pancasila sebagai ideologi negara

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PANCASILA
SEMESTER GASAL 2016
POKOK BAHASAN :
PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Kode MK
TEKNIK
SIPIL
07
90037
Abstract
Modul ini akan menjelaskan
Pancasila
sebagai
ideology
negara ( Pancasila dan liberalism,
Pancasila
dan
Komunisme,
Pancasila dan agama serta
Pancasila
sebagai
ideology
bangsa dan negara ).
1
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Rani Purwanti Kemalasari SH.MH
Kompetensi
Mampu melakukan kajian dan
membangun pengertian bahwa
Pancasila
sebagai
ideologi
bangsa dan negara. Mahasiswa
Dapat
membandingkan,
mempersamakan
dan
membedakan Pancasila dengan
Ideologi ideologi besar lainnya di
dunia.
Daftar Isi
2016
Disusun Oleh
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
A. Pendahuluan.
3
B. Pengertian Ideologi
4
1. Fungsi Ideologi
5
2. Unsur Ideologi
6
C. Makna Ideologi Bagi Suatu Bangsa Dan Negara
6
D. Macam Macam Ideologi di Dunia
6
1. Ideologi Liberalisme
6
2. Ideologi Komunisme
7
3. Ideologi Fasisme
9
4. Ideologi Marxisme
11
5. Paham Sosialisme
11
6. Paham Kapitalisme
12
E. Ideologi Pancasila
12
1. Pancasila Sebagai Ideologi Pembangunan
13
2. Pancasila Sebagai Ideologi Persatuan
14
3. Pancasila sebagai ideologi terbuka
14
4. Makna dan Peranan Ideologi Pancasila sebagai
Ideologi Bangsa dan Negara
16
5. Pancasila dan agama
F. Analisa Kasus
DAFTAR PUSTAKA
PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
2016
2
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Standar Kompetensi :
 Mampu melakukan kajian dan membangun pengertian bahwa Pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara.
 Mahasiswa dapat mengkaji pemahaman mengenai ideologi dan pembuktian
Pancasila sebagai Ideologi.
 Dapat membandingkan, mempersamakan dan membedakan Pancasila dengan
Ideologi ideologi besar lainnya di dunia.
 Mahasiswa memiliki pemahaman yang holistik tentang Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara yang Ideal bagi Indonesia
Materi pembelajaran : Pengertian Ideologi, Pancasila Dan Ideologi Dunia, Pancasila
Dan Agama.
A. Pendahuluan.
Ideologi negara adalah cara pandang suatu bangsa dalam menyelenggarakan negaranya.
Ideologi adalah suatu sistem nilai yang terdiri atas nilai dasar yang menjadi cita-cita dan nilai
instrumental yang berfungsi sebagai metode atau cara mewujudkan cita-cita tersebut.
Ideologi di negara-negara yang baru merdeka dan sedang berkembang, menurut
Prof. W. Howard Wriggins, berfungsi sebagai sesuatu yang “confirm and deepen the identity of
their people” (sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas rakyatnya). Ideologi dapat
digunakan sebagai alat untuk menjalankan aktivitas politik yang berkuasa (Abdulgani, 1979:
20). Oleh sebab itu, Ideologi rentan disalahgunakan oleh elit penguasa untuk melanggengkan
kekuasaan. Meski demikian, ideologi memiliki fungsi penting untuk penegas identitas bangsa
atau untuk menciptakan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa.
Menurut Oesman dan Alfian (1990: 6), Ideologi itu berintikan serangkaian nilai (norma)
atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang
oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Ideologi
merupakan kerangka penyelenggaraan negara untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
B. Pengertian Ideologi.
Menurut beberapa pakar, pengertian ideologi adalah sebagai berikut :
 Dalam bahasa Yunani, Istilah ideologi disebut idein, artinya melihat (idea) yang berarti juga raut
muka, gagasan, buah pikiran, dan logika. Disebut ideologi apabila ide atau gagasan itu
2016
3
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dijadikan sebagai suatu sistem nilai yang dapat dijadikan tolok ukur dalam bersikap dan
bertindak.
 Pengertian lain, secara harafiah, Ideologi berarti “a system of Idea” suatu rangkaian Ide yang
terangkum menjadi satu. Dalam penggunaannya istilah ini dipakai secara khas dalam bidang
politik untuk menunjukkan “seperangkat nilai yang terpadu, berkenaan dengan hidup
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. ( Moerdiono, 1991 : 373 – 374 ).
 Ideologi adalah sejumlah doktrin kepercayaan pada simbol-simbol masyarakat suatu bangsa
yang menjadi pegangan dan pedoman bekerja untuk mencapai tujuan masyarakat bangsa itu
( Mudyarto, 1991 : 239 ).
 Ideologi dipahami sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin
diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
( Poespowardojo, 1991: 22).
 Oesman dan Alfian (1991: 6) memaknai bahwa ideologi berintikan serangkaian nilai (norma)
atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimilliki dan dipegang
oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Melalui
rangkaian atau sistem nilai dasar ini mereka mengetahui bagaimana cara yang paling baik,
yaitu secara normal atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku
untuk memelihara, mempertahankan dan membangun kehidupan duniawi bersama dengan
berbagai dimensinya.
Ideologi erat kaitannya dengan pemikiran, nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah gerakan,
individu atau kelompok sosial. Ideologi dapat dimengerti sebagai suatu sistem penjelasan
tentang eksistensi suatu kelompok sosial, sejarah dan proyeksinya ke masa depan, serta
merasionalisasikan suatu bentuk hubungan kekuasaan. Dengan demikian, ideologi yang
menunjukkan tatanan kehidupan sangat diperlukan, karena merupakan sebuah lukisan
“keutuhan” keseluruhan masyarakat, termasuk kaitannya dengan political will masyarakat.
Antara ideologi dan keyakinan politik memiliki kaitan signifikan, ideologi sebagai ekspresi
keyakinan politik sekaligus sebagai tolok ukurnya yang dijadikan sandaran fondasi berpolitik.
Ideologi memiliki beberapa sifat, yaitu, pertama dia harus merupakan pemikiran
mendasar dan rasional. kedua, dari pemikiran mendasar ini dia harus bisa
memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. ketiga, Ideologi juga harus
memiliki metode praktis bagaimana bisa diterapkan, dijaga eksistesinya dan
disebarkan.
2016
4
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang terkandung di dalam
dirinya, yaitu :
 Pertama, adalah dimensi realita, bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi itu
secara ril berakar dan hidup dalam masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai
dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah bangsanya.
 Kedua, dimensi idealisme, bahwa nilai-nilai mendasari ideologi tersebut mengandung idealism
yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik
 Ketiga, dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembangan, bahwa ideologi tersebut memiliki
keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran
baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri
yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya (Oesman dan Alfian, 1990: 7-8).
1. Fungsi Ideologi.
Selain itu, menurut Soerjanto Poespowardojo (1990), ideologi mempunyai beberapa
fungsi, yaitu:
 Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
 Memberikan norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
 Menjadikan bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
 Memberikan kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuannya.
 Memberikan pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta
memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di
dalamnya.
2. Unsur Ideologi.
Menurut , Wibisono (dalam Pasha, 2003: 138) bahwa unsur ideologi ada tiga, yaitu :
 Keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya gagasan-gagasan vital
yang sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arah strategi bagi tercapainya
tujuan yang telah ditentukan;
2016
5
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Mitos, dalam arti bahwa setiap konsep ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang secara
optimik dan determistik pasti akan menjamin tercapainya tujuan melalui cara-cara yang telah
ditentukan pula;
 Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut keterlibatan optimal atas dasar
loyalitas dari para subjek pendukungnya.
C. Makna Ideologi Bagi Suatu Bangsa Dan Negara.
Ideologi menjadi sesuatu yang sangat penting dan vital bagi kelangsungan hidup suatu
kelompok atau sebuah bangsa. Hal itu disebabkan Ideologi memberikan kejelasan identitas
nasional, memberi inspirasi akan cita-cita dan pendorong dalam tujuan masyarakatnya. Dengan
Ideologi yang jelas, suatu negara akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana
memecahkan masalah atau menjalankan kebijakan politik, ekonomi, sosial, budaya dan
hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Menurut Oesman dan Alfian (1991: 6), bahwa bagi suatu bangsa dan negara, ideologi
adalah wawasan, pandangan hidup atau falsafah kebangsaan dan kenegaraannya. Oleh
karena itu, ideologi mereka menjawab secara meyakinkan pertanyaan mengapa dan untuk
apa mereka menjadi satu bangsa dan mendirikan negara. Sejalan dengan itu ideologi
adalah landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara mereka dengan berbagai dimensinya. Sebagai ideologi nasional, Pancasila
mengandung sifat itu.
Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan negara
untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan.
D. Macam Macam Ideologi di Dunia.
1. Ideologi Liberalisme.
Liberalisme dari kata liberalis (bahasa Latin) yang merupakan kata turunan dari liber
yang berarti bebas, merdeka, tak terikat, tak tergantung. Ideologi ini mementingkan kebebasan
perseorangan, ia terpantul dalam aspek segala kehidupan. Berpangkal tolak dari anggapan
bahwa kebahagiaan perseorangan akan dapat pula terwujud menjadi kebahagiaan masyarakat,
tidaklah mengherankan kemudian paham ini berkembang atau bervariasi menjadi pragmatisme;
yang berguna bagi perseorangan adalah baik. Seseorang mengejar apa yang dianggapnya
terbaik yang barangkali akibatnya akan merugikan orang lain (Darmodiharjo, 1984: 58).
Liberalisme merupakan paham atau ajaran yang mengagungkan kebebasan
individu. Dalam ajaran liberalisme manusia pada hakikatnya adalah makhluk
2016individuPancasila
Bahandan
Ajar dan eLearning
yang bebas, pribadi yang Pusat
utuh
lengkap serta terlepas dari manusia
6 Rani
http://www.mercubuana.ac.id
Purwanti Kemalasari,SH.,MH
lainnya sehingga keberadaan individu lebih penting dari masyarakat. Fungsi
negara adalah untuk menjaga supaya kebebasan individu terjamin dalam mengejar
tujuan-tujuan pribadinya.
Untuk masalah keyakinan atau agama, liberalisme menganut paham sekuler. Beberapa
pokok pemikiran yang terkandung di dalam konsep liberalisme, adalah :
1) Inti pemikiran kebebasan individu.
2) Negara liberalisme adalah sebagai respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut dan
otoriter yang disertai dengan pembatasan.
3) Landasan pemikirannya adalah bahwa manusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudipekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa
terhadapnya.
4) Sistem pemerintahan demokrasi.
Sekarang ini, kurang lebih liberalisme juga dianut oleh negara Aruba, Bahamas, Republik
Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan Suriname.
2. Ideologi Komunisme.
Ideologi Komunis menurut Darmodharjo (1984: 65-67) memiliki beberapa ciri khusus,
seperti:
a. Ateisme, artinya penganut ini tidak percaya adanya Tuhan dalam arti bahwa kehidupan
manusia berdasarkan atas suatu evolusi. Kehidupan ini ditentukan oleh hukum-hukum
kehidupan tertentu. Para pengikutnya diperkenankan atau dianjurkan untuk bersikap anti
agama.
b. Dogmatisme, tidak mempercayai pikiran orang lain.
c. Otoritas, pelaksanaan politik berdasarkan kekerasan.
d. Pengkhianatan terhadap HAM, tidak mengakui adanya hak-hak asasi manusia, hanya partai
yang mempunyai hak.
e. Diktator, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh partai komunis, golongan lain dilenyapkan.
f.
Interpretasi ekonomi, sistem ekonomi diatur secara sentralistik, artinya pengaturan dan
penguasaan ekonomi diatur oleh pusat. Negara mengambil alih semua kekuasaan dan
pengaturan ekonomi. Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari
kehadiran Partai Bolshevik di Rusia.
2016
7
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Vladimir Lenin ( Rusia ) lead
the Bolshevik Revolution
Gerakan-gerakan komunisme internasional yang tumbuh sampai sekarang boleh
dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin. Beberapa
hal yang terkait dengan komunisme seperti :
(1) Inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas di masyarakat.
(2) Landasan pemikiran komunis meliputi :
 Penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas maupun tidak;
 Analisa yang cenderung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada;
 Berisi konsep perbaikkan untuk masa depan;
 Rencana-rencana tindakan jangka pendek yang memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan
yang berbeda-beda;
 Sistem pemerintahan (hanya) otoriter/ totaliter/ diktator.
3. Ideologi Fasisme.
Fasisme merupakan sebuah ideologi yang berusaha menghidupkan kembali kehidupan
sosial, ekonomi dan budaya dari negara dengan berlandaskan pada asas nasionalisme yang
tinggi, dengan ciri-ciri :
(1) Tidak setuju dengan kemapanan yang anti perubahan (konservatisme);
(2) Selalu mengangkat kembali kenangan kejayaan masa lalu;
(3) Selalu muncul ketika negara mengalami krisis.
Berdasarkan pendapat Darmodiharjo (1984: 75) Fasisme yang berkembang di Jerman
menjadi Nazisme, memiliki beberapa ciri khas, antara lain:
2016
8
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. Rasialisme, pengikut ideologi ini tidak bebas berpikir terhadap ideologi itu sendiri. Semua orang
harus tunduk pada pikiran yang telah diletakkan oleh ideologi. Dogma yang diletakkan oleh
ideologi, baik di Jerman maupun di Italia, harus diikuti dengan patuh tanpa kritik dari mana pun
datangnya.
b. Diktator, ajaran ini dogmatis, kritik dianggap suatu kejahatan. Perlawanan terhadap ajaran
ajaran dan kekuasaan pemerintah dimusnahkan dengan cara kekerasan. Cara-cara demokratis
tidak dikenal. Pemerintahan dikuasai oleh pertai penguasa dengan kekuasaan yang besar
sekali.
c. Imperialisme, atas dasar ideologi mereka melakukan penguasaan atas bangsa lain. Akibatnya
imperialisme adalah suatu akibat logis dari paham yang realistis itu.
Semboyan fasisme, adalah “Crediere, Obediere, Combattere” (yakinlah, tunduklah,
berjuanglah). Berkembang di Italia, antara tahun 1992-1943. Setelah Benito Musolini terbunuh
tahun 1943, fasisme di Italia berakhir. Demikian pula Nazisme di Jerman.
Fasisme yang berkembang di Jerman menjadi Nazisme
Namun, sebagai suatu bentuk ideologi, fasisme tetap ada. Fasisme banyak
kemiripannya dengan teori pemikiran Machiavelistis dari Niccolo Machiavelli, yang menegaskan
bahwa negara dan pemerintah perlu bertindak keras agar “ditakuti” oleh rakyat. Fasisme di
Italia, Naziisme di Jerman, sebagai sistem pemerintahan otoriter diktator memang berhaasil
menyelamatkan Italia pada masa itu (1922-1943) dari anarkisme dan dari komunisme.
Walaupun begitu, kenyataanya adalah, bahwa fasisme telah menginjak-injak demokrasi dan
hak asasi.
2016
9
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fasisme yang berkembang di Italia ( Benito Musolini )
Beberapa ciri fasisme adalah :
(1) Inti pemikirannya adalah negara diperlukan untuk mengatur masyarakat;
(2) Filsafat: rakyat diperintah dengan cara-cara yang membuat mereka takut dengan demikian
patuh kepada pemerintah. Lalu, pemerintah yang mengatur segalanya mengenai apa yang
diperlukan dan apa yang tidak diperlukan oleh rakyat;
(3) Landasan pemikiran: suatu bangsa perlu mempunyai pemerintahan yang kuat dan berwibawa
sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam hubungannya dengan bangsabangsa lain. Oleh karena itu, kekuasaan negara perlu dipegang koalisi sipil dengan militer
yaitu partai yang berkuasa (Fasis di Italia, Nazi di Jerman) bersama-sama pihak angkatan
bersenjata;
(4) Sistem pemerintahanya otoriter.
4. Ideologi Marxisme
Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi
Perancis dan revolusi Ploretar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu
ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni
Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlabih dahulu kerangka
histories Marxisme itu sendiri.
Marxisme tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan
Friedrich Engles (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar
komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke
2016
10
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh di atas dalam mengembangkan
pemikirannya. Dimana Eropa barat telah menjadi pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan
dimana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi
politik. Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah :
a. Sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari David
Ricardo (1972) dan Adam Smith (1723-1790)
b. Menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan
kelas.
Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas kelas. Dalam
teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel. Menurut
metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan
masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antitesis
(negation), dan sintesis (unification). Dalam hubungan ini, Marx cenderung mendasarkan
pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari
berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa pergeseran
kehidupan sosial-politik dari tingkat yang sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi. Selain dari
itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai dengan cara menghancurkan hal-hal yang lama
dan sekaligus memunculkan hal-hal yang baru.
5. Paham Sosialisme.
Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran dengan
usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan.Titik berat paham ini pada
masyarakat bukan pada individu sebagai suatu aliran pemikiran/ paham, tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh “liberalisme”.
Inti dari paham sosialisme adalah :
 suatu usaha untuk mengatur masyarakat secara kolektif. Artinya semua individu
harus berusaha memperoleh layanan yang layak demi terciptanya suatu
kebahagiaan bersama. Hal ini berkaitan dengan hakikat manusia yang bukan
sekedar untuk memperoleh kebebasan, tetapi manusia juga harus saling tolongmenolong.
 Ciri utama sosialisme adalah pemerataan sosial dan penghapusan kemiskinan. Ciri
ini merupakan salah satu faktor pendorong berkembangnya sosialisme. Hal ini
ditandai dengan penentangan terhadap ketimpangan kelas-kelas sosial yang terjadi
pada negara feodal.
6. Kapitalisme.
2016
11
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kapitalisme adalah sistem ekonomi sebagai kepemilikan pribadi yang meyakini bahwa
pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi
prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan
bersama. Kapitalisme muncul sekitar abad ke-16 hingga abad ke-19, berkembang dari
masyarakat feodal. Ekonomi kapitalis memberikan lebih banyak kesempatan untuk mencari
keuntungan dari sistem-sistem ekonomi sebelumnya. Karena ada jaminan tiga macam
kebebasan yang biasanya tidak terdapat dalam sistem-sistem pra kapitalis: kebebasan untuk
berdagang dan mempunyai pekerjaan, kebebasan hak milik, dan kebebasan mengadakan
kontrak. Negara yang menganut paham kapitalisme Amerika serikat, Jepang, Italia, Inggris,
Jerman, Prancis, Norwegia, Swedia, Swiss, Jepang, Korea Selatan.
E. Ideologi Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan
hidup dan budaya bangsa. Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang.
Terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kualitas, Pancasila sebelum di sahkan menjadi dasar negara, namun sudah di
implementasikan di dalam adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para
pendiri negara Indonesia menggangkat nilai-nilai tersebut dan dirumuskan secara musyawarah
mufakat berdasarkan moral yang luhur pada sidang-sidang BPUPKI. Setelah kemerdekaan
Indonesia, Pancasila di sahkan pada tanggal 18 agustus 1945 sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual,
dinamis, antisipasif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan
Ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya,
namun mengeksplisitkan wawasannya lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang
reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring
dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek dan zaman.
Makna ideologi Pancasila adalah sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan
dan nilai bangsa Indonesia yang normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (Poespowardojo, 1991: 46). Pancasila dinyatakan sebagai ideologi
negara Republik Indonesia dengan tujuan bahwa segala sesuatu dalam bidang pemerintahan
2016
12
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ataupun semua yang berhubungan dengan hidup kenegaraan harus dilandasi dalam titik
tolaknya, dibatasi dengan gerak pelaksanaanya, dan diarahkan dalam mencapai tujuannya
dengan Pancasila (Bakry, 1985: 42).
Poespowardojo (1991: 51) lebih lanjut menguraikan bahwa Pancasila sebagai ideologi
memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Pancasila sebagai Ideologi Persatuan.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen, serba kemajemukan, terdiri dari
berbagai suku bangsa. Masyarakat Indonesia bersifat multi etnis, multi religius, dan multi
ideologis. Peranan Pancasila yang menonjol sejak permulaan penyelenggaraan negara
Republik Indonesia adalah fungsinya dalam mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi
bangsa yang berkepribadian dan percaya pada diri sendiri.
Berdasarkan situasi bangsa yang demikian, maka masalah pokok yang pertama-tama
harus diatasi pada masa awal kemerdekaan adalah bagaimana menggalang persatuan dan
kesatuan bangsa yang sangat dibutuhkan untuk mengawali penyelenggaraan negara. Dengan
perkataan lain Nation and Character Building merupakan prasyarat dan tugas utama yang
harus dilaksanakan. Dalam konteks politik inilah Pancasila dipersepsikan sebagai ideologi
persatuan. Pancasila diharapkan mampu memberikan jaminan akan terwujudnya misi politik itu
karena merupakan hasil rujukan nasional, dimana masing-masing kekuatan sosial masyarakat
merasa terikat dan ikut bertanggung jawab atas masa depan bangsa dan negaranya. Dengan
demikian Pancasila berfungsi pula sebagai acuan bersama, baik dalam memecahkan
perbedaan serta pertentangan politik di antara golongan dan kekuatan politik, maupun dalam
memagari seluruh unsur dan kekuatan politik untuk bermain di dalam lapangan yang disediakan
oleh Pancasila dan tidak melanggar dengan keluar pagar (Poespowardojo, 1991: 52).
2. Pancasila sebagai Ideologi Pembangunan.
Dalam penyelenggaraan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Pancasila
semakin jelas disadari sebagai etika sosial yang mampu memberikan kaidah-kaidah penting
bagi pembangunan yang sedang dilaksanakan. Pancasila bukan saja berfungsi sebagai pagar
atau wasit dalam percaturan politik, melainkan memberikan orientasi dalam pembangunan,
wawasan ke depan dengan konsep-konsep yang secara substansial dieksplisitasikan dari nilainilai dasar dari lima sila.
Sebagai Dasar Negara, Pancasila menjadi pedoman dasar dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Untuk itu segala aspek kehidupan baik ideologi, politik, sosial, ekonomi,
budaya, pertahanan dan keamanan harus bersandar pada nilai Pancasila. Termasuk dalam
2016
13
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pembangunan segala bidang, Pancasila harus menjadi paradigma Pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya.
3. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup namun bersifat
terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Keterbukaan ideologi
Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila namun mengeksplisitkan
wawasannya secara lebih konkrit, sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk
memecahkan masalah-masalah baru dan actual. Ciri-ciri ideologi terbuka:
 Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri.
 Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan
konsensus masyarakat. Oleh karena itu ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan
masyarakat dalam menemukan kepribadiannya di dalam ideologi tersebut.
 Ideologi tebuka senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi, pemikiran
serta akselerasi dari masyarakat dalam mewujudkan cita-citanya untuk hidup berbangsa dalam
mencapai harkat dan martabat kemanusiaan.
 Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu Pancasila merupakan ideologi yang mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman tanpa mengubah nilai dasarnya.
Sebagai suatu ideology terbuka maka Pancasila memiliki dimensi sebagai berikut:
1.Dimansi Idealis.
Dimensi idealis yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat sistematis dan
rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Maka dimensi idealis yang terkandung dalam
ideologi Pancasila mampu memberikan harapan, keoptimisan, serta mampu menggugah
motivasi yang dicita-citakan.( kunto wibisono, 1989).
2.Dimensi Normatif.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem normatif
sebagaimana yang terkandung dalam Pembukaan UUD NRI 1945 yang memiliki kedudukan
tinggi sebagai ‘staat fundamental norm’ ( pokok kaidah negara yang fundamental).
3.Dimensi Realitas.
Suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Oleh karena itu Pancasila selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila
2016
14
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
harus mampu dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kaitannya dengan
masyarakat maupun dalam segala aspek penyelenggaraan Negara.
Keterbukaan ideologi Pancasila juga menyangkut keterbukaan budaya asing. Sebagai
makhluk sosial senantiasa hidup barsama sehingga terjadilah akulturasi budaya. Oleh karena
itu, Pancasila sebagai ideologi terbuka terhadap budaya asing, namun nilai-nilai esensial
Pancasila bersifat tetap. Dengan kata lain Pancasila menerima budaya asing dengan ketentuan
hakikat atau subtansi Pancasila yaitu: ketuhanaan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta
keadilan bersifat tetap.Pancasila menerima budaya asing yang sesuai dengan nilai dasar
Pancasila dan menolak budaya asing yang bertentangan dengan nilai dasar Pancasila. Dengan
demikian bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya tidak menutup diri dalam
pergaulan budaya antar bangsa di dunia.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat
aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam
ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut:
 Nilai dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan.
 Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaannya.
 Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
4. Makna dan Peranan Ideologi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Realitas bangsa Indonesia adalah bangsa yang teramat heterogen secara budaya, serta
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Kondisi tersebut mensyaratkan hadirnya
ideologi negara yang dihayati dan diamalkan oleh seluruh komponen bangsa. Fungsi ideologi
negara bagi bangsa Indonesia amat penting dibandingkan dengan pentingnya ideologi bagi
negara-negara lain terutama yang bangsanya homogen. Bagi bangsa Indonesia, ideologi
sebagai identitas nasional merupakan prasyarat kestabilan negara, karena bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang heterogen. Hadirnya ideologi Pancasila tersebut, paling tidak akan
berfungsi untuk:
2016
15
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Menggambarkan cita-cita bangsa, kearah mana bangsa ini akan bergerak;
2. Menciptakan rasa kebersamaan bangsa Indonesia sesuai dengan semangat Bhinneka
Tunggal Ika; dan
3. Menggairahkan seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara
Republik Indonesia.
Bakry (1985: 42) mengemukakan bahwa Pancasila dinyatakan sebagai ideologi negara
Republik Indonesia dengan tujuan bahwa segala sesuatu dalam bidang pemerintahan
ataupun semua yang berhubungan dengan hidup kenegaraan harus dilandasi dalam titik
tolaknya, dibatasi dengan gerak pelaksanaannya, dan diarahkan dalam mencapai
tujuannya dengan Pancasila.
Dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa
dimensi yang menunjukkan ciri khas dalam orientasi Pancasila. Menurut Poespowardojo (1991:
59-60) ada tiga dimensi ciri khas dan orientasi Pancasila :
1. Pertama dimensi teleologis, yang menunjukkan bahwa pembangunan mempunyai tujuan yaitu
mewujudkan cita-cita proklamasi 1945. Hidup bukanlah oleh nasib, tetapi tergantung pada
rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan usaha manusia. Dengan demikian dimensi ini
menimbulkan dinamika dalam kehidupan bangsa. Kehidupan manusia tidak ditentukan oleh
keharusan sejarah yang tergantung pada kekuatan produksi, sebagaimana dikemukakan
pandangan Marxisme. Manusia terlalu tinggi derajatnya untuk sepenuhnya ditentukan sematamata oleh faktor-faktor ekonomi. Manusia mempunyai cita-cita, mempunyai semangat dan
mempunyai niat atau pun tekad. Oleh karena manusia mampu mewujudkan cita-cita,
semangat, niat maupun tekadnya itu ke dalam kenyataan dengan daya kreasinya.
2. Dimensi kedua adalah dimensi etis. Ciri ini menunjukkan bahwa dalam Pancasila manusia dan
martabat manusia mempunyai kedudukan yang sentral. Seluruh proses pembangunan
diarahkan untuk mengangkat derajat manusia, melalui penciptaan mutu kehidupan yang
manusiawi. Ini berarti bahwa pembangunan, yang manusiawi harus mewujudkan keadilan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Di lain pihak manusiapun dituntut untuk
bertanggung jawab atas usaha dan pilihan yang ditentukannya. Dimensi etis menuntut
pembangunan yang bertanggung jawab.
3. Dimensi ketiga adalah dimensi integral-integratif. Dimensi ini menempatkan manusia tidak
secara individualis, melainkan dalam konteks strukturnya. Manusia adalah pribadi, namun juga
merupakan relasi. Oleh karena itu, manusia harus dilihat dari keseluruhan sistem, yang
meliputi masyarakat, dunia dan lingkungannya. Pembangunan diarahkan bukan saja kepada
2016
16
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
peningkatan kualitas manusia, melainkan juga kepada peningkatan kualitas strukturnya. Hanya
dengan wawasan yang utuh demikian itu keseimbangan hidup bisa terjamin.
Sesuai dengan semangat yang terbaca dalam Pembukaan UUD 1945, Ideologi
Pancasila yang merupakan dasar negara itu berfungsi dalam menggambarkan tujuan negara
RI maupun dalam proses pencapaian tujuan negara tersebut. Ini berarti bahwa tujuan negara
yang secara material dirumuskan sebagai “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial” harus mengarah kepada terwujudnya masyarakat yang
adil dan makmur dan sejahtera sesuai dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila. Demikian
pula proses pencapaian tujuan tersebut
dan perwujudannya melalui perencanaan,
kebijaksanaan dan keputusan politik harus tetap memperhatikan dan bahkan merealisasikan
dimensi-dimensi yang mencerminkan watak dan ciri Pancasila (Poespowardojo, 1991: 45-46).
5.Hubungan Pancasila dan Agama.
• Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
• Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama masingmasing.
• Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.
• Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter
pemeluk agama serta antar pemeluk agama.
• Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil peksaan
bagi siapapun juga.
• Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara.
• Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus sesuai
dengan nilai nilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma.
E. ANALISA KASUS.
Indonesia Larang Penyebaran Ideologi ISIS.
2016
17
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sejumlah warga Indonesia diduga mendukung dan ikut menyebarkan faham ISIS. Pemerintah
Indonesia menyatakan, menolak ideologi yang diusung kelompok militan Negara Islam Irak dan
Suriah, alias ISIS dan melarang pengembangan ideologinya di Indonesia.
Pemerintah Indonesia menyatakan, ISIS bukanlah masalah agama, melainkan masalah
ideologi atau keyakinan yang dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila. Menteri
koordinator politik hukum dan keamanan, Joko Suyanto, mengatakan, pemerintah dan negara
Indonesia menolak dan tidak mengizinkan faham ISIS berkembang di Indonesia.
"Karena tidak sesuai dengan ideologi negara Pancasila, negara kesatuan RI dan
Kebhinnekaan kita di dalam negara kesatuan RI," kata Joko Suyanto, dalam keterangan
pers, usai rapat kabinet. Menurutnya, setiap upaya pengembangan faham ISIS dan IS(Islam
State) harus dicegah. "Di Indonesia tidak boleh menjadi tempat persemaian faham ISIS atau IS
(Islam State)," katanya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa gerakan Islamic State of Iraq and
Syria (ISIS) atau Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) bertentangan dengan dasar negara
Pancasila. Gerakan ini merupakan paham radikal yang menggunakan kekerasan demi
perjuangan ideology mereka. "Ideologi ISIS bertentangan dengan Pancasila. Mengatakan
Pancasila sebagai thogut (berhala) yang harus diperangi itu sudah amat kelewat batas," kata
Lukman dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat (1/8/2014).
Lukman menyatakan, warga negara Indonesia yang bersumpah dan berjanji setia kepada
negara asing atau bagian dari negara asing itu dapat kehilangan kewarganegaraannya. Untuk
itu, ia mendorong aparat penegak hukum untuk menangani keterlibatan WNI dalam kelompok
tersebut.
Pertanyaan :
a. Penerapan Sila berapakah yang dilanggar oleh Sejumlah warga Indonesia yang diduga
mendukung dan ikut menyebarkan faham ISIS! ( berikan jawaban anda disertai dengan
uraian ).
b. Bagaimana menurut anda sebagai seorang Warga Negara Indonesia memberikan solusi
terhadap kasus diatas! ( kaitkan pendapat anda sesuai dengan nilai nilai Pancasila ) !
**********
2016
18
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAK A
A. Modul Pancasila Universitas Mercubuana.
Ngadino Surip, Syahrial Syarbaini, A Rahman HI, Pancasila Dalam Makna
Dan Aktualisasi, Univeritas Mercu Buana, CV Andi Offset, Jakarta,
2016.
B. Literatur
Abdullah, Rozali, 1984, Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa,CV.
Rajawali, Jakarta.
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.), 1995, Risalah Sidang
Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,Sekretariat Negara
Republik Indonesia, Jakarta.
Bakry, Noor Ms., 2010, Pendidikan Pancasila, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
C.S.T. Kansil Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, dkk
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2013,
Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Departemen Pendidikan Nasional
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Abdulgani, Roeslan, 1979, Pengembangan Pancasila di Indonesia, yayasan Idayu, Jakarta.
2016
19
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ali As’ad Said, 2009, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Pustaka LP3ES,
Jakarta.
Darmodihardjo, D, 1978, Orientasi Singkat Pancasila, PT. Gita Karya, Jakarta.
Hartono, 1992, Pancasila Ditinjau dari Segi Historis, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Kaelan, 2012, Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara, Paradigma,
Yogyakarta.
Latif, Yudi, 2011, Negara Paripurna ; Historisitas, Rasionalitas, dan Akualitas Pancasila, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Notonagoro, 1975, Pancasila secara Ilmiah Populer, Pantjuran Tujuh , Jakarta.
Oesman, Oetojo dan Alfian (Ed.), 1990, Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, BP-7 Pusat, Jakarta.
Pranarka, A.W.M., 1985, Sejarah Pemikiran tentang Pancasila, CSIS, Jakarta.
Setiardja, A. Gunawan, 1994, Filsafat Pancasila Bagian II: Moral Pancasila.
Syahrial Syarbaini, Ph.D. 2012. Pendidikan Pancasila. Jakarta. Ghlaila Indonesia.
Yamin, Muhammad, 1954, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Djambatan,
Jakarta/Amsterdam.
Hamid Darmadi, 2014, Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan
Tinggi.
Kaelan, 2000, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.
Kusuma, A.B., 2004, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta.
Syahrial Syarbaini, 2014, Pancasila di perguruan tinggi, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Taniredja,Tukiran,dkk, Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa, Bandung,
Alfabeta,2012.
C. Peraturan.
Undang Undang Dasar Nega ra Republik Indonesia Tahun 1945.
D. Internet.
2016
20
Pancasila
Rani Purwanti Kemalasari,SH.,MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download