Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALZATION BERBASIS NILAI-NILAI KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IV I Nyoman Arya Pramana1, Syahruddin2, Md Sumantri3 1,2,3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia [email protected] 1, [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran TAI (team assisted individualzation) berbasis nilai-nilai karakter kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan post-test only control group design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD semester genap di Gugus 6 Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah populasi 197 siswa. Sampel diambil dengan cara random sampling yang berjumlah 72 orang siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Bentuk tes hasil belajar IPS yang digunakan adalah pilihan ganda. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI (team assisted individualzation) berbasis nilai-nilai karakter dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 3 Dukuh. Perbandingan perhitungan rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah 23,42 lebih besar dari rata-rata hasil belajar IPS kelompok kontrol adalah 20,83. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran TAI (team assisted individualzation) berbasis nilai-nilai karakter berpengaruh terhadap hasil belajar IPS dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional Kata kunci: model TAI, hasil belajar Abstract This research aims to know the different result of IPS among students’ group that follow team assisted individualization (TAI) based on the character of students’ group that follow conventional learning.This kind of research is quasi experiment research by constructing post-test only control group design. The population of this research is all of students in IV grade of primary school in exact semester in 6 region sub district Kubu, Karangasem Regency in academic year 2013/2014 by which 197 students population. The sample is gained by random sampling by using 72 students. The collected data which is found in this research are the result of IPS learning. The test which is used is multiple choice tests. The data are analyzed by using descriptive statistic and inferential statistic. The result of this research shows that, there is a significant different result of IPS learning among students that follow TAI (team assisted individualization) method based on the character value and students that follow conventional learning at students in IV grade of primary school number 3 Dukuh in exact semester in 6 region sub district Kubu, Karangasem Regency in academic year 2013/2014. The comparison between the mean result of experimental IPS learning is 23,42 more bigger rather than the mean result of control group in which the point is 20,83. The significant different shows that the use of TAI (team assisted individualization) method based on based on the character value give an effect to the result of IPS learning compare with conventional learning. Key words: TAI model, result of learning Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Dalam era globalisasi,tantangan persaingan diberbagai bidang kehidupan semakin ketat. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan lingkungan dan masyarakat yang cepat dengan kemajuan teknologi informasi yang menuntut kepekaan negara, pemerintah dan masyarakat dalam merespon perubahan agar tetap eksis dalam menghadapi persaingan dunia. Selain itu juga, hal tersebut membawa dampak positif dan negatif terhadap pertumbuhan suatu bangsa. Dampak positifnya adalah kemudahan berkomunikasi, peningkatan pola berpikir dalam berbagai bidang, serta perubahan pola hidup yang bersifat pragmatis dan efisien. Dampak negatif globalisasi utamanya dirasakan oleh masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Masyarakat akan mengalami kesulitan untuk mengasimilasi dan mengakulturasikan nilai-nilai luhur bangsa dengan perkembangan global yang demikian pesatnya. Namun, sebagai bangsa yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak, hendaknya mampu merebut peluang demi kemajuan bangsa ini sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusianya.Sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya dapat dilihat dari pendidikannya.Oleh karena itu, pendidikan harus diarahkan pada peningkatan daya saing bangsa agar mampu berkompetisi dalam persaingan global. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menciptakan sumber daya manusia yang mampu berkompetisi. Selain itu pendidikan sangat berperan dalam perkembangan diri peserta didik, karena pendidikan pada dasarnya bertujuan membangun dan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan kreativitas sehingga menjadi manusia dengan sumber daya yang tinggi. Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia ditandai dengan adanya penyempurnaan-penyempurnaan yang dilaksanakan oleh pemerintah pada setiap aspek pendidikan. Salah satu aspek pendidikan yang mengalami perkembangan terus menerus guna peningkatan kualitas pendidikan adalah kurikulum pendidikan nasional. Penyempurnaan kurikulum yang terjadi yaitu adanya penyempurnaan dari kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. KBK ini merupakan kurikulum percobaan, karena belum memiliki dasar hukum yang jelas. Kemudian sekarang dilakukan penyempurnaan lagi dengan merevisi KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki adanya perubahan dari proses pembelajaran yang cenderung pasif, teoritis, dan berpusat pada guru ke proses pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif dan produktif, mengacu pada permasalahan kontekstual dan berpusat pada siswa sedangkan guru diharapkan hanya sebagai fasilitator dan motivator. Dalam salah satu prinsip pengembangan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa, kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Depdiknas, 2006). Untuk mendukung pencapaian prinsip tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, pengembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Tuntutan penting KTSP tersebut di atas menyentuh semua mata pelajaran, tentunya dengan beberapa penyesuaian berdasarkan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Untuk mata pelajaran Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) IPS, reorientasi ini dapat disarikan dalam bentuk model pembelajaran IPS yang bercirikan: (1) menggunakan permasalahan kontekstual, yaitu permasalahan yang nyata atau dekat dengan kehidupan siswa, atau paling tidak dapat dibayangkan oleh siswa, (2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), serta kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi secara matematis, (3) memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan kembali dan membangun konsep, definisi, prosedur IPS.secara mandiri, (4) melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, (5) mengembangkan kreativitas berpikir yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui pemikiran divergen, original, membuat prediksi dan mencobacoba, (6) menggunakan model, dan (7) memperhatikan dan mengakomodasikan perbedaan-perbedaan karakteristik individual siswa (Rizkianto, 2009). Oleh sebab itu,peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari peran penting dari sosok seorang guru. Guru sebagai pelaksana pendidikan dituntut mampu mengembangkan strategi-strategi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan kondisi siswa di lapangan. Pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai akan membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif dan interaktif, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Keberhasilan seorang guru dalam kegiatan belajar-mengajar tidak lepas dari kemampuan guru tersebut dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar (Astawa, 2007). Dalam merancang pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan tujuan diselenggarakannya pembelajaran itu sendiri, termasuk di dalamnya pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran IPS, seorang guru dituntut untuk mampu menguasai konsep IPS dan mampu menerapkan suatu strategi yang mampu menciptakan situasi dimana siswa berperan aktif dalam mencari pengetahuannya sendiri. Contohnya, pada SD 2 Dukuh Karangasem masih mengalami masalah dalam pembelajaran IPS yang merupakan salah satu mata pelajaran yang mendukung perkembangan IPTEK. IPS sering dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit dIPShami dan menyebabkan siswa enggan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Hal tersebut disebabkan karena proses pembelajaran masih berorientasi pada guru dan guru belum mampu menerapkan modelmodel pembelajaran yang inovatif. Kemampuan pemecahan masalah IPS siswa juga masih sangat kurang sebab kebanyakan siswa hanya mampu menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat rutin. Masalah-masalah tersebut terakumulasi menjadi satu sehingga berimplikasi pada rendahnya pencapaian nilai ujian akhir nasional siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan tampak bahwa kualitas proses dan hasil belajar IPS siswa masih tergolong rendah. Proses belajar IPS yang dilaksanakan di sekolah belum dapat berjalan secara maksimal sehingga berdampak pada rendahnya pencapaian yang diperoleh dalam ujian akhir nasional. Ada beberapa permasalahan yang diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa, diantaranya sebagai berikut. 1. Dalam memecahkan masalah yang diberikan siswa cenderung terpaku pada contoh-contoh penyelesaian yang diberikan guru tanpa adanya usaha untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti sehingga usaha untuk menemukan sendiri pemecahan suatu masalah menjadi kurang. 2. Dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, siswa tidak mengerjakan secara terstruktur. Siswa cepat merasa puas apabila telah mendapatkan jawaban dari permasalahan tersebut tanpa adanya usaha untuk mengecek kembali jawaban yang diperoleh. Masalah rendahnya kemampuan pemecahan masalah tersebut perlu dicarikan Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) suatu solusi agar pembelajaran yang Model pembelajaran TAI yang dilaksanakan dapat memberikan hasil yang diuraikan di atas memberi gambaran bahwa optimal dan mampu meningkatkan model ini mampu memberdayakan kemampuan pemecahan masalah IPS siswa. kemampuan pemecahan masalah siswa. Dalam hal ini, perlu diterapkan strategi Dalam belajar memecahkan masalah siswa pembelajaran yang mampu memberikan diarahkan agar dapat bekerja secara kesempatan kepada siswa untuk sistematis, yaitu dapat menuliskan dan membangun pengetahuan berdasarkan menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan pengalaman nyata siswa dan memotivasi terkait dengan permasalahan yang diberikan, siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. yaitu mulai dari memahami permasalahan, Pemilihan dan pelaksanaan model merencanakan strategi pemecahan masalah, pembelajaran yang tepat oleh guru akan melaksanakan strategi pemecahan masalah membantu guru dalam menyampaikan (menyelesaikan masalah), serta memeriksa pelajaran IPS. Pemilihan model pembelajaran kembali apa yang telah dikerjakan. Dengan dilakukan oleh guru dengan cermat agar begitu, siswa menjadi lebih tertantang untuk sesuai dengan materi yang akan belajar dan berusaha untuk dapat disampaikan, sehingga siswa dapat menyelesaikan semua permasalahan IPS memahami dengan jelas setiap materi yang yang ditemui. disampaikan dan akhirnya akan mampu Berdasarkan latar belakang diatas, membuat proses belajar mangajar lebih tertarik untuk menjadikan penelitian dengan optimal dan mencapai keberhasilan dalam judul Pengaruh Model Pembelajaran Tai pendidikan. Beberapa model pembelajaran (Team Assisted Individualization) Berbasis telah dikembangkan oleh para ahli untuk Nilai-Nilai Karakter Terhadap Hasil Belajar menciptakan proses pembelajaran yang lebih IPS Kelas IV SD Semester Genap Di Gugus baik. Salah satunya yaitu model 6 Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem pembelajaran kooperatif TAI. Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Model pembelajaran TAI merupakan METODE salah satu model pembelajaran TAI yang memberikan ruang gerak dalam membangun Penelitian ini merupakan jenis pengetahuan. Dalam mencari solusi, siswa penelitian eksperimen semu (quasi dimungkinkan untuk melaksanakan experiment) karena tidak semua variabel kerjasama dan berkomunikasi dengan siswa yang muncul dalam kondisi eksperimen lain dalam satu kelompok kerja (cooperating). dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Terakhir, siswa mencoba mentransfer Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengetahuan yang sudah didapatkan selama siswa Kelas IV SD Negeri 2 Dukuh proses pembelajaran ke konteks Kecamatan Karangasem yang berjumlah 72 pengetahuan yang baru atau untuk siswa. menyelesaikan masalah lain yang sifatnya lebih kompleks (transferring). Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa per Kelas No Kelas Jumlah siswa 1 VA 36 2 VB 36 Jumlah 72 Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yaitu siswa kelas IVA dan kelas IVB. Untuk mendapatkan sampel yang setara, maka dilakukan uji kesetaraan berdasarkan nilai ulangan umum siswa kelas IV semester I dari populasi yang ada dengan menggunakan rumus uji t. Hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar 2,76. Untuk mengetahui signifikansinya maka perlu dibandingkan Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dengan nilai ttabel, db = n1 + n2–2 = 36+36-2= 70 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel yaitu 2,00. Karena nilai thitung > ttabel (2,76 > 2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Pengaruh Model Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV semester ganjil di SD Negei Gugugs 6, dan satu kelas sebagai kelompok kontrol (kelas yang akan belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional). Berdasarkan teknik tersebut, kelas IVA mendapat perlakuan Model Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) dan kelas IVB mendapat perlakuan model pembelajaran konvensional. Desain yang digunakan dalam penelitian ini disebut post test Only. bertujuan untuk menguji pengaruh suatu model pembelajaran dengan cara menerapkan treatment pada kelas eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelas kontrol. Tabel 2. Rancangan Penelitian Kelas Perlakuan Post-test KE X O1 KK O2 Menurut Ali (dalam Agung, 2011) sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Teknik yang digunakan mengambil sampel dari populasi disebut “teknik samplingi. Dalam penelitian ini diselidiki dua variabel bebas (independent) terhadap satu variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Model Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) dan model pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk variabel terikat adalah prestasi belajar IPS siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPS siswa. Data prestasi belajar siswa diukur dengan metode tes. Menurut Agung (2011) “ metode tes kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)”. Setelah menentukan kelas yang akan diperlakukan baik sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka proses pembelajaran dengan model Pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization). Kedua kelas ini diberikan materi yang sama tetapi dengan model pembelajaran yang berbeda. Untuk kelas kontrol diberikan materi dengan model konvensional, sedangkan kelas eksperimen diberikan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization). Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar IPS yaitu berupa tes objektif yang terdiri dari 30 soal. Setiap jawaban diberikan skor 1 jika menjawab benar. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor prestasi belajar siswa. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi prestasi belajar IPS dengan mencari nilai mean (M), median (Md), modus (Mo), varian, dan standar deviasi. Selanjutnya, statistik inferensial digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Sebelum uji hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis statistik uji-t dengan rumus polled varians. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Data dalam penelitian ini adalah skor prestasi belajar IPS siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization), pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Data diperoleh dari populasi penelitian yang berjumlah 72 orang siswa yang terdiri dari 36 orang siswa kelas IVA SD Negeri 2 Dukuh sebagai kelas eksperimen dan 36 orang siswa kelas IVB SD Negeri 3 Dukuh sebagai kelas kontrol. Variabel prestasi belajar siswa diukur dengan post-test pada mata pelajaran IPS dengan jumlah soal 30 butir, dengan skor minimum ideal = 0, dan skor maksimum ideal = 30. Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Skor Maksimal 15 15 Skor Minimal 5 5 Mean 23,42 20,67 Median 24,1 20,6 Modus 25,14 19,7 Standar Deviasi 4,02 4,15 Varians 16,19 17,28 Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) =23,42, median (Md) = 24,1, modus (Mo) = 25,14 varians (S2) = 43,93, dan standar deviasi (S) = 6,628. Data hasil post-test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Pada kurva poligon di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata. Untuk mengetahui kualitas dari variabel prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen, skor rata-rata prestasi belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata prestasi belajar siswa kelompok eksperimen dengan M = 23,42 tergolong kriteria baik. Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok kontrol, yaitu: mean (M) =20,67, median (Md) =20,6, modus (Mo) =20,07, varians (s2) =25,56 dan standar deviasi (s) = 5,06. Data hasil posttest kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 2 berikut ini. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol Pada kurva poligon tersebut , dapat diketahui bahwa mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih kecil dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata. Untuk mengetahui kualitas dari variabel prestasi belajar siswa pada kelas kontrol, skor rata-rata prestasi belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata prestasi belajar siswa kelompok kontrol dengan M = 20,7 tergolong kriteria cukup. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t, diketahui nilai thitung = 2,76 dengan db = n1 + n2–2 = 36+36-2= 70 pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel yaitu 2,00. Dari hasil perhitungan tersebut pada taraf signifikansi 5% diketahui thitung > ttabel, ini berarti bahwa hasil penelitian adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV semester Ganjil di SD Negeri Gugugs VI. Perbedaan yang signifikan hasil belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter dengan model pembelajaran konvensional dapat disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter menekankan aktivitas belajar siswa lebih banyak darIPSda aktivitas guru. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter dapat lebih merangsang siswa untuk saling bekerjasama, berpartisifasi aktif, dan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran. Selain itu dengan berbasis peta konsep materi pelajaran yang disampaikan lebih mudah dIPShami dan lebih kuat melekat dalam memori atau pikiran siswa untuk memahami pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang membentuk kelompok beranggotakan 4-6 orang, dalam metode Tai (Team Assisted Individualization) masingmasing anggota kelompok mendapatkan topik bacaan yang berbeda dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari salah satu bagian dari topik tersebut di kelompok asal, selanjutnya siswa yang mendapatkan topik bacaan yang sama berkumpul untuk saling membantu mengkaji bahan bagian topik tersebut, kelompok ini disebut kelompok ahli. Para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli sehingga setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap topik yang mereka dapatkan. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Selain itu penggunaan model pembelajaran Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kooperatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) dapat memudahkan guru dalam mengajar serta dapat mengatasi kekurangan waktu guru dalam menghabiskan materi pembelajaran. Untuk merangkum inti dari pembelajaran siswa sehingga pembelajaran mudah di ingat siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang ditemukan oleh Nur Halimah (2011) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan keaaktifan dan hasil belajar siswa. Individualization), dengan kelompok yang dibelajarkan dengan model konvensional, sehingga terdapat dua buah kelompok data yang diuji. Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Uji normalitas data prestasi belajar digunakan analisis Chi Square Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas dapat di sajikan pada tabel 4 berikut ini. Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap kelompok data tes prestasi belajar IPS yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Tai (Team Assisted Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Nilai Kritis dengan Taraf No Kelompok data hasil belajar Status χ2 Signifikansi 5% 1 Skor Post-test pada Kelompok 5,86 7,815 Normal Eksperimen 2 Skor Post-test pada Kelompok 2,255 7,815 Normal Kontrol 2 2 homogenitas. Dalam penelitian ini uji Kriteria pengujian, jika hitung tabel homogenitas dilakukan terhadap varians dengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah pasangan antar kelompok eksperimen dan kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), kontrol. Uji homogenitas varian digunakan maka data berdistribusi normal. Sedangkan, untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang 2 2 jika hitung tabel , maka data tidak terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi berdistribusi normal. Berdasarkan hasil akibat adanya perbedaan perlakuan dalam perhitungan dengan menggunakan rumus kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-F 2 dengan kriteria data homogen jika Fhitung< chi-kuadrat, diperoleh seluruh hitung lebih Ftabel. Hasil uji homogenitas varians data skor 2 2 2 kecil dari tabel ( hitung tabel ), sehingga prestasi belajar IPS dapat dilihat pada tabel 5 seluruh kelompok data berdistribusi normal. berikut ini. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakuka uji prasyarat yang ke dua yaitu uji Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan kontrol Sumber Data Fhitung Ftabel Status Kelompok Prestasi Eksperimen dan 1,03 1,72 Homogen Belajar Kelompok Kontrol Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,03. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 36, dbpenyebut = 36, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,72. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) terhadap prestasi belajar IPS, pengujian dilakukan terhadap hipotesis nol (H0). Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data prestasi belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan independent sample t-test dengan polled varians. Polled varians digunakan dalam uji hipotesis penelitian ini karena jumlah anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang sama. Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika thitung > ttabel dan terima H0 jika thitung < ttabel.. Hasil analisis data post-test menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarakan dengan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model konvensional. Hasil ini didasarkan pada rata-rata skor post-test siswa. Rata-rata skor post-test yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) adalah 23,42 dan rata-rata skor post-test siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional adalah 20,67. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional. Selanjutnya berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 5,86dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% = 7,815. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung> ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan prestasi belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan mengikuti model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan mengikuti model pembelajaran konvensional. Perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Ada 6 langkah dalam proses pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) aktivitas awal proses pembelajaran, 2) menciptakan lingkungan belajar yang positif, 3) mengembangan rencana pembelajaran, 4) mengidentifikasi pembelajaran yang sesuai, 5) melaksanakan keiatan pembelajaran dan monitoring, dan 6) mengevaluasi hasil belajar individu. Pada Tai (Team Assisted Individualization) menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran karena siswa diberikan kendali untuk mengelola pembelajrannya secara mandiri. Siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi berbagai masalah yang perlu dipelajari lebih jauh (investigation), tahu di mana harus mencari sumber-sumber belajar yang berkaitan dengan masalah tadi, mampu menentukan prioritas dan merancang penelusuran sumber belajar, mampu mempelajari materi yang ada di dalam sumber belajar tadi, dan kemudian menghubungkan informasi yang telah terkumpul dengan topik bahasan yang sedang dipelajarinya. Selain itu, pembelajaran dengan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) sebagai Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.. Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yang bercirikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Model pembelajaran ini berlandaskan pandangan behavioristik. Di dalam pembelajaran konvensional siswa cenderung lebih pasif karena hanya mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru. Siswa menunggu sampai guru selesai menjelaskan kemudian mencatat apa yang diberikan oleh guru tanpa memaknai konsepkonsep yang diberikan. Melalui model pembelajaran konvensional siswa cenderung menjadi objek belajar, sedangkan yang menjadi subjek belajar adalah guru. Kemudian guru berusaha memindahkan pengetahuan yang ia miliki kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima peajaran dari guru sehingga siswa tidak akan mampu membangkitkan semua potensi yang dimilikinya secara optimal dan berdampak pada prestasi belajar yang dicapai kurang maksimal. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa prestasi belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) lebih baik darIPSda siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Tai (Team Assisted Individualization) berada pada kategori baik sedangkan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional berada pada kategori cukup baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Andika (2011). Hasil penelitian menunjukkan model belajar mandiri dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa setelah dilakukan dua siklus. Aktivitas belajar meningkat dari skor rata-rata 40,81 menjadi 82,89, dan hasil belajar siswa meningkat dari skor rata-rata 53,82 menjadi 73,68. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Beratha (2009). Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan pada taraf signifikansi 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar IPS. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) (SDL) dapat mempengaruhi prestasi belajar IPS siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2013/2014 SD Negeri 2 Seraya Timur Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Deskripsi data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yaitu modus (Mo) = 25,14, median (Md) = 24,41, mean (M) = 23,42, dan standar deviasi (s) = 4,02. Modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M) sehingga kurva poligon data hasil belajar kelompok eksperimen berupa kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Mean (M) atau rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah 23,42 termasuk dalam kategori sangat tinggi,belajar mengikuti model pembelajaran Tai (Team Assisted Individualization) dengan siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Dukuh. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Disarankan kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada didalam maupun diluar kelas serta dapat menciptakan rasa kebersamaan dalam proses pembelajaran agar mampu Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 1. 2. 3. 4. meningkatkan hasil belajar secara maksimal. Disarankan kepada guru di sekolah dasar hendaknya lebih inovatif dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran inovatif. Disarankan kepada sekolah dasar yang mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar IPS, disarankan untuk menerapkan model kooperatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter dalam pembelajaran IPS di sekolah tersebut Disarankan kepada kepala sekolah agar dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan model pembelajaran koopeatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter dalam pembelajaran IPS pada khususnya dan bidang studi lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Disarankan kepada peneliti lain melakukan penelitian hendaknya dapat melakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tai (Team Assisted Individualization) Berbasis Nilai-Nilai Karakter maupun menggunakan model-model yang lain sesuai dengan kondisi penelitian pembelajaran yang dilakukan di kelas. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Undiksha. Astawa, I Wayan Puja. 2007. Profil Upaya Guru Matematika Sekolah Menengah Atas di Kota Singaraja dalam Memahami dan Melaksanakan Perubahan Kurikulum.Laporan Penelitian Dosen Muda (tidak diterbitkan). Lembaga Penelitian, Universitas Pendidikan Ganesha. Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah RI No 22 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Cemerlang. Halimah,Nur. 2011. Skripsi. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Protista (Eksperimen di Kelas X MAN 22 Palmerah, Jakarta Barat. Tersedia pada http://Halimahnur26.blogspot.com//201 1/01/pengaruh-model-pembelajarankooperatif.html (diakses pada 28 Januri 2013). Rizkianto, Ilham, dkk. 2009. “Pengaruh Model Pembelajaran Berorientasi Masalah Open Ended Berbantuan LKS Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja”. Proposal (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha.