teknologi konservasi lingkungan dalam penghijauan kota

advertisement
TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN DALAM
PENGHIJAUAN KOTA
I. Sistem Penghijauan Konservasi
Sistem penghijauan kota adalah suatu penataan pertanaman campuran yang
stabil berdasarkan daya dukung lahan perkotaan yang didasarkan atas tanggapannya
terbadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial-ekonomi serta berlandaskan
sasaran dan tujuan rumah tangga masyarakat kota dengan mempertimbangkan
sumberdaya dan pilihan yang terbaik. Satem penghijauan kota merupakan bagian dari
suatu sistem yang lebih besar dan dapat dibagi menjadi beberapa sub sistem. Pada
tingkat wilayah perkotaan ada sistem non pertanaman, sistem pemasaran, sistem
kredit dan lain-lain. Dalam sistem penghijauan kota terdapat unsur-unsur tanah, iklim,
tanaman, ternak, gulma, hama-penyakit dan berbagai sub sistem lainnya yang saling
mempengaruhi satu dengan lainnya.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat kota telah
mempraktekkan sistem penghijauan berdasarkan pengalaman, berdasarkan tingkat
pengetahuannya, dari sumberdaya yang mereka miliki. Usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan dan kualitas lingkungan hidup pada hakekatnya hanyalah
menggali potensi sumberdaya yang mereka miliki.
Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam dan
kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari kerusakan, hilang atau
punah. Di wilayah perkotaan muatan konservasi ini terutama ditujukan pada
sumberdaya atmosfer, tanah dan air. Dalam arti luas konservasi; termasuk juga usaha
rehabilitasi dan reklamasi, merupakan upaya membuat lingkungan perkotaan atau
lahan marginal menjadi lebih baik dan lebih produktif yang dapat dipertahankan
kesinambungannya.
Dengan demikian sistem pertanaman konservasi menggunakan pendekatan
yang menyeluruh (holistik) dan terpadu dalam memanfaatkan sumberdaya alam, baik
pada lingkungan lahan kritis atau marginal agar lebih produktif dan lestari potensinya
dan memperhatikan kaidah keterkaitan yang saling menguntungkan antara komponenkomponennya.
Wadah dari kegiatan komponen-komponen atau unit-unit usaha penghijauan itu
ada halaman rumah hunian, pekarangan, tegalan, kebun campuran, lahan terbuka
atau ruang-ruang publik lainnya. Seorang penghuni rumah tinggal memiliki satu atau
lebih wadah dari unit-unit usaha penghijauan tersebut dan bahkan ada kalanya
mereka memiliki seluruhnya (halaman rumah, pekarangan, kebun campuran, tegalan
dan ruang terbuka). Dalam keadaan masyarakat tergantung kepada pemilik wadahwadah tersebut dan melihat kepada penanaman atau kedudukan warga itu sendiri
apakah dia penggarap penyakap, pemilik penggarap atau pemilik-bukan penggarap.
Hasil
pemantauan
pengaruh
status
Iahan
terhadap
konservasi
tanah
menunjukkan bahwa:
-
Pemilik lahan (dengan sertifikat pemilikan) lebih memperhatikan konservasi tanah
daripada mereka yang bukan pemilik lahan (penggarap lahan terasebut secara
turun temurun yang tidak dilengkapi dengan sertifikat atau keterangan
yang
memperkuat)
-
Sistem sakap, sewa dan gadai mengbambat usaha penghijauan konservasi karena
cenderung untuk memanfaatkan lahan secara maksimal dengan biaya minimal.
Berdasarkan hal di atas maka sasaran utama kegiatan sistem penghijauan
konservasi ialah pemilik lahan atau pemilik lahan bukan penggarap. Merekalah yang
perlu diberi pengertian tentang penghijauan konservasi sebagai dasar untuk
memberikan persyaratan bagi pengelolaan lingkungan kota.
1.1. Sistem Usaha-penghijauan dan Diversifikasi Pertanaman
Pada kenyataannya pendapatan rumahtangga berasal dari aneka usaha seperti
budidaya tanaman pangan tanaman tahunan (industri / perkebunan, buah-buahan,
kayu-kayuan), ternak atau ikan dan usaha non-pertanian seperti dagang, buruh dsb.
Dengan kata lain masyarakat sebenarnya telah menerapkan penganekaragaman
(diversifikasi) usaha (Gambar 1). Diversifikasi usaha pada tingkat rumahtangga (skala
mikro) dapat dikatakan merupakan sistem usaha itu sendiri.
DlVERSIFIKASI PERTANAMAN
VERTIKAL
HORISONTAL
skala makro
batas agroekologis
Zone Komoditi
DOMINAN
Ekspor non migas
Industri
Gambar 1.
Z0NE SISTEM
USAHATANI DOMINAN
skala mikro
batas lahan pemilikan
SISTEM USAHATANI
Swasembada pangan
Perluasan kesempatan
kerja
Substitusi Impor
Diversifikasi Sistem Pertanaman
Peningkatan pendapatan
Pengembangan industri
pedesaan
Faktor-faktor yang menentukan sistem usaha-penghijauan konservasi adalah
usaha/kegiatan penanaman aneka jenis pohon yang dipengaruhi oleh kondisi lahan,
kedalaman tanah dan erodibilitas tanah (kepekaan tanah akan erosi). Berdasarkan
faktor-faktor tersebut dapat dianjurkan penggunaan teknik konservasi mekanik yang
dilengkapi dengan leknik vegetatif seperti tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1.
Rancangan teknik konservasi pada pola pertanaman
Kedalaman
tanah
Kepekaan erosi
Kemiringan (%)
< 15
15- 30
30-45
> 45
> 90 cm
40-90 cm
Kurang
Tinggi
B/G
B/G
B/G
G/l
B/G
B/G
G
I
< 40 cm
Kurang
Tinggi
Macam teras
B/G
BIG
B/G
G
G
G
I
I
Kurang
Tinggi
G
G
G
I
G
G
I
I
Keterangan,
B : TERAS bangku + rumput /legum penguat teras
G : Teras gulud + rumput / legum penguat teras
I : Teras individu + rumput/legum penutup teras.
2. KONSERVASI LINGKUNGAN: LAHAN DAN AIR
2.1. Usaha-Penghijauan konservasi
Usaha-penghijauan konservasi merupakan suatu bentuk pengusahaan ruang
/ lahan yang mengkombinasikan teknik konservasi mekanik maupun vegetatif dalam
pola pertanaman terpadu. Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah
- Kemiringan lahan;
- kedalaman tanah dan air;
- kepekaan tanah terbadap erosi (erodibilitas);
- sistem pertanaman atau pola penghijauan.
2.2. Penetapan teknik konservasi
Pemilihan teknik konservasi secara mekanik
(macam teras) diterapkan
berdasarkan kemiringan lahan , kedalaman tanah, dan kepekaan tanah akan erosi.
Pada dasarnya terdapat dua tipe utama teras, yaitu Teras Bangku dan Teras Gulud.
Pengaruh beberapa bentuk teras terhadap produksi tanaman dan erosi tanah
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Produksi dan erosi pada beberapa bentuk teras
Teras
Erosi
(ton/ha/9 bl)
Tanpa teras
Teras Gulud
Teras Kredit
Teras Bangku Miring
Teras Bangku Datar
9.9
3.6
2.9
2.0
1.5
Produksi (ton/ha)
Jagung
1.84
2.17
0.90
3.04
2.06
Ubikayu
42.13
55.56
38.30
44.00
39.26
Sumber: H. Sembiring, M.Thamrin, A. Farid, G.Kartono dan A.Rachman, 1989.
2.3. Teras bangku dan gulud
2.3.1. Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan
meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga.
Teras bangku berfungsi
-
memperlambat aliran permukaan;
-
menampung dan menyalurhn aliran permukam dengan kekuatm yang tidak
merusak;
-
mempermudah pengolahan tanah pada tanab bcrlcreng; dan
-
meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah
Teras bangku yang biasa diterapkan adalah:
- Teras bangku datar;
- Teras bangku miring keluar;
- Teras bangku miring ke dalam; dan
- Teras irigasi.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembuatan teras bangku adalah bahwa
teras ini:
-
Sangat cocok pada tahan dongan kemiringan 10-30 %
-
Tidak cocok pada tanah yang dangkal jenis tanah Litosol;
-
Tidak dianjurkan pada tanah dalam lap; terdapat Iapisan bawah yang men r
aluminium (Al) yang merugikan pertumbuhan tanaman aerh zaD Merah Kuning
dan Latosol tua);
- Tidak dianjurkan pada tanah yang mudah longsor acnili tanah Grumusol
Dalam pembuatan teras bangku pertama-tama harus ditentukan batas-batas daerah
yang akan diteras.
Peralatan dan bahan yang diperlukan antara lain:
1. Peta kontur skala 1:5000 alau 1:10000 untuk memudahkan dalam penentuan
lokasi/ tempat yang akan diteras, menemukan arah dan panjang saluran
2. Peta tata guna tanah
3. Peta administrasi
4. Ondol-ondol (A frame — kerangka A) penyipat datar untuk menentukan arah
kontur
5. Tali dan meteran untuk menentukan panjang teras, saluran dsb
Vertical interval yaitu beda tinggi antar teras disesuaikan dengan kemiringan.
Untuk daerah-daerah dengan kemiringan di bawah 15 % disarankan vertical interval 1
m dan disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan diusahakan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi pekerjaan pemindahan tanah dan pemindahan lapisan tanah atas
yang subur.
Pemasangan ajir, harus membentuk garis kontur (contour line) dan ajir akan
garis tengah tampingan teras .
Pengurugan tanah dilaksanakan sampai membentuk tangga dimulai dari
bagian atas ke bagian bawah Iereng. Pada bagian dalam teras dibuat saluran teras,
untuk menampung air berlebih dari badan teras (bidang olah). Pembuatan saluran
teras ini dibuat agak miring, sekitar 1% ke arah saluran air pembuangan (waterway).
Panjang maksimal saluran teras disarankan 50 m.
Badan teras dibuat agak miring ke dalam, dan sepanjang bagian luar atas
teras dibuat guludan atau galengan teras dengan Iebar dan tinggi antara 15-20 cm.
Untuk menstabilkan teras, guludan ini ditanami tanaman berakar rapat, cepat tumbuh
dan dapat dimanfaatkan, misalnya rumput lokal, Brachiaria ruziziensis (Br), Brachiaria
brizantha (Bb) , Brachiaria decumbens (Bd) atau Setaria.
Tampingan teras dibuat dengan perbandingan 1:2 , sebagai kelengkapan
teras yang dibuat, perlu dibuat saluran pembuangan air.
Tabel 3. Besarnya erosi pada tampingan teras bangku bulan k empat setelah tanam
Jenis tanaman penguat
Bentuk tampingan
Rata-rata
Tegak
Miring
ton/ha
Tanpa tanaman
1.32
1.68
1.50
Pennisetum purpureum
1.03
1.14
1.09
P. purpureum + B. brizantha
0.88
0.83
0.86
P. purpureum + B. ruziziensis
0.97
0.72
0.85
P. purpureum + B. javanica
1.05
0.72
0.89
P. purpureum + B. pubescens
1.03
1.54
1.29
Rata-rata
1.05
1.12
Keterangan: Curah hujan = 132 mm; tampingan tegak 1 ha = 2100 m2; tampingan
miring 1 ha = 2250 m2; Sumber: A. Rachman, R.L. Watung dan U. Haryati (1989).
Tabel 4.
Jumlah aliran permukaan dari tampingan teras bangku bulan ke empat
setelah tanam
Jenis tanaman penguat
Bentuk tampingan
Rata-rata
Tegak
Miring
M3 / ha
Tanpa tanaman
73.3
58.6
66.0
Pennisetum purpureum
12.3
36.7
24.5
P. purpureum + B. brizantha
33.8
25.9
29.8
P. purpureum + B. ruziziensis
16.5
16.5
16.5
P. purpureum + B. javanica
37.9
29.3
33.6
P. purpureum + B. pubescens
55.7
50.7
53.2
Rata-rata
38.2
36.3
Keterangan: Curah hujan = 132 mm; tampingan tegak 1 ha = 2100 m2; tampingan
miring 1 ha = 2250 m2; Sumber: A. Rachman, R.L. Watung dan U. Haryati (1989).
2.3.2. Teras Gulud
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran
pembuangan air, dibuat memotong Iereng dengan jarak antar gulud tertentu. Teras
gulud berfungsi untuk:
Memperpendek panjang Iereng dengan membuat Iereng-lereng menjadi bagian
yang pendek
Mengurangi terjadinya erosi permukaan dan erosi alur.
Mencegah terbentuknya erosi parit (gully erosion).
Menghambat laju aliran permukaan terutama pada daerah dengan curah hujan
tinggi.
Memperbesar infiltrasi tanah sehingga kandungan air tanah meningkat.
Konstruksi teras gulud:
-
sangat cocok pada kemiringan Iereng kurang dari 15 % jika ditanami tanaman
pangan;
-
cocok uniuk tanah-tanah yang solumnya dangkal maupun dalam.
Perencanaan:
Untuk menentukan jarak antar gulud biasanya digunakan rumus
Vt = 0.12 S+ 0.3
Ht = Vt/S x 100
dimana:
Vt - Vertical interval
Ht - Horizontal inteval
S - Kemiringan Iereng dalam %
Dengan menggunakan rumus tersebut, pada Tabel 5 disajikan interval vertikal dan
interval horisontal untuk berbagai kemiringan lahan.
Tabel 5.
Besarnya Interval vertikal (Vt) dan Interval horizontal (Ht) pada berbagai
derajat kemiringan lereng.
Derajat kemiringan
lereng (%)
3
4
5
6
7
8
9-10
11-15
vertikal interval (Vt)
Horisontal interval (Ht) (m)
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.3
1.5
1.9
22
20
18
17
16
16
15
14
Pembuatan teras
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan jalan usahatani dan
saluran pembuangan air pada lokasi yang akan dikembangkan.
Dari hasil survei lapangan dapat diketahui derajad kemiringan lokasi rata-rata
sehingga dapal pula ditentukan Vt atau Ht dari teras gulud. Langkah berikutnya adalah
menentukan garis kontur.
Tabel
6. Volume tanah dan jumlah tenagakerja yang dibutuhkan pada pembuatan
Teras Bangku dan Teras Gulud
% Kemiri
ngan
10
15
20
25
30
49
Volume tanah (m3)
Bangku
357
607
601
870
857
1334
Gulud
50
73
107
136
181
220
Rasio volume
tanah
Bangku/gulud
7.1
8.3
5.6
6.4
4.7
6.1
Jumlah HOK
Bangku
357
607
601
870
857
1334
Gulud
36
52
76
96
128
156
Keterangan: Teras bangku didasarkan pada 1 m3 pemindahan tanah (galian-urugan) =
1 HOK; teras gulud didasarkan pada 10 m panjang teras gulud membutuhkan waktu
pembuatan 2 jam, 1 HOK = 5 jam kerja/orang. Sumber: A.Rachman, H.Suwardjo dan
R.L.Watung, 1989.
Dalam membuat guludan, panjang guludan tidak boleh lebih dari 100 m; bila
Iebih panjang guludan harus dipotong oleh saluran pembuangan air. Di sebelah atas
guludan dibuat saluran searah dengan guludan agar air dapat mengalir dengan lancar
dan lambat. Saluran tersebut digali dan tanahnya dipindahkan ke bagian bawahnya
sehingga terbentuk guludan. Setelah selesai dibuat, guludan perlu segera ditanami
dengan tanaman penguat.
Pembuatan guludan dimulai dari bagian atas Iereng
berlanjut ke bagian bawah. Pada waktu dan setelah turun hujan perlu dilakukan
pengamatan terhadap teras gulud yang telah dibuat, apakah cukup kuat atau perlu
diperbaiki.
2.4. Pengelolaan Bahan Organik
2.4.1. Sisa Pertanaman
Salah satu usaha untuk mempertahankan produktivitas lahan terutama lahan
kering adalah dengan mempertahankan bahan organik tanah. Sejak menggunakan
pupuk kimia, banyak dilupakan penggunaan pupuk organik atau bahkan sebagian besar
sisa tanaman diangkut ke luar atau dibakar karena ingin melihat lahannya tetap bersih.
Keadaan ini merugikan karena kunci untuk dapat mempertahankan produktivitas lahan
adalah mempertahankan kadar bahan organik tanah disamping mencegah erosi.
Sumber asli bahan organik adalah jaringan tumbuhan. Daun, ranting, cabang,
batang dan akar tumbuhan di alam menyediakan bahan organik setiap tahunnya.
Bahan tersebut akan mengalami dekomposisi dan menjadi satu dengan tanah yang
disebut humus tanah. Sisa tanaman tersebut selain merupakan sumber utama bahan
pangan bagi berbagai jenis jasad renik, juga untuk mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas tanah.
Bahan organik tanah akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah a.l.
-
Meningkatkan granulasi tanah sehingga akan memperbaiki struktur tanah
-
Meningkatkan kemampuan tanah menahan air
-
Mencegah cepatnya pemadatan tanah
-
Meningkatkan kapasitas jerapan tanah, karena 30-90% dari tenaga jerapan suatu
tanah berasal dari bahan organik tanah, sehingga meningkatkan ketersediaan hara
tanah
-
Bahan organik juga merupakan sumber hara tanaman.
Beberapa cara untuk mempertahankan bahan organik tanah adalah melalui:
- Pembenaman bahan hijau sisa tanaman
- Penebaran sisa tanaman sebagai mulsa di permukaan tanah.
Penggunaan sisa tanaman sehagai mulsa memberikan beberapa keuntungan:
-
Melindungi tanah dari pukulan hujan sehingga tanah tidak Iekas memadat.
-
Memperlambat laju aliran permukaan sehingga dapat mengurangi erosi dan
-
Bahan mulsa yang melapuk merupakan media yang baik bagi peningkatan aktivitas
biologi tanah
2.4.2. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman legume penutup tanah
karena
sangat baik untuk rehabilitasi lahan kritis
berfungsi (1) melindungimpermukaan tanah dari pengaruh hujan, sehingga
menghurangi erosi, (2) memperbaiki dan mempertahankann sifat fisika dan kimia tanah,
(3) mengurangi penguapan dan kehilangan bahan organik, dan (4) mengendalikan
gulma.
Tabel 7. Hasil seresah beberapa jenis tanaman penutup tanah selama enam bulan
Jenis tanaman
Benguk (Mucuna sp.)
Centrosema pub.
Calopogonium sp.
Pueraria triloba
Komak (Dolicus lablab)
Gude (Cajanus cajan)
Koro pedang (Canavalia sp.)
Bobot seresah (g/m2) pada
Kedalaman tanah (cm)
40
59.8
33.3
55.0
73.2
130.7
162.3
360.0
10
73.8
97.7
68.1
36.3
123.8
126.7
244.7
Sumber: Sembiring, Farid, Ispandi, dan Kartono, 1989.
2.5. Pertanaman Lorong (alley cropping)
Pertanaman lorong (alley cropping) sangat baik diterapkan pada lahan kering.
Jenis tanaman leguminosa yang umum digunakan adalah Flemingia congesta,
Glericidea sepium, Teprosia candida , dan Caliandra.
2.6. Pergiliran Tanaman
Dalam setahun, perlu ada pergiliran antara tanaman yang tidak mampu
menghasilkan banyak bahan hijauan seperti kedelai dan kacang hijau dengan tanaman
yang mampu menghasilkan Iebih banyak bahan hijauan seperli jagung dan sorgum.
Kenyatan menunjukkan bahwa di daerah yang berpenduduk padat seperti di daerah
aliran sungai di Jawa, usaha mengembalikan limbah ke tanah sangat sukar dilakukan.
Hal ini disebabkan oleh digunakannya limbah untuk berbagai kepentingan lain seperti
untuk ternak, industri, kayu bakar dan sebagainya. Akibatnya kadar bahan organik
tanah sukar dipertahankan dan produktivitas sebagian besar lahan kering menjadi
sangat rendah.
Dalam usahatani konservasi yang dipadukan dengan ternak, sebagian limbah
sering digunakan untuk ternak. Bila seluruh pupuk kandang dapat dikembalikan ke
tanah maka kadar bahan organik tanah dapat dipertahankan.
Salah satu cara untuk memelihara produktivitas lahan adalah dengan usaha
menghasilkan bahan hijauan dalam jumlah besar dan mengembalikannya ke tanah
sebagai mulsa (disebar di permukaan) atau dibenamkan ke dalam tanah waktu
pengolahan tanah. Pengembalian sisa tanaman dalam bentuk mulsa akan lebih efektif
karena dapat menekan erosi dan menghindari pemadatan tanah.
3. Rehabilitasi Lahan Tidur
Kerusakan lahan atau degradasi lahan banyak terjadi pada lahan kering
terutama di bagian yang ditanami tanaman pangan dan perkebunan rakyat. Degradasi
lahan terjadi karena lahan sering terbuka oleh pekerjaan pengolahan tanah dan
penyiangan bersih sehingga tanah mudah tererosi.
Pengusahaan lahan tandus menjadi lahan pertanian tidak ekonomis karena
produktivitasnya yang sudah demikian rendah. Sampai saat ini usaha untuk
memulihkan produktivitas lahan yang telah merosot belum banyak dilakukan padahal
arealnya terus meningkat. Dengan makin bertambahnya penduduk di daerah DAS perlu
dilakukan usaha rehabilitasi
lahan yaitu pemulihan produktivitas lahan tandus agar
dapat berproduksi kembali.
3.1. Cara-cara rehabilitasi lahan
3.1.1. Tanaman penutup tanah
Pemilihan tanaMan penutup untuk rehabilitasi lahan didasarkan pada
fungsinya, yakni:
-
Menghasilkan bahan hijauan berjumlah banyak dan becrkadar N tinggi (2-6%),
sehingga dalam waktu pendek dapat terjadi dekomposi dan dapat meningkatkan
kadar bahan organik tanah
-
Meningkatkan aktivitas biologi tanah yang langsung memperbaiki
struktur dan
aerasi tanah
-
Melindungi tanah dari daya rusak air hujan yang menimbulkan erosi ; dan
-
Dapat mengikat unsur N dari udara sehingga keperluan akan pupuk sintesis seperti
urea dapat ditekan.
Beberapa tanaman penutup yang telah diuji dan punya prospek baik adalah
Centrocema pubescen, Pueraria javanica dan Pueraria phaseloides.
Untuk tanah gundul atau hampir gundul tanah hanya perlu diolah dalam jalur
selebar 20 cm dengan jarak antar jalur 1 m. Biji Centrocema disebar dalam baris,
dennga diberi pupuk TSP sebanyak 50 kg/ha Biji Centrocema diperlukan sekitar 15
kg/ha.
Untuk lahan yang ditumbuhi alang-alang dua minggu sebelum dilakukan
pengolahan tanah perlu dilakukan penyemprotan dengan herbisida Roundup atau
Dewpont. Sesudah tanaman penutup tanah berumur satu tahun biasanya telah
terbentuk serasah yang cukup tebal sehingga lahan sudah siap untuk ditanami kembali.
Tanaman penutup tersebut kemudian dibabat sampai di permukaan tanah, kemudian
ditebar di permukaan lahan sebagai mulsa. Pembakaran terhadap sisa penutup tanah
yang telah kering mengakibatkan usaha rehabilitasi yang telah dilakukan menjadi siasia.
Sebagaimana diketahui pembakalan mengakibatkan berbagai kerugian e hasa
N cepat menguap pupuk K meskipun cepat tersedia tetapi juga terganggunya aktivitas
biologi sehingga pembentukan struktur lan2 nbal pula.
Tanaman mucuna (Leguminosa pansan)
Mucuna sp atau tanaman Koro benguk (Jawa) dapat digunakan sebagai
tanaman yang dapat menghasilkan biji berprotein tinggi dan dapat memainkan fungsi
rehabilitasi lahan secara khusus. Biji Mucuna dapat dibuat tempe atau setelah direbus
selama 24 jam akan dapat pula dicampur dengan ubikayu untuk meningkatkan gizi
ubikayu.
Beberapa keuntungan rehabilitasi Iahan tidur dengan tanaman penutup tanah
seperti Centrocema dan Mucuna antara lain adalah:
1. Disamping menghasilkan biji, daun tanaman Mucuna menghilangkan racun HCN
yang cukup tinggi sehingga tidak disukai ternak. Mengurangi gangguan pencurian
oleh pencari rumput dapat diatasi dan penyediaan bahan organik tanah dengan
tanaman ini Iebih terjamin
2. Mucuna juga sangat cepat pertumbuhannya dan dapat beradaptasi pada berbagai
jenis tanah seperti tanah-tanah berkapur (Alfisol) atau pada tanah masam Podsolik.
3. Pertumbuhan Mucuna pada lahan tandus jauh Iebih baik dibandingkan dengan jenis
Ieguminosa lain seperti komak (Dolichus lablab), dan kacang tunggak.
Ada beberapa macam Mucuna yang umurnya bervariasi dari 4, 8, dan 12
bulan, untuk usaha rehabilitasi lahan tidur sebaiknya digunakan yang berumur 8 - 12
bulan karena dapat menghasilkan bahan hijauan yang Iebih banyak.
Pelaksanaan rehabiltasi lahan dengan Mucuna dapat dilaksakan sbb.
Persiapkan biji benih Mucuna yang daya tumbuhnya baik. Pada tanah yang
akan direhabilitasi dilakukan pengolahan tanah pada permulaan musim hujan; bila
hujan telah cukup penanaman biji dilakukan dengan cara ditugal. Dapat digunakan
jarak tanam 20t x 20 cm setiap lubang tanam ditanam dua benih. Dilakukan pemupukan
awal dengan TSP sebanyak 25 ton/ha
dan setelah berumur dua hulan biasanya
tanaman Mucuna sudah tampak subur. Tanaman tersebut perlu dibiarkan selama
bulan sementara biji yang
8
dihasilkan dapat dipanen. Pada umur tanaman 8 bulan
Mucuna dibabat, dan bahan hijauan sebagai mulsa atau dibenamkan ke dalam tanah
sewaktu pengolahan tanah.
4. SUBSISTEM TANAMAN PANGAN
Proporsi tanaman pangan dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan
lahan adalah:
Kemiringan
1. < 15 %
= 75% tanaman pangan + 25% tanaman tahunan;
2. 15-30% = 50 % tanaman pangan + 50 % tanaman tahunan
3. 30 - 45 % = 25 % tanaman pangan + 75 % tanaman tahunan
4. >45%
= 100% tanaman tahunan
< 15%
15-30%
31-45%
> 45%
Gambar 1. Proporsi tanaman pangan dan atanaman tahunan pada berbagai
kemiringan lahan
4.1. Pola Penanaman
Pola tanam diatur agar permukaan tanah dapat tertutup tanaman sepanjang
tahun
dan
mampu
menekan
bahaya
erosi.
Beberapa
faktor
yang
perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan pola tanam lahan kering meliputi iklim,kesuburan
tanah, pemasaran dan ketersediaan tenaga kerja
Faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah curah hujan. Oleh karena itu perlu dibuat
catatan distribusi (penyebaran) curah hujan bulanan rata-rata dari 5-10 tahun terakhir.
Catatan disusun dalam bentuk diagram menurut musim tanam (Oktober - September).
Sebagai patokan dapat digunakan:

curah hujan > 200 mm/bulan selama 5-7 bulan berturut-turut bisa untuk bertanam
padi gogo

curah hujan 100-200 mm/bulan selama 3-5 bulan berturut-turut masih cocok untuk
bertanam palawija
Pola tanam bersifat fleksibel dan dinamis.Untuk meningkatkan pendapatan
petani tanaman yang bernilai ekonomi tinnggi perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh
bila harga ubikayu tinggi, populasinya dalam pola tanam dapat ditingkatkan dengan
catatan di antara barisan tetap ditanami tanaman sela kacang-kacangan atau diberi
tambahan pupuk.
4.1.1. Alternatif pola penanaman
Untuk memudahkan perencanaan pola tanam, Oldeman (1975) telah membagi
Zone Agroklimat berdasarkan pada lamanya bulan basah dan bulan kering yang
berurutan menjadi 14 bagian, yaitu:
Zone A: > 9 bulan basah berurutan;
Zone B1; 7-9 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulan
Zone B2: 7-9 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulan
Zone C1: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulan
Zone C2: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulan
Zone C3: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulan
Zone D1: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulan
Zone D2: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulan
Zone D3: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulan
Zone D4: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering > 6 bulan
Zone E1: <3 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulan
Zone E2: <3 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulan
Zone E3: <3 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulan
Zone E4: <3 bulan basah berurutan, bulan kering > 6 bulan
Bulan basah dibatasi dengan curah hujan di atas 200 mm/bulan dan bulan kering
kurang dari 100 mm/bulan.
Contoh penggunaan segitiga iklim adalah pada lahan sawah tadah hujan:
Bila bulan basah minimal 3 bulan dapat diusahakan satu kali pertanaman
sedangkan bila minimal 5 bulan dapat diusahakan dua kali pertanaman dengan
pertanaman pertama ditanam dalam keadaan kering. Bila bulan
basah minimal 7
bulan. dua kali pertanaman padi sawah dapat dilakukan, sedangkan bila minimal 10
bulan, pertanaman sepanjang lahun dapat diusahakan. Penentuan pola tanam untuk
lahan kering sangat ditentukan oleh lamanya bulan kering. Pengunaan segitiga iklim
untuk lahan ini adalah sebagai berikut:
Bila bulan kering kurang dari 2 bulan dapat dilakukan pertanaman sepanjang
tahun. Bila bulan kering 2- 3 bulan dapat dilakukan pertanaman sepanjang tahun tetapi
dengan perencanaan yang lebih hati-hati. Bila bulan kering 4-6 bulan, dua kuli
pertanaman dapat dilakukan dengan sistem sisipan. Bila periode pertumbuhan hanya
3-5 bulan, pertanaman hanya dapat dilakukan satu kali dan bila bulan kering 9 bulan
daerah tersebut tidak cocok untuk pertanaman pangan bila tanpa irigasi.
4.1.2. Penyediaan Benih
Benih yang baik mempunyai daya kecambah di atas 80%. Karena itu jangan
disimpan terlalu lama terutama benih kedelai. Penyimpanan benih harus baik, kadar
air harus serendah mungkin dan disimpan di tempat yang kering atau dapat juga di
dalam ruangan yang mempunyai alat pendingin (AC ).
Dalam penyimpanan benih kedelai perlu disusun pola tanam
yang tepat,
misalnya sbb:
1.
Pada lahan kering dapat diatur pola tanam kedelai - kacang tanahkacang tunggak
2.
Pada lahan kering yang lain padi gogo - kedelai - kacang hijau.
3.
Di lahan sawah irigasi/ tadah hujan padi sawah - padi sawah - kedelai
Dengan pertimbangan benih dapat disimpan selang satu musim tanam, maka
dengan pengaturan pola tanam yang baik dari berbagai tipe lahan, masalah benih
dapat diatasi.
Berdasarkan jumlah dan lamanya curah hujan yang ada maka dapat disusun
alternatif pola tanam yang dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1.
Jagung + padi gogo / ubikayu - kacang tanah - kacang tunggak.
2.
Jagung + kacang tanah/ubikayu - Kedelai - Kacang tunggak
3.
Jagung+ kedelai/ ubikayu - kedelai - kacang tunggak.
4.
Jagung + kedelai - jagung + Kedelai - bera.
Sebagai tanaman pokok musim pertama sebaiknya lahan ditanami padi gogo,
kacang tanah dan kedelai. Pada musin; kedua lahan ditanami kacang tanah, kedelai,
kacang hijau atau kacang tunggak. Pada musim ketiga apabila masih memungkinkan
dapat diusahakan kacang tunggak Sedangkan untuk meningkatkan intensitas
pertanaman setiap musim tanam dapat diusahakan sistem tumpangsari.
Pengaturan jarak tanam sangat tergantung dari bidang olah yang tersedia.
Karena lahan kering umumnya bergelombang maka sebaiknya dilakukan usaha
pencegahan erosi berupa pembuatan teras bangku dan teras gulud. Pengaturan
barisan tanaman dapat dimulai dari pangkal teras atau 50 cm dari bibir teras.
Barisan jagung dan ubikayu dimulai 50 cm dari pangkal teras. Jumlah barisan
jagung dan ubikayu selanjutnya tergantung dari bidang olah yang tersedia (Gambar
19). Jarak antara barisan jagung 200 cm dan di dalam barisan 40 cm, 2 tanaman
setiap rumpun. Sedangkan jarak antara barisan ubikayu 400 cm dan di dalarn barisan
80 cm/stek/rumpun
Apabila harga ubikayu cukup tinggi jarak tanam dapat diprrsempit menjadi 200
cm antar barisan ubikayu dan di antara ubikayu terdapat 2 rumpun jagung (Gambar
19).
Di antara barisan jagung pada musim pertama dapat ditanam padi gogo,
kacangtanah atau kedelai. Jarak tanam padi gogo 25 cm x 15 cm, 5-8 biji /rumpun,
kacangtanah 25 cm x 20 cm 1 biji / rumpun dan kedelai 25 cm x 20 cm 2 biji/rumpun.
Setelah tanaman pertama dipanen, tanaman berikutnya adalah kacang tanah, kedelai,
kacang hijau atau kacang tunggak. Pada musim tanam ke tiga , bila curah hujan
masih memungkinkan, setelah tanaman
ke dua dipanen dapat ditanam kacang
tunggak, kacang hijau, atau benguk (Mucuna).
Untuk pertanaman pertama sebaiknya lahan diolah sempurna. Sedangkan
untuk pertanaman ke dua lahan hanya diolah secara minimum kecuali untuk kacang
tanah memelukan pengolahan tanah lagi. Hal yang sama juga berlaku bagi
pertanaman ke tiga.
Tabel 8. Varietas,Jarak tanam,Jumlah tanaman tiap rumpun dan kebutuhan benih
setiap hektar.
Jenis
tanaman
Varietas
Padi Gogo
C22
Batur
Poso
Singkarak
Arjina
Wiyasa
Kalingga
Adira I/II
Lokal
Macan
Gajah
Tapir dan Kelinci
Orba, Wilis
Lokon, Tidar
No.129, Merak
Nuri, Walet
Lokal
Jagung
Ubikayu
Kacang tanah
Kedelai
Kac.hijau
Kac Tunggak
Jarak tanam
1) (cm x cm)
Tanaman
setiap
rumpun
Kebutuhan benih
tiap hektar (kg)
25 x 15
5-8
40
200 x 40
2
15
400 x 80
1
3500 (2)
25 x 20
1
100 (3)
25 x 20
2
40
25 x 20
2
15
25 x 40
2
20
Keterangan:
1) Pengaturan tanaman secara tumpangsari, bersisipan, dan berurutan dalam satu
tahun; (2) Stek; (3) Polong kering
4.2. Penanaman dan Pemupukan
Untuk mencapai hasil yang tinggi, setiap tanaman memerlukan masukan
pupuk. Takaran pupuk yang dianjurkan adalah berdasarkan anjuran populasi normal.
Oleh karena itu bila bidang olah hanya 80% maka penggunaan pupuk juga hanya
80% dari populasi normal.
Untuk memudahkan prrhitungan dan pelaksanaan di lapangan dibuat
penyederhanan sebagai berikut:
4.2.1. Padi Gogo.
Waktu pemupukan 1/3 bagian pupuk urea dan seluruh pupuk TSP dan KCl
diberikan pada saat tanam; sisa pupuk urea diberikan pada umur 35 hari dan saat
primordia bunga masing-mging 1/3 bagian. Cara pemupukan pertama adalah dilarik
dengan jarak antar larikan 25 cm. Di dalam larikan diletakkan benih dengan jarak
antara calon rumpun 15 rm dan di antara calon rumpun diletakkan campuran 1/3
bagian urea dan seluruh TSP dan KCI. Pupuk urea susulan pertama dan ke dua
diberikan secara dilarik disamping barisan tanaman.
Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapangan, sebaiknya dibuat
takaran pupuk untuk luasan 100 m2
Tabel 9. Takaran pupuk untuk pertanaman di lahan kering,
Jenis tanaman dan
luas bidang olah
Urea
Jenis pupuk
TSP
Kg/ha
KCl
Padi Gogo:
Bidang olah 100%
Bidang olah 75%
Bidang olah 50 %
200
150
100
100
75
50
100
75
50
Jagung:
Bidang olah 100%
Bidang olah 75%
Bidang olah 50 %
200
150
100
100
75
50
100
75
50
Kacang-kacangan:
Bidang olah 100%
Bidang olah 75%
Bidang olah 50 %
50
37.5
25
100
75
50
100
75
50
Keterangan:
Untuk jagung berdasarkan populasi normal 500.000 tnm/ha dengan jarak tanam 100
cm x 40 cm, 2 tanaman/rumpun. Bila diusahakan 50% populasi normal (200 cm x 40
cm), 2 tanaman/rumpun, maka takaran pupuk juga hanya 50% populasi normal.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
100 m2
------------ X 200.000 g urea = 2000 g urea, diberikan tiga kali
10000 m2
600 g , 700 g, dan 700 g urea.
Sedangkan untuk pupuk TSP dan KCI adalah:
100 m2
------------- X 100.000 g TSP / KCl = 1000 g TSP/KCl diberikan
10.000 m2
seluruhnya pd saat tanam.
Dengan demikian pemberian pupuk 100 m2 bagi tanaman padi gogo: pada saat tanam
600 g urea, 1000 g TSP dan 1000 g Kcl; sedangkan pupuk urea susulan pertama dan
ke dua maisng-masing 700 g.
4.2.2. Jagung.
Sepertiga bagian pupuk urea dan seluruh pupuk TSP dan KCl diberikan pada
saat tanam. Pemupukan pertama
dan ke dua dilakukan dengan jalan ditugal
disamping rumpun tanaman. Sisa pupuk urea diberikan 30 HAT dengan cara ditugal.
Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapang, sebaiknya dibuat
takaran untuk 100 rumpun tanaman jagung.
Perhitungannya adalah:
100 rumpun
--------------- x 200.000 g urea = 800 g urea, diberikan dua kali
25.000 rumpun
masing 300 dan 500 gram urea.
Sedangkan untuk pupuk TSP dan KCI adalah:
100 rumpun
-------------------X 100.000 g TSP /KCI = 400 gram TSP/KCI, diberikan
25000 rumpun
seluruhnya pada saat tanam.
Dengan demikian pemberian pupuk pertama adalah 300 gram urea, 400 g
TSP, dan 400 g KCI untuk 100 rumpun jagung. Sesaat sebelum pupuk diberikan,
pupuk dapat dicampur. Selanjutnya di atas lubang benih diberikan insektisida Furadan
3G dengan takaran 8-10 kg/ha, kemudian lubang benih dan lubang pupuk ditutup
dengan tanah
4.2.3. Kacang-kacangan.
Seluruh pupuk diberikan pada saat tanam, dengan dilarik. Jarak antara larikan
calon rumpun adalah 20 cm. Di antara calon rumpun diletakkan campuran pupuk
TSP, KCI dan urea.
Pupuk sebaiknya dicampur sesaat sebelum diberikan. Selanjutnya di atas benih
diberikan insektisida Furadan 3 G dengan takaran 8-10 kg/ha, dan terakhir lubang
larikan ditutup dengan tanah.
Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapangan, sebaiknya dibuat
takaran pupuk untuk luasan 100 m2. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
100 m2
--------—----- x 50.000 g urea= 500 grarn urea,
10000 m2
100 m2
—----------- x 100.000 gram TSP/KCI = 1000 g TSP/KCl .
10000 m2
Dengan demikian pemberian pupuk untuk 100 m2 pertanaman kacangkacangan adalah 500 g urea, 1000 g TSP dan 1000 g Kcl. Khusus untuk pertanaman
kacang tunggak, karena jarak tanamnya cukup jarang maka cara tanam dan
pemupukan dilakukan dengan ditugal pada dua lubang yang berbeda.
4.3. Penyiangan , Pengendalian Hama dan Penyaklt
Penyiangan biasanya dilakukan dua kali, yaitu pada umur 15 hari dan 30 hari
setelah tanam. Penyiangan bukan hanya untuk mengurangi gulma , tetapi juga untuk
menggemburkan tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya infiltrasi tanah
dan dapat juga berfungsi sebagai mulsa (self mulching). Sambil penyiangan juga
dapat dilakukan pembumbunan.
4.3.1. Padi gogo
Penyakit blas (Pirycularia oryzae), busuk daun, dan busuk Ieher. Untuk
melindungi padi dari penyakit tersebut perlu dirgunakan varietas yang toleran atau
disemprot dengan fungisida Delsene, Beam 75 WP, Fongoren 50 WP.
Hama yang sering menyerang padi gogo adalah lalat bibit, hama putih palsu,
penggerek batang wereng, dan walang sangit. Hama-hama tersebut dapat di atasi
dengan disemprot dengan Azodrin, Gusadrin, Thiodan atau insektisida laiun yang
dianjurkan
4.3.2. JAGUNG
Penyakit bulai (Sclerospora maydis) dapat dicegah dengan menanam varietas
yang tahan bulai seperti Arjuna, Kalingga, atau pemberian fungisida Ridomil yang
diperlakukan pada benih sebelum tanam. Cara lain untuk mencegah penyakit tersebut
adalah dengan tanam awal secara serentak
Hama yang banyak menyerang adalah lalat bibit, perusak daun dan
penggerek batang dan tongkol. Untuk mencegah lalat bibit, tanam harus dilakukan
Iebih awal dan serentak atau dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat
digunakan untuk mencegah lalat bibit dan hama lainnya adalah Azodrin 15 WSC,
Gusadrin 15 WSC, Dursban, Agrotion 50 EC dan insektisida lain yang dianjurkan
4.3.3. Kacangtanah
Penyakit karat (Puccinia arachidis) dapat dicegah dengan menggunakan
fungisida Benlate T 20 dan Baycor 300 EC. Penyakit virus belang dan sapu setan
hanya dapat dikurangi dengan eradikasi tanaman yang terserang dan jangan
menggunakan benih yang tanamannya sudah terserang serta harus diadakan rotasi
tanaman.
Hama yang banyak menyerang adalah hama pemakan daundan dapat
dicegah dengan menggunakan insektisida Dursban, Azodrin, Gusadrin 15 WCS atau
insektisida lain yang dianjurkan
4.3.4. Kedelai, kacang hijau, dan kacang tunggak

Penyakit karat daun pada kedelai (Phakospora pachyviz) dapat dikurangi dengan
penggunaan varietaa yang relatif tahan.

Penyakit scab pada kacang hijau dapat dikurangi dengan pengggunaan varietas
yang relalif tahan. Rotasi tanaman mutlak harus dilakukan.

Hama-hama yang penting adalah , hama bibit, pemakan daun dan pengisap serta
penggerek polong. Untuk mengurangi serangan hama-hama tersebut sebaiknya
dilakukan tanam serentak dan diadakan rotasi tanaman.
Insektisida seperti
Azodrin 15 WSC, Gusadrin 15 WSC, Dursban, Thiodan dan
lain-lain yang
dianjurkan juga dapat digunakan.
4.3.5. UBIKAYU
Penyakit yang banyak menyerang adalah penyakil layu (Pseudomonas sp)
dan Cassava bacterial blight (CBB). Hama yang banyak menyerang adalah hama kutu
merah (Titranychus bimaculatus).
Hama-hama yang banyak menyrang banyak jenis tanaman etermasuk rumput
adalah hama lundi. Untuk mengurangi hama ini dapat digunakan insektisida Furadan
3G dengan takaran 8 - 12 kg/ha. Hama lain adalah hama tikus dan dapat di kurangi
dengan jalan pengumpanan, gropyokan, kebersihan lingkungan dan juga dengan
keserempakan tanam.
4.4. Panen Hasil
Untuk mencapai kualitas hasil yang baik, waktu panen l harus tepat. Padi gogo
atau padi sawah dapat dipanen bila gabah dalam mapai sudah mengunign lebih dari
95%, sedanngkan jagung bila biji telah keras dan sudah terbentuk lapisan hitam pada
biji bagian dalam. (sudah ada black layer). Kedelai dapat dipanen bila daunnya sudah
luruh dan lebih dari 50% polong berwarna coklat; kacang hijau dan kacang tunggak
bila polong sudah mulai mengering; kacang tanah bila bila jaringan dalam dari polong
sudah ada yang berwarna coklat. Sedangkan ubikayu baru dapat dipanen bila
berumur lebih dari 7 bulan.
Segera setelah panen sebaiknya langsung dilakuan penjemuran. Jagung
sebaiknya dikuliti dulu sebelum dijemur. Bila biji-biji pada tongkol sudah kering dan
terlihat ada sedikit rongga karena biji telah sedikit mengecil (susut) , berarti jagung
sudah dapat dipipil. Setelah dipipil jagung sebaiknya dijemur lagi sampai kadar air
mencapai 14%.
Untuk kacang tanah penjemuran harus dilakukan sampai kering benar yang
ditandai oleh biji yang merongga dari kulitnya dan bila dikupas biji sudah cukup
kering. Untuk kedelai, kacang hijau dan kacang tunggak, polong sebaiknya dijemur
sampai cukup kering yang ditandasi oleh pecahnya polong. Bila sudah cukup kering,
polong segera dibijikan dengan jalan penggebugan (secara fisik). Selanjutnya biji
dibersihkand ari polong atau brangkasannya dan biji basil pembersihan tersebut
dijemur lagl sampai cukup kering, yaitu kadar air di bawah 14 %.
5. SISTEM TANAMAN TAHUNAN DAN HORTIKULTURA
5.1. Penggolongan Tanaman
Untuk mempermudah penataan lanaman tahunan pada lahan berlereng maka
tanaman tahunan dibagi menjadi tiga golongan. Penggolongan tersebut didasarkan
kepada kemampuan tanaman untuk menaungi dan umur berproduksinya (Tabel 10)
Tabel 10. Golongan tanaman berdasarkan kemampuan menaungi dan umur
berproduksi
Golongan
Tanaman
Golongan 1
Kemampuan
menaungi
Tinggi
Umur
berproduksi
Lama
Golonngan 2
Golongan 3
Sedang
Rendah
Sedang
Cepat
Contoh
Kelapa; kedondong;mangga; petai; nangka;
kapuk
Pepaya; pisang; kopi; srikaya; melinjo
Kapulogo; wijen; Nenas; temu-temuan
Selain penggolongan di atas, tanaman industri/hortikultura bisa pula
dikelompokkan ke dalam zone agroklimat tertentu. Komponen agroklimat yang dapat
digunakan adalah iklim, kedalaman air tanah, dan tinggi tempat di atas permukaan
laut.
5.2. Pemilihan Jenis Tanaman dan Bibit
5.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman
Pada dasarnya pemilihan jenis tanaman industri/hortikultura yang akan
dikembangkan pada suatu daerah dikaitkan dengan beberapa pertimbangan, antara
lain:
1. Cocok dengan kondisi agroklimat setempat.
2. Sesuai dengan kondisi sosek pertanian
- tanaman tersebut disenangi petani;
- teknologinya mudah;
- tidak memerlukan masukan tinggi;
- sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja.
3. Tidak bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah setempat
4. mendukung usaha mengkonservasi tanah dan air.
Jenis-jenis tanaman industri / hortikultura yang sesuai dengan kondisi
agroklimat suatu daerah bisa dilihat pada Tabel 11.
5.2.2. Pemilihan bibit
Pemilihan bibit yang baik sangat menentukan keberhasilan usabatani. Karena
itu beberapa petunjuk berikut dapat dipakai sebagai pegangan dalam memilih bibit
tanaman yang baik.
1. Kelapa dalam
-
Pilih bibit dari pohon yang berumur 15-30 tahun
-
Produksi pohon induk 60 butir/pohon/tahun.
-
Benih berasal dari buah tua (umur 12 bulan); berwrna
coklat dan cukup
mengandung air.
-
Bentuk buah bulat minimal berukuran 22 cm x 17 cm.
-
Keadaan kulit buah baik, licin dan bebas dari serangn hama/penyakit
-
Bobot buah minimal 1.5 kg dan daging buahnya tebaL
2. Pisang
-
Bibit berasal dari belahan bonggol (bit).
-
Berasal dari pohon sehat dan menjelang berbuah.
-
Setiap bonggol dibagi mcnjadi 3-4 bit
-
Sebelum ditanam bit direndam di dalam air panas lebih kurang 50oC selama 20
menit
-
Bit disemai pada tempat yang teduh Iebih kurang 1.5 bulan.
-
Jenis yang dianjurkan: Ambon, Raja , Kepok, Nangka, Badak dan Mas.
Tabel 11.
Jenls tanaman lndustri/Hortikultura menurut syarat agroklimat yang
diperlukan.
Jenis tanaman
Altitude
(m)
Iklim dan tinggi muka air tanah
Golongan I
Petai
Kelapa
Melinjo
Durian
Jengkol
Sukun/Kluwih
Alpokad
Asam
Kedondong
Nangka
Mangga
Jambu Mete
Kapok
0-1000
0- 700
0-1000
0- 800
0-1000
0- 700
0-1500
0-1000
0- 700
0-1000
0-1000
0- 500
0- 800
Abcd
abc –Babc
abcd - B1 abc
abcd - B1 abc
abcd- Bcd
Abcd - B1 abc
Abcd - Bbc- Cbc
Abcd – Bbcd - Cbe
Abcd – Bbcd - Cbe
Abcd – Bbcd - Cbe
B2bcd – Cabc - Dabc
B2 bcd – Cbe
Cabc- Dabc - Eabc
Baik
Baik
Tidak Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik sekali
Golongan II
Pisang
Sirsak
Blimbing manis
Jambu biji
Pepaya
Ceremai
Jeruk manis
Srikaya
0-1000
0- 800
0- 500
0-1000
0-1000
0- 500
0-1000
0- 500
Abcd – Babc - Cab
Abcd – Babc - Cabc
Abcd - Babc - Cabc
Abcd - Babcd - Cabc
Abcd - Babc - Cab - Dab
Abcd -Babc - Cabc - Dabc
Abcd - Bcd - Cbe -Dbe
Bbcd - Cbe
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik sekali
Baik
Baik sekali
Baik
0-1200
Abcd-Babc-Cab
Golongan III
Nenas
Kapulogo
Temu-temuan
Ketahanan kekeringan
Baik
Sumber: Terra 1949; Dirjen Perkebunan 1977, The Asia Foundation, 1987. Pembagian iklim
menurut Mohr (1934): A1 = 12 BB dan O BK; A2
= < 12 BB dan 0 BK; B1 = < 12 BB dan 1
BK hingga 9- 10 BB dan 3 BK; B2 = < 9 BB dan 2 BK hingga 7-8 BB dan 4 BK; C = < 7 BB dan
4 BK hingga 5-6 BB dan 6 BK; D = < 5 BB dan 6 BK hingga 2-4 BB dan 8 BK; E =….; BB =
Bulan basah, curah hujan 100 mm/bulan; BK = Bulan kering, curah hujan 60 mm/bulan; a =
Kedalaman muka air tanah 50 cm ; b = Kedalaman muka air tanah 50-150 cm; c = kedalaman
muka air tanah 150 - 200 cm ; d = kedalaman air tanah tidak terjangkau oleh akar pohon.
Bentuk buah yang baik
untuk bibit
17 cm
Bentuk buah yang tidak
memenuhi syarat untuk bibit
22 cm
Gambar 3. Contoh bentuk BUAH kelapa untuk bibit yang baik.
Bonggol pisang menjelang
berbuah dibersihkan dari
akar-akarnya
Bonggol dibagi
menjadi 3-4 bit
Bit yang terbentuk
Gambar 4. Tunas pada bonggol dan bibit yang terbentuk pada tanaman pinang
3. Pepaya.
-
Pilih bibit dari tanaman sehat, buahnay besar dan panjang, lebat, dan berbuah
terus menerus.
-
Buah dipilih yang sudah masak dan sehat
-
Biji berasal dari 1/3 bagian, buah setelah jadi, kulit yang menyelimuti biji dibuang
-
Biji diseleksi dengna jalan menrendam dalam air
-
Bibji-biji yang tenggelam diplih sebagai bibit.
-
Biji disemai dalam kantong plastik dengna media pasir dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1:1 dan diberi naungan
-
Setelah tumbuh daun keempat, bibit diseleksi lagi. Bibit dengna daun ke empat
yang berdaun segitiga dibuang, yang tetap dipertahankan adalah bibit dengan
daun kemepat yang agak menajri.
-
Satu munggu sebelum ditanam di lapangan, naunngan dilepas.
-
Bibit disemprot dengan KCl dosis 4 sendok makan/20 liter air
-
Bibit ditanam di lapang 2 pohon/lubang
-
Seleksi terakhir dilakukan dengan mempertahankan bibit berdaun menjari
berlekuk dalam, bibit berdaun menjari dnagkal dibuang.
-
Seleksi terakhir dapat pla dilakukan dengan melihat bunga yang muncul pertama
kali pada umur empat bulan. Apabila bunga pertama betina, sebaiknya pohon
dibuang. Apabila bunga pertama jantan akan menghasilkan pohon sempurna
sehingga pohon ini yang tetap dipertahankan hidup.
biji jelek dibuang
biji untuk bibit
kulit biji
biji yg bagus
biji
Biji diambil dari 1/3
bagian buah sebelah
tengah
Kulit pembungkus
biji dikelupas
Daun menjari berkeluh ke dalam menghasilkan
buah sempurna, besar dan panjang (Hermaprodit)
sempurna
Seleksi benih
dengan perendaman
Bunga ke 5 sempurna
merupakan tanda pohon
Bunga ke 5 betina merupakan
tanda pohon betina
Daun menjari berkeluh dangkal menghasilkan buah betina kecil dan bulat
Gambar 5. Seleksi benih dan bibit pada pepaya
5.2.3. Perbanyakan tanaman
A. Stek
1.
Pilih cabang stek yang berdiameter sebesar jari kelingking (0.5 - 1.0 cm),
panjangnya 1 jengkal (15-20 cm) dan mengnadung banyak mata.
2.
Pilih 3-5 mata yang sehat, potong miring bagian atas cabang dan potong rata
bagian bawah cabang. Panjang stek setelah dipotong 10-15 cm.
3.
Hilangkan daun, kecuali satu daun pada ujung stek yang dipotong sebagian
4.
Masukkan stek ke dalam hormon sedalam 2 cm, misalnya hormon Rootone.
5.
Siapkan lubang-lubang sedalam 2/3 panjang stek pada media pembibitan. Jarak
tanam antar lubang 5-10 cm.
6.
Tanam stek dalam lubang yang telah disediakan dengna kedudukan miring 45o.
7.
Padatkan tanah di sekitar lubang agar kedudukan stek mantap.
8.
Jagalah media pembibitan agar tetap lembab dan beri naungan.
B. Cangkok
1.
Pilih cabang yang sehat dan kuat berdiameter 1-3 cm dari pohon induk unggul
(yang sudah berproduksi)
2.
Kerat cabang/ranting di bawah kuncup daun sebanyak 2 keratan menggunakan
pisau yang tajam dan bersih, jarak antara keratan 5 cm.
3.
Buang kulit cabang di antara dua keratan tersebut dan bersihkan lendir yang
menempel dengna menggunakan kertas yang telah dicelup dalam air garam;
setelah itu bersihkan dengna air bersih.
4.
Bubuhkan hormon pada sayatan sebelah atas untuk memperbanyak akar.
5.
Apabila bagian kayu sudah kering, tutup sayatan dengan tanah lembab yang
telah dicampur kompos lalu dibungkus dengan sabut kelapa yang sudah dibasahi.
6.
Potong hasil cangkokan, apabila akar-akar serabut telah banyak yang muncul
(1.5 - 4.0 bulan), usahakan sisa batang di bawah cangkokan tidak terlalu panjang
agar tidak mengundang serangan rayap.
7.
Pindahkan hasil cangkokan ke dalam keranjang pembibitan sebelum ditanam di
lapangan dan letakkan di tempat yang sudah teduh/naungan.
miring
10-15 cm
rataan
1-2 cm
2 cm
lubang stek pd media pembibitan
1/3
2/3
Stek mengandung hormon
Stek ditanam dg sudut 45o
Gambar 6.
Cara membuat dan penanaman untuk perbanyakan sistem stek
setelah 1.5 bulan
sabut kelapa
tempat
pemberian
hormon
tanah+kompos
dipotong
Gambar 7. Cara pembuatan cangkokan pada tanaman pohon.
C. Rundukan
1.
Pilih cabang yang berdekatan dengan permukaan tanah, lalu buatlah sayatan
seperti pada waktu membuat cangkokan
2.
Bubuhkan hormon pada bagian atas sayatan, lalu lengkungkan cabang ke atas.
3.
Timbun bagian sayatan dengan tanah yang dicampur dengna kompos/pupuk
kandang
4.
Ikat cabang dengna tali dan kaitkan pada patok agar kedudukannya stabil, jaga
agar bumbunan tetap lembab.
5.
Apabila akar sudah mulai ke luar (1.5 - 2 bulan), potong cabang sebelah bawah.
6.
Biarkan hasil rundukan dalam bumbunan selama 1-2 minggu, lalu pindahkan ke
dalam pembibitan atau langsung ditanam di lapangan.
bagian yang ditimbun
dipotong jika sudah
tumbuh
Gambar 8. Cara perbanyakan dengan merundukkan tanaman keras.
D. Susuan (sambung lengkung)
Dalam penyusuan, berbeda dengan cara perbanyakan lainnya, antara
batang bawah dan batang atas sama-sama masih hidup di media tumbuhnya masingmasing.
Pada dasarnya ada dua macam cara penyusuan yaitu batang bawah
diletakkan di atas tanah atau para-para (metode lama) dan batang bawah
digantungkan pada cabang entris (cabang atas). Pernyusuan cara ke dua ini lazim
disebut dengan "SUSUAN GANTUNG". Keunggulan dari susuan gantung adalah
memperkecil kerusakan susuan karena gerakan cabang entris oleh angin dapat diikuti
oleh batang bawah. Agar bebean tanah pada bedia batang bawah tidak terlalu berat,
maka dalam penyusuan gantung, tanah diganti dengan Moss atau Spagnum yang
lebih ringan dan bersifat menahan air (lembab).
Cara penyusuan:
1.
Siapkan batang bawah yang berumur satu tahun, tingginya 45 cm dan besar
batangnya telah mencapai 0.5-1.0 cm. Masukkan batang bawah tersebut ke
dalam keranjang atau polibag. 2. Pilih batang atas yang diameternya sama atau
sedikit lebih kecil dari diameter batang bawah berasal dari pohon induk sepanjang
20-30 cm dari pucuk, kemudian disayat seperti batang bawah.
3.
Pada waktu menempelkan sayatan batang bawah dan batang atas usahakan
kedua kambium (lapisan lendir) bertemu (Gambar 29)
4.
Ikat tempelan dengna tali rafia dimulai dari bawah ke atas (seperti susunan
genteng) agar air tidak mudah masuk.
5.
Apabila kedua cabang telah bersatu ( 2 bulan), pisahkan susuan (dari pohon
induk dari batang atas pohon yang disusukan) secara bertahap, dengna membuat
irisan dangkal yang semakin dalam semakin dalam.
6.
Olesi luka dengan ter tanaman atau cat untuk menghindari infeksi. Tempatkan
hasil cucuan pada tempat yang teduh. Apabila pada masa ini muncul bunga,
hilangkan agar tidak memperlunak hasil susuan.
Sambung pucuk
1.
Siapkan batang bawah yang berasal dari semaian biji berumur 2-6 bulan
2.
Siapkan calon batang atas yang berupa pucuk batang yang ruas-ruasnya pendek
(tidak etiolasi) dari pohon yang kualitasnya baik, cabang kira-kira sebesar batang
bawah
3.
Buanglah daun-daun pada calon batang atas, sisakan 1-2 helai daun paling
pucuk, lalu potong sebagian daun hingga tinggal 1/4 bagian.
4.
Potong batang bawha pada ketinggian 10-20 cm dari leher akar atau bagian
batang yang berwarna kehijauan, kemudian dibelah dengna silet sedalam 1-2 cm.
5.
Potong batang atas sepanjang 2-3 ruas (10 cm) kemudian iris menyerong pada
kedua sisi bagian pangkal sepanjang 1-2 cm.
6.
Sisipkan potongan batang atas ke dalam celah pada batang bawah, usahakan
agar peletakan kedua batang tersebut tepat benar, dimana kedua sisi atau salah
satu sisi kambium batang adas dan batang bawah saling bertemu.
7.
Ikat sambungna dengna tali rafia dari bawah ke atas.
8.
Tutup batang atas dan bawah dengan kantong plastik bening lalu ikat di bawah
sambungan.
9.
Calon bibit kemudian diletakkan di tempat yang teduh
10. Apabila telah muncul tunas baru (3-5 minggu), plastik dibuka
11. Lepaskan ikatan tali, apabila batang bawah pada sambungan telah membengkak.
BENAR
SALAH
Gambar 9. Potongan melintang perbanyakan metode susuan.
Gambar 10. Calon batang bawah dan batang atas
2.5 CM
10-20 cm
10 cm
Gambar 11. Cara mengiris batang abwah dan batang atas
SALAH
disungkup dg
kantong plastik
BENAR
Gambar 12. Pelaksanaan penyambungan
Okulasi (Penempelan)
1.
Siapkan batang bawah berupa tanaman hasil semaian dari biji yang berumur 1
tahun atau batang bawahnya sudah sebesar pinsil.
2.
Usahakan agar di bawah ketinggian 30 cm tidak tumbuh cabang atau tunas;
pangkas tunas apabila tumbuh pada ketinggian tersebut
3.
Siapkan mata tunas untuk ditempelkan, berasal dari cabang sehat, berumur 1
tahun, berwarna hijau kecoklatan dan berasal dari pohon induk berkualitas baik.
4.
Potong cabang tersebut pada waktu pagi hari, sepanjang 20 cm ( 1 jengkal) dan
mengnadung 3-4 mata, buang semua daun yang terdapat pada cabang
5.
Buat irisan eberbentuk huruf H pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah,
dengan irisan melintang selebar 1.5 cm pada batang bawah. Dari ujung-ujung
irisan tersebut buat irisan tegak lurus ke atas dan ke bawah masing-masing
sepanjang 2 cm. Kemudian dari irisan emelintang etersebut, byka kulit kayu ke
atas dan ke bawah sehingga terbentuk dua buah lidah.
6.
Ambil mata pada cabang yang telah disiapkan dengna jalan membuat sayatan
sepanjang 3 cm dan lebar 1 cm, usahakan letak mata tunas berada di tengahtengah irisan.
7.
Pegang tepi sayatan dengna hati-hati, usahakan mata tunas tidak berlubang atau
rusak di bagian dalam yang berkambium (lapisan berlendir0 tidak terpegang.
8.
Bukalah kedua lidah pada batang pokok, lalu tempelkan irisan mata yang telah
diperoleh. Tutup luka pada batang dengna lilin, kemudian ikat tempelan tersebut
dengna tali rafia mulai dari bawah ke atas.
9.
Bukalah ikatan setelah 2-3 minggu dan periksalah mata tunasnya. Keberhasilan
tempelan ditandai dengna mata tunas berwarna hijau segar.
10. Apabila penempelan
berhasil, potonglah batang pokok 10 cm dengna
menyisakan 2-3 helai daun, usahakan agar tunas hasil tempelan tumbuh lurus
dengan cara mengikatnya pada batang pokok.
11. Jika tunas telah tumbuh setinggi 30 cm, potong batang pokok pada ekretinggian 1
cm di atas tempelan.
Tabel 12. Keberhasilan model perbanyakan pada beberapa jenis tanaman (%)
Jenis tanaman
Cangkok
Durian
Rambutan
Mangga
Alpokad
Belimbing
Jambu biji
Sawo
Sukun
Manggis
Duku
Lengkeng
0-2
30-70
30-70
0-2
80-100
20- 60
60-100
0-2
0 -20
30-70
Model perbanyakan tanaman:
Okulasi
Sambung
pucuk
20-60
20-60
30-70
40-70
60-90
40-60
50-80
40-60
60-90
40-70
40-80
70-80
0
40-60
0-10
40-60
-
Susuan
60-100
60-100
60-100
70-100
60-100
70-100
70-100
40- 80
40- 80
-
Gambar 14. Penyiapan batang bawah
20 cm
Gambar 15. Cara memotong cabang/mata tunas untuk okulasi
20 cm
Gambar 16. Cara megiris tempat okulasi pada batang bawah
30 cm
Gambar 17. Cara menyayat mata tunas.
30 cm
Gambar 18. Cara menempelkan mata tunas.
10 cm
Gambar 19. Cara pemeliharaan tunas.
(Koleksi : soemarno agustus 2009)
Download