BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Selera makan adalah hasrat untuk makan, dan sangat berguna dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang akan dimakan. Fisiologi Selera Makan Manusia Fisiologi pengambilan makanan pada manusia, atau lebih sederhana dikenal sebagai selera makan, merupakan suatu hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain sistem saraf, endokrin, psikososial dan faktor lainnya. Kenyang adalah sensasi yang dirasakan jika keinginan untuk makan telah dipenuhi. Nukleus ventromedial adalah pusat kenyang. Stimulasi di daerah ini akan menyebabkan perasaan kenyang sehingga tidak mau makan (afagia), sebaliknya destruksi di daerah ini akan menyebabkan hasrat untuk makan yang berlebih dan dapat berakibat obesitas. Neurotransmitter dan hormon memegang peranan penting. Substansi biokimia tersebutlah yang menentukan apakah selera makan akan dihambat (kenyang) atau dicetuskan (lapar). Untuk itu dikenal pengkategorian sebagai berikut: (1) Substansi orexigenic yaitu substansi yang mencetuskan rasa lapar dan (2) substansi anorexigenic yang menghambat selera makan (dengan kata lain, kenyang). RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana fisiologis rasa lapar/kenyang? 2. Bagaimana fisiologis selera makan? TUJUAN Tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi, tentunya yang paling penting, yaitu : 1. Untuk mengetahui fisiologis kenyang 2. Untuk mengetahui fisiologis selera makan i DAFTAR ISI BAB I ............................................................................................................................................................... i PENDAHULUAN .......................................................................................................................................... i LATAR BELAKANG................................................................................................................................... i RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................................. i TUJUAN .................................................................................................................................................. i BAB II ............................................................................................................................................................ iii PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... iii Definisi selera makan ........................................................................................................................... iii BAB III ............................................................................................................................................................ 5 PENUTUP ................................................................................................................................................... 5 KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 5 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 5 ii BAB II PEMBAHASAN Definisi selera makan Selera makan adalah hasrat untuk makan, dan sangat berguna dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang akan dimakan. Fisiologi Selera Makan Manusia Fisiologi pengambilan makanan pada manusia, atau lebih sederhana dikenal sebagai selera makan, merupakan suatu hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain sistem saraf, endokrin, psikososial dan faktor lainnya. . Regulasi Sistem Saraf dan Biokimia Terhadap Pengambilan Makanan Sistem saraf berperan besar dalam fisiologi selera makan. Ada banyak daerah pada otak yang merupakan pusat-pusat selera makan, serta sarafsaraf tepi yang merupakan jarak untuk menyampaikan sinyal dari jaringan ke sistem saraf pusat dan sebaliknya. Hipotalamus adalah pusat pengendali selera makan terbesar. Ada dua daerah pada hipotalamus yang merupakan pusat penting: yaitu nukleus lateralis hipotalami sebagai pusat rasa lapar, dan nukleus ventromedialis hipotalami sebagai pusat kenyang. Ketika terjadi lesi pada bagian nukleus lateralis hipotalami, yang mengatur rasa lapar, maka akan terjadi afagia dan adipsia, sebaliknya bila terjadi lesi pada bagian nukleus ventromedialis hipotalami yang bertanggung jawab dalam mengatur rasa kenyang, maka akan menimbulkan hiperfagia dan obesitas. Daerah lain pada otak yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah nukleus paraventrikular, nukleus dorsomedial, dan nukleus arkuata pada hipotalamus. Lesi pada nukleus paraventrikular mengakibatkan makan dalam jumlah berlebih, sedangkan lesi pada nukleus dorsomedial menyebabkan tidak mau makan. Adapun nukleus arkuata merupakan daerah di mana hormon-hormon berpusat dan dikoordinasikan untuk mengatur pengambilan makanan. Batang otak juga berperan dalam pengambilan makanan. Dalam hal ini batang otak lebih ke arah mekanisme makan, seperti sekresi air liur, menjilat, mengunyah, menelan dll. Adapun daerah lain pada otak yang berperan dalam pengambilan makanan adalah amygdala dan korteks prefrontalis. Keduanya berperan dalam pengindraan bau makanan. Lesi pada amygdala dapat meningkatkan selera makan namun dapat juga menurunkannya, bergantung kepada daerah lesi itu sendiri. iii Ada beberapa input sinyal yang berperan dalam pengaturan dua daerah nafsu makan (respon makan) tersebut dan akan menghasilkan perilaku makan yang sesuai kebutuhan tubuh Input-input sinyal tersebut diantaranta Kader Leptin, Ghrelin, Distensi Gastrointesyinal, Sekresi Colecistokinin dan tingkat pemakain glukosa dan sekresin insulin. Masing-masing dapat dijelas sebagai berikut : 1. Kadar Leptin Leptin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel di jaringan adiposa (jaringan lemak). Kadar leptin meningkat sebanding dengan banyaknya simpanan lemak trigeliserida di jaringan lemak. Semakin banyak cadangan lemak semakin banyak leptin yang disekresi, keberadaan leptin ini akan menyebabkan penekanan keinginan untuk makan. Semakin banyak kadar leptin maka keinginan makan semakin berkurang, sebaliknya semakin sedikit kadar leptin maka keinginan makan semakin besar. Fungsi utama hormon ini adalah kontrol makan terutama menyangkut gangguan makan terutama kegemukan. 2. Kadar Ghrelin Ghrelin merupakan stimulant nafsu makan, terbanyak di produksi di lambung, ghrelin mampu menyebabkan peningkatan asupan makanan dan mengurangi pemakaian cadangan lemak. Grelin berfungsi juga sebagai stimulan sekresi hormon pertumbuhan (Growth Hormone), pemasukan makanan dan penambahan berat badan. Sekresi ghrelin meningkat pada kondisi keseimbangan energy negative misalnya kelaparan, anoreksia nervosa dan lainlain. Dan sebaliknya kadar Ghrelin menurun pada kondisi keseimbangan energy positif seperti setelah makan, hiperglikemia dan obesitas. 3. Distensi Gastrointestinal Ketika lambung dan usus terisi oleh makanan maka syaraf-syaraf yang berada di lambung dan usus akan terangsang, sinyal rangsangan syaraf tersebut di bawah ke inti syaraf pencernaan, nantinya akan disampaikan ke pusat pengaturan nafsu makan di otak (Hipothalamus). Ada dua sinyal balik yang akan di keluarkan oleh otal yaitu sinyal kenyang dan sinyal lapar. Dalam keadaan Distensi Gastrointestinal atau ketika lambung dan usus terisi, maka otak akan mengeluarkan sinyal kenyang, sebaliknya jika lambung dan usus dalam keadaan kosong, maka otak akan mengeluarkan sinyal lapar atau sinyal makan. iv 4. Sekresi Colecistokinin (CCK) Sekresi Colecistokinin (CCK) adalah sekresi hormon dari mukosa dinding usus (duodenum) pada saat pencernaan makanan yang mengandung lemak. Adanya sekresi Colecistokinin menunjukkan sinyal kenyang. CCK juga dapat menyebabkan peningkatan hormon serotonin di hypothalamus. Serotonin adalah hormon yang berhubungan dengan perasaan tenang (nyaman), dalam hal makan akan mendukung perasaan nyaman setelah makan, A. Definisi kenyang fisiologi Kenyang adalah sensasi yang dirasakan jika keinginan untuk makan telah dipenuhi. Nukleus ventromedial adalah pusat kenyang. Stimulasi di daerah ini akan menyebabkan perasaan kenyang sehingga tidak mau makan (afagia), sebaliknya destruksi di daerah ini akan menyebabkan hasrat untuk makan yang berlebih dan dapat berakibat obesitas. Faktor yang meregulasi kuantitas pengambilan makanan Berdasarkan pemeliharaan simpanan energi pada tubuh, regulasi kuantitas pengambilan makanan dapat dibagi menjadi: 1. Regulasi jangka pendek Bertujuan untuk mencegah seseorang makan terlalu banyak dalam suatu kesempatan demi optimalisasi sistem pencernaan. Dengan demikian maka sistem perncernaan dapat bekerja secara optimal dalam mengolah dan menyerap sari makanan. Jika hanya mengandalkan sinyal yang dihasilkan oleh simpanan energi (regulasi jangka panjang), maka perlu waktu yang sangat lama untuk menghentikan seseorang makan. Oleh karena itu, regulasi jangka pendek melibatkan mekanisme yang mampu bekerja dengan cepat dalam menstimulasi dan menginhibisi selera makan, seperti inhibisi akibat pengisian lambung. Ketika makanan masuk ke lambung, maka lambung akan mengalami distensi. Peregangan (mekanik) yang terjadi ini menyebabkan sinyal ditransmisikan melalui nervus vagus ke pusat kenyang-lapar sehingga selera makan akan berkurang atau hilang. regulasi jangka pendek melibatkan mekanisme yang mampu bekerja dengan cepat dalam menstimulasi dan menginhibisi selera makan: 1. Inhibisi akibat pengisian lambung 1 Ketika makanan masuk ke lambung, maka lambung akan mengalami distensi. Peregangan(mekanik) yang terjadi ini menyebabkan sinyal ditransmisikan melalui nervus vagus ke pusatkenyang-lapar sehingga selera makan akan berkurang atau hilang. 2. Inhibisi yang disebabkan hormon gastrointestinal Kolesistokinin (CCK) adalah hormon yang dilepaskan ketika lemak memasuki duodenum. CCK ini akan menurunkan selera makan dengan cara mengaktivasi jaras melanokortin. Peptide YY (PYY) adalah hormon yang dilepaskan oleh traktus gastrointestinal (khususnya ileum dan kolon) yang bersifat menekan rasa lapar. Pengeluaran hormon PYY ini dipengaruhi oleh jumlah kalori yang dicerna dan komposisi makanan, di mana semakin banyak lemak yang masuk semakin banyak hormon PYY yang dikeluarkan. Selain itu, keberadaan makanan pada saluran cerna menstimulasi sekresi glucagon-like peptide yang memperkuat sekresi insulin. Baik glucagon-like peptide dan insulin sama-sama bersifat menekan selera makan. 3. Stimulasi yang disebabkan hormon gastrointestinal Ghrelin adalah hormon yang dilepaskan oleh sel-sel oxyntic di saluran cerna khususnya lambung. Hormon ini mengalami peningkatan pada saat puasa, sesaat menjelang makan, dan mengalami penurunan setelah makan. Diduga hormon ini bersifat orexigenic karena meningkatkan pengambilan makanan pada penelitian menggunakan hewan coba. 4. Reseptor oral Sebuah penelitian menggunakan hewan coba dengan memiliki fistula (kebuntuan) esophageal yang diberi makanan. Kendati makanan tersebut tidak akan pernah sampai ke usus (karena adanya fistula), derajat lapar hewan tersebut menjadi berkurang setelah “makan”. Diduga ada faktor-faktor tertentu terkait aktivitas mulut saat makan seperti mengunyah, membasahi, mengulum dan mengecap yang memberi sinyal ke hipotalamus untuk menghentikan rasa lapar. Namun mekanisme inhibisi rasa lapar ini hanya bertahan 20-40 menit, jauh lebih singkat dibandingkan inhibisi rasa lapar yang disebabkan oleh pengisian sistem gastrointestinal. 2. Regulasi jangka panjang Bertujuan memelihara simpanan energi secara konstan dalam waktu yang relatif lama dan erat kaitannya dengan status gizi. Berbeda dengan regulasi jangka pendek, regulasi jangka panjang dalam pengambilan makanan lebih bertujuan untuk menentukan status nutrisi seseorang. Berikut adalah mekanisme yang berperan dalam meregulasi pengambilan makanan jangka panjang, misalnya efek konsentrasi glukosa, asam amino dan lipid dalam darah. Telah 2 diketahui bahwa penurunan kadar glukosa darah menyebabkan rasa lapar. Hal itu disebut mekanisme pengaturan glukostatik (kecenderungan untuk menjaga stabilitas kadar glukosa dalam darah). Penelitian lain juga menunjukkan, regulasi oleh asam amino (aminostatik) dan lipid (lipostatik) memainkan peranan dalam mengatur rasa lapar dan kenyang. Regulasi jangka panjang dalam pengambilan makanan lebih bertujuan untuk menentukan status nutrisi seseorang. Berikut adalah mekanisme yang berperan dalam meregulasi pengambilan makanan jangka panjang: 1. Efek konsentrasi glukosa, asam amino dan lipid dalam darah Telah diketahui bahwa penurunan kadar glukosa darah menyebabkan rasa lapar. Hal itu disebut mekanisme pengaturan glukostatik (kecenderungan untuk menjaga stabilitas kadar glukosa dalam darah). Penelitian lain juga menunjukkan, regulasi oleh asam amino (aminostatik) dan lipid (lipostatik) memainkan peranan dalam mengatur rasa lapar dan kenyang. Kajian secara neurofisiologis juga mendukung teori glukostatik, aminostatik, dan lipostatik melalui observasi: (1) Peningkatan kadar glukosa darah meningkatkan aktivitas neuron glukoreseptor pada nukleus ventromedial dan paraventrikular dan (2) peningkatan kadar glukosa darah juga meningkatkan aktivitas neuron glukosensitif pada pusat lapar di hipotalamus. Beberapa asam amino dan lipid juga mempengaruhi rasa lapar-kenyang melalui jaras yang hampir sama dengan glukosa. 2. Regulasi yang disebabkan oleh temperatur Pada saat tubuh terpajan suhu yang rendah, maka secara fisiologis tubuh akan mengalami peningkatan laju metabolisme dan membutuhkan lemak dalam jumlah tinggi sebagai insulator. Pusat peregulasi temperatur akan berinteraksi dengan pusat kenyang-lapar sehingga menyebabkan keinginan untuk makan demi memenuhi kebutuhan kalori. 3. Sinyal umpan balik dari jaringan adiposa Penelitian terbaru menunjukkan adanya sinyal umpan balik dari jaringan adiposa yang menekan rasa lapar pada hipotalamus. Adalah leptin, sebuah hormon yang dilepaskan dari adiposit ketika terjadi penyimpanan energi (setelah makan) yang berperan dalam proses tersebut. Leptin akan menembus sawar darah otak dan menduduki reseptornya terutama pada neuron POMC pada nukleus arkuata dan paraventricular. Stimulasi leptin pada neuron-neuron tersebut akan mengakibatkan: (1) penurunan produksi stimulator rasa lapar, seperti NPY dan AGRP, (2) aktivasi neuron POMC yang menyebabkan pelepasan -MSH dan menstimulasi reseptor melanokortin, (3) meningkatkan produksiα 3 corticotropin releasing hormone yang menekan rasa lapar, (4) meningkatkan aktivitas jaras simpatis yang menimbulkan peningkatan laju metabolik dan penggunaan energi, dan (5) menurunkan sekresi insulin yang menimbulkan penurunan aktivitas penyimpanan energi. Dengan demikian leptin berperan besar dalam regulasi jangka panjang. Defek pada reseptor leptin akan menimbulkan rasa lapar yang berkepanjangan dan memicu hiperfagia dan obesitas parah. Selain itu resistensi leptin juga dapat menimbulkan obesitas, di mana leptin diproduksi dalam jumlah adekuat namun terjadi resistensi sehingga penderita akan makan terus-menerus. 4. Faktor psikososial Selain sinyal-sinyal involunter yang terdapat di dalam tubuh, diduga faktor psikologis dan sosial juga membentuk kebiasaan makan. Contohnya adalah kebiasaan makan yang rutin dan terjadwal sehingga membuat seseorang makan karena memang sudah waktunya (bukan karena lapar), atau gaya hidup seperti hiburan, bisnis dan waktu senggang yang turut menentukan kapan seseorang makan. Stress, cemas, depresi, dan bosan juga menentukan perilaku makan manusia melalui mekanisme yang tidak melibatkan mekanisme pemenuhan kebutuhan energi, baik pada hewan percobaan maupun manusia. Faktor-faktor psikososial ini mampu mengalahkan faktor-faktor intrinsik fisiologis yang mengatur selera makan. Secara singkat bisa dikatakan bahwa rasa kenyang disebabkan setidaknya oleh interaksi antara efek mekanistis makanan dalam lambung (berupa distensi atau penggembungan lambung oleh makanan) dengan efek kimia dari makanan berupa pelepasan hormon-hormon tertentu seperti Kolesistokinin dari usus halus. Orang akan lebih merasa terpuaskan dengan kenyang karena sepiring nasi dan lauk dibanding kenyang karena segelas air putih. Disitulah letak unsur atau aksi kimiawi zat makanan dalam menginduksi rasa kenyang tadi. Telah diketahui bahwa berbagai zat gizi yang terdapat dalam makanan seperti lemak, protein, karbohidrat bisa merangsang produksi hormon yang menghantarkan signal rasa kenyang seperti Kolesistokinin ke otak untuk diproses. Air putih yang tidak memiliki kandungan zat gizi tersebut tidak mampu menimbulkan rasa kenyang yang memuaskan karena tidak adanya penghantaran signal kenyang tersebut ke otak. Itulah yang membedakan sensasi kenyang yang berbeda tersebut. 4 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Selera makan adalah hasrat untuk makan, dan sangat berguna dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang akan dimakan. Fisiologi Selera Makan Manusia Fisiologi pengambilan makanan pada manusia, atau lebih sederhana dikenal sebagai selera makan, merupakan suatu hal yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Kenyang adalah sensasi yang dirasakan jika keinginan untuk makan telah dipenuhi. Nukleus ventromedial adalah pusat kenyang. Stimulasi di daerah ini akan menyebabkan perasaan kenyang sehingga tidak mau makan (afagia), sebaliknya destruksi di daerah ini akan menyebabkan hasrat untuk makan yang berlebih dan dapat berakibat obesitas. Pusat saraf yang mengatur asupan makanan. 1. 2. 3 · · · Nukleus lateral hipotalamus, berfungsi sebagai pusat makan Nukleus ventromedial hipotalamus berperan sebagai pusat kenyang Daerah lain pada otak yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah Nukleus paraventrikular Nukleus dorsomedial, dan Nukleus arkuata pada hipotalamus, Nukleus paraventrikular, dorsomedial, dan Arkuarta. DAFTAR PUSTAKA http://aallinafiah.blogspot.co.id/2012/06/biopsikologi-makan-dan-lapar.html http://sidedoang.blogspot.co.id/2012/10/fisiologis-saat-kenyang.html http://eisevenci.blogspot.co.id/2014/10/mekanisme-kenyang-dan-lapar.html http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhaneliminasi-fecal/ 5