utama KMK adalah persaudaraan dan pembentukan/
formatio pribadi Katolik muda yang berkarakter. Warna yang
penuh keakraban dan kekeluargaan tidak membuat KMK lepas
dari tanggung jawabnya sebagai bagian dari Gereja Kudus,
dalam olah spiritualitas, sosialitas, intelektualitas, dan
solidaritas kemanusiaan yang utuh. KMK adalah basis, dasar,
‘dapur’ dalam gerakan orangmuda Katolik di lingkungan
kampus. Untuk itu, KMK harus secara khusus memberi
perhatian pada pematangan iman anggota-anggotanya, dan
pembentukan mereka menjadi pribadi muda Katolik yang
bermutu bagi diri pribadi maupun hidup bersama.
Kecenderungan terlalu berorientasi ke dalam, ke lingkungan
nyaman dari KMK kita akan sangat merugikan, karena :
1. kita tidak bisa ikut memperjuangkan kepentingan kita
sebagai mahasiswa Indonesia tanpa memandang agama,
suku, dan golongan di lingkungan kampus
2. memiskinkan sudut pandang/perspektif dan pengalaman
kita di lingkungan kampus, karena terjebak ke dalam
lingkungan yang cenderung aman-nyaman-eksklusif
dalam bayang-bayang sindrom minoritas.
3. tidak turut menyumbang masukan bagi hidup bersama di
lingkungan kampus, ingat pluralitas sebagai semangat
hidup bersama itu terbangun kalau semua orang di
dalamnya memberi sumbangan, termasuk warga Gereja
Katolik Indonesia.
4. suara dan aspirasi kita sebagai mahasiswa Katolik tidak
tersalurkan dalam percaturan kebijakan kampus.
Karena itulah di tingkat perutusan sebagai pribadi maupun
gerakan bersama, harus ditemukan cara-cara terlibat aktif
dalam dinamika kampus pada umumnya.
Singkatnya, menjadi Katolik di lingkungan kampus berarti :
1. membangun diri menjadi sosok intelektual muda Katolik
yang cerdas, pluralis, kritis, berkarakter kuat, dan
transformatif
41
2. terlibat aktif dalam pengorganisasian KMK sebagai basis
gerakan sekaligus rumah bersama mahasiswa Katolik di
lingkungan kampus
3. bersama gerakan masyarakat sipil lain, mahasiswa
berperan dalam melakukan kontrol kritis kebijakan
negara,
4. bersama semua mahasiswa dan segenap civitas
akademika turut menentukan kebujakan pendidikan
yang memihak pada mereka yang lemah, miskin, dan
tersingkir
5. menembus dan meretas batas-batas eksklusivisme
berbasis agama di berbagai kegiatan dan organisasi
kampus yang ada melalui penguatan persaudaraan dan
keakraban maupun melalui pengembangan wacana yang
pluralis
6. mewujudkan kampus sebagai ekosistem belajar bersama
yang diwarnai keterbukaan, keadilan, intelektualitas,
dan cintakasih, yang bertujuan kritis-transformatif bagi
dunia sekitarnya.
Membangun gerakan bersama mahasiswa Katolik
Peran-peran sebagai pribadi dan komunitas ini tidak bisa
berjalan sendiri-sendiri, semua harus berjalan simultan. Untuk
itu diperlukan kerja keras mematangkan gerak kita bersama :
tingkat
wadah
peran
di tingkat pribadi pribadi Katolik
pribadi misioner
Di
tingkat KMK,
MISKAM, basis
gerakan,
komunitas
PRMK, IKMK
kolegialitas Katolik
muda
di tingkat Wisma Wisma Mahasiswa, fasilitator, formator,
Mahasiswa
dan mentor
dan pengorganisiran
jejaring
pendamping,
dan penggerak
pendukung
komunitas
pendampingan
mahasiswa (CSE)
42
di ruang aksi
BEM, SENAT, UKM, aksi nyata perutusan
kampus
pada
umumnya,
masyarakat luas
Apa peran khas seorang CBTers/Gladiator ?
Kita sebagai peserta gladi, secara khusus mendapat
kesempatan untuk mengolah diri secara lebih jauh daripada
rata-rata mahasiswa Katolik pada umumnya. Dan karena itulah
kita diundang untuk terlibat lebih mendalam bagi Gereja,
tanah air, dan masyarakat sekitar kita. Apa tugas seorang
Gladiator di basis mereka masing masing ?
1. Pribadi Katolik yang utuh : mengembangkan diri
menjadi pribadi yang HAM (hangat, andal dan misioner),
2. Rasul awam : menemukan lini karya dan keterlibatan
menggereja dan memasyarakat yang sesuai dengan
pilihannya
3. Karya pendampingan mahasiswa : terlibat aktif dalam
pengorganisiran karya pendampingan mahasiswa di
kotanya masing-masing
4. Persaudaraan para utusan : tetap bersatu dan saling
berkomunikasi sebagai satu keluarga alumni gladi
mahasiswa Katolik Indonesia, melalui dunia maya (grup
FB:gladifunia,
milis
[email protected]),
maupun interaksi langsung (misal saling mengunjungi)
hingga membuat agenda aksi bersama.
Dengan menghayati empat semangat dasar kita, iman,
persaudaraan, intelektualitas, dan perutusan, kawan, maukah
kau menjadi lebih bagi dirimu, sesamamu, dan dunia
sekitarmu ?
Yogyakarta, 17 November 2009
Cyprianus Lilik K. P. ([email protected], 085643521325)
43
PERSEMBAHANKU
Betapa hatiku, berterima kasih, Tuhan
KAU mengasihiku, KAU memilikiku
Hanya ini Tuhan, persembahanku
Segenap hidupku, jiwa dan ragaku
Sebab tak kumiliki harta kekayaan
Yang cukup berarti tuk kupersembahkan
Hanya ini Tuhan, permohonanku
Terimalah Tuhan persembahanku
Pakailah hidupku, sebagai alatMU
Seumur hidupku
SEPERTI YANG KAU INGINI
Bukan dengan barang fana
Kau membayar dosaku
Dengan darah yang mahal
Tiada noda dan cela
Bukan dengan emas perak
Kau menebus diriku
Oleh segenap kasih
Dan pengorbananMu
Kutelah mati dan tinggalkan
Cara hidupku yang lama
Semuanya sia-sia dan tak berarti lagi
Hidup ini kuletakkan pada misbahMu ya Tuhan
Jadilah padaku seperti yang KAU ingini
JANJIMU SEPERTI FAJAR
Ketika kuhadapi kehidupan ini
Jalan mana harus kupilih
Kutahu ku tak mampu
Kutahu ku tak sanggup
44
Hanya KAU TUHAN tempat jawabanku
Akupun tahu ku tak pernah sendiri
Sebab ENGKAU Allah yang menggendongku
TanganMU membelaiku, CintaMU memuaskanku
Kau mengangkatku ke tempat yang tinggi
JanjiMU seperti fajar pagi hari
Yang tiada pernah terlambat bersinar
Cinta MU seperti sungai yang mengalir
Dan kutahu betapa dalam kasihMU
BAGAI RAJAWALI
Tuhan adalah kekuatanku
Bersama DIA ku tak akan goyah
Kukan terbang tinggi, bagai Rajawali
Melakukan perbuatan yang besar
Kukan terbang tinggi, bagai rajawali
Dan melayang tinggi
Dalam kemuliaannya
Walau bumi berguncang
Dan badai menerpa
Kukan terbang tinggi, bersama DIA
KARENA CINTA
Hari ini, adalah lembaran baru bagiku
Ku di sini, karena KAU yang memilihku
Tak pernah, kutahu...akan cintaMU
Inilah diriku dengan melodi untukMU
Dan bila aku berdiri, tegar sampai hari ini
Bukan karena kuat dan hebatku
Semua karena CINTA,
Semua karena Cinta
Tak mampu diriku
Dapat berdiri tegar
Terimakasih CINTA
45
Catatan Hari II
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
....................................................................................
46
Catatan Hari III
................................................................................... ....
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................
......................................................................................
47
Catatan :
48
Download