1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan tidak diinginkan merupakan tantangan sosial dan kesehatan global meliputi kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted) dan kehamilan terjadi lebih cepat dari yang direncanakan (mistimed). Di seluruh dunia 38% dari kehamilan merupakan kehamilan tidak diinginkan yaitu 80 juta kehamilan per tahun. Organisasi kesehatan dunia WHO (2013) memperkirakan setiap tahun dari seluruh wanita dengan kehamilan tidak diinginkan, 4 juta jiwa diantaranya berakhir keguguran, 42 juta aborsi, dan 34 jiwa kelahiran yang tidak diharapkan. Kehamilan tidak diinginkan merupakan faktor risiko terjadinya kesakitan dan kematian ibu terkait aborsi yang tidak aman (Bitto et al., 1997). Setiap tahun sebanyak 80 ribu wanita meninggal dan 95% kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Karim, 2009). Selain itu, wanita yang kehamilannya tidak diinginkan cenderung lebih rendah dalam memanfaatkan perawatan prenatal dan memiliki risiko lebih tinggi terjadi depresi postpartum dibandingkan dengan wanita yang kehamilannya diinginkan (Cheng et al., 2009). Hal ini berdampak pada kesehatan bayinya yaitu kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR) (Shah et al., 2011). Indonesia merupkan salah satu negara berkembang, pada tahun 2012 angka kematian ibu mengalami peningkatan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan tahun 2007 hanya 228 per 100.000 kelahiran hidup (BPS et al., 2013). Hasil laporan perkembangan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa aborsi yang tidak aman bertanggung jawab terhadap 11% kematian ibu di Indonesia. Aborsi tidak aman ini biasanya terjadi karena kehamilan tidak diinginkan (UNDP, 2007). Kehamilan tidak diinginkan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: intrapersonal, interpersonal, institusi/struktural, pelayanan kesehatan (Koren and Mawn, 2010, WHO, 2013). Kehamilan tidak diinginkan lebih banyak terjadi pada pasangan yang menikah (Sedgh et al., 2006). Hasil beberapa studi menunjukan 2 bahwa kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan umur ibu dan jumlah anak (Sedgh et al., 2006, Ikamari et al., 2013, Geda and Lako, 2011). Wanita dengan pendidikan yang lebih baik akan mengiginkan anak dalam jumlah yang sedikit dan mengalami kehamilan tidak diinginkan lebih rendah (Adhikari et al., 2009). Wanita yang mengakes media massa baik televisi, radio maupun surat kabar dapat mengurangi risiko kehamilan tidak diinginkan (Geda and Lako, 2011). Sedangkan status ekonomi dan tempat tinggal menjadi faktor intrapersonal dan struktural lain dari terjadinya kehamilan tidak diinginkan (Ikamari et al., 2013, Rahman, 2012, Sedgh et al., 2006). Dari segi pelayanan kesehatan, salah satu cara untuk mengurangi risiko terjadi kehamilan tidak diinginkan adalah kunjungan petugas keluarga berencana dan petugas kesehatan yang memberikan informasi tentang kontrasepsi selama 12 bulan terakhir (Geda and Lako, 2011). Selain itu, kehamilan tidak diinginkan terjadi akibat pasangan tidak menggunakan alat kontrasepsi padahal tidak ingin mempunyai anak lagi atau menjarangkan kehamilan (unmet need), kegagalan kontrasepsi, dan discontinue penggunaan kontrasepsi (Fallon et al., 2008). Di Indonesia tingkat prevalensi kontrasepsi pada wanita kawin umur 15-49 mengalami peningkatan dari 61% pada tahun 2007 meningkat menjadi 62% pada tahun 2012, kontrasepsi modern 57% pada tahun 2007 meningkat menjadi 58% pada tahun 2012, kontrasepsi tradisional tidak mengalami kenaikan yaitu sebesar 4%. Sedangkan angka fertilitas total (Total Fertility Rate atau TFR) pada tahun 2012 tetap dibandingkan dengan tahun tahun 2007 yaitu sebesar 2,6. Dimana angka fertilitas berdasarkan kelompok umur (Age Specific Fertility Rate atau ASFR) mengalami kenaikan pada kelompok umur 20-24 tahun (135 anak per 1000 wanita) menjadi (138 anak per 1000 wanita), umur 25-29 tahun (134 anak per 1000 wanita) menjadi (143 anak per 1000 wanita) dan umur 40-44 tahun (19 anak per 1000 wanita) menjadi (21 anak per 1000 wanita) (BPS et al., 2013). Secara keseluruhan, angka fertilitas yang diinginkan (Total Wanted Fertility Rate atau TWFR) di Indonesia lebih rendah daripada TFR. Angka TWFR adalah 2,0 anak perwanita, yang berarti jika wanita dapat mencapai TWFR, maka TFR di Indonesia akan turun mencapai replacement level. Sedangkan angka 3 fertilitas yang tidak diinginkan adalah 14% dari kelahiran hidup termasuk kehamilan saat survei. Sehingga tidak munutup kemungkinan bahwa TFR tidak menurun dan terjadi kenaikan fertilitas pada rentang umur 20-29 tahun dan 40-49 tahun disebabkan karena kelahiran dari kehamilan tidak diinginkan. Jika melihat dampak yang ditimbulkan akibat kehamilan tidak diinginkan maka melalui analisis SDKI 2012 peneliti berupaya mengetahui apakah faktor intrapersonal, struktural dan pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap kehamilan tidak diinginkan di Indonesia. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu rekomendasi kebijakan dan prioritas intervensi program yang tepat sasaran dalam menanggulangi kejadian kehamilan tidak diinginkan di Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tingginya angka kehamilan tidak diinginkan di berbagai negara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk mencegah tingginya angka kematian ibu karena kehamilan tidak diinginkan yang dapat menyebabkan komplikasi aborsi, terutama aborsi yang tidak aman, maka perlu diketahui “Apakah faktor intrapersonal, struktural dan pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap kehamilan tidak diinginkan di Indonesia?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor intrapersonal, struktural dan pelayanan kesehatan terhadap kehamilan tidak diinginkan di Indonesia. 2. Tujuan khusus Mengetahui pengaruh umur, paritas, jarak kelahiran, status perkawinan, jumlah anak ideal, pendidikan, status ekonomi, mengakses media massa, tempat tinggal, paparan informasi KB oleh tenaga lapangan dan tenaga kesehatan terhadap kehamilan tidak diinginkan di Indonesia. 4 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan atau sebagai bahan pembanding untuk melakukan penelitian lain. 2. Manfaat praktis a. Bagi pelaksana program pelayanan kesehatan dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan kebijakan dan peningkatan pelayanan keluarga berencana. b. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk pencegahan dan penanganan kejadian kehamilan tidak diinginkan agar tidak terjadi peningkatan. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai kehamilan tidak diinginkan telah dilakukan di beberapa negara. Antara lain adalah sebegai berikut: 1. Sedgh et al. (2006) melakukan penelitian mengenai “Unwanted pregnancy and assosiation factors among Nigerian women”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan di Nigeria. Data diperoleh dari Community-based survey dari 2.978 wanita usia 15-49 tahun. Analisis yang digunakan adalah univariat analisis dan multivariat analisis regresi. Hasil penelitian ini sebesar 28% responden melaporkan pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan. Setengahnya melaporkan berusaha mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan yang terakhir. Sebesar 43% perempuan berusaha melakukan aborsi karena mereka tidak menikah, terlalu muda atau masih sekolah. Wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi sehingga menyebabkan kehamilan tidak diinginkan, 44% tidak mengetahui tentang keluarga berencana, dan 24% tidak memiliki akses terhadap pelayanan kontrasepsi, layanan yang terlalu mahal, atau takut dengan efek samping. Pada saat survei 27% responden berada pada risiko kehamilan tidak diinginkan dan hampir setengahnya tidak peka terhadap metode kontrasepsi. Persamaan dengan penelitian ini pada variabel terikatnya. 5 Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas, sumber data, lokasi penelitian, dan besar sampel. 2. Falon et al. (2008) melakukan penelitian mengenai “Association between contraceptive discontinuation and pregnancy intentions in Guatemala”. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah penghentian penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan kehamilan tidak tepat waktu dan kehamilan tidak diinginkan di Guatemala. Data yang digunakan adalah Guatemala National Maternal and child Health Survey tahun 2002, sampel terdiri dari kelahiran selama 3 tahun sebelum survei dan kehamilan pada saat survei dengan besar sampel 5.400. Analisis yang digunakan adalah multinomial logistic. Hasil penelitian menunjukkan satu dari lima kehamilan tidak tepat waktu dan satu dari enam kehamilan tidak diinginkan disebabkan penghentian penggunaan kontrasepsi karena alasan selain ingin hamil (seperti kegagalan kontrasepsi, efek samping, masalah kesehatan). Penghentian pengggunaan kontrasepsi karena alasan selain ingin hamil memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kehamilan tidak tepat waktu atau kehamilan tidak diinginkan dibandingkan dengan kehamilan diinginkan. Kehamilan dan kelahiran dari wanita sebagai akibat tidak menggunakan kontrasepsi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian kehamilan tidak tepat waktu dan kehamilan tidak diinginkan dibandingkan dengan penghentian penggunaan kontrasepsi karena alasan ingin hamil. Penghentian penggunaan kontrasepsi karena alasan selain ingin hamil dibandingkan dengan tidak menggunakan kontrasepsi lebih berisiko untuk terjadinya kehamilan tidak tepat waktu atau kehamilan tidak diinginkan. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya sedangkan perbedaannya adalah pada variabel bebas, teknik analisa data, lokasi penelitian dan besar sampel. 3. Kamal et al. (2011) melakukan penelitian mengenai “Prevelence and socioeconomic correlates of unintended pregnancy among women in rural Bangladesh”. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji prevalensi dan hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan kehamilan tidak diinginkan pada wanita dipedesaan Bangladesh. Data diperoleh dari Bangladesh Demographic and 6 Health Survey (BDHS) tahun 2007, dengan besar sampel 3.866 wanita yang sedikitnya memiliki satu kelahiran hidup selama 5 tahun sebelum survei. Analisis yang digunakan adalah multivariat logistik regresi Hasil penelitian ini adalah umur, pernah menggunakan metode kontrasepsi, agama dan kekayaan merupakan determinan penting kehamilan tidak diinginkan. Urutan kehamilan juga merupakan determinan dari kehamilan tidak diinginkan. Perempuan yang urutan kehamilan keempat atau lebih memiliki risiko terjadinya kehamilan tidak diinginkan lebih tinggi (OR=4.3,95%CI;4.31-6.56) dibandingkan perempuan untuk kehamilan pertama kalinya. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas, sumber data, lokasi penelitian dan besar sampel. 4. Noor et al. (2011) melakukan penelitian mengenai “Unintended pregnancy among rural women in Bangladesh”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor yang terkait dengan prevalensi kehamilan yang tidak diinginkan di daerah pedesaan Bangladesh yang implikasinya untuk intervensi kebijakan. Sampel berjumlah 3.300 wanita. Analisis yang digunakan binary logistic regression. Hasil penelitian ini sekitar 29% dari kehamilan yang tidak diinginkan dan frekuensi lebih tinggi terjadi pada wanita berumur lebih tua, kurang berpendidikan, paritas tinggi dan miskin. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat kehamilan yang tidak diinginkan lebih tinggi 33% wanita yang menggunakan kontrasepsi sebelum kehamilan terakhir mereka dibandingkan 23% wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi apa pun. Namun, tingkat kehamilan yang tidak diinginkan akan bervariasi jika dikaitkan jenis metode kontrasepsi yang digunakan. Temuan menggaris bawahi pentingnya mengukur penghentian penggunaan kontrasepsi selain prevalensi semua metode modern. Persamaan penelitian ini adalah variabel terikatnya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas, jenis dan disain penelitian, lokasi dan besar sampel. 5. Adhikari et al. (2009) melakukan penelitian mengenai “Correlates of unintended pregnancy among currently pregnant married women in Nepal”. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang 7 mempengaruhi kehamilan tidak diinginkan pada wanita menikah yang hamil saat survei di Nepal. Data diperoleh dari Nepal Demographic and Health Survey (NDHS), dengan sampel berjumlah 731 wanita menikah yang hamil saat survei. Lebih dari dua perlima (41%) wanita hamil melaporkan bahwa kehamilan mereka saat ini tidak diinginkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia wanita, usia saat perkawinan pertama, jumlah anak ideal, agama, paparan radio dan pengetahuan tentang metode keluarga berencana merupakan prediktor kunci dari kehamilan yang tidak diinginkan. Semakin tinggi usia semakin tinggi resiko terhadap kehamilan tidak diinginkan. Peningkatan usia perempuan pada pernikahan pertama mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan (rasio odds, 0,93). Mereka yang mengakses informasi melalui radio mengurangi risiko (rasio odds, 0,63) untuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dibandingkan dengan mereka yang tidak. Selain itu, wanita yang memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi tentang metode keluarga berencana mengurangi risiko untuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (rasio odds, 0,60) dibandingkan yang tingkat pengetahuan lebih rendah. Analisis yang digunakan adalah logistic regression. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas, lokasi penelitian dan besar sampel.