II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu kegiatan interaksi yang sangat
penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Komunikasi bagaikan urat
nadi kehidupan sosial manusia. Seluruh kegiatan manusia dimulai dengan
komunikasi. Mengingat besarnya peran komunikasi dalam kehidupan
manusia, terdapat beberapa definisi komunikasi dari para ahli.
Pengertian komunikasi organisasi menurut Wiryanto (2005) dalam
Romli (2011) komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada
kepentingan organisasi, berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi.
Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi.
Komunikasi juga membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan
individu dan juga organisasi, merespon dan mengimplementasikan
perubahan organisasi, mengoordinasikan aktivitas organisasi, dan ikut
memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan
(Romli, 2011). Definisi yang dapat mencakup semua aspek komunikasi
menurut Zuhdi (2011) adalah proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan lambang-lambang baik verbal
maupun non verbal dengan menggunakan media dan bertujuan melakukan
perubahan perilaku.
Pengertian komunikasi juga dipaparkan Wood (2000) dalam
Soedarsono (2009) adalah proses yang sistematis dimana individu saling
berinteraksi dengan dan melalui simbol-simbol yang membentuk dan
menginterpretasikan pengalaman. Komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan
yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
7
tidak pasti atau selalu berubah-ubah menurut Goldhaber (1986) dalam
Romli (2011). Definisi tersebut mengandung konsep penting, yaitu:
a. Proses
Suatu keadaan menciptakan dan saling menukar pesan di antara
anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini
berjalan secara terus-menerus dan tidak ada henti-hentinya maka
dikatakan sebagai suatu proses.
b. Pesan
Pesan merupakan susunan simbol yang penuh arti tentang orang,
objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang.
Komunikasi tersebut efektif kalau pesan yang dikirimkan itu diartikan
sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.
c. Jaringan
Organisasi terdiri dari orang-orang yang memiliki peranan tertentu
dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini
terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan
komunikasi.
d. Saling tergantung
Bila suatu bagian organisasi mengalami gangguan maka akan
berpengaruh pada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh
sistem organisasi.
e. Hubungan
Sikap, skill, moral dari seorang karyawan akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi
f. Lingkungan
Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan factor social yang
diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam
suatu sistem.
g. Ketidakpastian
Ketidakpastian terjadi akibat timbulnya perbedaan tafsir informasi
yang disampaikan dengan informasi yang diharapkan. Ketidakpastian
8
dapat juga disebabkan karena terlalu banyak informasi yang diterima
daripada yang diperlukan.
Menurut Rivai dan Sagala (2005), komunikasi sebagai hubungan
lisan maupun tulisan dua orang atau lebih dapat menimbulkan pemahaman
dalam suatu masalah. Dalam praktiknya, terdapat empat arus atau pola
komunikasi formal dalam suatu perusahaan, yaitu:
a. Komunikasi
vertikal
ke
bawah
(downward
communication).
Komunikasi model ini dimana merupakan wahana bagi manajemen
untuk menyampaikan berbagai informasi kepada bawahannya seperti
perintah, instruksi, kebijakan baru, pengarahan, pedoman kerja, nasihat
dan teguran.
b. Komunikasi vertikal ke atas (upward communication). Komunikasi
model ini dimana para anggota dalam perusahaan ingin selalu didengar
keluhan-keluhan atau inspirasi mereka oleh para atasannya.
c. Komunikasi horizontal (horizontal communication). Komunikasi
model ini berlangsung antara orang-orang yang berada pada level yang
sama dalam sebuah perusahaan.
d. Komunikasi diagonal (diagonal communication). Komunikasi model
ini berlangsung antara dua satuan kerja yang berada pada jenjang
perusahaan yang berbeda, tetapi pada perusahaan yang sejenis.
2.2.
Pola Komunikasi
Pesan
Media
Encoding
Pengirim
Penerima
Decoding
Kegaduhan
Pesan
Umpan Balik
Gambar 2. Proses komunikasi (Robbins dan Coulter, 2007)
Komunikasi dikatakan efektif jika terdapat pemahaman bersama
antara orang yang menyampaikan pesan dan orang yang menerima pesan.
Proses komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut: komunikator atau
9
pengirim pesan akan melakukan encoding (pemindahan pesan yang
dimaksud ke dalam bentuk simbol-simbol yang nantinya akan dikirim),
kemudian proses pengiriman pesan harus menggunakan media setelah itu
terjadi decoding (pembentukan simbol pesan sesuai dengan pengertiannya)
dan kemudian si penerima pesan baik individu atau organisasi menerima,
setelah itu terdapat feed back (umpan balik) yaitu komunikasi balik dari
penerima pesan kepada komunikator (pemberi pesan).
2.3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
Menurut Rivai dan Sagala (2005) komunikasi berfungsi sebagai
jembatan yang mempertemukan antar karyawan dalam suatu perusahaan.
Komunikasi yang jelas dan benar dapat mempengaruhi kinerja karyawan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain:
1. Jabatan
Level jabatan sedikit banyak mempengaruhi kelancaran komunikasi di
antara banyak pihak. Bagi mereka yang memiliki jabatan yang lebih
tinggi mungkin saja merasa malu jika harus berkomunikasi dengan
bawahannya, sebaliknya bawahan juga merasa canggung untuk
berkomunikasi dengan atasannya.
2. Tempat
Ruang kerja yang terpisah (yang mungkin jauh) akan mempengaruhi
komunikasi, baik antar karyawan yang selevel maupun antara atasan
dengan bawahan.
3. Alat komunikasi
Alat komunikasi sangat besar pengaruhnya dalam menciptakan
kelancaran dalam berkomunikasi.
4. Kepadatan kerja
Kesibukan kerja yang dihadapi dari waktu ke waktu merupakan
penghambat komunikasi, terutama di kota besar dengan volume kerja
yang padat dan memerlukan ekstra hati-hati.
2.4.
Hambatan Komunikasi
10
Kegiatan komunikasi tentu tak lepas dari gangguan (noise) dalam
proses penyampaiannya sehingga dapat mengurangi lancarnya proses
komunikasi, gangguan atau hambatan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal (Zuhdi, 2011), yaitu
hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu
yang terkait dengan kondisi fisik dan psikologis sedangkan hambatan
eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar diri individu yang terkait
dengan lingkungan fisik dan sosial budaya.
Komunikasi akan efektif apabila komunikasi disampaikan dengan
dua arah atau two way traffic (Hasibuan, 2007). Kecenderungan beberapa
pesan tidak dapat dimengerti oleh penerima pesan dengan baik,
disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara pengirim
dan penerima pesan. Secara umum hambatan-hambatan komunikasi dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Penyampaian pesan kurang efektif. Hal ini pada umumnya disebabkan
oleh faktor bahasa.
2. Perbedaan tingkat dalam organisasi atau lingkungan sosial.
3. Perbedaan persepsi. Persepsi yang dimiliki setiap dalam melihat suatu
hal dapat berbeda-beda, perbedaan persepsi dimungkinkan terjadi
karena perbedaan kondisi psikologis, sosial dan budaya.
4. Kurang perhatian. Akibat kurang perhatian, orang tidak dapat
menyimak pesan yang diterimanya secara seksama ssehingga
menimbulkan penafsiran yang tidak tepat.
5. Adanya hallo effect. Hallo effect merupakan sikap atau perilaku
mempersepsikan atau menilai seseorang secara subjektif.
2.5.
Upaya Mengatasi Hambatan Komunikasi
Beberapa cara dapat digunakan untuk mengatasi hambatan yang
terjadi dalam komunikasi menurut Zuhdi (2011), yaitu:
1. Gunakan umpan balik (feed back)
11
Komunikator harus memperhatikan umpan balik yang ditunjukkan
oleh komunikan dengan bahasa verbal atau non verbal, kemudian
memberi penafsiran.
2. Pahami perbedaan individu (individual differences) atau kompleksitas
individu (individual complexity)
Setiap individu merupakan pribadi yang unik maka komunikator
seharusnya mempelajari latar belakang psikologis, sosial, ekonomi,
budaya, pendidikan dan yang lainnya yang menyangkut komunikan.
Komunikator
dapat
menggunakan
cara
yang
tepat
dalam
berkomunikasi dengan komunikan tersebut bila hal-hal diatas
dipahami.
3. Gunakan komunikasi langsung
Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan non verbal secara
bersamaan (simultan). Di samping kata-kata, kontak mata, mimik
wajah, bahasa tubuh juga dapat digunakan.
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah
Kata-kata yang mudah,sederhana, tidak sulit di mengerti dan hindari
yang panjang suku katanya.
Agar dapat mengatasi hambatan komunikasi harap diperhatikan
dalam
membuat
suatu
pesan
diperlukan
kehati-hatian,
yaitu
memperhatikan kejelasan maksud dan tujuan berkomunikasi dan audiens
yang dituju. Pahami hal-hal yang akan disampaikan dan katakan apa yang
dikehendaki audiens dengan gunakan bahasa yang jelas, sederhana dan
mudah dipahami, tidak bertele-tele dan jangan lupa menekankan yang
perlu, serta telaah ulang poin-poin yang penting. Selain itu, untuk
mengatasi hambatan komunikasi perlu meminimalkan gangguan dalam
proses komunikasi, melalui pemilihan saluran komunikasi yang baik.
Dengan demikian komunikator dapat membuat audiensnya lebih mudah
memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan. Penyampaian pesan
secara lisan akan efektif bila lokasi atau penyampaian pesan memiliki
kondisi yang teratur, rapi, serta nyaman. Terakhir, dengan mempermudah
upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan, agar
12
pemberian umpan balik tersebut memberikan manfaat yang cukup berarti,
cara dan penyampaian harus direncanakan dengan baik (Umar, 2005).
Menururt Purwanto (2003) komunikasi yang efektif dapat
mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dengan memperhatikan tiga
hal sebagai berikut:
1. Membuat suatu pesan secara lebih berhati-hati
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi adalah
memperhatikan maksud dan tujuan berkomunikasi dan audiens yang
dituju, gunakan bahasa yang jelas, sederhana dan mudah dipahami.
2. Minimalkan gangguan dalam proses komunikasi
Melalui cara memilih saluran komunikasi yang hati-hati, komunikator
dapat membuat audiens-nya lebih mudah memusatkan perhatian pada
pesan yang disampaikan. Penyampaian pesan dengan cara lisan (oral)
akan efektif apabila lokasi atau tempat penyampaian pesan memiliki
kondisi yang teratur, rapi dan nyaman.
3. Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima
pesan
Agar pemberian umpan balik tersebut memberikan suatu manfaat yang
cukup berarti, cara dan waktu penyampaiannya harus direncanakan
dengan baik.
2.6.
Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan (Rivai dan Sagala, 2005), karena kinerja
karyawan merupakan suatu hal yang penting dalam upaya perusahaan
untuk mencapai tujuannya. Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara
utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau
prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam
memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996) dalam
(Rivai dan Sagala, 2005). Berikut beberapa pengertian kinerja dari
beberapa ahli.
13
1. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai
dengan
tanggung
jawab
yang
diberikan
kepadanya
(Mangkunegara, 2007).
2. Kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana
pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi yang
bersangkutan (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007).
3. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan (Rivai, 2006).
4. Kinerja
diartikan
sebagai
ukuran
hasil
kerja.
Hasil
yang
menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan
tugas dan berusaha mencapai tujuan yang ditetapkan (Robbins, 1996).
5. Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu
(Tika, 2006).
6. Kinerja adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana
pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan
Mangkuprawira (2008).
Jika dikaitkan dengan hasil dari suatu pekerjaan, pengertian kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang
dalam suatu perusahaan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing
dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar
hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
Kinerja karyawan akan dapat berjalan dengan baik apabila
didukung oleh faktor-faktor yang baik pula. Tanpa adanya faktor
pendukung tentunya kinerja karyawan tidak akan sesuai dengan yang
diharapkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan
menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007) adalah: pengetahuan,
keterampilan, motivasi dan peran dengan penjelasan sebagai berikut:
14
1. Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman dan potensi untuk bertindak. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
2. Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana
keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik tetapi juga
melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan
mental dalam usaha memperoleh pengetahuan.
3. Motivasi diartikan sebagai proses mempengaruhi atau yang mendorong
seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan
sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi merupakan kondisi atau energi
yang menggerakkan diri karyawan agar terarah atau tertuju untuk
mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang
pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi
kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.
4. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu organisasi. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu.
2.7.
Penelitian Terdahulu
Wanda (2004) melakukan penelitian mengenai Efektivitas Atasan
dan Bawahan pada PT. Indonesia Epson Industry (Divisi Management
Support dan PCB). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah dengan purposive sampling yaitu dengan memilih anggota populasi
yang dianggap paling tepat sebagai informasi yang akurat. Dapat dketahui
bahwa masalah komunikasi yang terdapat pada PT. Indonesia EPSON
Industry yang dinilai cukup dominan dan dapat dicari rencana
penyelesaiannya yaitu masalah dalam penguasaan bahasa asing, masalah
dalam penyampaian atau penerimaan informasi dan instruksi yang kurang
baik serta masalah pelanggaran terhadap larangan-larangan yang berupa
15
simbol atau tulisan peringatan (komunikasi non verbal). Secara umum
keefektifan komunikasi yang terdapat pada IEI khususnya di Divisi
Management Support dan Divisi Printed Circuit Board telah tercapai dan
komunikasi yang berlangsung antara atasan dan bawahan sudah baik,
walaupun demikian kenyataan yang terjadi pada setiap aspek yang dinilai
ternyata masih terdapat beberapa masalah yang sebenarnya masih harus
diperhatikan oleh perusahaan, karena masih ada karyawan yang merasakan
berbagai kendala dalam berkomunikasi.
Nindya (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis Hubungan
Pola Komunikasi Organisasi dengan Lingkungan Kerja Produktif PT X
Tbk Unit Bisnis Bogor. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitiannya yaitu dengan cara purposive sampling atau sampel
dengan cara sengaja serta bersifat convenience (kemudahan), hal tersebut
dilakukan agar sampel yang diambil lebih beragam serta dapat mewakili
karyawan yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dapat diketahui
bahwa komunikasi yang terjadi pada PT X Tbk Unit Bisnis Bogor
menggunakan pola komunikasi organisasi formal. Pola komunikasi yang
paling sering digunakan ialah pola komunikasi dari bawah ke atas (upward
communication). Lingkungan kerja yang ada sudah sangat baik dan sudah
produktif dapat dilihat bagaimana perusahaan memberikan kenyamanan
dan ketenangan yang dapat meningkatkan kinerja yang baik dalam
bekerja. Berdasarkan penilaian hasil uji korelasi Rank Spearman terdapat
hubungan antara pola komunikasi organisasi formal dengan lingkungan
kerja yang produktif, sedangkan untuk pola komunikasi informal tidak ad
hubungan sama sekali dengan lingkungan kerja yang produktif.
Download