DISKUSI TOPIK BAHAYA ROKOK Disusun oleh: Evan Regar 0906508024 Faradila Keiko 0906508062 Farah Asyuri Yasmin 0906552611 Hanifah Rahmani Nursanti 0906487814 Herliani Dwi Putri Halim 0906487820 Rombongan E Modul Praktik Klinik Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1.Pendahuluan Tembakau membunuh separuh penggunanya. Tembakau membunuh hampir 6 juta orang setiap tahunnya, dimana 5 juta merupakan perokok dan mantan perokok, dan lebih dari 600.000 merupakan perokok pasif. Satu orang meninggal setiap 6 detik karena tembakau dan hal ini menyumbang 1 di antara 10 kematian orang dewasa. Apabila hal ini dibiarkan, tahun 2030 kematian yang disebabkan rokok dapat meningkat menjadi 8 juta. Sebanyak 22% dari populasi dunia yang berusia di atas 15 tahun adalah perokok. Total perokok di dunia adalah satu biliar, 80% diantaranya tinggal di negara dengan pendapatan menengah dan rendah. Konsumsi produk tembakau meningkat secara global, namun pada negara dengan pendapatan tinggi dan menengah ke atas konsumsinya menurun.1 Bahaya Rokok Sumber: ASH. Smoking and respiratory disease. Action on Smoking and Health; UK: February 2011. Menurut IARC (International Agency for Research on Cancer) tahun 2009, merokok merupakan penyebab 15 tipe kanker, yaitu kanker kandung kemih, sumsum tulang (leukimia myeloid), cervix, colorectal, ginjal, laring, hati, paru, mulut (bibir dan lidah), hidung, esofagus, ovarium, pankreas, faring, dan abdomen. Kanker payudara juga dihubungkan dengan merokok.1 Kanker paru merupakan salah satu bentuk yang tersering di dunia, dengan 1,61 juta kasus baru dan 1,38 kematian setiap tahunnya. Kanker paru merupakan kanker yang paling sering diasosiasikan dengan merokok, dimana 85-90% pasien dengan kanker paru merupakan perokok aktif maupun pasif. Risiko kematian yang diakibatkan kanker paru meningkat seiring jumlah rokok perhari, namun durasi merokok merupakan penentu terpenting. Perokok yang mulai merokok sejak muda memiliki risiko kanker paru yang meningkat. Mantan perokok dengan kanker paru yang mulai merokok pada usia 15 tahun memiliki mutasi sel dua kali lipat dibandingkan dengan yang memulai pada usia 20 tahun.1 SCOTH (Scientific Committee on Tobacco and Health) di UK melaporkan peningkatan risiko kanker paru pada perokok pasif sebanyak 20-30%. Menurut IATC, terdapat juga peningkatan risiko untuk kanker kandung kemih. Anak-anak yang terpapar asap rokok memiliki risiko terkena kanker paru tiga kali lipat di kemudian hari dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok. Menurut British Medical Association, perokok pasif anak dapat menyebabkan kanker baik pada usia anak (kanker otak dan limfoma) maupun dewasa (kanker paru, kanker saluran napas dan saluran cerna atas, kanker nasal adenoid cystic, kanker pankreas) nantinya.1 Selain kanker, merokok juga menyebabkan berbagai macam penyakit respiratori. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit dengan rokok sebagai penyebab terseringnya (80% dari seluruh kasus PPOK). Penyebab PPOK lainnya adalah pajanan pekerjaan, polusi udara, serta perokok pasif. Menurut WHO, 210 juta orang di dunia menderita PPOK. Separuh perokok mengalami obstruksi jalan napas dan 10-20% mengalami PPOK. Perokok pasif anak dihubungkan dengan perkembangan emfisema saat dewasa.2 Pneumonia merupakan salah satu dari lima besar penyebab kematian di dunia. Baik perokok aktif maupun pasif merupakan faktor risiko community-acquired pneumonia (CAP). Pneumonia dihubungkan dengan jumlah rokok yang dikonsumsi pertahun.2 Tuberkulosis juga diasosiasikan dengan merokok. TB lebih sering terjadi pada perokok daripada bukan perokok, dan perokok memiliki risiko TB yang lebih tinggi. Merokok juga diasosiasikan dengan kasus kambuh TB.2 Paparan asap rokok pada perokok pasif memicu perkembangan dan eksaserbasi asma, baik pada anak maupun dewasa. Orangtua yang merokok diasosiasikan dengan asma pada anak, dan prevalensi asma meningkat seiring jumlah perokok di rumah. Anak yang menderita asma dengan orangtua perokok, memiliki jumlah eksaserbasi asma dua kali lipat per tahun dibandingkan dengan anak yang menderita asma dengan orangtua yang tidak merokok. Perokok pasif juga memiliki risiko yang meningkat infeksi saluran pernapasan bawah seperti bronkhitis, pneumonia, dan bronkhiolitis (peningkatan risiko 72%). 2 2.Kandungan Rokok Rokok pada dasarnya merupakan tembakau yang dibakar dengan tujuan untuk dihisap asapnya oleh perokok. Komponen terpenting tembakau adalah nikotin yang bersifat toksik dan aditif sehingga mereka yang mengonsumsi mengalami ketergantungan psikis terhadap rokok. Sebatang rokok yang dibakar mengandung sekitar 4000 senyawa kimia, di mana 50 di antaranya termasuk golongan racun seperti nitrosamine, tar, formaldehid, karbon monoksida, ammonia, logam seperti cadmium, dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), polonium radioaktif, ammonia, hidrogen sianida, , dan polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs).3,4 Berikut senyawa atau zat karsinogenik yang paling berpotensi merusak sel tubuh manusia: 1.PAH (polynuclear aromatic hydrocarbone) Senyawa ini tergolong senyawa tar yang dihasilkan dari pembakaran zat organik dan terkandung dalam asap hasil pembakaran. Termasuk PAH adalah benzopyrene. Senyawa ini secara permanen berikatan dengan DNA dan mengakibatkan kematian sel atau mutasi gen. Mutasi gen dapat menghambat program kematian sel (apoptosis) sehingga sel menjadi sel kanker.3 2.Akrolein Senyawa ini berada dalam jumlah banyak dalam rokok dan merupakan hasil dari pembakaran rokok. Akrolein yang menimbulkan bau asam, dan efek iritasi. Seperti metabolit PAH, akrolein berikatan dengan DNA, terutama basa guanin. Kombinasi akrolein-guanin meginduksi mutasi selama replikasi DNA sehingga membentuk sel kanker. Namun, akrolein 1000 kali lebih banyak dari PAH pada rokok dan dapat bereaksi tanpa aktivasi metabolik.3 3.Nitrosamin Nitrosamin merupakan senyawa karsinogenik yang ditemukan pada rokok, tetapi tidak ditemukan dalam daun tembakau yang tidak diawetkan. Untuk menurunkan kadar nitrosamin, proses pengawetan daun tembakau dimodifikasi.4 4.Nikotin Nikotin tergolong sebagai stimulan dan memegang peranan utama dalam ketergantungan terhadap rokok. Zat ini yang membuat perokok ingin terus merokok. Dalam waktu kurang lebih 10 detik zat yang dihirup orang yang merokok ini dapat mencapai otak. Nikotin juga berperan dalam episode akut penyakit dengan menstimulasi pelepasan adrenalin yang meningkatkan tekanan darah, denyut jantung, dan asam lemak bebas. Pada studi yang baru, merokok dapat meningkatkan pelepasan dopamin di otak, terutama pada jalur mesolimbik, sirkuit yang sama dengan heroin dan kokain.4 5.Senyawa radioaktif Dalam jumlah yang sedikit terdapat senyawa radioaktif seperti timbal dan polonium dari hasil pembakaran rokok. Berbeda dengan senyawa tar yang larut dalam cairan paru, senyawa radioaktif bertahan lama dan terdeposit terutama di percabangan bronkial. Senyawa radioaktif yang terdeposit di paru akan melepaskan radiasi sekalipun perokok telah berhenti merokok. Kombinasi senyawa karsinogenik tar dan radiasi di organ-organ sensitif seperti paru meningkatkan risiko kanker. Bila perokok juga menghirup serat asbestos, risiko kanker meningkat.4 Selain itu, terdapat beberapa senyawa kimiawi berbahaya pada rokok, yang juga dapat ditemukan pada beberapa produk lainnya yaitu : Aseton : ditemukan pada pembersih cat kuku Asam asetat : ditemukan pada pewarna rambut Ammonia : ditemukan pada pembersih lantai Arsenik : digunakan sebagai racun tikus Butana : digunakan dalam cairan pada pemantik Cadmiun : komponen aktif pada batu baterai Karbon Monoksida : zat yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor Naftalen : zat dalam kapur barus Metanol : komponen utama dalam bahan bakar roket Nikotin : digunakan sebagai insektisida Tar : material untuk membuat aspal Toluena : komponen dalam cat tembok5 3.Indeks Brinkmann Merokok menjadi faktor risiko dari bermacam penyakit respirasi, baik penyakit obstruksi saluran nafas, infeksi, maupun keganasan. Dalam melihar riwayat merokok perlu diperhatikan antara lain jenis perokok dan derajat berat merokok. Jenis perokok yang dimaksud adalah apakah merupakan perokok aktif, perokok pasif, atau bekas perokok. Sedangkan derajat berat merokok diklasifikasikan menggunaan indeks Brinkmann, yaitu hasil dari perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dikonsumsi setiap hari dengan lama merokok dalam satuan tahun. Berikut klasifikasi derjat berat merokok:6 - 0-200 = ringan - 200-600 = sedang - >600 = berat 4.Ketergantungan Nikotin Zat kimiawi di dalam rokok terbukti dapat mengiritasi saluran nafas dan paru. Ketika sedang menghisap rokok, sel-sel di saluran napas memproduksi mukus lebih banyak. Selain itu, rokok membuat silia yang normalnya bekerja mengeluarkan benda asing dari saluran nafas menjadi kurang aktif. Kurang berfungsinya silia ini mengakibatkan mukus, bakteri dan partikelpertikel lainnya yang terinhalasi menetap di saluran nafas. Ketika sedang tidur, silia mulai berfungsi lagi membersihkan saluran nafas dan berusaha mengeluarkan partikel asing (kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya gaya gravitasi). Saat bangun, muncullah gejala berupa batuk yang merupakan salah satu cara mengeliminasi zat iritan dan mucus yang sudah terkumpul di saluran napas. Pajanan rokok dalam jangka waktu yang panjang akan membuat silia berhenti berfungsi secara total sehingga paru dan saluran napas perokok lebih mudah mengalami iritasi dan terinfeksi. 5 Suatu studi menunjukkan bahwa kebiasaan merokok dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya yang cukup dominan adalah kecanduan nikotin. Nikotin memiliki aktivitas neurofisiologis yang melibatkan kompleks neuroanatomik yaitu sistem dopamin mesolimbik yang membentang dari area tegmental ventral ke bagian basal dari otak depan. Suatu area kaya dopamine yang dikenal sebagai nucleus akumbens merupakan area utama yang mempengaruhi adiksi. Pengeluaran dopamine pada area ini akan membangkitkan kesenangan, sama halnya seperti pengggunaan alkohol atau obat-obatan narkotika.7 Faktor lainnya yang dapat memperkuat ketergantungan akan nikotin adalah karena nikotin dapat menghambat enzim monoamine oksidase. Normalnya, MAO terlibat dalam metabolisme katekolamin, termasuk dopamine. Jika enzim ini dihambat, maka metabolisme dopamine ikut terhambat sehingga kadar dopamine menjadi tinggi.7 Studi lebih lanjut menyatakan bahwa aktivitas neurofisiologi nikotin melibatkan sistem yang lebih kompleks, keberadaan nicotinic acetylcholine receptors (nAChRs) kini terbukti memainkan peranan utama dalam proses kimiawi di otak terkait ketergantungan nikotin. Beberapa subtipe nAChR, seperti alpha-4 dan beta-2 merupakan subtipe reseptor yang paling banyak ditemukan. Melalui reseptor tersebut, nikotin bekerja mempengaruhi glutamate, GABA, asetilkolin, dopamine, norepinefrin, dan serotonin. Nikotin dapat mengubah bioavailabilitas dopamin dan serotonin yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Ini merupakan efek yang timbul baik secara tidak langsung (melalui aktivitas opioid endogen) maupun langsung (melalui jalur dopamin). Efek yang ditimbulkan tergantung dari kadar nikotin dalam darah dan kadar yang berikatan dengan reseptor nAChR. 7 Sebatang rokok mengandung 1,2-2,9 mg nikotin. Perokok yang biasa menghabiskan 1 bungkus rokok per hari, berarti sudah mengabsorbsi 20-40 mg nikotin setiap harinya. Nikotin yang dihisap dari 1 bungkus rokok tersebut dapat meningkatkan kadar nikotin plasma sekitar 23- 35 ng/mL. Suatu penelitian menunjukkan bahwa nikotin yang diberikan secara perlahan akan menginduksi perasaan rileks dan sedasi. Hal ini terjadi karena nikotin dapat menstimulasi corticotropin-releasing factor (CRF) di hipotalamus yang akan meningkatkan kadar endorphin dalam darah. Berbagai efek menenangkan dan menyenangkan inilah yang membuat kebanyakan perokok sulit berhenti. 7 5.Environmental Tobacco Smoke Asap rokok dari perokok aktif yang diekshalasi ke lingkungan (environmental tobacco smoke) menjadi penyebab 3000 kematian akibat kanker paru setiap tahunnya. Pada orang dewasa yang sering terpapar asap rokok (perokok pasif), ditemukan penurunan fungsi paru dan peningkatan produksi sputum dibandingkan populasi yang tidak terpapar. Pada anak-anak, kejadian ini lebih sering menyebabkan infeksi saluran napas bagian bawah seperti bronchitis dan pneumonia. Disamping itu, ETS juga diasosiasikan dengan perburukan kondisi asma pada anakanak. Diperkirakan terdapat 200.000 – 1.000.000 anak dengan asma yang mengalami perburukan kondisi akibat ETS. Oleh tingginya angka tersebut, kini ETS dijadikan faktor risiko timbulnya asma pada anak-anak.8 Pajanan langsung terhadap asap rokok memberi efek pada saluran napas yang gejalanya tergantung mekanisme spesifik di area anatomis tertentu. Respon fisiologi yang timbul akibat ETS secara umum tidak juga berbeda dibandingkan pada perokok aktif, hanya saja responnya lebih ringan. Respon fisiologis tersebut seperti : meningkatnya produksi mukus, menurunnya pergerakan silia di saluran napas, peningkatan produksi leukosit dan pergerakannya ke lumen saluran napas, meningkatnya permeabilitas mukosa saluran napas terhadap allergen (diasosiasikan dengan peningkatan IgE dan jumlah eosinofil). 8 Suatu percobaan pada hewan, menunjukkan bahwa paparan asap rokok dapat menginduksi respon local dan sistemik, termasuk peningkatan TNF-alpha, IL-5, monocyte chemoattractant protein (MCP)-1, dan densitas substansi P di sepanjang epitel bronchial sehingga mengakibatkan berbagai respon diatas. Pajanan asap rokok pada masa perinatal secara signifikan meningkatkan jumlah sel mast, eosinofil, monosit, dan limfosit pada paru. Selain itu juga dapat menurunkan aktivitas fagositik makrofag alveolar. Oleh karena itu, bayi yang sudah terpajan asap rokok sejak masa perinatal memiliki kecenderungan infeksi saluran nafas atau asma lebih tinggi dibandingkan yang tidak terpajan. 8 6.Patofisiologi Bahaya Rokok Terhadap Kerusakan Organ Tubuh Pada umumnya rokok menyebabkan suatu proses inflamasi, apoptosis selular, perubahan jalur biomolekular dan seluler, destruksi matriks ekstraseluler, serta suatu proses stres oksidatif pada saluran napas maupun parenkim paru. Selain menyebabkan hal di atas, komponen dalam asap rokok juga memiliki potensi karsinogenesis (bahan karsinogenik).9 Asap rokok mengandung ribuan komponen kimia, termasuk di antaranya sekitar 1015 spesi reaktif dalam fase gas (seperti NO). Terdapat pula komponen tembakau berupa nikotin, nitrosamin 4-metilnitrosamino-1-3-piridil-1-butanon (NNK) dan N’-nitrosonornikotin (NNN). Komponen ini dapat mentransduksikan sinyal melalui reseptor fungsional nikotin asetilkolin (nAChR). Bronkitis kronik ditandai dengan produksi mukus berlebihan serta serangan inflamasi dari sel-sel inflamasi kronik di dinding bronkus. Asap rokok dapat meningkatkan ekspresi CD95L, suatu ligan, di bronkiolus tikus. CD95L yang merupakan ligan ini memediasi respons imun yang mengakibatkan terjadinya peningkatan sel CD8+ sel T sitotoksik. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah sel T CD8+ di sputum, intraluminal bronkus (termasuk di antaranya epitel, submukosa, kelenjar bronkial, otot polos, serta folikel limfoid).9 Respons imun inflamasi yang dihasilkan dapat mengakibatkan efek siliotoksik, peningkatan sekresi mukus, akumulasi sel inflamasi di saluran napas. Ada pula bahan yang langsung dapat menimbulkan kerusakan pada epitel saluran napas (misalnya komponen asam, amonia, aldehida) yang juga pada akhirnya menginduksi inflamasi lokal. Efek sililtoksik mengakibatkan bersihan mukosilier terganggu. Rangsangan kronik mengakibatkan hiperplasia sel goblet dan berujung kepada peningkatan produksi mukus dan semakin meretensi mukus di saluran napas yang berpredisposisi bagi kolonisasi bakteri dan infeksi sehingga dapat mengakibatkan inflamasi yang tereksaserbasi. 10,11 Metabolisme dari Spesi Reaktif Sumber: Behr J, Nowak D. Tobacco smoke and respiratory disease. [Internet] Cited: 2012 Nov 17. Available from: http://www.pneumonologia.gr/articlefiles/20070509_7.pdf Spesi reaktif juga dapat mengganggu keseimbangan antara zat protease dengan antiprotease. Protease merupakan enzim yang dapat mendegradasi matriks jaringan, sedangkan aktivitas protease akan dihambat oleh antiprotease. Spesi reaktif dapat menginaktivasi antiprotease (seperti alfa-1 proteinase inhibitor). Seakan semakin memperparah, protease dapat diaktifkan oleh spesi reaktif sehingga terjadi imbalans protease/antiprotease yang mendukung aktivitas proteolitik, mengakibatkan kerusakan jaringan dan inflamasi.10,11 Secara fisiologis, paru memiliki zat antioksidan alamiah seperti protein serum, transferin, seruloplasmin, laktoferin, taurin, vitamin C dan E, glutation (GSH), serta enzim SOD dan katalase. Oksidan dapat mengakibatkan kerusakan pada zat antioksidan ini. Penelitian menunjukkan bahwa kadar GSH pada perokok jauh lebih rendah dibandingkan pada yang tidak merokok.10,11 Patofisiologi Kandungan Rokok dengan Kelainan Paru Sumber: Behr J, Nowak D. Tobacco smoke and respiratory disease. [Internet] Cited: 2012 Nov 17. Available from: http://www.pneumonologia.gr/articlefiles/20070509_7.pdf Selain daripada COPD dan kanker paru, penyakit inflamasi paru lain yang dapat timbul antara lain penyakit paru interstisial seperti sarkoidosis, fibrosis paru idiopatik, pneumokonios, dan penyakit jaringan ikat lainnya.11 7.Penutup Rokok mengandung ribuan zat kimia yang dapat merusak tidak hanya organ tubuh perokok aktif, tetapi juga perokok pasif. Berbagai studi membandingkan perokok pasif yang terpajan asap rokok lebih dari delapan jam per hari dengan perokok aktif yang menghisap rokok satu sampai tiga batang. Seseorang yang terpajan dengan asap rokok akan menghirup jumlah kontaminan yang setara dengan perokok aktif berupa: kadar karbon monoksida yang sama dengan perokok aktif apabila terpajan asap rokok 1-2 jam jumlah partikel asap yang sama dengan perokok aktif dalam sebelas jam, kadar akrolein yang sama dengan perokok aktif dalam tujuh jam, kadar nikotin dan hidrogen sianida yang sama dalam lima puluh jam.12 Selain penyakit paru seperti kanker paru, PPOK, dan asma, rokok dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker gastrointestinal, kanker ginjal, dan kelainan pada janin yang dikandung. Wanita hamil yang terpajan asap rokok berisiko dua sampai tiga kali lipat melahirkan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah dan peningkatan risiko untuk mengalami asma serta alergi ketika masa kanak-kanak.12 Oleh karena itu, diperlukan peranan dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sendiri dalam mencegah dan menanggulangi bahaya rokok. Sumber Pustaka: 1 ASH. Smoking and cancer. Action on Smoking and Health; UK: March 2011 2 ASH. Smoking and respiratory disease. Action on Smoking and Health; UK: February 2011. 3 Tanuwihardja RK, Susanto AD. Rokok Elektronik. J Respir Indo Vol. 32, No. 1, Januari 2012. 53-61. 4 Rodgman A, Smith CJ, Perfetti TA. The composition of cigarette smoke: retrospective, with emphasis on polycyclic components. Human & Experimental Toxicologu (200) 19, 573-95. 5 American Cancer Society. Smoking, Tobacco, and Health. Diunduh dari: http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/002974-pdf.pdf 17 Nov 2012 6 PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK. 2003. Jakarta: PDPI; p. 3. 7 Lande RG. Nicotine Addiction: Pathophysiology. Medscape (Juli 2012). Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/287555-overview#a0104 8 Murphy TD. Passive Smoking and Lung Disease. Medscape (Maret 2012). Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1005579-overview#a0101 9 Stinn W, Buettner A, Weiler H, Friedrichs B, Luetjen S, Overveld FV, et al. Lung inflammatory effects, tumorigenesis, and emphysema development in a long-term inhalation study with cigarette mainstream smoke in mice. Toxicology. (2012) 10 Yoshida T, Tuder RM. Pathobiology of cigarette smoke-induced chronic obstructive pulmonary disease. Physiol Rev. 2007(87):1047-82 11 Behr J, Nowak D. Tobacco smoke and respiratory disease. [Internet] Cited: 2012 Nov 17. Available from: http://www.pneumonologia.gr/articlefiles/20070509_7.pdf 12 Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Environmental Tobacco Smoke (ETS): General Information and Health Effects. (18 Nov 2012). Diunduh dari http://www.ccohs.ca/ oshanswers/ psychosocial/ets_health.html.