73 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan

advertisement
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penyajian dan analisis hasil penelitian diketahui, bahwa
kredibilitas pendeta GMIT pada Gereja Petra Kefamenanu-TTU sebagai komunikator
dalam perspektif retorika klasik Aristoteles dapat dilihat dari etos, pathos dan logos.
1. Etos berkaitan dengan inteligence, character, dan goodwill. Setelah dianalisis
pendeta pada Gereja Petra Kefamenanu mempunyai intelligence yang baik, ini
dilihat latar belakang pendidikan yang tinggi, pengalaman pelayanan yang
cukup lama dengan jemaat, maupun pengalaman diluar pelayanan yang
menambah pengetahuan mereka. Jemaat juga mengakui bahwa pendeta pada
Gereja Petra pandai, itu dapat dinilai dari kata-kata dalam kotbah yang
menarik dan dekat dengan kehidupan jemaat. Pendeta pada Gereja Petra juga
percaya diri dalam menyampaikan kotbah ini dapat dilihat dari cara
menyampaikan kotbah dengan luwes, tegas, dan tidak terikat pada teks.
Terlihat bahwa pendeta pada Gereja Petra ini sangat menguasai materi yang
mereka sampaikan. Kotbah yang disampaikan pendeta sudah dikemas
sedemikian rupa dalam tutur kata dan bahasa tubuh yang sesuai, agar menarik
dan dimengerti oleh jemaat. Pendeta pada Gereja Petra selalu memperhatikan
isi kotbah, reaksi jemaat, dan durasi kotbah agar kotbah tersebut tidak
membosankan. Selain itu jemaat menilai pendeta pada Gereja Petra
73
Kefamenanu TTU mempunyai karakter yang jujur dan adil di mata jemaat. Itu
semua mereka rasakan dalam kebersamaan mereka dengan pendeta selama
pelayanan. Dilihat dari semua gambaran tentang etos dari pendeta pada Gereja
Petra Kefamenanu-TTU, maka dapat disimpulkan bahwa mereka mempunyai
etos yang tinggi, ini dilihat dari pengamatan penulis dan bukti hasil
wawancara dari jemaat. Penilaian positif tentang etos pendeta akan membuat
jemaat percaya pada pendeta tersebut. Tentunya apa yang disampaikan oleh
pendeta akan lebih mudah diterima karena terlebih dahulu jemaat sudah
mempunyai pandangan yang positif tentang pribadi pendeta yang berkotbah.
2. Berkaitan dengan pathos, kotbah yang disampaikan pendeta pada Gereja Petra
selama ini sudah memotivasi dan menjawab kebutuhan jemaat. Kotbahkotbah yang disampaikan sangat dekat dengan kehidupan jemaat, karena
referensi dari kotbah itu sendiri pendeta ambil dari kehidupan jemaat dan isuisu yang sedang hangat di masyarakat. Pendeta pada Gereja Petra dalam
kotbahnya juga sering menasehati dan menegur jemaat apabila melakukan
kesalahan. Tapi tentu saja nasehat dan teguran itu diformulasikan dengan
bahasa yang baik dan tidak menyinggung perasaan jemaat. Pendeta pada
Gereja Petra sebagai motivator selalu berusaha memotivasi jemaat ke arah
yang lebih baik. Kotbah sebagai penyejuk yang memberikan semangat dan
dorongan positif
bagi kehidupan jemaat. Dengan kotbah pendeta yang
memotivasi dan menjawab kebutuhan jemaat inilah yang membuat jemaat
74
tertarik untuk datang beribadah ke gereja. Kotbah-kotbah yang disampaikan
oleh pendeta merupakan siraman rohani yang patut didengar.
3.
Logos berkaitan dengan kemampuan pendeta yang secara intelek mengatakan
sesuatu secara rasional dan argumentatif. Logos lebih menekankan pada
kemampuan komunikator mengolah pesan dan data-data yang faktual, agar
menarik perhatian jemaat. Kotbah pendeta
pada Gereja Petra selama ini
dirasakan jemaat masuk akal dan sesuai dengan kapasitasnya sebagai pendeta.
Diakui pendeta memiliki banyak referensi dalam menyusun kotbah baik itu
kehidupan jemaat, berita-berita yang hangat di masyarakat, serta buku-buku
disiplin ilmu lain. Semua sumber itu dikaitkan dengan bacaan firman Tuhan
dan unsur-unsur teologi. Jemaat mengaku sangat menyukai kotbah yang
menggunakan anologi, perumpamaan, ilustrasi dan contoh kasus karena
sebagai bahan pembanding bagi kehidupan jemaat dan membuat kotbah
semakin menarik. Dalam menguraikan kotbahnya, jemaat merasakan pendeta
masih menggunakan bahasa atau istilah teologi yang tidak dapat dimengerti
oleh jemaat. Selain itu, berkaitan dengan gaya berbicara pendeta pada gereja
Petra, jemaat menilai gaya berbicara pendeta Besly intonasinya terlalu cepat
sehingga jemaat kadang kurang memahami apa yang disampaikan.
Dari analisis tentang kredibilitas pendeta sebagai komunikator, dalam
perspektif retorika klasik Aristoteles, yakni etos, pathos dan logos. Maka dapat
disimpulkan bahwa, pendeta pada Gereja Petra Kefamenanu-TTU mempunyai
kredibilitas yang cukup baik di mata jemaat. Ini dibuktikan dengan penilaian positif
75
dari jemaat tentang pribadi pendeta pada Gereja Petra Kefamenanu-TTU. Namun
dari semua penilaian positif masih ada sedikit kekurangan pada cara berkomunikasi
dan isi pesan yang disampaikan. Kekurangan tersebut hendaknya lebih diperhatikan
lagi dan diperbaiki.
6.2 Saran
Setelah menganalisa dan menyimpulkan penelitian tentang kredibilitas
pendeta GMIT pada Gereja Petra Kefamenanu-TTU, sebagai komunikator dalam
perspektif retorika klasik Aristoteles, maka penulis mempunyai saran sebagai berikut:
1. Dari penilaian jemaat tentang gaya berbicara pendeta maka diharapkan agar
pendeta lebih memperhatikan intonasi saat berkotbah agar kotbah tersebut
dapat diikuti oleh jemaat.
2. Dalam menyusun kotbah diharapkan pendeta memperhatikan kembali isi
kotbah yang disampaikan, agar tidak ada lagi bahasa dan istilah teologi yang
tidak dimengerti jemaat.
76
DAFTAR PUSTAKA
Fujishin, Randy. 2009. Smart Public speaker. Yogyakarta: Books Mark
Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
Kusuma, Hendra. 2008. Mempengaruhi Dengan Kekuatan Bicara. Yogyakarta:
Pinus
Liliweri, Alo. 2006. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Muda, A.K. Ahmad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality
Publisher
Pouw, P.H. 2006. Uraian Singkat Tentang Homiletik Ilmu Berkotbah. Bandung:
Kalam Hidup
Ph.D, Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Pelangi
Aksara.
Rothlisberger, H. 2009. Homiletika Ilmu Berkotbah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Suhandang, Kustadi. 2009. Retorika. Bandung: Nuansa
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
Situs:
Google; http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_persuasi
77
Download