PENGAJARAN SASTRA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA Dwi Ario Fajar (PBI FKIP Universitas Pekalongan) [email protected] Abstract This research covers the use of sociology of literarture as the teaching literature approach. The problems statement comes from the use of intrinsic elements in teaching literature recently. It uses library research method. Through sociology of literature, learning will be more interesting because it explores both intrinsically and extrincically. This research also gives the application of teaching literature using sociology of literature approach. Using sociology of literature, the teacher could teach students both intrinsically and extrinsically of literary works. For extrinsic elements, the teacher could connect the literary works to the social condition of the author and the social condition reflected in literary works. Sociology of literature offers more interactive discussion literature learning. Keywords: sociology of literature, literary teaching, extrinsic elements dengan perasaan terpaksa karena guru hanya PENDAHULUAN Persoalan pengajaran dan pembelajaran di sekolah yang terjadi di mengajarkan apa yang diperlukan siswa saat menghadapi ujian. Indonesia sangat kompleks dan pelik. Salah Dari kekurangan dan masalah tersebut, satunya bersumber dari pengajar atau guru itu sebenarnya pengajaran sastra di sekolah sendiri. cenderung menimbulkan dampak positif bagi siswa. pengajaran Rahmanto (1998: 16) menyatakan bahwa kesusasteraan, guru hanya mengajarkan sastra pengajaran sastra dapat membantu pendidikan hanya nilai secara utuh apabila cakupannya meliputi muridnya agar mendapat nilai yang baik saat empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan ujian. Di sini, tidak penting apakah siswa membaca, meningkatkan pengetahuan budaya, benar-benar menikmati dan memahami karya mengembangkan sastra atau tidak. Sehingga yang terjadi dalam menunjang pembentukan watak. Tidak mengejar sedikit target. untuk guru Dalam keperluan mengejar cipta dan rasa, serta pengajaran sastra saat ini adalah tidak penting Pengajaran sastra di sekolah tidak siswa mengetahui dan memahami sastra, yang sekedar mengatahui karya sastra. Apresisasi penting siswa dapat mengerjakan soal yang sastra justru lebih bermanfaat. Menurut Dola mengandung kesusasteraan. Proses pengajaran (2007), secara terminologi, apresiasi sastra sastra seperti itulah yang membuat tidak dapat menarik. Siswa penilaian, dan pengertian terhadap karya seringkali belajar sastra diartikan sebagai penghargaan, sastra, baik drama, yang berupa maupun pernyataan tersebut, prosa fiksi, METODE PENELITIAN puisi. Berdasarkan sebenarnya kegiatan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka apresiasi karya sastra dapat dilaksanakan mengenai secara dikarenakan pendekatan sosiologi sastra di sekolah. Nazir kurikulum pendidikan sekarang didukung oleh (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau langkah dimana setelah seorang peneliti sering disebut KTSP, guru berhak untuk menetapkan membuat kurikulum sendiri. Meskipun begitu, selanjutnya adalah melakukan kajian yang apresiasi sastra di sekolah tetap masih kurang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan jika dirasakan. Para murid kadang enggan topik penelitian. Dalam pencarian teori, mempelajari bahasa dan sastra secara serius. peneliti Sebab, mereka tidak melihat adanya manfaat sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang tertentu yang bisa diraihnya dengan menekuni berhubungan. pelajaran dimaksud secara khusus dan serius. dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, maksimal. Hal ini Di sisi lain, pengajaran sastra di sekolah hanya sebatas menitikberatkan analisis pengajaran unsur yang intrinsik, pengajaran akan topic sastra dengan penelitian, mengumpulkan Sumber-sumber langkah informasi kepustakaan hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). seperti menganalisis tokoh, alur, latar dsb. Karya sastra sering dipahami dengan Analisis unsur intrinsik tersebut mempunyai pengertian sempit, yaitu segala sesuatu yang kelemahan, yaitu tidak mencakup secara luas tercetak atau tertulis saja. Pengertian tersebut apa yang ada diluar karya sastra. Dengan terlalu sempit karena karya sastra tidak selalu menggunakan pendekatan sosiologi sastra, berkaitan dengan teks tertulis. Ini disebabkan maka setidaknya akan membantu pengajaran karena adanya pengabaian eksisnya sastra sastra lisan. Padahal jika dirunut sejarahnya, sastra disekolah menjadi lebih luas cakupannya, tidak sebatas membahas unsur intrinsik sebuah karya sastra, namun aspekaspek sosiologis yang mengelilinginya. lisan adalah karya sastra yang pertama. Akan tetapi harus diingat bahwa adanya ketidaksamaan antara karangan sastra Dengan latar belakang yang telah dan karangan ilmu pengetahuan meskipun diuraikan di atas, permasalahan yang dibahas keduanya merupakan karangan yang terulis pada tahap selanjutnya dirumuskan sebagai atau tercetak, yang membedakan keduanya berikut. Bagaimanakah langkah-langkah dalam terletak di kategori fiksi atau non fiksi. Namun menerapkan lebih tepatnya menurut Noor (2007: 11), jika pengajaran sastra dengan pendekatan sosiologi sastra terhadap siswa? kita memperhatikan karya sastra adalah karya sastra merupakan karya imajinatif seseorang, baik lisan maupun tertulis, meskipun bahan (inspirasinya) diambil dari dunia nyata yang pengarangnya. atau lebih memiliki kemungkinan besar untuk Sehingga mencari kebenaran di dalam sebuah menghasilkan tanggapan yang berbeda. Dalam karya sastra adalah kebenaran ideal bagi hal ini, karya sastra merupakan sesuatu yang pengarangya. Sebab, realitas dalam karya subjektif, sastra Singkatnya sastra dapat berfungsi sebagai telah dimodifikasi sudah oleh ditambah “sesuatu” oleh dan tiada duanya. suatu tanggapan terhadap sesuatu hal dalam pengarangnya. Sastra pribadi, menampilkan gambaran kehidupan nyata. suatu Keterkaitan antara karya sastra dengan ini, kondisi dan kehidupan masyarakat membuat kehidupan hubungan antarmasyarakat dengan penelitian sastra dapat dikaji dengan bantuan orang-orang, antarmanusia, dan antarperistiwa sudut pendekatan sosiologi sastra. Ratna yang menyatakan bahwa dalam lingkup sosiologi kehidupan; dan kenyataan sosial. terjadi kehidupan adalah Dalam pengertian dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang sastra, terjadi dalam batin seseorang yang sering membahas aspek-aspek kemasyarakatannya, menjadi pantulan kaitan karya sastra dengan masyarakat yang hubungan seseorang dengan orang lain atau melatarbelakanginya, dan hubungan antara dengan masyarakat dangan karya sastra (Ratna, 2005: bahan sastra, masyarakat Melalui karya adalah (Damono, sastra, 2009: pembaca 1). dapat sastra dimengerti dengan cara 2-3). mengetahui dan memahami salah satu atau Menyangkut keterkaitan antara sastra beberapa persoalan yang dapat ditemui dalam dengan masyarakat atau lebih khususnya sastra kehidupan, dengan kata lain sastra mempunyai dengan sosiologi, menurut Damono sastra dan fungsi, yaitu sebagai cermin dari kenyataan. sosiologi bukanlah dua bidang yang sama Selain pengaruh karya sastra dengan sekali berbeda garapan, dikatakan sastrawan, karya sastra juga merupakan suatu keduanya selama ini cenderung untuk terpisah- terjemahan perjalanan hidup manusia ketika pisah (Damono, 2009:13). Sehingga dari manusia dengan pendapat Damono dan para ahli sastra tersebut dalam dapat disimpulkan bahwa sastra atau karya kehidupannya (Sardjono, 1995: 10). Oleh sastra sangat terkait dengan keadaan sosiologis karena itu karya sastra dapat dipandang karya sastra itu dibuat. sebagai suatu pernyataan sikap, perasaan atau Karena peristiwa-peristiwa bersentuhan yang terjadi melengkapi, dapat lingkungan sosial di sekitar pengarang atau tersebut saling malahan keterkaitan nyatanya anatara karya pemikiran yang dimiliki oleh pengarang sastra dan sosiologis sekitar, maka pendekatan mengenai hal-hal yang terjadi di sekitarnya. sosiologi sastra sangat dibutuhkan peneliti Hal yang pengarang pilih haruslah suatu isu sastra dalam meneliti hal-hal sosiologis yang yang ia pandang menarik dan menyentuh bagi terkait dirinya secara personal. Dalam memandang sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan sebuah isu yang sama, dua orang pengarang saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap dalam karya sastra. Pendekatan aspek dokumenter sastra, landasannya adalah dan 3). Audien atau pembaca (1981: 178). gagasan bahwa sastra merupakan cermin Dari penjelasan Abrams mengenai pendekatan zamannya. sosiologi sastra tersebut dapat dijadikan acuan Suatu karya sastra tidaklah cukup pengajar dalam pengajaran sastra yang dipahami kalau hanya diteliti strukturnya saja menggunakan pendekatan sosiologi sastra, tanpa bekerjasama dengan disiplin ilmu lain. menjadi semacam langkah-langkah dalam Hal ini dikarenakan, permasalahan yang menganalisis karya sastra. terkandung di dalam suatu karya sastra pada Dari ketiga yang disebutkan diatas, dasarnya merupakan masalah masyarakat. cukup diambil dua dari ketiga hal tersebut, Jakob Sumardjo mengungkapkan bahwa sastra yakni sosiologi penulis dengan budaya tempat adalah produk masyarakat. Ia berada di tengah ia tinggal dan karya dengan kondisi sosial masyarakat karena dibentuk oleh anggota- yang direfleksikan di dalamnya. Pengambilan anggota masyarakat berdasarkan desakan- dua hal tersebut dikarenakan pendekatan yang desakan ketiga cukup rumit dimengerti oleh siswa atau emosional atau rasional dari masyarakatnya. Jadi jelas bahwa kesusasteraan mahasiswa di luar jurusan sastra. dapat dipelajari berdasarkan disiplin ilmu sosial juga, dalam hal ini sosiologi (Sumardjo, HASIL DAN PEMBAHASAN 1979:12). Aplikasi dalam Pengajaran Sastra Pengajaran sastra menggunakan 1. Penulis dengan Sosial Budayanya. pendekatan sosiologi sastra merupakan bagian Dalam penerapan pengajaran sastra dari pengajaran sastra yang tidak hanya menggunakan pendekatan sosiologi sastra, berfokus kepada unsur intrinsik pada karya karya sastra yang dipilih adalah novel The sastra. Dengan metode ini siswa akan diajak Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald dan melihat unsur ekstrinsik, yaitu unsur-unsur cerpen “Robohnya Surau Kami" karya A.A. yang ada diluar karya sastra. Membahas unsur Navis, berkaitan dengan pendekatan sosiologi ekstrinsik tersebut merupakan suatu hal yang sastra pengarang dengan lingkungan budaya baru bagi siswa atau mahasiswa diluar jurusan tempat ia tinggal. Yang perlu dilakukan dalam sastra. Tentunya ini merupakan hal yang langkah menarik, karya sastra tidak akan terlihat membaca karya sastra dan biografi pengarang sempit bagi kalangan umum. tersebut. Di sini, pengarang yang akan dibahas Menurut Abrams (1981) dalam A pertama adalah pengajar harus adalah F. Scott Fitzgerald. Glossary of Literature Term ada tiga perhatian Fitzgerald adalah penulis Amerika yang dapat dilakukan oleh kritikus atau yang tenar pada awal abad 20, yang terkenal peneliti yaitu dalam menggunakan pendekatan dengan adanya era Jazz Age atau Roaring sosiologi sastra: 1) Penulis dengan lingkungan Twenties, yakni Amerika Serikat sedang budaya tempat ia tinggal, 2) Karya dengan mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya, pesat setelah Perang Dunia I. Analisis pengarang ini difokuskan terhadap keterkaitan pengarangnya, F. Scott Fitzgerald?” dari pengarang dengan budaya dimana ia tinggal. pertanyaan Sehingga hal yang pertama dilakukan oleh perbedaan opini dan pendapat dari siswa yang pengajar adalah meneluri informasi kehidupan telah membaca novel The Great Gatsby. nyata sosok F. Scott Fitzgerald melalui Sedikit informasi bahwa tokoh Jay Gatsby pembacaan biografinya. Hubungan antara memiliki kesamaan cerita dengan kisah hidup pengarang dan lingkungan budaya ia tinggal F. tersebut memiliki kesamaan cerita asmara mereka, setidaknya akan melahirkan Scott tersebut akan Fitzgerald. memunculkan Keduanya hampir apabila Jay Gatsby mengejar cinta tokoh Daisy pertanyaan yang diberikan kepada siswa. Sebelum memberi pertanyaan kepada yang merupakan anak pejabat militer, siswa, pengajar memberikan dua buah bacaan, sedangkan F. Scott Fitzgerald menikahi Zelda yaitu novel The Great Gatsby dan informasi yang merupakan anak pejabat pengadilan singkat biografi F. Scott Fitzgerald sebagai setempat. Meskipun demikian, pengajar harus pengarangnya. Setelah siswa telah membaca mengingatkan dan memberi penjelasan kepada keduanya, barulah pengajar mulai memberi siswa bahwa sastra tidak mutlak cermin dari pertanyaan. Contoh pertanyaan dapat berupa kenyataan. Hal ini telah diungkapkan oleh Ian “Seperti yang diketahui, F. Scott Fitzgerald Watt dalam Damono (2009: 5) dalam esainya adalah penulis yang berasal dari Amerika “Literature and Society” bahwa pengarang Serikat, coba anda sebutkan hal-hal yang sering menunjukkan seorang penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya. pengarang yang berasal dari Amerika?”. Dengan demikian, meskipun ada kemiripan Jawaban yang diberikan para siswa akan selalu kisah pengarang dengan karyanya, kemiripan bervariasi, seperti latar setting novel The Great tersebut tidak dapat dijadikan pembenaran. bahwa ia adalah mempengaruhi pemilihan dan Gatsby ada di wilayah New York dan Long Pada karya sastra yang kedua adalah Island. Meskipun tidak semua cerita rekaan cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. seperti novel dan cerpen mempunyai latar Nafis. Sama seperti yang dilakukan analisis tempat yang yang jelas, setidaknya sebelum pertama yaitu pembacaan biografi memilih karya sastra, penulis harus mengenal penulis. Di era teknologi elektronik yang maju terlebih dahulu karya sastra yang digunakan saat ini, pengajar tidak perlu bersusah payah dalam pengajaran. untuk mencari keterangan di perpustakaan Pertanyaan mengenai pengarang dapat sekolah atau institusi ia mengajar, cukup pribadi dengan bantuan pencarian di mesin pencari pengarang, dengan catatan pengajar harus seperti google.com, semua informasi yang menguasai satu dibutuhkan akan tersedia. Dalam pencarian pertanyaan tersebut adalah “Apakah ada tokoh biografi A.A. Navis di internet, saya rasa tidak dalam novel The Great Gatsby yang memiliki terlalu kesamaan lengkap mengenai penulis tersebut. diperluas mengarah terlebih cerita kehidupan dahulu. Salah kehidupan dengan sulit untuk didapatkan informasi Sedikit info mengenai A.A. Navis mendapat pengetahuan-pengatahuan di luar yang diambil dari situs Balai Bahasa Jambi, ia karya sastra yang dibahas, misalnya dalam hal adalah pengarang kelahiran Padangpanjang, ini mengenai informasi terhadap penulis. Sumatera Barat, pada tanggal 17 November Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan 1924. Ia merupakan anak sulung dari lima kepengarangan dan karyanya semisal sebagai belas bersaudara. Navis memulai kariernya berikut, “Seperti yang diketahui, A.A. Navis sebagai penulis ketika usianya sekitar tiga adalah puluhan. Sebenamya, ia sudah mulai aktif Padangpanjang, Sumatera Barat, dapatkah menulis sejak tahun 1950. Akan tetapi, menunjukkan kepenulisannya baru diakui sekitar tahun 1955 penulis dengan latar belakang budaya minang sejak cerpennya banyak muncul di beberapa dengan isi cerpen “Robohnya Surau Kami” ?” majalah, seperti Kisah, Mimbar Indonesia, atau “Dapatkah anda menemukan ke-khasan Budaya, cerpen dan Roman, termasuk cerpen pengarang yang bahwa Robohnya berasal adanya Surau dari keterkaitan Kami dengan “Robohnya Surau Kami” diterbitkan pada latarbelakang minang yang dimiliki oleh tahun 1955 Selain cerpen, Navis juga menulis penulis, A.A. Navis ?”. naskah sandiwara untuk beberapa stasiun RRI, Kedua pertanyaan menimbulkan Palembang, dan Makassar. Seterusnya, ia juga tersebut mulai menulis novel. Tema-tema yang muncul seingga menimbulkan diskusi yang menarik. dalam karya-karya A.A. Navis biasanya Siswa akan menerka-nerka jawaban dengan isi bernafaskan keagamaan cerita keseluruhannya cerpen tersebut. Namun sekitar masyarakat Minangkabau. Tentang hal yang mungkin apabila siswa kurang aktif, kehadirannya di percaturan sastra Indonesia, pertanyaan-pertanyaan tersebut mustahil akan A. Navis dijawab. Disini tugas pengajar selain mengajar sebenarnya bukan seorang pengarang besar, yaitu membimbing. Bimbingan pengajar dapat tetapi seorang pengarang yang menyuarakan dilakukan dengan menyuruh siswa mencari suara Sumatera di tengah konsep Jawa informasi di internet atau langsung diarahkan (pengarang Jawa) sehingga ia layak disebut untuk menjawab dengan bantuan pengajar itu sebagai sendiri. Pengajar memberikan jawaban dengan kedaerahan Teeuw berkomentar dan bahwa pengarang “Angkatan jawaban. akan seperti Stasiun RRI Bukittinggi, Padang, akan banyak tersebut mengembang dan Jawaban meluas penjelasan-penjelasan yang logis. Misalnya Terbaru”(balaibahasa.org). mengenai untuk pertanyaan pertama dan kedua, ke- pengarang, A.A. Navis, pengajar segera khasan budaya minang dapat ditemukan mencari beberapa melalui pencarian istilah-istilah minang itu pertanyaan yang terkait dengan pengarang dan sendiri, misalnya penggunaan kata garin oleh karyanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan A.A. Navis. Garin adalah sebutan untuk memicu perdiskusian yang akan menarik bagi penjaga surau di masyarakat Minangkabau. siswa. Siswa secara langsung berbicara dan Dari informasi yang kecil tersebut, siswa Dari sedikit informasi permasalahan atau secara tidak langsung mendapat pengetahuan 2. Karya dengan Kondisi Sosial yang yang Direfleksikan di Dalamnya. baru mengenai kebudayaan Minangkabau, terlebih siswa yang berasal dari luar Minangkabau. Pendekatan yang kedua adalah mengkaitkan karya sastra dengan kondisi Pertanyaan lain mengenai sosiologi sosial yang direfleksikan didalamnya. Kata pengarang dapat diperoleh dengan mengajak refleksi ini tidak seperti cermin, karya sastra siswa membaca dahulu cerpen persis seperti apa yang ada dalam kenyataan. Setelah siswa Pengarang pasti telah merubah kenyataan alam membaca dengan cermat, pengajar sebelum nyata ke dalam novel atau karya sastra. Hal memberikan informasi mengenai pengarang yang pertama dilakukan adalah pengajar harus dapat mencari Robohnya terlebih Surau Kami. memberikan dengan pertanyaan informasi sebanyak-banyaknya sederhana, misalnya “Setelah anda membaca mengenai kondisi sosial pada saat novel cerpen “Robohnya Surau Kami”, kira-kira tersebut ditulis. Masih dengan novel yang dapatkah anda dari mana sama, novel The Great Gatsby ditulis atau Pertanyaan yang diluncurkan pada tahun 1925 di Amerika sederhana tersebut akan memicu siswa untuk Serikat. Dengan demikian, tahun 1925 dapat berpikir lebih luas, tidak berpikir hanya dijadikan acuan untuk mencari informasi sebatas dan sebanyak-banyaknya mengenai kondisi sosial pengalaman siswa juga secara tidak langsung novel The Great Gatsby. Akan tetapi, lebih diasah. baik jika mencari latar waktu di dalam novel pengarang mengetahui berasal?”. isi cerita. Pengetahuan Bila digambarkan skema mengajar tersebut. Hal ini berguna untuk menghindari sastra dengan pendekatan sosiologi sastra adanya khususnya mengenai kondisi sosial suatu karya. Sebab, keterkaitan antara pengarang kesalahan pencarian informasi dengan lingkungan budayanya maka akan tidak terlihat seperti berikut, kondisi sosialnya menurut karya tersebut semua karya sastra merefleksikan dibuat. Di dalam novel The Great Gatsby, latar waktu yang ditemukan adalah tahun 1922. Membaca Karya Sastra Mencari Biodata Pengarang Latar waktu tersebut dapat menjadi acuan pertanyaanpertanyaan mengenai pengarang dan lingkungan budayanya mengenai informasi kondisi sosial novel tersebut. Setelah mengetahui bahwa tahun 1922 atau 1920 an, maka yang perlu diketahui oleh pengajar adalah pencarian informasi kondisi sosial Amerika 1920 an. Pertanyaan yang membantu pengajar adalah “Ada kejadian- Gambar 1 kejadian apa yang terjadi pada saat itu, 1920 an?” sebagai informasi, tahun 1920 terjadi peningkatan ekonomi masyarakat Amerika Untuk karya sastra yang kedua yakni karena tingginya arus investasi yang masuk di cerpen, pengajar masih dapat berpijak pada dalam negara Amerika, terutama di bursa tahun terbit cerpen tersebut. “Robohnya Surau saham Wall Street New York. Selain itu juga Kami” diterbitkan pada tahun 1955. Setelah adanya budaya mengetahui tahun terbit cerpen tersebut, konsumerisme dan alkoholisme yang tinggi di pengajar harus mencari tahu kondisi sosial masyarakat Amerika. Sebagian besar Minangkabau pada saat itu. Jika hal itu sulit masyarakat Amerika kalangan atas tingkat gejala-gejala dilakukan, pencarian data-data mengenai dengan kondisi sosial Minangkabau dapat diperluas ke Masalah arah pencarian data-data ataupun informasi alkoholisme, pada saat itu Amerika melaran mengenai kondisi sosial Indonesia pada saat semua bentuk aktifitas peredaran minuman itu, tahun 1955. Sehingga pembahasan akan beralkohol atau minuman keras, baik legal menjadi variatif, tidak terpaku kepada kondisi maupun ilegal. Dampak pelarangan tersebut sosial masyarakat Minangkabau. menghambur-hamburkan mengadakan uangnya pesta-pesta. Amerika Setelah mencari informasi tentang mencari penghasilan di bidang penyelundupan kondisi sosial saat cerpen tersebut diluncurkan, minuman keras. Alkohol ilegal beredar di pengajar masyarakat dengan harga yang cukup tinggi. pertanyaan yang memancing siswa untuk Hal berdiskusi. membuat ini sebagian masyarakat dikarenakan, adanya tingginya segera mencari Pertanyaan pertanyaan- mengenai kondisi Para sosial Minangkabau yang direfleksikan ke penyelundup minuman keras atau sring disebut dalam cerpen “Robohnya Surau Kami” seperti bootlegers tersebut banyak yang menjadi sebagai berikut, “Apa pentingnya sebuah surau orang kaya baru, umumnya mereka berasal bagi masyarakat Minang?” pertanyaan ini dari kelas menengah. mungkin akan membuat siswa bertanya-tanya permintaan alkohol di masyarakat. kondisi karena siswa yang mempunyai latar belakang sosial Amerika 1920 an, maka apabila di luar kebudayaan Minang pasti akan dikaitkan dengan novel The Great Gatsby, ada menjawab beberapa pertanyaan yang dapat memicu mengenai surau bagi masyarakat di luar diskusi bagi siswa, antara lain “Mengapa masyarakat Minang hanyalah sebuah tempat terjadi adanya pesta-pesta baik di rumah tokoh ibadah, sebutan lain untuk masjid ataupun Gatsby dan sebagian di tempat lain di dalam mushola. Bagi masyarakat Minang, Surau novel The Great Gatsby? Mengapa adanya memiliki fungsi yang cukup luas, tidak kata bootleging di dalam novel The Great sekadar tempat ibadah. Di surau, seorang anak Gatsby ? Faktor apa yang membuat tokoh terutama remaja putra akilbalig tidak hanya Nick Carraway mencari pekerjaan sebagai diwajibkan mengaji-mendalami Al-Quran atau pialang saham di kota New York di dalam seluk-beluk agama Islam, tetapi juga dibekali novel The Great Gatsby? ilmu bela diri pencak silat dan kesenian. Dari informasi mengenai dengan sederhana. Pandangan Kecuali itu, mereka pun dilatih menyimak dan direfleksikan didalamnya, maka akan terlihat menuturkan berbagai pengalaman sehari-hari, sehari seperti berikut, serta mendiskusikan permasalahan masalahan hidup dan kehidupan (harianhaluan.com). Pertanyaan mengenai kondisi sosial Indonesia sekitar tahun 1955 dapat diajukan sebagai berikut, “Seperti yang diketahui tahun 1955 Indonesia ada peristiwa penting, yakni Pemilu yang pertama ma kali diadakan oleh Indonesia, pertanyaannya adalah dapatkah anda menunjukkan enunjukkan bagian mana atau petunjuk apa yang mengindikasikan adanya refleksi suasana Pemilu di cerpen “Robohnya Surau Kami”?”. Ketika menjawab pertanyaan tersebut, siswa akan merasa heran dan Gambar 2 kemungkinan sebagian besar tidak ti dapat KESIMPULAN menemukannya. Pengajar harus arus peka terhadap Karya sastra tidak dapat dipahami karya sastra yang harus dibahas. Kepekaan secara pengajar lingkungan atau kebudayaan atau peradaban dapat dibantu dengan mencari lengkap apabila dipisahkan dari informasi seluas-luasnya luasnya mengenai karya yang yang dibahasnya. dipelajari dalam konteks yang seluas seluas-luasnya Dalam cerpen “Robohnya telah menghasilkannya. Ia harus Surau dan tidak hanya dirinya sendiri. Setiap karya Kami”, kondisi sosial Indonesia tahun 1955, sastra adalah hasil dari pengaruh timbal timbal-balik suasana pemilu, dapat dirasakan sakan melalui yang rumit dari faktor faktor-faktor sosial dan penggunaan kultural. kata-kata kata seperti “berdemonstrasi” dan “revolusioner”. Suasana Perkembangan pengajaran sastra saat pemilu dapat diperkuat dengan kutipan “ ini Cocok perkembangan sekali. berdemonstrasi Di dunia saja, dulu yang dengan semakin teknologi, pesatnya sangat kita memungkinkan untuk saling berintegrasi. peroleh” (hal 9). Seperti yang diketahui, Pengajar diharapkan lebih kreatif dalam suasana pemilu lu baik menjelang atau sesudah menyampaikan materinya, termasuk dengan pemilu cara mencari semua informasi yang diperlukan kegiatan banyak dengan diiringi berdemonstrasi marak dilakukan oleh masyarakat. melalui media internet. Kaitannya dengan Bila digambarkan, skema mengajar pendekatan sosiologi sastra, pengajar dapat sastra dengan pendekatan sosiologi sastra memperoleh akses seluas seluas-luasnya mengenai khususnya karya dengan kondisi sosial yang informasi tentang suatu karya, pengarang, dan kondisi sosial suatu tempat. Pendekatan sosiologi sastra ini sangat bermanfaat di 891:kejayaan-pendidikan- tengah pengajaran sastra yang cukup monoton, surau&catid=41:kultur&Itemid=155 yang selalu berkutat dalam analisis instrinsik. Navis, A.A. 2009. Robohnya Surau Kami: Kumpulan Cerpen. Jakarta: Gramedia Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: DAFTAR PUSTAKA Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston. Noor, Redyanto. 2007. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sosiologi Sastra: Pengantar Ringkas. Ciputat: Editum. Rahmanto. 1998. Cerita Rekaan dan Drama. Jakarta: Depdikbud. Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Dola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Rineka Cipta Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar http://balaibahasajambi.org/laman/index.php?o ption=com_content&task=view&id=7 2&Itemid=35 http://www.harianhaluan.com/index.php?optio n=com_content&view=article&id=10 Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Denpasar: Pustaka Pelajar. Sardjono, Maria A. 1995. Paham Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sumardjo, Jakob. 1979. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya.