analisis perbedaan kinerja keuangan antara bank asing dan bank

advertisement
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN ANTARA
BANK ASING DAN BANK UMUM DI INDONESIA
Nama
NPM
Fakultas/Jurusan
Universitas
Tan Henry
91205050
Magister Manajemen/Perbankan
Gunadarma, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perbedaan kinerja
antara bank asing dan bank umum dengan menggunakan analisis rasio finansial
perbankan yang meliputi ROA, BOPO, NPL, LDR, dan sebesar apakah peranan
bank asing dan bank umum dalam mekukan fungsi intermediasinya.
Objek penelitian di dalam tesis ini adalah 4 bank umum nasional dan 4 bank
asing yang terdaftar dalam direktori Bank Indonesia. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan
dalam penulisan ini adalah analisis kuntitatif, yang mencakup analisis laporan
keuangan. Data dianalisis, dengan menggunakan independent samples t test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing secara khusus lebih fokus
menjadi bank yang melakukan aktivitas yang menghasilkan fee (fee based
income) walaupun demikian bank asing juga melakukan ekspansi kredit
konsumsi dengan jangka waktu yang pendek, sehingga secara keseluruhan
sebenarnya tingkat penyaluran kredit yang dilakukan bank asing telah
lebih baik dari bank umum, hanya saja penyaluran kredit yang mereka
lakukan adalah hanya untuk kredit konsumsi bukan untuk kredit
pembangunan infrastruktur atau untuk industri yang dapat menyerap
banyak tenaga kerja, yang lebih tertuju pada sektor riil. Secara
keseluruhan bank asing mempunyai kinerja yang lebih baik dari bank
umum, baik dari segi laba yang diperoleh maupun tingkat efisiensinya
.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Bank Asing dan Umum, Indonesia.
PENDAHULUAN
Di Indonesia bank-bank dengan kepemilikan asing terbagi dalam tiga kelompok,
yaitu yang beroperasi: (i) sebagai kantor cabang (disebut sebagai bank asing); (ii)
sebagai anak perusahaan (subsidiary), baik melalui joint venture dengan bank
domestik (disebut bank campuran), atau melalui merger dan akuisisi pada bank
domestik yang terjadi pada periode paska krisis 1997 (program divestasi); dan
(iii) sebagai kantor perwakilan. Sampai dengan Juni 2007, jumlah bank asing di
Indonesia sebanyak 11 bank, hanya bertambah 1 bank dengan beroperasinya
kembali Bank of China pada April 2003, dan bank campuran sebanyak 20 bank,
1
menurun dibandingkan dengan jumlah sebelum krisis (tidak termasuk bank
dengan kepemilikan asing melalui program divestasi). Pada umumnya, sebagai
bank asing, maka strategi pelaksanaan kegiatan operasional serta kebijakan yang
diterapkan bank-bank tersebut akan cenderung sarat dengan kepentingan-kepentingan kantor pusatnya di luar negeri. Setiap rencana ke depan maupun
operasionalnya akan lebih banyak tergantung pada keputusan kantor pusat atau
kantor regional.
Latar belakang dibukanya kesempatan bank asing dan bank campuran
untuk beroperasi di Indonesia terkait dengan kebutuhan akan modal asing. Selain
itu, masuknya bank-bank tersebut ke Indonesia diharapkan dapat
mendorong perkembangan perbankan serta perekonomian nasional.
Secara umum, keuntungan yang diperoleh dengan masuknya bank-bank asing,
termasuk bank campuran, antara lain adalah sebagai saluran capital inflows untuk
ekonomi domestik, meningkatkan kompetisi antar bank, dan memperkenalkan
produkproduk yang lebih bervariasi. Namun demikian, tetap terdapat sisi negatif
yang perlu diantisipasi, terutama pada saat krisis, karena bank-bank tersebut dapat
berperan sebagai tempat untuk pelarian modal (capital flight), dan disamping itu
dana asing yang masuk tersebut dapat lebih bersifat temporer dan hanya untuk
mencari keuntungan sesaat (capital inflow during good times capital outflow
during bad times). Sementara itu, kompleksitas produk dan teknologi yang
dibawa bank asing dari negara maju belum tentu dapat dilihat dan dikuasai oleh
otoritas pengawas host country, sehingga bukannya meningkatkan pengaturan
dan proses pengawasan bank namun malah akan lebih memperburuk (Claessens,
Demirguc-Kunt, dan Huizinga, 2001).
Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan lima
aspek penilaian, yaitu : 1) capital; 2) assets; 3) management; 4) earnings; 5)
liquidity yang biasa disebut CAMEL. Aspek-aspek tersebut menggunakan rasio
keuangan. Hal ini menunjukan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk
menilai tingkat kesehatan bank. Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian kali
ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan rasio CAMEL dalam menilai
kinerja dan peranan antara bank asing dengan bank umum di Indonesia. Ratio
Camel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah LDR, ROA, BOPO dan
NPL.
Dengan masih adanya permasalahan intermediasi perbankan serta
kemungkinan terus berlanjutnya kegiatan spekulasi bank asing yang dapat
mempengaruhi perkembangan ekonomi domestik, maka perlu dibuat suatu kajian
mengenai peranan bank asing terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
Kajian tersebut akan membahas dan membandingkan kinerja bank asing, dan
bank domestik, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai peranan dari
masing-masing kelompok bank tersebut terhadap perekonomian nasional.
Rekomendasi yang diusulkan akan tergantung dari hasil kajian tersebut, yaitu
apakah perlu tetap mempertahankan bentuk bank asing sebagai kantor cabang
namun dengan pembatasan tertentu, atau merubah kantor cabang ke dalam bentuk
subsidiary, untuk kantor cabang bank asing yang telah ada dan untuk pembukaan
kantor bank asing selanjutnya.
2
Setelah menghitung rasio ROA, BOPO, NPL dan LDR dari masingmasing bank, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengujian
hipotesis yang membandingkan kinerja keuangan bank asing dan umum. Dalam
hal ini hipotesis yang diajukan adalah:
Hipotesis 1.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara return on assets bank Asing dan umum
setelah krisis perbankan.
Hiptesis 2.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara BOPO bank Asing dan umum setelah
krisis perbankan.
Hiptesis 3.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara Non Performing Loan ratio bank asing
dan umum setelah krisis perbankan.
Hiptesis 4.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara loan to deposit ratio bank asing dan
umum setelah krisis perbankan.
TELAAH PUSTAKA
Sebagai suatu lembaga keuangan seperti bank, dana merupakan sesuatu yang
sangat vital. Tidak dapat tidak bank mutlak memerlukan dana agar dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apaapa, artinya tidak dapat berfungsi sama sekali. Menurut Siamat (1993), dana bank
adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank
dan setiap waktu dapat dilunaskan.
Sumber uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal
bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau
dipercayakan pada bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik
sekaligus maupun secara berangsur-angsur.
Dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank
bersumber dari dana-dana sebagai berikut (Sinungan (1993 )).
a. Dana pihak kesatu
Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para
pemegang saham.
b. Dana pihak kedua
Dana pihak kedua adalah dana pinjaman dari pihak luar.
c. Dana pihak ketiga
Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak masyarakat.
Laporan Keuangan bagi suatu perusahaan adalah sebagai alat penguji dari
pekerjaan bagian pembukuan dan juga sebagai dasar untuk menentukan atau
menilai posisi keuangan perusahaan. Sebelum membahas secara mendalam
mengenai cara membaca, menganalisis dan menafsirkan kondisi keuangan suatu
perusahaan melalui laporan keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan
mengenai definisi akuntansi, sebab sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa
laporan keuangan merupakan produk akhir dari siklus akuntansi.
3
Analisis laporan keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan
neraca dan laporan rugi laba terhadap yang satu dengan yang lain, yang
memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap
keadaan suatu perusahaan tertentu. Menurut Prastowo (1995) analisis laporan
keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka
membentuk dan mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada
masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi
dan produksi yang paling mungkin mengenai produksi dan kinerja perusahaan
pada masa sekarang.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan analisa laporan keuangan adalah penilaian atas posisi keuangan suatu
perusahaan pada masa lalu dan masa sekarang dengan mempelajari angka-angka
atau data-data yang ada pada laporan keuangan guna memprediksi posisi
keuangan pada masa mendatang.
Teknik analisis yang biasa digunakan di dalam analisis laporan keuangan
adalah analisis ratio yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Partisipasi asing pada perbankan nasional kembali aktif sekitar tahun 1968
untuk mendorong sistem perbankan nasional. Partisipasi asing tersebut masuk
dalam bentuk pembukaan kantor cabang bank asing yang sampai dengan saat ini
masih berdiri. Tambahan satu kantor cabang bank asing terjadi pada April 2003
dengan diaktifkannya kembali Bank of China. Pembukaan kantor cabang bank
asing mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan
dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri.
Paska PAKTO 1988 saat liberalisasi perbankan, partisipasi asing semakin
meningkat dengan masuknya bank-bank asing melalui joint venture dengan bankbank domestik, dan sering disebut sebagai bank campuran. Kepemilikan bankbank asing pada bank campuran tersebut sesuai ketentuan yang berlaku sekarang
adalah maksimum sebesar 99%, naik dari ketentuan sebelumnya sebesar
maksimum 85%. Pembukaan bank campuran mengacu pada Peraturan Bank
Indonesia No. 2/27/PBI/2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang Bank Umum,
ketentuan yang sama yang juga mengatur mengenai bank domestik.
Sampai dengan akhir 2002, hanya 10 bank asing yang beroperasi di
Indonesia. Pada Mei 2004, dengan diaktifkannya kembali Bank of China, jumlah
bank asing menjadi 11 bank dengan total aset sebesar Rp103 triliun atau 8,77%
dari total aset perbankan. Total aset bank asing mengalami perkembangan yang
cukup signifikan apabila dibandingkan satu tahun sebelum krisis terjadi, yaitu
sebesar Rp14,37 triliun pada 1996 (2,85% dari total aset perbankan) atau
meningkat Rp88,63 triliun atau naik 617%. Perubahan yang signifikan tersebut
utamanya disebabkan adanya perubahan nilai tukar yang tajam yaitu dari Rp2.383
4
pada 1996 menjadi Rp9.210 per 1 dollarnya pada Mei 2004. Kondisi ini
mengakibatkan total aset bank asing yang portofolio valasnya cukup besar
meningkat dengan signifikan.
Dengan memasukkan bank campuran sebagai bagian dari kelompok bank
asing maka porsi total aset kelompok bank asing tersebut terhadap total aset
perbankan mencapai 7,74% pada 1996 menjadi 12,75% pada Mei 2004. Hal ini
utamanya disebabkan perkembangan bank campuran yang ternyata cukup
siginifkan terhadap total aset perbankan.
Sementara, dilihat dari undisbursed loan (UL)-nya, kelompok bank asing
dengan jumlah bank yang relatif sedikit memiliki UL yang cukup besar, bahkan
menyumbang 25,0% dari total UL perbankan selama 2004 yang sebesar Rp21,0
triliun (s.d. April 2004). Pada kelompok bank asing, UL tersebut lebih banyak
terjadi pada jenis kredit modal kerja dan pada sektor industri. Khusus sektor
industri, persentase pangsa UL tersebut lebih besar dibanding persentase
perbankan. Artinya, selain fokus bank asing di Indonesia tidak pada penyaluran
kredit, sektor riil yang telah diberikan alokasi kredit pun tidak mampu menyerap
secara baik dana yang telah disiapkan oleh kelompok bank tersebut.
Akibat krisis yang lalu, kualitas aktiva produktif khususnya kredit
kelompok bank asing relatif lebih buruk dibandingkan dengan industri perbankan
secara total. Hal ini tercermin dari NPL gross kelompok bank tersebut yang
termasuk tinggi bila dibandingkan dengan kelompok bank lain maupun dengan
industri perbankan, walaupun dengan kecenderungan menurun. Tercatat NPL
gross kelompok bank asing (April 2004) sebesar 11,5% dan NPL net sebesar
1,1%.
Hal tersebut mengakibatkan bank-bank asing paska krisis merubah
perilaku penyaluran kreditnya pada penempatan dana jangka pendek dan yang
memiliki risiko kecil yaitu pada jenis konsumsi terutama terkait dengan kegiatan
fee based income, khususnya pada kartu kredit. Akhir-akhir ini begitu variatif
jenis kredit konsumsi yang ditawarkan dengan limit terbatas seperti kredit tanpa
agunan dengan nominal dibawah Rp10 juta.
Dalam periode krisis yaitu sekitar tahun 1996-1998, pertumbuhan kredit
bank asing di negara-negara Asia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bank
domestiknya. Disamping Thailand yang cenderung meningkat, di Malaysia dan
Korea penyaluran kredit yang dilakukan bank asing cenderung menurun.
Pertumbuhan kredit bank asing di Malaysia mencapai 38%, sedangkan
pada bank domestik mencapai 38,2%, di Thailand dalam periode yang sama,
pertumbuhan kredit bank asing mencapai 20,6%, sedangkan pada bank domestik
mencapai negatif 8,5%; di Korea, pertumbuhan kredit bank asing mencapai
13,6%, sedangkan pada bank domestik mencapai 2,9% .
METODE PENELITIAN
Objek penelitian di dalam tesis ini adalah bank-bank umum nasional dan asing
yang terdaftar dalam direktori Bank Indonesia. Dari populasi yang ada akan
diambil sejumlah tertentu sebagai anggota sampelnya yaitu 4 bank umum nasional
dan 4 bank asing yang terdaftar direktori Bank Indonesia perioda 2002-2006.
5
Variabel dari penelitian ini adalah kinerja keuangan bank Asing dan bank
umum yang tercatat di Bank Indonesia dan indikator-indikator yang digunakan
untuk menilai kinerja bank adalah rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio
rentabilitas yaitu Return on Assets, BOPO serta rasio likuiditas yaitu Loan to
Deposit Ratio, dan Ratio aktiva produktif yaitu NPL, Skala pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.
Variabel yang digunakan dalam penelitian tentang kinerja keuangan bank
Asing dan bank umum pada bank yang tercatat di Bank Indonesia adalah kinerja
keuangan, yaitu suatu prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh manajemen
perusahaan dalam menjalankan fungsinya. Menurut Harahap, Sofjan Safrie (1999)
Indikator-indikator yang digunakan antara lain adalah:
Return on Assets (ROA), yaitu Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang
dihasilkan dari ratarata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah
laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan ratarata total asset
adalah ratarata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut
(SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) :
Labasebelumpajak
× 100%
Rata − ratatotalasset
BOPO, yaitu Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya
operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total
beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total
pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) :
ROA =
BiayaOperasional
× 100%
Pendapa tan Operasional
Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu Rasio ini digunakan untuk menilai
likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan
oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan
tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah
giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagi berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) :
BOPO =
LDR =
TotalKredit
× 100%
TotalDanaPihakKetiga
6
Non Performing Loan Ratio (NPL), yaitu indikator yang menunjukan
bagaimana posisi kredit bermasalah bank tersebut terhadap total kredit yang
diberikan. Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi
rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit
yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit
bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14
Desember 2001):
KreditBermasalah
× 100%
TotalKredit
Model yang digunakan dalam tulisan ini adalah Uji T (T test) untuk T
sample bebas. Uji T sample bebas digunakan untuk membandingkan rata-rata
beberapa kelompok kasus, agar hasil penelitiannya baik, subjek yang diteliti harus
dipilih secara random untuk kedua kelompok yang dibandingkan. Hal ini
dilakukan jika ada perbedaan dalam jawaban dikarenakan oleh adanya perlakuan
atau kurangnya perlakuan (treatment), bukan karena faktor lain. Untuk
membandingkan rata-rata dua sampel kecil. Persyaratan yang harus dipenuhi
adalah kedua sampel mempunyai varians yang sama. Metode yang digunakan
untuk menguji model ini adalah dengan mengunakan uji varians atau f dan uji t
Untuk melakukan analisis signifikansi terhadap model digunakan berbagai
pengujian statistik:
•
Ftest
•
t-test
Untuk mengukur pengaruh atau perbedaan kinerja antara variabel-variabel
dari dua kelompok yang berbeda digunakan uji F, dengan tingkat signifikansi 5%.
Apabila F hitung > F tabel berarti terdapat perbedaan kinerja antara variabelvariabel di dalam kedua kelompok tersebut.
Bila hasil dari uji beda varian tersebut adalah tidak terdapat perbedaan
atau kedua varian sama(Equal variances assumed) maka kita akan menggunakan
uji t-statistik dua arah dengan tingkat signifikansi 5%, dimana kriteria yang
berlaku adalah:
NPL =
Tabel 3.1 Perbandingan thit dan ttab
Membandingkan t hitung dengan tabel
Perbedaan kinerja antara dua variabel
dalam dua kelompok
t hit > t tab atau t hit < -t tab
→ signifikan
t tab < t hit < t tab
→ insignifikan
Dalam tesis ini untuk mengolah data digunakan program komputer Microsoft
Excel, program statistik SPSS ver 13.
7
PEMBAHASAN
Deskripsi Kinerja Keuangan Bank
Perhitungan rasio untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan yang terdiri dari rasio
rentabilitas dan rasio likuiditas didasarkan pada data laporan keuangan masing-masing
bank per 31 Maret 2002 dan per 31 Desember 2006. Bank asing didalam operasionalnya
berbasiskan cash based dan bank domestik berdasarkan accrual based, kedua konsep tersebut
dapat diperbandingkan dikarenakan masing-masing konsep mempunyai kelebihan dan
kekurangan yang dapat saling melengkapi, dimana kelebihan cash basis adalah mencerminkan
pengeluaran yang aktual, riil dan obyektif. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat
mencerminkan kinerja yang sesungguhnya karena dengan cash basis tidak dapat diukur
tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas dengan baik. Teknik
akuntansi berbasis akrual dinilai dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat
dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi,
sosial, dan politik.
Rentabilitas
Rentabilitas digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen menghasilkan laba melalui
penanaman pada seluruh aktiva yang ada serta mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh pendapatan operasionalnya.
a) ROA Bank Asing
return on average asset (ROA). Angka ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba bersih
dengan rata-rata asset total dengan standar terbaik 1,5%. Indikator efisiensi yang digunakan
adalah rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional atau lebih dikenal dengan rasio
BOPO. Kalkulasi BOPO di dapat dari membandingkan pendapatan bunga bersih dengan ratarata aktiva produktif. Rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional sebesar 92%,
seperti lazimnya digunakan Bank Indonesia.
Hasil perhitungan ROA bank asing tahun 2002-2006. Kita dapat melihat range dari
ROA bank asing adalah dari 0,013% sampai 5,19% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang
oleh bank HSBC pada periode Desember 2002 sebesar 5,19% sedangkan yang terendah
dipegang oleh bank ABN Amro dengan rata-rata terendah sebesar 0,013% pada periode
Desember 2003.
b) BOPO Bank Asing
Hasil perhitungan BOPO bank asing tahun 2002-2006. Kita dapat melihat range dari BOPO
bank asing adalah dari 11,99 sampai 61,53% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh
bank Standard pada periode Desember 2002 sebesar 61,53% sedangkan yang terendah
dipegang oleh bank Citibank dengan rata-rata terendah sebesar 11,99 pada periode Maret
2005.
c) ROA Bank Domestik
Hasil perhitungan ROA bank domestik tahun 2002-2006. Kita dapat melihat range dari ROA
bank domestik adalah dari 0,15% sampai 3,66% dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh
bank Mandiri pada periode Desember 2004 sebesar 3,66% sedangkan yang terendah
dipegang oleh bank BNI dengan rata-rata terendah sebesar 0,15% pada periode Maret 2006.
d) BOPO Bank Domestik
Tabel 4.4 menunjukkan hasil perhitungan BOPO bank domestik tahun 2002-2006. Dari tabel
ini kita dapat melihat range dari BOPO bank domestik adalah dari 25,74% sampai 81,18%
dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank BRI pada periode Maret 2002 sebesar
81,18% sedangkan yang terendah dipegang oleh bank Mandiri dengan rata-rata terendah
sebesar 25,74 pada periode Juni 2005.
Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu bank untuk dapat setiap saat memenuhi kewajibannya
yang segera dapat dibayar/jatuh tempo (kewajiban jangka pendeknya). Diantaranya rasio
likuiditas adalah Loan to deposit ratio (LDR) dan rasio interbank dengan aktiva produktif.
Angka LDR diperoleh dengan membandingkan antara seluruh penempatan dan seluruh dana
yang berhasil dihimpun ditambah modal sendiri. Standar terbaik LDR adalah 85% - 110%.
Sementara standar rasio interbank dengan aktiva produktif sebesar 20%, yang diperoleh dari
rata-rata perbankan.
a) LDR Bank Asing
Tabel 4.5 menunjukkan hasil perhitungan LDR bank asing tahun 2002-2006. Dari tabel ini
kita dapat melihat range dari LDR bank asing adalah dari 32,72% sampai 81,94% dimana
rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank HSBC pada periode Juni 2005 sebesar 81,94%
sedangkan yang terendah dipegang oleh bank ABN Amro dengan rata-rata terendah sebesar
32,72% pada periode September 2003.
b) NPL Bank Asing
Tabel 4.6 menunjukkan hasil perhitungan NPL bank asing tahun 2002-2006. Dari tabel ini
kita dapat melihat range dari NPL bank asing adalah dari 0,91% sampai 31,84%, dimana ratarata tertinggi ini dipegang oleh bank Standard pada periode Maret 2006 sebesar 31,84%,
sedangkan yang terendah dipegang oleh bank Citibank dengan rata-rata terendah sebesar 0,91
pada periode Maret 2004.
c) LDR Bank Domestik
Tabel 4.7 menunjukkan hasil perhitungan LDR bank domestik tahun 2002-2006. Dari tabel
ini kita dapat melihat range dari LDR bank domestik adalah dari 15,71% sampai 71,29%
dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank Mandiri pada periode September 2005
sebesar 71,29% sedangkan yang terendah dipegang oleh bank BCA dengan rata-rata
terendah sebesar 15,71% pada periode Maret 2002.
d) NPL Bank Domestik
Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan NPL bank domestik tahun 2002-2006. Dari tabel
ini kita dapat melihat range dari NPL bank domestik adalah dari 0,19% sampai 12,15%,
dimana rata-rata tertinggi ini dipegang oleh bank BRI pada periode Juni 2005 sebesar
12,15%, sedangkan yang terendah dipegang oleh bank Mandiri dengan rata-rata terendah
sebesar 0,19% pada periode September 2004.
Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata penilaian atau kinerja yang signifikan
antara return on assets, BOPO, NPL, LDR bank Asing dan domestik setelah krisis perbankan
dilakukan uji statistik Independent samples T-test.
Hasil analisis dengan mengunakan Independent samples T-test memberikan 2
kelompok hasil analisis, yaitu group statistik dan independent sample test, dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil analisis group statistik
Tabel 4.10 Hasil analisis Independent sample test
Secara keseluruhan baik bank asing maupun bank domestik menunjukkan perbedaan
yang cukup signifikan baik dilihat dari faktor rentabilitas maupun likuiditasnya. Dari sisi
rentabilitas dapat dilihat bahwa Return on Assets (ROA) dari bank asing lebih tinggi daripada
bank domestik ini menunjukan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah
digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan bank, untuk bank asing
peningkatan jelas terlihat dari sisi pendapatan non bunga atau fee base income seperti trade
finace ataupun kredit card, selain itu penyaluran kredit bank asing juga lebih baik dari bank
domestik walaupun kredit yang mereka lebih focus kepada kredit konsumsi dengan plafon
yang tidak terlalu tinggi dan berjangka waktu pendek seperti kartu kredit sehingga ROA
mereka lebih besar dari bank domestik.
Dari sisi rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) bank
asing juga mempunyai nilai rata-rata yang lebih rendah dari bank domestik, ini berarti bank
asing mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi dalam melakukan operasional perbankannya
dikarenakan bank asing lebih menitikberatkan pada ekspansi fee base income dimana dari sisi
pemasarannya lebih membutuhkan biaya operasional yang lebih kecil dibandingkan bank
domestik yang untuk melakukan ekspansi kreditnya membutuh biaya yang besar dan resiko
yang lebih besar juga karena bila kredit tersebut macet maka pihak bank harus mengeluarkan
biaya tambahan untuk pencairan kredit macet tersebut, selain itu biasanya bank domestik
mempunyai pandangan bahwa untuk lebih dikenal dan dapat lebih banyak mendapatkan
nasabah baru maka harus mempunyai gedung yang megah dan tempat transaksi yang
eksklusif hal tersebut juga merupakan salah satu faktor penyebab tingginya biaya operasional
mereka.
Dari sisi rentabilitas atau aktiva produktif dapat dilihat bahwa bahwa LDR dari bank
asing lebih tinggi daripada bank domestik ini menunjukan bahwa penyaluran kredit bank
asing lebih besar ini dikarenakan bank asing lebih terfokus kepada kredit konsumsi dengan
plafon yang tidak terlalu tinggi dan berjangka waktu pendek seperti kartu kredit sehingga
LDR mereka lebih besar dari bank domestik. Salah satu faktor yang menyebabkan LDR bank
domestik masih rendah adalah karena bank domestik masih belum berani melakukan
ekspansi kredit sehingga dana masyarakat yang ada hanya dihimpun menjadi dana tidak
produktif dan hanya digunakan untuk membeli SBI saja. Dari sisi aktiva produktif terutama
dari sisi rasio NPL bank asing lebih tinggi daripada bank domestik ini dikarenakan tingkat
penyaluran kredit mereka yang lebih tinggi dari bank domestik sehingga tingkat kredit macet
yang terjadi pada bank asing juga lebih tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap keseluruhan kelompok bank dengan menggunakan
metode Independent samples T-test diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio LDR bank asing dengan bank domestik,
dimana bank asing mempunyai rata-rata yang jauh lebih tinggi dari bank domestik.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio ROA bank asing dengan bank domestik,
dimana bank asing mempunyai rata-rata yang jauh lebih tinggi dari bank domestik. ROA
yang lebih tinggi dari bank domestik ini merupakan suatu hal yang berdampak negatif bagi
kondisi perbankan kita, karena semakin tingginya laba pendapatan yang mereka dapatkan
berarti itu merupakan keuntungan bagi negara asalnya, karena semua keuntungan tersebut
akan dana segar bagi negaranya tersebut.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio BOPO bank asing dengan bank domestik,
dimana bank asing mempunyai rata-rata yang jauh lebih rendah dari bank domestik, dari rasio
BOPO bank asing mempunyai tingkat efisiensi yang cukup tinggi.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio NPL bank asing dengan bank domestik,
dimana bank asing mempunyai rata-rata yang jauh lebih tinggi dari bank domestic, NPL yang
lebih tinggi dari bank domestik ini dikarenakan bank asing lebih tinggi tingkat penyaluran
kreditnya sehingga resiko kredit yang macet lebih tinggi.
Kondisi tersebut diatas, tentunya dapat menjadi pertimbangan dalam menetapkan kebijakan
terhadap peningkatan peranan bank asing dalam melakukan penyaluran kredit sehingga bank
asing dapat lebih berperan dalam perkembangan ekonomi domestik dan menjadi motivator
investor asing untuk kembali berinvestasi di Indonesia.
Saran
Dalam rangka memperkuat komitmen bank asing terhadap perkembangan perekonomian
Indonesia, kiranya dapat menjadi pertimbangan peninjauan kedududukan hukum lembaga
bank asing tersebut di Indonesia. Salah satu alternatif adalah dengan mendorong bank asing
untuk melakukan konversi menjadi bank domestik (locally incorporated bank). Hal ini juga
dilakukan di Thailand yaitu sejalan dengan implementasi Thailand Financial Master Plan
oleh Bank of Thailand yang mendorong bank asing (sahamnya sebagian dimiliki asing) untuk
melakukan konversi menjadi bank domestik.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan peranan perbankan baik Asing
maupun domestik di dalam prekonomian kita adalah sebagai berikut:
a) Pengaturan tentang pertumbuhan kredit
Pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi secara bertahap minimal sama dengan
pertumbuhan kredit keseluruhan dengan komposisi jenis jumlah kredit yang seimbang
khususnya mengingat bahwa pada saat ini terdapat ekses likuiditas yang sangat besar
sehingga mengganggu perekonomian. Penerapan ketentuan diperkirakan tidak akan
bertentangan dengan komitmen di WTO karena ditujukan untuk pelaksanaan pengawasan
bank dan efektivitas kebijakan moneter.
Adapun implikasi ketentuan ini adalah bank akan merasa dipaksa sehingga apabila kredit
bank kemudian memburuk maka bank dapat berkilah untuk ikut meminta
pertanggungjawaban Bank Indonesia.
b) Penetapan alokasi kredit
Kantor cabang bank asing tersebut dan bahkan seluruh bank dapat diminta untuk mengadakan
alokasi dana untuk penyaluran kredit dari total dana pihak ketiga (DPK) yang diperolehnya
secara bertahap. Dengan mempertimbangkan rasio LDR Kantor cabang bank asing pada saat
ini maka penetapan rasio dapat diusulkan sebesar 60% dan dapat disesuaikan dengan kondisi
perekonomian dan bank yang bersangkutan.
c) Kebijakan Pemerintah
Bank domestik juga harus diberikan suatu kemudahan untuk penyaluran kredit kepada sektor
riil sehingga dana yang ada dapat digunakan untuk meningkat ekonomi negara kita. Selain itu
diharapkan juga terjadinya suatu transisi kebijakan pada bank domestik untuk mulai. Untuk
itu pemerintah harus mengeluarkan peraturan yang dapat mendorong pertumbuhan disektor
perbankan seperti meningkatkan jumlah pemberian kredit bersama sehingga bank domestik
dapat ikut serta di dalam pembangunan infrastruktur dan industri yang berskala besar, seperti
pembangunan monorail, busway dan industri otomotif di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Aliber, Robert Z. 1984.”International banking a survey”, Journal of Money, Credit and Banking.
2.
Claessens, Stijn, Aslé Demirgüç-Kunt, and Harry Huizinga. 1997. How Does Foreign Entry
Affect the Domestic Banking Market? mimeo, World Bank.
3.
Clarke, George dan Robert Cull. 1999. Provincial Bank Privatization in Argentina: The Why,
the How, and the So What, mimeo, World Bank.
4.
Demirgüç-Kunt, Aslé, and Harry Huizinga. 1997. Determinants of commercial bank interest
margins and profitability: some international evidence, mimeo, World Bank.
5.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta.
6.
Grady, D.B. 1990. Managing Commercial Banks: Community, Regional and Global. Prentince
Hall Inc. New Jersey.
7.
Howard, D. Crosse dan George, H. Hempel. 1973. Management Policies for Commercial Banks.
Prentice-Hall. Inc. Englewood Cliffs. New York.
8.
Jonathan, Sarwono.2006. Paduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Edisi pertama. Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
9.
Koch, T.W. & MacDonald, S.S. 2000. Bank Management. Philadelphia: the Dryden Press.
10.
Malayu, S.P. 2001. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Pertama. PT Elex Media Komputindo.
Jakarta.
11.
Mudrajad Kuncoro, Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis
dan Ekonomi. Edisi Kedua. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
12.
Pigott, Charles. A. 1992. Financial Reform and the Role of Foreign Banks in Pacific Basin
Nations,” in Hang-Sheng Cheng, ed., Financial Policy and Reform in Pacific Basin Countries,
Lexington, Mass. Lexington Books.
13.
Siamat, Dahlan. 1993. Manajemen Bank Domestik. Intermedia. Jakarta.
14.
Singgih, Santoso. 2001. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Edisi keempat. PT
Elex Media Komputindo. Jakarta.
15.
Sinungan, M. 2000. Manajemen Dana Bank. PT Bumi Aksara. Jakarta.
16.
Soedijono, Reksoprajitno. 1993. Pengantar Manajemen Bank Domestik. Gunadarma. Jakarta.
17.
Goldberg, Lawrence G., dan Anthony Saunders. 1981. “The determinants of foreign banking
activity in the United States”. Journal of Banking and Finance 5.
18.
DeYoung, Robert dan Daniel E. Nolle. 1996.”Foreign-owned banks in the United States:
earning market share or buing it”. Journal of Money, Credit and Banking 28.
19. Stijn Claessens, Aslé Demirgüç-Kunt, and Harry Huizinga. 1996. “How does foreign entry
affect the domestic banking market?”. Journal of Banking and Finance 8.
Download