MODUL PERKULIAHAN PANCASILA SEMESTER GASAL 2016 POKOK BAHASAN : PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK TEKNIK SIPIL 07 90037 Abstract Modul ini akan menjelaskan Pancasila sebagai ideology negara ( Pancasila dan liberalism, Pancasila dan Komunisme, Pancasila dan agama serta Pancasila sebagai ideology bangsa dan negara ). 1 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Rani Purwanti Kemalasari SH.MH Kompetensi Mampu melakukan kajian dan membangun pengertian bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Mahasiswa Dapat membandingkan, mempersamakan dan membedakan Pancasila dengan Ideologi ideologi besar lainnya di dunia. Daftar Isi 2016 Disusun Oleh Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA A. Pendahuluan. 3 B. Pengertian Ideologi 4 1. Fungsi Ideologi 5 2. Unsur Ideologi 6 C. Makna Ideologi Bagi Suatu Bangsa Dan Negara 6 D. Macam Macam Ideologi di Dunia 6 1. Ideologi Liberalisme 6 2. Ideologi Komunisme 7 3. Ideologi Fasisme 9 4. Ideologi Marxisme 11 5. Paham Sosialisme 11 6. Paham Kapitalisme 12 E. Ideologi Pancasila 12 1. Pancasila Sebagai Ideologi Pembangunan 13 2. Pancasila Sebagai Ideologi Persatuan 14 3. Pancasila sebagai ideologi terbuka 14 4. Makna dan Peranan Ideologi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara 16 5. Pancasila dan agama F. Analisa Kasus DAFTAR PUSTAKA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA 2016 2 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Mampu melakukan kajian dan membangun pengertian bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara. Mahasiswa dapat mengkaji pemahaman mengenai ideologi dan pembuktian Pancasila sebagai Ideologi. Dapat membandingkan, mempersamakan dan membedakan Pancasila dengan Ideologi ideologi besar lainnya di dunia. Mahasiswa memiliki pemahaman yang holistik tentang Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara yang Ideal bagi Indonesia Materi pembelajaran : Pengertian Ideologi, Pancasila Dan Ideologi Dunia, Pancasila Dan Agama. A. Pendahuluan. Ideologi negara adalah cara pandang suatu bangsa dalam menyelenggarakan negaranya. Ideologi adalah suatu sistem nilai yang terdiri atas nilai dasar yang menjadi cita-cita dan nilai instrumental yang berfungsi sebagai metode atau cara mewujudkan cita-cita tersebut. Ideologi di negara-negara yang baru merdeka dan sedang berkembang, menurut Prof. W. Howard Wriggins, berfungsi sebagai sesuatu yang “confirm and deepen the identity of their people” (sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas rakyatnya). Ideologi dapat digunakan sebagai alat untuk menjalankan aktivitas politik yang berkuasa (Abdulgani, 1979: 20). Oleh sebab itu, Ideologi rentan disalahgunakan oleh elit penguasa untuk melanggengkan kekuasaan. Meski demikian, ideologi memiliki fungsi penting untuk penegas identitas bangsa atau untuk menciptakan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa. Menurut Oesman dan Alfian (1990: 6), Ideologi itu berintikan serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Ideologi merupakan kerangka penyelenggaraan negara untuk mewujudkan cita-cita bangsa. B. Pengertian Ideologi. Menurut beberapa pakar, pengertian ideologi adalah sebagai berikut : Dalam bahasa Yunani, Istilah ideologi disebut idein, artinya melihat (idea) yang berarti juga raut muka, gagasan, buah pikiran, dan logika. Disebut ideologi apabila ide atau gagasan itu 2016 3 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dijadikan sebagai suatu sistem nilai yang dapat dijadikan tolok ukur dalam bersikap dan bertindak. Pengertian lain, secara harafiah, Ideologi berarti “a system of Idea” suatu rangkaian Ide yang terangkum menjadi satu. Dalam penggunaannya istilah ini dipakai secara khas dalam bidang politik untuk menunjukkan “seperangkat nilai yang terpadu, berkenaan dengan hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara. ( Moerdiono, 1991 : 373 – 374 ). Ideologi adalah sejumlah doktrin kepercayaan pada simbol-simbol masyarakat suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman bekerja untuk mencapai tujuan masyarakat bangsa itu ( Mudyarto, 1991 : 239 ). Ideologi dipahami sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ( Poespowardojo, 1991: 22). Oesman dan Alfian (1991: 6) memaknai bahwa ideologi berintikan serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimilliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Melalui rangkaian atau sistem nilai dasar ini mereka mengetahui bagaimana cara yang paling baik, yaitu secara normal atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan dan membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya. Ideologi erat kaitannya dengan pemikiran, nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah gerakan, individu atau kelompok sosial. Ideologi dapat dimengerti sebagai suatu sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial, sejarah dan proyeksinya ke masa depan, serta merasionalisasikan suatu bentuk hubungan kekuasaan. Dengan demikian, ideologi yang menunjukkan tatanan kehidupan sangat diperlukan, karena merupakan sebuah lukisan “keutuhan” keseluruhan masyarakat, termasuk kaitannya dengan political will masyarakat. Antara ideologi dan keyakinan politik memiliki kaitan signifikan, ideologi sebagai ekspresi keyakinan politik sekaligus sebagai tolok ukurnya yang dijadikan sandaran fondasi berpolitik. Ideologi memiliki beberapa sifat, yaitu, pertama dia harus merupakan pemikiran mendasar dan rasional. kedua, dari pemikiran mendasar ini dia harus bisa memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. ketiga, Ideologi juga harus memiliki metode praktis bagaimana bisa diterapkan, dijaga eksistesinya dan disebarkan. 2016 4 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang terkandung di dalam dirinya, yaitu : Pertama, adalah dimensi realita, bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi itu secara ril berakar dan hidup dalam masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah bangsanya. Kedua, dimensi idealisme, bahwa nilai-nilai mendasari ideologi tersebut mengandung idealism yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik Ketiga, dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembangan, bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya (Oesman dan Alfian, 1990: 7-8). 1. Fungsi Ideologi. Selain itu, menurut Soerjanto Poespowardojo (1990), ideologi mempunyai beberapa fungsi, yaitu: Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia. Memberikan norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak. Menjadikan bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya. Memberikan kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuannya. Memberikan pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya. 2. Unsur Ideologi. Menurut , Wibisono (dalam Pasha, 2003: 138) bahwa unsur ideologi ada tiga, yaitu : Keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya gagasan-gagasan vital yang sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arah strategi bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan; 2016 5 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mitos, dalam arti bahwa setiap konsep ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang secara optimik dan determistik pasti akan menjamin tercapainya tujuan melalui cara-cara yang telah ditentukan pula; Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut keterlibatan optimal atas dasar loyalitas dari para subjek pendukungnya. C. Makna Ideologi Bagi Suatu Bangsa Dan Negara. Ideologi menjadi sesuatu yang sangat penting dan vital bagi kelangsungan hidup suatu kelompok atau sebuah bangsa. Hal itu disebabkan Ideologi memberikan kejelasan identitas nasional, memberi inspirasi akan cita-cita dan pendorong dalam tujuan masyarakatnya. Dengan Ideologi yang jelas, suatu negara akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana memecahkan masalah atau menjalankan kebijakan politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Menurut Oesman dan Alfian (1991: 6), bahwa bagi suatu bangsa dan negara, ideologi adalah wawasan, pandangan hidup atau falsafah kebangsaan dan kenegaraannya. Oleh karena itu, ideologi mereka menjawab secara meyakinkan pertanyaan mengapa dan untuk apa mereka menjadi satu bangsa dan mendirikan negara. Sejalan dengan itu ideologi adalah landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara mereka dengan berbagai dimensinya. Sebagai ideologi nasional, Pancasila mengandung sifat itu. Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan. D. Macam Macam Ideologi di Dunia. 1. Ideologi Liberalisme. Liberalisme dari kata liberalis (bahasa Latin) yang merupakan kata turunan dari liber yang berarti bebas, merdeka, tak terikat, tak tergantung. Ideologi ini mementingkan kebebasan perseorangan, ia terpantul dalam aspek segala kehidupan. Berpangkal tolak dari anggapan bahwa kebahagiaan perseorangan akan dapat pula terwujud menjadi kebahagiaan masyarakat, tidaklah mengherankan kemudian paham ini berkembang atau bervariasi menjadi pragmatisme; yang berguna bagi perseorangan adalah baik. Seseorang mengejar apa yang dianggapnya terbaik yang barangkali akibatnya akan merugikan orang lain (Darmodiharjo, 1984: 58). Liberalisme merupakan paham atau ajaran yang mengagungkan kebebasan individu. Dalam ajaran liberalisme manusia pada hakikatnya adalah makhluk 2016individuPancasila Bahandan Ajar dan eLearning yang bebas, pribadi yang Pusat utuh lengkap serta terlepas dari manusia 6 Rani http://www.mercubuana.ac.id Purwanti Kemalasari,SH.,MH lainnya sehingga keberadaan individu lebih penting dari masyarakat. Fungsi negara adalah untuk menjaga supaya kebebasan individu terjamin dalam mengejar tujuan-tujuan pribadinya. Untuk masalah keyakinan atau agama, liberalisme menganut paham sekuler. Beberapa pokok pemikiran yang terkandung di dalam konsep liberalisme, adalah : 1) Inti pemikiran kebebasan individu. 2) Negara liberalisme adalah sebagai respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut dan otoriter yang disertai dengan pembatasan. 3) Landasan pemikirannya adalah bahwa manusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudipekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa terhadapnya. 4) Sistem pemerintahan demokrasi. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme juga dianut oleh negara Aruba, Bahamas, Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan Suriname. 2. Ideologi Komunisme. Ideologi Komunis menurut Darmodharjo (1984: 65-67) memiliki beberapa ciri khusus, seperti: a. Ateisme, artinya penganut ini tidak percaya adanya Tuhan dalam arti bahwa kehidupan manusia berdasarkan atas suatu evolusi. Kehidupan ini ditentukan oleh hukum-hukum kehidupan tertentu. Para pengikutnya diperkenankan atau dianjurkan untuk bersikap anti agama. b. Dogmatisme, tidak mempercayai pikiran orang lain. c. Otoritas, pelaksanaan politik berdasarkan kekerasan. d. Pengkhianatan terhadap HAM, tidak mengakui adanya hak-hak asasi manusia, hanya partai yang mempunyai hak. e. Diktator, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh partai komunis, golongan lain dilenyapkan. f. Interpretasi ekonomi, sistem ekonomi diatur secara sentralistik, artinya pengaturan dan penguasaan ekonomi diatur oleh pusat. Negara mengambil alih semua kekuasaan dan pengaturan ekonomi. Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Partai Bolshevik di Rusia. 2016 7 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Vladimir Lenin ( Rusia ) lead the Bolshevik Revolution Gerakan-gerakan komunisme internasional yang tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin. Beberapa hal yang terkait dengan komunisme seperti : (1) Inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas di masyarakat. (2) Landasan pemikiran komunis meliputi : Penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas maupun tidak; Analisa yang cenderung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada; Berisi konsep perbaikkan untuk masa depan; Rencana-rencana tindakan jangka pendek yang memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang berbeda-beda; Sistem pemerintahan (hanya) otoriter/ totaliter/ diktator. 3. Ideologi Fasisme. Fasisme merupakan sebuah ideologi yang berusaha menghidupkan kembali kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dari negara dengan berlandaskan pada asas nasionalisme yang tinggi, dengan ciri-ciri : (1) Tidak setuju dengan kemapanan yang anti perubahan (konservatisme); (2) Selalu mengangkat kembali kenangan kejayaan masa lalu; (3) Selalu muncul ketika negara mengalami krisis. Berdasarkan pendapat Darmodiharjo (1984: 75) Fasisme yang berkembang di Jerman menjadi Nazisme, memiliki beberapa ciri khas, antara lain: 2016 8 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Rasialisme, pengikut ideologi ini tidak bebas berpikir terhadap ideologi itu sendiri. Semua orang harus tunduk pada pikiran yang telah diletakkan oleh ideologi. Dogma yang diletakkan oleh ideologi, baik di Jerman maupun di Italia, harus diikuti dengan patuh tanpa kritik dari mana pun datangnya. b. Diktator, ajaran ini dogmatis, kritik dianggap suatu kejahatan. Perlawanan terhadap ajaran ajaran dan kekuasaan pemerintah dimusnahkan dengan cara kekerasan. Cara-cara demokratis tidak dikenal. Pemerintahan dikuasai oleh pertai penguasa dengan kekuasaan yang besar sekali. c. Imperialisme, atas dasar ideologi mereka melakukan penguasaan atas bangsa lain. Akibatnya imperialisme adalah suatu akibat logis dari paham yang realistis itu. Semboyan fasisme, adalah “Crediere, Obediere, Combattere” (yakinlah, tunduklah, berjuanglah). Berkembang di Italia, antara tahun 1992-1943. Setelah Benito Musolini terbunuh tahun 1943, fasisme di Italia berakhir. Demikian pula Nazisme di Jerman. Fasisme yang berkembang di Jerman menjadi Nazisme Namun, sebagai suatu bentuk ideologi, fasisme tetap ada. Fasisme banyak kemiripannya dengan teori pemikiran Machiavelistis dari Niccolo Machiavelli, yang menegaskan bahwa negara dan pemerintah perlu bertindak keras agar “ditakuti” oleh rakyat. Fasisme di Italia, Naziisme di Jerman, sebagai sistem pemerintahan otoriter diktator memang berhaasil menyelamatkan Italia pada masa itu (1922-1943) dari anarkisme dan dari komunisme. Walaupun begitu, kenyataanya adalah, bahwa fasisme telah menginjak-injak demokrasi dan hak asasi. 2016 9 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fasisme yang berkembang di Italia ( Benito Musolini ) Beberapa ciri fasisme adalah : (1) Inti pemikirannya adalah negara diperlukan untuk mengatur masyarakat; (2) Filsafat: rakyat diperintah dengan cara-cara yang membuat mereka takut dengan demikian patuh kepada pemerintah. Lalu, pemerintah yang mengatur segalanya mengenai apa yang diperlukan dan apa yang tidak diperlukan oleh rakyat; (3) Landasan pemikiran: suatu bangsa perlu mempunyai pemerintahan yang kuat dan berwibawa sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam hubungannya dengan bangsabangsa lain. Oleh karena itu, kekuasaan negara perlu dipegang koalisi sipil dengan militer yaitu partai yang berkuasa (Fasis di Italia, Nazi di Jerman) bersama-sama pihak angkatan bersenjata; (4) Sistem pemerintahanya otoriter. 4. Ideologi Marxisme Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Perancis dan revolusi Ploretar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlabih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri. Marxisme tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engles (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke 2016 10 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh di atas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana Eropa barat telah menjadi pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan dimana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik. Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah : a. Sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari David Ricardo (1972) dan Adam Smith (1723-1790) b. Menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas kelas. Dalam teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel. Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antitesis (negation), dan sintesis (unification). Dalam hubungan ini, Marx cenderung mendasarkan pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa pergeseran kehidupan sosial-politik dari tingkat yang sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi. Selain dari itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai dengan cara menghancurkan hal-hal yang lama dan sekaligus memunculkan hal-hal yang baru. 5. Paham Sosialisme. Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan.Titik berat paham ini pada masyarakat bukan pada individu sebagai suatu aliran pemikiran/ paham, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh “liberalisme”. Inti dari paham sosialisme adalah : suatu usaha untuk mengatur masyarakat secara kolektif. Artinya semua individu harus berusaha memperoleh layanan yang layak demi terciptanya suatu kebahagiaan bersama. Hal ini berkaitan dengan hakikat manusia yang bukan sekedar untuk memperoleh kebebasan, tetapi manusia juga harus saling tolongmenolong. Ciri utama sosialisme adalah pemerataan sosial dan penghapusan kemiskinan. Ciri ini merupakan salah satu faktor pendorong berkembangnya sosialisme. Hal ini ditandai dengan penentangan terhadap ketimpangan kelas-kelas sosial yang terjadi pada negara feodal. 6. Kapitalisme. 2016 11 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kapitalisme adalah sistem ekonomi sebagai kepemilikan pribadi yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama. Kapitalisme muncul sekitar abad ke-16 hingga abad ke-19, berkembang dari masyarakat feodal. Ekonomi kapitalis memberikan lebih banyak kesempatan untuk mencari keuntungan dari sistem-sistem ekonomi sebelumnya. Karena ada jaminan tiga macam kebebasan yang biasanya tidak terdapat dalam sistem-sistem pra kapitalis: kebebasan untuk berdagang dan mempunyai pekerjaan, kebebasan hak milik, dan kebebasan mengadakan kontrak. Negara yang menganut paham kapitalisme Amerika serikat, Jepang, Italia, Inggris, Jerman, Prancis, Norwegia, Swedia, Swiss, Jepang, Korea Selatan. E. Ideologi Pancasila. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa. Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang. Terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara kualitas, Pancasila sebelum di sahkan menjadi dasar negara, namun sudah di implementasikan di dalam adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia menggangkat nilai-nilai tersebut dan dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur pada sidang-sidang BPUPKI. Setelah kemerdekaan Indonesia, Pancasila di sahkan pada tanggal 18 agustus 1945 sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipasif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan Ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek dan zaman. Makna ideologi Pancasila adalah sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Poespowardojo, 1991: 46). Pancasila dinyatakan sebagai ideologi negara Republik Indonesia dengan tujuan bahwa segala sesuatu dalam bidang pemerintahan 2016 12 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ataupun semua yang berhubungan dengan hidup kenegaraan harus dilandasi dalam titik tolaknya, dibatasi dengan gerak pelaksanaanya, dan diarahkan dalam mencapai tujuannya dengan Pancasila (Bakry, 1985: 42). Poespowardojo (1991: 51) lebih lanjut menguraikan bahwa Pancasila sebagai ideologi memiliki tiga fungsi utama, yaitu: 1. Pancasila sebagai Ideologi Persatuan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen, serba kemajemukan, terdiri dari berbagai suku bangsa. Masyarakat Indonesia bersifat multi etnis, multi religius, dan multi ideologis. Peranan Pancasila yang menonjol sejak permulaan penyelenggaraan negara Republik Indonesia adalah fungsinya dalam mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi bangsa yang berkepribadian dan percaya pada diri sendiri. Berdasarkan situasi bangsa yang demikian, maka masalah pokok yang pertama-tama harus diatasi pada masa awal kemerdekaan adalah bagaimana menggalang persatuan dan kesatuan bangsa yang sangat dibutuhkan untuk mengawali penyelenggaraan negara. Dengan perkataan lain Nation and Character Building merupakan prasyarat dan tugas utama yang harus dilaksanakan. Dalam konteks politik inilah Pancasila dipersepsikan sebagai ideologi persatuan. Pancasila diharapkan mampu memberikan jaminan akan terwujudnya misi politik itu karena merupakan hasil rujukan nasional, dimana masing-masing kekuatan sosial masyarakat merasa terikat dan ikut bertanggung jawab atas masa depan bangsa dan negaranya. Dengan demikian Pancasila berfungsi pula sebagai acuan bersama, baik dalam memecahkan perbedaan serta pertentangan politik di antara golongan dan kekuatan politik, maupun dalam memagari seluruh unsur dan kekuatan politik untuk bermain di dalam lapangan yang disediakan oleh Pancasila dan tidak melanggar dengan keluar pagar (Poespowardojo, 1991: 52). 2. Pancasila sebagai Ideologi Pembangunan. Dalam penyelenggaraan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Pancasila semakin jelas disadari sebagai etika sosial yang mampu memberikan kaidah-kaidah penting bagi pembangunan yang sedang dilaksanakan. Pancasila bukan saja berfungsi sebagai pagar atau wasit dalam percaturan politik, melainkan memberikan orientasi dalam pembangunan, wawasan ke depan dengan konsep-konsep yang secara substansial dieksplisitasikan dari nilainilai dasar dari lima sila. Sebagai Dasar Negara, Pancasila menjadi pedoman dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu segala aspek kehidupan baik ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan harus bersandar pada nilai Pancasila. Termasuk dalam 2016 13 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pembangunan segala bidang, Pancasila harus menjadi paradigma Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. 3. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan actual. Ciri-ciri ideologi terbuka: Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan konsensus masyarakat. Oleh karena itu ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan masyarakat dalam menemukan kepribadiannya di dalam ideologi tersebut. Ideologi tebuka senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi, pemikiran serta akselerasi dari masyarakat dalam mewujudkan cita-citanya untuk hidup berbangsa dalam mencapai harkat dan martabat kemanusiaan. Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu Pancasila merupakan ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman tanpa mengubah nilai dasarnya. Sebagai suatu ideology terbuka maka Pancasila memiliki dimensi sebagai berikut: 1.Dimansi Idealis. Dimensi idealis yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Maka dimensi idealis yang terkandung dalam ideologi Pancasila mampu memberikan harapan, keoptimisan, serta mampu menggugah motivasi yang dicita-citakan.( kunto wibisono, 1989). 2.Dimensi Normatif. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem normatif sebagaimana yang terkandung dalam Pembukaan UUD NRI 1945 yang memiliki kedudukan tinggi sebagai ‘staat fundamental norm’ ( pokok kaidah negara yang fundamental). 3.Dimensi Realitas. Suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila 2016 14 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id harus mampu dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kaitannya dengan masyarakat maupun dalam segala aspek penyelenggaraan Negara. Keterbukaan ideologi Pancasila juga menyangkut keterbukaan budaya asing. Sebagai makhluk sosial senantiasa hidup barsama sehingga terjadilah akulturasi budaya. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi terbuka terhadap budaya asing, namun nilai-nilai esensial Pancasila bersifat tetap. Dengan kata lain Pancasila menerima budaya asing dengan ketentuan hakikat atau subtansi Pancasila yaitu: ketuhanaan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta keadilan bersifat tetap.Pancasila menerima budaya asing yang sesuai dengan nilai dasar Pancasila dan menolak budaya asing yang bertentangan dengan nilai dasar Pancasila. Dengan demikian bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya tidak menutup diri dalam pergaulan budaya antar bangsa di dunia. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut: Nilai dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga pelaksanaannya. Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4. Makna dan Peranan Ideologi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Realitas bangsa Indonesia adalah bangsa yang teramat heterogen secara budaya, serta merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Kondisi tersebut mensyaratkan hadirnya ideologi negara yang dihayati dan diamalkan oleh seluruh komponen bangsa. Fungsi ideologi negara bagi bangsa Indonesia amat penting dibandingkan dengan pentingnya ideologi bagi negara-negara lain terutama yang bangsanya homogen. Bagi bangsa Indonesia, ideologi sebagai identitas nasional merupakan prasyarat kestabilan negara, karena bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen. Hadirnya ideologi Pancasila tersebut, paling tidak akan berfungsi untuk: 2016 15 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Menggambarkan cita-cita bangsa, kearah mana bangsa ini akan bergerak; 2. Menciptakan rasa kebersamaan bangsa Indonesia sesuai dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika; dan 3. Menggairahkan seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara Republik Indonesia. Bakry (1985: 42) mengemukakan bahwa Pancasila dinyatakan sebagai ideologi negara Republik Indonesia dengan tujuan bahwa segala sesuatu dalam bidang pemerintahan ataupun semua yang berhubungan dengan hidup kenegaraan harus dilandasi dalam titik tolaknya, dibatasi dengan gerak pelaksanaannya, dan diarahkan dalam mencapai tujuannya dengan Pancasila. Dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa dimensi yang menunjukkan ciri khas dalam orientasi Pancasila. Menurut Poespowardojo (1991: 59-60) ada tiga dimensi ciri khas dan orientasi Pancasila : 1. Pertama dimensi teleologis, yang menunjukkan bahwa pembangunan mempunyai tujuan yaitu mewujudkan cita-cita proklamasi 1945. Hidup bukanlah oleh nasib, tetapi tergantung pada rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan usaha manusia. Dengan demikian dimensi ini menimbulkan dinamika dalam kehidupan bangsa. Kehidupan manusia tidak ditentukan oleh keharusan sejarah yang tergantung pada kekuatan produksi, sebagaimana dikemukakan pandangan Marxisme. Manusia terlalu tinggi derajatnya untuk sepenuhnya ditentukan sematamata oleh faktor-faktor ekonomi. Manusia mempunyai cita-cita, mempunyai semangat dan mempunyai niat atau pun tekad. Oleh karena manusia mampu mewujudkan cita-cita, semangat, niat maupun tekadnya itu ke dalam kenyataan dengan daya kreasinya. 2. Dimensi kedua adalah dimensi etis. Ciri ini menunjukkan bahwa dalam Pancasila manusia dan martabat manusia mempunyai kedudukan yang sentral. Seluruh proses pembangunan diarahkan untuk mengangkat derajat manusia, melalui penciptaan mutu kehidupan yang manusiawi. Ini berarti bahwa pembangunan, yang manusiawi harus mewujudkan keadilan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Di lain pihak manusiapun dituntut untuk bertanggung jawab atas usaha dan pilihan yang ditentukannya. Dimensi etis menuntut pembangunan yang bertanggung jawab. 3. Dimensi ketiga adalah dimensi integral-integratif. Dimensi ini menempatkan manusia tidak secara individualis, melainkan dalam konteks strukturnya. Manusia adalah pribadi, namun juga merupakan relasi. Oleh karena itu, manusia harus dilihat dari keseluruhan sistem, yang meliputi masyarakat, dunia dan lingkungannya. Pembangunan diarahkan bukan saja kepada 2016 16 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id peningkatan kualitas manusia, melainkan juga kepada peningkatan kualitas strukturnya. Hanya dengan wawasan yang utuh demikian itu keseimbangan hidup bisa terjamin. Sesuai dengan semangat yang terbaca dalam Pembukaan UUD 1945, Ideologi Pancasila yang merupakan dasar negara itu berfungsi dalam menggambarkan tujuan negara RI maupun dalam proses pencapaian tujuan negara tersebut. Ini berarti bahwa tujuan negara yang secara material dirumuskan sebagai “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” harus mengarah kepada terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera sesuai dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila. Demikian pula proses pencapaian tujuan tersebut dan perwujudannya melalui perencanaan, kebijaksanaan dan keputusan politik harus tetap memperhatikan dan bahkan merealisasikan dimensi-dimensi yang mencerminkan watak dan ciri Pancasila (Poespowardojo, 1991: 45-46). 5.Hubungan Pancasila dan Agama. • Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa • Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masingmasing. • Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan. • Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama. • Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil peksaan bagi siapapun juga. • Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara. • Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus sesuai dengan nilai nilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma. E. ANALISA KASUS. Indonesia Larang Penyebaran Ideologi ISIS. 2016 17 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sejumlah warga Indonesia diduga mendukung dan ikut menyebarkan faham ISIS. Pemerintah Indonesia menyatakan, menolak ideologi yang diusung kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah, alias ISIS dan melarang pengembangan ideologinya di Indonesia. Pemerintah Indonesia menyatakan, ISIS bukanlah masalah agama, melainkan masalah ideologi atau keyakinan yang dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila. Menteri koordinator politik hukum dan keamanan, Joko Suyanto, mengatakan, pemerintah dan negara Indonesia menolak dan tidak mengizinkan faham ISIS berkembang di Indonesia. "Karena tidak sesuai dengan ideologi negara Pancasila, negara kesatuan RI dan Kebhinnekaan kita di dalam negara kesatuan RI," kata Joko Suyanto, dalam keterangan pers, usai rapat kabinet. Menurutnya, setiap upaya pengembangan faham ISIS dan IS(Islam State) harus dicegah. "Di Indonesia tidak boleh menjadi tempat persemaian faham ISIS atau IS (Islam State)," katanya. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) bertentangan dengan dasar negara Pancasila. Gerakan ini merupakan paham radikal yang menggunakan kekerasan demi perjuangan ideology mereka. "Ideologi ISIS bertentangan dengan Pancasila. Mengatakan Pancasila sebagai thogut (berhala) yang harus diperangi itu sudah amat kelewat batas," kata Lukman dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat (1/8/2014). Lukman menyatakan, warga negara Indonesia yang bersumpah dan berjanji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing itu dapat kehilangan kewarganegaraannya. Untuk itu, ia mendorong aparat penegak hukum untuk menangani keterlibatan WNI dalam kelompok tersebut. Pertanyaan : a. Penerapan Sila berapakah yang dilanggar oleh Sejumlah warga Indonesia yang diduga mendukung dan ikut menyebarkan faham ISIS! ( berikan jawaban anda disertai dengan uraian ). b. Bagaimana menurut anda sebagai seorang Warga Negara Indonesia memberikan solusi terhadap kasus diatas! ( kaitkan pendapat anda sesuai dengan nilai nilai Pancasila ) ! ********** 2016 18 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DAFTAR PUSTAK A A. Modul Pancasila Universitas Mercubuana. Ngadino Surip, Syahrial Syarbaini, A Rahman HI, Pancasila Dalam Makna Dan Aktualisasi, Univeritas Mercu Buana, CV Andi Offset, Jakarta, 2016. B. Literatur Abdullah, Rozali, 1984, Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa,CV. Rajawali, Jakarta. Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.), 1995, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta. Bakry, Noor Ms., 2010, Pendidikan Pancasila, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. C.S.T. Kansil Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, dkk Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013, Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Departemen Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Abdulgani, Roeslan, 1979, Pengembangan Pancasila di Indonesia, yayasan Idayu, Jakarta. 2016 19 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ali As’ad Said, 2009, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Pustaka LP3ES, Jakarta. Darmodihardjo, D, 1978, Orientasi Singkat Pancasila, PT. Gita Karya, Jakarta. Hartono, 1992, Pancasila Ditinjau dari Segi Historis, PT Rineka Cipta, Jakarta. Kaelan, 2012, Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara, Paradigma, Yogyakarta. Latif, Yudi, 2011, Negara Paripurna ; Historisitas, Rasionalitas, dan Akualitas Pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Notonagoro, 1975, Pancasila secara Ilmiah Populer, Pantjuran Tujuh , Jakarta. Oesman, Oetojo dan Alfian (Ed.), 1990, Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, BP-7 Pusat, Jakarta. Pranarka, A.W.M., 1985, Sejarah Pemikiran tentang Pancasila, CSIS, Jakarta. Setiardja, A. Gunawan, 1994, Filsafat Pancasila Bagian II: Moral Pancasila. Syahrial Syarbaini, Ph.D. 2012. Pendidikan Pancasila. Jakarta. Ghlaila Indonesia. Yamin, Muhammad, 1954, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Djambatan, Jakarta/Amsterdam. Hamid Darmadi, 2014, Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan Tinggi. Kaelan, 2000, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta. Kusuma, A.B., 2004, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. Syahrial Syarbaini, 2014, Pancasila di perguruan tinggi, Jakarta, Ghalia Indonesia. Taniredja,Tukiran,dkk, Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa, Bandung, Alfabeta,2012. C. Peraturan. Undang Undang Dasar Nega ra Republik Indonesia Tahun 1945. D. Internet. 2016 20 Pancasila Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id