Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011 95 KARAKTERISTIK

advertisement
95
KARAKTERISTIK DAN KORELASI ANTAR SIFAT HIBRIDA HASIL PERSILANGAN
ANTAR SPESIES KACANG HIJAU DENGAN KACANG BERAS
CHARACTERISTIC AND CORRELATION AMONG TRAITS OF HYBRIDS OF
INTERSPECIFIC HYBRIDIZATION BETWEEN MUNGBEAN AND RICEBEAN
Lestari Ujianto a), Nur Basuki b), Kuswanto b) dan Astanto Kasno c)
a).
Fakultas Pertanian Universitas Mataram
b).
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang
c).
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan karakteristik pada hibrida hasil persilangan
antar spesies kacang hijau dengan kacang beras dan menduga besarnya koefisien korelasi genotipik dan
fenotipik antar sifat-sifat kuantitatif hibrida. Penelitian ini terdiri dari tiga macam kegiatan yaitu
persilangan antar spesies kacang hijau dengan kacang beras, silang balik dan perbanyakan F1, dan
evaluasi populasi yang ada. Penelitian dilakukan mulai September 2009 sampai Januari 2011.
Penanaman untuk persilangan dilakukan secara periodik. Rancangan yang digunakan untuk evaluasi
adalah rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas empat varietas kacang
hijau yaitu Manyar(MR), Merak(MK), Sampeong(S), Vima(V), dua genotip kacang beras yaitu yang
berbiji kuning(RBK) dan berbiji merah(RBM), dan delapan hibrida hasil persilangan MR x RBK, MR x
RBM, MK x RBK, MK x RBM, S x RBK, S x RBM, V x RBK, V x RBM. Data dianalisa dengan
korelasi genotipik dan fenotipik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: karakteristik hibrida hasil
persilangan antar spesies kacang hijau dan kacang beras berkisar diantara karakteristik kedua tetua baik
sifat kualitatif maupun kuantitatif. Berat biji kering per tanaman berkorelasi positif nyata baik secara
genotipik maupun fenotipik dengan jumlah polong per tanaman dan jumlah tangkai daun. Implikasinya
adalah perbaikan daya hasil hibrida dapat dilakukan melalui perbaikan jumlah polong per tanaman dan
jumlah tangkai daun.
ABSTRACT
The objectives of this research were to determine the characteristic change of hybrids of interspecific
hybridization between mungbean and ricebean and estimate coefficient of genotypic and phenotypic
correlation among quantitative characters of hybrids. This research consisted of three activities:
interspecific hybridization between mungbean and riceban, backcross and reproduction of F1, and
evaluation of all populations. The research was conducted from September 2009 until January 2011.
Planting for hybridization was conducted periodically. Design used in this research was randomized
completely block design with four replications. The treatments consisted of four mungbean varieties
i.e.Manyar(MR), Merak(MK), Sampeong(S), Vima(V), two genotypes of ricebean i.e. yellow seed
ricebean(RBK) and red seed ricebean(RBM), and eight hybrids of crossing MR x RBK, MR x RBM, MK
x RBK, MK x RBM, S x RBK, S x RBM, V x RBK, V x RBM. Data was analyzed using genotypic and
phenotypic correlation. The results of this research showed that the qualitative and quantitative
characteristics on hybrids of interspecific hybridization between mungbean and ricebean were
intermediate between characteristics of both parents, Weight of seeds per plant has positive significant
correlation both genotypic and phenotypic with number of pods per plant and number of leave stalks.
The implication is the improvement of yield potential of hybrids could be done through improvement of
number of pods per plant and number of leave stalks.
__________________________________
Kata kunci: persilangan antar spesies, hibrida, kacang hijau, kacang beras, korelasi,
Key words: Interspecific hybridization, hybrids, mungbean, ricebean, correlation
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan dari persilangan antar
spesies pada tanaman yaitu untuk mendapatkan
ekspresi karakter baru yang tidak nampak pada
kedua spesies tetuanya. Persilangan antar spesies
juga ditujukan untuk menambah keragaman
genetik atau untuk menimbulkan keragaman
baru sehingga memperbesar keragaman di alam
Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
96
atau
koleksi
yang
sudah
ada
serta
memperbanyak materi pemuliaan(Chen, et al.,
1983; Choudary, et al., 2000). Menurut
Gomathinayagam et al., 1998, tujuan
persilangan antar spesies tergantung pada tujuan
program pemuliaan yang ingin dicapai. Oleh
karena itu persilangan antar spesies dapat
menyebabkan
perubahan
karakter
pada
keturunannya baik kualitatif maupun kuantitatif.
Persilangan
antar
spesies
dapat
mengakibatkan karakteristik keturunannya akan
beragam antara pasangan persilangan yang satu
dengan yang lain baik yang disebabkan oleh
faktor genetik maupun lingkungan. Tingkat
keragaman
karakter
keturunan
sangat
dipengaruhi oleh tetua yang digunakan(Ahn dan
Hartmann, 1978). Keturunan pertama hasil
persilangan merupakan rekombinasi gen-gen
dari kedua tetuanya. Apabila keturunan ini
ditanam maka akan terjadi pemisahan kembali
(segregasi) dan menghasilkan keragaman pada
keturunannya. Keragaman pada populasi F2
tergantung pada banyaknya kombinasi alel
(genotip) yang terbentuk. Banyaknya kombinasi
alel pada F2 mengikuti rumus 4n dimana n
adalah banyaknya gen. Keragaman populasi F2
adalah lebih besar dari populasi F1 karena
populasi F2 mengalami segregasi secara bebas.
Semakin banyak gen yang mengendalikan maka
semakin banyak kombinasinya alel dan akan
semakin besar keragaman pada populasi F2
(Belanger et al., 2003).
Dalam rangka perakitan varietas unggul
baru yang berdaya hasil tinggi, pemulia dapat
melakukan perbaikan hasil melalui perbaikan
komponen hasil. Salah satu komponen hasil
kacang hijau yang penting adalah jumlah polong
per tanaman. Dengan perbaikan jumlah polong
per tanaman diharapkan akan terjadi perbaikan
daya hasil jika komponen hasil yang lain dapat
dipertahankan (Arshad, et al., 2009; Ghafoor et
al., 2002). Untuk itu pemulia perlu sumber
plasma nutfah yang memiliki jumlah polong per
tanaman yang tinggi. Kacang beras (Vigna
umbellata (Thunb.) Ohwi & Ohashi) yang
dikenal dengan rice bean memiliki jumlah
polong per tanaman yang tinggi.
Selain
memiliki jumlah polong yang tinggi, kacang
beras tahan terhadap beberapa hama penting
kacang hijau seperti hama kumbang bubuk
(Ullah, et al., 2007; Somta, et al., 2006). Oleh
karena itu kacang beras cocok dijadikan tetua
donor untuk perakitan kacang hijau yang
berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama
penting. Untuk menggabungkan keunggulan
sifat tersebut perlu dilakukan persilangan antar
spesies kacang hijau dengan kacang beras.
L. Ujianto dkk: Karakteristik dan korelasi …
Dengan persilangan antar spesies ini juga
diharapkan dapat meningkatkan keragaman
genetik pada keturunannya.
Karakter keturunan hasil persilangan
merupakan kombinasi atau gabungan dari
karakter kedua tetuanya. Oleh karena itu akan
ada perbedaan karakteristik keturunan dengan
kedua tetuanya.
Tingkat perbedaannya
tergantung pada seberapa besar faktor genetik
tetua yang diwariskan kepada keturunannya
(Hadley dan Openshaw, 1980). Banyak
informasi genetik yang dapat dikaji pada
keturunan hasil persilangan terutama tentang
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
karakteristik dan korelasi genotipik. Tujuan
penelitian ini adalah untuk : 1). mengetahui
perubahan karakteristik pada hibrida hasil
persilangan antar spesies kacang hijau dengan
kacang
beras
dan
sekaligus
untuk
mengkonfirmasi keberhasilan persilangan, 2).
Menduga besarnya koefisien korelasi genotipik
dan fenotipik antar sifat-sifat kuantitatif hibrida.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari tiga kegiatan, yaitu
1). Persilangan antar spesies kacang hijau
dengan kacang beras, 2). Silang balik dan
perbanyakan F1, 3). Evaluasi populasi yang ada.
Bahan yang digunakan yaitu empat varietas
unggul
kacang
hijau
yang
berbeda
karakteristiknya (Manyar, Merak, Sampeong dan
Vima) dan dua genotip kacang beras (berbiji
kuning dan merah). Penanaman untuk
persilangan
dilakukan
secara
periodik.
Penanaman
dilakukan
pada
pot
agar
memudahkan dalam kegiatan hibridisasi.
Sebelum penanaman, dilakukan persiapan media
tanam. Tanah yang digunakan adalah tanah
regosol. Tanah dikeringanginkan selama 1
minggu kemudian dilembutkan.
Sebelum
dimasukkan ke dalam pot, tanah diaduk dahulu
sampai homogen, selanjutnya dimasukkan dalam
pot dengan volume yang sama. Setiap pot
ditanami dengan dua benih.
Pemupukan dilakukan pada awal penanaman
dengan dosis 1 g Urea, 2 g Superphos, dan 1 g
K.Cl per tanaman. Pemberian pupuk dilakukan
bersamaan pada saat tanam dengan jarak 5 cm
dari lubang tanam. Penyiangan dilakukan setiap
minggu,
pengairan
disesuaikan
dengan
kebutuhan tanaman, dan pengendalian hama
menggunakan Confidor 200 SL dengan
konsentrasi 2 ml l-1.
Persilangan guna
membentuk populasi F1 antar spesies dan
BC1.1. mengacu metode yang dilakukan oleh
IITA Research Guide 42 Hand Crossing of
97
Cowpea (Myers, 1996). Emaskulasi dilakukan
dengan cara memotong 1/3 bagian bunga betina
yang diperkirakan besoknya akan mekar.
Polinasi dilakukan pada pagi hari.
Evaluasi hibrida hasil persilangan antar
spesies kacang hijau dengan kacang beras untuk
mengkaji karakteristik dan korelasi antar sifat
dilakukan di lapang. Rancangan yang digunakan
untuk evaluasi adalah rancangan acak kelompok
dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas 4
tetua betina, 2 tetua jantan, 8 populasi F1, 4
populasi silang balik, dan 4 populasi F2. Luas
lahan yang digunakan adalah kurang lebih 1500
m2. Petak lahan dibagi dalam 10 blok, 8 blok
untuk evaluasi dan 2 blok untuk penanaman
tanaman cadangan, dengan ukuran 40 m x 2,5 m
dan tiap blok dibagi dalam plot-plot. Adapun
jarak tanamnya yaitu 40 cm x 15 cm.
Pemupukan menggunakan 50 kg ha-1 Urea,
100 kg ha-1 Superphos dan 50 kg ha-1 KCl.
Pupuk diberikan bersamaan dengan penanaman.
Pemupukan dilakukan secara tugal dengan jarak
5 cm dari tanaman. Penyiangan dilakukan pada
saat tanaman berumur 2 dan 4 minggu setelah
tanam. Pengendalian hama digunakan Confidor
200 SL dengan konsentrasi 2 ml l-1 air.
Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman
berumur 14 dan 28 hari setelah tanam. Untuk
pengendalian penyakit digunakan Dithane M-45
80WP dengan konsentrasi 2 g l-1. Penyemprotan
dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari
setelah tanam. Pengairan tidak dilakukan karena
kebutuhan air sudah cukup dari air hujan.
Pemanenan dilakukan apabila batang sudah
mengeras, daun menguning dan sebagian
berguguran, polong sudah berisi penuh dan
keras.
Korelasi antar sifat tanaman diduga dengan
analisis korelasi genotipik (rg) dan korelasi
fenotipik (rp) dengan persamaan yang diajukan
oleh Singh dan Chaudhary (1979).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik populasi keturunan hasil
persilangan antar spesies kacang hijau dengan
kacang
beras
menunjukkan
adanya
penggabungan sifat dari kedua tetuanya. Hal ini
ditunjukkan oleh karakteristik kualitatif dan
kuantitatif. Karakteristik baik kualitatif maupun
kuantitatif populasi keturunan hasil persilangan
umumnya berada pada kisaran antara tetua
betina yaitu kacang hijau dan tetua jantan yaitu
kacang beras. Pada Tabel 3 terlihat bahwa
karakteristik
kualitatif
keturunan
hasil
persilangan berada pada kisaran kedua tetuanya
terutama warna bunga, warna biji, warna tangkai
daun, warna hipokotil dan tipe pertumbuhan.
Kacang hijau varietas Manyar warna bunganya
kuning kelabu disilangkan dengan kacang beras
berbiji kuning dengan warna bunga kuning cerah
menghasilkan keturunan dengan warna bunga
kuning.
Lebih jelas lagi terlihat terjadinya
penggabungan sifat yaitu pada warna biji.
Kacang hijau varietas Manyar dan Vima
memiliki warna biji hijau kusam disilangkan
dengan kacang beras berbiji kuning (RBK)
menghasilkan keturunan dengan warna biji hijau
kusam agak kekuningan. Kacang hijau varietas
Manyar dan varietas Vima berbiji hijau kusam
disilangkan dengan kacang beras berbiji merah
(RBM) menghasilkan keturunan dengan warna
biji hijau kusam kemerahan. Kacang hijau
varietas Merak dan Sampeong yang memiliki
biji berwarna hijau mengkilat disilangkan
dengan
kacang
beras
berbiji
kuning
menghasilkan keturunan dengan warna biji hijau
mengkilat kekuningan. Kacang hijau varietas
Merak dan Sampeong berbiji hijau mengkilat
disilangkan dengan kacang beras berbiji merah
menghasilkan keturunan dengan warna biji hijau
mengkilat kemerahan.
Tabel 1. Analisis Keragaman Salah Satu Peubah yang Diamati
Sumber Keragaman
Derajat
Bebas
Blok
r-1
JKB
KTB
KTB/KTE
Perlakuan
p-1
JKP
KTP
KTP/KTE
JKE
KTE
Error
(r-1)(p-1)
Total
r.p-1
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F hitung
Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
98
Tabel 2. Analisis Peragaman antar Dua Peubah yang Diamati
Sumber Keragaman
Blok
Perlakuan
Error
Total
Derajat
Bebas
r-1
p-1
(r-1)(p-1)
r.p-1
Hasil Kali
Tengah
HKTB
HKTP
HKTE
F hitung
NHKT
HKTB/HKTE
HKTP/HKTE
Cove + gCovB
Cove + r CovG
Cove
CovG = (HKTG – HKTE) / r
CovP = CovG + CovE
σ2g = (KTG - KTE) / r
σ2p = σ2g + σ2e
σ2e = KTE
rg = CovG / (σ2gx . σ2gy)1/2
rp = CovP / (σ2px . σ2py)1/2
Tabel 3. Sifat-sifat Kualitatif Tetua dan Keturunan Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan Kacang
Beras
No
Genotip
Warna
Bunga
Kuning
kelabu
WarnaTang
kai Daun
Merah
Hijau kusam
kehijauan
Hijau agak
Hijau
kekuningan
kemerahan
Hijau agak
Hijau
kemerahan
kemerahan
Hijau
Hijau
mengkilap
Hijau agak
Hijau
kekuningan
Hijau agak
Hijau agak
kemerahan
kemerahan
Hijau
Hijau
mengkilap
kemerahan
Hijau agak
Hijau
kekuningan
kemerahan
Hijau agak
Hijau
kemerahan
kemerahan
Hijau kusam
Hijau
Hijau agak
Hijau
kekuningan
Hijau agak
Hijau agak
kemerahan
kemerahan
Warna Biji
1
MANYAR
2
MANYAR X RBK
Kuning
3
MANYAR X RBM
Kuning
4
MERAK
Kuning
5
MERAK X RBK
Kuning
6
MERAK X RBM
Kuning
7
SAMPEONG
Kuning
kelabu
8
SAMPEONG XRBK
Kuning
9
SAMPEONG X RBM
Kuning
10
VIMA
Kuning
11
VIMA X RBK
Kuning
12
VIMA X RBM
Kuning
13
RBK
Kuning
cerah
Kuning
14
RBM
Kuning
Merah
Warna tangkai daun dan warna hipokotil
keturunan hasil persilangan juga berada pada
kisaran kedua tetuanya. Kacang hijau varietas
L. Ujianto dkk: Karakteristik dan korelasi …
Warna
Hipokotil
Merah
kehijauan
Hijau
kemerahan
Hijau
kemerahan
Tipe Pertum
buhan
Semideterminit
Semideterminit
Semideterminit
Hijau
Determinit
Hijau
semideterminit
Hijau
semideterminit
Merah
kehijauan
Hijau
kemerahan
Hijau
kemerahan
Hijau
Semideterminit
Semideterminit
Semideterminit
Determinit
Hijau
semideterminit
Hijau
semideterminit
Hijau
Hijau
Semideterminit
Merah
kehijauan
Hijau
kemerahan
Semideterminit
Manyar memiliki hipokotil dan tangkai daun
berwarna merah kehijauan disilangkan dengan
kacang beras berbiji kuning yang memiliki
99
hipokotil dan tangkai daun berwarna hijau
menghasilkan keturunan dengan hipokotil dan
tangkai daun berwarna hijau kemerahan.
Demikian juga kacang hijau varietas Sampeong,
hipokotilnya
berwarna
merah
kehijauan
disilangkan dengan kacang beras berbiji kuning
yang hipokotilnya berwarna hijau menghasilkan
keturunan dengan hipokotil berwarna hijau
kemerahan. Kacang hijau varietas Merak warna
tangkai daunnya hijau disilangkan dengan
kacang beras berbiji merah dengan warna
tangkai daun merah kehijauan menghasilkan
keturunan dengan tangkai daun berwarna hijau
kemerahan. Kacang hijau varietas Merak dan
Vima memiliki tipe pertumbuhan yang
determinit disilangkan dengan kacang beras
yang memiliki tipe pertumbuhan semideterminit
menghasilkan keturunan yang cenderung semi
determinit.
Karakteristik kuantitatif yang sangat berbeda
antara kacang hijau dengan kacang beras yaitu
tinggi tanaman, jumlah polong, umur panen, dan
berat biji per tanaman. Kacang beras yang
memiliki tipe pertumbuhan semideterminit
memiliki tinggi tanaman yang cukup besar
terutama jika ditanam dilahan sawah dan pada
musim penghujan. Kacang hijau kebanyakan
memiliki tipe pertumbuhan yang determinit.
Umur panen kacang beras untuk panen pertama
sekitar tiga bulan sedangkan kacang hijau
kebanyakan varietas memiliki umur panen dua
bulan. Karakteristik kacang beras yang lainnya
yaitu jumlah polongnya yang banyak dan berat
biji per tanamannya yang tinggi.
Karakteristik kuantitatif populasi keturunan
hasil persilangan antar spesies kacang hijau
dengan kacang beras berada diantara
karakteristik kedua tetua terutama yang mudah
diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah polong per
tanaman, umur panen dan berat biji per tanaman
(Gambar 1-4). Kacang hijau varietas Merak
dengan rata-rata tinggi tanaman 48,5 cm
disilangkan dengan kacang beras berbiji kuning
dan merah dengan rata-rata tinggi tanaman 85
cm menghasilkan keturunan dengan rata-rata
tinggi tanaman 60 cm. Kacang hijau varietas
Vima yang memiliki rata-rata jumlah polong
17,5 disilangkan dengan kacang beras berbiji
kuning yang memiliki rata-rata jumlah polong
81 menghasilakan keturunan yang memiliki
jumlah polong rata-rata 26,8. Kacang hijau
varietas Vima yang memiliki rata-rata umur
panen 60 hari disilangkan dengan kacang beras
berbiji kuning yang memiliki rata-rata umur
panen 91,3 hari menghasilkan keturunan dengan
rata-rata umur panen 64,5 hari. Demikian juga
kacang hijau varietas Merak yang memiliki ratarata berat biji per tanaman 13 g disilangkan
dengan kacang beras yang memiliki rata-rata
berat biji per tanaman 41,3 g menghasilkan
keturunan dengan rata-rata berat biji per
tanaman 16 g. Untuk karakteristik kuantitatif
yang lain yaitu diameter batang, jumlah cabang,
jumlah biji per polong tidak begitu kontras.
Analisis korelasi genotipik dan fenotipik
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
derajat keeratan hubungan antar sifat yang
diamati baik yang dipengaruhi oleh faktor
genetik, lingkungan maupun interaksi keduanya.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa koefisien korelasi
genotipik maupun fenotipik yang diperoleh
terdapat nilai yang positif maupun negatif. Berat
biji per tanaman memiliki koefisien korelasi
yang positif terhadap sifat yang lain kecuali
terhadap diameter batang dan jumlah biji per
polong baik secara genotipik maupun fenotipik.
Berat biji per tanaman berkorelasi positif nyata
dengan jumlah tangkai daun dan jumlah polong
baik secara genotipik maupun fenotipik. Jumlah
polong per tanaman berkorelasi positif nyata
baik secara genotipik maupun fenotipik dengan
jumlah tangkai daun, jumlah tangkai polong,
tinggi tanaman, panjang polong, dan berat 100
biji.
Pembahasan
Karakteristik kualitatif populasi keturunan
persilangan antar spesies kacang hijau dengan
kacang beras ini umumnya berada diantara
karakteristik kedua tetuanya. Kacang hijau
sesuai dengan namanya bijinya umumnya
berwarna hijau disilangkan dengan kacang beras
berbiji kuning menghasilkan keturunan dengan
warna biji hijau kekuningan dan hijau
kemerahan jika disilangkan dengan kacang beras
berbiji merah. Karakter warna dikategorikan
dalam sifat kualitatif karena umumnya
dikendalikan secara monogenik atau digeneik
yang dikendalikan oleh satu atau dua gen
pengendali serta kurang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dalam ekspresinya. Mittapalli dan
Rowland (2003) melaporkan bahwa warna biji
kuning pada tanaman flax dikendalikan oleh gen
resesif. Karakter kualitatif umumnya mudah
diklasifikasikan dalam kelas dan urutan kelas
kurang menjadi pertimbangan.
Menurut
Purnomo, dkk. (2001), warna biji, warna polong,
warna hipokotil termasuk sifat kualitatif kacang
hijau.
Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
100
Keterangan : MR = varietas Manyar, RK = kacang beras berbiji kuning, RM = kacang beras berbiji
merah, S = varietas Sampeong, MK = varietas Merak, V = varietas Vima, MR x RK =
keturunan pertama hasil persilangan MR x RK, MK x RM = keturunan pertama hasil
persilangan MK x RM, S x RK = keturunan pertama hasil persilangan S x RK, V x RM =
keturunan pertama hasil persilangan V x RM,
Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Tetua dan Keturunan Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan Kacang
Beras
Keterangan : MR = varietas Manyar, RK = kacang beras berbiji kuning, RM = kacang beras berbiji
merah, S = varietas Sampeong, MK = varietas Merak, V = varietas Vima, MR x RK =
keturunan pertama hasil persilangan MR x RK, MK x RM = keturunan pertama hasil
persilangan MK x RM, S x RK = keturunan pertama hasil persilangan S x RK, V x RM =
keturunan pertama hasil persilangan V x RM,
Gambar 2. Grafik Jumlah Polong Tetua dan Keturunan Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan Kacang
Beras
L. Ujianto dkk: Karakteristik dan korelasi …
101
Keterangan : MR = varietas Manyar, RK = kacang beras berbiji kuning, RM = kacang beras berbiji
merah, S = varietas Sampeong, MK = varietas Merak, V = varietas Vima, MR x RK =
keturunan pertama hasil persilangan MR x RK, MK x RM = keturunan pertama hasil
persilangan MK x RM, S x RK = keturunan pertama hasil persilangan S x RK, V x RM =
keturunan pertama hasil persilangan V x RM,
Gambar 3. Grafik Berat Biji per Tanaman Tetua dan Keturunan Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan
Kacang Beras
Keterangan : MR = varietas Manyar, RK = kacang beras berbiji kuning, RM = kacang beras berbiji
merah, S = varietas Sampeong, MK = varietas Merak, V = varietas Vima, MR x RK =
keturunan pertama hasil persilangan MR x RK, MK x RM = keturunan pertama hasil
persilangan MK x RM, S x RK = keturunan pertama hasil persilangan S x RK, V x RM =
keturunan pertama hasil persilangan V x RM,
Gambar 4. Grafik Berat Biji per Tanaman Tetua dan Keturunan Hasil Persilangan Kacang Hijau dengan
Kacang Beras
.
Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
102
Tabel 4. Koefisien Korelasi Genotipik (di Atas Diagonal) dan Fenotipik (di Bawah Diagonal) antar Sifat
Kuantitatif yang Diamati
DB
JC
JTD
JTP
TT
PP
JBP
B100
UB
UP
JP
BBT
DB
1.00
0.59*
-0.30
0.10
0.43*
-0.37
0.73*
0.61*
0.08
0.08
-0.14
-0.15
JC
0.35*
1.00
0.74*
0.32*
0.67*
0.37*
0.25
0.36*
0.25
0.25
0.57*
0.20
JTD
-0.68*
0.67*
1.00
0.34*
0.72*
0.75*
-0.30*
0.53*
0.30
0.30
0.67*
0.30*
JTP
-0.13
0.29*
0.37*
1.00
0.28*
0.24
0.04
0.10
0.11
0.11
0.25
0.10
TT
-0.45*
0.70*
0.77*
0.33*
1.00
0.40*
0.41*
0.27
0.25
0.25
0.51*
0.20
PP
JBP
-0.20 0.56*
0.31* 0.31*
0.54* -0.29*
0.20
0.03
0.33* 0.36*
0.24
1.00
-0.21
1.00
0.59* 0.57*
0.21
0.12
0.20
0.12
0.52* -0.21
0.24 -0.15
B100
-0.98*
-0.34*
0.53*
0.12
-0.29*
0.44*
-0.47*
1.00
0.06
0.06
0.35*
0.20
UB
UP
0.13 0.13
0.26 0.25
0.31* 0.30*
0.13 0.13
0.28* 0.28*
0.15 0.15
0.09 0.09
0.06 0.06
1.00 0.10
0.10 1.00
0.21 0.21
0.09 0.09
JP
0.11
0.07
0.71*
0.28*
0.58*
0.40*
-0.17
0.38*
0.23
0.23
1.00
0.44*
BBT
-0.29*
0.22
0.32*
0.12
0.23
0.19
-0.14
0.22
0.10
0.10
0.51*
1.00
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf nyata 5%, DB = diameter batang, JC = jumlah cabang, JTD =
jumlah tangkai daun, JTP = jumlah tangkai polong, TT = tinggi tanaman, PP =
panjangpolong, JBP = jumlah biji per polong, B100 = berat 100 biji, UB = umur berbunga,
UP = umur panen, JP = jumlah polong per tanaman, BBT = berat biji per tanaman.
Warna biji keturunan hasil persilangan tidak
hanya beragam antar pasangan persilangan tetapi
juga dalam satu pasangan persilangan bahkan
pada beberapa polong, warna bijinya berbedabeda dalam satu polong. Fenomena dimana biji
atau buah berbeda dengan biji atau buah lainnya
dalam satu tanaman dalam hal warna, ukuran,
bentuk atau penampakan lainnya dinamakan
xenia. Pembentukan xenia merupakan hasil dari
pengaruh gen tetua jantan pada endosperm atau
kulit biji tetua betina.
Fenomena xenia ini
banyak ditemukan pada tanaman jagung (Seka
dan Cross, 1995; Waller, 1917).
Warna bunga dan warna hipokotil sering
digunakan sebagai penanda dalam persilangan
pada tanaman kelompok kacang-kacangan.
Karakteristik warna pada populasi keturunan
hasil persilangan merupakan gabungan dari
karakter warna bunga dan hipokotil tetuanya.
Kacang hijau yang warna bunganya kuning
kelabu disilangkan dengan kacang beras dengan
warna bunga kuning cerah menghasilkan
keturunan dengan warna bunga kuning. Kacang
hijau yang warna hipokotilnya hijau disilangkan
dengan kacang beras dengan warna hipokotil
merah kehijauan menghasilkan keturunan
dengan warna hipokotil hijau kemerahan.
Demikian juga kacang hijau yang warna
hipokotilnya merah kehijauan disilangkan
dengan kacang beras dengan warna hipokotil
hijau menghasilkan keturunan dengan warna
hipokotil hijau kemerahan. Kacang hijau dengan
L. Ujianto dkk: Karakteristik dan korelasi …
tipe pertumbuhan determinit disilangkan dengan
kacang beras yang semi determinit menghasilkan
keturunan yang cenderung semi determinit. Tipe
pertumbuhan tanaman umumnya diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu determinit,
semi determinit dan indeterminit. Pewarisan
sifat dari warna hipokotil dan tipe pertumbuhan
umumnya adalah juga monogenik. Mustapha
dan Singh (2008) melaporkan bahwa pewarisan
sifat warna polong kacang tunggak dikendalikan
oleh gen tunggal atau monogenik dimana polong
yang berpigmen dominan terhadap yang tidak
berpigmen. Berdasarkan penelitian Sangwan
dan Lodhi (1998) warna bunga dan warna
polong pada kacang tunggak dikendalikan oleh
gen tunggal resesif. Berdasarkan penelitian
Mustapha (2007), warna kelopak dan mahkota
bunga kacang tunggak diwariskan secara
monogenik dan digenik karena dikendalikan
oleh satu dan dua gen.
Karakteristik kualitatif populasi keturunan
hasil persilangan kacang hijau dan kacang beras
selain warna biji, bunga, hipokotil, dan tipe
pertumbuhan hampir sama dengan sifat kualitatif
kacang hijau. Hal ini kemungkinan sifat-sifat
kualitatif tersebut banyak dipengaruhi oleh induk
betina. Adanya perubahan karakteristik kualitatif
pada keturunan hasil persilangan membuktikan
keberhasilan persilangan antar spesies kacang
hijau dengan kacang beras. Hal ini diperkuat
dengan munculnya fenomena xenia yang
merupakan bukti adanya kontribusi dari tetua
103
jantan. Fenomena ini tidak akan muncul jika
persilangan antar spesies ini tidak berhasil.
Purnomo, dkk. (2001) menyatakan bahwa
penggabungan karakter genetik yang baik ke
dalam suatu varietas sangat ditentukan oleh sifat
terpenting yang akan digabungkan.
Sifat
kuantitatif kacang hijau meliputi tinggi tanaman,
jumlah polong per tanaman, jumlah biji per
polong, umur berbunga, umur panen, bobot 100
biji.
Sifat kuantitatif umumnya memiliki
keragaman tinggi sehingga mempunyai peluang
untuk perbaikan karakter-karakter tersebut
Berat biji kering per tanaman secara genetik
dan fenotipik merupakan manifestasi dari hasil
berkorelasi positif nyata dengan jumlah polong
per tanaman. Hal ini berarti bahwa semakin
banyak jumlah polong per tanaman akan
semakin tinggi hasilnya jika sifat lainnya tetap.
Karena jumlah polong per tanaman ini
berkorelasi positif nyata dengan hasil, maka
untuk perbaikan daya hasil dapat ditempuh
dengan perbaikan jumlah polong per tanaman.
Selain dengan berat biji per tanaman, jumlah
polong berkorelasi positif nyata secara fenotipik
dengan jumlah cabang, jumlah tangkai daun,
tinggi tanaman, panjang polong. Secara genetik
jumlah polong per tanaman berkorelasi positif
nyata hanya dengan tinggi tanaman dan jumlah
tangkai daun selain berat biji kering per
tanaman.
Hasil penelitian yang sama pada tanaman
kacang hijau dilaporkan oleh Saeed et al. (2007),
Aqsa et al. (2010), Mensah dan Tope (2007),
Makeen, et al. (2007), Rohman, et al. (2003),
Hakim (2008) dan (2010). Saeed et al. (2007),
melaporkan bahwa berat biji per tanaman
berkorelasi positif nyata dengan jumlah polong
per tanaman dan jumlah cabang. Sifat morfologi
mempunyai kecenderungan hubungan yang
beragam satu sama lain. Disamping itu jumlah
polong memiliki hubungan langsung yang tinggi
terhadap hasil biji per tanaman dibanding sifat
yang lain. Hasil penelitian Aqsa, et al. (2010)
menunjukkan bahwa hasil biji per tanaman
berkorelasi positif nyata baik secara genotipik
maupun fenotipik dengan jumlah polong per
tanaman, dan berkorelasi secara fenotipik
dengan hasil.
Koefisien korelasi genotipik
umumnya lebih besar dari korelasi fenotipik.
Mensah dan Tope (2007) melaporkan bahwa
berat biji per tanaman berkorelasi positif nyata
dengan jumlah polong per tanaman, umur panen,
jumlah cabang, dan jumlah biji per tanaman.
Rohman, et al. (2003) melaporkan bahwa berat
biji per tanaman berkorelasi positif nyata secara
genotipik dan fenotipik dengan jumlah polong
per tanaman. Secara genotipik berat biji per
tanaman juga berkorelasi dengan jumlah biji per
polong dan berat 100 biji. Hasil penelitian
Hakim (2010) menunjukkan bahwa hasil
berkorelasi positif nyata dengan jumlah polong
per tanaman dan tinggi tanaman dengan
koefisien korelasi sebesar 0,722 dan 0,946.
Hasil penelitian yang berbeda dilaporkan
oleh Arshad, et al. (2009) yang menunjukkan
bahwa hanya tinggi tanaman diantara karakter
yang menunjukkan hubungan yang positif nyata
terhadap hasil per tanaman baik tingkat fenotipik
maupun genotipik. Lebih jauh korelasi positif
nyata tinggi tanaman dengan umur berbunga dan
cabang sekunder juga diperoleh. Cabang utama
per tanaman dan umur berbunga juga
menunjukkan hubungan yang positif nyata.
Asosiasi yang negatif nyata terjadi hanya antara
cabang sekunder dan panjang polong. Hubungan
antara sifat yang lainnya ada yang positif dan
negatif tetapi tidak berbeda nyata.
Korelasi antara hasil dengan jumlah polong
ternyata tidak hanya pada tanaman kacang hijau
tetapi juga tanaman yang lain. Lopez, et al.
(1997) melaporkan bahwa tinggi tanaman
berkorelasi genetik positif nyata dengan berat
100 biji tetapi tidak berbeda nyata dengan berat
biji kering kedelai.
Arshad et al. (2004)
melaporkan bahwa berat biji per tanaman Cicer
arietinum L. berkorelasi positif nyata dengan
tinggi tanaman dan jumlah polong per tanaman
baik secara genotipik maupun fenotipik. Jumlah
polong berkorelasi genotipik positif nyata
dengan tinggi tanaman.
Keterkaitan sifat yang satu dengan sifat
yang lain ini dapat disebabkan oleh faktor
genetik maupun faktor lingkungan.
Faktor
genetik yang utama yaitu adanya peristiwa
pleiotropi dan linkage. Menurut Panthalone, et
al. (1996) derajat keeratan sifat ini secara
genetik dipengaruhi oleh faktor pleiotropi dan
linkage. Pleiotropi merupakan suatu peristiwa
dimana satu gen dapat mengendalikan lebih dari
satu sifat, sehingga perubahan atau perbaikan
pada suatu sifat akan mempengaruhi perbaikan
pada sifat lain yang derajat keeratannya nyata.
Linkage merupakan peristiwa dimana beberapa
gen yang mengendalikan beberapa sifat
diwariskan secara bersama-sama, sehingga
perbaikan suatu sifat akan dapat memperbaiki
sifat lainnya. Perubahan pada satu sifat
menyebabkan perubahan pada sifat yang
lainnya. Faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh yaitu kesuburan tanah, intensitas
dan lama penyinaran, curah hujan, dan
temperatur.
Secara genetik maupun fenotipik, jumlah
polong per tanaman memiliki korelasi positif
nyata dengan hasil yang dicerminkan oleh berat
biji per tanaman. Hal ini berarti bahwa sifat
Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
104
jumlah polong per tanaman dapat dijadikan
sebagai kreteria seleksi tak langsung untuk
perbaikan hasil kacang hijau. Dengan perbaikan
jumlah polong akan dapat juga memperbaiki
hasil kacang hijau dengan mempertahankan
komponen hasil yang lain. Perbaikan sifat
jumlah polong akan lebih mudah dibandingkan
dengan perbaikan hasil tanaman karena jumlah
polong mudah diamati. Pengamatannya dapat
dilakukan sebelum panen sehingga dapat
dilakukan seleksi sebelum panen.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1).
karakteristik hibrida hasil persilangan antar
spesies kacang hijau dan kacang beras berkisar
diantara karakteristik kedua tetua baik sifat
kualitatif maupun kuantitatif. 2). Berat biji
kering per tanaman berkorelasi positif nyata baik
secara genotipik maupun fenotipik dengan
jumlah polong per tanaman dan jumlah tangkai
daun. Implikasinya adalah perbaikan daya hasil
hibrida hasil persilangan kacang hijau dengan
kacang beras dapat dilakukan melalui perbaikan
jumlah polong per tanaman dan jumlah tangkai
daun.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
Dirjen Pendidikan Tinggi yang telah memberi
beasiswa dan hibah penelitian Disertasi Doktor,
Kepala Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan yang telah membatu benih dan
pustaka, serta semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ahn, C.S. and R.W. Hartmann. 1978.
Interspecific
hybridization
between
mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek). and
adzuku bean (Vigna angularis (Wild) Ohwi
* Ohashi. J. Amer.Soc. Hort.Sci. 103:3-6
Aqsa, T., M.. Saleem, and I. Aziz. 2010. Genetic
variability, trait association and path
analysis of yield and yield components in
mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek).
Pak. J. Bot. 42(6): 3915-3924.
Arshad, M., M. Aslam, and M. Irshad. 2009.
Genetic variability and character association
among morphological traits of mungbean,
Vigna radiata L. wilczek genotypes. J.
Agric. Res. Vol. 47(2): 121-126
L. Ujianto dkk: Karakteristik dan korelasi …
Arshad, M., A. Bakhsh, and A. Ghafoor. 2004.
Path coefficient analysis in chickpea (Cicer
arietinum L.) under rainfed conditions. Pak.
J. Bot., 36(1): 75-81.
Belanger, F.C., K.A. Plumley, P.R. Day, and
W.A.
Meyer.
2003.
Interspecific
hybridization as a potential method for
improvement of Agrostis species. 43(6):
2172-2176.
Chen, N.C., L.R.Baker, and S..Honma. 1983.
Interspecific crossability among four species
of vigna food legumes. Euphytica Vol. 32:
925-937
Choudhary, B.R., P. Joshi and S. Ramaraq.
2000. Interspecific hybridization between
Brassica carinata and Brassica rapa. Plant
Breeding 119: 417-420.
Ghafoor, A, Z. Ahmad, A.S. Qureshi and M.
Bashir. 2002. Genetic relationship in Vigna
mungo (L.) Hepper and V. radiata (L.)
R.Wilczek based on morphological traits
and SDS-PAGE. Euphytica 123: 367–378.
Gomathinayagam, P., S.G. Ram, R. Rathaswamy
and N.M. Ramaswamy. 1998. Interspecific
hybridization between Vigna unguiculata
(L.) Walp. and V. vexillata (L.) A.Rich.
through in vitro embryo culture. Euphytica
102: 203-209.
Hadley, H.H. and S.J. Openshaw. 1980.
Interspecific and intergeneric hybridization.
p. 133-160. In: W.R. Fehr and H.H. Hadley
(eds.), Hybridization of crop plants.
American Society of Agronomy and Crop
Science Society of America, Wisconsin,
USA.
Hakim, L. 2008. Variability and correlation of
agronomic
characters
of
mungbean
germplasm and their utilization for variety
improvement program. Indonesian J. Agric.
Sci. 9(1): 24-28.
Lopez, E.C.A., D. Destro, R. Montalvan, M.U.
Ventura, and E.P. Guerra. (1997), Genetic
gain and corelation among traits for stink
bug resistance in soybean. Euphytica
96:161-166.
Makeen, K., G. Abrahim, A. Jan and A.K.
Singh. 2007. Genetic variability and
correlations studies on yield and its
components in mungbean (Vigna radiata
(L.)Wilczek). Journal of Agronomy 6(1):
216-218.
105
Mensah, J.K and O.R. Tope. 2007. Performance
of mung beans (Vigna mungo (L.) Hepper)
grown in Mid-west Nigeria. American
Eurasian J. Agric. & Environ. Sci. 2(6): 696701
Myer, G.O. 1996. IITA Research Guide 42:
Hand crossing of cowpea. IITA Ibadan
Nigeria.
Mittapalli and Rowland. 2003. Inheritance of
seed color of flax. Crop Sci. 6: 1945-1951
Mustapha, Y. and B.B.Singh, 2008. Inheritance
of pod colour in cowpea (Vigna unguiculata
L. Walp.). Sci.world J. 3(2): 39-42
Mustapha, Y. 2007. Inheritance of flower color
on cowpea (Vigna unguiculata L. Walp.).
IJPAS, 1(1): 10-19
Pantalone, V.R., J.W. Burton, and T.E. Carter,
Jr. 1996. Soybean root heritability and
genotypic correlations with agronomics and
seed quality traits. Crop Sci. 35: 1120-1125.
Purnomo, H., A. Supeno, dan M. Anwari. 2001.
Keragaman beberapa karakter kuantitatif
dan kualitatif plasma nutfah kacang hijau.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian, hal. 243-252
Rohman, Md.M., A.S.M.I. Hussain,Md.S.
Arifin, Z. Akhter and M. Hasanuzzaman.
2003. Genetic variability, correlation and
path analysis in mungbean. Asian J. of Plant
Sci. 2(17-24): 1209-1211
Saeed, I., G.S.S. Khattak and R. Zamir. 2007.
Association of seed yield and some
important morphological traits in mungbean
(Vigna radiata (L.)Wilczek). Pak. J. Bot.
39(7): 2361-2366
Sangwan, R.S. and G.P. Lodhi. 1998.
Inheritance of flower and pod color in
cowpea (Vigna unguiculata L. Walp.
Euphytica 102: 191-193
Seka and Cross, 1995. Xenia and maternal
effects on maize agronomic traits at three
plant densities. Crop Sci. 35: 86 – 90.
Singh, R.K and B.D. Chaudhary. 1979.
Biometrical Methods in Quantitative
Genetic Anslysis. Kalyani Publishers,
Ludhiana, India, 303 p.
Somta, P., A. Kaga, N. Tomooka, K. Kashiwaba,
T. Isemura, B. Chaitieng, P. Srinives, and
D.A. Vaughan. 2006. Development of an
interspecific Vigna linkage map between
Vigna umbellata (Thumb) Ohwi & Ohashi
dan Vigna nakashimae (Ohwi) Ohwi &
Ohasi and its use in analysis of bruchid
resistance and comparative genomics. Plant
Breeding J. Vol. 125 (1): 77-84
Ullah, M.A., A.N. Tariq, and A. Razzaq. 2007.
Effect of rice bean (Vigna umbellata) intercropping on the yield of perennial grass,
Panicum maximum CV. Gaton under rainfed conditions. Journal of Agriculture &
Social Sciences. J. Agri. Soc. Sci., Vol. 3(2):
70-72.
Waller, A.E. 1917. Xenia and other influences
following fertilization. The Ohio Journal of
Science, 8: 273-284.
Agroteksos Vol.21 No.2-3, Desember 2011
Download