Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 Vol. 2 ISSN : 1858 - 2559 TRITMEN META MUSIC UNTUK MENURUNKAN STRES Henny Regina Salve1 Hendro Prabowo2 1 Mahasiswa Pasaca Sarjana Universitas Gunadarma [email protected] 2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma [email protected] ABSTRAK Meta music adalah musik yang menggunakan teknik entraiment dan binaural beast. Entrainment adalah prisip dalam fisika dan didefinisikan sebagai sinkronisasi dari dua atau lebih putaran irama (synchronization of two or more rhythmic cycles). Prinsip khusus ini dapat dimanfaatkan untuk membuat gema atau sinkronisasi otak pada frekuensi yang spesifik. Sementara binaural beats ditemukan pada tahun 1839 oleh eksperimenter Jerman H.W. Dove. Kemampuan manusia untuk “mendengar” binaural beats nampaknya merupakan hasil adaptasi secara evolusi. Beberapa spesies dapat mendeteksi binaural beats karena struktur otaknya. Frekuensi binaural beats yang dapat dideteksi amat tergantung dari ukuran tempurung kepala spesies. Pada manusia, binaural beats dapat dideteksi pada nada kira-kira di bawah 1500 Hz (Oster, 1973 dalam Atwater, 2004). Masalah yang relevan di sini adalah kemampuan bawaan otak untuk mendeteksi perbedaan fase di antara telinga yang mendorong persepsi ke arah binaural beats (Atwater, 2004). Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan subjek 18 orang untuk kelompok kontrol dan 27 orang untuk kelompok eksperimen. Bagi kelompok eksperimen, ruang yang digunakan adalah ruang audio visual Universitas Gunadarma. Sementara meta music yang digunakan adalah Peaceful Place karya Ken Davis. Dengan menggunakan empat speaker, eksperimen ini secara signifikan ternyata dapat menurunkan tingkat stres pada kelompok eksperimen. Kata kunci: meta music, stres PENDAHULUAN Stres Seperti kita ketahui bahwa stres telah menjadi sebagian besar kehidupan manusia dan sering manusia tidak memperhatikannya (Haber dan Runyon, 1984). Stres bisa melanda siapa saja dan di mana saja. Stres tidak menyerang semua orang dengan cara yang sama. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang-pendek yang tidak sama, pernah atau akan mengalaminya. Tidak ada seorangpun yang dapat menghindar dari stres, baik itu bayi, kaum remaja, kaum muda, dan orang dewasa, terlebih lagi kelompok lansia (Hardjana, 1994). Dalam mengatasi stres, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda. Salah satunya adalah dengan menggunakan musik. Salah satu musik yang digunakan sebagai tritmen dalam menurunkan stres adalah meta musik, yaitu musik dengan binaural beat, entrainment dan gelombang otak. Penelitian ini ingin menguji pengaruh meta musik sebagai tritmen dalam menurunkan stres pada mahasiswa. Istilah stres sudah begitu akrab terdengar di telinga kita. Kata stres berasal dari bahasa latin stringere yang berarti menarik kencang. Secara terminologis, stres berasal dari pengertian istilah Yunani yaitu merimnao sebagai paduan dua kata, yakni meriza (membelah, bercabang) dan nous (pikiran). Dari kedua istilah ini pengertian stres berarti membagi pikiran antar minat-minat yang layak dengan pikiran-pikiran yang merusak (Gintings, 1999). Stres didefinisikan sebagai adanya suatu peristiwa atau situasi yang tercipta bila transaksi orang yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksesuaian, baik secara nyata atau tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang dimilikinya, yang dapat mengancam keseimbangan diri sehingga perlu melakukan adaptasi. Berat atau tidaknya suatu stres tergantung dari penilaian seseorang terhadap stres yang dialaminya. Seseorang yang mengalami stres dapat menampilkan gejalagejala, seperti : fisik, emosi, intelektual, interpersonal. a. Gejala fisikal Gejala stres yang dialami seperti sakit kepala, sulit tidur (insomnia), sakit punggung terutama bagian bawah, gatal- TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan disajikan stres, metode untuk mengatasi stres, musik. Tritmen Meta Music Untuk… … Salve B65 Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 gatal pada kulit, pencernaan terganggu, tekanan darah tinggi, ketegangan otot pada area leher dan bahu, keringat berlebihan, berubah selera makan serta kelelahan ditambah dengan banyak melakukan kesalahan dalam kerja dan hidup. b. Gejala Emosional Biasanya seseorang mengalami kecemasan, sedih, mood berubah dengan cepat, mudah marah, gugup, merasa harga diri turun atau tidak aman sensitif, mudah menyerang dan bermusuhan, kehabisan sumber daya mental (burn out). Pada gejala ini apabila tidak teratasi dengan cepat perlu ditolong ke psikolog atau psikiater. c. Gejala Intelektual Contohnya adalah sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, dan prestasi/produktivitas kerja yang menurun serta bertambahnya jumlah kekeliruan kerja yang dibuat. d. Gejala Interpersonal Stres mempengaruhi hubungan dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar rumah. Gejalanya antara lain : kehilangan kepercayaan dari orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, tidak memenuhi janjinya, suka mencari-cari kesalahan orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata, terlalu membentengi diri, “mendiamkan” orang lain. Metode untuk Mengatasi Stres Ada berbagai macam metode untuk mengatasi stres seperti : pendekatan farmakologis (pharmalogical), perilaku (behavioral), pemahaman (cognitive), meditasi (meditation), dan hipnosis (hynopsis), dan musik (music) (Hardjana, 1994). 1. Pendekatan Farmakologis (Pharmalogical) Pendekatan ini dilakukan oleh dokter yang juga ahli dalam psikiatri. Pendekatan ini memanfaatkan obat-obat penenang dan umumnya bersifat sementara. Cara kerjanya rumit, dan tidak mudah dijelaskan bagi orang awam di bidang kedokteran dan psikiatri. Pendekatan ini berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous system), bisa berada di pusat (central), B66 Vol. 2 ISSN : 1858 - 2559 bisa juga di sekelilingnya (peripheral). Jadi pendekatan farmakologis boleh disebut sebagai cara pengelolaan stres awal, sebelum pada waktunya orang dibantu untuk mengelola stres yang dialami secara sungguh-sungguh, dalam arti masalah sendiri dikelola. 2. Pendekatan Perilaku (Behavioral) Pendekatan ini dikembangkan oleh para ahli psikologi dan dapat dilatihkan pada orang yang tertimpa stres untuk mengelola penderitaannya. Pendekatan ini ada yang terarah pada perilaku. Bentuknya antara lain relaksasi (relaxation), desensitisasi sistematis (systematic desensitization), umpan balik bio (bio-feedback) dan meniru (modelling). a. Relaksasi (Relaxation) Merupakan salah satu teknik penenangan diri yang bermanfaat untuk mengelola stresnya. Teknik yang digunakan disebut juga relaksasi otot secara progresif (progressive muscle relaxation) yaitu perhatian yang dipusatkan pada suatu bagian tertentu dengan menegangkan dan mengendorkannya agar ketegangan stres menjadi berkurang. b. Desensitisasi Sistematis (Systematic Desensitization) Metode ini berguna untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan. Metode ini didasarkan atas pandangan bahwa takut itu dipelajari lewat pemahaman akan suatu situasi atau hal dalam kaitan dengan peristiwa yang tidak menyenangkan. Dalam psikologi cara pemahaman semacam ini disebut pengkondisian klasik (classical conditioning). c. Umpan Balik Bio ( Bio-Feedback) Metode umpan balik bio dimanfaatkan untuk menenangkan otot-otot yang tegang pada bagian tubuh tertentu, dan untuk menangani stres yang berhubungan dengan masalah kesehatan. d. Peniruan (Modelling) Merupakan cara belajar lewat pengamatan (observation) dan pergaulan (socialization). Cara belajar ini melengkapi cara belajar dengan cara berbuat sendiri atau melakukan sesuatu. Cara belajar dengan meniru berlaku juga dalam Tritmen Meta Music Untuk… … Salve Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 hal stres. Orang jadi tahu perilaku yang berkaitan dengan stres, karena melihat orang yang menderita stres. 3. Pendekatan Kognitif Metode ini digunakan untuk membantu orang dalam mengatasi stresnya karena kekurangan atau kesalahan pengertian. Intinya metode kognitif merupakan pemahaman untuk mengatasi stres diciptakan dengan membantu mengatur kembali pola berpikirnya. Pengaturan kembali pola berpikir (cognitive restructuring) pada dasarnya merupakan proses yang menggantikan pikiran atau kepercayaan yang mengurangi penilaian orang yang menderita stres terhadap ancaman atau kerugian yang dapat diakibatkan oleh hal, peristiwa, orang, keadaan yang dihadapinya. 4. Meditasi dan Hipnosis Stres dapat mempengaruhi gejolak mental. Metode meditasi (meditation) dan hipnosis (hypnosis) merupakan cara yang efektif. Meditasi merupakan cara untuk memusatkan diri dan perhatian pada suatu objek, pemikiran, atau bayangan. Tujuannya dalam rangka mengelola stres adalah menambah kemampuan orang yang terkena stres berhadapan dengan hal, peristiwa, orang, keadaan yang mengakibatkan stres dengan menciptakan tanggapan rileks, tenang, sebagai alternatif tanggapan terhadap stres itu. Kenyataannya meditasi mampu menciptakan ketenangan yang tak kalah dengan cara relaksasi dan desensitisasi. Hipnosis merupakan perubahan kesadaran yang dihasilkan lewat teknik sugesti tertentu, dan dalam keadaan berubah itu orang dapat dibantu mengubah pemahaman, ingatan dan perilaku. Tanpa ada orang yang ahli dan orangnya sendiri tidak mudah dihipnosis, metode hipnosis tidak dapat dilaksanakan. Dengan syarat itu hipnosis memang dapat digunakan untuk mengelola stres, tetapi tidak setiap orang dapat dihipnosis dan efektifitasnya tidak dapat melebihi teknik relaksasi atau desensitisasi. 5. Musik Metode ini merupakan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Jika kadar stres yang dialami seseorang terlalu tinggi, maka sistem kekebalan tubuhnya akan berkurang oleh sebab itu seseorang perlu Tritmen Meta Music Untuk… … Salve Vol. 2 ISSN : 1858 - 2559 senantiasa mewaspadai dirinya dari kondisi stres yang berlebihan (Satiadarma 2002). Montello & Coons (dalam Satiadarma 2002) menjelaskan bahwa salah satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri. Musik sebagai Terapi Sama halnya dengan stres, musik juga telah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tak terpisahkan. Kata musik berasal dari kata Yunani muse. Dalam mitologi Yunani dikenal bahwa sembilan muse, dewi-dewi bersaudara yang menguasai nyanyian, puisi, kesenian, dan ilmu pengetahuan, merupakan anak Zeus, raja para dewa, dengan Mnemosyne, Dewi Ingatan. Adapun nama-nama dewi itu adalah Clio, Thalia, Melpomene, Terpischore, Erato, Polyhymnia, Calliope, Urania, dan Euterpe Jadi, musik adalah adalah putra dari kasih sayang dan keindahan, kemegahan, dan kekuatan yang memiliki hubungan langsung dengan para dunia dewa (Satiadarma 2002). Berbagai penelitian pada era abad 20, telah memperoleh bukti akan adanya dampak positif musik. Sebuah majalah bulanan terkemuka di Amerika, dalam salah satu edisinya mencantumkan musik terdiri dari berbagai unsur dan jika diatur menurut proporsinya maka musik ini dapat membuat seseorang menjadi tenang atau bersemangat, anggun atau kasar, rasional atau emosional yang tak terkontrol. Musik memiliki nilai moral baik dan jahat (Chen Lu dalam Hosanna & Isanto 2002). Secara keseluruhan, musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara fisik, musik dapat membangkitkan aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon yang bersifat spontan dan tidak terkontrol, misalnya mengetukan jari. Musik juga dapat mempengaruhi pernapasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, dan memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas, suhu tubuh, serta mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres (Campbell 2001b). Sedangkan secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, efektif, efisien, dapat meningkatkan asmara dan seksualitas, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, B67 Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 menegaskan kemanusiaan bersama, dan membantu serta melepaskan rasa sakit. Binaural berarti yang dipakai kedua telinga atau diterima suara melalui dua pengeras suara yang memberikan efek tiga dimensi. Melalui stimulasi binaural-beat diharapkan dapat mendorong seseorang agar dapat berpusat pada keadaan kesadaran (state of consiousness). Ahli lain seperti MacGregor (2001) menyarankan bahwa musik dengan ketukan 56 sampai 60 per detik dapat dimanfaatkan untuk melatih relaksasi dan bergerak menuju keadaan alpha. Menurut Atwater (1999) kebudayaan kuno telah menggunakan kekuatan alami dari suara dan musik untuk mempengaruhi states of consciousness dalam upacara religius, tujuannya adalah meningkatkan kesehatan psikologis dan fisik. Dewasa ini, gagasan tentang stimulasi auditori dapat mempengaruhi kesadaran. Beberapa studi menunjukkan adanya perbaikan dalam integrasi pengindraan, relaksasi, meditasi, pengurangan stres, pengelolaan rasa sakit, tidur, dan menjaga kesehatan. Selain itu, juga dapat menghasilkan lingkungan belajar yang lebih baik, meningkatkan memori (Atwater, 1999), dan meningkatkan kreativitas (Hiew, 1995), Hasil penelitian Hardt & Gale (1997) menemukan bahwa subjek yang mendapatkan umpan balik nada dari empat speaker yang secara spasial terpisah dan dengan volume suara yang proporsional, akan dengan segera mempengaruhi amplitudo untuk menuju gelombang alpha. Hasilnya Skor Kreativitas (Ideational Fluency) pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan secara dramatis setelah mengikuti lima hari alpha training. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa stimulasi binaural beats pada frekuensi beta terbukti efektif untuk meningkatkan tingkat kewaspadaan (Lane dkk., 1998). Atau pada hasil penelitian Kennerly (1997) yang menemukan bahwa Binaural-beat audio signals (BBS's) pada frekuensi beta berpengaruh terhadap memori (recall, digit symbol, & digit span). Binaural beats tidak bisa digolongkan sebagai suara eksternal, karena sejatinya mereka adalah serangkaian frekuensi subsonik yang hanya bisa didengar oleh dan di bagian dalam otak saja. Frekuensi ini tercipta di kedua belahan otak kiri dan kanan (hemisphere) dan bekerja secara stimultan untuk mendengar suara yang ketinggiannya dibedakan oleh seperangkat kunci interval matematis-dus, seseorang mengenalnya kemudian sebagai jendela frekuensi. Gelombang otak lantas merespon osilasi denyutan nada ini dengan cara mengikuti mereka. Proses inilah yang kemudian disebut sebagai entrainment, yang menandai dimulainya B68 Vol. 2 ISSN : 1858 - 2559 kerjasama antara kedua belahan otak kiri dan otak kanan. Komunikasi kedua sisi otak inilah yang kemudian kita asosiasikan secara sosial sebagai percikan kreativitas, ilham, dan kebijaksanaan (Sanasini.com 2005). Para ilmuwan telah mengukur keadaan gelombang energi otak yang berbeda pada manusia dan dibagi menjadi 4 bagian yaitu : betha, alpha, theta, dan delta (McGregor, 2001): 1. Gelombang Betha merupakan keadaan sadar, memiliki jangkauan putaran antara 13 - 28 per detik. Sinyal yang tinggi menunjukkan dalam keadaan normal dan fokus. Jadi keadaan beta adalah keadaan yang kuat sekali, keadaan pada saat kita terjaga dan pada saat perhatian seseorang terbagi. Keadaan ini sangat logis, analistis, dan merupakan keadaan aktif atau bertindak. Inilah keadaan untuk melakukan banyak hal, dan yang ditimbulkan oleh keadaan stres. 2. Gelombang Alpha merupakan keadaan dari yang putarannya 7 - 13 per detik. Berada pada keadaan rileks atau tanpa stres, dan sangat penting untuk membuka jalan menuju 88 % kekuatan bawah sadar. Ketika seseorang berada dalam dalam gelombang alpha, stres seseorang akan hilang dan orang tersebut akan merasa rileks sehingga bisa masuk pikiran bawah sadar. 3. Gelombang Theta merupakan keadaan theta berlangsung pada putaran 3,5 – 7 per detik. Biasanya disertai oleh keadaan pikiran yang malas atau meditasi yang dalam dan tahap tidur yang pertama. Pada keadaan ini, kita tak lagi merasakan badan atau seakan-akan badan kita hilang. Keadaan ini adalah keadaan di mana pikiran menjadi kreatif dan inspiratif. Inilah kreativitas yang sebenarnya bisa muncul dan disebut juga dengan kondisi sugestif yang tinggi dan keadaan penyembuh yang kuat. Keadaan theta juga merupakan kondisi di mana kita bisa bermimpi. 4. Gelombang Delta memiliki jangkauan dari 0,5 Hz – 4 Hz. Berada dalam keadaan tidur tanpa mimpi artinya adalah keadaan penyembuhan dan peremajaan sel tubuh. Pada tahap ini, karena kita lebih banyak tidur maka tubuh berusaha menyembuhkan dirinya sendiri, tidak ada pikiran, dan istirahat total. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Tritmen Meta Music Untuk… … Salve Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 Dalam penelitian ini beberapa variabel yang dikaji adalah variabel bebas berupa terapi musik dan variabel tergantung yaitu stres. Musik yang akan digunakan sebagi terapi untuk menurunkan stress adalah meta musik yang berjudul A Peaceful Place No. 1 (instrumentalia), karya Ken Davis yang berupa CD musik. Untuk mengukur stres digunakan skala stres. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat 3 dan 4 yang berusia 19-24 tahun, berjenis kelamin pria dan wanita, dan bertempat tinggal di Jabotabek. Rancangan Eksperimen Penelitian ini bersifat eksperimental, karena dalam kondisi seperti ini ada banyak faktor yang saling berkaitan dengan variabel-variabel penelitian sehingga akan mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian eksperimen, peneliti menggunakan rancangan Non Randomized Control−Group Pretest−Posttest Design. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan placebo pada kelompok kontrol. Placebo yang diberikan berupa “membuat Origami”. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan stres subjek saat pretest dan posttest setelah diberikan musik, peneliti menggunakan pengukuran non parametric dengan metode uji Wilcoxon yang menggunakan program SPSS 11.5. Alasan peneliti menggunakan metode uji Wilcoxon karena diketahuinya distribusi tes yang tidak normal dan jumlah subjek penelitian yang kurang dari 30 (N<30). Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa Z = -4,546 dengan tingkat signifikansi yaitu 0,000 (p<0,01). Berdasarkan nilai tersebut menunjukkan bahwa ada tingkat signifikan pada kelompok eksperimen terhadap stres bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan pada kelompok eksperimen terhadap stres sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol pretest dan posttest dengan memiliki Z = -2, 493 (p<0,05) dengan tingkat signifikansi 0,13 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap stres sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan analisis data, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah diterima. Terjadinya penurunan stres pada subjek di kelompok eksperimen karena adanya perlakuan Tritmen Meta Music Untuk… … Salve Vol. 2 ISSN : 1858 - 2559 berupa pemberian meta musik, yang mana musik tersebut memiliki pengaruh dalam menurunkan stres. Penelitian ini juga menggunakan skala form evaluasi penilaian diri untuk melihat apakah ada pengaruh musik yang telah diberikan kepada subjek di kelompok eksperimen. Hasil skala evaluasi ini menunjukkan bahwa nilai sebesar 2,37 menyatakan subjek merasakan manfaat setelah mendengarkan meta musik, dan nilai sebesar 2,78 menunjukkan bahwa subjek merasakan adanya perubahan secara psikologis setelah mendengarkan meta musik. Selain itu, subjek juga merasakan tenang yang ditunjuk oleh nilai 2,81 dan subjek juga merasa nyaman atas perubahan yang dirasakannya setelah mendengarkan musik dengan menunjukkan nilai 2,74. Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa subjek pada kelompok eksperimen dapat merasakan pengaruh musik setelah diberikan perlakuan berupa mendengarkan musik. Hal tersebut didukung oleh nilai 3,11 yang menunjukkan bahwa subjek tidak merasakan adanya hambatan atau tidak merasakan adanya penurunan kualitas secara fisik. Di samping itu, subjek juga tidak merasakan terhambat atau tidak merasakan perubahan penurunan kualitas secara psikologis dengan nilai sebesar 3,70. Selain itu, peneliti juga menggunakan skala terbuka. Pada skala ini menunjukkan banyaknya respon jawaban terhadap pernyataan yang diberikan dilembar fom essai evaluasi penilaian diri. Sebagian besar respon jawaban subjek yang pertama adalah subjek merasakan stresnya menjadi berkurang setelah mendengarkan musik dengan nilai sebesar 20,779 %. Respon kedua jawaban subjek adalah merasa rileks dengan nilai 18,18 %. Sedangkan nilai 10,389 % merupakan respon ketiga jawaban yang merasa nyaman. Dan, respon jawaban keempat subjek merasa jiwanya menjadi tenang, didukung oleh nilai 7,79 %. Posisi kelima respon jawaban subjek, ditunjuk dengan nilai 6,493 %, adalah pikirannya menjadi tenang. KESIMPULAN Berdasarakan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa meta musik dapat digunakan sebagai tritmen dalam menurunkan stres pada mahasiswa. Bagi peneliti yang akan mengembangkan penelitian serupa disarankan untuk mencari subjek penelitian dengan jumlah yang lebih memadai dan menggunakan ruangan yang lebih memadai pula bagi kelompok eksperimen. B69 Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007 DAFTAR PUSTAKA Atwater, F. H. 19 Desember 2004. The HemiProcess. Sync® http://www.monroeinstitute. org/research/hemi-sync-atwater.html Campbell, D. (2001a). Efek Mozart Bagi Anak: Meningkatkan Daya Pikir, Kesehatan, dan Kreativitas Anak Melalui Musik. Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono Widodo. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Campbell, D. (2001b). Efek Mozart: Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas, dan Menyehatkan Tubuh. Alih Bahasa: T. Hermaya. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Gintings, P.E. (1999). Mengantisipasi Stres Dan Penanggulangannya. Yayasan ANDI, Yogyakarta. Haber, A. & Runyon, R.P. (1984). Psychology of Adjustment. The dorsey Press, Homewood. Hardjana, M.A. 1994. Stres Tanpa Distres: Seni Mengolah Stres. Kanisius, Yogyakarta. B70 Vol. 2 ISSN : 1858 - 2559 Hiew, C. C. (1995). “Hemi-Sync into creativity”. Hemi-Sync Journal, XIII (1), 3-5. Kennerly, R. 19 Desember 2004. An Empirical Investigation into the Effect of Beta Frequency Binaural-beat Audio Signals on Four Measures of Human Memory. http://www.hemi-sync.com Lane, J.D., Kasian, S. J., Owens, J. E. & Marsh, G. R.. (1998). “Binaural Auditory Beats Affect Vigilance Performance and Mood”. Reprint from Physiology & Behavior, 63, 2, 249-252. © 1998 Elsevier Science Inc. MacGregor, S. (2001). Piece of Mind: Menggunakan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar untuk Mencapai Tujuan. Gramedia, Jakarta. Merrit, S. (1996). Simfoni Otak: 39 aktivitas Musik Yang Merangssang IQ, EQ, SQ Untuk Membangkitkan Kreativitas Dan Imajinasi. Penerbit Kaifa, Bandung. Satiadarma, P.M. (2002). Painting With Heart : Apa dan Bagaimana Manfaatnya Melalui Perspektif Psikologi. Seminar dan Workshop Art Therapy. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta. Tritmen Meta Music Untuk… … Salve