MODUL PERKULIAHAN MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS AUDIT COMMUNICATION IN PR ACTIVITIES Fakultas Program Studi Tatap Muka Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations 08 Abstract Segala kegiatan, interaksi dan saling ketergantungan antara anggota organisasi dapat berlangsung berkat komunikasi, karena hanya dengan komunikasi pengaruh atas perilaku individu dapat terjadi. Kode MK Disusun Oleh Dr. Ispawati Asri,MM Kompetensi Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan audit komunikasi dalam kegiatan PR. 1 Pengantar Dalam Era globalisasi kebutuhan akan sistem komunikasi organisasi yang hidup dan dinamis akan semakin meningkat, disatu sisi menciptakan persaingan keras, tetapi disisi yang lain menuntut kerjasama yang erat. Kehidupan organisasi yang sehat ditandai oleh dinamika baik karena perkembangan organisasi maupun karena adaptasi dengan perubahan lingkungan- maka sistem komunikasi yang efektif adalah sebuah sistem yang hidup (living system) sesuai dengan dinamika organisasi tersebut. Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa kehidupan organisasi tidak mungkin dipisahkan dari “prinsip prinsip komunikasi efektif” (Bavellas dan barret dalam Harjana, 2000) karena komunikasi kemudian disadari sebagai “darah kehidupan organisasi “ (life blood of on organization) (Rogers dalam Harjana, 2000). Segala kegiatan, interaksi dan saling ketergantungan antara anggota organisasi dapat berlangsung berkat komunikasi, karena hanya dengan komunikasi pengaruh atas perilaku individu dapat terjadi. Jadi, semua kegiatan termasuk proses manajemen yang sangat menentukan kelangsungan hidup organisasi, tergantung dari komunikasi efektif. Karena “ Komunikasi memang merupakan inti dari sistem sosial atau organisasi itu sendiri (D Katz dan R Kahn dalam Harjana, 2000). Dengan demikian penyelenggaraan sistem komunikasi yang efektif merupakan keharusan bagi setiap organisasi.. Sistem komunikasi yang pada awalnya efektif dapat menjadi kurang efektif dalam perkembangan lebih lanjut, karena organisasi mengalami perubahan-tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar, lebih kompleks, dan mengalami perubahan struktur kepemimpinan- dan kondisi lingkungan organisasi banyak berubah, terutama karena persaingan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu dalam studi mengenai keorganisasian terdapat sebuah asumsi yang menyatakan bahwa tidak ada suatu sistem komunikasi yang dapat bekerja efektif sepanjang zaman tanpa pernah mengalami perubahan dan penyesuaian. Efektivitas sistem komunikasi tergantung pada kemampuannya menjawab dan mengantisipasi perubahan lingkungan luar dan dalam organisasi sesuai dengan perkembangan internal organisasi itu sendiri. Maka agar mampu memelihara tingkat efektivitas yang tinggi, sistem komunikasi harus bersifat dinamis. Demi pembinaan efektivitas sistem 2 komunikasi yang dibangunnya, maka eksekutif organisasi perlu menyelenggarakan audit komunikasi (comunication Auidit), Karena Audit komunikasi ini merupakan sebuah kajian yang mendalam dan menyeluruh tentang sistem komunikasi keorganisasian yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Pengertian Istilah “Audit” menurut American Acounting Assosiation (1973) berbunyi: “Proses sistematik dalam perolehan dan penilaian secara obyektif atas bukti bukti berkenaan dengan pernyataan tentang tindakan tindakan dan peristiwa peristiwa ekonomi, untuk menentukan tingkat kecocokan antara pernyataan dengan kriteria kriteria baku, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak pihak pengguna yang berkepentingan. Menurut ilmu komunikasi “ Audit” berarti bahwa pertama merupakan proses yang sistematis, artinya auditor memeriksa dan menguji data yang ada secara terencana,teratur dan metodelogis; Kedua Audit adalah perolehan dan penilaian secara obyektif atas bukti bukti, artinya audit merupakan sebuah penelitian atau pemeriksaan empiris yang independen; Ketiga audit adalah penentuan tingkat kecocokkan antara pernyataan dan kriteria kriteria yang sudah baku; dan Keempat audit dilengkapi dengan pengkomunikasian hasil kepada pihak pihak yang berkepentingan. Komunikasi efektif sangat menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan setiap organisasis, namun audit komunikasi belum banyak diterapkan oleh organisasi. Ini dikarenakan konsep audit komunikasi memiliki tiga ciri pokok yang menyebabkan tidak berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu ilmu riset terapan yang lain (Myron Emmanuel, 1985). Ketiga ciri ini adalah ; Pertama bersifat komplek, kedua makan waktu lama, ketiga menuntut keahlian non komunikasi. Bahkan Susan Cluff 1987, menambahkan satu ciri lagi sehingga menjadi empat ciri yaitu dampak audit komunikasi sangat mengerikan. Beberapa defenisi Audit komunikasi antara lain : Andre Harjana, 2000 mendefenisikan audit komunikasi sebagai kajian yang mendalam dan menyeluruh tentang sistem komunikasi keorganisasian, yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas organisasi. 3 Howard Greenbaum, 1974 (salah seorang tokoh komite ICA) mendefenisikan audit komunikasi sebagai sebuah struktur konseptual dan metodelogis yang digunakan untuk pemeriksaan proses proses komunikasi di dalam organisasi. Gerald Goldhaber, 1990 menjelaskan audit komunikasi sebagai pemeriksaan diagnosis yang dapat memberikan informasi dini untuk mencegah kehancuran kesehatan organisasi yang lebih besar. Jane Gibson dan Richard Hodgeets, 1991 mendefenisikan audit komunikasi adalah suatu analisis yang lengkap atas sistem sistem komunikasi internal dan eksternal dari suatu organisasi. Anthony Booth, 1988 mendefenisikan audit komunikasi adalah proses pembuatan analisis atas komunikasi komunikasi di dalam organisasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi organisasi. Dari defenisi dan penjelasan diatas,dapat dicatat beberapa hal penting mengenai Audit Komunikasi sebagai berikut : Audit komunikasi adalah sebuah kajian yang komplek, luas dan mendalam. Ruang lingkupnya adalah meliputi seluruh komunikasi keorganisasian internal dan eksternal dengan penekanan pada komunikasi internal. Obyek kajiannya adalah satuan sistem yang dapat berupa organisasi secara keseluruhan, seperti divisi atau unit kerja, ataupun kegiatan komunikasi khusus seperti kampanye dan program program pelatihan. Kajian dilakukan oleh spesialis baik staf internal organisasi, akademisi atau konsultan profesional yang memiliki interdisipliner khususnya organisasi, manajemen dan bisnis disamping ilmu komunikasi. Kajian dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yakni meningkatkan efektivitas organisasi sehingga hasil analisis dan solusinya harus dapat dinyatakan sebagai program kerja. Sebagai kajian akan memberikan manfaat maksimal bilamana dilakukan secara periodik dan bukan hanya pada saat timbulnya persoalan besar. Kajian terutama pada penemuan masalah masalah dan faktor faktor yang dapat menghambat atau mengganggu pelaksanaan efektifitas sistem komunikasi. 4 Menurut Ruslan (2003:56-57) kegiatan audit komunikasi dirancang untuk mengetahui terjadi sesuatu perbedaan antara kenyataan yang dihadapinya, dan kegiatan komunikasi manajemen dikaitkan dengan reaksi tanggapan pihak publik (khalayak sasarannya). Contoh, mungkin pihak manajemen memiliki asumsi-asumsi keyakinan tertentu mengenai metode yang diterapkan, dalam penggunaan media komunikasi, dan materi pesanpesan disampaikan cukup baik. Tetapi pada kenyataannya bahwa publik sebagai khalayak sasaran tersebut menanggapi (respon) dengan kemungkinan dapat menerima atau menolak asumsi-asumsi pimpinan manajemen tersebut. Sementara itu, Lerbinger (1977) dalam Wimmer dan Dominick (1983:316) mengatakan the communications audit resembles a public relations audit but has narowwer goals; it concerns the internal and external means of communication used by an organization, rather than the company’s entire public relations program. Jadi dapat dikatakan bahwa audit komunikasi dilakukan untuk mengetahui makna komunikasi bagi khalayak internal maupun eksternal yang digunakan oleh organisasi untuk mengetahui keberhasilan tujuan organisasi. Dengan begitu audit komunikasi merupakan salah satu tolok ukur, aplikasi, dan persiapan strategis dalam mendesain perencanaan program kerja, selain itu juga untuk memperoleh informasi dan fakta lapangan termasuk pemecahan masalahnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Ruslan (2003:57) mengungkapkan permasalahan dalam kaitannya dengan audit komunikasi, yaitu: a. Terjadinya kemacetan arus informasi (bottlenecked information flows). b. Tidak adanya keseimbangan beban kerja di bidang komunikasi (Uneven communication workloads). c. Para karyawan seakan-akan bermaksud saling berlawanan dalam menghadapi suatu pekerjaan (Empleyee working at cross-purposes). d. Suatu organisasi tidak dapat memanfaatkan informasi tersembunyi, dan merugikan bagi lembaga bersangkutan (Hidden information within an organization is not used, to detriment of the institution). Selanjutnya menurut Ruslan (2003:57-58) pengalaman mengungkapkan bahwa sangat efektif jika audit komunikasi tersebut dimulai dari seorang peneliti yang memiliki secara umum empat kualifikasi kemampuan tertentu dalam berbagai hal, yaitu: a. Cukup familiar (mengenal baik) dengan publik yang diteliti (dalam riset), 5 b. Secara umum mempunyai pemahaman baik mengenai sikap atau perilaku khalayak sasaran terhadap lembaga, dan organisasi (perusahaan), c. Mengetahui secara tepat isu-isu sedang berkembang yang menjadi perhatian dari publik sebagai khalayak sasaran, dan d. Pemahaman terhadap kekuatan relatif yang terdapat pada dukungan publik sebagai sasaran, jika dibandingkan dengan pihak publik lainnya (sebagai penentang dan netral). Sehubungan dengan uraian di atas, Ruslan (2003:94) menyebutkan bahwa batasan audit komunikasi mengandung beberapa hal yang cukup penting, sebagai berikut: a. Suatu kajian yang mendalam, kompleks, dan luas. b. Ruang lingkup yaitu meliputi arus dan proses komunikasi organisasi secara internal dan eksternal. Menelaah manfaat komunikasi dilakukan secara periodik dan teratur, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang yang efektif dan tepat. c. Obyek kajiannya berkaitan dengan strategi komunikasi, satuan sistem komunikasi secara keseluruhan organisasi, atau sub-sistem antar departemen, divisi, dan unit kerja. Termasuk komunikasi program pelatihan internal, dan hingga untuk tujuan serta evaluasi komunikasi pelaksanaan suatu kampanye humas. d. Kajian untuk mencapai tujuan tertentu dalam peningkatan efektivitas komunikasi organisasi, proses arus informasi, faktor-faktor penemuan dan pemecahan masalah yang dapat menghambat atau untuk memperlancar arus dan sistem komunikasi dalam suatu perusahaan berskala kecil atau besar, dan lembaga pemerintah atau swasta, baik bertujuan untuk profit maupun usaha non profit. Menurut penulis, audit komunikasi sebagai satu bentuk strategi penelitian tentu memiliki teknik audit yang khas. Goldhaber (1990), seperti yang dikutip Ruslan (2003:93) mengatakan teknik audit komunikasi melalui, sebagai berikut: a. Survey dengan kuesioner b. Wawancara tatap muka 6 c. Teknik analisis jaringan d. Pengalaman komunikasi e. Catatan harian komunikasi Tujuan Menentukan “Lokasi” dimana kelebihan muatan informasi (overload) ataupun kekurangan muatan informasi (under load) terjadi berkaitan dengan topik topik, sumber sumber dan saluran saluran komunikasi tertentu. Menilai kualitas informasi yang dikomunikasikan oleh dan atau kepada sumber sumber informasi. Mengukur kualitas hubungan hubungan komunikasi, mengukur sejauh mana kepercayaan antar pribadi (trust), dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja karyawan secara keseluruhan. Mengenali jaringan jaringan yang aktif operasional untuk : desas desus (rumor), pesan pesan sosial dan pesan pesan kedinasan (job relativ), kemudian dibandingkan dengan jaringan komunikasi resmi atau jaringan yang dibentuk sesuai dengan bagan organisasi. Mengenali sumber sumber kemacetan (wordlenec) arus informasi dan para penyaring informasi (gatekepers) dengan membandingkan peran peran komunikasi dalam praktek seperti : penyendiri (isolate), penghubung (liaison), anggota anggota kelompok (group members). Dengan peran perana yang resmi sebagaimana diharapkan oleh bagan organisasi dan uraian tugas. Mengenali katagori dan contoh tentang pengalaman pengalaman serta peristiwa peristiwa komunikasi yang tergolong positif ataupun yang tergolong negatif. Menggambarkan pola pola komunikasi yang terjadi pada tingkatan pribadi, kelompok dan organisasi dalam kaitannya dengan topik, sumber, saluran, frekwensi, jangka waktu dan kualitas interaksi. Memberikan rekomendasi tentang perubahan atau perbaikan yang perlu dilakukan berkaitan dengan sikap perilaku, kebiasaan dan keterampilan yang di dasarkan atas hasil analisis audit komunikasi. Manfaat Manfaat audit komunikasi bagi organisasi adalah sebagai peningkatan efektifitas organisasi, audit komunikasi dapat membawa manfaat manajerial 7 keorganisasian dan memberikan sumbangan ilmiah. Sumbangan ilmiah hasil audit komunikasi sebagaimana dirumuskan daalam ICA comunication audit (Gerald Goldhabert dan Donald Roger, 1985) sebagai berikut : Dapat mengukur secara tepat arus informasi, isi pesan dan sikap maupun persepsi penanggung jawab komunikasi tentang kedua hal tersebut. Dapat memberikan data empiris yang akurat tentang sikap, persepsi dan perilaku komunikasi. Dapat digunakan untuk teknik pengukuran dan kemungkinan untuk penggunaan suatu gabungan antara berbaagai teknik pengukuran tersebut dalam pengumpulan data. Mampu membuat pengukuran komunikasi dalam jangka waktu panjang dan berulang ulang. Dapat sebagai prosedur baku dalam penerapan alat alat dan dalam pengumpulan data maupun analisis data. Memungkinkan penggunaan prosedur penerapan alat alat dan teknik khusus sebagai masukan bagi kebutuhan organisasi klien tanpa mengorbankan prosedur baku untuk memperbandingkan sistem organisasi. Mampu menyediakan tenaga ahli yang dididik dan dilatih secara profesional, sehingga kompetensi dalam mempunyai melakukan pengetahuan, audit komunikasi pengalaman untuk dan membuat rancangan audit dan memberikan pengarahan untuk pelaksanaannya. Mampu melakukan perbandingan antara organisasi organisasi yang sejenis berdasarkan data dan analisis tentang sikap, persepsi dan perilaku komunikasinya. Sedang manfaat praktis yang berkait dengan audit komunikasi adalah sebagai berikut : Untuk membandingkan status sistem komunikasi antara sebelum pengukuran dan sesudah pengukuran dilakukan guna menentukan dampak dari program program komunikasi yang baru. Untuk mengetahui dan mengukur daampak dari program program yang sedang berlangsung, sebagaimana dituntut oleh suatu organisasi yang baik. Untuk membandingkan data sebelum survey dan sesuadah survey dilakukan guna menentukan dampak dari inovasi-inovasi keorganisasian 8 (restrukturisasi, penambahan komputer, program program pengembangan organisasi). Untuk mengetahui dan menentukan struktur organisasi sebagai alat dari suatu organisasi yang sukses. Untuk mengetahui dan menentukan kelompok kelompok kunci dalam kegiatan komunikasi sebelum dilakukan restrukturisasi/ terutama penting bagi organisasi besar / raksasa sebelum menugaskan pejabat atau staf diluar negeri. Untuk mengetahui dan menentukan pos pos biaya komunikasi yang penting (telepon, rapat, perangko, perjalanan udara) bila hendak melakukan ekspansi perusahaan keluar negeri. Untuk mengembangkan program program pelatihan komunikasi yang baru guna mengatasi persoalan persoalan yang ditemukan dalam audit komunikasi. Tujuan dan manfaat diatas dapat terwujud manakala audit komunikasi dilakukan secara seksama dan konsisten dengan mengikuti kaidah ilmiah, sehingga dapat menghasilkan informasi yang valid dan reliabel/ absah dan terpercaya, tentang segenap sistem sistem komunikasinya. Dengan menggunakan informasi tersebut, eksekutif organisasi menjadi sadar dan tahu tentang berbagai perilaku dan kegiatan yang terjadi diantara segenap anggota organisasi. Alasan Audit Komunikasi Ingin mengetahui apakah program komunikasi berjalan dengan baik. Ingin membuat diagnosis tentang masalah yang terjadi ataupun yang potensial dapat terjadi, dana peluang apa yang terbuang percuma. Ingin melakukan evaluasi atas kebijakan baru dan prakaatek komunikasi yang terjadi. Ingin memeriksa hubungan antara komunikasi dengan tindakan operasional lainnya baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat unit lokal. Ingin menyusun anggaran belanja kegiatan komunikasi. Ingin menetapkan sebuah patok banding (Bench mark). Ingin mengukur kemajuana atau perkembangan dengam menggunakan patok banding yang sudah ditetapkan. 9 Ingin mengembangkan atau melakukan restrukturisasi fungsi komunikasi dalam organisasi. Ingin membangun landasan dan latar belakang guna pengembangan kebijakan dan perencanaan komunikasi baru. Kapan Dilakukan Audit Komunikasi? Gaya Amerika menurut Myron Emmanuel, 1985. Mencatat setidaknya ada sembilan situasi yang membuat eksekutif perusahaan membutuhkan audit komunikasi: Apabila eksekutif organisasi menyadari beberapa programnya kehilangan kredibilitas, tetapi kesulitan untuk mengetahui atau menemukan apa persoalan persoalan yang pasti. Apabila muncul kebutuhan untuk mengevaluasi kebijakan atau kebiasaan baru. Apabila eksekutif menganggap perlu melakukan pengembangan ataupun restrukturisasi organisasi/ termasuk fungsi komunikasinya. Apabila eksekutif membutuhkan peraturan dan ketentuan baru tenatang komunikasi dan anggaran. Sebelum eksekutif melakukan marger dengan perusahaan lain atau akuisisi/ baik pengakuisisi maupun diakuisisi, dimana fokus penting dalam hal ini adalah budaya organisasi dan iklim organisasi. Sebelum pelaksanaan pengurusan baru atau pelaksanaan perubahan perubahan. Apabila terjadi kerusuhan atau keresahan dikalangan karyawan atau gerakan ketidak puasan dan mampetnya komunikasi. Apabila kehidupan ekonomki dan bisnis merosot/ termasuk pemutusana hubungan kerja/ PHK. Sebelum melakukan pemangkasan beberapa program dan penghematan dana. Kesembilan peristiwa di atas berkaitan erat dengan membangun landasan untuk mengantisipasi terjadinya ketidakpastian, yang ditimbulkan oleh perubahan besar. Jadi Audit Komunikasi dilakukan sebagai langkah antisipatif. 10 Gaya Inggris menurut Anthony Booth, 1998, menyimpulkan bahwa umumnya melaksanakan audit komunikasi tidak hanya sebelum, tetapi juga sesudah terjadi peristiwa penting. Sebelum melakukan restrukturisasi atau rasionalisasi perusahaan. Sesudah melakukan restrukturisasi atau rasionalisasi perusahaan. Apabila terdapat kebutuhan untuk meningkatkan motivasi karyawan. Apabila tagihan telepon dan lainnya tiba tiba melonjak dan dirasa terlalu tinggi. Apabila para konsumen dan pelanggan menemui kesulitan untuk mengontak divisi penjualan. Apabila sedang mengembangkan rencana rencana dan strategi jangka panjang. Apabila terjadi perbedaan pandangan antara para manajer dan karyawan tentang beberapa hal penting, seperti pemogokan buruh dan perselisihan antara buruh dan manajer yang disebabkan oleh kesalahan sikapa mauapun tindakan atasan. Sebelum membuat keputusan penting tentang pengadaaan alat alat komunikasi baru. Apabila dinilai telah beredar terlalu banyak memo yang disimpang siurkan dan isinya tidak relevan. Sesudah jumlah karyawan yang keluar masuk dinilai terlalu tinggi. Aapabila muncul persoalan besar dalam komunikasi organisasi. Apabila sudah tiba waktunya untuk melakauakan pemeriksaan rutin atas pelaksanaan sistem komunikasi. Dari “ kedua pandangan saat tepat” diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya audit komunikasi boleh dilakukan kapan saja, atau pada sepanjang garis penghubung antara dimensi persoalan dan perencanaan (problem planning dimension). Disatu pihak audit komunikasi dapat dilakukan bila muncul persoalan besar yang harus dipecahkan. Dilain pihak audit komunikasi juga dibutuhkan untuk memperoleh gambaran pada saat kini yang dapat digunakan sebagai pangkal pengembangan perencanaan komunikasi. “ Dimana kita sekarang “ merupakan informasi yang sangat berharga untuk merencanakan apas sasaran atau tujuan untuk 6 bulan mendatang dan bagaiamana cara mencapai sasaran tersebut. 11 Implikasi Audit Komunikasi Dari beberapa uraian di atas, maka dapat dikatakan audit merupakan kajian apakah sistem yang dilaksanakan benar (doing the righting). Sehingga bilamana hasil audit menunjukkan bahwa sistemnya salah, maka sistem itu harus diperbaiki, diubah atau bahkan diganti. Oleh karena itu, hasil audit perlu dinyatakan sebagai kesimpulan dan rekomendasi yang dilengkapi dengan rencana kerja (action plan) yang merupakan bentuk dari cara tepat untuk meningkatkan efektifitas organisasi. Dan dari kebenaran sistem, organisasi dapat mencapai efisiensi kerja, karena melakukan kegiatan dengan benar. Kalau kajian tentang efektifitas sistem ini dilakukan secara periodik, maka akan diketahui kelemahan kelemahan dan kekuatan kekuatan dalam sistem, faktor penting yang memberi pengaruh, dan kekuatan mana saja yang muncul dari waktu kewaktu, Dengan demikian kelemahan kelemahan sudah dapat diketahui sebelum menjadi pengganggu atau penghambat, sehingga tidak menjadi kekuatan yang melumpuhkan sistem atau bahkan menghancurkan sistem. Selain itu, audit yang dilakukan secara periodik dapat menunjukkan dinamika faktor faktor dan kecendrungan, sehingga hasil audit dapat digunakan untuk mengantisipasi masa depan. Bilamana unsur pemeriksaan dan pengujian gejala dalam kerja kesisteman ditonjolkan dalam audit, maka audit komunikasi dapat dipahami dalam 2 cara, yakni sebagai alat diagnosis (diagnosic tools) dan sebagai riset evaluasi (organizational communication evaluation). Pandangan pertama audit komunikasi sebagai alat diagnosis dicetuskan oleh Gerald Goldhaber, 1985. Audit komunikasi dianggap sama dengan pemeriksaan kesehatan atau medicaal cek up yang harus dilakukan secara periodik agar dapat memberikan manfaat sebagai upaya pencegahan penyakit (preventiv efforts) dalam rangka pemeliharaan kesehatan. Meskipun konsep pencegahan penyakit dana pemeliharaan kesehatan tidak secara tegas menunjukkan peningkatan kesehatan, tetapi mempunyai implikasi bahwa audit komunikasi sebagai cek up perlu dilakukan tanpa harus sampai organisasisnya jatuh sakit terlebih dahualu. Singkatnya tujuan audit sebagai sebuah diagnosis lebih menekankan menjaga efektifitas daripada meningkatkan efektifitas. Pandangan kedua, audit komunikasi sebagai riset evaluasi umumnya dianut oleh para penulis buku buku teks tradisional seperti Tom Daniel dan bery Speaker, 1944 yang menyebutnya sebagai istilah organizational communication evaluation (OCE). Dalam OCE peneliti melakukan 2 hal, yakni 12 pertama mengumpulkan dan menganalisis data tentang sitem dan praktek komunikasi dalam organisasi. Kedua, menunjukkan kondisi dana nilai yang digunakan sebagai kerangka interpretasi atas data yang sudah dianalisis itu tanpa melengkapi rekomendasi dan rencana kerja sebagai implikasi dari OCE tersebut. Kegiatan OCE terutama hendak menonjolkan efektifitas fungsional dari sistem yang dibangun organisasi. Metode Audit Komunikasi Sedangkan metode yang sering digunakan dalam kegiatan audit komunikasi, menurut Otto Lerbinger (dalam Ruslan, 2003:93), yaitu: 1. Readership Survey. Survei pembaca atau untuk mengidentifikasi pemberitaan, rubrik dan artikel terdapat di media massa yang selalu dibaca oleh publik. Selain itu dalam Wimmer dan Dominick (1983), kajian readership ini juga dapat dirancang untuk mengukur berapa banyak orang membaca dan atau mengingat suatu terbitan (seperti buletin dan laporan tahunan) dan pesan-pesan yang dikandungnya. Hasilnya digunakan untuk memperbaiki isi, tampilan, maupun cara pendistribusiannya. 2. Content Analysis. Suatu metode untuk mengklasifikasi isi (materi), dan tema (topik) pesan-pesan tersebut yang dianalisis untuk mengetahui peliputan yang mana favourable dan unfavourable terhadap kepentingan tertentu. Selain itu dalam Wimmer dan Dominick (1983), metode ini juga digunakan untuk melihat bagaimana media menangani berita dan informasi lainnya tentang dan dari organisasi. 3. Readability Study. Model pengukuran tingkat kemudahan dan pemahaman terhadap suatu wacana yang tertulis di berbagai media cetak. 4. Communication Climate Survey. Suatu kegiatan survei mengenai tingkat keterbukaan dan ketersediaan saluran komunikasi organisasi. 5. Network Analysis. Kajian melalui jaringan komputer untuk menganalisis pola-pola pesan (komunikasi) yang dikeluarkan organisasi sesuai dengan harapan manajemen dan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, apakah sudah sesuai atau tidak hasilnya. 13 Daftar Pustaka Arni, Muhammad. 1985. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Hardjana, Adre. 2000. Audit Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta: PT Grasindo. Ruslan, Rosady, 2003, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Wimmer, Roger D., Joseph R. Dominick, 1983, Mass Media Research An Introduction. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company. 14