ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK ASING DAN BANK UMUM DI INDONESIA Nama NPM Fakultas/Jurusan Universitas Tan Henry 91205050 Magister Manajemen/Perbankan Gunadarma, Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perbedaan kinerja antara bank asing dan bank umum dengan menggunakan analisis rasio finansial perbankan yang meliputi ROA, BOPO, NPL, LDR, dan sebesar apakah peranan bank asing dan bank umum dalam mekukan fungsi intermediasinya. Objek penelitian di dalam tesis ini adalah 4 bank umum nasional dan 4 bank asing yang terdaftar dalam direktori Bank Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis kuntitatif, yang mencakup analisis laporan keuangan. Data dianalisis, dengan menggunakan independent samples t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing secara khusus lebih fokus menjadi bank yang melakukan aktivitas yang menghasilkan fee (fee based income) walaupun demikian bank asing juga melakukan ekspansi kredit konsumsi dengan jangka waktu yang pendek, sehingga secara keseluruhan sebenarnya tingkat penyaluran kredit yang dilakukan bank asing telah lebih baik dari bank umum, hanya saja penyaluran kredit yang mereka lakukan adalah hanya untuk kredit konsumsi bukan untuk kredit pembangunan infrastruktur atau untuk industri yang dapat menyerap banyak tenaga kerja, yang lebih tertuju pada sektor riil. Secara keseluruhan bank asing mempunyai kinerja yang lebih baik dari bank umum, baik dari segi laba yang diperoleh maupun tingkat efisiensinya . Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Bank Asing dan Umum, Indonesia. PENDAHULUAN Di Indonesia bank-bank dengan kepemilikan asing terbagi dalam tiga kelompok, yaitu yang beroperasi: (i) sebagai kantor cabang (disebut sebagai bank asing); (ii) sebagai anak perusahaan (subsidiary), baik melalui joint venture dengan bank domestik (disebut bank campuran), atau melalui merger dan akuisisi pada bank domestik yang terjadi pada periode paska krisis 1997 (program divestasi); dan (iii) sebagai kantor perwakilan. Sampai dengan Juni 2007, jumlah bank asing di Indonesia sebanyak 11 bank, hanya bertambah 1 bank dengan beroperasinya kembali Bank of China pada April 2003, dan bank campuran sebanyak 20 bank, 1 menurun dibandingkan dengan jumlah sebelum krisis (tidak termasuk bank dengan kepemilikan asing melalui program divestasi). Pada umumnya, sebagai bank asing, maka strategi pelaksanaan kegiatan operasional serta kebijakan yang diterapkan bank-bank tersebut akan cenderung sarat dengan kepentingan-kepentingan kantor pusatnya di luar negeri. Setiap rencana ke depan maupun operasionalnya akan lebih banyak tergantung pada keputusan kantor pusat atau kantor regional. Latar belakang dibukanya kesempatan bank asing dan bank campuran untuk beroperasi di Indonesia terkait dengan kebutuhan akan modal asing. Selain itu, masuknya bank-bank tersebut ke Indonesia diharapkan dapat mendorong perkembangan perbankan serta perekonomian nasional. Secara umum, keuntungan yang diperoleh dengan masuknya bank-bank asing, termasuk bank campuran, antara lain adalah sebagai saluran capital inflows untuk ekonomi domestik, meningkatkan kompetisi antar bank, dan memperkenalkan produkproduk yang lebih bervariasi. Namun demikian, tetap terdapat sisi negatif yang perlu diantisipasi, terutama pada saat krisis, karena bank-bank tersebut dapat berperan sebagai tempat untuk pelarian modal (capital flight), dan disamping itu dana asing yang masuk tersebut dapat lebih bersifat temporer dan hanya untuk mencari keuntungan sesaat (capital inflow during good times capital outflow during bad times). Sementara itu, kompleksitas produk dan teknologi yang dibawa bank asing dari negara maju belum tentu dapat dilihat dan dikuasai oleh otoritas pengawas host country, sehingga bukannya meningkatkan pengaturan dan proses pengawasan bank namun malah akan lebih memperburuk (Claessens, Demirguc-Kunt, dan Huizinga, 2001). Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian, yaitu : 1) capital; 2) assets; 3) management; 4) earnings; 5) liquidity yang biasa disebut CAMEL. Aspek-aspek tersebut menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian kali ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan rasio CAMEL dalam menilai kinerja dan peranan antara bank asing dengan bank umum di Indonesia. Ratio Camel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah LDR, ROA, BOPO dan NPL. Dengan masih adanya permasalahan intermediasi perbankan serta kemungkinan terus berlanjutnya kegiatan spekulasi bank asing yang dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi domestik, maka perlu dibuat suatu kajian mengenai peranan bank asing terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Kajian tersebut akan membahas dan membandingkan kinerja bank asing, dan bank domestik, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai peranan dari masing-masing kelompok bank tersebut terhadap perekonomian nasional. Rekomendasi yang diusulkan akan tergantung dari hasil kajian tersebut, yaitu apakah perlu tetap mempertahankan bentuk bank asing sebagai kantor cabang namun dengan pembatasan tertentu, atau merubah kantor cabang ke dalam bentuk subsidiary, untuk kantor cabang bank asing yang telah ada dan untuk pembukaan kantor bank asing selanjutnya. 2 Setelah menghitung rasio ROA, BOPO, NPL dan LDR dari masingmasing bank, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengujian hipotesis yang membandingkan kinerja keuangan bank asing dan umum. Dalam hal ini hipotesis yang diajukan adalah: Hipotesis 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara return on assets bank Asing dan umum setelah krisis perbankan. Hiptesis 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara BOPO bank Asing dan umum setelah krisis perbankan. Hiptesis 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara Non Performing Loan ratio bank asing dan umum setelah krisis perbankan. Hiptesis 4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara loan to deposit ratio bank asing dan umum setelah krisis perbankan. TELAAH PUSTAKA Sebagai suatu lembaga keuangan seperti bank, dana merupakan sesuatu yang sangat vital. Tidak dapat tidak bank mutlak memerlukan dana agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apaapa, artinya tidak dapat berfungsi sama sekali. Menurut Siamat (1993), dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat dilunaskan. Sumber uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur. Dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut (Sinungan (1993 )). a. Dana pihak kesatu Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham. b. Dana pihak kedua Dana pihak kedua adalah dana pinjaman dari pihak luar. c. Dana pihak ketiga Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak masyarakat. Laporan Keuangan bagi suatu perusahaan adalah sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan dan juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Sebelum membahas secara mendalam mengenai cara membaca, menganalisis dan menafsirkan kondisi keuangan suatu perusahaan melalui laporan keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan mengenai definisi akuntansi, sebab sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa laporan keuangan merupakan produk akhir dari siklus akuntansi. 3 Analisis laporan keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan rugi laba terhadap yang satu dengan yang lain, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Menurut Prastowo (1995) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membentuk dan mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan produksi yang paling mungkin mengenai produksi dan kinerja perusahaan pada masa sekarang. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan analisa laporan keuangan adalah penilaian atas posisi keuangan suatu perusahaan pada masa lalu dan masa sekarang dengan mempelajari angka-angka atau data-data yang ada pada laporan keuangan guna memprediksi posisi keuangan pada masa mendatang. Teknik analisis yang biasa digunakan di dalam analisis laporan keuangan adalah analisis ratio yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau kombinasi dari kedua laporan tersebut Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Partisipasi asing pada perbankan nasional kembali aktif sekitar tahun 1968 untuk mendorong sistem perbankan nasional. Partisipasi asing tersebut masuk dalam bentuk pembukaan kantor cabang bank asing yang sampai dengan saat ini masih berdiri. Tambahan satu kantor cabang bank asing terjadi pada April 2003 dengan diaktifkannya kembali Bank of China. Pembukaan kantor cabang bank asing mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri. Paska PAKTO 1988 saat liberalisasi perbankan, partisipasi asing semakin meningkat dengan masuknya bank-bank asing melalui joint venture dengan bankbank domestik, dan sering disebut sebagai bank campuran. Kepemilikan bankbank asing pada bank campuran tersebut sesuai ketentuan yang berlaku sekarang adalah maksimum sebesar 99%, naik dari ketentuan sebelumnya sebesar maksimum 85%. Pembukaan bank campuran mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 2/27/PBI/2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang Bank Umum, ketentuan yang sama yang juga mengatur mengenai bank domestik. Sampai dengan akhir 2002, hanya 10 bank asing yang beroperasi di Indonesia. Pada Mei 2004, dengan diaktifkannya kembali Bank of China, jumlah bank asing menjadi 11 bank dengan total aset sebesar Rp103 triliun atau 8,77% dari total aset perbankan. Total aset bank asing mengalami perkembangan yang cukup signifikan apabila dibandingkan satu tahun sebelum krisis terjadi, yaitu sebesar Rp14,37 triliun pada 1996 (2,85% dari total aset perbankan) atau meningkat Rp88,63 triliun atau naik 617%. Perubahan yang signifikan tersebut utamanya disebabkan adanya perubahan nilai tukar yang tajam yaitu dari Rp2.383 4 pada 1996 menjadi Rp9.210 per 1 dollarnya pada Mei 2004. Kondisi ini mengakibatkan total aset bank asing yang portofolio valasnya cukup besar meningkat dengan signifikan. Dengan memasukkan bank campuran sebagai bagian dari kelompok bank asing maka porsi total aset kelompok bank asing tersebut terhadap total aset perbankan mencapai 7,74% pada 1996 menjadi 12,75% pada Mei 2004. Hal ini utamanya disebabkan perkembangan bank campuran yang ternyata cukup siginifkan terhadap total aset perbankan. Sementara, dilihat dari undisbursed loan (UL)-nya, kelompok bank asing dengan jumlah bank yang relatif sedikit memiliki UL yang cukup besar, bahkan menyumbang 25,0% dari total UL perbankan selama 2004 yang sebesar Rp21,0 triliun (s.d. April 2004). Pada kelompok bank asing, UL tersebut lebih banyak terjadi pada jenis kredit modal kerja dan pada sektor industri. Khusus sektor industri, persentase pangsa UL tersebut lebih besar dibanding persentase perbankan. Artinya, selain fokus bank asing di Indonesia tidak pada penyaluran kredit, sektor riil yang telah diberikan alokasi kredit pun tidak mampu menyerap secara baik dana yang telah disiapkan oleh kelompok bank tersebut. Akibat krisis yang lalu, kualitas aktiva produktif khususnya kredit kelompok bank asing relatif lebih buruk dibandingkan dengan industri perbankan secara total. Hal ini tercermin dari NPL gross kelompok bank tersebut yang termasuk tinggi bila dibandingkan dengan kelompok bank lain maupun dengan industri perbankan, walaupun dengan kecenderungan menurun. Tercatat NPL gross kelompok bank asing (April 2004) sebesar 11,5% dan NPL net sebesar 1,1%. Hal tersebut mengakibatkan bank-bank asing paska krisis merubah perilaku penyaluran kreditnya pada penempatan dana jangka pendek dan yang memiliki risiko kecil yaitu pada jenis konsumsi terutama terkait dengan kegiatan fee based income, khususnya pada kartu kredit. Akhir-akhir ini begitu variatif jenis kredit konsumsi yang ditawarkan dengan limit terbatas seperti kredit tanpa agunan dengan nominal dibawah Rp10 juta. Dalam periode krisis yaitu sekitar tahun 1996-1998, pertumbuhan kredit bank asing di negara-negara Asia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bank domestiknya. Disamping Thailand yang cenderung meningkat, di Malaysia dan Korea penyaluran kredit yang dilakukan bank asing cenderung menurun. Pertumbuhan kredit bank asing di Malaysia mencapai 38%, sedangkan pada bank domestik mencapai 38,2%, di Thailand dalam periode yang sama, pertumbuhan kredit bank asing mencapai 20,6%, sedangkan pada bank domestik mencapai negatif 8,5%; di Korea, pertumbuhan kredit bank asing mencapai 13,6%, sedangkan pada bank domestik mencapai 2,9% . METODE PENELITIAN Objek penelitian di dalam tesis ini adalah bank-bank umum nasional dan asing yang terdaftar dalam direktori Bank Indonesia. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai anggota sampelnya yaitu 4 bank umum nasional dan 4 bank asing yang terdaftar direktori Bank Indonesia perioda 2002-2006. 5 Variabel dari penelitian ini adalah kinerja keuangan bank Asing dan bank umum yang tercatat di Bank Indonesia dan indikator-indikator yang digunakan untuk menilai kinerja bank adalah rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio rentabilitas yaitu Return on Assets, BOPO serta rasio likuiditas yaitu Loan to Deposit Ratio, dan Ratio aktiva produktif yaitu NPL, Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio. Variabel yang digunakan dalam penelitian tentang kinerja keuangan bank Asing dan bank umum pada bank yang tercatat di Bank Indonesia adalah kinerja keuangan, yaitu suatu prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya. Menurut Harahap, Sofjan Safrie (1999) Indikator-indikator yang digunakan antara lain adalah: Return on Assets (ROA), yaitu Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari ratarata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan ratarata total asset adalah ratarata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) : Labasebelumpajak × 100% Rata − ratatotalasset BOPO, yaitu Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) : ROA = BiayaOperasional × 100% Pendapa tan Operasional Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dapat dirumuskan sebagi berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) : BOPO = LDR = TotalKredit × 100% TotalDanaPihakKetiga 6 Non Performing Loan Ratio (NPL), yaitu indikator yang menunjukan bagaimana posisi kredit bermasalah bank tersebut terhadap total kredit yang diberikan. Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001): KreditBermasalah × 100% TotalKredit Model yang digunakan dalam tulisan ini adalah Uji T (T test) untuk T sample bebas. Uji T sample bebas digunakan untuk membandingkan rata-rata beberapa kelompok kasus, agar hasil penelitiannya baik, subjek yang diteliti harus dipilih secara random untuk kedua kelompok yang dibandingkan. Hal ini dilakukan jika ada perbedaan dalam jawaban dikarenakan oleh adanya perlakuan atau kurangnya perlakuan (treatment), bukan karena faktor lain. Untuk membandingkan rata-rata dua sampel kecil. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah kedua sampel mempunyai varians yang sama. Metode yang digunakan untuk menguji model ini adalah dengan mengunakan uji varians atau f dan uji t Untuk melakukan analisis signifikansi terhadap model digunakan berbagai pengujian statistik: • Ftest • t-test Untuk mengukur pengaruh atau perbedaan kinerja antara variabel-variabel dari dua kelompok yang berbeda digunakan uji F, dengan tingkat signifikansi 5%. Apabila F hitung > F tabel berarti terdapat perbedaan kinerja antara variabelvariabel di dalam kedua kelompok tersebut. Bila hasil dari uji beda varian tersebut adalah tidak terdapat perbedaan atau kedua varian sama(Equal variances assumed) maka kita akan menggunakan uji t-statistik dua arah dengan tingkat signifikansi 5%, dimana kriteria yang berlaku adalah: NPL = Tabel 3.1 Perbandingan thit dan ttab Membandingkan t hitung dengan tabel Perbedaan kinerja antara dua variabel dalam dua kelompok t hit > t tab atau t hit < -t tab → signifikan t tab < t hit < t tab → insignifikan Dalam tesis ini untuk mengolah data digunakan program komputer Microsoft Excel, program statistik SPSS ver 13. 7 PEMBAHASAN Deskripsi Kinerja Keuangan Bank Perhitungan rasio untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan yang terdiri dari rasio rentabilitas dan rasio likuiditas didasarkan pada data laporan keuangan masing-masing bank per 31 Maret 2002 dan per 31 Desember 2006. Bank asing didalam operasionalnya berbasiskan cash based dan bank domestik berdasarkan accrual based, kedua konsep tersebut dapat diperbandingkan dikarenakan masing-masing konsep mempunyai kelebihan dan kekurangan yang dapat saling melengkapi, dimana kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil dan obyektif. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya karena dengan cash basis tidak dapat diukur tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas dengan baik. Teknik akuntansi berbasis akrual dinilai dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Rentabilitas Rentabilitas digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen menghasilkan laba melalui penanaman pada seluruh aktiva yang ada serta mengukur kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya. a) ROA Bank Asing return on average asset (ROA). Angka ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba bersih dengan rata-rata asset total dengan standar terbaik 1,5%. Indikator efisiensi yang digunakan adalah rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional atau lebih dikenal dengan rasio BOPO. Kalkulasi BOPO di dapat dari membandingkan pendapatan bunga bersih dengan ratarata aktiva produktif. Rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional sebesar 92%, seperti lazimnya digunakan Bank Indonesia. Hasil perhitungan ROA bank asing tahun 2002-2006. Kita dapat melihat range dari ROA bank asing adalah dari 0,013% sampai 5,19% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank HSBC pada periode Desember 2002 sebesar 5,19% sedangkan yang terendah dipegang oleh bank ABN Amro dengan rata-rata terendah sebesar 0,013% pada periode Desember 2003. b) BOPO Bank Asing Hasil perhitungan BOPO bank asing tahun 2002-2006. Kita dapat melihat range dari BOPO bank asing adalah dari 11,99 sampai 61,53% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank Standard pada periode Desember 2002 sebesar 61,53% sedangkan yang terendah dipegang oleh bank Citibank dengan rata-rata terendah sebesar 11,99 pada periode Maret 2005. c) ROA Bank Domestik Hasil perhitungan ROA bank domestik tahun 2002-2006. Kita dapat melihat range dari ROA bank domestik adalah dari 0,15% sampai 3,66% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank Mandiri pada periode Desember 2004 sebesar 3,66% sedangkan yang terendah dipegang oleh bank BNI dengan rata-rata terendah sebesar 0,15% pada periode Maret 2006. d) BOPO Bank Domestik Tabel 4.4 menunjukkan hasil perhitungan BOPO bank domestik tahun 2002-2006. Dari tabel ini kita dapat melihat range dari BOPO bank domestik adalah dari 25,74% sampai 81,18% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank BRI pada periode Maret 2002 sebesar 81,18% sedangkan yang terendah dipegang oleh bank Mandiri dengan rata-rata terendah sebesar 25,74 pada periode Juni 2005. Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan suatu bank untuk dapat setiap saat memenuhi kewajibannya yang segera dapat dibayar/jatuh tempo (kewajiban jangka pendeknya). Diantaranya rasio likuiditas adalah Loan to deposit ratio (LDR) dan rasio interbank dengan aktiva produktif. Angka LDR diperoleh dengan membandingkan antara seluruh penempatan dan seluruh dana yang berhasil dihimpun ditambah modal sendiri. Standar terbaik LDR adalah 85% - 110%. Sementara standar rasio interbank dengan aktiva produktif sebesar 20%, yang diperoleh dari rata-rata perbankan. a) LDR Bank Asing Tabel 4.5 menunjukkan hasil perhitungan LDR bank asing tahun 2002-2006. Dari tabel ini kita dapat melihat range dari LDR bank asing adalah dari 32,72% sampai 81,94% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank HSBC pada periode Juni 2005 sebesar 81,94% sedangkan yang terendah dipegang oleh bank ABN Amro dengan rata-rata terendah sebesar 32,72% pada periode September 2003. b) NPL Bank Asing Tabel 4.6 menunjukkan hasil perhitungan NPL bank asing tahun 2002-2006. Dari tabel ini kita dapat melihat range dari NPL bank asing adalah dari 0,91% sampai 31,84%, dimana ratarata tertinggi ini dipegang oleh bank Standard pada periode Maret 2006 sebesar 31,84%, sedangkan yang terendah dipegang oleh bank Citibank dengan rata-rata terendah sebesar 0,91 pada periode Maret 2004. c) LDR Bank Domestik Tabel 4.7 menunjukkan hasil perhitungan LDR bank domestik tahun 2002-2006. Dari tabel ini kita dapat melihat range dari LDR bank domestik adalah dari 15,71% sampai 71,29% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank Mandiri pada periode September 2005 sebesar 71,29% sedangkan yang terendah dipegang oleh bank BCA dengan rata-rata terendah sebesar 15,71% pada periode Maret 2002. d) NPL Bank Domestik Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan NPL bank domestik tahun 2002-2006. Dari tabel ini kita dapat melihat range dari NPL bank domestik adalah dari 0,19% sampai 12,15%, dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank BRI pada periode Juni 2005 sebesar 12,15%, sedangkan yang terendah dipegang oleh bank Mandiri dengan rata-rata terendah sebesar 0,19% pada periode September 2004. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata penilaian atau kinerja yang signifikan antara return on assets, BOPO, NPL, LDR bank Asing dan domestik setelah krisis perbankan dilakukan uji statistik Independent samples T-test. Hasil analisis dengan mengunakan Independent samples T-test memberikan 2 kelompok hasil analisis, yaitu group statistik dan independent sample test, dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil analisis group statistik Tabel 4.10 Hasil analisis Independent sample test Secara keseluruhan baik bank asing maupun bank domestik menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan baik dilihat dari faktor rentabilitas maupun likuiditasnya. Dari sisi rentabilitas dapat dilihat bahwa Return on Assets (ROA) dari bank asing lebih tinggi daripada bank domestik ini menunjukan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan bank, untuk bank asing peningkatan jelas terlihat dari sisi pendapatan non bunga atau fee base income seperti trade finace ataupun kredit card, selain itu penyaluran kredit bank asing juga lebih baik dari bank domestik walaupun kredit yang mereka lebih focus kepada kredit konsumsi dengan plafon yang tidak terlalu tinggi dan berjangka waktu pendek seperti kartu kredit sehingga ROA mereka lebih besar dari bank domestik. Dari sisi rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) bank asing juga mempunyai nilai rata-rata yang lebih rendah dari bank domestik, ini berarti bank asing mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi dalam melakukan operasional perbankannya dikarenakan bank asing lebih menitikberatkan pada ekspansi fee base income dimana dari sisi pemasarannya lebih membutuhkan biaya operasional yang lebih kecil dibandingkan bank domestik yang untuk melakukan ekspansi kreditnya membutuh biaya yang besar dan resiko yang lebih besar juga karena bila kredit tersebut macet maka pihak bank harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pencairan kredit macet tersebut, selain itu biasanya bank domestik mempunyai pandangan bahwa untuk lebih dikenal dan dapat lebih banyak mendapatkan nasabah baru maka harus mempunyai gedung yang megah dan tempat transaksi yang eksklusif hal tersebut juga merupakan salah satu faktor penyebab tingginya biaya operasional mereka. Dari sisi rentabilitas atau aktiva produktif dapat dilihat bahwa bahwa LDR dari bank asing lebih tinggi daripada bank domestik ini menunjukan bahwa penyaluran kredit bank asing lebih besar ini dikarenakan bank asing lebih terfokus kepada kredit konsumsi dengan plafon yang tidak terlalu tinggi dan berjangka waktu pendek seperti kartu kredit sehingga LDR mereka lebih besar dari bank domestik. Salah satu faktor yang menyebabkan LDR bank domestik masih rendah adalah karena bank domestik masih belum berani melakukan ekspansi kredit sehingga dana masyarakat yang ada hanya dihimpun menjadi dana tidak produktif dan hanya digunakan untuk membeli SBI saja. Dari sisi aktiva produktif terutama dari sisi rasio NPL bank asing lebih tinggi daripada bank domestik ini dikarenakan tingkat penyaluran kredit mereka yang lebih tinggi dari bank domestik sehingga tingkat kredit macet yang terjadi pada bank asing juga lebih tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis terhadap keseluruhan kelompok bank dengan menggunakan metode Independent samples T-test diperoleh hasil estimasi sebagai berikut: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio LDR bank asing dengan bank domestik, dimana bank asing mempunyai rata-rata yang jauh lebih tinggi dari bank domestik. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio ROA bank asing dengan bank domestik, dimana bank asing mempunyai rata-rata yang jauh lebih tinggi dari bank domestik. ROA yang lebih tinggi dari bank domestik ini merupakan suatu hal yang berdampak negatif bagi kondisi perbankan kita, karena semakin tingginya laba pendapatan yang mereka dapatkan berarti itu merupakan keuntungan bagi negara asalnya, karena semua keuntungan tersebut akan dana segar bagi negaranya tersebut. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio BOPO bank asing dengan bank domestik, dimana bank asing mempunyai rata-rata yang jauh lebih rendah dari bank domestik, dari rasio BOPO bank asing mempunyai tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio NPL bank asing dengan bank domestik, dimana bank asing mempunyai rata-rata yang jauh lebih tinggi dari bank domestic, NPL yang lebih tinggi dari bank domestik ini dikarenakan bank asing lebih tinggi tingkat penyaluran kreditnya sehingga resiko kredit yang macet lebih tinggi. Kondisi tersebut diatas, tentunya dapat menjadi pertimbangan dalam menetapkan kebijakan terhadap peningkatan peranan bank asing dalam melakukan penyaluran kredit sehingga bank asing dapat lebih berperan dalam perkembangan ekonomi domestik dan menjadi motivator investor asing untuk kembali berinvestasi di Indonesia. Saran Dalam rangka memperkuat komitmen bank asing terhadap perkembangan perekonomian Indonesia, kiranya dapat menjadi pertimbangan peninjauan kedududukan hukum lembaga bank asing tersebut di Indonesia. Salah satu alternatif adalah dengan mendorong bank asing untuk melakukan konversi menjadi bank domestik (locally incorporated bank). Hal ini juga dilakukan di Thailand yaitu sejalan dengan implementasi Thailand Financial Master Plan oleh Bank of Thailand yang mendorong bank asing (sahamnya sebagian dimiliki asing) untuk melakukan konversi menjadi bank domestik. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan peranan perbankan baik Asing maupun domestik di dalam prekonomian kita adalah sebagai berikut: a) Pengaturan tentang pertumbuhan kredit Pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi secara bertahap minimal sama dengan pertumbuhan kredit keseluruhan dengan komposisi jenis jumlah kredit yang seimbang khususnya mengingat bahwa pada saat ini terdapat ekses likuiditas yang sangat besar sehingga mengganggu perekonomian. Penerapan ketentuan diperkirakan tidak akan bertentangan dengan komitmen di WTO karena ditujukan untuk pelaksanaan pengawasan bank dan efektivitas kebijakan moneter. Adapun implikasi ketentuan ini adalah bank akan merasa dipaksa sehingga apabila kredit bank kemudian memburuk maka bank dapat berkilah untuk ikut meminta pertanggungjawaban Bank Indonesia. b) Penetapan alokasi kredit Kantor cabang bank asing tersebut dan bahkan seluruh bank dapat diminta untuk mengadakan alokasi dana untuk penyaluran kredit dari total dana pihak ketiga (DPK) yang diperolehnya secara bertahap. Dengan mempertimbangkan rasio LDR Kantor cabang bank asing pada saat ini maka penetapan rasio dapat diusulkan sebesar 60% dan dapat disesuaikan dengan kondisi perekonomian dan bank yang bersangkutan. c) Kebijakan Pemerintah Bank domestik juga harus diberikan suatu kemudahan untuk penyaluran kredit kepada sektor riil sehingga dana yang ada dapat digunakan untuk meningkat ekonomi negara kita. Selain itu diharapkan juga terjadinya suatu transisi kebijakan pada bank domestik untuk mulai. Untuk itu pemerintah harus mengeluarkan peraturan yang dapat mendorong pertumbuhan disektor perbankan seperti meningkatkan jumlah pemberian kredit bersama sehingga bank domestik dapat ikut serta di dalam pembangunan infrastruktur dan industri yang berskala besar, seperti pembangunan monorail, busway dan industri otomotif di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Aliber, Robert Z. 1984.”International banking a survey”, Journal of Money, Credit and Banking. 2. Claessens, Stijn, Aslé Demirgüç-Kunt, and Harry Huizinga. 1997. How Does Foreign Entry Affect the Domestic Banking Market? mimeo, World Bank. 3. Clarke, George dan Robert Cull. 1999. Provincial Bank Privatization in Argentina: The Why, the How, and the So What, mimeo, World Bank. 4. Demirgüç-Kunt, Aslé, and Harry Huizinga. 1997. Determinants of commercial bank interest margins and profitability: some international evidence, mimeo, World Bank. 5. Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta. 6. Grady, D.B. 1990. Managing Commercial Banks: Community, Regional and Global. Prentince Hall Inc. New Jersey. 7. Howard, D. Crosse dan George, H. Hempel. 1973. Management Policies for Commercial Banks. Prentice-Hall. Inc. Englewood Cliffs. New York. 8. Jonathan, Sarwono.2006. Paduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Edisi pertama. Penerbit ANDI. Yogyakarta. 9. Koch, T.W. & MacDonald, S.S. 2000. Bank Management. Philadelphia: the Dryden Press. 10. Malayu, S.P. 2001. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Pertama. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 11. Mudrajad Kuncoro, Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Kedua. Penerbit BPFE. Yogyakarta. 12. Pigott, Charles. A. 1992. Financial Reform and the Role of Foreign Banks in Pacific Basin Nations,” in Hang-Sheng Cheng, ed., Financial Policy and Reform in Pacific Basin Countries, Lexington, Mass. Lexington Books. 13. Siamat, Dahlan. 1993. Manajemen Bank Domestik. Intermedia. Jakarta. 14. Singgih, Santoso. 2001. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Edisi keempat. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 15. Sinungan, M. 2000. Manajemen Dana Bank. PT Bumi Aksara. Jakarta. 16. Soedijono, Reksoprajitno. 1993. Pengantar Manajemen Bank Domestik. Gunadarma. Jakarta. 17. Goldberg, Lawrence G., dan Anthony Saunders. 1981. “The determinants of foreign banking activity in the United States”. Journal of Banking and Finance 5. 18. DeYoung, Robert dan Daniel E. Nolle. 1996.”Foreign-owned banks in the United States: earning market share or buing it”. Journal of Money, Credit and Banking 28. 19. Stijn Claessens, Aslé Demirgüç-Kunt, and Harry Huizinga. 1996. “How does foreign entry affect the domestic banking market?”. Journal of Banking and Finance 8.