DAFTAR ISI Kata pengantar..........................................................................................2 BAB I LATAR BELAKANG............................................................................... 3 RUMUSAN MASALAH........................................................................... 3 TUJUAN..................................................................................................... 3 BAB II Tehnik komonikasi dalam keadaan khusus................................................. 4 Pengertian komonikasi................................................................................. 4 Cara komonikasi........................................................................................... 4 Pengertian penaykit kronis........................................................................... 5 Penyebab penyakit kronis............................................................................. 5 Fase kehilangan pada penyakit kronik dan teknik komunikasi..................... 6 Menyampaikan berita buruk.......................................................................... 7 Respon klien terhadap penyakit kronik......................................................... 9 Konsep kehilangan....................................................................................... 10 Konsep duka cita.......................................................................................... 11 Teknik komunikasi pada pasien gangguan penglihatan............................... 13 Tehnik komonikasi pada pasien yg mengalami gangguan pendengaran......16 BAB III Penutup......................................................................................................... 17 Kesimpulan................................................................................................... 17 Saran............................................................................................................. 17 Daftar pustaka............................................................................................... 18 Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 1 KATA PENGANTAR Assalamu alakum wr.wb Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat allah SWT, yang masih senang tiasa memberikan rahmatnya kepada kita semua yaitu nikmat kesehatan untuk bisa menyelesaikan, dan membaca makalah ini. Makalah ini kami susun berdasarkan diskusi dari kelompok kami yaitu kelompok 14. Dalam makalah ini akan membahas tentang “tehnik komonikasi pada keadaan khusus”. Makalah ini mungkin belum sempurna tapi kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 2 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosialkultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Dengan itu kami mengangkat judul : “ tehnik komonikasi dalam keadaan khusus” B. Rumusan Masalah Apa yang di maksud dengan penyakit kronis? Apa penyebab dari penyakit kronis? Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis? Bagaimana cara berkomonikasi dengan pasien kronis? C. Tujuan Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk terhadap pasien kronis Menjelaskan bagaiman berkomonikasi dengan penderita penyakit kronis dengan benar Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 3 BAB II PEMBAHASAN Tehnik komonikasi dalam keadaan khusus Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah pertukaran informasi, pikiran, ide, dan perasaan diantara dua atau lebih individu. Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiantannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Menjelang ajal atau sakaratul maut adalah suatu keadaan dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi klien untuk sembuh “terminal illings” (wolf/witzel/furngs. 1984 : 661). Cara Komunikasi Komunikasi Verbal Menggunakan kata-kata yang diungkapkan atau ditulis. Hal yang harus diperhatikan : Kesederhanaan : Kalimat yang digunakan harus sederhana, mudah dimengerti, singkat dan jelas. Kejelasan : Komunikasi bias lebih jelas apabila ada kecocokan dengan apa yang diungkapkan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerakan tubuh. Tepat waktu dan relevan : Perawat harus peka terhadap kebutuhan yang sedang dirasakan oleh pasien. Komunikasi Non Verbal Komunikasi yang menyangkut ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh. Hal yang perlu diperhatikan : Sikap tubuh dan cara berjalan : Sikap tubuh dan cara berjalan dapat menunjukan suasana hati dan kondisi fisik seseorang. Sikap tubuh yang tegak, aktif, dan jalannya mempunyai tujuan menunjukan bahwa orang tersebutu merasa nyaman dan aman secara fisik maupun emosionalnya. Ekspresi wajah : Wajah, terutama mata, otot-otot disekitar mata dan mulut dapat mengekspresikan macam-macam emosi seperti kegemberiaan, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, ketakutan, malu, dan seterunya. Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 4 Gerakan Tangan Gerakan tangan adalah suatu komunikasi yang penuh arti. Gerakan tangan bisa mengkomunikasikan macam-macam perasaan. Tehnik komonikasi Dalam Keadaan-keadaan khusus : Komunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan . Komunikasi pada klien dengan gangguan pendengaran Komunikasi pada klien dengan gangguan wicara . Komunikasi pada klien yang tidak sadar Komunikasi pada klien yang berbahasa asing Komunikasi pada klien dengan tingkat pengetahuan rendah / gangguan kematangan kognitif. Pengertian penyakit kronis Penyakit kronis di definisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang, sebagian dari penatalaksanaan ini mencakup belajar untuk hidup dengan gejala kecacatan, sementara itu pula ada yang menghadapi segala bentuk perubahan identitas yang di akibatkan oleh penyakit. Penyebab penyakit kronis Penyakit kronis dapat di derita oleh semua kalangan maupun kelompok usia, tingkat sosial,ekonomi dan budaya. Kemajuan dalm teknologi perawatan dan farmakologi telah memperpanjang rentan kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab penyakit kronis yang mendasari. Peningkatan dalam metode skrining dan diagnosa memungkinkan deteksi dini penyakit, sementara kondisi tersebut masih dapat di obati, dengan demikian juga meningkatkan umur panjang. Meskipun merupakan penyakit infeksi AIDS merupakan penyakit kronis karna perkembangan dan penggunaan medikasi baru untuk mengobati infeksi opotunistik. Meskipun teknologi dapat menyelamatkan hidup, teknologi juga dapat mengakibatkan masalah masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk menyembuhkannnya. Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup bayi bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan. Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 5 Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komonikasi Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien. Fase Denial ( pengikraran ) Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun. Teknik komonikasi yang di gunakan : Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian Selalu berada di dekat klien Pertahankan kontak mata Fase anger ( marah ) Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, ornag ornag tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai. Teknik komonikasi yang di gunakan : Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya Hearing.. hearing.. dan hearing.. Menggunakan teknik respek Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 6 Fase bargening ( tawar menawar ) Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya “ Teknik komonikasi yang di gunakan : Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar Menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan Fase depression Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapan yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun Teknik komonikasi yang di gunakan : Jangan mencoba menenangkan klien Biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya. Fase acceptance ( penerimaan ) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan. Teknik komonikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien Menyampaikan berita buruk langkah langkah nya adalah : Persiapan Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 7 Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda “ Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak ornag. Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar 2. Membuat hubungan Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan. Beberapa tugas penting di awal ; Percakapan awal Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat ornag yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia. Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk) Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentnag pemahaman resipien terhadap situasi. Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperyi “ mengapa tes itu di lakukan?” 3. Berbagi cerita Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua yang ada lingkungannya. Bicara pelan Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang kuran baik untuk anda.... Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 8 Sampaikan berita yang akan di sampaikan, jika itu adalah suatu diagnosa, minta dokter untuk menyampaikannya langsung. Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja. 4. Akibat dari berita Tunggu reaksi dan tenang Misal : menangis, pingsan dll Liat dan berikan respon sebagai tanda empati Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini? Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan “ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian? “ Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat Sering kali perwat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri unntuk menenangkan diri dengan bermeditasi dan berdoa. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-SosialSpritual ini akan meliputi respon kehilangan. a. Kehilangan kesehatan Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas. b. Kehilangan kemandirian Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai c. perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan Kehilangan situasi Klen merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga kelompoknya d. Kehilangan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll e. Kehilangan fungsi fisik Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 9 Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa f. Kehilangan fungsi mental Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional g. Kehilangan konsep diri Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga Konsep kehilangan Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang belum ada, baik senagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan dan kecenderungan akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respons individu tehadap kehilangan sebelumnya. Kehilangan dapat memiliki beragam bentuk, sesuai nilai dan prioritas yang dipengaruhi oleh lingkungan seseorang yang meliputi keluarga, teman,,masyarakat, dan budaya. Kehilangan yang nyata((aktual loss) adalah kehilangan orang atau objek yang tidak lagi bisa dirasakan, dilihat, diraba, atau dialami oleh seseorang. Kehilangan yang (perceived loss) merupakan kehilangan yang sifatnya unik menurut orang yang mengalami kedudukan, seperti kehilangan harga diri atau percaya diri Jenis kehilangan: 1. Kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam) 2. Kehilangan lingkungan yang di kenal (misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah sakit, atauberpindah pekerjaan) Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 10 3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti( misalnya pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat) 4. Kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik) 5. Kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat , atau diri sendiri) Dampak kehilangan: 1. Pada masa anak-anak, kehilangan akan dapat mengancam kemampuan seseorang untuk berkembang, kadang kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian 2. Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan disitegrasi dalam keluarga 3. Pada masa dewasa tengah, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan dapat menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan. Konsep duka cita Berduka (grieving) merupaka reaksi emosioanal terhadap kehilangan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspektal budaya, dan keyakinan spiritualyang dianut. Sedangkan istilah (bereavement) mencakup berduka dan berkabung (mourning) yaitu perasaan di dalam dan reaksi keluar orang yang ditinggal. Berkabung ada lah periode penerimaan terhadap kehilang dan berduka. Hal ini terjadi masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan. Jenis duka cita: Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 11 1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. (misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara 2. Berduka antisipatif, yaitu proses’melepas diri’ yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyelesaikan berbagai urusan dunia sebelum ajalnya tiba. 3. Berduka rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ketahap berikutnya, yaitu tahap berduka normal 4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka, contohnya kehilangan pasangan hidup karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri. Respon berduka Respon berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut ( Kubler-Ross,dalam Potter & perry, 1997): Tahap pengingkaran. Reksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak, mengerti, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh, orang tua keluaraga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangsis, gelisa, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa tahun. Tahap Marah. .Pada tahap Ini Individu Menolak Kehilangan . Kemarahan Yang Timbul Sering Diproyeksikan Kepada Orang Lain atau dirinya sendiri .Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang menujukan perilaku agresif ,berbicara kasar,menyerang orang lain,menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 12 perawat tidak kompeten. Respons fisik yang sering terjadi,antara lain muka merah,denyut nadi cepat,gelisah,susah tidur,tangan mengepal,dan seterusnya. Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat dan mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau teran-terangan seolah-olah kehilangan tesebut dapat di cegah. Indifidu mungkinberupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan. Tahap Depresi.Pada tahapan ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri,kadang-kadang bersikap sangat penurut,tidak mau bicara ,menyatakan keputusasaan,rasa tidak berharga ,bahkan bisa muncul keinginan bunuuh diri.Gejala fisik ysng di tujukan,antara lain menolak mankanan,susah tidur letih,turunya dorongan libido,dan lain-lain. 5. Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi persaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerrima kenyataan kehilangan yang di alaminya dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang akan mulai di lepaskan secara tahap.perhatiannya akan beralih pada objek yang baru.Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan nenerima dengan prasaan damai ,maka dia dapat mengakiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Teknik Komunikasi Pada Klien Yang Mengalami Gangguan Penglihatan Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain. Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 13 Berikut adalah tehnik-tehnik yang perlu diperhatiakn selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan : Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru. Syarat-Syarat Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah : Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius. Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 14 Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Komunikasi Pada Klien Gangguan Penglihatan Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara,periksa lingkungan fisik, perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi, komunikasikan pesan secara singkat, komunikasikan hal-hal yang berharga saja dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan pihak lain agar memperoleh dukungan. Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 15 Teknik komunikasi pada Gangguan Sensoris Pendengaran Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya. Teknik Komunikasi Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran: Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet) Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol) Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 16 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Jadi dapat di simpulkan bahwa teknologi juga mempengaruhi terhadap terjangkitnya penyakit kronis, kenapa? Karna teknologi juga dapat mengakibatkan masalah masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk menyembuhkannnya. Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup bayi bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan. 3.2 Saran Sebagai calon perawat profesional, alangkah lebih baik nya jika dalam memberikan asuhan keperawatan menggunakan teknik teknik komonikasi secara benar dan bijaksana sehingga terciptalah generasi generasi penerus yang berkualita. Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 17 DAFTAR PUSTAKA .Depkes RI Pusdiknakes. 995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan dan Penyakit kronik dan terminal Jakarta: Depkes RI. www. Google.com http://sitirochana.blogspot.com/2010/04/tehnik-komunikasi-pada-keadaan-khusus.html khusus http://sitirochana.blogspot.com/2010/04/tehnik-komunikasi-pada-keadaankhusus.html Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 18 Tehnik komonikasi dalam keadaam khusus Page 19