Asing Terus Berburu Bisnis Keuangan RI Tak hanya ke bank, asing masuk asuransi, hingga perusahaan aset manajemen JAKARTA. Industri keuangan Indonesia terus membetot minat investor asing. Tak hanya ke perbankan, asing juga masuk ke industri keuangan non bank, mulai dari perusahaan pembiayaan, asuransi hingga perusahaan asset manajemen, (lihat infografik) Yang terbaru: Deutsche Investitions-und Entwicklungsgesellschaft mbH (DEG) yang masuk ke Group Malacca Trust. Salah satu bank pembangunan terbesar di Eropa ini masuk bisnis Malacca Trust Pte Ltd dengan membeli 13,47% saham. Sayang, Rudy Johansen, Direktur Malacca Trust enggan membeberkan nilai transaksi pembelian saham itu. Tapi, ia memastikan, masuknya DEC akan ada kemudahan dalam kredit dengan bank,” ujar dia, kemarin. Saat ini, Malacca Trust membawahi beberapa perusahaan di sektor keuangan yakni Batavia Prosperindo Finance, Batavia Prosperindo Aset manajemen, Batavia Prosperindo Sekuritas, Asuranci Malacca Wuwungan Trust Insurance dan Malacca Trust Finance. Investor asing lain yang lebih dulu masuk sektor keuangan adalah Itochu Corporation. Perusahaan asal Jepang ini membeli saham PT Hitachi Construction Machinery Finance. Itochu membeli separo atau 50% saham Hitachi Finance milik Hitachi Construction Machinery Ltd. Investor Jepang lain, Nomura Holdings juga sudah menyampaikan minat menjajal bisnis pembiayaaan infrastruktur di Indonesia. Tak hanya asuransi dan perusahaan pembiayaan, investor asing juga memburu perusahaan aset manajemen, Dua hedge fund ternama dunia, Farallon Capital LLC dan PneBeridge Investment semisal, berniat mengakuisisi 80% saham AAA Aset Management. Proposal dari Farallon dan PneBridge bahkan suah masuk ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun OJK minta tambahan dokumen. Tapi, “Sampai saat ini, mereka belum menyampaikan dokumen tambahan,” ujar Fakhri Hilmi, Kepala Departemen bidang Pengawasan Pasar Modal II OJK ke KONTAN, kemarin. Franklin Templeton juga dikabarkan melirik perusahaan keuangan Indonesia. Namun belum jelas siapa yang akan dibidik perusahaan investasi asal Luksemburg ini. Saat ini, Franklin Templeton lewat kendaannya, Franklin Templeton Investment Fund, sudah memiliki 6,79% salam Bank Danamon. Dumoli Pardede, Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non bank (OJK) mengakui, akhir-akhir ini, beberapa perusahaan asing menyambangi OJK. Belum mengajukan izin resmi akuisisi, “Sejauh ini, mereka baru sampaikan minat masuk ke asuransi dan pembiayaan,” kata dia ke KONTAN, Senin (16/3). Koran TEMPO, Rabu18 Maret 2015