Pengaruh penjaminan mutu keselamatan pasien terhadap tindakan keselamatan pasien di RS Bhakti Yudha Depok. The influence of quality assurance on patient safety to the patient safety implementing at Bhakti Yudha Depok Hospital. Iswati Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya Abstrak Kepala ruang bertanggung jawab untuk menghentikan tindakan yang tidak aman. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penjaminan mutu oleh kepala ruang terhadap tindakan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RS Bhakti Yudha Depok. Metode penelitian menggunakan quasi experiment design: Non equivalent control group, sampel yang digunakan 120 perawat, 60 pada kelompok intervensi dan 60 kelompok kontrol. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh penjaminan mutu terhadap tindakan identifikasi pasien, komunikasi efektif, keamanan obat, pengurangan risiko infeksi dan pengurangan risiko jatuh (p= 0.01, α= 0.05), tidak terdapat pengaruh pada ketepatan lokasi, prosedur, pasien operasi (p= 0.99, α= 0.05). Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar kepala ruang sebagai front line manager di rumah sakit untuk meningkatkan peran dan fungsinya dalam menjamin mutu keselamatan pasien. Kata Kunci: Kepala ruang, penjaminan mutu, tindakan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana Abstract Head nurse has the accountability to challenge any act that appears unsafe. The research was aimed to explore the influence of patient safety quality assurance by head nurse to the implementing of clinical nurses on patient safety at Bhakti Yudha Depok Hospital. The method used in this study was quasi experiment design: Non equivalent control group with 120 clinical nurse as the sample divided into the intervention and control group, 60 participants respectively. The results revealed that there was a significant influence to the the clinical nurse who got patient safety quality assurance by head nurse which were: Patient identification, efective communication, the correct drug administration, preventing the risk of patient falls, and hand hygiene (p= 0.01, α= 0.05), while there was no significant influence in marking the correct side of the body (p= 0.99, α= 0.05). Based on the results it is recommended that the head nurse as the front line of managers in the hospital to improve they role and function in quality assurance of patient safety. Keywords: Head of nurse, patient safety, quality assurance, the clinical nurses on patient safety 1 kejadian nyaris cidera (KNC) berupa PENDAHULUAN Rumah sakit Bhakti Yudha di kesalahan pemberian obat dan jatuh telah berupaya melakukan pada anak yang tidak menimbulkan Depok pemenuhan sasaran keselamatan cidera, terkait dengan jumlah insiden pasien. Hal ini dapat diketahui dengan peneliti tidak mendapatkan izin untuk telah dibentuknya tim keselamatan menampilkan pasien berdasarkan SK direktur No. S. Wawancara Kep. 293/ RSBY/ X/ 2010. Anggota dengan Asisten Manajer Medis dan tim terdiri dari gabungan berbagai Keperawatan didapatkan data di RS petugas kesehatan yang ada di rumah Bhakti sakit, di setiap unit telah ditunjuk satu memberlakukan pemberian identitas orang yang berupa gelang tangan kepada pasien, berfungsi sebagai penggerak program membuat simbol warna yang akan keselamatan pasien. Wawancara yang digantung di sisi tempat tidur pada dilakukan dengan pasien yang perlu kewaspadaan tinggi Tim saat pemberian cairan dan obat, SOP sebagai “champion” peneliti Penanggungjawab Harian data pada Yudha 9 tersebut. Maret Depok 2012 telah Keselamatan Pasien pada 8 Maret terkait 2012 perawat juga sudah disiapkan di tiap didapatkan data sejak keselamatan pasien bagi dibentuknya tim keselamatan pasien ruang pada Oktober 2010-Pebruari 2012 keselamatan pasien selama ini baru telah dilakukan tiga kali sosialisasi dilakukan jika terjadi suatu insiden keselamatan pasien, cakupan pelatihan dan belum dilakukan evaluasi secara keselamatan pasien mencapai 80% berkala terhadap tindakan keselamatan dari jumlah tenaga medis dan non pasien yang dilakukan oleh perawat. medis, serta terjadinya peningkatan rawat inap. Evaluasi Ancaman terbesar terjadinya pelaporan terkait insiden keselamatan insiden pasien di RS Bhakti Yudha Depok berhubungan dengan tindakan perawat (meningkat pelaporan yang dilakukan di unit rawat inap, hal sebelum dibentuknya tim keselamatan ini sehubungan dengan terjadinya pasien. komplikasi, injury dan kejadian yang 80%) dari keselamatan pasien Insiden keselamatan pasien di tidak diharapkan dalam perawatan ruang rawat inap mulai Januari 2011- rutin setiap hari (Blegen, 2006). Pebruari 2012 masih terjadi yaitu Kerugian yang dapat timbul akibat 2 insiden keselamatan pasien tujuan (Cherry & Jacob, 2011). Leape diantaranya semakin besar biaya yang dalam Buerhaus (2004) menyatakan harus ditanggung oleh rumah sakit, bahwa salah satu hambatan yang pasien semakin lama dirawat dan paling penting dalam pelaksanaan terjadi resistensi obat (Craven & keselamatan pasien adalah komitmen Hirnle, 2000). Hal lain yang dapat pemimpin. Fungsi utama pemimpin timbul pada pasien yaitu cidera, dalam membahayakan jiwa, perpanjangan membina hari rawat dan kematian (Lumenta, pengembangannya 2008). Insiden keselamatan pasien meningkatkan juga dapat membawa rumah sakit ke kemauan arena blamming, menimbulkan konflik dalam mengarahkan perilaku. antara petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis, penjaminan mutu kelangsungan tim agar Mengacu dan bertanggungjawab kepada pasien, standar maka ruang malpraktik, blow-up ke media massa tindakan yang akhirnya menimbulkan opini keselamatan pasien negatif terhadap pelayanan rumah membentuk kelompok, sakit tetapi pada akhirnya tidak ada standar pihak bahkan memilih teknik pengukuran untuk menurunkan kepercayaan masyarakat mengukur keselamatan pasien dan terhadap menjadikan hasilnya sebagai tolak menang, pelayanan rumah sakit (Depkes RI, 2006). ukur Besarnya dampak yang dapat mampu kepala tuntutan dan proses hukum, tuduhan yang harus dan mampu kemampuan untuk keselamatan adalah untuk dan dalam melakukan menjamin mutu dengan cara menyusun mensosialisasikannya, melakukan tindakan korektif dan edukatif jika standar yang timbul akibat insiden keselamatan ditetapkan pasien membuat kepala ruang harus Berkaitan hal tersebut maka perlu ada mencegah tindakan yang tidak aman kejelasan perihal langkah penjaminan bagi pasien. Peran kepala ruang mutu keselamatan pasien bagi kepala memegang posisi yang penting dalam ruang. Berdasarkan hal tersebut maka keselamatan pasien. Kepala ruang peneliti sebagai mengidentifikasi pemimpin harus dapat belum dapat tertarik dicapai. untuk pengaruh memandu atau mempengaruhi perawat penjaminan mutu keselamatan pasien pelaksana agar bekerja keras mencapai oleh kepala ruang terhadap 3 pelaksanaan tindakan keselamatan sedangkan di RS Tugu Ibu 60 perawat. pasien oleh perawat pelaksana di RS Penelitian dilakukan pada 20 April-30 Bhakti Yudha Depok. Mei 2012. Pengumpulan data dengan Masalah dalam penelitian ini kuesioner yang telah diuji validitas “Apakah ada pengaruh penjaminan dan mutu keselamatan pasien oleh kepala menggunakan ruang terhadap tindakan keselamatan sebagai ukuran pemusatan, minimum- pasien oleh perawat pelaksana di maksimum sebagai ukuran Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok?. penyebaran, distribusi frekuensi Penelitian dengan ukuran presentase masing- ini bertujuan mengidentifikasi untuk pengaruh reliabilitasnya. masing Analisis mean kelompok dan atau data median proporsi, penjaminan mutu keselamatan pasien analisis Bivariat dengan Uji Mann- oleh kepala ruang terhadap tindakan Whitney, Uji Kolerasi Pearson, Uji t keselamatan independen, α= 0.05. pasien oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Bhakti HASIL PENELITIAN Yudha Depok. Tabel 1 Perbedaan penjaminan mutu dan METODE PENELITIAN tindakan keselamatan pasien di RS Bhakti Desain penelitian digunakan adalah yang rancangan Yudha dan RS Tugu Ibu Depok pada 20 April-30 Mei 2012 No Variabel eksperimen semu (Quasi Experiment Design): Non Equivalent (n= 60) Media Control Group. Populasinya semua perawat ruang rawat inap dan kepala ruang inap (intervensi). Populasi Depok. Sampel pada p n Penjamina n mutu 91.00 0.01 92.50 0.01 Sebelum 140.00 * 100.00 * n pasien 141.00 0.01 145.00 0.43 Sebelum 161.00 * 146.00 Tindakan keselamata kepala ruang di ruang rawat inap RS Ibu Media Sesudah 2. kelompok kontrol adalah perawat dan Tugu Kontrol (n= 60) p n 1. pelaksana RS Bhakti Yudha Depok di rawat Intervensi Sesudah Tabel 1 menunjukkan pada kelompok penelitian ini yaitu: Kepala ruang dan intervensi, sebelum dan sesudah intervensi perawat terdapat perbedaan yang bermakna pada pelaksana. pengambilan sampel menggunakan total sampling. Besar perawat di RS Teknik sampel 60 Bhakti Yudha penjaminan mutu dan tindakan keselamatan pasien (p= 0.01). Kelompok kontrol hanya terdapat perbedaan yang bermakna pada penjaminan mutu keselamatan pasien (p= 4 0.01) dan tidak ada perbedaan pada tindakan memiliki hubungan yang bermakna dengan keselamatan pasien (p= 0.43). tindakan keselamatan pasien. Oleh karena itu mutu selanjutnya keselamatan pasien terhadap tindakan multivariat. Tabel 2 Pengaruh penjaminan tidak dilakukan analisis karakteristik tingkat keselamatan pasien di RS Bhakti Yudha dan RS Tugu Ibu Depok pada 20 April-30 Tabel Mei 2012 pendidikan, jenis kelamin, pelatihan dengan No Variabel Tindakan keselamatan . pasien 1. Penjamina Tabel 2 Intervensi Kontrol (n= 60) (n= 60) p r p 0.9 0.01 0.1 0.2 6 * 1 2 pada kelompok menunjukkan Hubungan tindakan keselamatan pasien Tindakan No. 0.01), penjaminan mutu keselamatan pasien Variabel Keselamatan Pasien Intervensi (n= 60) 1. intervensi ada pengaruh yang bermakna (p= 2. Mean p SPK 160.50 0.49 Diploma 161.30 Pendidikan Jenis terhadap tindakan keselamatan pasien dimana kelamin 159.50 pengaruhnya sangat kuat dan bersifat positif. Laki-laki 161.38 Maknanya semakin baik penjaminan mutu Perempuan keselamatan pasien semakin di RS Bhakti Yudha Depok pada 20 April-30 Mei 2012 r n mutu 4 baik pula 3. 0.10 Pelatihan tindakan keselamatan pasien. Sebaliknya pada yang 161.43 kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh diikuti 161.23 penjaminan mutu keselamatan pasien terhadap Tidak tindakan keselamatan pasien. Pernah 0.87 Pernah Tabel 3 Hubungan karakteristik umur dan Tabel lama bekerja perawat dengan tindakan intervensi variabel tingkat pendidikan, jenis keselamatan pasien di RS Bhakti Yudha kelamin, pelatihan yang diikuti tidak memiliki Depok pada 20 April-30 Mei 2012 hubungan yang bermakna dengan tindakan No. 4 menunjukkan Tindakan Keselamatan keselamatan pasien. Pasien selanjutnya tidak Intervensi (n= 60) multivariat. Variabel r p 1. Umur 0.06 0.64 2. Lama 0.09 0.45 pada Oleh kelompok karena dilakukan itu analisis bekerja Tabel 3 menunjukkan variabel umur dan lama bekerja pada kelompok intervensi tidak 5 kelompok kontrol di Rumah Sakit PEMBAHASAN Penjaminan Mutu Keselamatan Tugu Ibu Depok. Hasil Pasien pengukuran mutu Peneliti memulai intervensi dengan keselamatan pasien yang dilaksanakan memberikan desiminasi/sosialisasi oleh kepala ruang dijadikan sebagai kepada kepala ruang terkait pedoman sebagai tolak ukur untuk melakukan penjaminan mutu keselamatan pasien tindakan edukasi dan korektif terhadap yang akan dijadikan panduan oleh kriteria yang belum tercapai, hasil kepala pengukuran tersebut dapat dijadikan ruang. Selanjutnya membentuk/ mengaktifkan kembali rekomendasi ”champion”, menyusun dan sosialisasi untuk standar keselamatan pasien, Langkah keselamatan pasien. Kepala ruang terakhir mempunyai peran yang penting dalam adalah mengukur tingkat kepada upaya rumah perbaikan mutu mutu layanan kesehatan dengan teknik pelaksanaan pengukuran mutu konkuren terhadap pasien, mutu tindakan keselamatan pasien. menyatakan pemimpin harus memiliki Hasil perbedaan intervensi penelitian sebelum pada tindakan sakit (Cherry & keselamatan Jacob, 2011) terdapat kemampuan untuk memandu atau sesudah mempengaruhi orang lain agar bekerja dan penjaminan mutu keras mencapai tujuan. Idealnya setiap keselamatan pasien, namun terkait orang dalam organisasi harus terlibat peningkatan nilai penjaminan mutu di dan berpartisipasi dalam penjaminan kelompok mutu, kontrol yang tidak karena setiap orang akan diintervensi, hal ini merupakan hasil menerima keuntungan dari hal itu usaha kepala ruang dalam upaya (Swanburg, 1999; Pohan, 2007; Assaf, meningkatkan tindakan 2009; Bustami, 2011; Marquis & keselamatan pasien di RS Tugu Ibu Houston, 2012). Lebih lanjut Marquis Depok selama dilakukan penelitian. & Hasil penelitian ini sesuai dengan pengukuran mutu memberi umpan hipotesis penelitian yang menyatakan balik kepada perawat tentang mutu ada mutu asuhan mereka saat ini dan bagaimana keselamatan pasien pada kelompok asuhan yang mereka berikan dapat intervensi di RS Bhakti Yudha dan diperbaiki. Perawat harus dilibatkan perbedaan mutu penjaminan Houston, (2012) menyatakan sepanjang proses pengukuran mutu, 6 walaupun tidak praktis mengharapkan sehari-hari, keterlibatan perawat secara penuh, penekanan disini adalah identifikasi perawat pasien menggunakan “dua identitas harus dilibatkan menentukan kriteria menilai kembali mengumpulkan atau dalam standar, pasien” standar, perhatian data tetapi yang dan yang harus menjadi mendapat harus selalu atau disosialisasikan oleh kepala ruang dan melaporkannya. Konsumenpun dalam tim keselamatan pasien di ruang hal ini pasien harus secara aktif Cattleya A dan B kepada perawat terlibat dalam penentuan mutu layanan pelaksana. Penggunakan dua identitas organisasi. pasien jika akan melakukan prosedur Tindakan Keselamatan Pasien memerlukan sedikitnya dua cara untuk Tindakan keselamatan pasien mengacu pada mengidentifikasi sasaran seperti nama pasien, nomor rekam keselamatan menurut seorang pasien, PERMENKES medis, tanggal lahir, gelang identitas No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 pasien dengan bar-code, dan lain-lain. tentang keselamatan pasien rumah Nomor kamar pasien atau lokasi tidak sakit. terdapat boleh digunakan untuk identifikasi sesudah (Unit Hasil perbedaan penelitian sebelum dan pelayanan jaminan mutu, intervensi pada tindakan keselamatan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, pasien, hal ini sesuai dengan hipotesis 2011). penelitian ada Tindakan komunikasi efektif kurang keselamatan menekankan pentingnya membacakan yang perbedaan pasien menyatakan tindakan sebelum penerapan dan sesudah penjaminan kembali Komunikasi untuk Efektif; klarifikasi saat mutu menerima instruksi melalui telepon. keselamatan pasien oleh kepala ruang Hal ini harus lebih disosialisasikan pada kelompok intervensi di RS kepada perawat pelaksana agar tidak Bhakti Yudha dan kelompok kontrol terjadi salah komunikasi di antara di Rumah Sakit Tugu Ibu Depok. petugas kesehatan. Menurut Depkes Berikut ini pembahasan tiap- RI, (2011) komunikasi yang mudah tiap subvariabel keselamatan pasien. terjadi kesalahan kebanyakan terjadi Ketepatan Pasien; pada saat perintah diberikan secara Pelaksanaan identifikasi pasien sudah lisan atau melalui telepon. Jenis dilakukan komunikasi yang dapat dilakukan 7 Identifikasi dalam merawat pasien untuk menunjang pelaksanaan Menurut Cohen, 2007 terdapat enam keselataman pasien menurut Sammer, obat Lykens, Singh, Mains, & Lackan, kesalahan, (2010) Structured heparin, opioid, injeksi kalium klorida SBAR). atau konsentrat kalium fosfat. blocking Perintah/ instruksi yang diberikan agen neuromuskuler, obat kemoterapi. diantaranya: techniques (read-back, lewat telepon jika sudah diterima yang berisiko terjadinya diantaranya: Kepastian Insulin, Tepat Lokasi, harus ditulis kemudian dibaca kembali Tepat untuk Operasi; Intervensi yang diberikan konfirmasi dan verifikasi Prosedur, Tepat langsung kepada pemberi perintah/ tidak instruksi. peningkatan pada ketepatan lokasi, Diperbolehkan tidak berpengaruh Pasien melakukan pembacaan kembali (read prosedur, back) intervensi. bila tidak memungkinkan pasien terhadap pada kelompok Penyebabnya karena seperti di kamar operasi dan situasi sebelum intervensi ketepatan lokasi, gawat darurat di IGD atau ICU. prosedur, pasien baik di kelompok Peningkatan Obat yang Keamanan Perlu Diwaspadai; intervensi maupun kontrol/rumah sakit telah mengembangkan Penekanan tindakan terkait keamanan pendekatan obat yang harus tetap dipertahankan ketepatan adalah tidak meletakkan KCL dekat ketepatan lokasi. Hal ini sesuai dengan aquadest kemasan elemen penilaian sasaran menurut mirip/sama. Kesalahan obat dapat Depkes RI, (2011) diantaranya rumah menyebabkan bahaya untuk pasien, sakit menggunakan suatu tanda yang karena perawat mempunyai peran jelas dan dimengerti untuk identifikasi penting lokasi operasi dan melibatkan pasien apalagi dalam jika menyiapkan dan memberikan obat maka perawat perlu yang prosedur, baku suatu pasien terkait dan di dalam proses penandaan. waspada dalam mencegah kesalahan Pengurangan Risiko Infeksi obat (Potter & Perry, 2009). Nama Terkait Pelayanan Kesehatan; Pusat Obat, mirip dari eliminasi infeksi adalah cuci (NORUM), yang membingungkan staf tangan (hand hygiene) yang tepat. pelaksana satu Mencuci tangan setelah tindakan atau penyebab yang paling sering dalam setelah menyentuh pasien umumnya kesalahan obat (medication error). hampir rupa dan ucapan merupakan salah selalu dilakukan namun 8 sebelum tindakan dilakukan. masih WHO, jarang Pengaruh (2007) terhadap Penjaminan Mutu Tindakan Keselamatan merekomendasikan adalah mendorong Pasien implementasi Hasil penelitian menunjukkan variabel penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs tersedia pada umur, titik-titik pendidikan, jenis kelamin, pelatihan pelayanan, sumber air pada pendidikan staf kebersihan tangan mengingatkan bersih di pengukuran tersedianya semua kran, mengenai lama bekerja, tingkat yang diikuti tidak memiliki hubungan teknik yang yang benar, keselamatan pasien di RS Bhakti penggunaan tangan Yudha tempat kerja; kepatuhan kebersihan bermakna Depok. dengan tindakan Hubungan antara dan karakteristik perawat dengan tindakan penerapan keselamatan pasien di gunakan untuk tangan melalui menyingkirkan variabel pemantauan/ observasi dan teknik- confounding/perancu. Perbedaan pada teknik yang tindakan keselamatan Risiko Pasien kelompok intervensi Pengurangan lain. Pengurangan Jatuh; Risiko Tindakan Pasien Jatuh karena adanya disebabkan intervensi diberikan diantaranya diperkuat dengan adanya hasil analisis awal pada Meletakkan pasien stiker/ pengkajian peneliti. yang belum dilaksanakan secara maksimal melakukan oleh pasien penjaminan Hal ini risiko jatuh, pengaruh symbol/ kode keselamatan pasien terhadap tindakan pasien berisiko jatuh. Penyebabnya di keselamatan RS Bhakti Yudha Depok dan RS Tugu pengaruhnya sangat kuat dan bersifat Ibu Depok belum ada standar format positif, yang maknanya semakin baik khusus penjaminan mutu keselamatan pasien di digunakan status untuk pasien yang melakukan semakin pasien mutu baik pula dimana tindakan pengkajian risiko jatuh. Format yang keselamatan pasien. Sebaliknya pada dipakai menggunakan kelompok format pengkajian yang bersifat umum pengaruh sehingga jatuh keselamatan pasien terhadap tindakan berbeda-beda keselamatan pasien. Berdasarkan hasil diruangan pengkajian dipersepsikan secara oleh tiap perawat. risiko kontrol tidak terdapat penjaminan mutu tersebut penjaminan mutu keselamatan pasien haruslah dilaksanakan secara 9 terus menerus dan berkesinambungan standarisasi tentang penandaan pada sehingga mutu pasien risiko jatuh. Bagi Perawat; keselamatan pasien yang dilaksanakan Menggunakan dua identitas pasien oleh kepala ruang dapat dijadikan misalnya (nama pasien dan nomor sebagai sebagai tolak ukur untuk rekam medik pasien/nama dan tanggal melakukan lahir) hasil penjaminan tindakan edukasi dan sebelum melakukan suatu korektif jika kriteria yang ditetapkan tindakan kepada pasien. Membacakan tidak tercapai. kembali KESIMPULAN menerima instruksi melalui telepon. Terdapat pengaruh penjaminan untuk Tidak klarifikasi meletakkan saat KCL dekat mutu keselamatan pasien terhadap aquadest apalagi jika kemasannya tindakan keselamatan pasien pada mirip. kelompok melakukan intervensi dimana Mencuci tangan tindakan ke tindakan positif yang maknanya semakin baik menggunakan penjaminan mutu keselamatan pasien Melakukan pengkajian awal pada semakin pasien pula tindakan atau pasien/ pengaruhnya sangat kuat dan bersifat baik invasif sebelum dengan handrub risiko jatuh, gel. meletakkan keselamatan pasien. Sebaliknya pada symbol/ kode sebagai tanda/ sinyal kelompok pengaruh kontrol tidak terdapat pasien berisiko jatuh jika rumah sakit penjaminan mutu sudah menetapkan format standar keselamatan pasien terhadap tindakan terkait pasien jatuh. keselamatan pasien. SARAN DAFTAR PUSTAKA Saran bagi manajemen rumah sakit; Diperlukan upaya perbaikan 1. Blegen, M. (2006). Patient safety pada peningkatan komunikasi efektif, in keamanan obat, pencegahan risiko Proquest: jatuh, pengurangan risiko infeksi, serta nursing research. melakukan pengukuran mutu hospital 2. Craven, acute Annual R.F. & care units. review Hirnle, of C.J. keselamatan pasien secara periodik. (2000). Fundamental of nursing: Membuat Human health & function third standarisasi terkait pengkajian risiko jatuh pada anak, edition. Philadelphia: Lippincott. dewasa dan geriatri serta membuat 10 3. Lumenta, N. (2008, April). State of the patient safety.disampaikan pada workshop keselamatan pasien internasional. Jakarta: buku kedokteran EGC. 10. Bustami. (2011). Penjaminan mutu dan manajemen resiko klinis di pelayanan RSAB Harapan Kita Jakarta. akseptabilitasnya. 4. Departemen Kesehatan R.I (2006). Panduan nasional pasien rumah safety): Utamakan keselamatan sakit (patient keselamatan pasien. Jakarta: Depkes RI. Contemporary nursing: Issues, kesehatan & Jakarta: Penerbit Erlangga. 11. Marquis, B.L. & Houston, C.J. (2012). Leadership roles & management functions in nursing: Theory 5. Cherry, B., & Jacob, S., (2011). Penerbit & application Seven edition: Philadelpshia: Lippincott. 12. Departemen Kesehatan R.I (2011). trends, & management, Ed 5. St. Pedoman Louis, pelayanan keperawatan di rumah Missouri: Mosby, an affiliate of Elsevier Inc. sakit. Direktorat Bina Pelayanan 6. Buerhaus, P. (2004). Lucian leape on patient Hospitals. scholarship, safety Journal 4 in leadership & Keteknisian S. Medik Direktorat Jenderal Bina nursing of Upaya (36), 366-370. web. Introductory Keperawatan U. http://www.proquest.umi.com/pqd 7. Swanburg, penyelenggaraan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 13. Unit pelayanan jaminan mutu. (2011). Buku saku quality & R.C. (1999). management for & safety. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. clinical 14. Sammer, C., Lykens, K., Singh, nurses.Texas: John & Bartlett K., Mains, D., & Lackan, N., Publishers, Inc. (2010). What is Patient Safety 8. Pohan, I., (2007). Jaminan mutu Culture? A Review of the layanan kesehatan: Dasar-dasar Literature. Journal of Nursing pengertian & penerapan. Jakarta: Scholarship, 42:2, 156–165. Penerbit buku kedokteran EGC. 9. Assaf. (2009). Mutu pelayanan kesehatan: Perspektif 15. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental of nursing: Concepts, process & practice. St. Louis: Mosby Year Book. Inc. 11 16. Cohen.2007. Protecting patients commission & Joint commission from harm: Reduce the risks of international high http://www.who.int.com. alert drugs. solution. http://www.nursing2007.com. 17. WHO. (2007). WHO collaborating center for patient safety. Joint 12