ANALISIS PERKEMBANGAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT DI EMPAT KABUPATEN PROVINSI RIAU Oleh : Ismon Zakya Balitbang Provinsi Riau Kredit Usaha rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung oleh fasilitas penjaminan untuk usaha produktif (Peraturan Menteri Keuangan No. 135.PMK.05/2008). Kredit Usaha rakyat di Indonesia mulai diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 5 Nopember 2007. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) diberikan kepada UMKM dan Koperasi yang memiliki kemampuan untuk mengembalikan dan yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain; pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Tujuan pelaksanaan program KUR adalah menningkatkan akses kredit pembiayaan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani kepada Lembaga Keuangan Perbankan. Pada tahun 2013 Balitbang Provinsi Riau bekerjasama dengan Pusat Penelitian Industri dan Perkotaan Universitas Riau mengadakan kajian tentang ‘Kajian Dampak Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap Pengentasan Kemiskinan di Empat Kabupaten Provinsi Riau’. Salah satu tujuannya adalah menganalisis perkembangan penyaluran KUR di Provinsi Riau. Kajian dilaksanakan di Provinsi Riau dengan mengambil 4 lokasi yaitu Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak dan Kota Pekanbaru. Perkembangan penyaluran KUR yang diteliti mulai tahun 2007-2012. Metode pengumpulan data melalui studi literatur dan pengumpulan data sekunder dari Bank Indonesia dan Bank Pelaksana KUR di Provinsi Riau, sedang perkembangan data dikumpulkan melalui survey UMKM yang dilakukan di lapangan. Analisis data adalah deskriptif dengan menggambarkan variabel-variabel perkembangan usaha dari penerima atau debitur KUR. Sedangkan dampak penyaluran KUR terhadap penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan analisis perbandingan indikator kemiskinan pada saat sebelum menerima KUR dan setelah menerima KUR dengan menggunakan statistik imfrensial dengan menggunakan uji beda. Realisasi penyaluran kredit melalui KUR di Riau sampai dengan Nopember 2012 mencapai Rp. 2,954 T, atau sebesar 3,17 persen dari total realisasi KUR Indonesia yang mencapai Rp. 93,220 T. Jumlah debitur KUR pada semua sektor usaha di Riau sampai dengan Nopember 2012 sebanya 123.904 UMKM. Riau merupakan daerah nomor 7 (tujuh) terbesar dalam realisasi KUR di Indonesia. Pola penyaluran KUR di Riau dilakukan melalui Pola KUR langsung (individu) dan KUR linkage melalui lembaga perantara LMK UED-SP dan koperasi yang sudah dikembangkan di Riau. Karakeristik debitur KUR dilihat dari umur, dimana pengguna KUR didominasi oleh pengusaha yang berumur 20-40 tahun diatas 50% untuk Kabupaten Rokan Hulu, Kampar dan Kota Pekanbaru, sedangkan di Kabupaten Siak terbesar pengusaha berumur 41-65 tahun (66,67%). Dilihat dari pendidikan terakhir, debitur KUR dari 4 Kabupaten didominasi oleh tamatan SMA, SMP, SD. Sektor ekonomi memberikan informasi mengenai penggunaan dana KUR dibagi menjadi 18 sektor usaha. Yaitu pertanian, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, listrik gas dan air, konstruksi, perdagangan, penyediaan akomodasi, transportasi, perantara keuangan, usaha persewaan, adm. Pemerintahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan, jasa perorangan, badan internasional, lainnya. Untuk Kabupaten Rokan Hulu, Kampar dan Siak di dominasi oleh sektor pertanian dengan presentase Kabupaten Rokan Hulu (60%), Kampar (80%) dan Siak (84,44%). Untuk Kota Pekanbaru penggunaan dana KUR didominasi oleh sektor perdagangan dengan kontribusi 74,9% dan 11,1 % digunakan oleh jasa perseorangan. Penggunaan modal yang digunakan oleh UMKM dari setiap sumber modal terdiri dari modal bantuan pemerintah, modal bantuan swasta, modal perbankan yang menunjukkan kecendrungan meningkat antara sebelum menerima KUR dibanding saat survey dilakukan. Hal ini menunjukkan volume usaha yang semakin meningkat. Kenaikan yang sangat signifikan berasal dari modal perbankan dengan jumlah maksimum meningkat dari Rp. 150.000.000 menjadi Rp. 1.000.000.000. Jumlah omset usaha debitur KUR Langsung meningkat dari Rp. 150.000.000 sebelum KUR menjadi Rp. 300.000.000 pada saat survey dilakukan. Dampak penyaluran KUR dapat dilihat pada pengembangan usaha debitur yaitu perkembangan izin usaha, peningkatan penggunaan tenaga kerja, peningkatan besaran modal usaha UMKM, peningkatan omset usha, perluasan cakupan pemasaran,dan pengembanan jalinan kemitraan usaha. Dalam penanggulangan kemiskinan terdapat 4 KK debitur KUR dalam kategori miskin, dengan adanya penyaluran KUR maka 4 KK yang tergolong miskin dapat ditanggulangi dan berkurang menjadi 0 KK. Dari hasil kajian direkomendasikan bahwa perlu peningkatan status hukum UED-SP (Usaha Ekonomi Desa - Simpan Pinjam) sebagai lembaga keuangan mikro di pedesaan agar dapat menjadi mitra penyaluran dana KUR melalui pola linkage sehingga penyaluran dana KUR semakin luas Sumber Balitbang Riau. 2013. Kajian Dampak Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap pengentasan kemiskinan di empat Kabupaten Provinsi Riau. Pekanbaru: Balitbang Riau (ISZA)