pengaruh model pembelajaran team assisted individualzation

advertisement
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED
INDIVIDUALZATION BERBASIS NILAI-NILAI KARAKTER TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS KELAS IV
I Nyoman Arya Pramana1, Syahruddin2, Md Sumantri3
1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
[email protected] 1, [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa
yang mengikuti model pembelajaran TAI (team assisted individualzation) berbasis nilai-nilai karakter
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan post-test only control group design. Populasi
dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD semester genap di Gugus 6 Kecamatan Kubu
Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah populasi 197 siswa. Sampel diambil
dengan cara random sampling yang berjumlah 72 orang siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah hasil belajar IPS. Bentuk tes hasil belajar IPS yang digunakan adalah pilihan ganda. Data
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran TAI (team assisted
individualzation) berbasis nilai-nilai
karakter dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa
kelas IV semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 3 Dukuh. Perbandingan perhitungan
rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah 23,42 lebih besar dari rata-rata hasil belajar IPS
kelompok kontrol adalah 20,83. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model pembelajaran TAI (team assisted individualzation) berbasis nilai-nilai karakter
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
Kata kunci: model TAI, hasil belajar
Abstract
This research aims to know the different result of IPS among students’ group that follow team
assisted individualization (TAI) based on the character of students’ group that follow conventional
learning.This kind of research is quasi experiment research by constructing post-test only control group
design. The population of this research is all of students in IV grade of primary school in exact semester
in 6 region sub district Kubu, Karangasem Regency in academic year 2013/2014 by which 197 students
population. The sample is gained by random sampling by using 72 students. The collected data which is
found in this research are the result of IPS learning. The test which is used is multiple choice tests. The
data are analyzed by using descriptive statistic and inferential statistic. The result of this research shows
that, there is a significant different result of IPS learning among students that follow TAI (team assisted
individualization) method based on the character value and students that follow conventional learning at
students in IV grade of primary school number 3 Dukuh in exact semester in 6 region sub district Kubu,
Karangasem Regency in academic year 2013/2014. The comparison between the mean result of
experimental IPS learning is 23,42 more bigger rather than the mean result of control group in which the
point is 20,83. The significant different shows that the use of TAI (team assisted individualization)
method based on based on the character value give an effect to the result of IPS learning compare with
conventional learning.
Key words: TAI model, result of learning
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Dalam
era
globalisasi,tantangan
persaingan diberbagai bidang kehidupan
semakin ketat. Hal ini ditandai dengan
adanya
perubahan
lingkungan
dan
masyarakat yang cepat dengan kemajuan
teknologi informasi yang menuntut kepekaan
negara, pemerintah dan masyarakat dalam
merespon perubahan agar tetap eksis dalam
menghadapi persaingan dunia. Selain itu
juga, hal tersebut membawa dampak positif
dan negatif terhadap pertumbuhan suatu
bangsa.
Dampak
positifnya
adalah
kemudahan berkomunikasi, peningkatan pola
berpikir dalam berbagai bidang, serta
perubahan pola hidup yang bersifat
pragmatis dan efisien. Dampak negatif
globalisasi
utamanya
dirasakan
oleh
masyarakat di negara berkembang termasuk
Indonesia. Masyarakat akan mengalami
kesulitan
untuk
mengasimilasi
dan
mengakulturasikan nilai-nilai luhur bangsa
dengan perkembangan global yang demikian
pesatnya.
Namun, sebagai bangsa yang besar
dengan jumlah penduduk yang banyak,
hendaknya mampu merebut peluang demi
kemajuan bangsa ini sehingga dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas
karena kemajuan suatu bangsa ditentukan
oleh sumber daya manusianya.Sumber daya
manusia yang berkualitas salah satunya
dapat dilihat dari pendidikannya.Oleh karena
itu, pendidikan harus diarahkan pada
peningkatan daya saing bangsa agar mampu
berkompetisi dalam persaingan global.
Pendidikan
merupakan
suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.Maju mundurnya suatu bangsa
dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa
itu sendiri. Pendidikan yang berkualitas akan
mampu menciptakan sumber daya manusia
yang mampu berkompetisi. Selain itu
pendidikan
sangat
berperan
dalam
perkembangan diri peserta didik, karena
pendidikan
pada
dasarnya
bertujuan
membangun dan mengembangkan potensi
peserta didik menjadi manusia yang memiliki
kemampuan, keterampilan, dan kreativitas
sehingga menjadi manusia dengan sumber
daya yang tinggi.
Dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia ditandai dengan
adanya
penyempurnaan-penyempurnaan
yang dilaksanakan oleh pemerintah pada
setiap aspek pendidikan. Salah satu aspek
pendidikan yang mengalami perkembangan
terus menerus guna peningkatan kualitas
pendidikan adalah kurikulum pendidikan
nasional. Penyempurnaan kurikulum yang
terjadi yaitu adanya penyempurnaan dari
kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. KBK ini
merupakan kurikulum percobaan, karena
belum memiliki dasar hukum yang jelas.
Kemudian
sekarang
dilakukan
penyempurnaan lagi dengan merevisi KBK
menjadi
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP) menghendaki adanya
perubahan dari proses pembelajaran yang
cenderung pasif, teoritis, dan berpusat pada
guru ke proses pembelajaran yang bersifat
aktif, kreatif dan produktif, mengacu pada
permasalahan kontekstual dan berpusat
pada siswa sedangkan guru diharapkan
hanya sebagai fasilitator dan motivator.
Dalam salah satu prinsip pengembangan
KTSP jenjang pendidikan dasar dan
menengah disebutkan bahwa, kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan potensinya agar menjadi
manusia beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab (Depdiknas, 2006). Untuk
mendukung pencapaian prinsip tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, pengembangan,
kebutuhan dan kepentingan peserta didik
serta tuntutan lingkungan.
Tuntutan penting KTSP tersebut di
atas menyentuh semua mata pelajaran,
tentunya dengan beberapa penyesuaian
berdasarkan karakteristik mata pelajaran
yang bersangkutan. Untuk mata pelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
IPS, reorientasi ini dapat disarikan dalam
bentuk model pembelajaran IPS yang
bercirikan: (1) menggunakan permasalahan
kontekstual, yaitu permasalahan yang nyata
atau dekat dengan kehidupan siswa, atau
paling tidak dapat dibayangkan oleh siswa,
(2)
mengembangkan
kemampuan
memecahkan masalah (problem solving),
serta kemampuan berargumentasi dan
berkomunikasi
secara
matematis,
(3)
memberikan kesempatan yang luas untuk
penemuan kembali dan membangun konsep,
definisi, prosedur IPS.secara mandiri, (4)
melatih cara berfikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan
eksperimen, (5) mengembangkan kreativitas
berpikir yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan melalui pemikiran divergen,
original, membuat prediksi dan mencobacoba, (6) menggunakan model, dan (7)
memperhatikan dan mengakomodasikan
perbedaan-perbedaan karakteristik individual
siswa (Rizkianto, 2009).
Oleh sebab itu,peningkatan kualitas
pendidikan tidak lepas dari peran penting dari
sosok seorang guru. Guru sebagai pelaksana
pendidikan dituntut mampu mengembangkan
strategi-strategi pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum dan kondisi siswa di
lapangan. Pemilihan strategi pembelajaran
yang sesuai akan membantu terciptanya
suasana belajar yang kondusif dan interaktif,
sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar. Keberhasilan seorang guru
dalam kegiatan belajar-mengajar tidak lepas
dari kemampuan guru tersebut dalam
merancang,
melaksanakan,
dan
mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar
(Astawa,
2007).
Dalam
merancang
pembelajaran,
seorang
guru
harus
memperhatikan tujuan diselenggarakannya
pembelajaran itu sendiri, termasuk di
dalamnya
pembelajaran
IPS.
Dalam
pembelajaran IPS, seorang guru dituntut
untuk mampu menguasai konsep IPS dan
mampu menerapkan suatu strategi yang
mampu menciptakan situasi dimana siswa
berperan
aktif
dalam
mencari
pengetahuannya sendiri.
Contohnya, pada SD 2 Dukuh
Karangasem
masih mengalami masalah
dalam pembelajaran IPS yang merupakan
salah satu mata pelajaran yang mendukung
perkembangan IPTEK. IPS sering dianggap
sebagai pelajaran yang paling sulit dIPShami
dan
menyebabkan
siswa
enggan
mengerjakan soal-soal yang diberikan guru.
Hal tersebut disebabkan karena proses
pembelajaran masih berorientasi pada guru
dan guru belum mampu menerapkan modelmodel
pembelajaran
yang
inovatif.
Kemampuan pemecahan masalah IPS siswa
juga masih sangat kurang sebab kebanyakan
siswa
hanya
mampu
menyelesaikan
masalah-masalah
yang
bersifat
rutin.
Masalah-masalah
tersebut
terakumulasi
menjadi satu sehingga berimplikasi pada
rendahnya pencapaian nilai ujian akhir
nasional siswa. Berdasarkan observasi yang
dilakukan tampak bahwa kualitas proses dan
hasil belajar IPS siswa masih tergolong
rendah.
Proses
belajar
IPS
yang
dilaksanakan di sekolah belum dapat berjalan
secara maksimal sehingga berdampak pada
rendahnya pencapaian yang diperoleh dalam
ujian akhir nasional.
Ada beberapa permasalahan yang
diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya
kemampuan pemecahan masalah siswa,
diantaranya sebagai berikut.
1. Dalam memecahkan masalah yang
diberikan siswa cenderung terpaku
pada contoh-contoh penyelesaian
yang diberikan guru tanpa adanya
usaha untuk bertanya apabila ada hal
yang belum dimengerti sehingga
usaha untuk menemukan sendiri
pemecahan suatu masalah menjadi
kurang.
2. Dalam
menyelesaikan
soal
pemecahan masalah, siswa tidak
mengerjakan
secara
terstruktur.
Siswa cepat merasa puas apabila
telah mendapatkan jawaban dari
permasalahan tersebut tanpa adanya
usaha untuk mengecek kembali
jawaban yang diperoleh.
Masalah rendahnya
kemampuan
pemecahan masalah tersebut perlu dicarikan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
suatu solusi agar pembelajaran yang
Model pembelajaran TAI yang
dilaksanakan dapat memberikan hasil yang
diuraikan di atas memberi gambaran bahwa
optimal
dan
mampu
meningkatkan
model
ini
mampu
memberdayakan
kemampuan pemecahan masalah IPS siswa.
kemampuan pemecahan masalah siswa.
Dalam hal ini, perlu diterapkan strategi
Dalam belajar memecahkan masalah siswa
pembelajaran yang mampu memberikan
diarahkan agar dapat bekerja secara
kesempatan
kepada
siswa
untuk
sistematis, yaitu dapat menuliskan dan
membangun
pengetahuan
berdasarkan
menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan
pengalaman nyata siswa dan memotivasi
terkait dengan permasalahan yang diberikan,
siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran.
yaitu mulai dari memahami permasalahan,
Pemilihan dan pelaksanaan model
merencanakan strategi pemecahan masalah,
pembelajaran yang tepat oleh guru akan
melaksanakan strategi pemecahan masalah
membantu guru dalam menyampaikan
(menyelesaikan masalah), serta memeriksa
pelajaran IPS. Pemilihan model pembelajaran
kembali apa yang telah dikerjakan. Dengan
dilakukan oleh guru dengan cermat agar
begitu, siswa menjadi lebih tertantang untuk
sesuai
dengan
materi
yang
akan
belajar
dan
berusaha
untuk
dapat
disampaikan,
sehingga
siswa
dapat
menyelesaikan semua permasalahan IPS
memahami dengan jelas setiap materi yang
yang ditemui.
disampaikan dan akhirnya akan mampu
Berdasarkan latar belakang diatas,
membuat proses belajar mangajar lebih
tertarik untuk menjadikan penelitian dengan
optimal dan mencapai keberhasilan dalam
judul Pengaruh Model Pembelajaran Tai
pendidikan. Beberapa model pembelajaran
(Team Assisted Individualization) Berbasis
telah dikembangkan oleh para ahli untuk
Nilai-Nilai Karakter Terhadap Hasil Belajar
menciptakan proses pembelajaran yang lebih
IPS Kelas IV SD Semester Genap Di Gugus
baik.
Salah
satunya
yaitu
model
6 Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem
pembelajaran kooperatif TAI.
Tahun Pelajaran 2013/ 2014.
Model pembelajaran TAI merupakan
METODE
salah satu model pembelajaran TAI yang
memberikan ruang gerak dalam membangun
Penelitian
ini
merupakan
jenis
pengetahuan. Dalam mencari solusi, siswa
penelitian
eksperimen
semu
(quasi
dimungkinkan
untuk
melaksanakan
experiment) karena tidak semua variabel
kerjasama dan berkomunikasi dengan siswa
yang muncul dalam kondisi eksperimen
lain dalam satu kelompok kerja (cooperating).
dapat diatur dan dikontrol secara ketat.
Terakhir, siswa mencoba mentransfer
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pengetahuan yang sudah didapatkan selama
siswa Kelas IV SD Negeri 2 Dukuh
proses
pembelajaran
ke
konteks
Kecamatan Karangasem yang berjumlah 72
pengetahuan yang baru atau untuk
siswa.
menyelesaikan masalah lain yang sifatnya
lebih kompleks (transferring).
Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa per Kelas
No
Kelas
Jumlah siswa
1
VA
36
2
VB
36
Jumlah
72
Sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan dari populasi yaitu siswa kelas
IVA dan kelas IVB. Untuk mendapatkan
sampel yang setara, maka dilakukan uji
kesetaraan berdasarkan nilai ulangan umum
siswa kelas IV semester I dari populasi yang
ada dengan menggunakan rumus uji t.
Hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung
sebesar
2,76.
Untuk
mengetahui
signifikansinya maka perlu dibandingkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dengan nilai ttabel, db = n1 + n2–2 = 36+36-2=
70 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai
ttabel yaitu 2,00. Karena nilai thitung > ttabel (2,76
> 2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini
berarti terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan
Pengaruh Model Pembelajaran Tai (Team
Assisted Individualization) dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional pada siswa kelas
IV semester ganjil di SD Negei Gugugs 6,
dan satu kelas sebagai kelompok kontrol
(kelas
yang
akan
belajar
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional). Berdasarkan teknik tersebut,
kelas IVA mendapat perlakuan Model
Pembelajaran
Tai
(Team
Assisted
Individualization) dan kelas IVB mendapat
perlakuan model pembelajaran konvensional.
Desain
yang
digunakan
dalam
penelitian ini
disebut post test Only.
bertujuan untuk menguji pengaruh suatu
model
pembelajaran
dengan
cara
menerapkan
treatment
pada
kelas
eksperimen dan membandingkan hasilnya
dengan
kelas
kontrol.
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelas
Perlakuan
Post-test
KE
X
O1
KK
O2
Menurut Ali (dalam Agung, 2011)
sampel adalah sebagian dari populasi yang
diambil, yang dianggap mewakili seluruh
populasi dan diambil dengan menggunakan
teknik tertentu. Teknik yang digunakan
mengambil sampel dari populasi disebut
“teknik samplingi. Dalam penelitian ini
diselidiki dua variabel bebas (independent)
terhadap satu variabel terikat (dependent).
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
Model Pembelajaran Tai (Team Assisted
Individualization) dan model pembelajaran
konvensional. Sedangkan untuk variabel
terikat adalah prestasi belajar IPS siswa.
Data
yang
dikumpulkan
dalam
penelitian ini adalah prestasi belajar IPS
siswa. Data prestasi belajar siswa diukur
dengan metode tes. Menurut Agung (2011) “
metode tes kaitannya dengan penelitian ialah
cara memperoleh data yang berbentuk suatu
tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh
seorang atau sekelompok yang dites (testee),
dan dari tes tersebut dapat menghasilkan
suatu data berupa skor (data interval)”.
Setelah menentukan kelas yang akan
diperlakukan baik sebagai kelas kontrol dan
kelas
eksperimen,
maka
proses
pembelajaran dengan model Pembelajaran
Tai (Team Assisted Individualization). Kedua
kelas ini diberikan materi yang sama tetapi
dengan model pembelajaran yang berbeda.
Untuk kelas kontrol diberikan materi dengan
model konvensional, sedangkan kelas
eksperimen diberikan model pembelajaran
Tai (Team Assisted Individualization).
Instrumen yang digunakan untuk
memperoleh data tentang prestasi belajar
IPS yaitu berupa tes objektif yang terdiri dari
30 soal. Setiap jawaban diberikan skor 1 jika
menjawab benar. Skor setiap jawaban
kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut
merupakan skor prestasi belajar siswa.
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis
statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Analisis
deskriptif
digunakan
untuk
mengetahui deskripsi prestasi belajar IPS
dengan mencari nilai mean (M), median (Md),
modus (Mo), varian, dan standar deviasi.
Selanjutnya, statistik inferensial digunakan
untuk melakukan uji hipotesis. Sebelum uji
hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat
berupa uji normalitas dan uji homogenitas,
sedangkan metode analisis data
yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah
analisis statistik uji-t dengan rumus polled
varians.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini adalah skor
prestasi belajar IPS siswa sebagai akibat dari
penerapan model pembelajaran Tai (Team
Assisted Individualization), pada kelompok
eksperimen
dan
model
pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol. Data
diperoleh dari populasi penelitian yang
berjumlah 72 orang siswa yang terdiri dari 36
orang siswa kelas IVA SD Negeri 2 Dukuh
sebagai kelas eksperimen dan 36 orang
siswa kelas IVB SD Negeri 3 Dukuh sebagai
kelas kontrol. Variabel prestasi belajar siswa
diukur dengan post-test pada mata pelajaran
IPS dengan jumlah soal 30 butir, dengan skor
minimum ideal = 0, dan skor maksimum ideal
= 30. Adapun hasil analisis data statistik
deskriptif disajikan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik Deskriptif
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Skor Maksimal
15
15
Skor Minimal
5
5
Mean
23,42
20,67
Median
24,1
20,6
Modus
25,14
19,7
Standar Deviasi
4,02
4,15
Varians
16,19
17,28
Berdasarkan tabel di atas, dapat
dideskripsikan mean (M), median (Md),
modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s)
dari data hasil belajar kelompok eksperimen,
yaitu: mean (M) =23,42, median (Md) = 24,1,
modus (Mo) = 25,14 varians (S2) = 43,93,
dan standar deviasi (S) = 6,628. Data hasil
post-test kelompok eksperimen, dapat
disajikan ke dalam bentuk kurva poligon
seperti pada gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
Pada kurva poligon di atas, dapat
diketahui bahwa modus lebih besar dari
median dan median lebih besar dari mean
(Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas
adalah kurva juling negatif yang berarti
sebagian besar skor cenderung tinggi.
Kecenderungan
skor
ini
dapat
dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif
pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi
relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih
besar dibandingkan frekuensi relatif skor
yang berada di bawah rata-rata.
Untuk mengetahui kualitas dari variabel
prestasi
belajar
siswa
pada
kelas
eksperimen, skor rata-rata prestasi belajar
siswa dikonversikan dengan menggunakan
kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi
ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi,
diperoleh bahwa skor rata-rata prestasi
belajar siswa kelompok eksperimen dengan
M = 23,42 tergolong kriteria baik.
Sedangkan pada kelompok kontrol
dapat dideskripsikan mean (M), median (Md),
modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s)
dari data hasil belajar kelompok kontrol,
yaitu: mean (M) =20,67, median (Md) =20,6,
modus (Mo) =20,07, varians (s2) =25,56 dan
standar deviasi (s) = 5,06. Data hasil posttest kelompok kontrol, dapat disajikan ke
dalam bentuk kurva poligon seperti pada
gambar 2 berikut ini.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol
Pada kurva poligon tersebut , dapat
diketahui bahwa mean lebih besar dari
median dan median lebih besar dari modus
(M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas
adalah kurva juling positif yang berarti
sebagian besar skor cenderung rendah.
Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan
dengan melihat frekuensi relatif pada tabel
distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor
yang berada di atas rata-rata lebih kecil
dibandingkan frekuensi relatif skor yang
berada di bawah rata-rata.
Untuk mengetahui kualitas dari variabel
prestasi belajar siswa pada kelas kontrol,
skor rata-rata prestasi belajar siswa
dikonversikan dengan menggunakan kriteria
rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal
(SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh
bahwa skor rata-rata prestasi belajar siswa
kelompok kontrol dengan M = 20,7 tergolong
kriteria cukup.
Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan uji-t, diketahui nilai thitung = 2,76
dengan db = n1 + n2–2 = 36+36-2= 70 pada
taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel yaitu
2,00. Dari hasil perhitungan tersebut pada
taraf signifikansi 5% diketahui thitung > ttabel, ini
berarti bahwa hasil penelitian adalah
signifikan.
Berdasarkan hasil analisis uji-t
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Tai
(Team
Assisted
Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional
pada siswa kelas IV semester Ganjil di SD
Negeri Gugugs VI.
Perbedaan yang signifikan hasil
belajar antara model pembelajaran kooperatif
tipe Tai (Team Assisted Individualization)
Berbasis Nilai-Nilai Karakter dengan model
pembelajaran
konvensional
dapat
disebabkan adanya perbedaan perlakuan
pada
langkah-langkah
pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe Tai (Team
Assisted Individualization) Berbasis Nilai-Nilai
Karakter menekankan aktivitas belajar siswa
lebih banyak darIPSda aktivitas guru.
Penggunaan model pembelajaran
kooperatif
tipe
Tai
(Team
Assisted
Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter
dapat lebih merangsang siswa untuk saling
bekerjasama,
berpartisifasi
aktif,
dan
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajaran. Selain itu dengan
berbasis peta konsep materi pelajaran yang
disampaikan lebih mudah dIPShami dan lebih
kuat melekat dalam memori atau pikiran
siswa untuk memahami pelajaran sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang membentuk kelompok
beranggotakan 4-6 orang, dalam metode Tai
(Team Assisted Individualization) masingmasing anggota kelompok mendapatkan
topik bacaan yang berbeda dan tiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari salah
satu bagian dari topik tersebut di kelompok
asal, selanjutnya siswa yang mendapatkan
topik bacaan yang sama berkumpul untuk
saling membantu mengkaji bahan bagian
topik tersebut, kelompok ini disebut kelompok
ahli. Para siswa yang berada dalam
kelompok ahli kembali ke kelompok asal
untuk menyampaikan hasil diskusinya di
kelompok ahli sehingga setiap siswa harus
bertanggung jawab terhadap topik yang
mereka dapatkan. Dengan demikian, peserta
didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai konsep yang dipelajari secara
holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Selain
itu
penggunaan
model
pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
kooperatif
tipe
Tai
(Team
Assisted
Individualization) dapat memudahkan guru
dalam mengajar serta dapat mengatasi
kekurangan waktu guru dalam
menghabiskan materi pembelajaran. Untuk
merangkum inti dari pembelajaran siswa
sehingga pembelajaran mudah di ingat siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang ditemukan oleh Nur Halimah
(2011) yang menyatakan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Tai
(Team Assisted Individualization) dapat
meningkatkan keaaktifan dan hasil belajar
siswa.
Individualization), dengan kelompok yang
dibelajarkan dengan model konvensional,
sehingga terdapat dua buah kelompok data
yang diuji. Uji normalitas sebaran data
dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
sampel benar-benar berasal dari populasi
yang berdistribusi normal sehingga uji
hipotesis dapat dilakukan. Uji normalitas data
prestasi belajar digunakan analisis Chi
Square Adapun hasil perhitungan dari uji
normalitas dapat di sajikan pada tabel 4
berikut ini.
Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan pengujian prasyarat terhadap
sebaran data yang meliputi uji normalitas
terhadap kelompok data tes prestasi belajar
IPS yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran
Tai
(Team
Assisted
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
Nilai Kritis dengan Taraf
No
Kelompok data hasil belajar
Status
χ2
Signifikansi 5%
1
Skor Post-test pada Kelompok
5,86
7,815
Normal
Eksperimen
2
Skor Post-test pada Kelompok
2,255
7,815
Normal
Kontrol
2
2
homogenitas. Dalam penelitian ini uji
Kriteria pengujian, jika  hitung   tabel
homogenitas dilakukan terhadap varians
dengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah
pasangan antar kelompok eksperimen dan
kelas dikurangi parameter, dikurangi 1),
kontrol. Uji homogenitas varian digunakan
maka data berdistribusi normal. Sedangkan,
untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang
2
2
jika  hitung   tabel , maka data tidak
terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi
berdistribusi normal. Berdasarkan hasil
akibat adanya perbedaan perlakuan dalam
perhitungan dengan menggunakan rumus
kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-F
2
dengan kriteria data homogen jika Fhitung<
chi-kuadrat, diperoleh seluruh  hitung lebih
Ftabel. Hasil uji homogenitas varians data skor
2
2
2
kecil dari  tabel (  hitung   tabel ), sehingga
prestasi belajar IPS dapat dilihat pada tabel 5
seluruh kelompok data berdistribusi normal.
berikut ini.
Setelah melakukan uji prasyarat yang
pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya
dilakuka uji prasyarat yang ke dua yaitu uji
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Varians antar
Kelompok Eksperimen dan kontrol
Sumber Data
Fhitung
Ftabel
Status
Kelompok
Prestasi
Eksperimen dan
1,03
1,72
Homogen
Belajar
Kelompok Kontrol
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui
Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen
dan kontrol adalah 1,03. Sedangkan Ftabel
dengan dbpembilang = 36, dbpenyebut = 36,
dan taraf signifikansi 5% adalah 1,72. Hal ini
berarti, varians data hasil post-test kelompok
eksperimen dan kontrol adalah homogen.
Uji
hipotesis
dilakukan
untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran
Tai
(Team
Assisted
Individualization)
terhadap prestasi belajar IPS, pengujian
dilakukan terhadap hipotesis nol (H0).
Berdasarkan uji prasyarat analisis data,
diperoleh bahwa data prestasi belajar
kelompok eksperimen dan kontrol adalah
normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil
dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan
dengan pengujian hipotesis penelitian (H1)
dan hipotesis nol (H0). Untuk menguji
hipotesis penelitian digunakan independent
sample t-test dengan polled varians. Polled
varians digunakan dalam uji hipotesis
penelitian ini karena jumlah anggota sampel
pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yang sama. Pengujian hipotesis
tersebut dilakukan dengan menggunakan
rumus polled varians dengan kriteria tolak H0
jika thitung > ttabel dan terima H0 jika thitung <
ttabel..
Hasil
analisis
data
post-test
menunjukkan terdapat perbedaan prestasi
belajar
IPS
kelompok
siswa
yang
dibelajarakan dengan model pembelajaran
Tai (Team Assisted Individualization) dan
kelompok
siswa
yang
dibelajarkan
menggunakan model konvensional. Hasil ini
didasarkan pada rata-rata skor post-test
siswa. Rata-rata skor post-test yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran Tai
(Team Assisted Individualization) adalah
23,42 dan rata-rata skor post-test siswa yang
dibelajarkan dengan model konvensional
adalah 20,67. Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Tai (Team Assisted
Individualization) memiliki prestasi belajar
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model konvensional.
Selanjutnya berdasarkan analisis data
menggunakan uji-t, diketahui thitung = 5,86dan
ttabel dengan taraf signifikansi 5% = 7,815.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung> ttabel),
sehingga hasil penelitian adalah signifikan.
Hal ini berarti, terdapat perbedaan prestasi
belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan
mengikuti model pembelajaran Tai (Team
Assisted Individualization) memiliki prestasi
belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang dibelajarkan mengikuti
model pembelajaran konvensional.
Perbedaan yang signifikan antara
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran Tai (Team Assisted
Individualization) dan siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional disebabkan karena perbedaan
perlakuan
pada
langkah-langkah
pembelajaran dan proses penyampaian
materi. Ada 6 langkah dalam proses
pembelajaran
Tai
(Team
Assisted
Individualization) dengan langkah-langkah
sebagai berikut. 1) aktivitas awal proses
pembelajaran, 2) menciptakan lingkungan
belajar yang positif, 3) mengembangan
rencana pembelajaran, 4) mengidentifikasi
pembelajaran yang sesuai, 5) melaksanakan
keiatan pembelajaran dan monitoring, dan 6)
mengevaluasi hasil belajar individu.
Pada
Tai
(Team
Assisted
Individualization) menuntut peserta didik
untuk lebih aktif dalam pembelajaran karena
siswa diberikan kendali untuk mengelola
pembelajrannya secara mandiri. Siswa
dituntut untuk mampu mengidentifikasi
berbagai masalah yang perlu dipelajari lebih
jauh (investigation), tahu di mana harus
mencari
sumber-sumber
belajar
yang
berkaitan dengan masalah tadi, mampu
menentukan
prioritas dan
merancang
penelusuran
sumber
belajar,
mampu
mempelajari materi yang ada di dalam
sumber
belajar
tadi,
dan kemudian
menghubungkan informasi yang telah
terkumpul dengan topik bahasan yang
sedang
dipelajarinya.
Selain
itu,
pembelajaran dengan model pembelajaran
Tai (Team Assisted Individualization) sebagai
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik..
Berbeda halnya dalam pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional
yang bercirikan pembelajaran berpusat pada
guru (teacher centered). Model pembelajaran
ini berlandaskan pandangan behavioristik. Di
dalam pembelajaran konvensional siswa
cenderung lebih pasif karena hanya
mendengarkan ceramah yang diberikan oleh
guru. Siswa menunggu sampai guru selesai
menjelaskan kemudian mencatat apa yang
diberikan oleh guru tanpa memaknai konsepkonsep yang diberikan. Melalui model
pembelajaran konvensional siswa cenderung
menjadi objek belajar, sedangkan yang
menjadi subjek belajar adalah guru.
Kemudian guru berusaha memindahkan
pengetahuan yang ia miliki kepada siswa.
Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif
dalam menerima peajaran dari guru sehingga
siswa tidak akan mampu membangkitkan
semua potensi yang dimilikinya secara
optimal dan berdampak pada prestasi belajar
yang dicapai kurang maksimal.
Hasil uji hipotesis menunjukkan
bahwa prestasi belajar IPS siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran
Tai
(Team
Assisted
Individualization) lebih baik darIPSda siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional. Prestasi belajar
siswa yang dibelajarkan dengan model Tai
(Team Assisted Individualization) berada
pada kategori baik sedangkan prestasi
belajar siswa yang dibelajarkan dengan
model konvensional berada pada kategori
cukup baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Andika
(2011). Hasil penelitian menunjukkan model
belajar mandiri dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa setelah
dilakukan dua siklus. Aktivitas belajar
meningkat dari skor rata-rata 40,81 menjadi
82,89, dan hasil belajar siswa meningkat dari
skor rata-rata 53,82 menjadi 73,68.
Begitu juga penelitian yang dilakukan
oleh Beratha (2009). Hasil penelitian
menunjukkan skor rata-rata kemandirian
belajar siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol berbeda secara signifikan pada
taraf signifikansi 5%.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran Tai (Team Assisted
Individualization)
sangat
efektif
untuk
meningkatkan
prestasi
belajar
IPS.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Tai
(Team
Assisted
Individualization) (SDL) dapat mempengaruhi
prestasi belajar IPS siswa kelas V semester I
tahun pelajaran 2013/2014 SD Negeri 2
Seraya Timur Kecamatan Karangasem
Kabupaten Karangasem.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut. Deskripsi data hasil
belajar IPS siswa kelompok eksperimen
yaitu modus (Mo) = 25,14, median (Md) =
24,41, mean (M) = 23,42, dan standar
deviasi (s) = 4,02. Modus lebih besar dari
median dan median lebih besar dari
mean (Mo>Md>M) sehingga kurva
poligon data hasil belajar kelompok
eksperimen berupa kurva juling negatif
yang berarti sebagian besar skor
cenderung tinggi. Mean (M) atau rata-rata
hasil belajar IPS kelompok eksperimen
adalah 23,42 termasuk dalam kategori
sangat tinggi,belajar mengikuti model
pembelajaran
Tai (Team Assisted
Individualization) dengan siswa yang
belajar mengikuti model pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV SD
Negeri 2 Dukuh.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Disarankan kepada siswa untuk saling
bekerjasama dalam memecahkan suatu
permasalahan
yang
ada
didalam
maupun diluar kelas serta dapat
menciptakan rasa kebersamaan dalam
proses pembelajaran agar mampu
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
1.
2.
3.
4.
meningkatkan hasil belajar secara
maksimal.
Disarankan kepada guru di sekolah
dasar hendaknya lebih inovatif dalam
merancang
dan
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
dengan
menerapkan suatu model pembelajaran
inovatif.
Disarankan kepada sekolah dasar yang
mengalami permasalahan rendahnya
hasil belajar IPS, disarankan untuk
menerapkan model kooperatif tipe Tai
(Team
Assisted
Individualization)
Berbasis Nilai-Nilai Karakter dalam
pembelajaran IPS di sekolah tersebut
Disarankan kepada kepala sekolah
agar dapat menciptakan kondisi yang
mampu mendorong para guru untuk
mencoba
menerapkan
model
pembelajaran koopeatif tipe Tai (Team
Assisted Individualization) Berbasis
Nilai-Nilai Karakter dalam pembelajaran
IPS pada khususnya dan bidang studi
lain pada umumnya dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
Disarankan
kepada
peneliti
lain
melakukan penelitian hendaknya dapat
melakukan
dengan
menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Tai
(Team
Assisted
Individualization)
Berbasis Nilai-Nilai Karakter maupun
menggunakan model-model yang lain
sesuai dengan kondisi penelitian
pembelajaran yang dilakukan di kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi
Penelitian
Pendidikan
Suatu
Pengantar. Singaraja: Undiksha.
Astawa, I Wayan Puja. 2007. Profil Upaya
Guru Matematika Sekolah Menengah
Atas di Kota Singaraja dalam
Memahami
dan
Melaksanakan
Perubahan
Kurikulum.Laporan
Penelitian
Dosen
Muda
(tidak
diterbitkan). Lembaga Penelitian,
Universitas Pendidikan Ganesha.
Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah RI
No 22 Tahun 2006 tentang Standar
Nasional
Pendidikan.
Jakarta:
Cemerlang.
Halimah,Nur. 2011. Skripsi. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Chips Terhadap Hasil Belajar Biologi
Pada Konsep Protista (Eksperimen di
Kelas X MAN 22 Palmerah, Jakarta
Barat.
Tersedia
pada
http://Halimahnur26.blogspot.com//201
1/01/pengaruh-model-pembelajarankooperatif.html (diakses pada 28 Januri
2013).
Rizkianto, Ilham, dkk. 2009. “Pengaruh Model
Pembelajaran Berorientasi Masalah
Open
Ended
Berbantuan
LKS
Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Singaraja”. Proposal
(tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Ganesha.
Download