2.1.10 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.Landasan Teori
2.1.1 Internet, Ekstranet, dan Intranet
2.1.1.1 Internet
Menurut Uma (2006, p55), Internet merupakan jaringan
komputer
global
yang
menghubungkan
orang
dan
informasi.Karena Internet menghubungkan kita dengan seluruh
dunia, keperluan data penelitian apapun dapat diperoleh dari setiap
negara melalui internet. Internet menampilkan jaringan komunikasi
elektronik raksasa antara bisnis, konsumen, agen pemerintah,
sekolah dan organisasi lain di seluruh dunia. Internet mempunyai
lima karakteristik dan fungsi yang jelas, yaitu:
a) Sebuah jaringan, menghubungkan berbagai individu dan
organisasi.
b) Sebuah medium, menawarkan saluran komunikasi baru.
c) Sebuah pasar, menawarkan pasar terbuka dan sangat luas
dengan banyak konsumen yang potensial.
d) Sebuah tempat transaksi, memungkinkan orang dan bisnis
untuk menyelesaikan transaksi online financial.
7
e) Sebuah tempat penambangan aplikasi, memungkinkan
pengembang piranti lunak untuk menggunakannya sebagai
dasar untuk mengembangkan banyak aplikasi.
Internet juga memungkinkan pertukaran surat elektronik
(electronic-mail atau e-mail), yang kian menjadi cara utama dalam
komunikasi antar berbagai universitas, pemerintah dan jaringan
data komersial.
Menurut Chaffey (2007, p85) Internet adalah komunikasi
antara jutaan komputer yang saling terhubung di seluruh dunia. Hal
ini memungkinkan jutaan jaringan terhubung antara satu dengan
yang lainnya. Melalui internet yang terhubung di komputer, user
menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi kepada user lain yang
juga menggunakan komputer di mana saja dan kapan saja. Internet
lebih memudahkan user untuk berkomunikasi dengan biaya yang
lebih murah.
Melengkapi definisi di atas, menurut Rainer dan Turban
(2009, p402) Internet adalah jaringan global (Wide-area network)
yang menghubungkan jutaan jaringan komputer organisasi di
seluruh negara dan benua.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan
pengertian internet merupakan media komunikasi yang dapat
digunakan oleh organisasi maupun individu untuk memudahkan
dalam berkomunikasi antar individu maupun organisasi yang
berbeda benua, negara maupun kota melalui jaringan digital.
Untuk menjalankan suatu aktivitas pada Internet terdapat beberapa
komponen yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
(1) World Wide Web (WWW). Menurut Chaffey (2007, p.95) WWW
merupakan teknik yang paling umum untuk mempublikasikan
informasi pada jaringan internet yang dapat diakses melalui web
browser yang menampilkan halalaman web dan disertai grafikgrafik dan text HTML/XML.
(2) Web Browser. Menurut Chaffey (2007, p.96) Web Browser
merupakan suatu perangkat lunak seperti microsoft internet
explorer dan mozilla firefox yang biasa kita gunakan untuk
mengakses informasi pada WWW.
(3) URLs. Menurut Chaffey (2007, p.104) URLs (Uniform Resource
Locators) merupakan
alamat
web
yang
digunakan
untuk
menempatkan suatu halaman web pada web server.
(4) Domain Name. Menurut Chaffey (2007, p.105) Domain Name
adalah nama domain yang menunjukkan suatu alamat pada web
server dan biasanya dipilih sama dengan nama perusahaannya.
2.1.1.2 Intranet
Menurut O’Brien (2006, p.326) Intranet adalah jaringan
internal
organisasi
yang
menggunakan
infrastruktur
dan
standarisasi seperti internet dan web yang hanya dapat diakses oleh
para pekerja perusahaan yang bersangkutan. Hal itu berarti intranet
digunakan untuk menghubungkan komunikasi hanya diantara para
pekerja perusahaan saja yang menggunakan infrastruktur dan
standarisasi seperti internet dan web.
2.1.1.3 Ekstranet
Menurut O’Brien (2006, p.326) Ekstranet adalah intranet
khusus yang tidak hanya menghubungkan antar karyawan dalam
suatu perusahaan, tetapi juga menghubungkan perusahaan dengan
supplier tertentu atau organisasi lain yang memiliki hubungan
khusus dengan perusahaan. Hal itu berarti extranet merupakan
jaringan yang menghubungkan perusahaan dengan supplier atau
dengan organisasi lain yang memiliki hubungan khusus dengan
perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan suatu komunikasi
yang bukan hanya pada para pekerja perusahaan saja tetapi juga
pada eksternal perusahaan tertentu.
2.1.2. e-Business
Menurut Chaffey ( 2007, p14 ) e-Business dinyatakan
sebagai seluruh peralatan elektronik yang dapat digunakan sebagai
media pertukaran informasi, jasa maupun produk melalui jaringan
elektronik antar bagian organisasi maupun pihak lainnya untuk
mendukung berjalannya proses bisnis yang lebih efisien dan efektif. eBusiness cangkupannya lebih luas dari e-commerce yang hanya
meliputi proses pembelian dan penjualan melalui jaringan elektronik.
e-Business meliputi segala macam fungsi dan kegiatan bisnis
menggunakan data elektronik, termasuk di dalamnya e-SCM. eBusiness tidak akan terputus, namun selalu berkembang mengikuti
zaman dimana proses aktivitas bisnis yang tadinya manual dapat
diubah kedalam bentuk yang dapat dijalankan secara elektronik dan
menambah fungsi dari penggunaan e-Business dalam kegiatan seharihari.
Berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan bahwa e-Business adalah suatu pendekatan bisnis yang
lahir dari adanya jaringan khususnya internet yang dijadikan sebagai
media komunikasi bisnis yang cakupannya sangat luas yang terdiri
dari penggunaan teknologi elektronik, web, dan teknologi jaringan
lainnya yang memberikan peluang bisnis yang baru melalui jaringan
khususnya internet yang mendukung keseluruhan proses bisnis serta
cepatnya pengambilan keputusan.
2.1.3. e-Learning
Menurut Effendi dan Zhuang (2005, p6), terminologi eLearning dapat mengacu pada semua kegiatan pelatihan yang
menggunakan media elektronik atau tekhnologi informasi. e-Learning
memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat
mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti
pelajaran/perkuliahan di kelas. e-Learning sring pula dipahami
sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang diakses dari
intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning
tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal
maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan CD/DVD
pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi
belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui
media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfaatkan
CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada.
e-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk
pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan
lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus
didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun
internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun
termasuk pola e-Learning.
Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai
kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya
pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di
tempat di mana dia berada.
Ada beberapa pengertian berkaitan dengan e-Learning sebagai
berikut:
1)
Pembelajaran jarak jauh.
e-Learning memungkinkan pembelajar untuk menimba
ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa
berada di 2) Semarang, sementara “instruktur” dan pelajaran yang
diikuti berada di tempat lain, di kota lain bahkan di negara lain.
Interaksi bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun
secara off-line atau archieved.
Pembelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di
rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun
jaringan Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang
telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat
penyedia materi di kampus/universitas, atau perusahaan penyedia
content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar,
dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran.
2)
Pembelajaran dengan perangkat komputer
e-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat
komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat
multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet
lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet
ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam eLearning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak
dibatasi
dengan
kapasitas
kelas.
Materi
pelajaran
dapat
diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan
kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar.
3)
Pembelajaran formal vs. informal
e-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal
maupun informal. e-Learning secara formal, misalnya adalah
pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan test
yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah
disepakati
pihak-pihak
terkait
(pengelola
e-Learning
dan
pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat
interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada
karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh
universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan
konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa eLearning untuk umum. e-Learning bisa juga dilakukan secara
informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui
sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi
dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program,
pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas
(biasanya tanpa memungut biaya).
4)
Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang
masing masing.
Walaupun sepertinya e-Learning diberikan hanya melalui
perangkat komputer, e-Learning ternyata disiapkan, ditunjang,
dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masingmasing, yaitu:
a) Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber dari pelatihan yang
disampaikan
b) Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis
mendesain materi dari SME menjadi materi e-Learning dengan
memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih
interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari
c) Graphic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk
grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang,
efektif dan menarik untuk dipelajari
d) Ahli bidang Learning Management System (LMS). Mengelola
sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara
instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya.
Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang
ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus
dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan
instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini,
siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya
berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh.
e-Learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi
seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-Learning
ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait.
Menurut Effendi dan Zhuang (2005,h9), keuntungan yang
dapat diambil dalam menerapkan e-Learning adalah:
1) Pengurangan biaya
Kelebihan pertama e-Learning adalah mampu mengurangi
biaya pelatihan.
Dengan
adanya
e-Learning,
perusahaan
tidak
perlu
mengeluarkan biaya untuk menyewa pelatih dan ruang kelas
serta transportasi peserta pelatihan atau pelatih.
Manajemen e-Learning yang tidak tepat akan membuat biaya
pelatihan semakin membengkak.
2) Fleksibilitas Waktu
Administrator sering mengalami kesulitan menyesuaikan
waktu beberapa karyawan yang ingin dilatih. Hal ini karena
untuk mengikuti pelatihan di kelas, seorang karyawan harus
meninggalkan pekerjaannya selama 1 atau 2 hari. Dengan
tuntutan
kompetisi
perusahaan
yang
kian
meningkat,
kekurangan pegawai selama lebih dalam 1 hari akan sangat
mengganggu produktifitas perusahaan. E-Learning membuat
karyawan atau pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar.
Karyawan dan pelajar mudah mengakses e-Learning ketika
waktu sudah tidak memungkinkan atau ada hal lain yang
mendesak, mereka dapat meninggalkan pelajaran di eLearning saat itu juga. Karena banyak program e-Learning
memiliki fasilitas bookmark.
3) Fleksibilitas tempat
Apabila tempat pendidikan aktif menyelenggarakan acara
pelatihan, akan sulit mencari ruang kelas yang memadai dan
dapat
menampung
sekitar
10-20
orang
pelajar
serta
menyediakan alat-alat pembelajarannya. Para karyawan dan
pelajar yang dilatihpun harus menempuh perjalanan jauh ke
kelas. Mereka hanya perlu ke laboratorium sekolah, dimana eLearning
tersebut
di
instal,untuk
mengikuti
pelajaran
tambahan.
4) Fleksibilitas Kecepatan Pembelajaran
Pelajar memiliki gaya belajar berbeda-beda. Oleh karena itu,
wajar apabila di dalam suatu kelas ada siswa yang mengerti
dengan cepat dan ada yang harus mengulang pelajaran untuk
memahaminya. Akan tetapi, karena pelatih atau guru di kelas
mengajar dengan kecepatan sama untuk semua siswa, maka
siswa yang lebih lambat akan sulit memahami. Terlebih lagi,
guru sering tidak memiliki waktu menjawab pertanyaan siswa
atau berdiskusi setelah waktu pelajaran di kelas habis. Siswa
menjadi frustasi, siswa yang lebih cepat menginginkan lebih
banyak
materi,
sedangkan
siswa
yang
lebih
lambat
menginginkan pengulangan pembelajaran.
5) Standarisasi Pengajaran
Anda pasti pernah memiliki guru atau pelatih favorit, yang
terasa dapat mengajar dengan baik sehingga materi sesulit
apapun
mudah
diserap
dan
sebaliknya.
Hal
tersebut
disebabkan perbedaan kemampuan dan metode pengajran
yang diterapkan guru. Perbedaan tersebut menyebabkan
kualitas pengajaran sulit dijaga karena guru
favorit tidak
mungkin diminta mengajarkan semua pelajaran. e-Learning
dapat menghapuskan perbedaan tersebut. Pelajaran e-Learning
selalu memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak
bergantung suasana hati pengajar.
6) Efektifitas Pengajaran
Karena e-Learning merupakan teknologi baru, karyawan dan
pelajar dapat tertarik dan mencobanya sehingga jumlah peserta
meningkat. e-Learning yang didesain dengan instruksional
desain mutakhir membuat karyawan atau pelajar lebih
mengerti isi pelajaran. Suatu studi
oleh J.D. fletcher
menunjukan bahwa tingkat retensi dan aplikasi pelajaran e-
Learning meningkat 25% dibandingkan pelatihan secara
traditional.
7) Kecepatan distribusi
Kemajuan teknologi yang pesat menuntut suatu pelatihan
teknologi baru dilaksanakan secepatnya dan menjangkau area
luas secara singkat. e-Learning dapat cepat menjangkau
karyawan yang berada di luar wilayah pusat. Tim desain
pelatihan hanya perlu mempersiapkan bahan pelatihan
secepatnya dan menginstal hasilnya di server pusat eLearning. Jadi semua komputer yang terhubung ke server
dapat langsung mengakses. Apabila terdapat cabang yang
tidak memiliki sambungan network ke server, pelajaran hanya
perlu disimpan di Compact Disk (CD) dan dikirim melalui
pos.
8) Ketersediaan On-Demand
Karena e-Learning dapat sewaktu-waktu diakses, anda dapat
menganggapnya sebagai “buku saku” yang membantu
pekerjaan setiap saat.
9) Otomatisasi Proses Administrasi
e-Learning menggunakan suatu Learning Management System
(LMS) yang berfungsi sebagai platform pelajaran-pelajaran eLearning.
LMS
berfungsi
pula
menyimpan
data-data
pelajar,pelajaran, dan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. LMS yang baik dapat menyimpan dan membuat
laporan tentang kegiatan belajar seorang siswa, mulai dari
pelajaran yang telah diambil, tanggal akses, berapa persen
pelajaran telah diselesaikan, berapa lama pelajaran diikuti,
sampai berapa hasil tes akhir yang diambil. Dengan adanya
laporan didalam sistem LMS admin pelatihan sangat terbantu.
Waktu dan proses menyelesaikan tugas administrasi laporan
akan lebih singkat dan mudah.
Kerugian dalam implementasi e-Learning :
Selain berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan eLearning, namun terdapat pula kekurangan dan keterbatasan dalam
penerapan e-Learning yang harus diperhatikan organisasi. Menurut
Effendi dan Zhuang ( 2005, h15 ) keterbatasan tersebut adalah :
1) Budaya
Beberapa orang merasa tidak nyaman mengikuti pelatihan
melalui komputer.
Penggunaan e-Learning menuntut budaya self learning,
dimana seseorang memotivasi diri sendiri agar mau belajar.
Dalam pelatihan di ruang kelas, 60% energi berasal dari
pengajar, sedangkan pelajar hanya mendengar dan mencatat
namun dalam e-Learning 100% energi dari pelajar. Oleh
karena itu beberapa orang masih merasa segan berpindah dari
pelatihan di kelas ke pelatihan e-Learning.
2) Investasi
Walaupun e-Learning menghemat banyak biaya,
tetapi suatu organisasi harus mengeluarkan investasi awal
cukup besar untuk mulai mengimplementasikan e-Learning.
Investasi dapat berupa biaya desain dan paket pembuatan
program Learning Management System (LMS) paket
pelajaran dan biaya-biaya lain seperti promosi dan change
management system. Apabila infrastruktur yang dimiliki
belum memadai, organisasi harus mengeluarkan sejumlah
dana untuk membeli komputer, jaringan,server, dan lain
sebagainya.
3) Teknologi
Karena teknologi yang digunakan beragam, ada kemungkinan
teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada dan
terjadi konflik teknologi sehingga e-Learning tidak berjalan
baik.
4) Infrastruktur
Internet belum menjangkau semua kota di Indonesia.
Layanan broadband baru ada di kota-kota besar. Akibatnya
belum semua orang atau wilayah belum dapat merasakan eLearning dengan internet.
5) Materi
Walaupun e-Learning menawarkan berbagai fungsi, ada
beberapa materi yang tidak dapat diajarkan melalui eLearning. Pelatihan yang memerlukan banyak kegiatan fisik,
seperti olahraga dan instrument musik, sulit disampaikan
melalui e-Learning secara sempurna.
Berdasarkan pendapat Turban (2005, p118) e-Learning
disebut sebagai pembelajaran yang didukung oleh Web; dapat
dilakukan dalam kelas tradisional atau kelas Virtual.
Termasuk di dalamnya sebuah File yang digunakan untuk
menjelaskan dan menguji sebuah dubjek bahan-bahan materi
dari persentasi secara Online.
Menurut Rosenberg (2006,p3), mengatakan bahwa definisi
e-Learning secara umum adalah penggunaan teknologi (
komputer atau electric device lainya ) untuk mendukung
proses pembelajaran.
2.1.3.1 Aplikasi Internet Untuk Pengajaran
Menurut
pendapat
Prakoso
(2005,p8-9),
ketika
memutuskan untuk menerapkan e-Learning, yang harus pertama
kali dilakukan adalah memahami model CAL dan CAT (Computer
Assisted Learning dan Computer Assisted Teaching) yang akan
diterapkan beberapa model CAL dan CAT. Diantaranya adalah:
2.1.3.1.1 Learning Management system (LMS)
LMS merupakan kendaraan utama dalam proses
pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak
yang ada di desain untuk pengaturan pada tingkat individu,
ruang sekolah, dan institusi. Karakter utama LMS adalah
pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik dan
keduanya harus terhubung dengan internet agar dapat
menggunakan applikasi ini.
2.1.3.1.2 Computer Based Training (CBT) / Course
Authoring Package (CAP)
CBT adalah perangkat lunak online untuk
proses pembelajaran secara lokal pada masingmasing komputer peserta didik, perangkat lunak
kini juga bisa diterapkan secara online.
2.1.3.1.3 Java Development Tools (JDT)
JDT adalah lingkungan dimana peserta didik
dapat memperoleh pengalaman praktis dalam
menggunakan bahasa pemograman Java (Hands Of
Experience). JDT pada umumnya dipasang secara
offline pada masing-masing komputer peserta didik.
Mengetahui model CAL dan CAT yang akan
diterapkan, institusi pengajaran harus menentukan
perangkat lunak yang akan digunakan. Institusi
yang memiliki dana/modal bisa memilih perangkat
lunakk yang disediakan oleh vendor komersial.
Namun,bagi
institusi
dengan
dana
terbatas,
perangkat lunak Open Source menjadi solusi
terbaik.
2.1.4 Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning
Enviroment)
2.1.4.1 Pengertian Moodle
Berdasarkan pendapat Prakoso (2005,p13) Moodle adalah
sebuah perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan
mengadakan kursus/ pelatihan/ pendidikan berbasis internet.
Moodle termasuk dalam model CAL + CAT (Computer Assisted
Learning+Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS
(Learning Management System).
Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak
open source (dibawah lisensi GBU Public Lincensi). Jadi,
meskipun memiliki hak cipta, Moodle tetap memberikan
kebebasan bagi siapapun untuk mengopi, menggunakan, dan
memodifikasinya.
2.1.4.2 Filosofi Moodle
Menurut Prakoso (2005,pp16-18) desain dan pembangunan
Moodle didorong oleh sebuah filosof tentang pembelajaran.
Sebuah cara berfikir bahwa seseorang berada pada pendagogi
pembangunan social (social constructionist pedagogy). Terdapat
empat konsep utama di balik Moodle, yaitu:
1. Paham Konstruktif (Constructivism)
Pandangan ini menjaga agar masyarakat secara aktif
membangun pengetahuan sebagai interaksi mereka dengan
lingkungan. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu dengan
membaca halaman web, mengikuti kuliah atau membaca di
perpustakaan. Terdapat interpretasi yang lebih luas, bukan
seketar transfer informasi dari otak satu ke otak yang lain.
2. Paham konstruksi (Constructionism)
Paham konstruksi menegaskan bahwa pembelajaran
akan efektif ketika membangun sesuatu untuk orang lain. Hal
ini dapat berupa apa pun dari sekedar sebuah kalimat atau
mengirimkan file ke internet, hingga hasil karya yang kompleks
seperti lukisan, rumah, atau paket perangkat lunak.
3.
paham konstruktif sosial (Social Constructivism)
Paham ini merupakan perluasan dari ide sebelumnya ke
dalam
pembangunan
kelompok
(grup)
social.
Sebuah
kolaborasi menciptakan budaya untuk saling membagi hasil
karya dengan cara berbagi pengetahuan.
4. terkoneksi dan terpisah
Sebuah kebiasaan terpisah adalah ketika seseorang
mencoba
menemukan
tujuan
dan
kenyataan
untuk
mempertahankan ide yang dimilikinya dengan menggunakan
logika untuk menemukan kelemahan dari ide yang berlawanan.
Kebiasaan terkoneksi merupakan pendekatan yang lebih
empatik untuk menerima subyektif, berusaha mendengan dan
manjawab pertanyaan dengan tujuan memahami sufut pandang
yang berbeda. Kebiasaan membangun adalah ketika seseorang
sensitive terhadap kedua pendekatan yang ada, sekaligus
mampu memilih pendekatan yang tepat untuknya sesuai situasi
yang ada.
2.1.4.3 Rancangan Moodle
Sesuai filosofi yang menjadi landasannya, masih menurut
prakoso(2005,pp47-48)
Moodle
dirancang
untuk
mencapai
tujuanya. Rancangan Moodle yaitu sebagai berikut:
1. Mendukung pendagogi konstruksi social (kolaborasi,
aktivitis, kritik refleksi, dan sebagainya)
2. Sangat sesuai untuk kelas online dan dapat pula
digunakan sebagai tambahan kelas tatap muka.
3. Simple, ringan, efisien, dan antarmuka browser
sederhana
4. Mudah di instalasi pada berbagai macam platform yang
mendukung PHP. Moodle hanya membutuhkan satu
buah database, selain itu dapat disebarkan.
5. Abstraksi database Moodle mendukung hampir semua
merek database (kecuali definisi tabel)
6. Kategori kursus?pelatihan.Satu situs Moodle mampu
mendukung ribuan kursus/pelatihan.
7. Penekanan
yang
tinggi
pada
sisi
keamanan.
Pemeriksaan ulang terhadap formulir, validasi data,
enkripsi cookie, dan sebagainya.
8. Sebagian
besar
area
entry,
seperti
resource
9sumber/bahan pelatihan), forum, jurnal dan sebagainya
; dapat diedit menggunakan editor HTML WYSIWYG
(What You See Is What You Get) yang terintegrasi
dalam Moodle.
2.1.4.4 Manajemen Moodle
Berdasarkan
pendapat
Prakoso(2005,pp48-51)
untuk
menyesuaikan design yang ditentukan, diciptakan beberapa
manajemen yang mendukung. Berikut adalah tiga tipe manajemen
yang signifikan dalam Moodle, yaitu:
1. Manajemen Situs
Situs
dikelola
oleh
seorang
administrator
(admin). Admin ditetapkan ketika setup. Plug-in theme
memungkinkan admin untuk memilih warna situs,
layout (tampilan, font (ukuran huruf) sesuai dengan
kebutuhan. Plugin modul aktifitas dapat ditambahkan
pada instalasi Moodle yang ada. Paket bahasa
memungkinkan penyesuaian ke dalam banyak bahasa.
Paket ini dapat di-edit menggunakan editor web yang
disertakan dalam Moodle.
2. Manajemen Pengguna
Moodle dirancang untuk mungurangi dampak
keterlibatan admin hingga seminimum mungkin dengan
tetap mempertahankan tingkat keamanan yang ada.
Selain itu, Moodle turut mendukung mekanisme
otentifikasi melalui modul otentifikasi yang akhirnya
akan memberikan kemudahan dalam integrasi dengan
sistem yang telah ada.
3. Manajemen Materi Pelajaran

Pengajar berstatus penuhdapat mengontrol setting
sebuah kursus secara penuh, termasuk bagian kursus
yang tidak dapat diakses oleh pengajar lain.

Pilihan format kursus dapat diatur sesuai perlode,
topik, atau diskusi yang berfokus pada format
sosial.

Susunan aktivitas pelatihan yang fleksibel forum,
jurnal, kuis, resource, pilihan, survei,chat dan
workshop.

Perubahan terakhir dalam kursus/pelatihan dapat
langsung silihat pada homepage pelatihan. Hal ini
sangat membantu pemahaman komunikasi dalam
institusi pendidikan tersebut.

Semua penilaian dalam forum, jurnal, kuis danm
penugasan dapat ditampilkan dalam satu halaman
serta dapat di-download dalam file spreadsheet .

Pencatatan log dan pelacakan penuh terhadap
pengguna. Laporan aktivitas setiap murid tersedia
grafik serta detai dari masing – masing modul
(akses
terakhir,
total
waktu
akses)
dengan
menyertakan keterlibatan setiap peserta didik secara
detail ke dalam satu halaman.

Pengaturan
skala.
Para
pengajar
dapat
mendefinisikan skala yang akan digunakan dalam
penilaian forum, penugasan dan jurnal.
2.1.4.5 Modul
Menurut Prakoso
(2005,pp51-56) sebagai
penunjang
kegiatan distance learning, pengguna Moodle perlu mencermati
tipe-tipe modul berikut ini:
1. Modul Penugasan (Assigment)
Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal
pengumpulan dan urutan penilaian tugas. Para peserta didik
dapat meng-upload penugasan yang telah dikerjakan (dalam
berbagai format) ke dalam server. Tanggal pengumpulan
tugas oleh peserta didik akan tercatat secara otomatis.
2. Modul Chat
Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam
waktu
yang
bersamaan)
berbentuk
teks.
Modul
ini
menyertakan foto/ gambar dan proful dalam jendela chat.
Serta mendukung URL, smilies, HTML, image dari
sebagainya. Semua dapat direkam dalam loger dan dapat
dilihat di lain waktu. Fasilitas ini juga diberikan bagi peserta
didik.
3. Modul Forum
Modul forum menyediakan berbagai macam tipe
forum, diantaranya forum khusus pengajar, berita khusus,
forum terbuka, dalam sebuah urutan sesuai kiriman
pengguna. Diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema, flat
atau urutan, terlama dan terbaru. Forum individu dapat
didaftarkan kesetiap orang. Copy – annya dapat dikirim
melalui e-mail.
4. Modul Pilihan (choice)
Seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk
voting (mengambil pendapat atas suatu masalah) atau untuk
mendapatkan umpan balik dari para peserta didik. Pengajar
dapat melihat hasil polling yang ada dalam sebuah tabel yang
memperlihatkan pilihan seseorang.
5. Modus Kuis (quiz)
Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar
dapat digunakan pada kuis yang berbeda. Kuis secara
otomatis akan dinilai. Selain itu, kuis dapat diatur ulang jika
pertanyaaan yang ada dimodifikasi. Dalam opsi pengajar,
kuis dapat dicoba beberapa kali, Selain itu, kuis dapat
menampulkan umpan balik Jawapan yang tepat.
6. Modul Jurnal (Journal)
Privasi jurnal dapat diatur agar hanya diakses oleh
pengajar dan peserta didik. Setiap masukan jurnal dapat
dimulai dengan pertanyaan terbuka. Untuk jurnal tertentu,
seluruh kelas dapat memberkan penilaian dalam formulir
yang terlampir pada halaman tersebut. Umpan balik pengajar
dijadikan satu dengan halaman masukan jurnal, disertai
pemberitahuan melalui e-mail.
7. Modul Bahan pelatihan (Resource)
Modul Resource mendukung berbagai macam format
(Word, Power Point, Flash, Video, Audio dan sebagainya).
File dapat di-upload dan dikelola di dalam server, atau dibuat
secara on the fly menggunakan format web (text atau HTML).
Bahan pelatihan eksternal di web dapat di- link atau
disertakan dalam antarmuka kursus/ pelatihan.
8. Modul Survei
Alat survei disertakan dalam Moodle sebagai alat
untuk menganalisis kelas online. Laporan surveri online
selalu tersedia dengan grafik. Data ini dapat di-download
dalam bentuk spreadsheet Exel atau file tect CSV.
9. Modul Workshop
Modul
ini
memungkinkan
adanya
penilaian
mendalam terhadap dokumen. Pengajar dapat mengelola serta
mengelompokkan penilaian yang ada ke dalam tingkatan.
2.1.5 Metode yang digunakan
Menurut pendapat Zikmund seperti buku yang dikutip oleh
Suliyanto (2006,p2), riset merupakan proses pengumpulan, pencatatan dan
analisis data yang sistematik dan obyektif untuk membantu pembuatan
keputusan.
2.1.6 Teknikpengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1) Survei
Menurut Indrianto dan Supomo (2002, p152), metode
surveimerupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan
pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak
atau hubungan antara peneliti dan responden peneliti unutk memperoleh
data yang diperlukan. Ada dua teknik pengumpulan data dalam metode
survei, yaitu:
a) Wawancara
Menurut Indrianto dan supomo (2002, p152), wawancara
adalah
pengumpulan
data
dalam
metode
survei
dengan
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian
teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi
atau hubungan dengan responden.
b) Wawancara tatap muka
Menurut Indrianto dan Supomo (2002, p153),metode
pengumpulan
data
primer
dapat
dilakukan
dengan
cara
komunikasi secara langsung (tatap muka) antara pewawancara
yang mengajukan pertanyaan secara lisan dengan responden yang
menjawab pertanyaan secara lisan. Wawancara tatap muka dapat
dilakukan ditempat bekerja responden, dirumah responden,
ditempat perbelanjaan atau tempat lain.
2) Kuesioner
Indrianto dan Supomo (2002, p154),, pengumpulan data
penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memrlukan
kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat
dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik ini
memberi tanggung jawab kepda responden untuk membaca dan
menjawab pertanyaan.
2.1.7 Populasi dan sampel
2.1.7.1 Populasi
Populasi menurut Kuncoro dan Ridwan (2007, p 37) adalah
keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang
menjadi objek penelitian.
2.1.7.2 Sampel
Sampel menurut Engkos dan Ridwan (2007, p39) adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagian sember data dan
dapat mewakili seluruh populasi.
a. Teknik pengolahan sampel
Untuk mengetahi sampel dimana besar populasi
sampel diketahui secara pasti, Ridwan dan Achmad
Kuncoro (2007, p49) menggunakan rumus dari Taro
Yamane atau Slovin.
Dimana :
n
: Jumlahsampel
N
:Jumlahpopulasi
:Presisi
(ditetapkan
10%
dengan
tingkat
kepercayaan 90%)
2.1.7.3 Statistik Non Parametrik
Menurut Agus Sukoco dalam situs nya yang beralamat link
http://agussukoco.dosen.narotama.ac.id/2012/04/30/statistik-nonparametrik/ Statistik terbagi menjadi dua bagian yaitu statistik deskriptif
dan statistik Inferensia/ Induktif. Inferensia/ Induktif terbagi menjadi du
bagian yaitu Statistik Parametri dan statistik nonparametrik. Dalam skripsi
ini penulis hanya akan membahas tentang statistic non parametrik.
Statistik non parametrik adalah analisis yang tidak menggunakan
parameter-parameter dan tidak mensyaratkan data harus berdistribusi
normal. Pada analisis statistik parametrik menggunakan parameterparameter seperti mean, deviasi standar, variansi. Statistik non parametric
digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal dan ordinal dari
populasi yang bebas distribusi (tidak harus berdistribusi normal). Jenis
data yang dipergunakan untuk statistik non parametrik adalah data yang
bersifat ordinal dan nominal.
2.1.8 Lima kekuatan persaingan menurut porter
Menurut
Freddy
Rangkuti
(2004,p11),
Michael
porter
menyarankan bahwa dalam penyusunan strategi korporat, perlu diketahui
terlebih dahulu keunggulan bersaing yang dimiliki atau yang akan
diciptakan, dan menempatkannya pada masing-masing unit bisnis.
Keunggulan bersaing tersebut mengacu pada:
1) Persaingan Industri
Dilihat dari segi persaingan antar perusahaan yang bergerak
dalam bidang yang sama.
2) Kekuatan Pembeli
Kekuatan yang terletak pada konsumen, termasuk kekuatan
tawar menawar dan keputusan untuk membeli barang / jasa.
3) Kekuatan Pemasok
Kekuatan yang dimiliki dan terletak pada supplier/pemasok.
4) Ancaman Pemain Baru
Ancaman pemain baru datang dari new entries yang masuk
dalam industri, biasanya ancaman pemain baru di indonesia
berasal dari pihak asing.
5) Ancaman Produk Pengganti
Ancaman Produk Pengganti adalah kemunculan suatu barang
substitusi yang dapat menggantikan barang sebelumnya.
Analisis ini merupakan analisis yang digunakan pada strategi
tingkat korporat (merupakan landasan dan acuan untuk penyusunan
strategi-strategi di tingkat lebih rendah). Analisis tersebut dapat terlihat
pada gambar berikut ini :
Pemain Baru
Kekuatan Pemasok
Persaingan Industri
Produk Pengganti
Gambar 2.1 Analisis Porter
Sumber : Freddy Rangkuti. (2004. P11)
Kekuatan Pembeli
2.1.9 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Menurut David (2011, p.112), Matriks ini memungkinkan para
penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah,
hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan 5
tahapan :
1) Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses
audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal,
mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih
dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin,
gunakan presentase, rasio dan angka komparatif.
2) Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberi pada masingmasing faktor mengidentifikasikan tingkat relatif kepentingan
terhadap faktor keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa
memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan
internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam
kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah
seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3) Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal
kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam
merespon faktor tersebut. Dimana bobot peringkat 4 = respon
perusahaan superior, bobot peringkat 3 = respon perusahaan diatas
rata-rata, bobot peringkat 2 = respon perusahaan rata-rata, dan bobot
peringkat 1 = respon perusahaan jelek. Dengan demikian, peringkat
didasari pada efektifitas strategi perusahaan, sedangkan bobot pada
tahap 2 didasarkan pada industri. Penting untuk diperhatikan bahwa
ancaman dapat diberi peringkat 1,2,3, dan 4.
4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk
menentukan rata-rata tertimbang.
5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel dalam
menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi.
Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan,
total nilai tertimbang tertinggi untuk organisasi adalah 4,0 dan terendah
adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adlah 2,5. Total nilai 4,0
menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus
terhadap peluang dan ancaman yang ada. Total nilai 1,0 menunjukkan
bahwa strategi perusahaan tidak efektif dalam memanfaatkan peluang dan
meminimalkan resiko dari ancaman.
Tabel 2.1 Matriks EFE
Faktor Eksternal Kunci
Bobot
Peringkat
Nilai
Tertimbang
Peluang :
1.
Ancaman :
2.
Total
1,00
Sumber: David (2011, p.112)
2.1.10 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Menurut David (2011, p.154), dalam merencanakan strategi, IFE
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam
fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Matriks IFE dapat
dikembangkan melalui 5 langkah :
1) Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses
audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal,
mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih
dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin,
gunakan presentase, rasio dan angka komparatif.
2) Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberi pada masingmasing faktor mengidentifikasikan tingkat relatif kepentingan
terhadap faktor keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa
memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan
internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam
kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah
seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3) Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengidentifikasi apakah faktor tersebut menunjukan kelemahan
utama ( peringkat =1 ), kelemahan minor ( peringkat = 2 ), kekuatan
minor ( peringkat = 3 ), kekuatan utama ( peringkat = 4 ). Perhatikan
bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 dan 4, kelemahan
harus mendapatkan peringkat 1 dan 2. Peringkat adalah berdasarkan
perusahaan, dimana bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri.
4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk
menentukan rata-rata tertimbang.
5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk menentukan total rata-rata
tertimbang di organisasi. Berapapun banyaknya faktor yang
dimasukan dalam matriks IFE total rata-rata tertimbang berkisar
antara yang terendah 1,0 sampai dengan yang tertinggi 4,0 dengan
rata-rata
total
2,5.
Total
rata-rata
tertimbang
dibawah
2,5
menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara
jika total rata-rata dia tas 2,5 maka menggambarkan posisi internal
yang kuat.
Tabel 2.2 Matriks IFE
Kunci Faktor Internal
Bobot
Peringkat
Rata-Rata
Tertimbang
Kekuatan :
3.
Kelemahan :
4.
Total
1,00
Sumber: David (2011, p.155)
2.1.11 Matriks Internal Eksternal ( IE )
Menurut David (2011, p.221) Matriks IE memposisikan berbagai
divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE menempatkan
divisi organisasi dalam diagram skematis yang juga disebut portofolio.
Ukuran dari lingkaran menggambarkan persentase kontribusi penjualan
dari masing-masing divisi dan potongan dalam lingkaran mengungkapkan
persentase kontribusi untuk masing-masing divisi dalam matriks.
Gambar 2.2 Matriks IE
Sumber:
http://akusukamenulis.wordpress.com/2011/02/14/nature-of-
strategy-analysis-and-choice/
Matriks IE dapat dibagi dalam tiga daerah utama yang memiliki
implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk
dalam kuadran I, II atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan
kembangkan. Strategi-strategi yang paling sesuai pada divisi ini antara lain :
1) Strategi Intensif
Seperti: Penetrasi pasar,pengembangan pasar, dan pengembangan
produk.
2) Strategi integratif
Seperti: integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal.
Pada divisi kedua yang masuk dalam kuadran III, V, atau VII
dapat dikelola dengan baik dengan strategi jaga dan pertahankan. Pada
divisi ini strategi yang cocok adalah strategi penetrasi padar dan
pengembangan produk.
Pada divisi berikutnya yaitu divisi ketiga, rekomendasi yang
umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam kuadran VI, VII, dan IX
adalah panen dan divestasi. Organisasi yang berhasil mencapai
portofolio bisnis yang diposisikan dlaam sekitar kuadran I dalam matriks
IE.
2.1.12 Matriks SWOT
Menurut David (2011, p.210), matriks SWOT ( strengthweakness-opportunities-threats) adalah alat untuk mencocokan
hal-hal
yang
penting
yang
dapat
membantu
manager
mengembangkan 4 tipe strategi :
1) SO ( Strength – Opportunities )
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya
akan menjalankan strategi WO, ST, WT agar dapat mencapai
situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika
organisasi memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha
mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Ketika organisasi
menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha menghindarinya
untuk berkonsentrasi pada peluang.
2) WO ( Weakness – Opportunities )
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal
dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang
organisasi memiliki peluang eksternal namun dihambat oleh
kelemahan internal dalam mengeksploitasi peluang tersebut.
3)
ST ( Strength – Threat )
Strategi
ST
menggunakan
kekuatan
organisasi
untuk
menghindari atau mengurangi pengaruh ancaman eksternal.
Namun, tidak berarti organisasi yang kuat harus selalu
menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara
langsung.
4) WT ( Weakness – Threat )
Strategi
untuk
mempertahankan
yang
diarahkan
pada
pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman
eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang
tidak aman. Organisasi mungkin harus berusaha bertahan,
bergabung, mengurangi, mengumumkan kebangkrutan, atau
memilih likuidasi.
Ada delapan langkah dalam membuat matriks SWOT :
1) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2) Tuliskan ancaman eksernal kunci perusahaan.
3) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan
catat hasil strategi SO dalam kuadran yang ditentukan.
6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan
catat hasil strategi WO dalam kuadran yang ditentukan.
7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan
catat hasil strategi ST dalam kuadran yang ditentukan.
8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal,
dan catat hasil strategi WT dalam kuadan yang ditentukan.
Tujuan dari masing-masing pencocokan adalah untuk
menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk
memilih strategi mana yang baik. Tidak semua strategi yang
dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih untuk
diimplementasikan.
Gambar 2.3 Matriks SWOT
Sumber:
http://akusukamenulis.wordpress.com/2011/02/14/nature-of-
strategy-analysis-and-choice/
2.1.13 Tahap Keputusan
Menurut david (2009, p349), analisis dan intuisi menjadi landasan
bagi pengambilan keputusan perumusan strategi. Teknik – teknik yang
baru saja dibahas memaparkan berbagai alternatif strategi yang bisa
ditempuh. Banyak dari strategi ini mungkin akan diusulkan oleh para
manajer dan karyawan yang berpartisipasi dalam analisis dan aktifitas
pemilihan strategi. Setiap strategi tambahan yang dihasilkan dari analisis –
analisis pencocokan dapat didiskusikan dan ditambahkan pada daftar
pilihan alternatif yang masuk akal.
2.1.14 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (
QSPM)
Menurut david (2009, p350- 355), diluar strategi –
strategi untuk men dapatkan daftar prioritas, hanya ada satu
teknik untuk menentukan daya tarik relatif dan berbagai
tindakan
alternatif.
Tehnik
tersebut
adalah
Matriks
Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic
Planning Matrix). QSPM adalah alat yang memungkinkan
para penyusun strategi mengevaluasi ebrbagai strategi
alternatif secara objektif, berdasarkan faktor – faktor
keberhasilan
penting
eksternal
dan
itnernal
yang
diidentifikasi sebelumnya. QSPM membutuhkan penilaian
intuintif yang baik.
Terdapat
enam
langkah
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan
QSPM, yaitu sebagai berikut:
Langkah 1 buatlah daftar berbagi peluang – peluang
eksternal dan kekuatan – kelemahan internal utama di
kolom kiri QSPM. Informasi ini harus diambil langsung
dari matriks EFE dan Matriks IFE. Minimal 10 faktor
keberhasilan utama internal perlu dimasukkan dalam
QSPM.
Langkah 2 Berikan bobot pada setiap faktor eksternal dan itnernal
utama tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam
Matriks EFE dan Matriks IFE. Bobot ditampulkan dalam kolom
kecil tepat di kanan faktor – faktor keberhasilan penting eksternal
dan itnernal.
Langkah 3 Cermatilah matriks –matriks tahal 2 (pencocokan) dan
mengidentifikasi
berbagai
strategi
alternatif
yang
harus
dipertimbangkan untuk diterapkan oleh organisasi. Catat strategi –
strategi ini dibaris teratas QSPM. Kelompokan berbagai strategi
tersebut dalam satu rangkaian ekslusif, sebisa mungkin.
Langkah 4 Tentukanlah Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan
sebagai nilai numerik yang mengidikasikan daya tarik relatif dari
setiap strategi di rangkaian alternatif tertentu. Nilai daya tarik
ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal
atau eksternal kunci. Satu pada suatu saat tertentu dan mengajukan
pertanyaan “apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang
dibuat?” jika jawabanya ya, maka strategi tersebut harus
dibandingkan secara relatif terhadap kunci tersebut. Secara khusus,
nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk
mengidentifikasikan daya tariik relatif dari satu strategi dengan
strategi
lainya
dengan
mempertimbangkan
faktor
tertentu.
Jangkauan untku nilai daya tarik adalah 1= tidak memiliki daya
tarik, 2 = daya tarik rendah, 3 = daya tarik sedang, dan 4 = daya
tarik tinggi.
Langkah 5 Hitunglah Skor Daya Tarik Total yang didefinisikan
sebagai hasil kali antara bobot (langkah 2) dengan Skor Daya Tarik
(langkah
4)
di
setiap
baris
Skor
Daya
tarik
Total
mengidentifikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif,
dengan hanya mempertimbangkan dampak faktor keberhasilan
pentng eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi
Skor Daya Tarik semakin menariik pula strategi alternatif tersebut
(hanya dengan memperhitungkan faktor keberhasilan penting yang
berdekatan).
Langkah 6 hitunglah jumlah keseluruhan daya tarik total. Jumlah
Skor Daya Tarik Total di setiap kolom startegi dari QSPM. Jumlah
keseluruhan daya tarik total
( Sum Total Attractive Scrore)
menunjukan strategi ang paling menarik di setiap rangkaian
alternatif. Skor yang lebih tinggi mengindikasika strategi yang
lebih menarik mengingat semua faktor eksternal dan internal
relevan yang dapat memperngaruhi keputusan strategis. Besarnya
selisih antara jumlah keseluruhan daya tarik total di rangkaian
alternatif strategi tertentu menunjukan ketertarikan relatif satu
strategi terhadap strategi yang lain.
2.1.15Model Skala Guttman
Menurut Sugiyono (2007, p90), skala pengukuran dengan tipe
Guttman akan memberikan jawaban yang tegas yaitu dengan pilihan
jawaban, seperti
ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, dan
seterusnya. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio.
Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka:
Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Tidak
=Yx0
Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Ya
=Yx1
Jumlah = X
Presentase jawaban yang diinginkan = (X : total jawaban yang
diinginkan) X 100%
Menghitung varians tiap skor pada setiap item dengan rumus :
Si=
-
N
Dimana:
Si
= Varians Skor Tiap-Tiap Item
= Jumlah Kuadrat item Xi
= Jumlah item Xi dikuadratkan
= Jumlah responden
2.1.16 Skala Likert
Berdasarkan pendapat haryadi sarjono dan winda julianita
(2011, p6) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu kejadian
atau keadaan sosial, dimana variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item pernyataan.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat
diberi skor, misal :
1. Sangat setuju
=4
2. Setuju
=3
3. Tidak Setuju
=2
4. Sangat Tidak Setuju = 1
Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka:
Jumlah skor untuk Y orang menjawab SS
=Yx4
Jumlah skor untuk Y orang menjawab S
=Yx3
Jumlah skor untuk Y orang menjawab TS
=Yx2
Jumlah skor untuk Y orang menjawab STS
=Yx1
Jumlah
=X
Presentase jawaban yang diinginkan = (X : total jawaban yang
diinginkan) 100%
Skala continum sebagai berikut :
STS
TS
S
SS
Gambar 2.4 Skala continum
Sumber: sugiyono
Keterangan Kriteria Interpretasi Skor
Angka 0% - 25%
= Sangat Lemah
Angka 26% - 50%
= Lemah
Angka 51% - 75%
= Kuat
Angka 76% - 100%
= Sangat Kuat
2.1.17 7C dalam implementasi situs
Menurut Rayport dan Jaworski dalam buku Marketing
Management yang dikutip oleh kotler (2006, p.576), sebuah website
harus memiliki 7 komponen desain yang penting dalam proses
pembuatannya, yang dikenal dengan sebutan 7C, antara lain:

Context
Merupakan bagian tata letak atau sering disebut dengan tampilan
layout.

Content
Terdiri dari text, gambar,suara, maupun video.

Community
Merupakan fungsi dimana website memungkinkan penggunannya
untuk saling berkomunikasi.

Customization
Kemampuan website untuk menyesuaikan diri kepada pengguna yang
berbeda-beda
atau
untuk
mengizinkan
pengguna
untuk
mempersonalisasi websitenya.

Communication
Sebuah website yang memungkinkan komunikasi website ke
pengguna, pengguna ke website atau komunikasi dua arah.

Connection
Suatu koneksi yang menghubungkan website yang satu dengan
website lainnya.

Commerce
Kemampuan website untuk mengaktifkan transaksi komersial.
2.2 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
Download