paket kebijakan ekonomi tahap iv - Kementerian Koordinator Bidang

advertisement
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Republik Indonesia
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III DAN IV
Bali, 20 Oktober 2015
Pendahuluan
Tantangan Pembangunan Ekonomi
2
2
Bauran Kebijakan Fiskal, Moneter dan Regulasi Sektor Riil
1. Insentif
2. Subsidi
3. Pembiayaan
1.
2.
Koordinasi
Regulasi
1. Suku Bunga
2. Uang Beredar
3
Paket Kebijakan Ekonomi
Mendorong Daya Saing Industri Nasional
(Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif
Fiskal)
Kemudahan Perizinan Investasi
dan Devisa Hasil Ekspor
Paket
Kebijakan
Ekonomi
Persoalan upah buruh, kredit usaha
rakyat (KUR), hingga lembaga
pembiayaan ekspor.
Kemudahan Usaha Jasa
Keuangan, Pembiayaan Ekspor,
dan Pengurangan Beban Usaha
4
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III
Menekan Biaya:
Kemudahan Usaha Jasa Keuangan, Pembiayaan Ekspor, dan Pengurangan Beban Usaha
1. Paket Kebijakan OJK
1. Relaksasi ketentuan persyaratan kegiatan usaha, penitipan valuta asing dan
pengelolaan (trust) bank
 Merupakan stimulus, untuk mengelola valas, terkait pengelolaan valas hasil ekspor
 Memperbanyak jumlah bank untuk mengelola valas sehingga tidak perlu menggunakan kantor
bank asing yang ada di dalam negeri tapi bisa menggunakan bank dalam negeri.
2. Launching skema asuransi pertanian
 Diterapkan untuk asuransi usaha tani padi (premi 80% dibayar oleh pemerintah sebagai
subsidi dan 20% dibayar petani sehingga risiko kerugian petani bisa diminimalisir, dengan
tujuan petani menjadi bankable
3. Revitalisasi industri modal ventura, dalam mendukung UMKM khususnya start
up bisnis yang kadang-kadang sulit mendapatkan pendanaan perbankan
terutama industri kreatif.
4. Pembentukan konsorsium berbasis ekspor dan ekonomi kreatif serta UMKM
5. Pemberdayaan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia (LPEI)
 Mengubah dasar peraturan operasional ini menjadi selayaknya perusahaan pembiayaan.
6. Implementasi “One Project Concept” terkait kualitas kredit perbankan
 Bank wajib menetapkan kualitas aset yang sama untuk membiayai debitur baik satu atau lebih
bank..
6
2. Penurunan Harga BBM, Listrik Dan Gas  Daya Beli
Avtur
LPG 12 kg
Solar
Pertalite
Pertamax
 Avtur, LPG 12 kg, Pertamax, dan Pertalite efektif turun sejak 1 Oktober
2015.
 Solar turun Rp. 200/liter, menjadi Rp. 6.700 per liter. Penurunan harga
BBM jenis solar juga akan berlaku untuk BBM jenis solar non-subsidi.
 BBM jenis premium tetap.
7
3. Penurunan harga gas dan harga listrik  Daya Saing
Harga Gas
 Harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai
dengan kemampuan daya beli industri pupuk, yakni sebesar US$ 7
mmbtu (Million British Thermal Unit).
 Harga gas industri lainnya (petrokimia, keramik, dsb) diturunkan
sesuai dengan kemampuan industri masing-masing, dengan
melakukan efisiensi pada sistem distribusi gas serta pengurangan
penerimaan negara atau PNBP gas tanpa mempengaruhi penerimaan
yang menjadi bagian perusahaan gas Kontrak Kerja Sama. (efektif
berlaku mulai 1 Januari 2016)
Harga Listrik
 Penrunan Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan I4 mengikuti
turunnya harga minyak bumi (Automatic Tariff Adjustment).
 Diskon hingga 30% untuk pemakaian mulai 23:00 hingga 08:00
 Penundaan pembayaran tagihan rekening listrik hingga 60% dari
tagihan selama setahun dan melunasi 40% sisanya secara angsuran
pada bulan ke-13, khusus untuk industri padat karya
ketenagalistrikan rendah.
8
4. Perluasan penerima KUR dan Penyederhanaan izin pertanahan untuk
kegiatan penanaman modal
Perluasan wirausahawan penerima KUR
a. Penurunan bunga KUR dari sekitar 22% menjadi 12% persen.
b. Keluarga yang memiliki penghasilan tetap atau pegawai, dapat menerima KUR
untuk sektor usaha produktif.
Penyederhanaan izin pertanahan dalam kegiatan penanaman modal
 Pemohon mendapatkan informasi tentang ketersediaan lahan (7 hari  3 jam);
 Percepatan jangka Waktu pengurusan:
• Hak Guna Usaha (HGU) dari 30 – 90 hari menjadi 20 hari (s/d 200 ha) atau 45 hari
(> 200 ha)
• Perpanjangan/pembaruan HGU dari 20 – 50 hari menjadi 7 hari (s/d 200 ha) atau
14 hari (> 200 ha)
• Permohonan HGB/Hak Pakai dari 20 – 50 hari menjadi 20 hari (s/d 15 ha) atau
30 hari (>15 ha)
• Perpanjangan/pembaruan HGB/Hak Pakai dari 20 – 50 hari menjadi 5 hari (s.d
15 ha) atau 7 hari (>15 ha)
• Hak Atas Tanah dari 5 hari kerja -> 1 hari kerja
• Penyelesaian pengaduan dari 5 hari kerja -> 2 hari kerja
9
Paket Kebijakan Ekonomi Tahap IV
Peningkatan Kesejahteraan Pekerja.
1. Peningkatan Kesejahteraan Pekerja dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara umum
Tambahan Pendapatan Pekerja
Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Pekerja
• Kesejahteraan pekerja
tidak tergantung semata
pada besaran upah yang
diterima,
• Melainkan juga fasilitas
sosial negara yang
membantu mengurangi
pengeluaran hidup
mereka
1.Memastikan pekerja/buruh tidak jatuh ke dalam
upah murah
2.Memastikan upah buruh naik setiap tahun dengan
besaran kenaikan yang terukur.
Pengurangan beban pengeluaran hidup
1.Memastikan perlindungan negara terhadap
kebutuhan dasar pekerja dan masyarakat pada
umumnya.
2.Kebijakan sosial seperti pendidikan, jaminan sosial
via BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan, perumahan
buruh dan MBR, transportasi buruh dan transportasi
massal
Kemudahan dalam memperoleh akses
pembiayaan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yg bisa diakses oleh pekerja
dan korban PHK.
11
Dasar Pemikiran RPP Pengupahan
Selama ini proses penetapan upah minimum diawali dari survey Kebutuhan Hidup
Layak (KHL)  dibahas dalam sidang dewan pengupahan untuk ditetapkan menjadi
nilai KHL  ditetapkan menjadi besaran nilai upah minimum.
• Kecenderungan dalam proses pembahasan besaran upah minimum selalu
menimbulkan polemik, akibat tidak adanya acuan baku dalam menetapkan nilai
upah minimum,
• Acuan yang digunakan adalah penafsiran pasal 88 ayat (4) bahwa upah minimum
ditetapkan berdasarkan KHL dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi.
PP Pengupahan disusun untuk menjamin kepastian pengupahan, dan untuk
memberikan perlindungan pengupahan secara menyeluruh kepada pekerja
Kebijakan dalam RPP Pengupahan:
• Diarahkan untuk pencapaian penghasilan dan penghidupan yang layak
• Penetapan formula perhitungan upah minimum, sehingga proses penetapan upah
minimum akan berjalan secara sederhana, adil dan terproyeksi.
12
Langkah Kebijakan dalam Penyusunan PP Pengupahan
• Mengakomodir kebiasaan pelaksanaan pengupahan menjadi norma pengaturan dalam RPP
Pengupahan.
• Mengkomunikasikan kepada pimpinan SP/SB, asosiasi pengusaha, lembaga hubungan industrial
serta kesiapan BPS menyiapkan data terkait proses penetapan upah minimum
• Menetapkan Formula Upah Minimum (UM): UMn = UMt + {UMt x (% Inflasit + % ∆ PDBt)}
• UM tahun berjalan sebagai dasar perhitungan UM yang akan ditetapkan dalam formula
perhitungan UM, sudah berdasarkan KHL.
• Penyesuaian nilai KHL pada UM secara langsung terkoreksi melalui perkalian antara UM
tahun berjalan dengan inflasi tahun berjalan (memastikan daya beli dari UM tidak akan
berkurang)
• Penyesuaian UM dengan menggunakan nilai pertumbuhan ekonomi pada dasarnya untuk
menghargai peningkatan produktivitas secara keseluruhan.
• Penetapan UM dilakukan setiap tahun berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
• Kebutuhan hidup layak dilakukan peninjauan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sekali oleh
Menteri berdasarkan hasil kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional.
• Kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional menggunakan data dan informasi
yang bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.
• Hasil peninjauan komponen dan jenis kebutuhan hidup menjadi dasar perhitungan Upah
minimum dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
13
Langkah Kebijakan pelaksanaan PP Pengupahan
• Menerbitkan 7 (tujuh) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan, tentang
Formula UM, Penetapan UMP/UMK, Penetapan UMS, Struktur Skala Upah,
THR, Uang Service dan KHL
• Meningkatkan program pembangunan rumah dan rumah susun untuk
pekerja/buruh didukung kebijakan pembiayaan perumahan yang murah,
sebagai bagian dari Program Satu Juta Rumah, baik rumah untuk MBR
(Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dan Non MBR.
• Mempertimbangkan kondisi wilayah yang beragam, pemerintah juga
menyiapkan kebijakan penetapan harga rumah sederhana tapak dan
rumah susun sederhana milik (Rusunami) per provinsi yang ditujukan
untuk kesejahteraan pekerja.
14
2. Kebijakan KUR yang Lebih Murah dan Meluas
Tujuan
 Mendorong peningkatan dan perluasan akses usaha mikro, kecil, dan menengah sektor
usaha produktif kepada pembiayaan lembaga keuangan;
 Meningkatkan inklusi finansial (dalam jangka menengah), yang saat ini masih relatif rendah
dibanding negara-negara tetangga.
Relaksasi Kredit Usaha Rakyat antara lain:
• Penambahan/perluasan sektor yang dibiayai dengan perluasan cakupan sektor yang sudah
ada ditambah sektor Jasa
• Tambahan Jangka waktu pembiayaan investasi  untuk usaha perkebunan tanaman keras
dapat diberikan maksimum 10 tahun.
• Perluasan penerima KUR untuk individu/perseorangan atau badan hukum yang meliputi:
usaha mikro, kecil, dan menengah yang produktif; calon TKI yang akan bekerja di luar negeri;
anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang berpenghasilan tetap; dan TKI yang purna
dari bekerja di luar negeri.
• Relaksasi Agunan
• Perpanjangan jangka waktu pinjaman KUR Ritail dan Mikro
• Perluasan pelaksana Penyalur KUR menjadi bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
disetujui oleh Komite Kebijakan Pembiayaan UMKM dengan monitoring yang ketat dari OJK
15
Terima Kasih
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Jalan Lapangan Banteng Timur No 2-4, Jakarta
16
Lampiran
Perubahan Formula Perhitungan UMP
Formula UMP Sebelumnya
• Sebelum menetapkan UMP, Dewan Pengupahan yang
terdiri dari terdiri dari unsur pemerintah, organisasi
pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, perguruan tinggi,
dan pakar aka melakukan survey Kebutuhan Hidup Layak
(KLH)
• Survei dilakukan setiap satu bulan sekali dari bulan Januari
s/d September, sedang untuk bulan Oktober s/d Desember
dilakukan prediksi dengan membuat metode least square.
• Hasil survei tiap bulan tersebut kemudian diambil rataratanya untuk mendapat nilai KHL. Nilai KHL ini akan
digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
penetapan upah minimum yang berlaku bagi pekerja/buruh
dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun. Upah bagi
pekerja dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih
dirundingkan secara bipartit antara pekerja atau serikat
pekerja dengan pengusaha di perusahaan bersangkutan.
• Gubernur atau bupati/walikota menetapkan nilai UMP 60
hari sebelum berlakunya yaitu 1 Januari.
Formula Baru UMP
UMn = UMt + {UMt x (% Inflasit + % ∆ PDBt)}
Keterangan:
Umn : Upah Minimum yang akan ditetapkan.
UMt : Upah Minimum tahun berjalan.
Inflasit : Inflasi tahun berjalan yang dihitung dari periode 1
Oktober tahun lalu sampai dengan 30 September tahun
berjalan.
∆ PDBt : Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun
berjalan yang dihitung berdasarkan harga konstan dan
dengan menggunakan periode kwartal III dan kwartal IV
tahun lalu dan kwartal I dan kwartal II tahun berjalan.
. Contoh:
UMt
Inflasit
∆ PDBt
UMn
UMn
: Rp. 2.000.000,: 5%
: 6%
= UMt + {UMt x (% Inflasit + % ∆ PDBt)}
= Rp. 2.000.000,- + {Rp. 2.000.000,- x (5% + 6%)}
= Rp. 2.000.000,- + {Rp. 2.000.000,- x 11%}
= Rp. 2.000.000,- + Rp. 220.000,= Rp. 2.220.000,-
18
Pengecualian 8 Provinsi
Kebijakan untuk menerapkan sistem formula ini berlaku nasional, kecuali untuk 8 (delapan)
provinsi, karena belum bisa memenuhi ketentuan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan akan
diberikan masa transisi hingga 4 tahun
Maluku Utara
Gorontalo
Papua Barat
Kalimantan
Tengah
Sulawesi Barat
Maluku
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
19
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
1
Uraian
Sektor yang
Dibiayai
Permenko 6 Tahun 2015
Pertanian, perikanan, industri
pengolahan dan perdagangan
yang terkait 3 sektor tersebut.
Perubahan
•
•
•
•
•
2
Ketentuan
Umum Usaha
Usaha produktif, layak, namun
belum memenuhi persyaratan
agunan tambahan bank.
Sektor Pertanian:
Seluruh usaha di sektor pertanian (sektor 1).
Perikanan:
Seluruh usaha di sektor perikanan (sektor 2);
Industri Pengolahan:
Seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan (sektor 4),
termasuk industri kreatif di bidang media rekaman, film, dan
video.
Perdagangan:
Seluruh usaha di sektor perdagangan (sektor 7), tidak
termasuk perdagangan barang impor.
Jasa-Jasa:
Seluruh sektor usaha yang masuk dalam: sektor penyediaan
akomodasi dan penyediaan makanan (sektor 8), sektor
transportasi – pergudangan - dan komunikasi (sektor 9), real
estate - usaha persewaan - jasa perusahaan (sektor 11),
jasa pendidikan (sektor 13)
Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badan hukum
yang meliputi:
• usaha mikro, kecil, dan menengah yang produktif;
• calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja pada sektor
formal di luar negeri;
• anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang
berpenghasilan tetap; dan
• Tenaga Kerja Indonesia yang purna dari bekerja di luar
negeri.
20
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
Uraian
Permenko 6 Tahun 2015
3
Jenis
Pembiayaan
untuk Tanaman
Keras
Tidak diatur
Jangka waktu pembiayaan investasi
untuk usaha perkebunan tanaman
keras dapat diberikan maksimum 10
tahun.
4
Suku Bunga
KUR
Penempatan
TKI
Suku bunga KUR Penempatan TKI yang
dibebankan kepada TKI adalah sebesar
12% efektif per tahun atau dapat
disesuaikan dengan suku bunga flat yang
setara. Pemerintah memberikan bantuan
subsidi bunga dan biaya penagihan
Suku bunga KUR Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia sebesar 12%
(dua belas perseratus) efektif
pertahun atau dapat disesuaikan
dengan suku bunga flat yang setara.
5
Agunan
I.
•
I.
KUR Mikro:
• Agunan pokok = kelayakan usaha
dan obyek yang dibiayai
• Agunan tambahan sesuai penilaian
dari Bank Pelaksana KUR namun
tanpa perikatan
KUR Ritel
• Agunan pokok = kelayakan usaha
dan obyek yang dibiayai
• Agunan tambahan sesuai penilaian
dari Bank Pelaksana KUR.
Perubahan
•
Agunan pokok KUR adalah usaha
atau obyek yang dibiayai oleh
KUR.
Penyalur KUR dapat meminta
agunan tambahan dalam hal
diperlukan
sesuai
penilaian
Penyalur KUR.
21
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
6
Uraian
Permenko 6 Tahun 2015
Perubahan
Calon Debitur Usaha Mikro, Koperasi, a. Calon penerima KUR Mikro adalah Usaha
KUR Mikro
dan Kelompok Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah yang
Berbadan Hukum yang
produktif, anggota keluarga dari
Memiliki Usaha yang
karyawan/karyawati yang berpenghasilan
Produktifi, layak, namun
tetap, TKI yang purna dari bekerja di luar
tidak memiliki agunan
negeri.
yang cukup.
b. Calon penerima KUR Mikro harus
mempunyai usaha produktif dan layak
yang telah berjalan minimum 6 (enam)
bulan.
c. Calon penerima KUR Mikro dapat sedang
menerima kredit/pembiayaan lainnya
antara lain berupa kredit kepemilikan
rumah, kredit kendaraan bermotor, dan
kartu kredit, serta KUR dengan
kolektabilitas lancar.
d. Calon penerima KUR Mikro memiliki surat
Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan
pemerintah daerah setempat dan/atau
surat izin lainnya.
22
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
7
Uraian
Permenko 6 Tahun 2015
Perubahan
Calon Debitur Usaha Kecil, Koperasi, a. Calon penerima KUR Ritel adalah adalah
KUR Ritel
dan Kelompok Usaha
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang
Berbadan Hukum yang
produktif, anggota keluarga dari
Memiliki Usaha yang
karyawan/karyawati yang berpenghasilan
Produktifi, layak, namun
tetap, TKI yang purna dari bekerja di luar
tidak memiliki agunan
negeri.
yang cukup
b. Calon penerima KUR Ritel harus
mempunyai usaha produktif dan layak
yang telah berjalan minimum 6 (enam)
bulan.
c. Calon penerima KUR Ritel dapat sedang
menerima kredit/pembiayaan lainnya
antara lain berupa kredit kepemilikan
rumah, kredit kendaraan bermotor, dan
kartu kredit, serta KUR dengan
kolektabilitas lancar.
d. Calon penerima KUR Ritel memiliki surat
Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan
pemerintah daerah setempat dan/atau
surat izin lainnya.
23
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
8
Uraian
Calon Debitur
KUR
Penempatan
TKI
Permenko 6 Tahun 2015
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Berusia sekurang-kurangnya 18
tahun, dibuktikan dengan KTP
atau akte kelahiran/surat kenal
lahir dari instansi berwenang;
Surat izin dari suami/istri/orang
tua/wali untuk bekerja di luar
negeri;
Surat hasil Medical Check Up
yang menyatakan fit untuk
bekerja dari rumah sakit yang
ditunjuk oleh pemerintah;
Memliki kemampuan baca tulis
dan ketrampilan yang diperlukan
untuk bidang kerja tertentu;
Memiliki perjanjian penempatan
bagi TKI yang ditempatkan oleh
PPTKIS;
Memiliki perjanjian kerja dengan
pengguna bagi TKI baik yang
ditempatkan
oleh
PPTKIS,
Pemerintah atau TKI yang
bekerja secara perseorangan.
Perubahan
a.
b.
Calon penerima KUR Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia, mempunyai
persyaratan sebagai berikut:
• memiliki Perjanjian Penempatan bagi
TKI yang ditempatkan oleh PPTKIS;
dan
• memiliki Perjanjian Kerja dengan
Pengguna bagi TKI baik yang
ditempatkan
oleh
PPTKIS,
Pemerintah atau TKI yang bekerja
secara perseorangan.
Calon penerima KUR Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia selain memiliki
persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tetap harus memenuhi
persyaratan lainnya yang diperlukan
dalam rangka penempatan Tenaga Kerja
Indonesia sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
di
bidang
penempatan Tenaga Kerja Indonesia di
luar negeri.
24
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
9
Uraian
Jangka Waktu
Pinjaman KUR
Mikro
Permenko 6 Tahun 2015
•
•
Jangka
waktu
KUR
Mikro
maksimal
2
tahun
untuk
kredit/pembiayaan modal kerja
dan maksimal 4 tahun untuk
kredit/ pembiayaan investasi.
Dalam
hal
diperlukan
perpanjangan,
suplesi,
atau
restrukturisasi,
maka
jangka
waktu sebagaimana di atus di
atas, khusus untuk pembiayaan
kredit
modal
kerja
dapat
diperpanjang menjadi maksimal 6
tahun
dan
untuk
kredit/
pembiayaan
investasi
dapat
diperpanjang maksimal 8 tahun
terhitung sejak tanggal perjanjian
kredit/ pembiayaan awal
Perubahan
I.
Jangka waktu KUR Mikro:
• paling lama 3 (tiga) tahun untuk
kredit/pembiayaan modal kerja; atau
• paling lama 5 (lima) tahun untuk
kredit/pembiayaan investasi.
II. Dalam hal diperlukan perpanjangan,
suplesi, atau restrukturisasi, maka
jangka waktu sebagaimana di atas di
atas, khusus untuk pembiayaan kredit
modal kerja dapat diperpanjang menjadi
maksimum 6 tahun dan untuk kredit/
pembiayaan
investasi
dapat
diperpanjang maksimum 10 tahun
terhitung sejak tanggal perjanjian kredit/
pembiayaan awal.
III. Total akumulasi plafon termasuk suplesi
atau
perpanjangan
maksimal
Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta
rupiah) per penerima KUR.
25
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
Uraian
10
Jangka Waktu
Pinjaman KUR
Ritel
Permenko 6 Tahun 2015
•
•
Jangka
waktu
KUR
Ritel
maksimal
3
tahun
untuk
kredit/pembiayaan modal kerja
dan maksimal 5 tahun untuk
kredit/ pembiayaan investasi.
Dalam
hal
diperlukan
perpanjangan,
suplesi,
atau
restrukturisasi,
maka
jangka
waktu sebagaimana di atas,
khusus untuk pembiayaan kredit
modal kerja dapat diperpanjang
menjadi maksimal 6 tahun dan
untuk
kredit/
pembiayaan
investasi dapat diperpanjang
maksimal 10 tahun terhitung
sejak tanggal perjanjian kredit/
pembiayaan awal
Perubahan
I.
Jangka waktu KUR Ritel:
• paling lama 4 (empat) Tahun untuk
kredit/pembiayaan modal kerja; atau
• paling lama 5 (lima) Tahun untuk
kredit/pembiayaan investasi.
II. Jangka waktu KUR Ritel khusus untuk
tanaman keras paling lama 10 (sepuluh)
tahun dengan grace period yang
disepakati oleh penyalur KUR sesuai
karakteristiknya.
III. Dalam hal diperlukan perpanjangan,
suplesi, atau restrukturisasi, maka
jangka waktu sebagaimana diatur dalam
angka
1
khusus
untuk
kredit/pembiayaan modal kerja dapat
diperpanjang menjadi maksimum 8
(delapan)
tahun
dan
untuk
kredit/pembiayaan
investasi
dapat
diperpanjang menjadi maksimum 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal
perjanjian kredit/pembiayaan awal.
26
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
Uraian
Permenko 6 Tahun 2015
Perubahan
11
Bank
Pelaksana
KUR
Persyaratan bagi Bank untuk dapat 1)
menjadi Pelaksana KUR, yaitu: (Butir
5)
• Bank yang telah ditunjuk sebagai
Bank Pelaksana Program KUR 2)
sebelumnya yang mempunyai
NPL < 5% pada periode Oktober
2014 – Desember 2014 dapat
menjadi Bank Pelaksana KUR.
Sedangkan Bank dengan NPL
5% ke atas selama Perioder
Oktober 2014 – Desember 2014
dan sebelumnya, tidak dapat
menjadi Bank Pelaksana KUR
sampai tingkat NPL < 5% selama
3 bulan berturut – turut.
12
Pola Linkage
Linkage Pola Channeling
Penyalur KUR adalah bank atau lembaga
keuangan bukan bank yang disetujui oleh
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Bank atau lembaga keuangan bukan
bank untuk dapat ditetapkan sebagai
Penyalur KUR, memiliki persyaratan
sebagai berikut:
• memenuhi kriteria bank dan/atau
lembaga keuangan bukan bank yang
sehat dari Otoritas Jasa Keuangan;
• melakukan
kerjasama
dengan
Perusahaan
Penjamin
dalam
penyaluran KUR; dan
• memiliki online system data KUR
dengan Perusahaan Penjamin dan
Sistem Informasi Kredit Program.
Penyaluran KUR oleh Penyalur KUR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat
menggunakan pola linkage yaitu secara
channelling atau executing.
27
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
Uraian
13
Pengaturan
Penyaluran
KUR
melalui
Lembaga
Linkage
Executing
Permenko 6 Tahun
2015
Tidak diatur
Perubahan
I.
KUR Mikro
a. Plafon KUR yang dapat diberikan oleh Penyalur
KUR kepada lembaga linkage maksimal sebesar
Rp2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) yang wajib
meneruspinjamkan kepada debitur dan dapat
dilakukan secara bertahap.
b. Suku bunga dan plafon kredit/pembiayaan dari
lembaga linkage kepada Usaha Mikro dan Kecil
ditetapkan maksimum sebesar 12% (dua belas
persertaus) efektif pertahun dan maksimal
Rp25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) per
debitur.
II.
KUR Ritel
a. Plafon KUR yang dapat diberikan oleh Penyalur
KUR kepada lembaga linkage maksimal sebesar Rp
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) yang wajib
meneruspinjamkan kepada debitur dan dapat
dilakukan secara bertahap.
b. Suku bunga dan plafon kredit/pembiayaan dari
lembaga linkage kepada Usaha Mikro dan Kecil
ditetapkan maksimal sebesar 12% (dua belas
perseratus) efektif pertahun dan maksimum
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) per debitur.
28
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV
No.
Uraian
14
Mekanisme
Pembayaran
Subsidi
Bunga
Permenko 6 Tahun 2015
Perubahan
Pasal 8 ayat (2) dan (3):
1. Pembayaran subsidi bunga dilakukan
setiap tanggal 5 bulan berikutnya setelah
• Bank
Pelaksana
pencairan kredit berdasarkan data
mengajukan
realisasi KUR yang disampaikan oleh
permohonan
bank pelaksana. Verifikasi dilakukan
pembayaran
Subsidi
kemudian.
Bunga kepada KPA
pada bulan berikutnya 2. Verifikasi hanya dilakukan pada tiga
aspek yaitu:
untuk
pembayaran
•
Sesuai maksimum plafond.
bunga yang telah jatuh
•
Sesuai maksimum jangka waktu
tempo;
kredit.
• Dalam SIKP belum
•
Sesuai dengan suku bunga yang
ditetapkan perhitungan
berlaku.
subsidi
bunga
Sedangkan hal-hal selain tiga poin di atas
sebagaimana
menjadi objek audit internal Bank.
dimaksud dalam ayat
(1) dibayarkan setiap 3
bulan kepada Bank
Pelaksana.
29
Download