KONDILOMATA AKUMINATA Farida Zubier Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia Pendahuluan (1) Etiologi kondilomata akuminata Human papilloma virus (HPV) Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, dan sekitar 40 tipe yang dapat menginfeksi daerah genital Tipe non-onkogenik (low risk type) : risiko menyebabkan kanker rendah, misalnya tipe 6, 11 Tipe onkogenik (high risk type) : risiko menyebabkan kanker tinggi, misalnya tipe 16, 18 Pada sekitar 90% kanker serviks ditemukan tanda infeksi HPV Pendahuluan (2) Epidemiologi infeksi HPV Insidens kumulatif infeksi HPV 40% Prevalensi mencapai 75-80%. 2/3 individu imunokompeten: infeksi transien Hanya < 1% bermanifestasi sbg kondiloma akuminata (KA) Insidensi Kutil Kelamin Di Indonesia Kejadian kutil kelamin terus meningkat, saat ini merupakan kasus Infeksi Menular Seksual paling tinggi 1 Data courtesy of DR.dr.Wresti Indriatmi, Sp,KK Pendahuluan (3) Gangguan Psikologis terkait lesi KA Cemas Malu Percaya diri menurun Depresi Kualitas hubungan seksual ↓ Mortensen GL. Long-term quality of life effects of genital warts – a follow-up study. Dan Med Bul 2010;57(4):1-4 Manifestasi klinis Gejala Asimptomatik (75%) Dapat pula disertai: • • • • • pruritus anogenital rasa terbakar nyeri tenesmus perdarahan MANIFESTASI KLINIS (2) Tumor menyerupai kembang kol Sewarna kulit atau merah muda Bentuk: Kubah papul datar lesi bertangkai lesi hiperkeratotik Lesi KA dapat: Soliter, Multipel tersebar, berkelompok menyerupai mulberry, Kerkonfluens membentuk plak Manifestasi klinis (3) a b c Berbagai manifestasi klinis KA. (a) dan (b) KA pada penis. (c) KA pada perianal. O’Mahony C. Genital warts: current and future management options. Am J Clin Dermatol 2005: 6 (4): 239-43j MANIFESTASI KLINIS (4) Rose RC, Stoler MH. Biology. In: Bonnez W. Guide to genital disease and prevention. New York: Informa Healthcare 2009; 1:1-16 Diagnosis (1) Diagnosis KA umumnya dapat ditegakkan melalui: Pemeriksaan fisis dg pencahayaan yg memadai dan kaca pembesar Pemeriksaan sederhana dan cepat asam asetat 3-5% pada lesi dpt membantu Pada pasien homoseksual, pemeriksaan anuskopi dan/ protosigmoidoskopi penting dilakukan lesi dapat meluas ke arah dalam (75-94%) Diagnosis (2) Biopsi bila klinis atau tes asam asetat meragukan Pemeriksaan DNA HPV untuk mengetahui apakah KA disebabkan oleh low risk HPV/ high risk HPV Terapi Efektivitas terapi IMS dinilai berdasarkan kemampuan menanggulangi manifestasi klinis pencegahan morbiditas dan komplikasi jangka panjang eradikasi etiologi infeksi pencegahan transmisi Terapi lesi KA jumlah virus ↓ namun eradikasi infeksi sempurna sulit dicapai Terapi Tanpa terapi, lesi KA dapat menghilang, menetap, maupun tumbuh lebih besar. bergantung respons imun pejamu Target utama terapi KA: Eradikasi lesi KA Stimulasi sistem imun untuk: • mengenali dan mengeliminasi virus • menghambat replikasi virus • menghambat pertumbuhan lesi Terapi Hal-hal yang menjadi pertimbangan pemilihan terapi: manifestasi klinis lesi (jumlah, ukuran, keratinisasi/ nonkeratinisasi) lokasi lesi kondisi pasien (kehamilan, usia, status imunitas) komplikasi terkait terapi preferensi pasien ketersediaan terapi keterampilan/ pengalaman dokter. Terapi Podofilotoksin (1) Terapi topikal diaplikasikan pasien Ekstrak bahan aktif podophyllum resin. Cara kerja: Antimitotik hambatan polimerisasi tubulin menjadi mikrotubuluspembelahan sel terhenti pada metafase induksi nekrosis jaringan lokal Kontraindikasi : area vagina, uretra, serviks kehamilan Terapi Podofilotoksin (2) Terapi topikal diaplikasikan pasien Sediaan: (Condilox®) 0,5% solusio 0,5% gel 0,15% krim Cara pakai: 2x/hari slm 3 hari berturut-turut/minggu maksimal luas area 10 cm2/sesi aplikasi Jumlah maksimal 0,5 ml/hari Evaluasi ulang dlm 4 minggu. Terapi Podofilotoksin (3) Terapi topikal diaplikasikan pasien Efek samping Inflamasi dan iritasi lokal Erosi Nyeri Rasa terbakar Gatal lebih Jarang dilaporkan: Dispareuni Perdarahan, Skar Insomnia Terapi Imiquimod Terapi topikal diaplikasikan pasien (1) imidazoquilinamine tidak memiliki aktivitas antivirus in vitro Cara kerja: memodifikasi respons imun pejamu peningkatan produksi sitokin, yaitu: interferon α, tumor necrosis factor (TNF), dan interleukin. peningkakan jumlah dan kinerja sel natural kiler (NK), poliymorphonuclear neutrofilic leukocyte (PMN), makrofag, dan sel T efek antitumor dan eradikasi virus in vivo menginduksi memori sistem mencegah terjadinya rekurensi Terapi Imiquimod (2) Terapi topikal diaplikasikan pasien Kontraindikasi : area mukosa (vagina, uretra, serviks) kehamilan Sediaan: krimkonsentrasi 1% dan 5% (Aldara®). Cara Pakai: 3x/ minggu (selang sehari) s/d 16 mgg. Dianjurkan menggosok saat aplikasi krim untuk meningkatkan absorbsi. Sedian juga diaplikasikan pd area sekitar lesi, tdk terbatas pd lesi KA saja. Setelah 6-10 jam area yang diterapi dibersihkan dengan sabun Terapi Imiquimod (3) Terapi topikal diaplikasikan pasien Efek samping : eritema ringan-sedang Erosi Gatal Sensasi terbakar Iritasi Indurasi, nyeri pada perabaan. lebih jarang ditemukan dibandingkan podofilotoksin sering dijumpai pada konsentrasi yang lebih tinggi Terapi Sinecatechins Terapi topikal diaplikasikan pasien polifenon E yang terdiri atas ekstrak 8 catechins dipurifikasi dari teh hijau (Camellia sinensis). Terapi Terapi topikal diaplikasikan pasien Terapi Sinecatechins (3) Sedian: salap 10% dan 15% (veregen®) Terapi topikal diaplikasikan pasien Tidak direkomendasikan pada: Pasien hamil Usia dibawah 18 thn Imunokompromais Pasien dg herpes genitalis, belum ada uji klinis keamanan dan efektivitas Cara Pakai: 3x/hari s/d maksimal 16mgg 250mg/lesi/kali aplikasi Terapi Sinecatechins (4) Terapi topikal diaplikasikan pasien Efektifitas Superior thd plasebo dalam eradikasi lesi KA selama kurun waktu terapi 12 minggu. Superior thd imiquimod dan podofilotoksin Efek samping : reaksi lokal kulit, yaitu: Eritema Edema Erosi 2-4 minggu terapi Terapi Podofilin podofilin resin salah satu terapi tertua KA mengandung flavenoid mutagen, quercetin, dan kamferol. Terapi topikal diaplikasikan Dokter Cara kerja: antimitotik yang menginduksi nekrosis jaringan, sebagaimana podofilotoksin Kontraindikasi: Kehamilan Sediaan :solusio podofilin 10-25% Penggunaan maksimal luas area 10 cm2 /jumlah total podofilin < 0,5 ml. risiko absorpsi dan toksisitas sistemik Terapi Podofilin Terapi topikal diaplikasikan Dokter Efek samping: Lokal : nyeri, ulkus Sistemik : sangat jarang . Mual, muntah, diare . Gangguan fungsi hati . Neurotoksik (2) Terapi Bichloracetic acid (BCA) dan Trichloracetic acid (TCA) Terapi topikal diaplikasikan Dokter Agen yang bersifat korosif Cepat menjadi inaktif setelah kontak dg kulit/ lesi Konsentrasi dapat sampaii 95%. Dibuat sesuai pesanan o/ farmasi Terapi Bichloracetic acid (BCA) dan Trichloracetic acid (TCA) Terapi topikal diaplikasikan Dokter Cara pakai: diaplikasikan pada lesi KA dg tusuk gigi atau cotton bud. Jadwal terapi umumnya 1-2x/minggu selama 4 minggu. netralisasi kelebihan aplikasi BCA/TCA: Bikarbonat, talkum, sabun Komplikasi : ulserasi Terapi O’Mahony C. Genital warts: current and future management options. Am J Clin Dermatol 2005: 6 (4): 239-43j Terapi Interferon efek antivirus luas Pada KA: Terapi topikal Injeksi intralesi Cara pakai: Sediaan topikal diaplikasikan 1x/hari, selama 4 minggu kerap menjadi terapi tambahan modalitas terapi yang lain kombinasi dg podofilotoksin meningkatkan efektivitas 60% 90% dlm 4mgg. Terapi Interferon (2) Cara pakai: Dosis injeksi: 1-2 juta U. Dapat diulang setiap hari dosis maksimal 5 juta U/pasien. Jumlah lesi KA maksimum yang mendapat injeksi pada satu sesi terapi adalah 5 lesi. Efek samping: Demam Mialgia Nyeri kepala Lelah Leukopenia Terapi Interferon (3) Untuk lesi KA yang besar dan lesi yang menyebabkan obstruksi Hal yang perlu diperhatikan: anestesi anatomi: Lesi umumnya hanya sampai ke bagian atas dermis, tindakan hendaknya tidak terlalu dalam Waspada fungsi spingter kontrol infeksi Terapi Bedah Bedah eksisi Menggunakan skapel, gunting, dan kuretase dapat dikombinasi dg elektrokauter u/ hemostasis dan sbg modalitas terapi penyerta Bila perlu bertahap interval 1-3 bulan Efek samping berupa Nyeri Jaringan parut Perdarahan Terapi Terapi topikal diaplikasikan pasien Terapi topikal diaplikasikan Dokter Interferon Bedah Bedah Listrik Target: luka bakar derajat 1-2. Luka bakar sirkumferensial pada area perianal, hendaknya dihindari untuk menghindari stenosis ani Komplikasi : Nyeri Iritasi lokal Hipopigmentasi pasca-inflamasi, Infeksi skar Terapi Bedah Bedah beku Menggunakan: N2 cair, CO2 padat, cryoprobe membekukan kandungan air pada jaringan dan menginduksi terjadinya lisis sel Target pada aplikasi terapi : terbentuknya halo beberapa mm di sekitar lesi Interval terapi: 1-2 minggu. Efek samping: Nyeri Ulserasi Hipo dan hiper pigmentasi pasca-inflamasi Skar Infeksi Terapi Bedah laser CO2 Bedah secara ablatif vaporisasi lesi KA destruksi jaringan Asap yang timbul pada saat terapi dapat mengandung partikel virus Operator hendaknya menggunakan masker dan penghisap asap yang adekuat proteksi diri terhadap infeksi HPV respiratorik. Komplikasi : Nyeri Gatal Edema Skar Edukasi pasien, dan tindak lanjut paska terapi Pasien hendaknya mendapat informasi bahwa mereka mampu menularkan virus dan pasangan seksual mereka kemungkinan besar sudah mengalami infeksi. Komplikasi, frekuensi dan durasi terapi perlu disampaikan kepada pasien Edukasi pasien, dan tindak lanjut paska terapi Pasien yang akan melakukan terapi di rumah harus diajarkan cara menggunakan obat dengan benar Dokter hendaknya memastikan pasien dpt melihat/ mengidentifikasi lesi KA Pasien perlu diajarkan: menjaga higiene merawat luka mengamati dan melaporkan gejala serta tanda infeksi: peningkatan intensitas kemerahan kulit, bengkak, panas, nyeri, pus pada area lesi yang diterapi, maupun demam Edukasi pasien, dan tindak lanjut paska terapi Apabila eradikasi sempurna lesi KA tidak tercapai perlu dipertimbangkan kombinasi modalitas terapi lain Secara umum kunjungan dan evaluasi ulang 3 bulan paska terapi Pada pasien imunosupresi kunjungan ulang berkala 612 bulan direkomendasikan karena risiko rekurensi lebih besar pencegahan Abstinensi : tidak melakukan hubungan seksual dengan pasien KA, termasuk kontak kulit dengan kulit Batasi jumlah pasangan seksual Pemakaian kondom Vaksinasi dengan vaksin HPV kuadrivalen Penutup Infeksi HPV : ● merupakan salah satu IMS tersering di dunia ● memiliki potensi penularan yg tinggi ● kerap menimbulkan gangguan psikologis pada pasien ● diagnosis umumnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisis Penutup Tidak ada terapi yang ideal untuk seluruh lesi. Pemilihan terapi yang tepat bergantung pada: Tampilan lesi Lokasi Ketersediaan modalitas Keterampilan dokter Preferensi pasien. Preferensi pasien berbagai faktor, yaitu: Efektivitas Tingkat rekurensi Kenyamanan Privasi Biaya Efek samping, dan komplikasi terapi. Penutup Pasien hendaknya diberikan informasi menyeluruh mengenai penyakit dan terapi untuk menunjang keberhasilan terapi dan mencegah transmisi Vaksinasi untuk mencegah infeksi HPV dan karsinoma serviks dianjurkan . Pemberian vaksin sebaiknya sebelum pasien melakukan hubungan seksual. Terima Kasih