PSIKIATRI Klasifikasi Gangguan Jiwa dan Diagnosa Multiaksial Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri Disusun oleh : Tiesnawati B. Mawarni 190110100019 Adinda Putriandira 190110100030 Catri Damayanti 190110100033 Fina Dwi Putri 190110100034 Ervini Natasya M. 190110100036 Petra Tauran 190110100039 Tara Aisya R 190110100053 Muty Ceria 190110100084 Destya Finiarty 190110100088 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINAGOR 2013 KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA DAN DIAGNOSA MULTIAKSIAL Gangguan jiwa adalah suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis bermakna dan yang disertai penderitaan atau distress pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi atau disfungsi seseorang. Klasifikasi adalah pengelompokan atau pembentukan kelas. Merupakan suatu fenomena yang didapat dari penelitian secara kuantitatif dan dikelompokkan secara ilmiah. Diagnosis yang benar dan baku didapat melalui terapi yang tepat, komunikasi antar medis yang antar pakar, dan pengolahan data (statistik). SEJARAH Pada 500 tahun sebelum masehi, Hippocrates menemukan tentang mania dan hysteria. Kemudian Emil Kraeplin dan Eugen Bleuler menemukan tentang psikosa organic, psikosa endogen (patologi otak), kelainan kepribadian, dan keadaan reaktif. Pada tahun 1963, WHO menyusun penggolongan gangguan jiwa. Pada tahun 1965, disusunlah ICD-8 (International Classification of Diseases). PERKEMBANGAN DI INDONESIA Pada tahun 1973-1983 menggunakan PPDGJ-1 (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) atau sama dengan ICD-8 (International Classification of Diseases) Pada tahun 1983-1993 menggunakan PPDGJ-1 atau sama dengan ICD-9 dan DSM III Pada tahun 1994-2004 menggunakan PPDGJ-1 atau sama dengan ICD-10 HIERARKI WHO mengelompokkan gangguan-gangguan jiwa dalam blok-blok tertentu berdasarkan adanya persamaan deskriptif dan meletakkan blok-blok tersebut berdasarkan suatu urutan hierarkis. Pengertian urutan hierarkis disini adalah pada umumnya, gangguan-gangguan jiwa yang secara hierarkis terletak dalam blok diurutan atas mempunyai lebih banyak unsur (gejala) dari gangguan jiwa yang terletak dalam blok dibawahnya. TUJUAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Adanya aspek klinis, kepribadian dan psikososial. Dimuali dari PPDGJ - II Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan outcome Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama Penggunaan model bio-psiko-sosial DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Aksis I Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F9098, F99). Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R69) Aksis II Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme defensi maladaptif). Retardasi Mental (F70-79) (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R46.8) Aksis III Kondisi Medik Umum Aksis IV Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial) Aksis V Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale). Biasanya untuk fungsi psikologis, sosial dan okupasional. HIERARKI DIAGNOSIS Hierarki diagnosis merupakan cara yang sistematik untuk memastikan suatu diagnosis gangguan jiwa. Bentuknya vertical yaitu dari atas yang bersifat organik kemudian ke bawah yang bersifat non organik, berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas.Dikotomi neurotik – psikotik tidak digunakan lagi maka dari itu pengelompokan berdasarkan kesamaan tema/kemiripan gambaran klinik. AKSIS I Gangguan Klinis (F00-09, F10-19, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99) 1. F00-F09 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan MentalSimtomatik 2. F10-19 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya 3. F20-29 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham (kecuali gangguan kebribadian skizotipal yaitu F21 yang harus dicatat pada aksis II): Dalam kelompok ini tercakup gangguan jiwa yg dimasa lalu digolongkan sebagai gangguan psikotik Skizofrenia dan gangguan waham (paranoid) merupakan bagian utama gangguan skizotipal yang dalam PPDGJ II masuk kedalam gangguan kepribadian. 4. F30-39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat). Gangguan afektif dibedakan atas:Episode tunggal atau multipel - Tingkat keparahan gejala Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik, hipomania Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan gejala psikotik Dengan atau tanpa gejala somatik Etiologi Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. Kelainan metabolit amin biogenik seperti hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA),homovanillic acid (HVA), 3-metoksi-4-- hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien. Pola penurunan genetika terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya beberapa orang pasien. Manifestasi Klinis Episode Manik Pada kelompok ini terdapat afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik den mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Termasuk: 1. Hipomania Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan bertahan melebihi siklotimia, serta tidak ada halusinasi atau waham, Menimbulkan pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial. 2. Mania tanpa gejala psikotik Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus disertai energi yang bertambah, sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur berkurang, ide-ide perihal kebesaran, dan terlalu optimistik. 3. Mania dengan gejala psikotik Gambaran klinis lebih berat daripada mania tanpa gejala psikotik Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut. Gangguan Afektif Bipolar Gangguan ini memiliki episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) di mana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu. Pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania) dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang berusia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stresatau trauma mental lain. Episode Depresi Gejala utama: a. Afek depresi b. Kehilangan minat dan kegembiraan, serta c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya: a. Konsentrasi dan perhatian berkurang b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f. Tidur terganggu g. Nafsu makan berkurang. Untuk episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Termasuk: 1. Episode depresi ringan Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya Tidak boleh ada gejala berat di antaranya Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya 2. Episode depresi sedang Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga 3. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik 3 gejala utama harus ada Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu melaporkan banyak gejalanya secara terperinci Biasanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi bila gejala amat berat dan muncul sangat cepat bisa kurang dari 2 minggu Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas 4. Episode depresi berat dengan gejala psikotik Gejala seperti depresi berat tersebut di atas Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresi. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau halusinasi olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau anjing yang membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju kepada stupor. Gangguan Suasana Perasaan Menetap 1. Siklotimia Ciri esensial adalah ketidakstabilan menetap dari afek (suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan, di antaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria yang lain. 2. Distimia Ciri esensial adalah afek depresi yang berlangsung cukup lama dan tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguandepresi berulang ringan atau sedang. Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang tak terbatas. Perjalanan Penyakit dan Prognosis Gangguan ini cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan mengalami kekambuhan. Stresor kehidupan seringkali mendahului episode pertama gangguan mood dibandingkan episode selanjutnya. Episode depresiyang tidak diobati biasanya berlangsung selama 6-13 bulan, sedangkan bila diobati sekitar 3 bulan. Sebagian pasien dengan diagnosis awal gangguandepresi berat menderita episode manik 6-10 tahun setelah episode depresiawal. Gangguan depresi bukan merupakan gangguan yang ringan, cenderung menjadi kronik, dan mengalami relaps. Prognosis diperkirakan baik bila episode ringan, tidak ada gejala psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu singkat. Penatalaksanaan Prinsip umum: o Keamanan pasien harus dijamin o Pemeriksaan diagnostik yang lengkap harus dilakukan o Rencana pengobatan harus disusun untuk mengatasi semua gejala yang diperkirakan akan muncul o Terapi harus menurunkan jumlah dan keparahan stresor pada pasien o Strategi pengobatan harus disampaikan kepada keluarga pasien o Pengobatan yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi danpsikoterapi. Indikasi rawat: o Perlu prosedur diagnostik o Ada risiko bunuh diri atau membunuh o Ada penurunan kemampuan dasar yang jelas o Riwayat gejala yang berkembang dengan pesat dan hancurnya sistem pendukung pasien Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang dapat dilakukan adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku. 5. F40-49 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress, dikelompokkan menjadi satu dengan alas an bahwa dalam sejarahnya aa hubungan dengan perkembangan konsep neurosis dan berbagai kemungkinan penyebab psikologis (psychological causation). Konsep mengenai neurosis secara prinsip tidak lagi digunakan sebagai patokan dalam pengaturan penggolongan, meskipun dalam beberapa hal masih diperhitungkan untuk memudahkan bagi mereka yang terbiasa menggunakan istilah neurotik dalam mengidentifikasi berbagai gangguan tersebut. Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Etiologi Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikis di bawah sadar yang mempunyai tujuan tertentu. Ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Manifestasi Klinis Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya. F40 Gangguan Anxietas Fobik Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar indifidu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan. Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak realistic dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik). Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi rasa terancam. Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik).Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia., khususnya agarofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbullebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan. 40.0 Agarofobia. Pedoman Diagnostik Semua Kriteria di bawah iniharus dipenuhi untuk diagnosis pasti: a) gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif. b) anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan (setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan c) menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi “house bound”) Karakter kelima: F40.00= tanpa gangguan panik F40.01= Dengan gangguan panik F40.1 Fobia Sosial Pedoman Diagnostik · Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti: a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif. b) Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the family circle); dan c) · Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol. Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0) F40.2 Fobia Khas (Terisolasi) Pedoman Diagnostik · Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti: a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif. b) Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific situation) c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya. Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan fobia sosial. F40.8 Gangguan anxietas Fobik lainnya F40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada situasi lingkungan tertentu saja.Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsure dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan. F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik) Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik (F40.-)Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya bebrapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan: a) b) Pada keadaan-keadaan diman sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya; Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation) c) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi “anxietas antisipatorik”,yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi). F41.1 Gangguan cemas menyeluruh. Pedoman Diagnostik Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi dsb.); b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb) Pada anak-anak sering terliahat adanya kebutuhan berlebihan, untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang menonjol.Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnostikutama yakni gangguan anxietas menyeluru, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif-komfulsif (F42.-) F41. 2 Gangguan campuran anxietas dan depresi Pedoman diagnostik Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnostiktersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.Bila ditemukan anietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguaqn anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan diagnostiktersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat dikemukakan datu diagnostikmaka gangguan depresif harus diutamakan. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian. F41.3 Gangguan Anxietas Campuran lainnya Pedoman Diagnostik Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun hanya dalam jangka waktu pendek) cirri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan F40F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap. Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian. F41.8 Gangguan Anxietas lainnya YTD F41.9 gangguan anxietas YTT 6. F50-59 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik Gangguan Psikosomatik Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah 1994).Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan (Maramis, sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik. 7. F62-69 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa (kecuali gangguan kepribadian khas, campuran dan lainnya yaitu F60-F61 yang dicatat pada Aksis II) Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: o Obsessive Compulsive Personality Disorder Seseorangdengan obsessive-compulsive personality disorder adalahseseorang yang perfeksionis, asik dengan detail, peraturan, dan jadwal. Hubungan interpersonal merekaseringbermasalahkarnapermintaanmerekabahwasegalasesuatuharusdilakukandenga ncara yang benar- tentunyadengancaramereka. Obsessive-compulsive personality disorder adalahberbedadari OCD, meskipunmemilikikesamaannama. Personality disorder tidaktermasukgangguanobsesidan compulsive yang mendefinisikankeduanya.Meskipundemikian, keduakondisiseringterjadi (Skodol, Oldham, Hyler, et al, 1995). Dari personality disorder, salahsatu yang paling sering comorbid dengan obsessive-compulsive personality disorder adalah avoidant personality disorder. o Narcissistic Personality Disorder DSM-IV-TR DSM-V Pandanganberlebihterhadapkepentinganseseorang Antagonis, Diikutidengan ___ dikarakteristik Meyakinibahwaseseorangituspesialdandapatdipahamihan dengan yadgn orang dengan status lebihtinggi grandiosity Kebutuhanbesaruntukdikagumi dan attention Rasa yang kuatterhadap entitlement seeking Cenderungmengeksploitasi orang lain Kurangempati Iridengan orang lain Perilakuatausikaparogan o Schizotypal Personality Disorder Pandangan yang luar biasa mengenai kemampuan mereka Self-centered Membutuhkan perhatian yang konstan dan kekaguman yang berlebihan. Hubungan interpersonal mereka terganggu Sangat sensitif terhadap kritikan Mereka cenderung akan mencari partner dengan status yang lebih tinggi o Avoidant Personality Disorder DSM-IV-TR DSM-V Ideas of reference Psychoticism: Pemikiranygmagis cognitive Persepsiygtidakbiasa dysregulation, eccentricity, & perceptual and unusual Polapemikirandancarabicaraaneh Memilikipenampilanatauperilakuyganeh Sedikittemandekat Merasacemasdiantara orang-orang beliefs and experience Detachment: restricted affectivity & withdrawal Negative Affectivity: suspiciousness o Antisocial Personality Disorder Individu dengan APD dapat dilihat melalui agresivitas, impulsif dan kepribadian yang keras.Individu dengan APD dilaporkan memiliki gejala seperti membolos sekolah, lari dari rumah, berbohong, membakar rumah dengan sengaja dan menghancurkan properti pada remaja awal. Individu dengan APD menunjukkan perilaku yang tidak bertanggung jawab, seperti bekerja dengan tidak konsisten, tidak memenuhi peraturan, mudah meniru dan agresif secara fisik, tidak mampu melunasi hutang, menjadi ceroboh dan impulsif, dan mengabaikan rencana. Mereka menunjukkan pandangan yang kecil terhadap kejujuran dan penyesalan terhadap apa yang mereka lakukan. 8. F80-89 Gangguan Perkembangan Psikologis Yang termasuk F80-F89 mempunyai gambaran : 1. Onset bervariasi selama masa bayi atau anak 2. Hendaya/kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis SSP 3. Berlangsung terus menerus tanpa remisi & kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa Fungsi yang dipengaruhi termasuk : 1. Bahasa 2. Keterampilan visual-spasial 3. Koordinasi motorik Beberapa gangguan perkembangan psikologis: F80 Gangguan artikulasi berbicara khas Gangguan perkembangan khas yang ditandai oleh penggunaan suara bicara dari anak berada dibawah tingkat yg sesuai untuk usia mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal. F81 Gangguan Perkembangan Belajar Khas Adalah suatu gangguan pada pola normal kemampuan penguasaan keterampilan yang terganggu sejak stadium awal perkembangan F82 Gangguan perkembangan motorik khas Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak semata disebabkan oleh retardasi intelektual umum atau kelainan kongenital atau gangguan neurologik yang didapat (kecuali satu yang implisit dalam kelainan koordinasi). Kelambanan motorik sering dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial. F83 Gangguan Perkembangan Khas Campuran Merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas, konsepnya inadekuat dengan perkembangan khas campuran dari berbicara dan berbahasa, keterampilan akademik, dan/atau fungsi motorik, tetapi tidak ada satu gejala cukup dominan untuk dibuat sebagai diagnosis utama. Sering dihubungkan dengan hendaya dalam fungsi kognitif, dan kategori campuran ini hanya digunakan jika terjadi tumpang tindih yang jelas. Jadi kategori II harus digunakan jika dipenuhi kriteria dari dua atau lebih pada F80.-, F81.-, dan F82. F84 Gangguan Perkembangan Pervasif Kelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi, kecenderungan minat dan meskipun gambaran gerakan terbatas, stereotiptik, berulang, abnormalitas kualitatif ini merupakan gambaran yang meluas (pervasif) dari fungsi individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahannya. Sering terdapat riwayat perkembangan yang abnormal sejak masa bayi, kebanyakan kondisinya nyata dalam 5 tahun pertama. Dapat terjadi hendaya kognitif umum tapi gangguannya batasan umum sebagai prilaku yang menyimpang dalam hal hubungan dengan usia mental (tak peduli individu retardasi atau tidak). 9. F90-98 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja Dengan onset biasanya terjadi pada masa kanak dan remaja. Onset dini ditandai gangguangangguan aktivitas&perhatian, gangguan perilaku, gangguan emosi termasuk gangguan “tic”, enuresis-enkopresis, pika, gagap. F90 Gangguan Hiperkinetik: Berkurangnya perhatian dan aktivitas yang berlebihan F91 Gangguan Tingkah Laku F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi F93 Gangguan Anxietas perpisahan masa kanak F94 Gangguan Fungsi sosial awitan khas pada masa kanak F95 Gangguan “Tic” F98 Gangguan perilaku dan emosional lainnya 10. F99 Gangguan Jiwa YTT Aksis II Aksis II merupakan klasifikasi dari gangguan kepribadian yaitu melibatkan kekakuan yang berlebihan, terus menerus dan maladaptif dalam hal berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian terhadap permintaan eksternal. Misal: skizoid, paranoid, skizotipal, antisosial, dsb. Retardasi Mental melibatkan suatu perlambatan atau hendaya di dalam perkembangan kemampuan intelektual dan adaptif F21 Gangguan kepribadian skizotipal F60 Gangguan kepribadian khas Gambaran kepribadian maladaptif yang menonjol dan mekanisme defensi yang ditampilkan F70-F79 Retardasi mental: Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rata-rata normal disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang muncul pada periode perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn dan Lourie, 1980). Perkembangan mental dianggap terhenti atau tidak berkembang secara lengkap dimana ditandai terutama oleh hendaya keterampilan selama masa perkembangan sehingga mempengaruhi kemampuan kognitif, bahasa, motorik, sosial. Pada PPDGJ III disebutkan bahwa secara umum faktor etiologi retardasi mental terdiri dari faktor biologis, faktor psikososial atau interaksi keduanya. Faktor biologik yang paling sering terdapat adalah kelainan kromosom atau metabolisme seperti pada sindroma down, phenil keton uria dan ibu yang banyak minum alkohol sewaktu hamil. Retardasi mental tanpa etiologi biologik dapat dikaitkan dengan berbagai jenis deprivasi psikososial seperti deprivasi stimulasi, sosial, bahasa dan intelektual (PPDGJ II, 1983). Menurut PPDGJ III (1993) kriteria diagnosis untuk retardasi mental meliputi: 1. Fungsi intelektual umum secara bermakna dibawah rata-rata IQ 70 atau lebih rendah pada tes yang dilakukan individual (pada bayi karena tes intelegensi yang tersedia tidak dapat dinilai dengan angka, fungsi intelektual rata-rata dapat dibuat berdasarkan pertimbangan klinik). 2. Bersamaan dengan itu, terdapat kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang dipertimbangkan menurut umur dan budaya. 3. Timbul sebelum usia 18 tahun Dalam PPDGJ III (1993), retardasi mental diberi nomor kode F70-F73, F78 dan F79. Karakter keempat digunakan untuk menentukan luasnya hendaya perilaku, bila hal ini bukan disebabkan oleh suatu gangguan lain yang menyertai: F7x.0 = Tidak ada, atau terdapat hendaya perilaku minimal F7x.1 = Terdapatnya hendaya perilaku yang bermakna&memerlukan perhatian atau terapi F7x.8 = Hendaya perilaku lainnya F7x.9 = Tanpa penyebutan dari hendaya perilaku Bila penyebab retardasi mental diketahui, maka suatu kode tambahan dari ICD-10 harus digunakan (misalnya F72 Retardasi Mental Berat ditambah E00 Sindroma Defisiensi Yodium Kongenital). Ketentuan subtipe retardasi mental meliputi: F70 : Ringan Taraf IQ : 50-69 F71 : Sedang Taraf IQ : 35-49 F72 : Berat Taraf IQ : 20-34 F73 : Sangat Berat Taraf IQ : dibawah 20 F78 : Lainnya, bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta, bisu tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu. F79 : Yang Tidak Tergolongkan (unspecified), bila jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas. Untuk klasifikasi yang tidak tergolongkan dipakai apabila terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi individu tidak dapat dites dengan tes intelegensi standar karena gangguannya terlalu berat atau mereka tidak kooperatif untuk dites. Keadaan ini dapat terjadi pada anak, remaja atau dewasa. Pada bayi karena tes yang tersedia tidak menghasilkan nilai IQ menurut angka, maka penggolongan kedalam diagnosis ini dapat juga dilakukan bila terdapat pertimbangan klinik yang menunjukkan fungsi intelektual dibawah rata-rata. AKSIS III Bab I A00-B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentu Bab II C00-D48 Neoplasma Neoplasma adalah massa abnormal jaringan sebagai akibat dari neoplasia. Neoplasia adalah proliferasi sel abnormal. Pertumbuhan sel melebihi, dan tidak terkoordinasi dengan jaringan normal di sekitarnya. Pertumbuhan tetap dengan cara yang sama berlebihan bahkan setelah penghentian rangsangan. Biasanya menyebabkan benjolan atau tumor. Neoplasms mungkin jinak, pre-malignant atau ganas. Bab III D50-D53 Penyakit darah dan organ pembentukan darah & gangguan tertentu yang menyangkut mekanisme kekebalan Macam-macam Penyakit pada Sistem Peredaran Darah 1. Amenia Penyakit yang disebabkan kekurangan sel darah merah atau sel darah merah kekurangan homoglobin 2. Hemofilia Penyakit yang disebabkan karena darah sukar membeku dan penyakit ini biasanya turun menurun. 3. Varises Penyakit yang diakibatkan oleh pembuluh darah kaki yang melebar karena tekanan darah, sehingga fungsinya sedikit terganggu dan mengakibatkan pembuluh darah jadi terlihat. 4. Leukemia Penyakit yang disebabkan adanya kelebihan produksi sel darah putih. Bab IV E00-E90 Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik Penyakit endokrin adalah penyakit yang pada umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam beberapa bagian dari sistem endokrin, yang terdiri dari kelenjar yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan mengatur hormon-hormon yang diperlukan untuk fungsi-fungsi tubuh penting. Bab VI G00-G99 Penyakit susunan saraf Penyakit Sistem Saraf pada Manusia : Gangguan dan Kelainan - Seperti halnya sistem tubuh yang lain, sistem saraf juga dapat mengalami kelainan atau kerusakan sel sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kecelakaan, makanan atau minuman seperti alkohol, virus, dan lain-lain. Beberapa gangguan pada susunan saraf antara lain sebagai berikut. Bab VII H00-H59 Penyakit mata dan adneksa Bab VIII H60-H95 Penyakit telinga dan proses mastoid Bab IX J00-J99 Penyakit sistem sirkulasi Bab X J00-J99 Penyakit sistem pernafasan Bab XI K00-K93 Penyakit sistem pencernaan Bab XII L00-L99 Penyakit kulit & jaringan subkutan Bab XII M00-M99 Penyakit sistem muskuloskeletal jaringan ikat 1.osteoporosis 2.osteomalacia 3.scoliosis 4.osteomielitis 5.osteoarthtritis 6.rheumatoidarthtritis 7.spondylitis 8.kanker tulang 9.kelainan otot 10.amputasi 11.fraktur 12.sport injuries 13.strains 14.dislokasi dan sublukasi Bab XIV N00-N99 Penyakit sistem genitourinaria System genitourinaria terdiri atas: · Ginjal : Organ pengatur volume dan komposisi kimia darah ( homeostasis ) · Ureter : Saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih · Kandung kemih : kantung penyimpanan urin/kemih sebelum keluar tubuh · Uretra : saluran kecil yang berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh · Meatus Urinarius : Tempat pengeluaran urin Bab XV O00-O99 Kehamilan, kelahiran anak & masa nifas Bab XVI P00-P96 Kondisi tertentu yang bermula pada masa perinatal Bab XVII Q00-Q99 Malformasi kongenital, deformasi & kelainan kromosom Malformasi kongenital atau cacat lahir adalah suatu kelainan struktural, perilaku, faal, dan metabolik yang terdapat pada waktu lahir. Cacat lahir merupakan penyebab kematian kelima, kirakira 21% dari semua kematian bayi, ilmu yang mempelajari sebab-sebab terjadinya malformasi kongential adalah teratologi. Faktor penyebabnya adalah faktor lingkungan dan faktor genetik. Deformasi disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering kali mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh setelah lahir. Bab XVIII R00-R99 Gejala, tanda & penentuan klinis & lab. Yg abnormal YTK Bab XIX S00-T98 Cedera, keracunan & akibat yang tertentu dari kausa eksternal Bab XX V01-Y98 Kausa eksternal dari morbiditas dan mortalitas Bab XXI Z00-Z99 Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan berhubungan dengan pelayanan kesehatan Kecuali yang tercantum dalam lampiran PPDGJ-III AKSIS IV Pada aksis IV, para ahli mengelompokkan masalah psikososial yang dapat menyebabkan penyakit mental, seperti : -masalah pekerjaan -masalah rumah tangga -masalah ekonomi -kesulitan interpersonal AKSIS V Penilaian Fungsi secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale) Pada aksis V ini para ahli mengelompokkan fungsi adaptif seseorang kepada level-level tertentu dalam sebuah Global Assesment of Functioning (GAF) scale. Skala ini digunakan agar dapat melihat bagaimana hubungan sosial seseorang, fungsi pekerjaannya, serta bagaimana seseoarng menggunakan waktu luangnya. . Aksis V ini yang nanti akan banyak terjadi perubahannya pada DSM V. Aksis V adalah skala penilaian secara global mencakup assessment menyeluruh tentang fungsi psikologis sosial dan pekerjaan klien. Adalah skala penilaian global terhadap fungsi-sering. Fungsional diartikan sebagai kesatuan dari 3 bidang utama yaitu fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi psikologis. Fungsi berupa skala dengan 100 poin. 100 mencerminkan tingkat fungsi tertinggi dalam semua bidang. Pasien yang memiliki tingkat fungsional tertinggi sebelum suatu episodepenyakit biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan mereka yang mempunyai tingkat fungsioal rendah. Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun sebelumnya. 91-100 : gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi 81-90 : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa 71-80 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial 61-70 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik 51-60 : gejala dan disabilitas sedang 41-50 : gejala dan disabilitas berat 31-40 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi 21-30 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang 11-20 : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri 01-10 : persisten dan lebih serius 0 : informasi tidak adekuat Struktur Klasifikasi PPDGJ-III informasi Gangguan F0 Gangguan Mental Organik F00-F03 Demensia tidak adekuat organik Gangguan simtomatik Simptomatik mental Gangguan F1 Gangguan Mental dan Perilaku F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol organik akibat dan termasuk Gangguan Mental F04-F07, F09 Sindrom Amnesik dan Gangguan Mental Organik alkohol Akibat Penggunaan Alkohol dan F11, dan obat/zat Zat Psikotif Lainnya F12, F14 Gangguan mental dan perilaku akibat pengunaan opioida/kanabinoida/kokain F13, F15, F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika/stimulansia lain/halusinogenika F17, F18, F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau/pelarut yang mudah menguap/zat multipel dan zat psikoaktif lainnya Gangguan Skizofrenia dan F2 Skizofrenia, Gangguan F20, F21. F23 Skizofrenia, gangguan skizotipal, psikotik akut dan sementara mental gangguan yang Skizotipal dan Gangguan Waham F22, F24 Gangguan waham menetap, gangguan waham terinduksi psikotik terkait F25 Gangguan Skizoafektif F28, F29 Gangguan Psikoaktif non organik lainnya, atau YTT (yang tidak tergolongkan) Gangguan F3 Gangguan Suasana Perasaan F30, F31 Episode manik, gangguan afektif bipolar afektif (Mood [Afektif]) F 32-F39 Episode depresif, gangguan depresit berulang, gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap/lainnya/YTT Gangguan Gangguan F4 Gangguan neurotik, Gangguan F40, F41 Gangguan anxietas fobik atau lainnya neurotik dan neurotik Somatotrof, dan Gangguan Terkait F42 Gangguan obsesif kompulsif gangguan Stress F43, F45, F48 reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian, gangguan kepribadian somatoform, gangguan neurotik lainnya F44 Gangguan disosiatif (konversi) Gangguan F5 Sindrom Perilaku yang F50-F55, F59 Gangguan makan, Gangguan tidur, disfungsi seksual atau kepribadian dan Berhubungan dengan Gangguan gangguan perilaku lainnya perilaku masa Fisiologis dan Faktor Fisik dewasa Gangguan masa remaja, Retardasi F6 Gangguan Kepribadian dan F60-F69 Gangguan kepribadian, gangguan kebiasaan dan impuls, gangguan Perilaku Masa Dewasa identitas atau prefensi seksual F7 Retardasi Mental F70-F79 Retardasi mental kanak, mental dan Gangguan masa F8 Gangguan Perkembangan F80-F89 Gangguan perkembangan psikologis perkemabanga kanak, remaja, Psikologis n dan F9 perkembangan Emosional dengan Onset Biasanya atau fungsi sosial khas, gangguan “Tic” atau gangguan perilaku dan emosional Gangguan Perilaku Pada Masa Kanak dan Remaja dan F90-F98 Gangguan hiperkinetik, gangguan tingkah laku, gangguan emosional lainnya STRUKTUR KLASIFIKASI ICD-10 TENTANG GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU Gangguan mental organik 1. Gangguan mental F0 Gangguan mental organik dan simtomatik organik termasuk Gangguan mental simtomatik 2. Gangguan akibat F1 Gangguan mental alkohol dan obat/zat dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya Gangguan mental psikotik* 1. Skizofrenia dan F2 Skizofrenia, gangguan yang terkait gangguan skizotipal dan gangguan waham 2. Gangguan afektif F3 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) 1. Gangguan Neurotik * F4 Gangguan Neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stres Gangguan neurotik dan gangguan kepribadian 2. Gangguan F5 Sindrom perilaku kepribadian dan yang berhubungan perilaku masa dewasa dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik F6 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa 1. Retardasi mental * F7 Retardasi mental 2. Gangguan masa F8 Gangguan Gangguan masa kanak, remaja dan kanak, remaja dan perkembangan perkembangan perkembangan * psikologis F9 Gangguan perilkaku dan emosional dengan onset pada masa kanak dan remaja Urutan Hierarki Blok Diagnosis Gangguan Jiwa Gangguan jiwa (DSM-IV) = “Mental disorder is a conceptualised as clinically significant behavioural or psychological syndrome or pattern that occurs in an individual and that is associated with present distress (e.g., a painful symptom) or disability (i.e., impairment in one or more important areas of functioning) or with significant increased risk of suffering death, pain, disability, or an important loss of freedom.” Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan deskriptif. Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa diciptakan berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas/kompleks: KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA MENURUT PPDGJ I. F0 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik Gangguan mental organic = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak. Gambaran utama: Gangguan fungsi kongnitif Gangguan sensorium – kesadaran, perhatian Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi II. Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya III. F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian IV. F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif] ) Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu. V. VI. F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik VII. VIII. F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya. IX. F7 Retardasi Mental Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada. X. F8 Gangguan Perkembangan Psikologis Gambaran umum Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuospasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia XI. F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja Pada beberapa jenis gangguan jiwa ( misalnya gangguan mental organik ) terdapat berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada beberapa gangguan lainnya (seperti gangguan cemas) hanya terdapat tanda dan gejala yang sangat terbatas. Atas dasar ini, dilakukan suatu penyusunan urutan blok-blok diagnosis yang berdasarkan suatu hierarki, dimana suatu gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin memiliki ciri-ciri dari gangguan yang terletak dari hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapatnya hubungan hierarki ini memungkinkan untuk penyajian diagnosis banding dari berbagai jenis gejala utama. Urutan Hierarki Blok Diagnosis Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III : I. Gangguan Mental Organik dan Simptomatik ( F00-F09 ) Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif ( F10-F19 ) a. Ciri khas : etiologi organik / fisik jelas II. Skizofrenia, gangguan Skizotipal dan gangguan Waham ( F20-F29 ) a. Ciri khas : gejala psikotik, etiologi organic tidak jelas III. Gangguan Suasana Perasaan ( Mood / Afektif ) ( F30-F39 ) a. Ciri khas : gangguan afek ( psikotik non psikotik ) IV. Gangguan Neurotik, gangguan Somatoform, dan Gangguan Stress ( F40-F48 ) a. Ciri khas : gejala non psikotik, gejala non organik V. Sindrom Perilaku yang berhubungan dengan gangguan Fisiologisa dan faktor fisik(F50F59 ) a. Ciri khas : gejala disfungsi fisiologis, etiologi non organik VI. Gangguan Kepribadian dan Gangguan Masa Dewasa ( F60-F69 ) a. Ciri khas : gejala perilaku, etiologi non organik VII. Retardasi Mental ( F70-F79 ) a. Ciri khas : gejala perkembangan IQ, onset masa kanak. VIII. Gangguan Perkembangan Psikologis ( F80-F89 ) a. Ciri khas : gejala perkembangan khusus, onset masa kanak. IX. Gejala Perilaku dan Emosional dengan Onset Masa Kanak dan Remaja ( F90-F98 ) a. Ciri khas : gejala perilaku / emosional, onset masa kanak X. Kondisi Lain yang menjadi fokus perhatian klinis ( Kode Z ) a. Ciri khas : tidak tergolong gangguan jiwa Sindrom Terkait Budaya Hal ini tidak ada penjelasan khusus pada DSM IV, akan tetapi ada bagiannya sendiri dalam PPDGJ II. Dari sumber lain didapatkan penjelasan mengenai sindrom atau patologi terkait budaya adalah sebagai berikut : Stress Budaya Pencetus Patologi Awal terbentuknya culture bound syndrome-Stress budaya dapat dialami individu atau kelompok dalam masyarakat, saat kebudayaan memberikan tekanan-tekanan baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti sebuah kebudayaan yang melalui aturan-aturan serta sangsisangsinya membuat para penganutnya terikat kedalam dan tidak memungkinkan penganutnya untuk bertindak di luar form baku yang telah ditetapkan. Dalam menghadapi stress, individu selain mengerahkan pertahanan psikologis (psychological defenses), juga mengerahkan pertahanan budayanya (culture defenses) yaitu dalam bentuk “sistem kepercayaan”, dalam upaya adaptasinya. Misalnya, terbentuknya organisasi dari suku-budaya tertentu di kota-kota besar atau timbulnya kelompok aliran agama dan kepercayaan baru, merupakan cara budaya untuk menolong individu yang mengalami konflik dan stress. Adanya kepercayaan dan ritual budaya untuk mengurangi ketegangan merupakan faktor penting dalam menentukan berapa besarnya stress budaya tersebut. Jelaslah bahwa berbagai budaya menyokong atau memperkuat berbagai corak psikopatologik dan menyediakan berbagai peranan untuk mengekspresikannya. Sumber stress budaya dapat berupa: 1. Perubahan budaya yang cepat dan penyakit kejiwaan kehilangan budaya lama, misalnya pada urbanisasi dan modernisasi, 2. Kontak dan interaksi antar budaya, misalnya kawin antar suku, agama, ataupun transmigrasi. Jenis-jenis culture bound syndrome and Psychopathology yang ada di Indonesia 1. Kesurupan (umum) Kesurupan berasal dari bahasa Jawa yang berarti kemasukan sesuatu hal yang gaib. Kesurupan memang selalu dikaitkan dengan fenomena gaib, yaitu seseorang yang kerasukan makhluk halus sehingga manusia yang kerasukan mempunyai kepribadian ganda dan mulai berbicara sebagai individu lain. Menurut ilmu medis modern, kondisi ini adalah suatu keadaan perubahan kesadaran yang disertai tanda–tanda yang tergolong dalam gangguan disosiatif atau kepribadian ganda atau dapat pula merupakan gejala serangan akut dari gangguan psikotik schizophreniform. Masyarakat JawaTimur misalnya selalu menggunakan bantuan para dukun atau kyai dalam mengobati seseorang yang kesurupan. 2. Bebainan (Bali) Bebainan adalah kemasukkan “bebai“, yaitu roh yang dapat menguasai manusia, menyakiti, atau membunuh. Bebai diperoleh dengan pemeliharaan dari kecil sampai dewasa, kemudian siap dipakai oleh yang memelihara. Yang dapat mengobati bebainan adalah “balian“ (dukun). Gejalanya adalah perubahan kesadaran, tingkah laku agitatif yang terjadi mendadak, disertai kebingungan, halusinasi dan gejolak emosi. Episode ini cepat menghilang dan disertai periode amnesia. Contoh penelitian mengenai bebainan ini adalah dari Suryani (1981) mengenai fenomena bebainan di beberapa desa di Bali. Suryani melaporkan bahwa lebih sering wanita usia muda atau belum kawin pernah mengalami bebainan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hari raya Bali dan stress emosional. 3. Cekik (Jawa Tengah) Cekik adalah suatu histeria konversi dengan kejang–kejang seluruh badan dan kesadaran menurun, sebelum jatuh kejang selalu menunjukkan seperti orang tercekik lehernya. Sebagian besar mengalami halusinasi visual menjelang atau saat serangan. Terjadi di desa Babalan, kecamatan Wedung, kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada setiap tahun dalam bulan puasa menjelang lebaran. Santoso dan Pranowo menyebutnya sebagai “sindroma tekak“. Contoh penelitian mengenai cekik ini adalah penelitian Sumitro (1981) di desa Babalan, dan melaporkan bahwa wanita lebih sering mengalami cekik dari pada pria, hampir merata pada umur dewasa, tingkat pendidikan dan sosial-ekonomi rendah, serta berhubungan dengan kepercayaan mistik bahwa roh halus akan mengambil orang-orang tertentu di desa. Ternyata epidemi ini hilang dengan sendirinya sesudah bulan Puasa terlewati. Masyarakat lokal Demak manganalisa fenomena cekik sebagai gangguan dari hantu cekik yang muncul setahun sekali. Analisa tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit-penyakit gangguan kejiwaan akibat budaya. 4. Koro (Sulawesi Selatan) Koro adalah sindroma anxietas yang mendadak sampai dengan panik disebabkan oleh adanya waham bahwa alat kelaminnya akan mengkerut masuk dan menghilang ke dalam tubuhnya sehingga dirinya akan mati, pada umumnya terjadi pada laki–laki. Orang itu berusaha mencegah dengan cara memegang erat– erat alat kelaminnya atau mengikat dengan tali, kalau perlu minta bantuan orang lain memegang alat kelaminnya secara terus menerus. Dalam keadaan koro, orang– orang jenis kelamin berlawanan dilarang berada di sekitar pasien, oleh karena dapat menyebabkan kematiannya. Serangan ini pada suatu saat dapat menghilang sendiri dan pasienpun menjadi tenang kembali. 5. Amok Amok terjadi pada suatu episode tunggal dimana terdapat kegagalan menekan impuls atau rangsangan, yang mengakibatkan suatu tindak kekerasan yang ditujukan ke luar dirinya sehingga mengakibatkan malapetaka bagi orang lain. Derajat tindak kekerasan yang terjadi sangat hebat bila dibandingkan dengan stressor psikososial yang mendahuluinya. Setelah episode itu selesai, pasien tenang kembali dan menyesal. Ia mengalami amnesia tentang sebagian atau seluruh perbuatannya itu. 6. Latah (Umum) Latah adalah suatu keadaan yang sering timbul pada wanita setengah tua, tidak bersuami yang biasanya berasal dari kalangan rendah dengan kehidupan dan cara berpikir yang sederhana, gejalanya sering diawali dengan mimpi–mimpi tentang alat kelamin laki–laki atau sesuatu yang melambangkan alat kelamin yang bergantungan di dinding atau di dalam kamar tidurnya, dan apabila ia dikagetkan oleh suara atau gerakan ia segera bereaksi koprolalia, echolalia atau echopraxia (hiper sugestibilitas). Setelah episode ini berakhir, ia merasa malu, menyesal dan minta maaf atau menyalahkan orang yang telah mengejutkan dirinya. Oleh masyarakat keadaan ini tidak dianggap sebagai gangguan jiwa dan terbanyak terdapat di pulau Jawa. Latah sendiri juga bisa terjadi dengan sengaja, saat seseorang ingin eksistensinya diakui di masyarakat, dia berpura-pura menjadi seorang yang latah saat dikejutkan agar dilabeli sebagai orang yang lucu dan gaul. Saat kejadian tersebut berlangsung kontinum, maka latah dalam arti penyakit kejiwaan yang asli akan timbul dalam individu tersebut. 7. Gemblakan (Jawa Timur) Gemblakan adalah suatu aktivitas homoseksual di kalangan pemuda yang diterima oleh tradisi masyarakat setempat di Ponorogo, Jawa Timur. Aktivitas ini akan berakhir setelah mereka kawin. Contoh penelitian mengenai gemblakan adalah dari Yusuf dan Husodo (1982) di desa Bancar, Kabupaten Ponorogo. Mereka menemukan bahwa gemblakan tersebut mempunyai dampak positif dalam masyarakat, dengan timbulnya rasa kekeluargaan dan gotong royong. Karena orang yang melakukan gemblakan biasanya orang-orang berpengaruh di kampung setempat, sehingga yang di gemblak merasa bangga. 8. Ludruk (Jawa Timur) Ludruk adalah kesenian panggung Jawa Timur, dahulu semua pemainnya adalah pria, termasuk mereka yang memainkan peranan wanita, sebagian tergolong dalam “male transvestite“,“ wedhokan ludruk ” atau dalam bahasa Indonesia berarti wanita ludruk. Jadi, dalam hal ini seorang pria yang memerankan peran wanita baik dalam karakter fisik maupun tingkah laku dengan alasan apapun juga dianggap mempunyai sutau gangguan jiwa yang disebut dengan ludruk. KUIS 1. Suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis bermakna dan yang disertai penderitaan atau distress pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi atau disfungsi seseorang adalah …. Jawaban: gangguan jiwa 2. GMO teermasuk pada aksis berapa? Jawaban: Aksis I 3. Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa diciptakan berdasarkan … Jawaban: luasnya tanda dan gejala 4. Sebutkan dua jenis gangguan yang termasuk gangguan mental psikotik? Jawaban: Skrizofrenis & gangguan terkait dan Gangguan afektif 5. Apa saja yang termasuk kedalam aksis IV ? Jawaban: masalah psikososial yang dapat menyebabkan penyakit mental, seperti : masalah pekerjaan, masalah rumah tangga, masalah ekonomi, kesulitan interpersonal 6. Dalam PPDGJ - III evaluasi multiaksial dibagi menjadi berapa aksis? 7. Pada PPDGJ III disebutkan bahwa secara umum faktor etiologi retardasi mental terdiri dari: Jawaban: faktor biologis, faktor psikososial atau interaksi keduanya 8. Sebutkan 5 jenis gangguan kepribadian! Jawaban: Obsessive Compulsive Personality Disorder, Schizotypal Personality Disorder, Avoidant Personality Disorder, Narcissistic Personality Disorder, Antisocial Personality Disorder 9. Sebutkan ciri-ciri orang yang menderita skizotipal? Jawaban: Memiliki fantasi yang tidak wajar, berbicara dengan bahasa yang janggal sehingga tidak mudah untuk dipahami, pemikiran yang tidak biasa 10. Klasifikasi yang membahas mengenai kondisi medis umum pada DSM-IV adalah? Jawaban: Aksis 3 Sumber Kring, Ann M., dkk. 2011. Abnormal Psychology 12th Edition International Student Version. Singapore: John Wiley & Sons. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Cetakan 1. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya http://wikimed.blogbeken.com/gangguan-afektif, diakses pada tanggal 24 September 2013 pukul 20.30 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32281/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada tanggal 24 September 2013 pukul 20.35 http://fransiscakumala.wordpress.com/2010/02/09/definisi-klasifikasi-gangguan-jiwa-dandiagnosis-multiaksial/ http://id.scribd.com/doc/94183555/Diagnosis-Multiaksial diakses pada tanggal 24 September 2013 pukul 20.00 http://akademikfsi.blogspot.com/2012/07/gangguan-jiwa.html xa.yimg.com/kq/groups/20899393/811536431/name/PSI-KONSEP, diakses pada 24 September 2013 pukul 20.58 http://www.psychologymania.com/2011/09/patologi-terkait-budaya-culture-bound.html diakses pada hari selasa, 24 September 2013 pada pukul 20:08 http://www.news-medical.net/health/Neoplasm-What-is-a-Neoplasm-(Indonesian).aspx diunduh pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 9:43 PM Sumber: http://kesehatan96.blogspot.com/2013/01/macam-macam-penyakit-padasistem.html#ixzz2fp1X4eCg diunduh pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 9:51 PM http://kamuskesehatan.com/arti/penyakit-endokrin/ diunduh pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 9:54 PM Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/penyakit-sistem-saraf-manusiagangguan-kelainan.html#ixzz2fp2lqjsx diunduh pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 9:56 PM http://anjhuthe.blogspot.com/2012/08/macam-macam-penyakit-pada-gangguan.html diunduh pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 10:05 PM http://silviaquerida.blogspot.com/2012/05/sistem-genitourinaria.html diunduh pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 10:10 PM http://www.forumsains.com/kesehatan/cacat-lahir-dan-teratologi/ diunduh pada hari Selasa 24 September 2013 pukul 10:13