Kebijakan Moneter dengan Sasaran Tunggal

advertisement
KEBIJAKAN MONETER I DI INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
Bank Indonesia
Bank Indonesia
Medan, FE USU, 14 Februari 2008
Tujuan Instruksional Khusus
 Mampu membandingkan kebijakan moneter sebelum
dan sesudah UU No. 23/1999.
 Mampu menjelaskan kebijakan moneter melalui
pendekatan kuantitas dan harga.
OUTLINE




Review Konsep dan Teori Moneter
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi 1997
Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi 1997
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
Mekanisme Pengendalian Moneter
 Paradigma Pengendalian Moneter Baru
Review Konsep dan Teori Moneter
 Kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro
 Tujuan kebijakan ekonomi makro umumnya adalah mencapai kemakmuran
masyarakat (social welfare)
Apa Tujuan Kebijakan Moneter?
Peran penting dari kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi;
 Mempengaruhi :
a. stabilitas harga
b. pertumbuhan ekonomi
c. perluasan kesempatan kerja
d. keseimbangan neraca pembayaran
 (a) – (d) menjadi sasaran akhir (objectives/ final targets) kebijakan moneter
Konflik pencapaian sasaran kebijakan :
- Secara ideal, semua sasaran akhir tersebut (multiple objectives) di atas
dapat dicapai secara bersamaan. Namun, seringkali pencapaian sasaran-sasaran akhir tsb
mengandung unsur-unsur yang kontradiktif.
- Misalnya: usaha untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
memperluas kesempatan kerja pada umumnya dapat berdampak negatif
terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran.
- Dalam perkembangannya, dewasa ini semakin disadari bahwa kebijakan
moneter semestinya lebih memfokuskan pada sasaran tunggal.
6
Kebijakan Moneter dengan Sasaran Tunggal
Sejalan dengan perkembangan ekonomi di dunia, Indonesia menganut hal yang sama dengan
menetapkan stabilisasi harga sebagai sasaran tunggal sebagaimana tercermin dalam UndangUndang Bank Indonesia yang baru (UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia –
diamandemen UU No. 3 tahun 2004).
Tujuan Bank Indonesia adalah:
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah” (Ps. 7)
3 Pilar pencapaian tujuan
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai tugas: (Ps. 8)
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c. Mangatur dan mengawasi Bank
Bagaimana Hubungan kebijakan Moneter dengan
Kebijakan Lainnya?
SEKTOR RIIL
SEKTOR EKSTERNAL
Transaksi Berjalan
Ekspor
Impor
Transfer
Penghasilan (Income)
Transaksi Modal dan Keuangan
Investasi Langsung
Aliran Keuangan
– Pemerintah
– Swasta
Cadangan Devisa
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
SEKTOR PEMERINTAH (FISKAL)
Anggaran Negara (APBN)
Penerimaan, termasuk hibah
Pengeluaran
Keseimbangan (overall)
Pembiayaan
– Dalam Negeri
– Luar Negeri
SEKTOR MONETER
Otoritas Moneter
Aktiva Luar Negeri Bersih
Aktiva Domestik Bersih
Net Claim on Government
Uang
Primer
Bank Umum
Aktiva Luar Negeri Bersih
Aktiva Domestik Bersih
Uang
Beredar
Jenis Kerangka Kebijakan Moneter
Macam-macam Kerangka Kebijakan Moneter
Beberapa rezim berkembang dalam teori dengan mendasarkan pada berbagai
channels dalam transmisi moneter yang diyakini di dalam ekonomi :
1. Monetary targeting; mendasarkan pada pengendalian uang beredar (sbg.
Intermediate target) dan uang primer (sbg. Sasaran operasional) untuk
mencapai sasaran akhir, dengan berdasar kestabilan permintaan uang.
2. Exchange rate targeting; mendasarkan pada pengendalian nilai tukar (sbg
intermediate target) untuk mencapai sasaran akhir (inflasi dan pertumbuhan
ekonomi).
3. Inflation targeting; memfokuskan sasaran akhir pada target inflasi yang
diumumkan. Untuk intermediate targetnya menggunakan inflation forecast,
yang mendasarkan pada semua channel transmisi moneter. Biasanya
dikombinasikan dengan suku bunga untuk penentuan operating targetnya.
4. Implicit Nominal Anchor (No Anchor). Tidak menetapkan sasaran akhir dan
intermediate tertentu. Tergantung penilaian dan keyakinan boards of
governor. Untuk operating target biasanya menggunakan suku bunga.
Rezim mana yang tepat tergantung pada kondisi ekonomi dan moneter negara
ybs. Bahkan untuk suatu negara rezim yang diterapkan dapat saja berubah.
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter
Kerangka Operasional
Instrumen
Sasaran
Operasional
- OPT
- Fas. Diskonto
- Giro Wajib Min
- Imbauan, dll
- sk bunga jk. pd
- uang primer
Kerangka Strategis
Sasaran
Antara
- sk. bunga jk. pj
- M1, M2, kredit
Sasaran Akhir
- Inflasi
- Pertumbuhan Ek.
“Jangkar”
Nominal
Penargetan
-
Nilai tukar
Besaran moneter
Inflasi (inflation targeting)
Output nominal
No explicit nominal anchor
Kerangka Operasi Kebijakan Moneter
ULTIMATE
TARGET
I
N
F
L
A
S
I
ECONOMIC
CAPACITY
Y
OPERATIONAL
TARGET
Monetary
Instrument
s
MONEY SUPPLY
OR
INTEREST RATE
Yd
ECONOMIC
ACTIVITY
Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import
1. OPEN MARKET
OPERATION
2. DISCOUNT FACILITY
3. RESERVE
REQUIREMENT
4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter
PENDEKATAN
SISTEM OPERASI
Pendekatan Harga
Instrumen
Sasaran
Operasional
Sasaran
Akhir
Variabel-variabel Informasi
• Langsung
• Tidak langsung
Pendekatan Kuantitas
Instrumen
- Langsung
- Tidak langsung
• Sk.bunga PUAB
Sasaran
Operasional
- Monetary base
seperti:
. Uang primer/M0
. Reserve bank
• Stabilitas harga
Sasaran
Antara
- Agregat moneter
seperti:
. M1, M2
. Kredit pbk
. Sk.bunga
Sumber: Junggun Oh. “Inflation Targeting, Monetary Transmission Mechanism, and Policy Rules in Korea”,
Economic Pap
er , Vol.2, No.1, March 1999, Bank of Korea (dimodifikasi).
Sasaran
Akhir
Stabilitas harga
Pertumbuhan ekonomi
Kesempatan kerja
Keseimbangan NP
Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter
Mekanisme Quantity-based Approach vs Price-based Approach
Sasaran kuantitas uang
Sasaran “harga” uang
Ms’
Ms
Tingkat Bunga,
i
Tingkat Bunga, i
i”
Ms
*
Ms
”
“
i”
i*
i*
Md”
i’
Target Tingkat Bunga,
i*
i’
Md
”
Md
*
Md’
Md*
Md’
M*
Kuantitas Uang, M
M’
M*
M”
Kuantitas Uang,
M
Kerangka Kerja Quantity Targeting
 Sebelum Juli 2005, Pendekatan kuantitas digunakan sebagai kerangka kebijakan
moneter
 Pendekatan harga mulai digunakan Juli 2005
Kerangka Kerja Quantity Targeting
ULTIMATE
TARGET
Inflasi
ECONOMIC
CAPACITY
Y
s
MONEY
SUPPLY
M
s
Dll
MONETARY
INSTRUMENT
1. OPEN MARKET
OPERATION
2. DISCOUNT FACILITY
Pertumb.
Ekonomi
Lapangan
Kerja
MONETARY
MANAGEMENT
3. RESERVE
REQUIREMENT
Yd
ECONOMIC
ACTIVITY
Investment
Consumption
Government
Export
Import
M
d
DEMAND FOR
MONEY
4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
Neraca Otoritas Moneter & Neraca Sistem Moneter
N era c a O to rita s M o n e te r
A k tiv a
P a s iv a
A k tiv a L u a r N e g e ri B e r sih
A k tiv a D alam N e g e ri B e rsih
- T a g iha n b e rsih p a d a p em e rinta h p us at
- T a g iha n p a da se k to r sw a sta d o m es tik
- T a g iha n p a da b a n k um um
A k tiv a L a in n y a B e rsih
U a n g k a rta l
- d i m a sy a ra k a t
- d i ba n k um um
S a ld o g iro
- m ilik b an k um um
- m ilik m a sy a ra k a t
(u a n g k a rta l )
(c a d a n g a n b a n k )
------------------------U a n g P rim e r (M 0)
Neraca Sistem Moneter
Aktiva
Pasiva
1. Aktiva Luar Negeri Bersih
Uang Beredar (M2)/ Likuiditas Perekonomian
2. Tagihan Bersih pada Pemerintah Pusat
1. M1
3. Tagihan pada Lembaga
dan Perusahaan Pemerintah
4. Tagihan pada Perusahaan
- Uang Kartal
- Uang Giral
2. Uang Kuasi
dan Perorangan
5. Lainnya Bersih
Keterangan: format standar penyusunan neraca analitis ini adalah seperti yang dipublikasikan
kepada masyarakat dalam Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter
Secara teoritis, merujuk pada:
Keberadaan Kurva Phillips :  =  (y – y*)
“trade-off jangka pendek antara inflasi dan pertumbuhan output”
Teori Kuantitas Klasik : M.V  P.T dan M/P = k. Y
Teori Penawaran Uang : Ms = mm. M0
Contoh kasus: […… Ilustrasi sederhana …….]
 Fungsi jangka panjang permintaan uang (M1):
logM1 = konstan + 1.1 logPDBr + 1.0 logIHK + kesalahan
Prediksi perkembangan money multiplier (M1/M0) berkisar antara 1.2 –
1.4
 Sasaran-sasaran sesuai Program Moneter:
Inflasi: 8%
Pertumbuhan ekonomi 6%
Pertumbuhan M1 : 14.6 %
(maka) Pertumbuhan M0 dalam kisaran: 10.4% – 12.2%  rata-rata 11.2%
Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter
melalui quantity targeting
 Misalnya terjadi perubahan kondisi ekonomi:
Terjadi arus modal masuk (capital inflow) yang cukup besar sebagai
akibat cukup menariknya iklim usaha di Indonesia.
 Capital inflow   NFA otoritas moneter   uang primer  (di atas
kisaran atas)  NFA sistem moneter   uang beredar 
 Kegiatan ekonomi riil   kecenderungan overheating
- Pertumbuhan M1   14.6%, (Pertumbuhan M0   12.2%)
- Pertumbuhan ekonomi   6%
- Inflasi   8%,
 Kebijakan yang diterapkan (alternatif) : kontraksi moneter
 Pilihan instrumen (alternatif) :
- Operasi pasar terbuka (OPT)
- Cadangan wajib minimum (RR)
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
1. Lelang SBI
 Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnya target
uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank Indonesia akan
memperkirakan perkembangan uang primer dan, dengan membandingkan
target yang ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan likuiditas pasar uang
yang harus diserap.
 Hal ini dilakukan dengan menghitung berapa SBI yang jatuh tempo, berapa
ekspansi/konstraksi dari sisi fiskal (rekening Pemerintah di Bank Indonesia),
mutasi cadangan devisa, serta bagaimana kondisi likuiditas di pasar uang.
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui
OPT
 Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menggunakan
instrumen moneter yang dapat berupa Operasi Pasar Terbuka (OPT), intervensi
pasar valas, reserve requirement, ataupun moral suasion.
 Berdasarkan sasaran M0 yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan
Operasi Pasar Terbuka (OPT).
OPERASI PASAR TERBUKA
i
Penjualan Surat
Berharga
Mo
M1 & M2
Harga
stabil
OPT
i
Pembelian Surat
Berharga
Mo
M1 & M2
Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
2. Fasilitas Bank Indonesia
 Selain lelang SBI mingguan (yaitu tiap hari Rabu), Bank Indonesia juga
melakukan kegiatan secara langsung di pasar uang rupiah melalui Fasilitas
Bank Indonesia (Fasbi). Hal ini dilakukan secara harian, terutama apabila
terjadi perkembangan di luar pehitungan yang dapat menyebabkan tidak
tercapainya target uang primer melalui lelang SBI.
 Caranya antara lain dapat dilakukan dengan secara langsung menawarkan
kepada bank-bank untuk menanamkan kelebihan likuiditasnya di Bank
Indonesia (berjangka waktu overnight hingga satu minggu) atau dengan cara
membeli kembali SBI secara repurchase agreement (repo) di pasar uang antar
bank.
Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
3. Sterilisasi/Intervensi Valuta Asing
 Terutama dilakukan apabila Pemerintah akan membiayai kegiatan suatu proyek
(membutuhkan rupiah) dengan cara menggunakan dana valuta asingnya yang
disimpan sebagai cadangan devisa di Bank Indonesia.
 Dengan cara ini, dapat dicapai dua tujuan sekaligus. Pertama, penyerapan
kelebihan likuiditas di pasar uang. Kedua, bahwa langkah ini sekaligus dapat
membantu upaya untuk menstabilkan perkembangan nilai tukar rupiah di
pasar.
 Intervensi di pasar valuta asing dapat pula dilakukan Bank Indonesia pada
waktu sedang terjadi gejolak nilai tukar rupiah di pasar valuta asing
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?
Asumsi yang digunakan dalam Pendekatan Kuantitas adalah sbb:
1.
2.
3.
Kebijakan dan perkembangan sektor-sektor lain (fiskal, nilai tukar, dan riil) akan berjalan
seperti yang ditetapkan.
Adanya hubungan yang stabil antara uang beredar (sebagai sasaran antara) dengan
kegiatan ekonomi riil (sebagai sasaran akhir)  stabilitas fungsional income velocity dan
demand for money
Adanya hubungan yang stabil antara uang primer (sebagai sasaran operasional) dengan
uang beredar (sebagai sasaran antara)  stabilitas fungsional angka pengganda uang
(money multiplier)
Namun, hasil kajian empiris BI menyimpulkan bahwa:

Income velocity, demand for money, dan money multiplier cenderung
“kurang” stabil.
 M0 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh Bank Indonesia. + 70% dari
komponen M0 adalah uang kartal yang merupakan kebutuhan masyarakat akan alat
pembayaran.
 Agregat moneter M1 relatif stabil dibandingkan dengan M2.
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?
Penyebab Ketidakstabilan Struktural tersebut adalah karena:
 Pesatnya perkembangan sektor keuangan dan majunya inovasi
produk keuangan yang menyebabkan kegiatan penciptaan uang
(money creation) oleh sistem keuangan menjadi berlipat ganda.
 Terjadinya proses decoupling antara sektor moneter dan sektor riil.
 Sulitnya mengidentifikasi arah kausalitas antara uang beredar dan
kegiatan ekonomi. Adanya kecenderungan kegiatan ekonomi
mempengaruhi uang beredar, bukan sebaliknya.
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?
 Sejalan dengan permasalahan dalam pengendalian moneter dengan
menggunakan agregat moneter, paradigma baru yang lebih meyakini “harga”
uang, yaitu suku bunga dan nilai tukar, sebagai jalur utama transmisi kebijakan
moneter (price targeting) di Indonesia semakin mendapatkan perhatian.
 Bond (1994) menunjukkan secara empiris bahwa hubungan antara suku bunga
dengan laju inflasi jauh lebih kuat dibandingkan dengan hubungan antara uang
beredar dengan inflasi.
 Di sisi lain, dalam ekonomi yang semakin terbuka dengan sistem nilai tukar
yang fleksibel, pergerakan nilai tukar rupiah juga dianggap sangat penting
dalam mempengaruhi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi, and inflasi.
 Isu pokok yang sedang dikaji adalah apakah apakah cukup relevan apabila
manajemen moneter di Indonesia dibangun atas dasar jalur mekanisme
transmisi salah satu/kedua variabel tersebut; ataukah berdasarkan jalur
mekanisme transmisi kebijakan moneter yang lain?
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?
 Hasil kajian empiris tersebut merupakan pertimbangan utama bagi
Bank Indonesia untuk mengubah paradigma pengendalian
moneternya dari quantity-based approach menjadi price-based
approach pada Juli 2005.
 Penerapan price-based approach tidak terlepas dari upaya Bank
Indonesia yang menerapkan full-fledged inflation targeting framework
pada bulan Juli 2005. Pembahasan mengenai hal ini akan dijelaskan
setelah penjelasan umum pendekatan harga atau suku bunga sebagai
sasaran operasional kebijakan moneter.
Kerangka Kerja Pendekatan Harga
ULTIMATE
TARGET
I
N
F
L
A
S
I
ECONOMIC
CAPACITY
Y
OPERATIONAL
TARGET
Monetary
Instrument
s
INTEREST RATE
Yd
ECONOMIC
ACTIVITY
Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import
1. OPEN MARKET
OPERATION
2. DISCOUNT FACILITY
3. RESERVE
REQUIREMENT
4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
Mekanisme Transmisi Pendekatan Harga
Market
Interest rate
Credit
Domestic
demand
Total
demand
Asset prices
BI Interest
Rate
Expectations/
confidence
Exchange rate
Net external
demand
Domestic
Inflationary
pressure
Inflation
Import
prices
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d Juli 2005:
Lite Inflation Targeting



Sejak tahun 2000, dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun
1999 BI telah menentukan dan mengumumkan sasaran inflasi
sebagai sasaran akhir kebijakan moneter.
Dengan amandemen UU Bank Indonesia No. 3 Tahun 2004,
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia
telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK
untuk tahun 2005, 2006, dan 2007.
BI telah menempuh sejumlah langkah dalam memperkuat
persyaratan untuk penerapan ITF, termasuk:
 Pengembangan indikator, riset, pemodelan ekonomi untuk
dasar analisis, prakiraan, dan perumusan kebijakan.
 Rapat
Dewan
Gubernur
(RDG)
sebagai
proses
perumusankebijakan moneter.
 Pengembangan laporan dan strategi komunikasi untuk
transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter kepada
publik.
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d Juli 2005:
Lite Inflation Targeting

Sebelum Juli 2005, operasi moneter masih menggunakan
uang primer uang primer (base money) sebagai sasaran
operasional. Cara ini dirasakan semakin tidak sejalan dengan
penerapan kebijakan moneter dengan ITF, terutama karena:
1. Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan pertumbuhan
ekonomi semakin tidak stabil dan mengalami hubungan terbalik.
2. Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan masyarakat kurang
efektif,
3. Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke belakang
(backward looking) dan lebih sulit dilakukan.
4. Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank sentral karena
perilaku permintaan uang kartal masyarakat di Indonesia.

Sejak 1999-Sebelum Juli 2005, dalam literature, Indonesia
dikategorikan sebagai negara yang menerapkan Inflation
Targeting Lite.
Kerangka Kebijakan Moneter Sejak Juli 2005
Pengertian dan Karakteristik ITF

Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan ITF sebagai kerangka kebijakan
Moneter.

Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan moneter
yang secara transparan dan konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
beberapa tahun ke depan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan.

Empat prinsip pokok rezim kebijakan moneter dengan ITF:
1. Memiliki sasaran utama, yaitu Sasaran Inflasi, yang dijadikan sebagai prioritas
pencapaian (overriding objective) dan acuan (nominal anchor) kebijakan moneter.
2. Bersifat antisipatif (preemptive atau forward looking) dengan mengarahkan respon
kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.
3. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan kaidah kebijakan tertentu dalam
menetapkan pertimbangan respon kebijakan moneter (constrained discretion).
4. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (good governance), yaitu
berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.
Kerangka Kebijakan Moneter Sejak Juli 2005

Secara rinci karakteristik Inflation Targeting Framework sbb:
Kriteria
Bernanke et.al.
(1999)
Svensson
(2000)
1
Kestabilan harga sbg tujuan akhir kebijakan
moneter
Ya
Ya
2
Pengumuman target inflasi
Ya
Ya
3
Target inflasi jangka menengah
Tidak jelas
Ya
4
Komunikasi intensip dg publik
Ya
Ya
5
Penggunaan monetary policy rule secara spesifik
Tidak jelas
Penargetan prakiraan
inflasi
6
Publikasi prakiraan inflasi dan output
Tidak perlu
Ya
7
Target ditetapkan pemerintah (goal dependence)
Ya
Tidak perlu
8
Penggunaan instrumen scr independen (instrument
independent)
Ya
Ya, ttp tidak disebutkan
scr jelas
Mengapa Inflation Targeting …?

IT fokus pada kestabilan harga (sehingga dapat digunakan sbg ‘anchor’ ekspektasi
inflasi bagi masyarakat).

IT meningkatkan transparansi keb. Moneter.

IT memberikan ukuran keberhasilan bank sentral (kejelasan akuntabilitas).

IT bersifat forward looking dan memperhitungkan lag kebijakan moneter.

IT tidak memerlukan asumsi stabilitas hubungan uang beredar, output dan harga.

Pengalaman negara-negara lain yang menerapkan IT menunjukkan dengan inflasi
yang rendah dan stabil, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang lebih
sustainable.
Kerangka Kerja Baru Kebijakan Moneter Indonesia:
Empat Langkah Penguatan Kebijakan Moneter Melalui ITF

Empat elemen mendasar dalam langkah-langkah penguatan kerangka kerja
kebijakan moneter yang baru mulai Juli 2005 agar konsisten dengan
penerapan ITF:
1. Penggunaan suku bunga (disebut BI Rate) sebagai reference rate dalam
pengendalian moneter, sebagai pengganti sasaran operasional uang
primer.
2. Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan strategi
antisipatif (forward looking strategy) dalam mengarahkan respon
kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.
3. Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk memperkuat sinyal
kebijakan moneter kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi
inflasi.
4. Penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk meminimalkan
tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan volatile foods
maupun untuk sinergi kebijakan ekonomi secara keseluruhan.
Inflation Targeting:
“A Framework, Not A Rule”
OPERASI
MONETER
RESPON
KEBIJAKAN
INSTRUMEN
MONETER
BI RATE
• Manajemen
Likuiditas: OPT,
RR, Fasilitas
Diskonto, Forex
Intervention.
• Koridor suku
bunga
• Struktur suku
bunga
+
• Stabilisasi nilai tukar
• Kebijakan moneter lain
• Kebijakan perbankan
+
Koordinasi Pemerintah
KOMUNIKASI KEBIJAKAN
• Komitmen & Konsistensi
• Pembentukan ekspektasi
INDIKATOR
KEBIJAKAN
PRAKIRAAN
INFLASI
PERTUMBUHAN OUTPUT
• Determinan inflasi
• Keterkaitan antar
variabel ekonomi
• Transmisi moneter
Model, riset, statistik,
expert opinion,
judgement
SASARAN
AKHIR
SASARAN
INFLASI
• Kesejahteraan Masy.
• Trade off yg optimal
antara Inflasi dan
Output
• Pengaruh ekspektasi
KREDIBILITAS
KEBIJAKAN
Respon Kebijakan Moneter:
BI-Rate sebagai Sinyal Kebijakan
• BI Rate mencerminkan arah kebijakan moneter
yaitu indikasi level suku bunga jangka pendek
yang diinginkan bank sentral dalam upaya
mencapai target inflasi.
BI Rate – yang mencerminkan
perubahan stance kebijakan moneter – dilakukan
dalam kelipatan 25 bps (perubahan dapat 25, 50
ataupun 75 bps sesuai dengan situasi moneter
yang terjadi).
• Perubahan
• BI Rate diumumkan ke publik pada setiap awal
bulan setelah RDG Bulanan (baik berubah maupun
tidak).
Kerangka Operasional
Penerbitan SBI
Kontraksi
Reverse Repo SUN*)
OPT Reguler
Ekspansi
OPT
FASBI/SWBI
SBI/SUN Repo
Fine Tune Kontraksi
(FTK), Outright jual SUN
Kontraksi
OPT Non Reguler/
Fine Tune Operation
Sterilisasi/Intervensi
(jual USD/IDR)
Fine Tune Ekspansi
(FTE), Outright Beli SUN
Ekspansi
Sterilisasi/Intervensi
(beli USD/IDR)
OPT: Lelang SBI
Prosedur dan mekanisme pelaksanaan lelang SBI:
1. Pelaksanaan
mingguan.
lelang
SBI
1
bulan
dilakukan
secara
2. Untuk mendukung kredibilitas BI Rate, lelang diarahkan
agar rate hasil lelang sama dengan BI Rate.
3. Sistem lelang menggunakan Fixed Rate tender.
OPT: Lelang SBI
Sebelum Implementasi BI-Rate
• Bidding rates yang diajukan peserta lelang hari Rabu tergantung pada
interpretasi mereka terhadap indirect signal dari target indikatif yang
diumumkan hari Selasa.
Contoh:
Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang Rp 10 triliun,
dengan jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun.
Pasar akan menginterpretasikan pengumuman ini sebagai indirect
signal bahwa BI menginginkan kenaikan bid rate.
• Sedikit perubahan pada RRT SBI diinterpretasikan sebagai perubahan
sinyal kebijakan moneter.
Contoh:
Pada hari Rabu, BI mengumumkan hasil lelang 12,27% dibandingkan
minggu sebelumnya 12,25%.
Pasar akan menginterpretasikan ini sebagai trend peningkatan suku
bunga yang diinginkan BI, sehingga mereka akan mengajukan bid
yang lebih tinggi pada lelang berikutnya.
OPT: Lelang SBI
Sinyal Suku Bunga dengan BI-Rate
• Bidding rates dari peserta lelang tergantung pada strategi
mereka sesuai dengan BI-Rate yang diumumkan.
Contoh:
Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang SBI Rp 10
triliun, dari jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun.
BI Rate
diumumkan pada level 12,25%
Pasar tidak menginterpretasikan pengumuman ini sebagai
indirect signal bahwa BI menginginkan kenaikan BI-Rate.
Pasar akan mem-bid sekitar 12,25%, tanpa memperdulikan
target.
• Perubahan sinyal kebijakan ditentukan oleh berubah/tidaknya
BI-Rate.
• SOR ditetapkan sebesar BI-Rate. Bidding rate yang masuk
sebagian besar (mendekati 99%) berada pada level BI-Rate.
OPT Lainnya
 OPT lainnya (lelang SBI 3 bulan, FASBI, FTK dan FTE)
diarahkan untuk menjaga struktur suku bunga pasar uang
jangka pendek yang wajar. Hal ini untuk mewujudkan pasar
uang yang efisien dan mengurangi perilaku spekulatif
(arbitrage).
 Suku bunga SBI 3 bulan diarahkan lebih tinggi dari suku bunga
SBI 1 bulan.
 FASBI:
• 7 hari
: BI-Rate – 200 bps
• O/N
: BI-Rate – 500 bps
 Fine Tune Operation (FTO):
• FT Kontraksi (O/N – 6 hari) : rate antara FASBI O/N – 7 hari.
• FT Ekspansi (O/N – 14 hari): rate lebih tinggi dari BI-Rate
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG)
 Perumusan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG). Rapat ini dilakukan
satu kali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum bidang
moneter. Sementara, rapat sejenis juga dilakukan satu kali dalam
seminggu untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan moneter yang
telah dilakukan.
 RDG bulanan dapat dihadiri oleh menteri kabinet atau wakil
pemerintah dengan hak bicara tanpa hak suara. Tujuannya adalah
untuk mempererat koordinasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal,
dan kebijakan makro ekonomi lainnya.
 RDG dapat dikategorikan menurut waktu pelaksanaannya menjadi
RDG bulanan awal tahun, RDG triwulanan, RDG bulanan, dan RDG
mingguan.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter
RDG Bulanan Awal Tahun
 RDG bulanan awal tahun dilakukan untuk mengevaluasi
perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, dan sistem
pembayaran selama satu tahun yang lalu dan prospeknya ke depan.
 Telaah mengenai prospek ekonomi makro dan moneter ke depan
dimaksudkan terutama dilakukan untuk menetapkan arah dan
sasaran kebijakan moneter untuk satu tahun ke depan sesuai dengan
sasaran inflasi yang ditetapkan.
 RDG ini jg sekaligus untuk membahas dan mensahkan laporan
tertulis yang akan disampaikan kpd DPR dan Pemerintah. Laporan ini
memuat: (1) pelaksanaan tugas & wewenang BI thn sebelumnya, (2)
rencana kebijakan, penetapan sasaran, dan langkah2 pelaksanaan
tugas & wewenang BI utk tahun y.a.d. dgn memperhatikan
perkembangan laju inflasi & kondisi ekonomi dan keuangan.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter
RDG Triwulanan
 Dilaksanakan awal April, Juli, Oktober, dan Desember.
 RDG ini dilaksanakan untuk mengevaluasi perkembangan ekonomi,
moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu triwulan yg
lalu dan prospeknya utk periode ke depan.
 Telaah mengenai prospek ekonomi ke depan terutama dilakukan
untuk menentukan apakah sasaran inflasi yang telah ditetapkan
masih dalam batas kisaran yang aman, serta untuk menetapkan arah
dan sasaran kebijakan moneter untuk satu triwulan ke depan.
 RDG ini dimaksudkan juga untuk membahas dan mensahkan laporan
triwulanan tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenang BI yg
akan disampaikan kpd DPR dan pemerintah.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter
RDG Bulanan
 RDG bulanan dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi
perkembangan inflasi, nilai tukar, moneter, dan perbankan.
 Lebih diarahkan utk memantau pencapaian target inflasi & arah
kebijakan satu bulan berikutnya.
 Penetapan BI Rate dan langkah pengendalian moneter satu bulan
yang akan datang, seperti OPT, dan sterilisasi/intervensi di pasar
valas.
 Keputusan kebijakan moneter dalam RDG bulanan ini disampaikan ke
masyarakat melalui siaran pers.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter
RDG Mingguan
 RDG mingguan dilaksanakan atas dasar arahan dari RDG bulanan.
 RDG mingguan dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi
pelaksanaan pengendalian moneter pada minggu sebelumnya.
 Arahan pelaksanaan OPT, sterilisasi/intervensi di pasar valas, serta
arah suku bunga di minggu mendatang.
 Keputusan pengendalian moneter dalam bentuk OPT melalui lelang
SBI dalam RDG mingguan ini disampaikan ke masyarakat melalui
siaran pers.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter
Laporan-Laporan
 Laporan tahunan dan triwulanan BI dievaluasi oleh DPR. Laporan ini
digunakan sebagai bahan penilaian kinerja Dewan Gubernur dan BI
secara keseluruhan.
 Laporan tahunan ke DPR dalam rangka akuntabilitas, sedangkan
laporan tahunan ke pemerintah dalam rangka informasi.
 Laporan tahunan ke masyarakat melalui media massa dalam rangka
informasi, cerminan transparansi, dan pemberitahuan arah kebijakan
moneter.
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1945 - 1952
Kondisi Ekonomi
 Mata uang Hindia Belanda & Jepang
masih digunakan
 Belum terdapat bentuk bank sentral
secara formal
 UUD 1945 Ps.23: perlunya dibentuk
sebuah bank yg disebut Bank
Indonesia, yg mengeluarkan &
mengatur uang kertas
 UU nasionalisasi De Javasche Bank
6/12/51 disahkan
 Dominasi dinamika perkembangan
politik terhadap permasalahan
ekonomi
Kebijakan Moneter
 BNI, BRI sebagai bank sirkulasi ORI
yg menggantikan peran uang Hindia
Belanda & Jepang
 ORI ditarik diganti dgn uang De
Javasche Bank yg ditunjuk sbg bank
sirkulasi
 De Javasche Bank ditetapkan sebagai
bank sentral pada pemerintah RIS
 Tindakan moneter sanering pada 1950
(Gunting Sjafruddin)
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1953 - 1967
Kondisi Ekonomi
 Telah banyak mata uang yang beredar
dan berbeda-beda di berbagai wilayah
di Indonesia
Kebijakan Moneter
 Bank Indonesia sbg bank sirkulasi
menerbitkan mata uang baru, rupiah,
sbg satu2nya alat pembayaran yg sah
di wilayah negara Indonesia
 Lahir UU No.11/1953 tentang Pokok
Bank Indonesia sbg pengganti
Javasche Bank Wet 1922
 Dibentuk Dewan Moneter tdr dr
Menkeu (ketua), Menteri Ekonomi, dan
GBI.
 Pemerintah membangun proyek2
‘mercu suar’ dan pengeluaran besar
untuk militer
 BI jg sbg bank komersial dgn
memberi kredit kpd swasta,
pemerintah, yayasan pem., dll.
 Jumlah uang beredar berlebihan
menyebabkan hyperinflation (+/- 600%)
pada pertengahan tahun 1960-an.
 BI sbg agen pembangunan: (1). Cetak
uang u/ menutup defisit fiskal (2).
Pembiayaan scr lgs dlm keg. ekonomi
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1968 - 1972
- Periode Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi -
Kondisi Ekonomi
 Pemerintah sebelumnya kurang
memegang prinsip kehati2an dalam
pelaksanaan kebijakan moneter dan
fiskal
 Lahir UU No.13/1968 tentang Bank
Sentral
 Laju inflasi turun drastis hingga di
bawah 10%
 Kegiatan perekonomian nasional
secara berangsur2 mulai tertata &
mengalami peningkatan.
 Pengaturan kelembagaan, positif krn
kebijakan moneter-fiskal terintegrasi &
terkoordinir, tp negatif krn tdk ada
check & balance kebijakan2 ekonomi
Kebijakan Moneter
 Kebijakan moneter difokuskan pada
pengendalian inflasi. Pencetakan
uang utk pembiayaan defisit anggaran
dihentikan
 Koordinasi kebijakan fiskal-moneter
ditingkatkan shg stabilitas ekonomi
cepat pulih
 Kebijakan moneter dirumuskan oleh
Dewan Moneter dan BI melakukan
tugas kebijakan moneter sesuai dgn
keputusan Dewan Moneter
 ∆M0 ke NCG dibatasi  JUB
terkendali
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1973 - 1982
- Periode Pertumbuhan Ekonomi dengan Hasil Minyak -
Kondisi Ekonomi
 Awal dekade 70-an ditemukan ladang2
minyak baru secara signifikan shg
penerimaan negara meningkat
 Pengeluaran rutin dan pembangunan
oleh pemerintah meningkat shg
mendorong kegiatan ekonomi riil
 Kebijakan kredit selektif membuat
sektor perbankan kurang bergairah krn
sumber dana yang langka dan
penyaluran kredit sangat dibatasi
Kebijakan Moneter
 Penerimaan devisa hasil minyak
menyebabkan ekspansi jumlah uang
primer (M0) shg BI melakukan
penyerapan ekspansi moneter dari
sisi fiskal tersebut utk meredam
tekanan inflasi
 Kebijakan kredit selektif diluncurkan
thn 1974 utk mengendalikan JUB
terutama dgn mengatur besarnya
ekspansi kredit bank. Pagu kredit
individual bank setiap tahun
ditentukan oleh BI
 ∆NFA   M0   Kredit dipagu
 RR diturunkan dr 30% mjd 15% thn
1978 terutama utk mendorong
pemberian kredit kpd sektor swasta
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1983 - 1997
- Periode Deregulasi, Debirokratisasi, dan Liberalisasi Ekonomi -
Kondisi Ekonomi
 Awal dekade 80-an harga minyak
merosot krn kecenderungan tjdnya
resesi dunia. Penerimaan negara utk
pembiayaan APBN semakin terbatas.
Peran swasta dalam kehidupan
ekonomi perlu ditingkatkan.
 Pakjun 1983 menandai era liberalisasi
sektor perbankan dan keuangan. Jml
bank, mobilisasi dana, bentuk kredit,
jenis pembiayaan, vol. transaksi dan
jenis produk keuangan meningkat.
 Pakto 1988 mendorong kegiatan
ekonomi DN dlm menghadapi
persaingan global. Scr umum mrp
paket penyempurnaan kebijakan di
bidang keu., moneter, & perbankan
Kebijakan Moneter
 Stl Pakjun 1983, kebijakan moneter
langsung melalui selective credit
policy diganti dgn kebijakan moneter
tidak langsung melalui OPT. SBI
diterbitkan thn 1984 sbg instrumen
utama OPT ditambah dgn intervensi di
pasar uang rupiah (1 s.d. 7 hari).
 ∆M0 dikendalikan  M1& M2
 Pakto 1988 menurunkan RR dr 15%
mjd 2%, pelonggaran izin pendirian
bank shg perbankan tumbuh pesat.
 RR ↓  ∆M0   M1 & M2 
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1983 - 1997
(Lanjutan...)
- Periode Deregulasi, Debirokratisasi, dan Liberalisasi Ekonomi -
Kondisi Ekonomi
 Pengendalian JUB (M1& M2) makin
sulit krn operasi & produk perbankan
makin beragam (CDs, CPs, promissory
notes, ATMs) . Produk pasar modal jg
berkembang pesat baik dalam bentuk
vol. transaksi maupun SSB yg
diperdagangkan. Tjd decoupling
(pemisahan) sektor keuangan & sektor
riil.
 Liberalisasi sektor keuangan
menyebabkan aliran dana LN
khususnya pinjaman LN swasta jgk
pendek semakin besar dan pesat.
 Pinjaman ini tidak dilindungi dr risiko
nilai tukar, dimanfaatkan utk proyek jgk
panjang & tdk menghasilkan devisa.
Kebijakan Moneter
 Besar dan mobilitas aliran dana LN
mempersulit pelaksanaan kebijakan
moneter oleh BI shg BI melakukan
penyerapan likuiditas dlm
perekonomian. Hal ini mendorong
suku bunga naik.
 Suku bunga tinggi semakin
mendorong aliran modal masuk
khususnya dlm bentuk SSB berjangka
pendek.
 Prinsip good corporate governance
tdk dijalankan dgn baik shg mjd
penyebab utama krisis thn 1997.
 ∆NFA   ∆M0   OPT  ∆M0 ↓ ,i  
∆NFA 
Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi 1997
Periode 1997 - 1998
Kondisi Ekonomi
 Spekulasi thd Baht menjalar ke Rupiah
(contagion effect) shg investor asing
menarik dananya scr tiba2. Timbul
kepanikan di pasar valas dan tjd aksi
borong devisa yg menyebabkan
Rupiah merosot tajam dlm wkt singkat.
Ini mrp awal dr krisis ekonomi thn
1997.
 Pemerintah menutup sejumlah bank
shg tjd krisis kepercayaan thd bank
dan rupiah, tjd bank run.
 Tjd excess likuiditas, laju inflasi
mencapai 77,63% tahun 1998, dan suku
bunga SBI 1 bulan mencapai 38,44%
pd tahun yg sama.
Kebijakan Moneter
 Di bawah sistem NT managed floating
pd saat itu, kebijakan2 yg diambil adl
melakukan intervensi di pasar valas &
melebarkan band (rentang) intervensi.
Tekanan begitu kuat & cadangan
devisa menurun shg sistem NT
floating diadopsi. Pemerintah
memutuskan ikut program IMF (awal
1998).
 Bank run & penutupan bank diatasi
dgn penyediaan dana talangan oleh
pemerintah melalui BI di bawah
program penjaminan pemerintah atas
seluruh kewajiban bank.
 Kebijakan suku bunga tinggi untuk
menghadapi tekanan inflasi akibat
kelebihan likuitas dlm perekonomian.
Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi 1997
Periode 1999 - Sekarang
Kondisi Ekonomi
 Stl berada di bawah program IMF, NT
rupiah masih rentan dan tekanan
inflasi masih tinggi.
 Kebijakan yg diambil scr berangsur2
mampu menstabilkan nilai tukar rupiah
dan mengendalikan tekanan inflasi. NT
menguat dr rata2 Rp9.316/dolar thn
2002 mjd rata2 Rp8.572/dolar thn 2003.
Inflasi turun dr 10,03% thn 2002 mjd
5,06% thn 2003. Suku bunga SBI turun
dr 13,02% thn 2002 mjd 7.34% pd Juni
2004.
 Lahir UU No.23/1999 tentang Bank
Indonesia sbg penguatan BI scr
kelembagaan sbg bank sentral, dgn
fokus mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. BI mrp bank
sentral yg independen, namun
transparan & accountable.
Kebijakan Moneter
 Pengendalian JUB melalui pencapaian
sasaran operasional uang primer yg
ditetapkan sesuai dgn program yg
disepakati antara Pemerintah dan IMF
 Suku bunga diturunkan stl NT rupiah
stabil dan tekanan inflasi terkendali.
 Tugas pokok BI menurut UU No.23/99
adl (1) menetapkan & melaksanakan
kebijakan moneter (2) mengatur &
menjaga kelancaran sistem
pembayaran (3) mengatur &
mengawasi sistem perbankan. Ketiga
tugas ini saling terkait dalam upaya
mencapai kestabilan rupiah.
 BI diberi wewenang utk melaksanakan
kebijakan NT dan pengelolaan cad.
devisa sesuai dgn sistem NT dan
sistem devisa yg ditetapkan
Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi 1997
Periode 1999 - Sekarang
Kondisi Ekonomi
 Tugas pokok yg telah ditetapkan dalam
UU, menuntut BI untuk juga responsif
terhadap dinamika yg terjadi dalam
bidang tugasnya.
 Terdapat tuntutan untuk melakukan
amandemen thd UU No.23/1999 ttg BI
sbg upaya untuk menyesuaikan
dengan perkembangan kondisi
ekonomi, sosial, dan politik.
Kebijakan Moneter
 Munculnya paradigma baru kebijakan
bank sentral di bidang moneter,
perbankan dan sistem pembayaran
yaitu Inflation Targeting Framework
(ITF), Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), dan Real Time Gross Settlement
(RTGS).
 Amandemen UU ttg BI dalam UU
No.3/2004, dgn pokok2 antara lain: (1)
penetapan sasaran inflasi oleh
pemerintah stl berkoordinasi dgn BI,
(2) pengalihan fungsi pengawasan
bank pada 2010, (3) penyediaan
Financial Safety Nets, (4)
pembentukan Badan Supervisi, (5)
Keanggotaan DG: internal/eksternal,
dan (6) Aspek2 transparansi,
akuntabilitas, dan
pertanggungjawaban.
Questions and
Answers
For further question, contact
[email protected]
[email protected]
Download