G A CH IN UILDING T ER B RA CT IN RA CHARACTER BUILDING TRAINING MAHASISWA KATOLIK KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG & KEUSKUPAN PURWOKERTO ANGKATAN III PRIBADI HANGAT & ANDAL Nama : ................................ Perguruan Tinggi : ................................ MUNTILAN, 26 - 29 NOVEMBER 2009 1 PENDAHULUAN Hidup di jaman sekarang dikelilingi oleh berbagai tawaran yang serba mudah, enak, nikmat, dan menyenangkan. Berbagai tawaran yang menggoda tersebut dapat membingungkan siapapun yang tidak memiliki prinsip, nilainilai dan arah yang jelas dalam menjalani hidup ini. Orang dewasa saja kadang sulit untuk mengambil sikap hidup yang jelas, apalagi para mahasiswa yang masih tergolong generasi muda. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi mahasiswa untuk menjadi pribadi yang memiliki sikap hidup yang jelas. Maukah anda menjadi mahasiswa yang memiliki prinsip dan arah hidup yang jelas? Jika anda mau, tepatlah keputusan anda untuk mengikuti Character Building Training ini. Mengapa? Pelatihan Pengembangan Karakter Mahasiswa (Character Building Training/CBT) ini merupakan pelatihan tingkat dasar yang memusatkan perhatian pada pengolahan pribadi peserta. Pelatihan ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa membangun karakter dirinya, kepribadiannya sehingga menjadi pribadi yang memiliki visi dan misi hidup yang jelas dan mendapatkan makna dalam kehidupannya. Pengembangan pribadi dirasa sebagai hal yang pertama-tama harus dilakukan mengingat apapun yang akan dicapai, semuanya tergantung pada ”api” yang berada di dalam diri orang tersebut. ”Pribadi yang Hangat dan Andal” adalah tujuan dari pelatihan pengembangan karakter ini. Pribadi yang hangat akan memancarkan kehangatan yang tertuju baik baik pada diri dan hidupnya sendiri maupun terhadap benda, orang dan lingkungan di sekitarnya. Pribadi yang dapat diandalkan adalah pribadi yang bertanggung jawab, memiliki integritas dan memegang komitmen. Generasi muda yang Hangat dan Andal dipastikan akan mewarnai, menerangi, menggarami sesamanya; kehadirannya memberi makna bagi sekitarnya. M.J.Retno Priyani 2 PEMAHAMAN DAN PENERIMAAN DIRI ”INILAH AKU” ”INILAH AKU” 3 Hasil belajar yang dapat saya peroleh setelah sharing: -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------PRIBADI ADALAH HADIAH Oleh :Fr. George Nintermann OP Pribadi adalah hadiah yang terbungkus. Yang dikirim Tuhan kepadaku. Ada yang terbungkus indah, terlihat sangat mempesona. Bahkan ketika saya pertama kali melihatnya. Ada yang terbungkus dengan kertas biasa. Yang lain sudah rusak dalam pengiriman. Kadang-kadang ada kiriman istimewa. Beberapa hadiah sampai kepadaku dengan bungkus longgar. Yang lain datang dalam keadaan terbungkus rapat. Tetapi bungkus bukanlah hadiah. Dan betapa sering kita terkecoh…..dan terlihat lucu seperti anak kecil yang keliru 4 Kadang-kadang hadiah itu sangat mudah dibuka Kadang kubutuhkan orang lain untuk membantu membukanya Apakah karena mereka takut terluka? Mungkinkah mereka pernah dibuka dan dibuang? Atau mungkin hadiah itu bukan untukku? Saya adalah pribadi, maka saya juga merupakan hadiah. Pertama, hadiah untuk diriku sendiri. Tuhan menyerahkannya kepadaku Pernahkah saya sunguh melihat isi bungkusan itu? Atau…takutkah aku melihatnya? Mungkin aku belum pernah menyadari bahwa diriku adalah hadiah yang begitu indah. Mungkinkah ada sesuatu yang lain yang ada dalam bungkusan itu, yang tidak pernah kusangka? Bisa jadi saya belum pernah tahu, bahwa diriku adalah hadiah ajaib. Dapatkah pemberian Tuhan itu tidak indah? Kalau saya mencintai hadiah dari mereka yang saya cintai, mengapa saya tidak mencintai hadiah dari Allah, yang begitu mencintai saya? Apakah saya ini juga hadiah bagi orang lain? Ikhlaskah saya dihadiahkan Tuhan kepada orang lain? Relakah aku menjadi manusia bagi sesama? Haruskah orang lain puas dengan melihat bungkusnya saja dan tidak menikmati hadiahnya? Setiap pertemuan pribadi adalah tukar menukar hadiah Tetapi hadiah tanpa pemberi itu bukan hadiah. Tanpa hubungan dengan pemberi hadiah menjadi hanya sekedar barang 5 Persahabatan adalah hubungan antar pribadi, yang saling menerima apa adanya. Hadiah Tuhan untuk masing-masing dan sesama. Hadiah milik persaudaraan Kalau saya menguasai teman atau memilikinya, saya merusak sifatnya sebagai hadiah. Kalau saya menyimpan hidupnya untuk diri saya sendiri, saya kehilangan hidupnya. Kalau saya rela melepaskannya bagi orang lain, saya menyelamatkannya Pribadi adalah hadiah yang diterima dan diberikan satu pada yang lain. Persahabatan adalah jawaban dari pribadi. Hadiah untuk Tuhan, sang Pemberi. Persahabatan itu adalah persatuan 6 Catatan Hari I ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... ............................................................................... 7 PRIBADI YANG HANGAT Hangat : bukan panas; bukan dingin Hangat : menghadirkan kenyamanan Pribadi yang hangat akan membuat orang lain merasa nyaman, ringan, enak berada di dekatnya, tidak terbebani atau merasa gerah sehingga ingin cepat-cepat meninggalkannya. Pribadi yang hangat menjadi modal dasar untuk berinteraksi dengan orang lain, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai professional di kemudian hari. Pribadi yang hangat adalah pribadi yang dapat bersyukur Bersyukur : memaknai setiap peristiwa dari sudut pandang yang positif (menemukan manfaat/kebaikan dalam pengembangan diri sebagai pribadi) Bersyukur lebih: menjadi lebih peka & membuat pengalaman dengan potensial bersyukur; belajar bersyukur dan mengungkapkan syukur Belajar bersyukur juga dalam penderitaan Tuhan dapat membuat kita bersyukur tanpa sebab Bersyukur lebih: masuk ke dalam pengalaman utk menemukan makna (manusiawi) dan Tuhan (spiritual) Bersyukur sampai terheran-heran dan takjub (karya Tuhan, dan Tuhan) Mengolah dan tak melarikan diri dari pengalaman (fisik; psikis: pikiran, perasaan, kehendak; spiritual) Apa selanjutnya setelah bersyukur? Orang kaya yang bodoh atau Penerima talenta yang mempersembahkan hasil & bertanggungjawab. Pribadi yang hangat sebagai tindakan bersyukur. Sifat kehangatan: berprakarsa, mementingkan, kreatif dalam bergaul, memberi kesempatan>waktu, menghargai/mengagumi, menolong, melayani, berterima kasih, mengampuni. Alamat kehangatan : o Diri sendiri: 8 Kebersihan diri terjaga Berpakaian rapih, bersih Tindak tanduk yang santun, terjaga. o Hidup sendiri Dimaafkan Disayangi, dicintai Dijaga, dipelihara o Orang lain : teman, anak, suami/isteri o Kelompok : teman kerja, tetangga, anggota masyarakat lain. o Lembaga : sekolah, organisasi, gereja o Tuhan o Ciptaan Tuhan : alam, hewan, tumbuhan Lawan kehangatan: pasif, egois, kaku (pikiran, perasaan, kehendak, perkataan, tindakan), tak sabar, merendahkan diri/orang lain, cuek, tak tahu berterima kasih, pendendam. Pertanyaan Reflektif: 1. Kehangatan apakah yang saya rasakan dalam pergaulan di kampus? Jawab: ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………….………………………………… ……………………………………………………………………………………………….. 2. Apakah benih-benih persaudaraan yang dapat saya/kami tumbuhkan dari pergaulan di kampus? Jawab: ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………..…………………………………………………………………….. 9 3. Apakah tata kehangatan di kampus yang perlu diusahakan? Jawab: ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………..…….. ” Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain” (1 Kor 13: 4-5). ”Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1 Kor 13: 6-7). 10 PRIBADI YANG ANDAL Andal: rentangan bersambung dari kesiapsediaan sampai dengan pertanggungjawaban. Andal dalam studi, karya, persaudaraan. Andal: kualitas pribadi Sumber keandalan: berserah kepada Allah (yang selalu dapat diandalkan), setia kepada Injil Mampu mengelola diri dengan segenap kemampuan dan kelemahan Mau dan mampu untuk menolong Peka terhadap kebutuhan orang lain & dunia Murah hati dalam membantu & melayani Siap sedia untuk diganggu & diusik Siap sedia untuk diberi tugas. Berani menceburkan diri dan melibatkan diri dalam tugas. Mampu menyesuaikan diri dengan tugas & lingkungannya Bersabar dengan proses diri & lingkungan Mau belajar terus menerus, juga dalam kesulitan Transparan & bertanggung jawab (waktu, uang, kegiatan) Mempercayai & dapat dipercaya Kata kunci: kesetiaan Lawan keandalan: o merasa tak mampu o terlalu mengandalkan diri o sombong o menganggap orang lain tak mampu o berjuang sendiri o sulit bekerjasama o tak mampu berserah kepada Allah Pertanyaan Reflektif : 1. Bagaimana selama ini saya mengembangkan diri sebagai mahasiswa yang dapat diandalkan? 11 Jawab: ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………..……… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………… 2. Bagaimana saya membantu sesama teman agar dapat lebih diandalkan? Jawab: ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………….. “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu”(Mat 25: 21). 12 PROAKTIVITAS Pengertian Proaktif : berinisiatif dan bertanggung jawab: • atas hidup kita sendiri, • atas apa yang terjadi pada kita, • atas apa yang kita miliki dan lakukan dan tidak menyalahkan orang lain atau lingkungan Proaktif >< Reaktif Ciri-ciri orang Reaktif: • Mudah tersinggung. • Cenderung menyalahkan orang lain atau keadaan. • Mudah mengeluh. • Menunggu sesuatu terjadi pada diri mereka. • Berubah hanya bila perlu. • Cepat marah dan mengucapkan kata-kata yang belakangan mereka sesali. Ciri-ciri orang Proaktif • Tidak mudah tersinggung. • Bertanggung jawab atas pilihan-pilihan hidupnya. • Berpikir sebelum bertindak. • Cepat pulih saat mengalami hal buruk • Selalu mencari jalan untuk menjadikan rencananya berhasil. • Fokus pada hal-hal yang bisa ubah, dan tidak mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa mereka ubah. 13 PERILAKU REAKTIF RESPON STIMULUS PERILAKU PROAKTIF STIMULUS KEBEBASAN UNTUK MEMILIH Kehendak Bebas Kesadaran Diri Imajinasi 14 RESPON Suara Hati Anugerah yang dimiliki manusia untuk menjadi proaktif. 1. Kesadaran Diri Kesadaran untuk mengamati dan menilai perbuatan diri sendiri. 2. Hati Nurani Suara hati untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. 3. Daya Imajinasi Kemampuan membayangkan berbagai kemungkinan baru, di luar realitas yang dihadapi. 4. Kehendak Bebas Kekuasaan untuk memilih apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan. PROAKTIF VS REAKTIF PROAKTIVITAS Kekuatan, kebebasan dan kemampuan untuk memilih tindakan sesuai nilai-nilai hidup, disertai tanggung jawab atas pilihannya. REAKTIVITAS Respon diri sesuai suasana hati atau perasaan; tergantung situasi yang dihadapi. 15 BAHASA REAKTIF VS PROAKTIF REAKTIF PROAKTIF “Akan saya coba” “Akan saya kerjakan” “Saya memang begini” “Saya bisa lebih baik lagi” “Tidak ada yang bisa saya “Pasti ada kemungkinan- lakukan” kemungkinan lain” “Saya mau mengerjakan, “Akan saya kerjakan, dengan asalkan…” kemungkinan yang ada” “Itu bukan salahku…” “Kita bisa memperbaikinya bersama” PROAKTIF = MEMPERBESAR LINGKARAN PENGARUH LINGKARAN KEPEDULIAN LINGKARAN LINGKARAN PENGARUH PENGARUH 16 PROAKTIF = MEMPERBESAR LINGKARAN PENGARUH LINGKARAN LINGKARAN PENGARUH PENGARUH Pertanyaan Reflektif: 1. Bagaimanakah kebiasaan saya dalam menyikapi berbagai persoalan dalam hidup? Reaktif/proaktif? Jawab: ……………………………………………………………… 2. Bagaimanakah usahaku agar aku dapat lebih proaktif ? Jawab: ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………………………………..……………………………………………….. 17 KATOLISITAS DAN PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA KATOLIK Oleh: AM. Kristiadji Rahardjo, MSC I. KONTEKS BENCANA: 1. Bencana kekeringan spiritualitas: merupakan akibat modernitas yang menghancurkan tiga dimensi hidup manusia: • relasi dengan diri sendiri: kehampaan hidup, kehilangan jatidiri, disorientasi nilai, gaya hidup hedonistis dan konsumeristis, pelarian: napza, sex bebas, dugem, hedonis • relasi dengan sesama: sekat-sekat antar kelompok, “bukan kami” anarki, fundamentalisme, radikalisme, terorisme. • relasi dengan lingkungan: ekspoitasi besar-besaran demi kepentingan segelintir org, kerusakan alam, bencana alam & sosial, global warming 2. Krisis Kepemimpinan: minimnya kader katolik yg handal; “gagap” dan disorientasi nilai “What should we do?” II. KATOLISITAS Pengertian: Katolisitas berasal dari kata 'katolik‘ = umum, universal. Salah satu dari 4 sifat gereja kita (satu, kudus, katolik, apostolik) menekankan 'sifat terbuka, memiliki nilai-nilai universal’ Katolisitas: seluruh pemahaman dan penghayatan iman akan Allah 18 yang dihidupi oleh umat beriman (Gereja Katolik) demi terwujudnya keselamatan (Kerajaan Allah) di tengah dunia. Dasar: iman akan Allah Tritunggal (Bapa, Putra dan RK) yang dihidupi oleh persekutan umat beriman (Gereja) untuk menghadirkan keselamatan (Kerajaan Allah) di dunia Unsur-unsur: pemahaman dan penghayatan 4 C’s, yakni ajaran iman (Creed), peribadatan (Cult), aturan etis moral (Code of conduct) dan struktur komunitas (Community Structures) –> bdk. Leonard Swidler and Paul Moizes, The Studi of Religion in an Age of Global Dialogue, 2000: 7-8. Nilai-nilai: kesetiaan, militansi dan keterlibatan dalam pelayanan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah (cinta kasih, keadilan, perdamaian, penghormatan HAM, dan keutuhan ciptaan) III. RELIGIOSITAS, SPIRITUALITAS DAN AGAMA KATOLIK Katolisitas (yang kemudian melembaga sebagai Agama Katolik) berkaitan erat dengan religiositas dan spiritualitas 1. Religiositas Dari kata latin “religiosus”, “religio “ “re-eligere” (=memilih kembali), “re-ligare” (=mengikat kembali), “relegare” (=terus menerus berpaling pd sesuatu). Aspek di dalam hati, getaran nurani pribadi, personal, intimitas jiwa yg sedikit banyak menjadi misteri bagi orang lain De coeur: cita rasa yang mencakup totalitas manusia, kedalaman pribadi manusia Mengatasi atau lebih dalam dari agama yg tampak, formal dan institusional 19 2. Spiritualitas spirit = ruah, roh, semangat, corak atau gaya hidup digerakkan oleh Roh Allah Spiritualitas = pengalaman manusia akan kehadiran Yang Ilahi (Roh Allah) dalam kehidupan sehari-hari “seluruh gaya hidup orang Kristen sebagai murid Yesus”. (Darmaputra: 2002, 71) --> discipleship = to be with and to be like Jesus Maka spiritualitas menyangkut seluruh gaya hidup sebagai orang beriman, termasuk praktek beragama/kepercayaan. 3. Agama Lembaga, formal, sarana (bukan tujuan) agar manusia lebih mudah menemukan jalan menuju Tuhan. Tidak bisa menuntut ketaatan mutlak dari penganutnya, karena agama tidak identik dengan Allah. Peraturan agama adalah sarana dan ekspresi yang berguna bagi pendidikan penganutnya Agama memiliki unsur batiniah (internal) dan lahiriah (eksternal) Agama lahir dan berkembang dalam konteks jamannya (terikat ruang dan waktu, historisitas) Religiositas dan Spiritualitas adalah Inti Agama Agama tidak pernah boleh dilepaskan dari religiositas dan spiritualitas. Mengapa? Karena religiositas dan spiritualitas menjadi inti/pokok dari agama. Spiritualitas dan religiositas itu kemudian berkembang menjadi IMAN (=relasi personal antara Allah dan manusia). Iman (faith) yang lengkap ialah 20 kepercayaan yang mengikutsertakan seluruh dimensi kemanusiaan (akal budi, hati, perasaan, tubuh, sikap/tingkah laku, dsb) dan dihayati dalam seluruh hidup. Religiositas dan spiritualitas itu diungkapkan dalam agama dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari 4. Praktek Hidup Beragama Gejala: praktek hidup beragama tidak menjadi ungkapan dari pengalaman religiositas dan spiritualitas. Dkl, agama kehilangan religiositas dan roh/spirit dasarnya. Penyebabnya: tekanan terlalu kuat pada aspek formal, lahiriah, institusional dari agama FORMALISME AGAMA Akibat : klaim kebenaran, seremonial, kemunafikan, show of force, fanatisme, fundamentalisme, radikalisme dan terorisme. Solusi : usaha pribadi dan bersama untuk memperdalam religiositas dan spiritualitas mengembalikan agama pada inti/pokoknya. Dengan kata lain, perlu dikembangkan penghayatan agama (Katolik) yang otentik (sejati). IV.PENGEMBANGAN KATOLISITAS DALAM DIRI MAHASISWA 21 Arah Pengembangan Katolisitas Mahasiswa Orang Muda Katolik perlu mengembangkan Katolisitasnya dengan memperdalam pemahaman iman (KS, ajaran, aturan, dst) dan penghayatan imannya dengan setia, penuh tanggungjawab dan terlibat dalam pelayanan Gereja demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia. Tujuan pengembangan Katolisitas orang muda adalah: 1) mendalami misteri keselamatan dan kurnia iman yang telah diterima, 2) bersujud kepada Allah dalam perayaan liturgi, 3) menghayati baru, serta hidup sebagai manusia 4) menyadari panggilan, memberikan kesaksian dan mendukung perubahan dunia (Gravissimum Educationis, art. 2) V. TUGAS PERUTUSAN MAHASISWA KATOLIK DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL Dewasa ini perubahan sosial dalam masyarakat semakin cepat terjadi. Arus perubahan itu merupakan salah satu dampak dari globalisasi. Globalisasi sebagai suatu proses kultural menimbulkan pergeseran nilai dalam masyarakat. Bagaimana OMK dapat bertahan di tengah arus perubahan itu? Dapatkan OMK memberikan sumbangan bagi perubahan masyarakat atau malah ikut arus perubahan itu? Proses Globalisasi: dimulai dari perkembangan bisnis yang menyebarkan barang-barang komoditi ke segala penjuru dunia, kemudian penyebaran informasi dan teknologi, ilmu pengetahuan dan budaya (gaya hidup, mentalitas, ideologi) terjadi penyeragaman (homogenization), penguasaan scr halus (hegemonization) dan penetapan standar nilai (standardization) 22 Kultur Global vs Kultur Lokal: Proses globalisasi itu mendapat reaksi keras dari kebudayaan lokal yang merasa terpinggirkan dan berusaha mempertahankan nilai-nilai tradisional (warisan nenek moyang) Itulah dua pola budaya yang hidup vis a vis (berhadaphadapan) di dalam masyarakat kita. Akibatnya masyarakat menjadi bingung, bukan hanya karena pluralitas nilai yg harus dipilih tetapi terlebih karena kedua pola penilaian yang amat berlainan, kontras dan dilematis. Terjadilah “krisis budaya” dan kekacauan. Dalam persaingan budaya global dan budaya lokal itu, terjadi permainan kuasa (power) untuk saling mempengaruhi. Contoh: produk iklan yg disertai keterangan ilmiah. Di situlah sering terjadi “klaim kebenaran”, juga adu kekuatan modal. Dampak dan Tanggapan: Krisis di banyak bidang: identitas, spiritualitas (iman), nilai, sosial, budaya, ekonomi, politik, kemanusiaan (ketidakadilan, perang, dll) dan ekologi Ada 3 kemungkinan tanggapan dari OMK/Mahasiswa: 1. terseret hanyut, apatis, bingung, menyerah 2. bertahan dan melawan (bahkan dg kekerasan) untuk menyatakan eksistensinya 3. bersikap kritis dan memikirkan jalan pembaruan Langkah Strategis: Penguatan Komunitas Basis OMK/mahasiswa (dimensi iman, ilmu dan sosio-budaya) 23 Kaderisasi dan pelatihan: kepemimpinan, JPIC, Ansos, pengembangan diri (karakter, soft skill, organisational skill lewat Gladi Mahasiswa Katolik, Choice, dll), Kewirausahaan Pengembangan Minat/Bakat (olah raga, seni, jurnalistik, fotografi, dll) Pengembangan jejaring, solidaritas, dan dialog antar iman Pendanaan PERTANYAAN REFLEKSI: 1. Apakah aku bangga sebagai mahasiswa Katolik? Mengapa? 2. Apa motivasiku pergi ke gereja, mengikuti Ekaristi atau kegiatan rohani lainnya? 3. Apa tugas perutusanku sebagai mahasiswa Katolik? Ketika segala sesuatu meragukan hidupmu, Ketika hampir tak ada yang melihat kaum mampu, Ketika amat sedikit yang dapat melihat secercah kilapmu, Ketika semua awan gelap hampir menutup setitik cahayamu, Berbahagialah….jika kau tetap percaya…. bahwa tidaklah sia-sia jika melakukan yang terbaik di hidupmu, bahwa tidaklah percuma jika tetap memiliki pengharapan, bahwa engkau mampu meraih hidup yang bercahaya, berguna bagi dunia, banyak orang, diri sendiri… sekali pun belum terlihat sekarang Bandung, 24 Agustus 2008 24 AKU BISA Kadang ku takut dan gugup Dan ku merasa o..o.. tak sanggup Melihat tantangan di sekitarku Aku merasa tak mampu *Namun ku tak mau menyerah Aku tak ingin berputus asa Dengan gagah b’rani, aku melangkah Dan berkata, “Aku bisa!” **Aku bisa….aku pasti bisa… ‘ku harus terus berusaha Bila ‘ku gagal itu tak mengapa Setidaknya ‘ku t’lah mencoba Aku bisa…aku pasti bisa… ‘ku tak mau berputus asa Coba terus, coba, sampai aku bisa… AKU … PASTI … BISA !!! Interlude Back to * 25 Seorang kader bukanlah mereka yang terpilih karena kelebihannya, tetapi karena kemauan mereka untuk menjadi lebih bagi dunia di sekitarnya. Catholic Student mode on. Cyprianus Lilik K. P. like this. Be the student of love Be the student of life Be the man and woman for others ! Buku saku Katolik Muda Menjadi lebih karena cintakasih ! Magis cintakasih : karena cinta, menjadi lebih Mahasiswa Katolik diundang berziarah ke dalam diri kita sendiri. Berziarah berarti, berjalan bersama-sama dengan Allah menatap dan memaknai pengalaman-pengalaman hidup kita, untuk menuju (persatuan, dan persahabatan mistik dengan) Allah itu sendiri. Mendengar bagaimana ia memanggil kita dari waktu ke waktu, memahami bagaimana Ia menemani dan mengajari kita, seperti seorang Tukang Kayu mengajari anakanaknya bagaimana mengolah kayu menjadi berkat yang bermutu. Mutu itu ditemukan dalam cinta, kesadaran dan ketakjuban akan cinta, yang memanggil kita untuk menjadi lebih bagi semua, dan dalam kerinduan untuk menjadi lebih itu, melengkapi hidup kita dengan hal-hal yang kita rasa perlu bagi perjuangan mewujudkan cinta di hati kita. Inilah magis cintakasih ! Di bawah kesadaran kita, kita tahu, ini tidak akan mudah, ini akan sukar dan melelahkan, hingga di satu dua stasi kita 26 mengeluh. Di titik perjalanan yang lain yang lebih berat, kita mungkin akan berkata, cukup ! Pada fase yang lain kita akan berkata : persetan ! Kita letih, kita marah, tetapi kerinduankerinduan selalu akan kembali. Kerinduan untuk menjadi seseorang bagi yang lain. Kerinduan yang menggelisahkan kita untuk selalu berkata ‘ya!’ dan berbuat sesuatu melalui hidup kita. Engkau bisa mengingkari, tetapi engkau hanya akan menyakiti hatimu sendiri. Karena engkau tahu pasti, engkau diundang kepada cinta, untuk menjadi cinta, yang siap sakit, menderita, dan terbagi-bagi bagai roti, menjadi indah bagi hatimu dan sesamamu, menjadi Keindahan itu sendiri. Imitatio Christi, sahabatku, itulah panggilan kau dan aku ! Jadilah roti yang dipecahkan dan anggur yang dicurahkan, maka engkau akan menyuburkan bumi. Menjadi mahasiswa itu mudah, menjadi sesama itu indah ! “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" (Luk 10:36) Menjadi mahasiswa sekedar mahasiswa itu mudah. Menjadi mahasiswa yang mencintai dan memperjuangkan mutu hidup itu yang sangat sukar diwujudkan. Mutu yang dimaknai sebagai pencapaian hakikat kemanusiaan yang terdalam. Ikuti semua perintah dosen, pelajari buku-buku, kerjakan setiap tugas, persiapkan kuliah dengan baik, kerjakan praktikum dan laporan dengan sempurna, tidak pernah absen, dan horeee… kita mendapat IP yang terbaik ! Tetapi jauh di dalam lubuk hati kita, kita tahu ini semua tidak cukup. Kita akan akan sampai pada titik dimana hidup tidak cukup sekedar hidup, bahwa batas-batas akan dipertanyakan demi 27 merengkuh sesuatu yang lebih jauh. Dengan gembira, kita menolak kenyamanan-kenyamanan demi perjuangan yang menggairahkan. Hidup aman dipertaruhkan demi hidup yang lebih menantang. Keindahan yang belum kita kenali akan kita rindukan. Dan kita berbahagia karenanya. Kita ingin menjadi lebih dalam hidup kita. menjadi lebih dalam menjadi diri kita. semakin kita menyelami hati kita, semakin kita tahu betapa ia haus untuk menjadi berarti bagi sesama dan dunia sekitarnya. Hidup dengan panggilan Hidup dengan panggilan berbeda dengan hidup sekedar hidup. Hidup dengan panggilan adalah mengabdikan hidup secara khusus kepada tujuan luhur tertentu. Luhur karena tujuan itu tidak ditujukan kepada dirinya sendiri, tetapi pada kepentingan yang lebih luas, pada kebaikan hidup orang lain dan dunia luas di luar dirinya. Ada proses meninggalkan diri, “ego”, dan bergerak menuju “yang lain”. 28 Hidup dengan panggilan itu spiritual, karena ia membuka diri bagi Bapa yang menyapa hatinya Hidup dengan panggilan itu solider, karena ia membagibagi dirinya bagi sesamanya. Hidup dengan panggilan itu transformatif bagi diri kita sendiri, karena ia mengajak kita merubah sikap batin dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang perlu untuk menjalani panggilan itu. Hidup dengan panggilan itu partisipatif, karena ia bergerak keluar, berjumpa, dan melakoni perbincangan kemanusiaan dengan hidupnya sendiri. Hidup dengan panggilan itu visioner sekaligus misioner, karena ia menumpukan karyanya demi dunia yang lebih baik di masa depan. Dengan demikian hidup dengan panggilan dimulai dari kerendahan hati, kemauan menjadi hening dan mendengarkan suara jernih di balik suara-suara diri kita sendiri, dan di balik hiruk pikuk keseharian hidup. Dengan kerendahan hati yang sama kita diajak untuk menatap Ia yang memanggil kita, menerima undangan itu, menjawab ya, dan perlahan melangkah bersama Bapa. Hidup dengan panggilan adalah tuntutan hidup semua orang beriman. Awam dan tertahbis, panggilan semua umat beriman pada hakekatnya sama di hadapan Allah dan bagi dunia. (LG 3236, 40). Menjadi sangat penting bagi kita saat ini untuk mengenali panggilan dan perutusan hidup kita : kemanakah Tuhan mengutus saya ? Ke dalam karya dan totalitas perjuangan hidup macam apa hidup pribadi kita harus diarahkan ? Menemukan panggilan hidup kita, bagaimana caranya ? Panggilan seseorang dibentuk oleh pengalaman pribadi, pendidikan, latar lingkungan pergaulan, serta kepekaan dan kesadaran akan situasi kongkrit. Panggilan seseorang dibentuk pertama-tama oleh rasa cintanya akan Allah dan kesediaan mendengar secara mendalam suara jernih di dalam hatinya. Menemukan saat hening bagi hati dan terlibat dalam percakapan batin yang hangat dengan Allah sendiri menjadi kunci penemuan panggilan diri seseorang. Dan sebelum masuk labih jauh ke dalam tugas perutusan seorang mahasiswa Katolik Indonesia, mari melihat kembali aspek-aspek pembentuk jadi diri orang Katolik. Menjadi penuh dalam iman Iman Katolik mengajak seseorang untuk tumbuh dalam spiritualitas dengan mengembangkan hidup rohani yang intens, untuk mengajak seseorang makin aktif dalam hidup menggereja bersama umat beriman yang lain, untuk belajar mengenal dan 29 mendalami harta warisan rohani dan tradisi Gereja yang sangat kaya sebagai sumber yang sangat berharga bagi pertumbuhan pribadi dan komunitas iman, serta untuk terlibat langsung dalam karya perutusan Gereja di tengah dunia. Aspek-aspek Katolisitas Spiritualitas/hidup rohani persahabatan akrab dengan Allah, iman yang mendalam,dan hidup rohani yang terpelihara sebagai pondasi dasar kita Aksi Nyata Mewujudkan panggilan iman ke dalam aksi kemanusiaan dan keadilan bagi sesama dan segenap ciptaan Menjadi Katolik Pengetahuan iman/tradisi Pengenalan atas ajaran iman, pengetahuan umum gerejawi, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi umat beriman Hidup menggereja Keterlibatan aktif dalam berbagai dinamika kongkrit Gereja sebagai paguyuban umat beriman, dalam segala kekayaan ragam gerakan dan komunitas yang ada Iman Katolik tidak bisa setengah-setengah, 4 aspek hidup beriman di atas memberi kepenuhan bagi hidup beriman, dan merajut secara utuh aspek-aspek hidup kita. Iman, persaudaraan, intelektualitas, dan perutusan Empat elemen di atas diperluas ke dalam 4 elemen pokok hidup mahasiswa Katolik : 30 Iman dan spiritualitas hidup yang matang dan mendalam, persaudaraan Satu persaudaraan sebagai mahasiswa Katolik Pengembangan intelektualitas sebagai karakter khas mahasiswa, dan Keterlibatan penuh dalam karya perutusan Gereja, khususnya dalam perjuangan kemanusiaan dan keadilan Hidup dalam panggilan bagi orang muda Katolik mengantar ia ke kesadaran mendalam akan 4 hal ini Pelatihan CBT/Gladhi Dasar ini dan aksi-aksi lanjutannya ingin mengajak kita memaksimalkan diri kita dalam empat hal tersebut. Maksimalisasi yang membuka diri seorang aktivis muda Katolik menemukan 5 sumber mata air kehidupan bagi perjuangan pribadi dan komunitasnya. Lima anugerah rohani mahasiswa Katolik Seorang mahasiswa Katolik digerakkan oleh 5 anugerah rohani sebagai sumber mata air yang terus menyemangati perjuangan dan pergulatan hidup seorang mahasiswa Katolik : Persahabatan yang mesra dengan Allah sendiri : seorang Katolik diundang untuk memiliki persahabatan mistik yang akrab dengan Allah sendiri, Sang Kasih dan Pangkal Kehidupan. persahabatan yang dibangun melalui hidup rohani, doa, olah rohani yang mendalam dan tanpa henti. Persaudaraan, (fraternitas) : kita semua diundang untuk menjadi satu saudara dalam iman dan perutusan. Men/Women for Others: seorang mahasiswa Katolik dipanggil dan diutus untuk menjadi berkat dan kegembiraan bagi sesama dan segenap ciptaan, ia adalah men & women for others ! Semangat lebih (magis) : perasaan untuk mengabdi bagi sesama dan ikut mewujudkan dunia yang lebih baik bagi semua orang membuat kita terdorong untuk bersikap lebih keras menempa diri dan hidup kita. 31 Semangat lebih ini terajut erat dalam askese (laku tapa, olah diri, disiplin diri) seorang Katolik muda, karena seorang Katolik muda tahu persis : Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (I Kor 9 : 27) Aksi Nyata : persatuan mistik dengan Allah, persatuan sebagai umat beriman, hidup sebagai berkat bagi sesama, dan semangat magis dalam menempa diri itu bertemu di satu titik : terlibat dalam aksi nyata mewujudkan kasih Allah di tengah dunia. Menemukan panggilan keindonesiaan kita Lima semangat di atas menjadi kunci bagi kita untuk mengambil peran, sekaligus menjawab panggilan yang lebih besar bagi kita dari dunia di sekitar kita. Panggilan yang ditemukan ketika seorang muda Katolik tidak menjadi asing dari dunia sekitarnya tetapi menemukan bahwa perjuangan bagi orang lain dan hidup bersama adalah perjuangan meraih keberhasilan pribadiku pula, dan terlebih lagi, menemukan bahwa perjuangan ini menjadi cara kita menjawab panggilan keilahian kepada setiap hati manusia, secara khusus, hati orang-orang muda Katolik Indonesia. Kita tergerak oleh hal-hal ini : 1. kemiskinan dan ketidakadilan 2. penyalahgunaan wewenang dan perilaku korup 3. manusia individualis dan rakus 4. budaya konsumtif dan hedonistik 5. komersialisasi pendidikan 6. kerusakan lingkungan dan rusaknya martabat ciptaan 7. primordialisme dan sektarianisme 8. budaya kekerasan 9. melemahnya etos kebangsaan dan roh hidup bersama Pancasila 32 10. menipisnya persaudaraan dan rusaknya modal sosial masyarakat 11. Lenyapnya spiritualitas dan hidup asketis Semua hal di atas, dan berbagai persoalan lain yang bisa kita tambahkan di dalamnya mengundang kita untuk bergerak dan terlibat lebih jauh untuk menyelesaikannya. Kita juga secara khusus diajak untuk mengolah dan menyempurnakan diri kita pula agar mampu menjawab semua tantangan itu. Bagi kita umat beriman, 11 atau lebih panggilan di atas bukanlah litani penderitaan, tetapi doa dan harapan yang harus diperjuangkan. Mereka adalah litani antusiasme, yang menuturkan situasi kekinian tetapi di sisi lain memberi kesempatan untuk menatap ke depan. Penderitaan, bagi orang-orang Kristen, adalah tanda pertama dari harapan (bdk Rom 8 : 17-18, II Kor 1 : 6, Fil 1: 29, Kol 1:24, II Tes 1 : 5, II Tim 1:8). Spiritualitas Panggilan Konteks Panggilan Katolik dalam konteks Indonesia Menjadi Katolik Aksi Katolik Indonesia positif negatif Identitas Panggilan kebangsaan Tantangan Indonesia Identitas Katolik dalam konteks Indonesia Peran sosial Konteks 33 Apa arti menjadi Katolik di Indonesia saat ini ? Bagaimanapun juga panggilan ini terajut erat dengan eksistensi historis kita sebagai umat Katolik Indonesia. Menjadi Katolik di Indonesia bukan perkara mudah, karena menjadi Katolik berarti: POSITIF The agent of charity The agent of solidarity (semangat kebersamaan) The agent of harmony The agent of democracy (dengan segala perangkatnya : dialog, keterbukaan, antiotoriter) The agent of knowledge and science (manusia analitis dan rasional) NEGATIF The agent of capitalism (thesis Max Weber tentang kaum Calvinis) The agent of colonialism The agent of liberalism The agent of Westernization (termasuk free sex dan dugem) The agent of secularity and secularism (apalagi juga sangat rasional, maka ada dan banyak potensi ateis, tetapi aman asal ada keseimbangan rasio dan iman) The agent of violence The agent of Zionism (anti-Islam) The agent of changes The agent of modernity The agent of art and cultural works The agent of inculturation The agent of responsiblefreedom (kebebasan yang bertanggung jawab) The agent of true-braveness (keberanian karena kebenaran) The agent of correctiveness and spontanity The agent of leadership (organisator ulung berkat……) The agent of exellent (diperluas dari artikel P. Ary Subagyo). 34 Bagaimana kita menyikapi persepsi ini? Masihkah karakter positif ini kita miliki? Bagaimana kita merespon pandangan negatif terhadap masyarakat Katolik di Indonesia? Bagaimana pandangan itu bisa muncul? dan apa akibatnya terhadap hubungan antariman di Indonesia? Kesadaran mendalam dan pengetahuan struktural menembus gejala-gejala ini akan sangat membantu kita dalam memahami persoalan-persoalan besar yang kini kita hadapi. Memandang wajah kampus Semakin mendarat dan kongkrit, bagaimana keterlibatan kita sebagai mahasiswa Katolik di lingkup terdekat kita sebagai mahasiswa: Lingkungan kampus dalam sistem pendidikan Indonesia? Bagan berikut menunjukkan kekuatan-kekuatan apa saja yang terlibat dalam dinamika kampus kita saat ini: No 1 situasi “link & match” pendidikan isu pokok aktor yang bermain negaraPendidikan : seni membuat onderdil pasar Pendidikan sebagai mesin Pendidikan tidak mengantar peserta didik pada kematangan kemanusiaan dan intelektualitas Manusia sebagai benda Sistem belajar “banking” bukan pendidikan sbgpemberdayaan akibat Pendidikan hanya sebagai mesin produksi sumber daya manusia 35 2 otonomi dan komersialisasi kampus 3 kampus sebagai pusat gaya hidup 4 dikuasainya kampus oleh gerakan tarbiyah (dakwah) depolitisasi mahasiswa Negara tekanan sistem, melepas target dan waktu tanggung studi, jawabnya tekanan ekonomi atas sistem atas biaya studi pendidikan iklim akademik tak nasional terbangun depolitisasi mahasiswa pendidikan hanya untuk orang kaya Dunia tekanan gaya hidup kampus mahasiswa sbg dipandang pasar sebagai melemahnya etos pasar nasionalisme di kalangan intelektual muda penguasaan sektarianisme di kampus sbg lingkungan kampus sumber melemahnya etos pemimpin nasionalisme di Indonesia kalangan masa depan intelektual muda oleh kelompok ideologi tertentu negara pasar politisi agama Mampukah kita menemukan sistem pendidikan yang benarbenar mencerdaskan dan memanusiawikan yakni pendidikan yang sungguh-sungguh bermutu bagi kehidupan dan kemanusiaan? Mampukah kita melepaskan diri dari belenggu sistem pendidikan yang serba terburu-buru mengejar waktu dan target studi, tetapi tidak mengakomodasi belajar sebagai proses dan dialektika intelektual? Mampukah kita membebaskan kampus sebagai penjara gaya hidup? Mampukah kita bebas dari 36 sekitarianisme dalam cara berpikir dan bertindak kita? Inilah tantangan besar kita. Inilah panggilan penting kita sebagai mahasiswa Katolik Indonesia. Dimana kita bisa terlibat ? Ada banyak ragam gerakan mahasiswa di dalam maupun ekstra kampus yang bisa kita libati untuk semakin mengembangkan diri kita sekaligus menjadi bagian dari tugas perutusan kita. Berikut adalah dua tabel beragam komunitas tempat kita orang muda Katolik bisa turut ambil bagian terlibat merintis perubahan : Gerakan-gerakan intra dan ekstra kampus Intrakampus Ekstrakampus Politik Kemasyara katan lingkungan, wilayah, stasi dst Katolik KMK PMKRI ??? Universitas, KMK Fakultas umum BEM nasionalis : partai politik Fakultas dan GMNI gerakan Universitas FPPI pemuda SENAT LMND gerakan rakyat Fakultas dan gerakan Universitas berbasis agama: budaya HMJ GMKI organisasi pers PMII pemuda mahasiswa HMI MPO(KNPI, pecinta alam Pramuka, HMI DIPO teater KAMMI (PKS) Karangtaruna, dll) kelompok KMHD gerakan seni Himabudhi kelompok lingkungan IMM olahraga LSM kelompok kepekaan studi/diskusi sosial organisasi pertetangga an/ rukun warga kelompok seni budaya minat dan hobby olahraga kewirausah aan kepekaan sosial karitatif transformatif 37 Agama-agama dan organisasi kaum muda Kate gori Katol ik maha siswa KMK um um Islam Kri NU Muhamm Tarbiyah ste BuddhaHindu n adiyah /PKS PMKRI HMI PMII pemuda Mudika Pemuda Katolik Pelajar OPK (diasp oris) GP Ansor Fataya t NU - IMM KAMMI GMKI Himab KMH udhi DI Pemuda Muham madiyah Nasyatul Aisiyah GAM (banyak PERA KI ) DAH Patria, BDI, Maitrey a,dll Jangkar ? ? ? Islam IPNU IRM IPPNU Gerakan-gerakan Baru Selain itu juga muncul aneka ragam gerakan-gerakan sosial baru tempat kita, orang-orang muda, sungguh dapat terlibat dalam memberi kontribusi bagi hidup bersama yang lebih adil dan manusiawi untuk semua. Komunitas sosial transformatif, kewirausahaan, komunitas alternatif, urban wisdom, dunia maya, dan lain-lain adalah contoh gerakan-gerakan ini. Katolik Muda di tengah kampus Pribadi Katolik muda yang integral menuntut kesatuan gerak yang utuh di tingkat personal, keterlibatan komunal maupun keterlibatan sosial yang lebih luas. Memahami diri dan memahami ruang-ruang keterlibatan yang bisa menjadi arena perutusan sekaligus formatio diri orangmuda Katolik sangat dibutuhkan. Bagan berikut mencoba menunjukkan kompleksitas dinamika diri seorang muda Katolik di lingkungan kampus : 38 Senat & BEM Fakultas/HMJ hidup rohani Pers kampus UKM lain ranah kampus Kel studi ranah masyarakat keluarga sahabat studi Pribadi mahasiswa Katolik Indonesia ranah pribadi PMKRI karier Aktif hidup menggereja teritorial kategorial dll KMK sebagai dapur gerakan Aktivis mahasiswa Katolik Program/ sarana pendampingan Lain-lain pertetanggaan minat dan hobby partai politik gerakan & LSM kebudayaan dll Wisma Mahasiswa sbg fasilitator pendampingan Catholic Student Empowerment sbg mitra pastoral mahasiswa Para aktivis dan pelaku pendampingan mahasiswa yang lain Pribadi Katolik Muda yang transformatif Di tingkat pribadi, panggilan mahasiswa Katolik adalah menjadi pribadi yang transformatif : merubah diri ke dalam, dan bersama dengan ini juga merubah dunia di sektarnya. Untuk itu ia harus mampu meletakkan dasar-dasar kediriannya : hidup rohani dan katolisitas yang kuat dalam dirinya, karakter yang integral, interpersonal/sosialitas yang matang wawasan dan intelektualitas yang berkemanusiaan penguasaan ketrampilan teknis yang mumpuni 39 aksi dan keterlibatan nyata dalam karya perutusan Gereja terus-menerus mengembangkan dirinya, self formatio, dengan berbagai macam Bagi seorang Katolik muda, Aktif di berbagai kegiatan di kampus tak hanya bermakna menikmati kebebasan hidup seorang mahasiswa, tetapi menjadi bagian utuh dimana satu demi satu ia meletakkan masa depan pribadi dan masa depan hidup bersama dengan berbagai aksi kongkrit yang ia lakukan. Bagi seorang mahasiswa Katolik tujuan hidup pribadi, itu satu dengan tujuan hidup bersama, karena ia sadar betul betapa hidupnya adalah bagian utuh dari totalitas kehidupan dan kemanusiaan dimana ia berada. Maka mengabdikan diri untuk tujuan hidup yang lebih luas menjadi karakter khas orang muda Katolik di tengah masyarakat yang egois dan autis ini. KMK : persaudaraan yang misioner Di tingkat komunitas, KMK, keluarga mahasiswa Katolik adalah basis gerakan orang muda Katolik. KMK –apapun namanya (Misa Kampus, IKMK, PRMK, PMK, dan lain-lain)- adalah rumah bersama orang-orang muda Katolik di lingkungan kampus. KMK adalah rumah pembelajaran bersama, rumah formatio para aktivis muda Katolik, dimana mereka berproses bersama, membangun ikatan yang hangat, saling meneguhkan, dan saling menumbuhkan. KMK muncul untuk menampung dan memberi bentuk pada kerinduan mahasiswa Katolik di kampus-kampus kepada persaudaraan sejati sahabat-sahabat muda dalam Kristus. Seiring dengan makin tumbuhnya KMK, KMK kini menjadi ujung tombak pendampingan dan pengorganisir orang muda Katolik di lingkup kampus. Untuk itulah KMK harus benar-benar diorganisir secara maksimal menjadi rumah tumbuh, menjadi lingkaran pemberdayaan diri anggota-anggotanya. 40 Ciri utama KMK adalah persaudaraan dan pembentukan/ formatio pribadi Katolik muda yang berkarakter. Warna yang penuh keakraban dan kekeluargaan tidak membuat KMK lepas dari tanggung jawabnya sebagai bagian dari Gereja Kudus, dalam olah spiritualitas, sosialitas, intelektualitas, dan solidaritas kemanusiaan yang utuh. KMK adalah basis, dasar, ‘dapur’ dalam gerakan orangmuda Katolik di lingkungan kampus. Untuk itu, KMK harus secara khusus memberi perhatian pada pematangan iman anggota-anggotanya, dan pembentukan mereka menjadi pribadi muda Katolik yang bermutu bagi diri pribadi maupun hidup bersama. Kecenderungan terlalu berorientasi ke dalam, ke lingkungan nyaman dari KMK kita akan sangat merugikan, karena : 1. kita tidak bisa ikut memperjuangkan kepentingan kita sebagai mahasiswa Indonesia tanpa memandang agama, suku, dan golongan di lingkungan kampus 2. memiskinkan sudut pandang/perspektif dan pengalaman kita di lingkungan kampus, karena terjebak ke dalam lingkungan yang cenderung aman-nyaman-eksklusif dalam bayang-bayang sindrom minoritas. 3. tidak turut menyumbang masukan bagi hidup bersama di lingkungan kampus, ingat pluralitas sebagai semangat hidup bersama itu terbangun kalau semua orang di dalamnya memberi sumbangan, termasuk warga Gereja Katolik Indonesia. 4. suara dan aspirasi kita sebagai mahasiswa Katolik tidak tersalurkan dalam percaturan kebijakan kampus. Karena itulah di tingkat perutusan sebagai pribadi maupun gerakan bersama, harus ditemukan cara-cara terlibat aktif dalam dinamika kampus pada umumnya. Singkatnya, menjadi Katolik di lingkungan kampus berarti : 1. membangun diri menjadi sosok intelektual muda Katolik yang cerdas, pluralis, kritis, berkarakter kuat, dan transformatif 41 2. terlibat aktif dalam pengorganisasian KMK sebagai basis gerakan sekaligus rumah bersama mahasiswa Katolik di lingkungan kampus 3. bersama gerakan masyarakat sipil lain, mahasiswa berperan dalam melakukan kontrol kritis kebijakan negara, 4. bersama semua mahasiswa dan segenap civitas akademika turut menentukan kebujakan pendidikan yang memihak pada mereka yang lemah, miskin, dan tersingkir 5. menembus dan meretas batas-batas eksklusivisme berbasis agama di berbagai kegiatan dan organisasi kampus yang ada melalui penguatan persaudaraan dan keakraban maupun melalui pengembangan wacana yang pluralis 6. mewujudkan kampus sebagai ekosistem belajar bersama yang diwarnai keterbukaan, keadilan, intelektualitas, dan cintakasih, yang bertujuan kritis-transformatif bagi dunia sekitarnya. Membangun gerakan bersama mahasiswa Katolik Peran-peran sebagai pribadi dan komunitas ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, semua harus berjalan simultan. Untuk itu diperlukan kerja keras mematangkan gerak kita bersama : tingkat wadah peran di tingkat pribadi pribadi Katolik pribadi misioner Di tingkat KMK, MISKAM, basis gerakan, komunitas PRMK, IKMK kolegialitas Katolik muda di tingkat Wisma Wisma Mahasiswa, fasilitator, formator, Mahasiswa dan mentor dan pengorganisiran jejaring pendamping, dan penggerak pendukung komunitas pendampingan mahasiswa (CSE) 42 di ruang aksi BEM, SENAT, UKM, aksi nyata perutusan kampus pada umumnya, masyarakat luas Apa peran khas seorang CBTers/Gladiator ? Kita sebagai peserta gladi, secara khusus mendapat kesempatan untuk mengolah diri secara lebih jauh daripada rata-rata mahasiswa Katolik pada umumnya. Dan karena itulah kita diundang untuk terlibat lebih mendalam bagi Gereja, tanah air, dan masyarakat sekitar kita. Apa tugas seorang Gladiator di basis mereka masing masing ? 1. Pribadi Katolik yang utuh : mengembangkan diri menjadi pribadi yang HAM (hangat, andal dan misioner), 2. Rasul awam : menemukan lini karya dan keterlibatan menggereja dan memasyarakat yang sesuai dengan pilihannya 3. Karya pendampingan mahasiswa : terlibat aktif dalam pengorganisiran karya pendampingan mahasiswa di kotanya masing-masing 4. Persaudaraan para utusan : tetap bersatu dan saling berkomunikasi sebagai satu keluarga alumni gladi mahasiswa Katolik Indonesia, melalui dunia maya (grup FB:gladifunia, milis [email protected]), maupun interaksi langsung (misal saling mengunjungi) hingga membuat agenda aksi bersama. Dengan menghayati empat semangat dasar kita, iman, persaudaraan, intelektualitas, dan perutusan, kawan, maukah kau menjadi lebih bagi dirimu, sesamamu, dan dunia sekitarmu ? Yogyakarta, 17 November 2009 Cyprianus Lilik K. P. ([email protected], 085643521325) 43 PERSEMBAHANKU Betapa hatiku, berterima kasih, Tuhan KAU mengasihiku, KAU memilikiku Hanya ini Tuhan, persembahanku Segenap hidupku, jiwa dan ragaku Sebab tak kumiliki harta kekayaan Yang cukup berarti tuk kupersembahkan Hanya ini Tuhan, permohonanku Terimalah Tuhan persembahanku Pakailah hidupku, sebagai alatMU Seumur hidupku SEPERTI YANG KAU INGINI Bukan dengan barang fana Kau membayar dosaku Dengan darah yang mahal Tiada noda dan cela Bukan dengan emas perak Kau menebus diriku Oleh segenap kasih Dan pengorbananMu Kutelah mati dan tinggalkan Cara hidupku yang lama Semuanya sia-sia dan tak berarti lagi Hidup ini kuletakkan pada misbahMu ya Tuhan Jadilah padaku seperti yang KAU ingini JANJIMU SEPERTI FAJAR Ketika kuhadapi kehidupan ini Jalan mana harus kupilih Kutahu ku tak mampu Kutahu ku tak sanggup 44 Hanya KAU TUHAN tempat jawabanku Akupun tahu ku tak pernah sendiri Sebab ENGKAU Allah yang menggendongku TanganMU membelaiku, CintaMU memuaskanku Kau mengangkatku ke tempat yang tinggi JanjiMU seperti fajar pagi hari Yang tiada pernah terlambat bersinar Cinta MU seperti sungai yang mengalir Dan kutahu betapa dalam kasihMU BAGAI RAJAWALI Tuhan adalah kekuatanku Bersama DIA ku tak akan goyah Kukan terbang tinggi, bagai Rajawali Melakukan perbuatan yang besar Kukan terbang tinggi, bagai rajawali Dan melayang tinggi Dalam kemuliaannya Walau bumi berguncang Dan badai menerpa Kukan terbang tinggi, bersama DIA KARENA CINTA Hari ini, adalah lembaran baru bagiku Ku di sini, karena KAU yang memilihku Tak pernah, kutahu...akan cintaMU Inilah diriku dengan melodi untukMU Dan bila aku berdiri, tegar sampai hari ini Bukan karena kuat dan hebatku Semua karena CINTA, Semua karena Cinta Tak mampu diriku Dapat berdiri tegar Terimakasih CINTA 45 Catatan Hari II ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... .................................................................................... 46 Catatan Hari III ................................................................................... .... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ....................................................................................... ...................................................................................... 47 Catatan : 48