BAB II LANDASAN TEORI 2.Landasan Teori 2.1.1 Internet, Ekstranet, dan Intranet 2.1.1.1 Internet Menurut Uma (2006, p55), Internet merupakan jaringan komputer global yang menghubungkan orang dan informasi.Karena Internet menghubungkan kita dengan seluruh dunia, keperluan data penelitian apapun dapat diperoleh dari setiap negara melalui internet. Internet menampilkan jaringan komunikasi elektronik raksasa antara bisnis, konsumen, agen pemerintah, sekolah dan organisasi lain di seluruh dunia. Internet mempunyai lima karakteristik dan fungsi yang jelas, yaitu: a) Sebuah jaringan, menghubungkan berbagai individu dan organisasi. b) Sebuah medium, menawarkan saluran komunikasi baru. c) Sebuah pasar, menawarkan pasar terbuka dan sangat luas dengan banyak konsumen yang potensial. d) Sebuah tempat transaksi, memungkinkan orang dan bisnis untuk menyelesaikan transaksi online financial. 7 e) Sebuah tempat penambangan aplikasi, memungkinkan pengembang piranti lunak untuk menggunakannya sebagai dasar untuk mengembangkan banyak aplikasi. Internet juga memungkinkan pertukaran surat elektronik (electronic-mail atau e-mail), yang kian menjadi cara utama dalam komunikasi antar berbagai universitas, pemerintah dan jaringan data komersial. Menurut Chaffey (2007, p85) Internet adalah komunikasi antara jutaan komputer yang saling terhubung di seluruh dunia. Hal ini memungkinkan jutaan jaringan terhubung antara satu dengan yang lainnya. Melalui internet yang terhubung di komputer, user menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi kepada user lain yang juga menggunakan komputer di mana saja dan kapan saja. Internet lebih memudahkan user untuk berkomunikasi dengan biaya yang lebih murah. Melengkapi definisi di atas, menurut Rainer dan Turban (2009, p402) Internet adalah jaringan global (Wide-area network) yang menghubungkan jutaan jaringan komputer organisasi di seluruh negara dan benua. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan pengertian internet merupakan media komunikasi yang dapat digunakan oleh organisasi maupun individu untuk memudahkan dalam berkomunikasi antar individu maupun organisasi yang berbeda benua, negara maupun kota melalui jaringan digital. Untuk menjalankan suatu aktivitas pada Internet terdapat beberapa komponen yang diperlukan antara lain sebagai berikut: (1) World Wide Web (WWW). Menurut Chaffey (2007, p.95) WWW merupakan teknik yang paling umum untuk mempublikasikan informasi pada jaringan internet yang dapat diakses melalui web browser yang menampilkan halalaman web dan disertai grafikgrafik dan text HTML/XML. (2) Web Browser. Menurut Chaffey (2007, p.96) Web Browser merupakan suatu perangkat lunak seperti microsoft internet explorer dan mozilla firefox yang biasa kita gunakan untuk mengakses informasi pada WWW. (3) URLs. Menurut Chaffey (2007, p.104) URLs (Uniform Resource Locators) merupakan alamat web yang digunakan untuk menempatkan suatu halaman web pada web server. (4) Domain Name. Menurut Chaffey (2007, p.105) Domain Name adalah nama domain yang menunjukkan suatu alamat pada web server dan biasanya dipilih sama dengan nama perusahaannya. 2.1.1.2 Intranet Menurut O’Brien (2006, p.326) Intranet adalah jaringan internal organisasi yang menggunakan infrastruktur dan standarisasi seperti internet dan web yang hanya dapat diakses oleh para pekerja perusahaan yang bersangkutan. Hal itu berarti intranet digunakan untuk menghubungkan komunikasi hanya diantara para pekerja perusahaan saja yang menggunakan infrastruktur dan standarisasi seperti internet dan web. 2.1.1.3 Ekstranet Menurut O’Brien (2006, p.326) Ekstranet adalah intranet khusus yang tidak hanya menghubungkan antar karyawan dalam suatu perusahaan, tetapi juga menghubungkan perusahaan dengan supplier tertentu atau organisasi lain yang memiliki hubungan khusus dengan perusahaan. Hal itu berarti extranet merupakan jaringan yang menghubungkan perusahaan dengan supplier atau dengan organisasi lain yang memiliki hubungan khusus dengan perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan suatu komunikasi yang bukan hanya pada para pekerja perusahaan saja tetapi juga pada eksternal perusahaan tertentu. 2.1.2. e-Business Menurut Chaffey ( 2007, p14 ) e-Business dinyatakan sebagai seluruh peralatan elektronik yang dapat digunakan sebagai media pertukaran informasi, jasa maupun produk melalui jaringan elektronik antar bagian organisasi maupun pihak lainnya untuk mendukung berjalannya proses bisnis yang lebih efisien dan efektif. eBusiness cangkupannya lebih luas dari e-commerce yang hanya meliputi proses pembelian dan penjualan melalui jaringan elektronik. e-Business meliputi segala macam fungsi dan kegiatan bisnis menggunakan data elektronik, termasuk di dalamnya e-SCM. eBusiness tidak akan terputus, namun selalu berkembang mengikuti zaman dimana proses aktivitas bisnis yang tadinya manual dapat diubah kedalam bentuk yang dapat dijalankan secara elektronik dan menambah fungsi dari penggunaan e-Business dalam kegiatan seharihari. Berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa e-Business adalah suatu pendekatan bisnis yang lahir dari adanya jaringan khususnya internet yang dijadikan sebagai media komunikasi bisnis yang cakupannya sangat luas yang terdiri dari penggunaan teknologi elektronik, web, dan teknologi jaringan lainnya yang memberikan peluang bisnis yang baru melalui jaringan khususnya internet yang mendukung keseluruhan proses bisnis serta cepatnya pengambilan keputusan. 2.1.3. e-Learning Menurut Effendi dan Zhuang (2005, p6), terminologi eLearning dapat mengacu pada semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau tekhnologi informasi. e-Learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. e-Learning sring pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfaatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada. e-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada. Ada beberapa pengertian berkaitan dengan e-Learning sebagai berikut: 1) Pembelajaran jarak jauh. e-Learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa berada di 2) Semarang, sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di tempat lain, di kota lain bahkan di negara lain. Interaksi bisa dijalankan secara on-line dan real-time ataupun secara off-line atau archieved. Pembelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di kampus/universitas, atau perusahaan penyedia content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana ia mengakses pelajaran. 2) Pembelajaran dengan perangkat komputer e-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi dalam eLearning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari pengajar. 3) Pembelajaran formal vs. informal e-Learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun informal. e-Learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan test yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa eLearning untuk umum. e-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya). 4) Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masing masing. Walaupun sepertinya e-Learning diberikan hanya melalui perangkat komputer, e-Learning ternyata disiapkan, ditunjang, dikelola oleh tim yang terdiri dari para ahli di bidang masingmasing, yaitu: a) Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber dari pelatihan yang disampaikan b) Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-Learning dengan memasukkan unsur metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari c) Graphic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari d) Ahli bidang Learning Management System (LMS). Mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya. Di sini, pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui LMS ini, siswa juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. e-Learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin, tetapi seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-Learning ditunjang oleh para ahli di berbagai bidang terkait. Menurut Effendi dan Zhuang (2005,h9), keuntungan yang dapat diambil dalam menerapkan e-Learning adalah: 1) Pengurangan biaya Kelebihan pertama e-Learning adalah mampu mengurangi biaya pelatihan. Dengan adanya e-Learning, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa pelatih dan ruang kelas serta transportasi peserta pelatihan atau pelatih. Manajemen e-Learning yang tidak tepat akan membuat biaya pelatihan semakin membengkak. 2) Fleksibilitas Waktu Administrator sering mengalami kesulitan menyesuaikan waktu beberapa karyawan yang ingin dilatih. Hal ini karena untuk mengikuti pelatihan di kelas, seorang karyawan harus meninggalkan pekerjaannya selama 1 atau 2 hari. Dengan tuntutan kompetisi perusahaan yang kian meningkat, kekurangan pegawai selama lebih dalam 1 hari akan sangat mengganggu produktifitas perusahaan. E-Learning membuat karyawan atau pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar. Karyawan dan pelajar mudah mengakses e-Learning ketika waktu sudah tidak memungkinkan atau ada hal lain yang mendesak, mereka dapat meninggalkan pelajaran di eLearning saat itu juga. Karena banyak program e-Learning memiliki fasilitas bookmark. 3) Fleksibilitas tempat Apabila tempat pendidikan aktif menyelenggarakan acara pelatihan, akan sulit mencari ruang kelas yang memadai dan dapat menampung sekitar 10-20 orang pelajar serta menyediakan alat-alat pembelajarannya. Para karyawan dan pelajar yang dilatihpun harus menempuh perjalanan jauh ke kelas. Mereka hanya perlu ke laboratorium sekolah, dimana eLearning tersebut di instal,untuk mengikuti pelajaran tambahan. 4) Fleksibilitas Kecepatan Pembelajaran Pelajar memiliki gaya belajar berbeda-beda. Oleh karena itu, wajar apabila di dalam suatu kelas ada siswa yang mengerti dengan cepat dan ada yang harus mengulang pelajaran untuk memahaminya. Akan tetapi, karena pelatih atau guru di kelas mengajar dengan kecepatan sama untuk semua siswa, maka siswa yang lebih lambat akan sulit memahami. Terlebih lagi, guru sering tidak memiliki waktu menjawab pertanyaan siswa atau berdiskusi setelah waktu pelajaran di kelas habis. Siswa menjadi frustasi, siswa yang lebih cepat menginginkan lebih banyak materi, sedangkan siswa yang lebih lambat menginginkan pengulangan pembelajaran. 5) Standarisasi Pengajaran Anda pasti pernah memiliki guru atau pelatih favorit, yang terasa dapat mengajar dengan baik sehingga materi sesulit apapun mudah diserap dan sebaliknya. Hal tersebut disebabkan perbedaan kemampuan dan metode pengajran yang diterapkan guru. Perbedaan tersebut menyebabkan kualitas pengajaran sulit dijaga karena guru favorit tidak mungkin diminta mengajarkan semua pelajaran. e-Learning dapat menghapuskan perbedaan tersebut. Pelajaran e-Learning selalu memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak bergantung suasana hati pengajar. 6) Efektifitas Pengajaran Karena e-Learning merupakan teknologi baru, karyawan dan pelajar dapat tertarik dan mencobanya sehingga jumlah peserta meningkat. e-Learning yang didesain dengan instruksional desain mutakhir membuat karyawan atau pelajar lebih mengerti isi pelajaran. Suatu studi oleh J.D. fletcher menunjukan bahwa tingkat retensi dan aplikasi pelajaran e- Learning meningkat 25% dibandingkan pelatihan secara traditional. 7) Kecepatan distribusi Kemajuan teknologi yang pesat menuntut suatu pelatihan teknologi baru dilaksanakan secepatnya dan menjangkau area luas secara singkat. e-Learning dapat cepat menjangkau karyawan yang berada di luar wilayah pusat. Tim desain pelatihan hanya perlu mempersiapkan bahan pelatihan secepatnya dan menginstal hasilnya di server pusat eLearning. Jadi semua komputer yang terhubung ke server dapat langsung mengakses. Apabila terdapat cabang yang tidak memiliki sambungan network ke server, pelajaran hanya perlu disimpan di Compact Disk (CD) dan dikirim melalui pos. 8) Ketersediaan On-Demand Karena e-Learning dapat sewaktu-waktu diakses, anda dapat menganggapnya sebagai “buku saku” yang membantu pekerjaan setiap saat. 9) Otomatisasi Proses Administrasi e-Learning menggunakan suatu Learning Management System (LMS) yang berfungsi sebagai platform pelajaran-pelajaran eLearning. LMS berfungsi pula menyimpan data-data pelajar,pelajaran, dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. LMS yang baik dapat menyimpan dan membuat laporan tentang kegiatan belajar seorang siswa, mulai dari pelajaran yang telah diambil, tanggal akses, berapa persen pelajaran telah diselesaikan, berapa lama pelajaran diikuti, sampai berapa hasil tes akhir yang diambil. Dengan adanya laporan didalam sistem LMS admin pelatihan sangat terbantu. Waktu dan proses menyelesaikan tugas administrasi laporan akan lebih singkat dan mudah. Kerugian dalam implementasi e-Learning : Selain berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan eLearning, namun terdapat pula kekurangan dan keterbatasan dalam penerapan e-Learning yang harus diperhatikan organisasi. Menurut Effendi dan Zhuang ( 2005, h15 ) keterbatasan tersebut adalah : 1) Budaya Beberapa orang merasa tidak nyaman mengikuti pelatihan melalui komputer. Penggunaan e-Learning menuntut budaya self learning, dimana seseorang memotivasi diri sendiri agar mau belajar. Dalam pelatihan di ruang kelas, 60% energi berasal dari pengajar, sedangkan pelajar hanya mendengar dan mencatat namun dalam e-Learning 100% energi dari pelajar. Oleh karena itu beberapa orang masih merasa segan berpindah dari pelatihan di kelas ke pelatihan e-Learning. 2) Investasi Walaupun e-Learning menghemat banyak biaya, tetapi suatu organisasi harus mengeluarkan investasi awal cukup besar untuk mulai mengimplementasikan e-Learning. Investasi dapat berupa biaya desain dan paket pembuatan program Learning Management System (LMS) paket pelajaran dan biaya-biaya lain seperti promosi dan change management system. Apabila infrastruktur yang dimiliki belum memadai, organisasi harus mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli komputer, jaringan,server, dan lain sebagainya. 3) Teknologi Karena teknologi yang digunakan beragam, ada kemungkinan teknologi tersebut tidak sejalan dengan yang sudah ada dan terjadi konflik teknologi sehingga e-Learning tidak berjalan baik. 4) Infrastruktur Internet belum menjangkau semua kota di Indonesia. Layanan broadband baru ada di kota-kota besar. Akibatnya belum semua orang atau wilayah belum dapat merasakan eLearning dengan internet. 5) Materi Walaupun e-Learning menawarkan berbagai fungsi, ada beberapa materi yang tidak dapat diajarkan melalui eLearning. Pelatihan yang memerlukan banyak kegiatan fisik, seperti olahraga dan instrument musik, sulit disampaikan melalui e-Learning secara sempurna. Berdasarkan pendapat Turban (2005, p118) e-Learning disebut sebagai pembelajaran yang didukung oleh Web; dapat dilakukan dalam kelas tradisional atau kelas Virtual. Termasuk di dalamnya sebuah File yang digunakan untuk menjelaskan dan menguji sebuah dubjek bahan-bahan materi dari persentasi secara Online. Menurut Rosenberg (2006,p3), mengatakan bahwa definisi e-Learning secara umum adalah penggunaan teknologi ( komputer atau electric device lainya ) untuk mendukung proses pembelajaran. 2.1.3.1 Aplikasi Internet Untuk Pengajaran Menurut pendapat Prakoso (2005,p8-9), ketika memutuskan untuk menerapkan e-Learning, yang harus pertama kali dilakukan adalah memahami model CAL dan CAT (Computer Assisted Learning dan Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan beberapa model CAL dan CAT. Diantaranya adalah: 2.1.3.1.1 Learning Management system (LMS) LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak yang ada di desain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang sekolah, dan institusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik dan keduanya harus terhubung dengan internet agar dapat menggunakan applikasi ini. 2.1.3.1.2 Computer Based Training (CBT) / Course Authoring Package (CAP) CBT adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara lokal pada masingmasing komputer peserta didik, perangkat lunak kini juga bisa diterapkan secara online. 2.1.3.1.3 Java Development Tools (JDT) JDT adalah lingkungan dimana peserta didik dapat memperoleh pengalaman praktis dalam menggunakan bahasa pemograman Java (Hands Of Experience). JDT pada umumnya dipasang secara offline pada masing-masing komputer peserta didik. Mengetahui model CAL dan CAT yang akan diterapkan, institusi pengajaran harus menentukan perangkat lunak yang akan digunakan. Institusi yang memiliki dana/modal bisa memilih perangkat lunakk yang disediakan oleh vendor komersial. Namun,bagi institusi dengan dana terbatas, perangkat lunak Open Source menjadi solusi terbaik. 2.1.4 Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Enviroment) 2.1.4.1 Pengertian Moodle Berdasarkan pendapat Prakoso (2005,p13) Moodle adalah sebuah perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/ pelatihan/ pendidikan berbasis internet. Moodle termasuk dalam model CAL + CAT (Computer Assisted Learning+Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS (Learning Management System). Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (dibawah lisensi GBU Public Lincensi). Jadi, meskipun memiliki hak cipta, Moodle tetap memberikan kebebasan bagi siapapun untuk mengopi, menggunakan, dan memodifikasinya. 2.1.4.2 Filosofi Moodle Menurut Prakoso (2005,pp16-18) desain dan pembangunan Moodle didorong oleh sebuah filosof tentang pembelajaran. Sebuah cara berfikir bahwa seseorang berada pada pendagogi pembangunan social (social constructionist pedagogy). Terdapat empat konsep utama di balik Moodle, yaitu: 1. Paham Konstruktif (Constructivism) Pandangan ini menjaga agar masyarakat secara aktif membangun pengetahuan sebagai interaksi mereka dengan lingkungan. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu dengan membaca halaman web, mengikuti kuliah atau membaca di perpustakaan. Terdapat interpretasi yang lebih luas, bukan seketar transfer informasi dari otak satu ke otak yang lain. 2. Paham konstruksi (Constructionism) Paham konstruksi menegaskan bahwa pembelajaran akan efektif ketika membangun sesuatu untuk orang lain. Hal ini dapat berupa apa pun dari sekedar sebuah kalimat atau mengirimkan file ke internet, hingga hasil karya yang kompleks seperti lukisan, rumah, atau paket perangkat lunak. 3. paham konstruktif sosial (Social Constructivism) Paham ini merupakan perluasan dari ide sebelumnya ke dalam pembangunan kelompok (grup) social. Sebuah kolaborasi menciptakan budaya untuk saling membagi hasil karya dengan cara berbagi pengetahuan. 4. terkoneksi dan terpisah Sebuah kebiasaan terpisah adalah ketika seseorang mencoba menemukan tujuan dan kenyataan untuk mempertahankan ide yang dimilikinya dengan menggunakan logika untuk menemukan kelemahan dari ide yang berlawanan. Kebiasaan terkoneksi merupakan pendekatan yang lebih empatik untuk menerima subyektif, berusaha mendengan dan manjawab pertanyaan dengan tujuan memahami sufut pandang yang berbeda. Kebiasaan membangun adalah ketika seseorang sensitive terhadap kedua pendekatan yang ada, sekaligus mampu memilih pendekatan yang tepat untuknya sesuai situasi yang ada. 2.1.4.3 Rancangan Moodle Sesuai filosofi yang menjadi landasannya, masih menurut prakoso(2005,pp47-48) Moodle dirancang untuk mencapai tujuanya. Rancangan Moodle yaitu sebagai berikut: 1. Mendukung pendagogi konstruksi social (kolaborasi, aktivitis, kritik refleksi, dan sebagainya) 2. Sangat sesuai untuk kelas online dan dapat pula digunakan sebagai tambahan kelas tatap muka. 3. Simple, ringan, efisien, dan antarmuka browser sederhana 4. Mudah di instalasi pada berbagai macam platform yang mendukung PHP. Moodle hanya membutuhkan satu buah database, selain itu dapat disebarkan. 5. Abstraksi database Moodle mendukung hampir semua merek database (kecuali definisi tabel) 6. Kategori kursus?pelatihan.Satu situs Moodle mampu mendukung ribuan kursus/pelatihan. 7. Penekanan yang tinggi pada sisi keamanan. Pemeriksaan ulang terhadap formulir, validasi data, enkripsi cookie, dan sebagainya. 8. Sebagian besar area entry, seperti resource 9sumber/bahan pelatihan), forum, jurnal dan sebagainya ; dapat diedit menggunakan editor HTML WYSIWYG (What You See Is What You Get) yang terintegrasi dalam Moodle. 2.1.4.4 Manajemen Moodle Berdasarkan pendapat Prakoso(2005,pp48-51) untuk menyesuaikan design yang ditentukan, diciptakan beberapa manajemen yang mendukung. Berikut adalah tiga tipe manajemen yang signifikan dalam Moodle, yaitu: 1. Manajemen Situs Situs dikelola oleh seorang administrator (admin). Admin ditetapkan ketika setup. Plug-in theme memungkinkan admin untuk memilih warna situs, layout (tampilan, font (ukuran huruf) sesuai dengan kebutuhan. Plugin modul aktifitas dapat ditambahkan pada instalasi Moodle yang ada. Paket bahasa memungkinkan penyesuaian ke dalam banyak bahasa. Paket ini dapat di-edit menggunakan editor web yang disertakan dalam Moodle. 2. Manajemen Pengguna Moodle dirancang untuk mungurangi dampak keterlibatan admin hingga seminimum mungkin dengan tetap mempertahankan tingkat keamanan yang ada. Selain itu, Moodle turut mendukung mekanisme otentifikasi melalui modul otentifikasi yang akhirnya akan memberikan kemudahan dalam integrasi dengan sistem yang telah ada. 3. Manajemen Materi Pelajaran Pengajar berstatus penuhdapat mengontrol setting sebuah kursus secara penuh, termasuk bagian kursus yang tidak dapat diakses oleh pengajar lain. Pilihan format kursus dapat diatur sesuai perlode, topik, atau diskusi yang berfokus pada format sosial. Susunan aktivitas pelatihan yang fleksibel forum, jurnal, kuis, resource, pilihan, survei,chat dan workshop. Perubahan terakhir dalam kursus/pelatihan dapat langsung silihat pada homepage pelatihan. Hal ini sangat membantu pemahaman komunikasi dalam institusi pendidikan tersebut. Semua penilaian dalam forum, jurnal, kuis danm penugasan dapat ditampilkan dalam satu halaman serta dapat di-download dalam file spreadsheet . Pencatatan log dan pelacakan penuh terhadap pengguna. Laporan aktivitas setiap murid tersedia grafik serta detai dari masing – masing modul (akses terakhir, total waktu akses) dengan menyertakan keterlibatan setiap peserta didik secara detail ke dalam satu halaman. Pengaturan skala. Para pengajar dapat mendefinisikan skala yang akan digunakan dalam penilaian forum, penugasan dan jurnal. 2.1.4.5 Modul Menurut Prakoso (2005,pp51-56) sebagai penunjang kegiatan distance learning, pengguna Moodle perlu mencermati tipe-tipe modul berikut ini: 1. Modul Penugasan (Assigment) Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal pengumpulan dan urutan penilaian tugas. Para peserta didik dapat meng-upload penugasan yang telah dikerjakan (dalam berbagai format) ke dalam server. Tanggal pengumpulan tugas oleh peserta didik akan tercatat secara otomatis. 2. Modul Chat Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu yang bersamaan) berbentuk teks. Modul ini menyertakan foto/ gambar dan proful dalam jendela chat. Serta mendukung URL, smilies, HTML, image dari sebagainya. Semua dapat direkam dalam loger dan dapat dilihat di lain waktu. Fasilitas ini juga diberikan bagi peserta didik. 3. Modul Forum Modul forum menyediakan berbagai macam tipe forum, diantaranya forum khusus pengajar, berita khusus, forum terbuka, dalam sebuah urutan sesuai kiriman pengguna. Diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema, flat atau urutan, terlama dan terbaru. Forum individu dapat didaftarkan kesetiap orang. Copy – annya dapat dikirim melalui e-mail. 4. Modul Pilihan (choice) Seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk voting (mengambil pendapat atas suatu masalah) atau untuk mendapatkan umpan balik dari para peserta didik. Pengajar dapat melihat hasil polling yang ada dalam sebuah tabel yang memperlihatkan pilihan seseorang. 5. Modus Kuis (quiz) Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar dapat digunakan pada kuis yang berbeda. Kuis secara otomatis akan dinilai. Selain itu, kuis dapat diatur ulang jika pertanyaaan yang ada dimodifikasi. Dalam opsi pengajar, kuis dapat dicoba beberapa kali, Selain itu, kuis dapat menampulkan umpan balik Jawapan yang tepat. 6. Modul Jurnal (Journal) Privasi jurnal dapat diatur agar hanya diakses oleh pengajar dan peserta didik. Setiap masukan jurnal dapat dimulai dengan pertanyaan terbuka. Untuk jurnal tertentu, seluruh kelas dapat memberkan penilaian dalam formulir yang terlampir pada halaman tersebut. Umpan balik pengajar dijadikan satu dengan halaman masukan jurnal, disertai pemberitahuan melalui e-mail. 7. Modul Bahan pelatihan (Resource) Modul Resource mendukung berbagai macam format (Word, Power Point, Flash, Video, Audio dan sebagainya). File dapat di-upload dan dikelola di dalam server, atau dibuat secara on the fly menggunakan format web (text atau HTML). Bahan pelatihan eksternal di web dapat di- link atau disertakan dalam antarmuka kursus/ pelatihan. 8. Modul Survei Alat survei disertakan dalam Moodle sebagai alat untuk menganalisis kelas online. Laporan surveri online selalu tersedia dengan grafik. Data ini dapat di-download dalam bentuk spreadsheet Exel atau file tect CSV. 9. Modul Workshop Modul ini memungkinkan adanya penilaian mendalam terhadap dokumen. Pengajar dapat mengelola serta mengelompokkan penilaian yang ada ke dalam tingkatan. 2.1.5 Metode yang digunakan Menurut pendapat Zikmund seperti buku yang dikutip oleh Suliyanto (2006,p2), riset merupakan proses pengumpulan, pencatatan dan analisis data yang sistematik dan obyektif untuk membantu pembuatan keputusan. 2.1.6 Teknikpengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1) Survei Menurut Indrianto dan Supomo (2002, p152), metode surveimerupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dan responden peneliti unutk memperoleh data yang diperlukan. Ada dua teknik pengumpulan data dalam metode survei, yaitu: a) Wawancara Menurut Indrianto dan supomo (2002, p152), wawancara adalah pengumpulan data dalam metode survei dengan menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. b) Wawancara tatap muka Menurut Indrianto dan Supomo (2002, p153),metode pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara komunikasi secara langsung (tatap muka) antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan secara lisan dengan responden yang menjawab pertanyaan secara lisan. Wawancara tatap muka dapat dilakukan ditempat bekerja responden, dirumah responden, ditempat perbelanjaan atau tempat lain. 2) Kuesioner Indrianto dan Supomo (2002, p154),, pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memrlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Teknik ini memberi tanggung jawab kepda responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. 2.1.7 Populasi dan sampel 2.1.7.1 Populasi Populasi menurut Kuncoro dan Ridwan (2007, p 37) adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. 2.1.7.2 Sampel Sampel menurut Engkos dan Ridwan (2007, p39) adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagian sember data dan dapat mewakili seluruh populasi. a. Teknik pengolahan sampel Untuk mengetahi sampel dimana besar populasi sampel diketahui secara pasti, Ridwan dan Achmad Kuncoro (2007, p49) menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin. Dimana : n : Jumlahsampel N :Jumlahpopulasi :Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%) 2.1.7.3 Statistik Non Parametrik Menurut Agus Sukoco dalam situs nya yang beralamat link http://agussukoco.dosen.narotama.ac.id/2012/04/30/statistik-nonparametrik/ Statistik terbagi menjadi dua bagian yaitu statistik deskriptif dan statistik Inferensia/ Induktif. Inferensia/ Induktif terbagi menjadi du bagian yaitu Statistik Parametri dan statistik nonparametrik. Dalam skripsi ini penulis hanya akan membahas tentang statistic non parametrik. Statistik non parametrik adalah analisis yang tidak menggunakan parameter-parameter dan tidak mensyaratkan data harus berdistribusi normal. Pada analisis statistik parametrik menggunakan parameterparameter seperti mean, deviasi standar, variansi. Statistik non parametric digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi (tidak harus berdistribusi normal). Jenis data yang dipergunakan untuk statistik non parametrik adalah data yang bersifat ordinal dan nominal. 2.1.8 Lima kekuatan persaingan menurut porter Menurut Freddy Rangkuti (2004,p11), Michael porter menyarankan bahwa dalam penyusunan strategi korporat, perlu diketahui terlebih dahulu keunggulan bersaing yang dimiliki atau yang akan diciptakan, dan menempatkannya pada masing-masing unit bisnis. Keunggulan bersaing tersebut mengacu pada: 1) Persaingan Industri Dilihat dari segi persaingan antar perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama. 2) Kekuatan Pembeli Kekuatan yang terletak pada konsumen, termasuk kekuatan tawar menawar dan keputusan untuk membeli barang / jasa. 3) Kekuatan Pemasok Kekuatan yang dimiliki dan terletak pada supplier/pemasok. 4) Ancaman Pemain Baru Ancaman pemain baru datang dari new entries yang masuk dalam industri, biasanya ancaman pemain baru di indonesia berasal dari pihak asing. 5) Ancaman Produk Pengganti Ancaman Produk Pengganti adalah kemunculan suatu barang substitusi yang dapat menggantikan barang sebelumnya. Analisis ini merupakan analisis yang digunakan pada strategi tingkat korporat (merupakan landasan dan acuan untuk penyusunan strategi-strategi di tingkat lebih rendah). Analisis tersebut dapat terlihat pada gambar berikut ini : Pemain Baru Kekuatan Pemasok Persaingan Industri Produk Pengganti Gambar 2.1 Analisis Porter Sumber : Freddy Rangkuti. (2004. P11) Kekuatan Pembeli 2.1.9 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Menurut David (2011, p.112), Matriks ini memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan 5 tahapan : 1) Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal, mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan presentase, rasio dan angka komparatif. 2) Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberi pada masingmasing faktor mengidentifikasikan tingkat relatif kepentingan terhadap faktor keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3) Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut. Dimana bobot peringkat 4 = respon perusahaan superior, bobot peringkat 3 = respon perusahaan diatas rata-rata, bobot peringkat 2 = respon perusahaan rata-rata, dan bobot peringkat 1 = respon perusahaan jelek. Dengan demikian, peringkat didasari pada efektifitas strategi perusahaan, sedangkan bobot pada tahap 2 didasarkan pada industri. Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dapat diberi peringkat 1,2,3, dan 4. 4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang. 5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel dalam menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan, total nilai tertimbang tertinggi untuk organisasi adalah 4,0 dan terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adlah 2,5. Total nilai 4,0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap peluang dan ancaman yang ada. Total nilai 1,0 menunjukkan bahwa strategi perusahaan tidak efektif dalam memanfaatkan peluang dan meminimalkan resiko dari ancaman. Tabel 2.1 Matriks EFE Faktor Eksternal Kunci Bobot Peringkat Nilai Tertimbang Peluang : 1. Ancaman : 2. Total 1,00 Sumber: David (2011, p.112) 2.1.10 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Menurut David (2011, p.154), dalam merencanakan strategi, IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Matriks IFE dapat dikembangkan melalui 5 langkah : 1) Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. Gunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal, mencakup kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan presentase, rasio dan angka komparatif. 2) Berikan bobot berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberi pada masingmasing faktor mengidentifikasikan tingkat relatif kepentingan terhadap faktor keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3) Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor untuk mengidentifikasi apakah faktor tersebut menunjukan kelemahan utama ( peringkat =1 ), kelemahan minor ( peringkat = 2 ), kekuatan minor ( peringkat = 3 ), kekuatan utama ( peringkat = 4 ). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 dan 4, kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 dan 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri. 4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang. 5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk menentukan total rata-rata tertimbang di organisasi. Berapapun banyaknya faktor yang dimasukan dalam matriks IFE total rata-rata tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 sampai dengan yang tertinggi 4,0 dengan rata-rata total 2,5. Total rata-rata tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara jika total rata-rata dia tas 2,5 maka menggambarkan posisi internal yang kuat. Tabel 2.2 Matriks IFE Kunci Faktor Internal Bobot Peringkat Rata-Rata Tertimbang Kekuatan : 3. Kelemahan : 4. Total 1,00 Sumber: David (2011, p.155) 2.1.11 Matriks Internal Eksternal ( IE ) Menurut David (2011, p.221) Matriks IE memposisikan berbagai divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE menempatkan divisi organisasi dalam diagram skematis yang juga disebut portofolio. Ukuran dari lingkaran menggambarkan persentase kontribusi penjualan dari masing-masing divisi dan potongan dalam lingkaran mengungkapkan persentase kontribusi untuk masing-masing divisi dalam matriks. Gambar 2.2 Matriks IE Sumber: http://akusukamenulis.wordpress.com/2011/02/14/nature-of- strategy-analysis-and-choice/ Matriks IE dapat dibagi dalam tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam kuadran I, II atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi-strategi yang paling sesuai pada divisi ini antara lain : 1) Strategi Intensif Seperti: Penetrasi pasar,pengembangan pasar, dan pengembangan produk. 2) Strategi integratif Seperti: integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. Pada divisi kedua yang masuk dalam kuadran III, V, atau VII dapat dikelola dengan baik dengan strategi jaga dan pertahankan. Pada divisi ini strategi yang cocok adalah strategi penetrasi padar dan pengembangan produk. Pada divisi berikutnya yaitu divisi ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam kuadran VI, VII, dan IX adalah panen dan divestasi. Organisasi yang berhasil mencapai portofolio bisnis yang diposisikan dlaam sekitar kuadran I dalam matriks IE. 2.1.12 Matriks SWOT Menurut David (2011, p.210), matriks SWOT ( strengthweakness-opportunities-threats) adalah alat untuk mencocokan hal-hal yang penting yang dapat membantu manager mengembangkan 4 tipe strategi : 1) SO ( Strength – Opportunities ) Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, WT agar dapat mencapai situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika organisasi memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan menjadikannya kekuatan. Ketika organisasi menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang. 2) WO ( Weakness – Opportunities ) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang organisasi memiliki peluang eksternal namun dihambat oleh kelemahan internal dalam mengeksploitasi peluang tersebut. 3) ST ( Strength – Threat ) Strategi ST menggunakan kekuatan organisasi untuk menghindari atau mengurangi pengaruh ancaman eksternal. Namun, tidak berarti organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara langsung. 4) WT ( Weakness – Threat ) Strategi untuk mempertahankan yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman. Organisasi mungkin harus berusaha bertahan, bergabung, mengurangi, mengumumkan kebangkrutan, atau memilih likuidasi. Ada delapan langkah dalam membuat matriks SWOT : 1) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan. 2) Tuliskan ancaman eksernal kunci perusahaan. 3) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan. 4) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan. 5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi SO dalam kuadran yang ditentukan. 6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi WO dalam kuadran yang ditentukan. 7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi ST dalam kuadran yang ditentukan. 8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi WT dalam kuadan yang ditentukan. Tujuan dari masing-masing pencocokan adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang baik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih untuk diimplementasikan. Gambar 2.3 Matriks SWOT Sumber: http://akusukamenulis.wordpress.com/2011/02/14/nature-of- strategy-analysis-and-choice/ 2.1.13 Tahap Keputusan Menurut david (2009, p349), analisis dan intuisi menjadi landasan bagi pengambilan keputusan perumusan strategi. Teknik – teknik yang baru saja dibahas memaparkan berbagai alternatif strategi yang bisa ditempuh. Banyak dari strategi ini mungkin akan diusulkan oleh para manajer dan karyawan yang berpartisipasi dalam analisis dan aktifitas pemilihan strategi. Setiap strategi tambahan yang dihasilkan dari analisis – analisis pencocokan dapat didiskusikan dan ditambahkan pada daftar pilihan alternatif yang masuk akal. 2.1.14 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif ( QSPM) Menurut david (2009, p350- 355), diluar strategi – strategi untuk men dapatkan daftar prioritas, hanya ada satu teknik untuk menentukan daya tarik relatif dan berbagai tindakan alternatif. Tehnik tersebut adalah Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix). QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi ebrbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor – faktor keberhasilan penting eksternal dan itnernal yang diidentifikasi sebelumnya. QSPM membutuhkan penilaian intuintif yang baik. Terdapat enam langkah yang diperlukan untuk mengembangkan QSPM, yaitu sebagai berikut: Langkah 1 buatlah daftar berbagi peluang – peluang eksternal dan kekuatan – kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. Informasi ini harus diambil langsung dari matriks EFE dan Matriks IFE. Minimal 10 faktor keberhasilan utama internal perlu dimasukkan dalam QSPM. Langkah 2 Berikan bobot pada setiap faktor eksternal dan itnernal utama tersebut. Bobot ini sama dengan bobot yang ada dalam Matriks EFE dan Matriks IFE. Bobot ditampulkan dalam kolom kecil tepat di kanan faktor – faktor keberhasilan penting eksternal dan itnernal. Langkah 3 Cermatilah matriks –matriks tahal 2 (pencocokan) dan mengidentifikasi berbagai strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan oleh organisasi. Catat strategi – strategi ini dibaris teratas QSPM. Kelompokan berbagai strategi tersebut dalam satu rangkaian ekslusif, sebisa mungkin. Langkah 4 Tentukanlah Skor Daya Tarik (AS) didefinisikan sebagai nilai numerik yang mengidikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi di rangkaian alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau eksternal kunci. Satu pada suatu saat tertentu dan mengajukan pertanyaan “apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” jika jawabanya ya, maka strategi tersebut harus dibandingkan secara relatif terhadap kunci tersebut. Secara khusus, nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk mengidentifikasikan daya tariik relatif dari satu strategi dengan strategi lainya dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untku nilai daya tarik adalah 1= tidak memiliki daya tarik, 2 = daya tarik rendah, 3 = daya tarik sedang, dan 4 = daya tarik tinggi. Langkah 5 Hitunglah Skor Daya Tarik Total yang didefinisikan sebagai hasil kali antara bobot (langkah 2) dengan Skor Daya Tarik (langkah 4) di setiap baris Skor Daya tarik Total mengidentifikasikan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak faktor keberhasilan pentng eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi Skor Daya Tarik semakin menariik pula strategi alternatif tersebut (hanya dengan memperhitungkan faktor keberhasilan penting yang berdekatan). Langkah 6 hitunglah jumlah keseluruhan daya tarik total. Jumlah Skor Daya Tarik Total di setiap kolom startegi dari QSPM. Jumlah keseluruhan daya tarik total ( Sum Total Attractive Scrore) menunjukan strategi ang paling menarik di setiap rangkaian alternatif. Skor yang lebih tinggi mengindikasika strategi yang lebih menarik mengingat semua faktor eksternal dan internal relevan yang dapat memperngaruhi keputusan strategis. Besarnya selisih antara jumlah keseluruhan daya tarik total di rangkaian alternatif strategi tertentu menunjukan ketertarikan relatif satu strategi terhadap strategi yang lain. 2.1.15Model Skala Guttman Menurut Sugiyono (2007, p90), skala pengukuran dengan tipe Guttman akan memberikan jawaban yang tegas yaitu dengan pilihan jawaban, seperti ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, dan seterusnya. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka: Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Tidak =Yx0 Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Ya =Yx1 Jumlah = X Presentase jawaban yang diinginkan = (X : total jawaban yang diinginkan) X 100% Menghitung varians tiap skor pada setiap item dengan rumus : Si= - N Dimana: Si = Varians Skor Tiap-Tiap Item = Jumlah Kuadrat item Xi = Jumlah item Xi dikuadratkan = Jumlah responden 2.1.16 Skala Likert Berdasarkan pendapat haryadi sarjono dan winda julianita (2011, p6) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan sosial, dimana variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item pernyataan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misal : 1. Sangat setuju =4 2. Setuju =3 3. Tidak Setuju =2 4. Sangat Tidak Setuju = 1 Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka: Jumlah skor untuk Y orang menjawab SS =Yx4 Jumlah skor untuk Y orang menjawab S =Yx3 Jumlah skor untuk Y orang menjawab TS =Yx2 Jumlah skor untuk Y orang menjawab STS =Yx1 Jumlah =X Presentase jawaban yang diinginkan = (X : total jawaban yang diinginkan) 100% Skala continum sebagai berikut : STS TS S SS Gambar 2.4 Skala continum Sumber: sugiyono Keterangan Kriteria Interpretasi Skor Angka 0% - 25% = Sangat Lemah Angka 26% - 50% = Lemah Angka 51% - 75% = Kuat Angka 76% - 100% = Sangat Kuat 2.1.17 7C dalam implementasi situs Menurut Rayport dan Jaworski dalam buku Marketing Management yang dikutip oleh kotler (2006, p.576), sebuah website harus memiliki 7 komponen desain yang penting dalam proses pembuatannya, yang dikenal dengan sebutan 7C, antara lain: Context Merupakan bagian tata letak atau sering disebut dengan tampilan layout. Content Terdiri dari text, gambar,suara, maupun video. Community Merupakan fungsi dimana website memungkinkan penggunannya untuk saling berkomunikasi. Customization Kemampuan website untuk menyesuaikan diri kepada pengguna yang berbeda-beda atau untuk mengizinkan pengguna untuk mempersonalisasi websitenya. Communication Sebuah website yang memungkinkan komunikasi website ke pengguna, pengguna ke website atau komunikasi dua arah. Connection Suatu koneksi yang menghubungkan website yang satu dengan website lainnya. Commerce Kemampuan website untuk mengaktifkan transaksi komersial. 2.2 Kerangka Pemikiran Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran