TEKNOLOGI KONSERVASI LINGKUNGAN DALAM PENGHIJAUAN KOTA I. Sistem Penghijauan Konservasi Sistem penghijauan kota adalah suatu penataan pertanaman campuran yang stabil berdasarkan daya dukung lahan perkotaan yang didasarkan atas tanggapannya terbadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial-ekonomi serta berlandaskan sasaran dan tujuan rumah tangga masyarakat kota dengan mempertimbangkan sumberdaya dan pilihan yang terbaik. Satem penghijauan kota merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar dan dapat dibagi menjadi beberapa sub sistem. Pada tingkat wilayah perkotaan ada sistem non pertanaman, sistem pemasaran, sistem kredit dan lain-lain. Dalam sistem penghijauan kota terdapat unsur-unsur tanah, iklim, tanaman, ternak, gulma, hama-penyakit dan berbagai sub sistem lainnya yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya masyarakat kota telah mempraktekkan sistem penghijauan berdasarkan pengalaman, berdasarkan tingkat pengetahuannya, dari sumberdaya yang mereka miliki. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas lingkungan hidup pada hakekatnya hanyalah menggali potensi sumberdaya yang mereka miliki. Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya alam dan kualitas lingkungan hidup, serta menyelamatkannya dari kerusakan, hilang atau punah. Di wilayah perkotaan muatan konservasi ini terutama ditujukan pada sumberdaya atmosfer, tanah dan air. Dalam arti luas konservasi; termasuk juga usaha rehabilitasi dan reklamasi, merupakan upaya membuat lingkungan perkotaan atau lahan marginal menjadi lebih baik dan lebih produktif yang dapat dipertahankan kesinambungannya. Dengan demikian sistem pertanaman konservasi menggunakan pendekatan yang menyeluruh (holistik) dan terpadu dalam memanfaatkan sumberdaya alam, baik pada lingkungan lahan kritis atau marginal agar lebih produktif dan lestari potensinya dan memperhatikan kaidah keterkaitan yang saling menguntungkan antara komponenkomponennya. Wadah dari kegiatan komponen-komponen atau unit-unit usaha penghijauan itu ada halaman rumah hunian, pekarangan, tegalan, kebun campuran, lahan terbuka atau ruang-ruang publik lainnya. Seorang penghuni rumah tinggal memiliki satu atau lebih wadah dari unit-unit usaha penghijauan tersebut dan bahkan ada kalanya mereka memiliki seluruhnya (halaman rumah, pekarangan, kebun campuran, tegalan dan ruang terbuka). Dalam keadaan masyarakat tergantung kepada pemilik wadahwadah tersebut dan melihat kepada penanaman atau kedudukan warga itu sendiri apakah dia penggarap penyakap, pemilik penggarap atau pemilik-bukan penggarap. Hasil pemantauan pengaruh status Iahan terhadap konservasi tanah menunjukkan bahwa: - Pemilik lahan (dengan sertifikat pemilikan) lebih memperhatikan konservasi tanah daripada mereka yang bukan pemilik lahan (penggarap lahan terasebut secara turun temurun yang tidak dilengkapi dengan sertifikat atau keterangan yang memperkuat) - Sistem sakap, sewa dan gadai mengbambat usaha penghijauan konservasi karena cenderung untuk memanfaatkan lahan secara maksimal dengan biaya minimal. Berdasarkan hal di atas maka sasaran utama kegiatan sistem penghijauan konservasi ialah pemilik lahan atau pemilik lahan bukan penggarap. Merekalah yang perlu diberi pengertian tentang penghijauan konservasi sebagai dasar untuk memberikan persyaratan bagi pengelolaan lingkungan kota. 1.1. Sistem Usaha-penghijauan dan Diversifikasi Pertanaman Pada kenyataannya pendapatan rumahtangga berasal dari aneka usaha seperti budidaya tanaman pangan tanaman tahunan (industri / perkebunan, buah-buahan, kayu-kayuan), ternak atau ikan dan usaha non-pertanian seperti dagang, buruh dsb. Dengan kata lain masyarakat sebenarnya telah menerapkan penganekaragaman (diversifikasi) usaha (Gambar 1). Diversifikasi usaha pada tingkat rumahtangga (skala mikro) dapat dikatakan merupakan sistem usaha itu sendiri. DlVERSIFIKASI PERTANAMAN VERTIKAL HORISONTAL skala makro batas agroekologis Zone Komoditi DOMINAN Ekspor non migas Industri Gambar 1. Z0NE SISTEM USAHATANI DOMINAN skala mikro batas lahan pemilikan SISTEM USAHATANI Swasembada pangan Perluasan kesempatan kerja Substitusi Impor Diversifikasi Sistem Pertanaman Peningkatan pendapatan Pengembangan industri pedesaan Faktor-faktor yang menentukan sistem usaha-penghijauan konservasi adalah usaha/kegiatan penanaman aneka jenis pohon yang dipengaruhi oleh kondisi lahan, kedalaman tanah dan erodibilitas tanah (kepekaan tanah akan erosi). Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat dianjurkan penggunaan teknik konservasi mekanik yang dilengkapi dengan leknik vegetatif seperti tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Rancangan teknik konservasi pada pola pertanaman Kedalaman tanah Kepekaan erosi Kemiringan (%) < 15 15- 30 30-45 > 45 > 90 cm 40-90 cm Kurang Tinggi B/G B/G B/G G/l B/G B/G G I < 40 cm Kurang Tinggi Macam teras B/G BIG B/G G G G I I Kurang Tinggi G G G I G G I I Keterangan, B : TERAS bangku + rumput /legum penguat teras G : Teras gulud + rumput / legum penguat teras I : Teras individu + rumput/legum penutup teras. 2. KONSERVASI LINGKUNGAN: LAHAN DAN AIR 2.1. Usaha-Penghijauan konservasi Usaha-penghijauan konservasi merupakan suatu bentuk pengusahaan ruang / lahan yang mengkombinasikan teknik konservasi mekanik maupun vegetatif dalam pola pertanaman terpadu. Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah - Kemiringan lahan; - kedalaman tanah dan air; - kepekaan tanah terbadap erosi (erodibilitas); - sistem pertanaman atau pola penghijauan. 2.2. Penetapan teknik konservasi Pemilihan teknik konservasi secara mekanik (macam teras) diterapkan berdasarkan kemiringan lahan , kedalaman tanah, dan kepekaan tanah akan erosi. Pada dasarnya terdapat dua tipe utama teras, yaitu Teras Bangku dan Teras Gulud. Pengaruh beberapa bentuk teras terhadap produksi tanaman dan erosi tanah disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Produksi dan erosi pada beberapa bentuk teras Teras Erosi (ton/ha/9 bl) Tanpa teras Teras Gulud Teras Kredit Teras Bangku Miring Teras Bangku Datar 9.9 3.6 2.9 2.0 1.5 Produksi (ton/ha) Jagung 1.84 2.17 0.90 3.04 2.06 Ubikayu 42.13 55.56 38.30 44.00 39.26 Sumber: H. Sembiring, M.Thamrin, A. Farid, G.Kartono dan A.Rachman, 1989. 2.3. Teras bangku dan gulud 2.3.1. Teras Bangku Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga. Teras bangku berfungsi - memperlambat aliran permukaan; - menampung dan menyalurhn aliran permukam dengan kekuatm yang tidak merusak; - mempermudah pengolahan tanah pada tanab bcrlcreng; dan - meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah Teras bangku yang biasa diterapkan adalah: - Teras bangku datar; - Teras bangku miring keluar; - Teras bangku miring ke dalam; dan - Teras irigasi. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pembuatan teras bangku adalah bahwa teras ini: - Sangat cocok pada tahan dongan kemiringan 10-30 % - Tidak cocok pada tanah yang dangkal jenis tanah Litosol; - Tidak dianjurkan pada tanah dalam lap; terdapat Iapisan bawah yang men r aluminium (Al) yang merugikan pertumbuhan tanaman aerh zaD Merah Kuning dan Latosol tua); - Tidak dianjurkan pada tanah yang mudah longsor acnili tanah Grumusol Dalam pembuatan teras bangku pertama-tama harus ditentukan batas-batas daerah yang akan diteras. Peralatan dan bahan yang diperlukan antara lain: 1. Peta kontur skala 1:5000 alau 1:10000 untuk memudahkan dalam penentuan lokasi/ tempat yang akan diteras, menemukan arah dan panjang saluran 2. Peta tata guna tanah 3. Peta administrasi 4. Ondol-ondol (A frame — kerangka A) penyipat datar untuk menentukan arah kontur 5. Tali dan meteran untuk menentukan panjang teras, saluran dsb Vertical interval yaitu beda tinggi antar teras disesuaikan dengan kemiringan. Untuk daerah-daerah dengan kemiringan di bawah 15 % disarankan vertical interval 1 m dan disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan diusahakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pekerjaan pemindahan tanah dan pemindahan lapisan tanah atas yang subur. Pemasangan ajir, harus membentuk garis kontur (contour line) dan ajir akan garis tengah tampingan teras . Pengurugan tanah dilaksanakan sampai membentuk tangga dimulai dari bagian atas ke bagian bawah Iereng. Pada bagian dalam teras dibuat saluran teras, untuk menampung air berlebih dari badan teras (bidang olah). Pembuatan saluran teras ini dibuat agak miring, sekitar 1% ke arah saluran air pembuangan (waterway). Panjang maksimal saluran teras disarankan 50 m. Badan teras dibuat agak miring ke dalam, dan sepanjang bagian luar atas teras dibuat guludan atau galengan teras dengan Iebar dan tinggi antara 15-20 cm. Untuk menstabilkan teras, guludan ini ditanami tanaman berakar rapat, cepat tumbuh dan dapat dimanfaatkan, misalnya rumput lokal, Brachiaria ruziziensis (Br), Brachiaria brizantha (Bb) , Brachiaria decumbens (Bd) atau Setaria. Tampingan teras dibuat dengan perbandingan 1:2 , sebagai kelengkapan teras yang dibuat, perlu dibuat saluran pembuangan air. Tabel 3. Besarnya erosi pada tampingan teras bangku bulan k empat setelah tanam Jenis tanaman penguat Bentuk tampingan Rata-rata Tegak Miring ton/ha Tanpa tanaman 1.32 1.68 1.50 Pennisetum purpureum 1.03 1.14 1.09 P. purpureum + B. brizantha 0.88 0.83 0.86 P. purpureum + B. ruziziensis 0.97 0.72 0.85 P. purpureum + B. javanica 1.05 0.72 0.89 P. purpureum + B. pubescens 1.03 1.54 1.29 Rata-rata 1.05 1.12 Keterangan: Curah hujan = 132 mm; tampingan tegak 1 ha = 2100 m2; tampingan miring 1 ha = 2250 m2; Sumber: A. Rachman, R.L. Watung dan U. Haryati (1989). Tabel 4. Jumlah aliran permukaan dari tampingan teras bangku bulan ke empat setelah tanam Jenis tanaman penguat Bentuk tampingan Rata-rata Tegak Miring M3 / ha Tanpa tanaman 73.3 58.6 66.0 Pennisetum purpureum 12.3 36.7 24.5 P. purpureum + B. brizantha 33.8 25.9 29.8 P. purpureum + B. ruziziensis 16.5 16.5 16.5 P. purpureum + B. javanica 37.9 29.3 33.6 P. purpureum + B. pubescens 55.7 50.7 53.2 Rata-rata 38.2 36.3 Keterangan: Curah hujan = 132 mm; tampingan tegak 1 ha = 2100 m2; tampingan miring 1 ha = 2250 m2; Sumber: A. Rachman, R.L. Watung dan U. Haryati (1989). 2.3.2. Teras Gulud Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran pembuangan air, dibuat memotong Iereng dengan jarak antar gulud tertentu. Teras gulud berfungsi untuk: Memperpendek panjang Iereng dengan membuat Iereng-lereng menjadi bagian yang pendek Mengurangi terjadinya erosi permukaan dan erosi alur. Mencegah terbentuknya erosi parit (gully erosion). Menghambat laju aliran permukaan terutama pada daerah dengan curah hujan tinggi. Memperbesar infiltrasi tanah sehingga kandungan air tanah meningkat. Konstruksi teras gulud: - sangat cocok pada kemiringan Iereng kurang dari 15 % jika ditanami tanaman pangan; - cocok uniuk tanah-tanah yang solumnya dangkal maupun dalam. Perencanaan: Untuk menentukan jarak antar gulud biasanya digunakan rumus Vt = 0.12 S+ 0.3 Ht = Vt/S x 100 dimana: Vt - Vertical interval Ht - Horizontal inteval S - Kemiringan Iereng dalam % Dengan menggunakan rumus tersebut, pada Tabel 5 disajikan interval vertikal dan interval horisontal untuk berbagai kemiringan lahan. Tabel 5. Besarnya Interval vertikal (Vt) dan Interval horizontal (Ht) pada berbagai derajat kemiringan lereng. Derajat kemiringan lereng (%) 3 4 5 6 7 8 9-10 11-15 vertikal interval (Vt) Horisontal interval (Ht) (m) 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.3 1.5 1.9 22 20 18 17 16 16 15 14 Pembuatan teras Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan jalan usahatani dan saluran pembuangan air pada lokasi yang akan dikembangkan. Dari hasil survei lapangan dapat diketahui derajad kemiringan lokasi rata-rata sehingga dapal pula ditentukan Vt atau Ht dari teras gulud. Langkah berikutnya adalah menentukan garis kontur. Tabel 6. Volume tanah dan jumlah tenagakerja yang dibutuhkan pada pembuatan Teras Bangku dan Teras Gulud % Kemiri ngan 10 15 20 25 30 49 Volume tanah (m3) Bangku 357 607 601 870 857 1334 Gulud 50 73 107 136 181 220 Rasio volume tanah Bangku/gulud 7.1 8.3 5.6 6.4 4.7 6.1 Jumlah HOK Bangku 357 607 601 870 857 1334 Gulud 36 52 76 96 128 156 Keterangan: Teras bangku didasarkan pada 1 m3 pemindahan tanah (galian-urugan) = 1 HOK; teras gulud didasarkan pada 10 m panjang teras gulud membutuhkan waktu pembuatan 2 jam, 1 HOK = 5 jam kerja/orang. Sumber: A.Rachman, H.Suwardjo dan R.L.Watung, 1989. Dalam membuat guludan, panjang guludan tidak boleh lebih dari 100 m; bila Iebih panjang guludan harus dipotong oleh saluran pembuangan air. Di sebelah atas guludan dibuat saluran searah dengan guludan agar air dapat mengalir dengan lancar dan lambat. Saluran tersebut digali dan tanahnya dipindahkan ke bagian bawahnya sehingga terbentuk guludan. Setelah selesai dibuat, guludan perlu segera ditanami dengan tanaman penguat. Pembuatan guludan dimulai dari bagian atas Iereng berlanjut ke bagian bawah. Pada waktu dan setelah turun hujan perlu dilakukan pengamatan terhadap teras gulud yang telah dibuat, apakah cukup kuat atau perlu diperbaiki. 2.4. Pengelolaan Bahan Organik 2.4.1. Sisa Pertanaman Salah satu usaha untuk mempertahankan produktivitas lahan terutama lahan kering adalah dengan mempertahankan bahan organik tanah. Sejak menggunakan pupuk kimia, banyak dilupakan penggunaan pupuk organik atau bahkan sebagian besar sisa tanaman diangkut ke luar atau dibakar karena ingin melihat lahannya tetap bersih. Keadaan ini merugikan karena kunci untuk dapat mempertahankan produktivitas lahan adalah mempertahankan kadar bahan organik tanah disamping mencegah erosi. Sumber asli bahan organik adalah jaringan tumbuhan. Daun, ranting, cabang, batang dan akar tumbuhan di alam menyediakan bahan organik setiap tahunnya. Bahan tersebut akan mengalami dekomposisi dan menjadi satu dengan tanah yang disebut humus tanah. Sisa tanaman tersebut selain merupakan sumber utama bahan pangan bagi berbagai jenis jasad renik, juga untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanah. Bahan organik tanah akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah a.l. - Meningkatkan granulasi tanah sehingga akan memperbaiki struktur tanah - Meningkatkan kemampuan tanah menahan air - Mencegah cepatnya pemadatan tanah - Meningkatkan kapasitas jerapan tanah, karena 30-90% dari tenaga jerapan suatu tanah berasal dari bahan organik tanah, sehingga meningkatkan ketersediaan hara tanah - Bahan organik juga merupakan sumber hara tanaman. Beberapa cara untuk mempertahankan bahan organik tanah adalah melalui: - Pembenaman bahan hijau sisa tanaman - Penebaran sisa tanaman sebagai mulsa di permukaan tanah. Penggunaan sisa tanaman sehagai mulsa memberikan beberapa keuntungan: - Melindungi tanah dari pukulan hujan sehingga tanah tidak Iekas memadat. - Memperlambat laju aliran permukaan sehingga dapat mengurangi erosi dan - Bahan mulsa yang melapuk merupakan media yang baik bagi peningkatan aktivitas biologi tanah 2.4.2. Tanaman Penutup Tanah Tanaman legume penutup tanah karena sangat baik untuk rehabilitasi lahan kritis berfungsi (1) melindungimpermukaan tanah dari pengaruh hujan, sehingga menghurangi erosi, (2) memperbaiki dan mempertahankann sifat fisika dan kimia tanah, (3) mengurangi penguapan dan kehilangan bahan organik, dan (4) mengendalikan gulma. Tabel 7. Hasil seresah beberapa jenis tanaman penutup tanah selama enam bulan Jenis tanaman Benguk (Mucuna sp.) Centrosema pub. Calopogonium sp. Pueraria triloba Komak (Dolicus lablab) Gude (Cajanus cajan) Koro pedang (Canavalia sp.) Bobot seresah (g/m2) pada Kedalaman tanah (cm) 40 59.8 33.3 55.0 73.2 130.7 162.3 360.0 10 73.8 97.7 68.1 36.3 123.8 126.7 244.7 Sumber: Sembiring, Farid, Ispandi, dan Kartono, 1989. 2.5. Pertanaman Lorong (alley cropping) Pertanaman lorong (alley cropping) sangat baik diterapkan pada lahan kering. Jenis tanaman leguminosa yang umum digunakan adalah Flemingia congesta, Glericidea sepium, Teprosia candida , dan Caliandra. 2.6. Pergiliran Tanaman Dalam setahun, perlu ada pergiliran antara tanaman yang tidak mampu menghasilkan banyak bahan hijauan seperti kedelai dan kacang hijau dengan tanaman yang mampu menghasilkan Iebih banyak bahan hijauan seperli jagung dan sorgum. Kenyatan menunjukkan bahwa di daerah yang berpenduduk padat seperti di daerah aliran sungai di Jawa, usaha mengembalikan limbah ke tanah sangat sukar dilakukan. Hal ini disebabkan oleh digunakannya limbah untuk berbagai kepentingan lain seperti untuk ternak, industri, kayu bakar dan sebagainya. Akibatnya kadar bahan organik tanah sukar dipertahankan dan produktivitas sebagian besar lahan kering menjadi sangat rendah. Dalam usahatani konservasi yang dipadukan dengan ternak, sebagian limbah sering digunakan untuk ternak. Bila seluruh pupuk kandang dapat dikembalikan ke tanah maka kadar bahan organik tanah dapat dipertahankan. Salah satu cara untuk memelihara produktivitas lahan adalah dengan usaha menghasilkan bahan hijauan dalam jumlah besar dan mengembalikannya ke tanah sebagai mulsa (disebar di permukaan) atau dibenamkan ke dalam tanah waktu pengolahan tanah. Pengembalian sisa tanaman dalam bentuk mulsa akan lebih efektif karena dapat menekan erosi dan menghindari pemadatan tanah. 3. Rehabilitasi Lahan Tidur Kerusakan lahan atau degradasi lahan banyak terjadi pada lahan kering terutama di bagian yang ditanami tanaman pangan dan perkebunan rakyat. Degradasi lahan terjadi karena lahan sering terbuka oleh pekerjaan pengolahan tanah dan penyiangan bersih sehingga tanah mudah tererosi. Pengusahaan lahan tandus menjadi lahan pertanian tidak ekonomis karena produktivitasnya yang sudah demikian rendah. Sampai saat ini usaha untuk memulihkan produktivitas lahan yang telah merosot belum banyak dilakukan padahal arealnya terus meningkat. Dengan makin bertambahnya penduduk di daerah DAS perlu dilakukan usaha rehabilitasi lahan yaitu pemulihan produktivitas lahan tandus agar dapat berproduksi kembali. 3.1. Cara-cara rehabilitasi lahan 3.1.1. Tanaman penutup tanah Pemilihan tanaMan penutup untuk rehabilitasi lahan didasarkan pada fungsinya, yakni: - Menghasilkan bahan hijauan berjumlah banyak dan becrkadar N tinggi (2-6%), sehingga dalam waktu pendek dapat terjadi dekomposi dan dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah - Meningkatkan aktivitas biologi tanah yang langsung memperbaiki struktur dan aerasi tanah - Melindungi tanah dari daya rusak air hujan yang menimbulkan erosi ; dan - Dapat mengikat unsur N dari udara sehingga keperluan akan pupuk sintesis seperti urea dapat ditekan. Beberapa tanaman penutup yang telah diuji dan punya prospek baik adalah Centrocema pubescen, Pueraria javanica dan Pueraria phaseloides. Untuk tanah gundul atau hampir gundul tanah hanya perlu diolah dalam jalur selebar 20 cm dengan jarak antar jalur 1 m. Biji Centrocema disebar dalam baris, dennga diberi pupuk TSP sebanyak 50 kg/ha Biji Centrocema diperlukan sekitar 15 kg/ha. Untuk lahan yang ditumbuhi alang-alang dua minggu sebelum dilakukan pengolahan tanah perlu dilakukan penyemprotan dengan herbisida Roundup atau Dewpont. Sesudah tanaman penutup tanah berumur satu tahun biasanya telah terbentuk serasah yang cukup tebal sehingga lahan sudah siap untuk ditanami kembali. Tanaman penutup tersebut kemudian dibabat sampai di permukaan tanah, kemudian ditebar di permukaan lahan sebagai mulsa. Pembakaran terhadap sisa penutup tanah yang telah kering mengakibatkan usaha rehabilitasi yang telah dilakukan menjadi siasia. Sebagaimana diketahui pembakalan mengakibatkan berbagai kerugian e hasa N cepat menguap pupuk K meskipun cepat tersedia tetapi juga terganggunya aktivitas biologi sehingga pembentukan struktur lan2 nbal pula. Tanaman mucuna (Leguminosa pansan) Mucuna sp atau tanaman Koro benguk (Jawa) dapat digunakan sebagai tanaman yang dapat menghasilkan biji berprotein tinggi dan dapat memainkan fungsi rehabilitasi lahan secara khusus. Biji Mucuna dapat dibuat tempe atau setelah direbus selama 24 jam akan dapat pula dicampur dengan ubikayu untuk meningkatkan gizi ubikayu. Beberapa keuntungan rehabilitasi Iahan tidur dengan tanaman penutup tanah seperti Centrocema dan Mucuna antara lain adalah: 1. Disamping menghasilkan biji, daun tanaman Mucuna menghilangkan racun HCN yang cukup tinggi sehingga tidak disukai ternak. Mengurangi gangguan pencurian oleh pencari rumput dapat diatasi dan penyediaan bahan organik tanah dengan tanaman ini Iebih terjamin 2. Mucuna juga sangat cepat pertumbuhannya dan dapat beradaptasi pada berbagai jenis tanah seperti tanah-tanah berkapur (Alfisol) atau pada tanah masam Podsolik. 3. Pertumbuhan Mucuna pada lahan tandus jauh Iebih baik dibandingkan dengan jenis Ieguminosa lain seperti komak (Dolichus lablab), dan kacang tunggak. Ada beberapa macam Mucuna yang umurnya bervariasi dari 4, 8, dan 12 bulan, untuk usaha rehabilitasi lahan tidur sebaiknya digunakan yang berumur 8 - 12 bulan karena dapat menghasilkan bahan hijauan yang Iebih banyak. Pelaksanaan rehabiltasi lahan dengan Mucuna dapat dilaksakan sbb. Persiapkan biji benih Mucuna yang daya tumbuhnya baik. Pada tanah yang akan direhabilitasi dilakukan pengolahan tanah pada permulaan musim hujan; bila hujan telah cukup penanaman biji dilakukan dengan cara ditugal. Dapat digunakan jarak tanam 20t x 20 cm setiap lubang tanam ditanam dua benih. Dilakukan pemupukan awal dengan TSP sebanyak 25 ton/ha dan setelah berumur dua hulan biasanya tanaman Mucuna sudah tampak subur. Tanaman tersebut perlu dibiarkan selama bulan sementara biji yang 8 dihasilkan dapat dipanen. Pada umur tanaman 8 bulan Mucuna dibabat, dan bahan hijauan sebagai mulsa atau dibenamkan ke dalam tanah sewaktu pengolahan tanah. 4. SUBSISTEM TANAMAN PANGAN Proporsi tanaman pangan dan tanaman tahunan berdasarkan kemiringan lahan adalah: Kemiringan 1. < 15 % = 75% tanaman pangan + 25% tanaman tahunan; 2. 15-30% = 50 % tanaman pangan + 50 % tanaman tahunan 3. 30 - 45 % = 25 % tanaman pangan + 75 % tanaman tahunan 4. >45% = 100% tanaman tahunan < 15% 15-30% 31-45% > 45% Gambar 1. Proporsi tanaman pangan dan atanaman tahunan pada berbagai kemiringan lahan 4.1. Pola Penanaman Pola tanam diatur agar permukaan tanah dapat tertutup tanaman sepanjang tahun dan mampu menekan bahaya erosi. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan pola tanam lahan kering meliputi iklim,kesuburan tanah, pemasaran dan ketersediaan tenaga kerja Faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah curah hujan. Oleh karena itu perlu dibuat catatan distribusi (penyebaran) curah hujan bulanan rata-rata dari 5-10 tahun terakhir. Catatan disusun dalam bentuk diagram menurut musim tanam (Oktober - September). Sebagai patokan dapat digunakan: curah hujan > 200 mm/bulan selama 5-7 bulan berturut-turut bisa untuk bertanam padi gogo curah hujan 100-200 mm/bulan selama 3-5 bulan berturut-turut masih cocok untuk bertanam palawija Pola tanam bersifat fleksibel dan dinamis.Untuk meningkatkan pendapatan petani tanaman yang bernilai ekonomi tinnggi perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh bila harga ubikayu tinggi, populasinya dalam pola tanam dapat ditingkatkan dengan catatan di antara barisan tetap ditanami tanaman sela kacang-kacangan atau diberi tambahan pupuk. 4.1.1. Alternatif pola penanaman Untuk memudahkan perencanaan pola tanam, Oldeman (1975) telah membagi Zone Agroklimat berdasarkan pada lamanya bulan basah dan bulan kering yang berurutan menjadi 14 bagian, yaitu: Zone A: > 9 bulan basah berurutan; Zone B1; 7-9 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulan Zone B2: 7-9 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulan Zone C1: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulan Zone C2: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulan Zone C3: 5-6 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulan Zone D1: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulan Zone D2: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulan Zone D3: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulan Zone D4: 3-4 bulan basah berurutan, bulan kering > 6 bulan Zone E1: <3 bulan basah berurutan, bulan kering < 2 bulan Zone E2: <3 bulan basah berurutan, bulan kering 2-4 bulan Zone E3: <3 bulan basah berurutan, bulan kering 5-6 bulan Zone E4: <3 bulan basah berurutan, bulan kering > 6 bulan Bulan basah dibatasi dengan curah hujan di atas 200 mm/bulan dan bulan kering kurang dari 100 mm/bulan. Contoh penggunaan segitiga iklim adalah pada lahan sawah tadah hujan: Bila bulan basah minimal 3 bulan dapat diusahakan satu kali pertanaman sedangkan bila minimal 5 bulan dapat diusahakan dua kali pertanaman dengan pertanaman pertama ditanam dalam keadaan kering. Bila bulan basah minimal 7 bulan. dua kali pertanaman padi sawah dapat dilakukan, sedangkan bila minimal 10 bulan, pertanaman sepanjang lahun dapat diusahakan. Penentuan pola tanam untuk lahan kering sangat ditentukan oleh lamanya bulan kering. Pengunaan segitiga iklim untuk lahan ini adalah sebagai berikut: Bila bulan kering kurang dari 2 bulan dapat dilakukan pertanaman sepanjang tahun. Bila bulan kering 2- 3 bulan dapat dilakukan pertanaman sepanjang tahun tetapi dengan perencanaan yang lebih hati-hati. Bila bulan kering 4-6 bulan, dua kuli pertanaman dapat dilakukan dengan sistem sisipan. Bila periode pertumbuhan hanya 3-5 bulan, pertanaman hanya dapat dilakukan satu kali dan bila bulan kering 9 bulan daerah tersebut tidak cocok untuk pertanaman pangan bila tanpa irigasi. 4.1.2. Penyediaan Benih Benih yang baik mempunyai daya kecambah di atas 80%. Karena itu jangan disimpan terlalu lama terutama benih kedelai. Penyimpanan benih harus baik, kadar air harus serendah mungkin dan disimpan di tempat yang kering atau dapat juga di dalam ruangan yang mempunyai alat pendingin (AC ). Dalam penyimpanan benih kedelai perlu disusun pola tanam yang tepat, misalnya sbb: 1. Pada lahan kering dapat diatur pola tanam kedelai - kacang tanahkacang tunggak 2. Pada lahan kering yang lain padi gogo - kedelai - kacang hijau. 3. Di lahan sawah irigasi/ tadah hujan padi sawah - padi sawah - kedelai Dengan pertimbangan benih dapat disimpan selang satu musim tanam, maka dengan pengaturan pola tanam yang baik dari berbagai tipe lahan, masalah benih dapat diatasi. Berdasarkan jumlah dan lamanya curah hujan yang ada maka dapat disusun alternatif pola tanam yang dapat dilaksanakan sebagai berikut: 1. Jagung + padi gogo / ubikayu - kacang tanah - kacang tunggak. 2. Jagung + kacang tanah/ubikayu - Kedelai - Kacang tunggak 3. Jagung+ kedelai/ ubikayu - kedelai - kacang tunggak. 4. Jagung + kedelai - jagung + Kedelai - bera. Sebagai tanaman pokok musim pertama sebaiknya lahan ditanami padi gogo, kacang tanah dan kedelai. Pada musin; kedua lahan ditanami kacang tanah, kedelai, kacang hijau atau kacang tunggak. Pada musim ketiga apabila masih memungkinkan dapat diusahakan kacang tunggak Sedangkan untuk meningkatkan intensitas pertanaman setiap musim tanam dapat diusahakan sistem tumpangsari. Pengaturan jarak tanam sangat tergantung dari bidang olah yang tersedia. Karena lahan kering umumnya bergelombang maka sebaiknya dilakukan usaha pencegahan erosi berupa pembuatan teras bangku dan teras gulud. Pengaturan barisan tanaman dapat dimulai dari pangkal teras atau 50 cm dari bibir teras. Barisan jagung dan ubikayu dimulai 50 cm dari pangkal teras. Jumlah barisan jagung dan ubikayu selanjutnya tergantung dari bidang olah yang tersedia (Gambar 19). Jarak antara barisan jagung 200 cm dan di dalam barisan 40 cm, 2 tanaman setiap rumpun. Sedangkan jarak antara barisan ubikayu 400 cm dan di dalarn barisan 80 cm/stek/rumpun Apabila harga ubikayu cukup tinggi jarak tanam dapat diprrsempit menjadi 200 cm antar barisan ubikayu dan di antara ubikayu terdapat 2 rumpun jagung (Gambar 19). Di antara barisan jagung pada musim pertama dapat ditanam padi gogo, kacangtanah atau kedelai. Jarak tanam padi gogo 25 cm x 15 cm, 5-8 biji /rumpun, kacangtanah 25 cm x 20 cm 1 biji / rumpun dan kedelai 25 cm x 20 cm 2 biji/rumpun. Setelah tanaman pertama dipanen, tanaman berikutnya adalah kacang tanah, kedelai, kacang hijau atau kacang tunggak. Pada musim tanam ke tiga , bila curah hujan masih memungkinkan, setelah tanaman ke dua dipanen dapat ditanam kacang tunggak, kacang hijau, atau benguk (Mucuna). Untuk pertanaman pertama sebaiknya lahan diolah sempurna. Sedangkan untuk pertanaman ke dua lahan hanya diolah secara minimum kecuali untuk kacang tanah memelukan pengolahan tanah lagi. Hal yang sama juga berlaku bagi pertanaman ke tiga. Tabel 8. Varietas,Jarak tanam,Jumlah tanaman tiap rumpun dan kebutuhan benih setiap hektar. Jenis tanaman Varietas Padi Gogo C22 Batur Poso Singkarak Arjina Wiyasa Kalingga Adira I/II Lokal Macan Gajah Tapir dan Kelinci Orba, Wilis Lokon, Tidar No.129, Merak Nuri, Walet Lokal Jagung Ubikayu Kacang tanah Kedelai Kac.hijau Kac Tunggak Jarak tanam 1) (cm x cm) Tanaman setiap rumpun Kebutuhan benih tiap hektar (kg) 25 x 15 5-8 40 200 x 40 2 15 400 x 80 1 3500 (2) 25 x 20 1 100 (3) 25 x 20 2 40 25 x 20 2 15 25 x 40 2 20 Keterangan: 1) Pengaturan tanaman secara tumpangsari, bersisipan, dan berurutan dalam satu tahun; (2) Stek; (3) Polong kering 4.2. Penanaman dan Pemupukan Untuk mencapai hasil yang tinggi, setiap tanaman memerlukan masukan pupuk. Takaran pupuk yang dianjurkan adalah berdasarkan anjuran populasi normal. Oleh karena itu bila bidang olah hanya 80% maka penggunaan pupuk juga hanya 80% dari populasi normal. Untuk memudahkan prrhitungan dan pelaksanaan di lapangan dibuat penyederhanan sebagai berikut: 4.2.1. Padi Gogo. Waktu pemupukan 1/3 bagian pupuk urea dan seluruh pupuk TSP dan KCl diberikan pada saat tanam; sisa pupuk urea diberikan pada umur 35 hari dan saat primordia bunga masing-mging 1/3 bagian. Cara pemupukan pertama adalah dilarik dengan jarak antar larikan 25 cm. Di dalam larikan diletakkan benih dengan jarak antara calon rumpun 15 rm dan di antara calon rumpun diletakkan campuran 1/3 bagian urea dan seluruh TSP dan KCI. Pupuk urea susulan pertama dan ke dua diberikan secara dilarik disamping barisan tanaman. Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapangan, sebaiknya dibuat takaran pupuk untuk luasan 100 m2 Tabel 9. Takaran pupuk untuk pertanaman di lahan kering, Jenis tanaman dan luas bidang olah Urea Jenis pupuk TSP Kg/ha KCl Padi Gogo: Bidang olah 100% Bidang olah 75% Bidang olah 50 % 200 150 100 100 75 50 100 75 50 Jagung: Bidang olah 100% Bidang olah 75% Bidang olah 50 % 200 150 100 100 75 50 100 75 50 Kacang-kacangan: Bidang olah 100% Bidang olah 75% Bidang olah 50 % 50 37.5 25 100 75 50 100 75 50 Keterangan: Untuk jagung berdasarkan populasi normal 500.000 tnm/ha dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm, 2 tanaman/rumpun. Bila diusahakan 50% populasi normal (200 cm x 40 cm), 2 tanaman/rumpun, maka takaran pupuk juga hanya 50% populasi normal. Perhitungannya adalah sebagai berikut: 100 m2 ------------ X 200.000 g urea = 2000 g urea, diberikan tiga kali 10000 m2 600 g , 700 g, dan 700 g urea. Sedangkan untuk pupuk TSP dan KCI adalah: 100 m2 ------------- X 100.000 g TSP / KCl = 1000 g TSP/KCl diberikan 10.000 m2 seluruhnya pd saat tanam. Dengan demikian pemberian pupuk 100 m2 bagi tanaman padi gogo: pada saat tanam 600 g urea, 1000 g TSP dan 1000 g Kcl; sedangkan pupuk urea susulan pertama dan ke dua maisng-masing 700 g. 4.2.2. Jagung. Sepertiga bagian pupuk urea dan seluruh pupuk TSP dan KCl diberikan pada saat tanam. Pemupukan pertama dan ke dua dilakukan dengan jalan ditugal disamping rumpun tanaman. Sisa pupuk urea diberikan 30 HAT dengan cara ditugal. Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapang, sebaiknya dibuat takaran untuk 100 rumpun tanaman jagung. Perhitungannya adalah: 100 rumpun --------------- x 200.000 g urea = 800 g urea, diberikan dua kali 25.000 rumpun masing 300 dan 500 gram urea. Sedangkan untuk pupuk TSP dan KCI adalah: 100 rumpun -------------------X 100.000 g TSP /KCI = 400 gram TSP/KCI, diberikan 25000 rumpun seluruhnya pada saat tanam. Dengan demikian pemberian pupuk pertama adalah 300 gram urea, 400 g TSP, dan 400 g KCI untuk 100 rumpun jagung. Sesaat sebelum pupuk diberikan, pupuk dapat dicampur. Selanjutnya di atas lubang benih diberikan insektisida Furadan 3G dengan takaran 8-10 kg/ha, kemudian lubang benih dan lubang pupuk ditutup dengan tanah 4.2.3. Kacang-kacangan. Seluruh pupuk diberikan pada saat tanam, dengan dilarik. Jarak antara larikan calon rumpun adalah 20 cm. Di antara calon rumpun diletakkan campuran pupuk TSP, KCI dan urea. Pupuk sebaiknya dicampur sesaat sebelum diberikan. Selanjutnya di atas benih diberikan insektisida Furadan 3 G dengan takaran 8-10 kg/ha, dan terakhir lubang larikan ditutup dengan tanah. Untuk memudahkan penentuan jumlah pupuk di lapangan, sebaiknya dibuat takaran pupuk untuk luasan 100 m2. Perhitungannya adalah sebagai berikut: 100 m2 --------—----- x 50.000 g urea= 500 grarn urea, 10000 m2 100 m2 —----------- x 100.000 gram TSP/KCI = 1000 g TSP/KCl . 10000 m2 Dengan demikian pemberian pupuk untuk 100 m2 pertanaman kacangkacangan adalah 500 g urea, 1000 g TSP dan 1000 g Kcl. Khusus untuk pertanaman kacang tunggak, karena jarak tanamnya cukup jarang maka cara tanam dan pemupukan dilakukan dengan ditugal pada dua lubang yang berbeda. 4.3. Penyiangan , Pengendalian Hama dan Penyaklt Penyiangan biasanya dilakukan dua kali, yaitu pada umur 15 hari dan 30 hari setelah tanam. Penyiangan bukan hanya untuk mengurangi gulma , tetapi juga untuk menggemburkan tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya infiltrasi tanah dan dapat juga berfungsi sebagai mulsa (self mulching). Sambil penyiangan juga dapat dilakukan pembumbunan. 4.3.1. Padi gogo Penyakit blas (Pirycularia oryzae), busuk daun, dan busuk Ieher. Untuk melindungi padi dari penyakit tersebut perlu dirgunakan varietas yang toleran atau disemprot dengan fungisida Delsene, Beam 75 WP, Fongoren 50 WP. Hama yang sering menyerang padi gogo adalah lalat bibit, hama putih palsu, penggerek batang wereng, dan walang sangit. Hama-hama tersebut dapat di atasi dengan disemprot dengan Azodrin, Gusadrin, Thiodan atau insektisida laiun yang dianjurkan 4.3.2. JAGUNG Penyakit bulai (Sclerospora maydis) dapat dicegah dengan menanam varietas yang tahan bulai seperti Arjuna, Kalingga, atau pemberian fungisida Ridomil yang diperlakukan pada benih sebelum tanam. Cara lain untuk mencegah penyakit tersebut adalah dengan tanam awal secara serentak Hama yang banyak menyerang adalah lalat bibit, perusak daun dan penggerek batang dan tongkol. Untuk mencegah lalat bibit, tanam harus dilakukan Iebih awal dan serentak atau dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat digunakan untuk mencegah lalat bibit dan hama lainnya adalah Azodrin 15 WSC, Gusadrin 15 WSC, Dursban, Agrotion 50 EC dan insektisida lain yang dianjurkan 4.3.3. Kacangtanah Penyakit karat (Puccinia arachidis) dapat dicegah dengan menggunakan fungisida Benlate T 20 dan Baycor 300 EC. Penyakit virus belang dan sapu setan hanya dapat dikurangi dengan eradikasi tanaman yang terserang dan jangan menggunakan benih yang tanamannya sudah terserang serta harus diadakan rotasi tanaman. Hama yang banyak menyerang adalah hama pemakan daundan dapat dicegah dengan menggunakan insektisida Dursban, Azodrin, Gusadrin 15 WCS atau insektisida lain yang dianjurkan 4.3.4. Kedelai, kacang hijau, dan kacang tunggak Penyakit karat daun pada kedelai (Phakospora pachyviz) dapat dikurangi dengan penggunaan varietaa yang relatif tahan. Penyakit scab pada kacang hijau dapat dikurangi dengan pengggunaan varietas yang relalif tahan. Rotasi tanaman mutlak harus dilakukan. Hama-hama yang penting adalah , hama bibit, pemakan daun dan pengisap serta penggerek polong. Untuk mengurangi serangan hama-hama tersebut sebaiknya dilakukan tanam serentak dan diadakan rotasi tanaman. Insektisida seperti Azodrin 15 WSC, Gusadrin 15 WSC, Dursban, Thiodan dan lain-lain yang dianjurkan juga dapat digunakan. 4.3.5. UBIKAYU Penyakit yang banyak menyerang adalah penyakil layu (Pseudomonas sp) dan Cassava bacterial blight (CBB). Hama yang banyak menyerang adalah hama kutu merah (Titranychus bimaculatus). Hama-hama yang banyak menyrang banyak jenis tanaman etermasuk rumput adalah hama lundi. Untuk mengurangi hama ini dapat digunakan insektisida Furadan 3G dengan takaran 8 - 12 kg/ha. Hama lain adalah hama tikus dan dapat di kurangi dengan jalan pengumpanan, gropyokan, kebersihan lingkungan dan juga dengan keserempakan tanam. 4.4. Panen Hasil Untuk mencapai kualitas hasil yang baik, waktu panen l harus tepat. Padi gogo atau padi sawah dapat dipanen bila gabah dalam mapai sudah mengunign lebih dari 95%, sedanngkan jagung bila biji telah keras dan sudah terbentuk lapisan hitam pada biji bagian dalam. (sudah ada black layer). Kedelai dapat dipanen bila daunnya sudah luruh dan lebih dari 50% polong berwarna coklat; kacang hijau dan kacang tunggak bila polong sudah mulai mengering; kacang tanah bila bila jaringan dalam dari polong sudah ada yang berwarna coklat. Sedangkan ubikayu baru dapat dipanen bila berumur lebih dari 7 bulan. Segera setelah panen sebaiknya langsung dilakuan penjemuran. Jagung sebaiknya dikuliti dulu sebelum dijemur. Bila biji-biji pada tongkol sudah kering dan terlihat ada sedikit rongga karena biji telah sedikit mengecil (susut) , berarti jagung sudah dapat dipipil. Setelah dipipil jagung sebaiknya dijemur lagi sampai kadar air mencapai 14%. Untuk kacang tanah penjemuran harus dilakukan sampai kering benar yang ditandai oleh biji yang merongga dari kulitnya dan bila dikupas biji sudah cukup kering. Untuk kedelai, kacang hijau dan kacang tunggak, polong sebaiknya dijemur sampai cukup kering yang ditandasi oleh pecahnya polong. Bila sudah cukup kering, polong segera dibijikan dengan jalan penggebugan (secara fisik). Selanjutnya biji dibersihkand ari polong atau brangkasannya dan biji basil pembersihan tersebut dijemur lagl sampai cukup kering, yaitu kadar air di bawah 14 %. 5. SISTEM TANAMAN TAHUNAN DAN HORTIKULTURA 5.1. Penggolongan Tanaman Untuk mempermudah penataan lanaman tahunan pada lahan berlereng maka tanaman tahunan dibagi menjadi tiga golongan. Penggolongan tersebut didasarkan kepada kemampuan tanaman untuk menaungi dan umur berproduksinya (Tabel 10) Tabel 10. Golongan tanaman berdasarkan kemampuan menaungi dan umur berproduksi Golongan Tanaman Golongan 1 Kemampuan menaungi Tinggi Umur berproduksi Lama Golonngan 2 Golongan 3 Sedang Rendah Sedang Cepat Contoh Kelapa; kedondong;mangga; petai; nangka; kapuk Pepaya; pisang; kopi; srikaya; melinjo Kapulogo; wijen; Nenas; temu-temuan Selain penggolongan di atas, tanaman industri/hortikultura bisa pula dikelompokkan ke dalam zone agroklimat tertentu. Komponen agroklimat yang dapat digunakan adalah iklim, kedalaman air tanah, dan tinggi tempat di atas permukaan laut. 5.2. Pemilihan Jenis Tanaman dan Bibit 5.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman Pada dasarnya pemilihan jenis tanaman industri/hortikultura yang akan dikembangkan pada suatu daerah dikaitkan dengan beberapa pertimbangan, antara lain: 1. Cocok dengan kondisi agroklimat setempat. 2. Sesuai dengan kondisi sosek pertanian - tanaman tersebut disenangi petani; - teknologinya mudah; - tidak memerlukan masukan tinggi; - sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja. 3. Tidak bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah setempat 4. mendukung usaha mengkonservasi tanah dan air. Jenis-jenis tanaman industri / hortikultura yang sesuai dengan kondisi agroklimat suatu daerah bisa dilihat pada Tabel 11. 5.2.2. Pemilihan bibit Pemilihan bibit yang baik sangat menentukan keberhasilan usabatani. Karena itu beberapa petunjuk berikut dapat dipakai sebagai pegangan dalam memilih bibit tanaman yang baik. 1. Kelapa dalam - Pilih bibit dari pohon yang berumur 15-30 tahun - Produksi pohon induk 60 butir/pohon/tahun. - Benih berasal dari buah tua (umur 12 bulan); berwrna coklat dan cukup mengandung air. - Bentuk buah bulat minimal berukuran 22 cm x 17 cm. - Keadaan kulit buah baik, licin dan bebas dari serangn hama/penyakit - Bobot buah minimal 1.5 kg dan daging buahnya tebaL 2. Pisang - Bibit berasal dari belahan bonggol (bit). - Berasal dari pohon sehat dan menjelang berbuah. - Setiap bonggol dibagi mcnjadi 3-4 bit - Sebelum ditanam bit direndam di dalam air panas lebih kurang 50oC selama 20 menit - Bit disemai pada tempat yang teduh Iebih kurang 1.5 bulan. - Jenis yang dianjurkan: Ambon, Raja , Kepok, Nangka, Badak dan Mas. Tabel 11. Jenls tanaman lndustri/Hortikultura menurut syarat agroklimat yang diperlukan. Jenis tanaman Altitude (m) Iklim dan tinggi muka air tanah Golongan I Petai Kelapa Melinjo Durian Jengkol Sukun/Kluwih Alpokad Asam Kedondong Nangka Mangga Jambu Mete Kapok 0-1000 0- 700 0-1000 0- 800 0-1000 0- 700 0-1500 0-1000 0- 700 0-1000 0-1000 0- 500 0- 800 Abcd abc –Babc abcd - B1 abc abcd - B1 abc abcd- Bcd Abcd - B1 abc Abcd - Bbc- Cbc Abcd – Bbcd - Cbe Abcd – Bbcd - Cbe Abcd – Bbcd - Cbe B2bcd – Cabc - Dabc B2 bcd – Cbe Cabc- Dabc - Eabc Baik Baik Tidak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik sekali Golongan II Pisang Sirsak Blimbing manis Jambu biji Pepaya Ceremai Jeruk manis Srikaya 0-1000 0- 800 0- 500 0-1000 0-1000 0- 500 0-1000 0- 500 Abcd – Babc - Cab Abcd – Babc - Cabc Abcd - Babc - Cabc Abcd - Babcd - Cabc Abcd - Babc - Cab - Dab Abcd -Babc - Cabc - Dabc Abcd - Bcd - Cbe -Dbe Bbcd - Cbe Baik Baik Baik Baik Baik sekali Baik Baik sekali Baik 0-1200 Abcd-Babc-Cab Golongan III Nenas Kapulogo Temu-temuan Ketahanan kekeringan Baik Sumber: Terra 1949; Dirjen Perkebunan 1977, The Asia Foundation, 1987. Pembagian iklim menurut Mohr (1934): A1 = 12 BB dan O BK; A2 = < 12 BB dan 0 BK; B1 = < 12 BB dan 1 BK hingga 9- 10 BB dan 3 BK; B2 = < 9 BB dan 2 BK hingga 7-8 BB dan 4 BK; C = < 7 BB dan 4 BK hingga 5-6 BB dan 6 BK; D = < 5 BB dan 6 BK hingga 2-4 BB dan 8 BK; E =….; BB = Bulan basah, curah hujan 100 mm/bulan; BK = Bulan kering, curah hujan 60 mm/bulan; a = Kedalaman muka air tanah 50 cm ; b = Kedalaman muka air tanah 50-150 cm; c = kedalaman muka air tanah 150 - 200 cm ; d = kedalaman air tanah tidak terjangkau oleh akar pohon. Bentuk buah yang baik untuk bibit 17 cm Bentuk buah yang tidak memenuhi syarat untuk bibit 22 cm Gambar 3. Contoh bentuk BUAH kelapa untuk bibit yang baik. Bonggol pisang menjelang berbuah dibersihkan dari akar-akarnya Bonggol dibagi menjadi 3-4 bit Bit yang terbentuk Gambar 4. Tunas pada bonggol dan bibit yang terbentuk pada tanaman pinang 3. Pepaya. - Pilih bibit dari tanaman sehat, buahnay besar dan panjang, lebat, dan berbuah terus menerus. - Buah dipilih yang sudah masak dan sehat - Biji berasal dari 1/3 bagian, buah setelah jadi, kulit yang menyelimuti biji dibuang - Biji diseleksi dengna jalan menrendam dalam air - Bibji-biji yang tenggelam diplih sebagai bibit. - Biji disemai dalam kantong plastik dengna media pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 dan diberi naungan - Setelah tumbuh daun keempat, bibit diseleksi lagi. Bibit dengna daun ke empat yang berdaun segitiga dibuang, yang tetap dipertahankan adalah bibit dengan daun kemepat yang agak menajri. - Satu munggu sebelum ditanam di lapangan, naunngan dilepas. - Bibit disemprot dengan KCl dosis 4 sendok makan/20 liter air - Bibit ditanam di lapang 2 pohon/lubang - Seleksi terakhir dilakukan dengan mempertahankan bibit berdaun menjari berlekuk dalam, bibit berdaun menjari dnagkal dibuang. - Seleksi terakhir dapat pla dilakukan dengan melihat bunga yang muncul pertama kali pada umur empat bulan. Apabila bunga pertama betina, sebaiknya pohon dibuang. Apabila bunga pertama jantan akan menghasilkan pohon sempurna sehingga pohon ini yang tetap dipertahankan hidup. biji jelek dibuang biji untuk bibit kulit biji biji yg bagus biji Biji diambil dari 1/3 bagian buah sebelah tengah Kulit pembungkus biji dikelupas Daun menjari berkeluh ke dalam menghasilkan buah sempurna, besar dan panjang (Hermaprodit) sempurna Seleksi benih dengan perendaman Bunga ke 5 sempurna merupakan tanda pohon Bunga ke 5 betina merupakan tanda pohon betina Daun menjari berkeluh dangkal menghasilkan buah betina kecil dan bulat Gambar 5. Seleksi benih dan bibit pada pepaya 5.2.3. Perbanyakan tanaman A. Stek 1. Pilih cabang stek yang berdiameter sebesar jari kelingking (0.5 - 1.0 cm), panjangnya 1 jengkal (15-20 cm) dan mengnadung banyak mata. 2. Pilih 3-5 mata yang sehat, potong miring bagian atas cabang dan potong rata bagian bawah cabang. Panjang stek setelah dipotong 10-15 cm. 3. Hilangkan daun, kecuali satu daun pada ujung stek yang dipotong sebagian 4. Masukkan stek ke dalam hormon sedalam 2 cm, misalnya hormon Rootone. 5. Siapkan lubang-lubang sedalam 2/3 panjang stek pada media pembibitan. Jarak tanam antar lubang 5-10 cm. 6. Tanam stek dalam lubang yang telah disediakan dengna kedudukan miring 45o. 7. Padatkan tanah di sekitar lubang agar kedudukan stek mantap. 8. Jagalah media pembibitan agar tetap lembab dan beri naungan. B. Cangkok 1. Pilih cabang yang sehat dan kuat berdiameter 1-3 cm dari pohon induk unggul (yang sudah berproduksi) 2. Kerat cabang/ranting di bawah kuncup daun sebanyak 2 keratan menggunakan pisau yang tajam dan bersih, jarak antara keratan 5 cm. 3. Buang kulit cabang di antara dua keratan tersebut dan bersihkan lendir yang menempel dengna menggunakan kertas yang telah dicelup dalam air garam; setelah itu bersihkan dengna air bersih. 4. Bubuhkan hormon pada sayatan sebelah atas untuk memperbanyak akar. 5. Apabila bagian kayu sudah kering, tutup sayatan dengan tanah lembab yang telah dicampur kompos lalu dibungkus dengan sabut kelapa yang sudah dibasahi. 6. Potong hasil cangkokan, apabila akar-akar serabut telah banyak yang muncul (1.5 - 4.0 bulan), usahakan sisa batang di bawah cangkokan tidak terlalu panjang agar tidak mengundang serangan rayap. 7. Pindahkan hasil cangkokan ke dalam keranjang pembibitan sebelum ditanam di lapangan dan letakkan di tempat yang sudah teduh/naungan. miring 10-15 cm rataan 1-2 cm 2 cm lubang stek pd media pembibitan 1/3 2/3 Stek mengandung hormon Stek ditanam dg sudut 45o Gambar 6. Cara membuat dan penanaman untuk perbanyakan sistem stek setelah 1.5 bulan sabut kelapa tempat pemberian hormon tanah+kompos dipotong Gambar 7. Cara pembuatan cangkokan pada tanaman pohon. C. Rundukan 1. Pilih cabang yang berdekatan dengan permukaan tanah, lalu buatlah sayatan seperti pada waktu membuat cangkokan 2. Bubuhkan hormon pada bagian atas sayatan, lalu lengkungkan cabang ke atas. 3. Timbun bagian sayatan dengan tanah yang dicampur dengna kompos/pupuk kandang 4. Ikat cabang dengna tali dan kaitkan pada patok agar kedudukannya stabil, jaga agar bumbunan tetap lembab. 5. Apabila akar sudah mulai ke luar (1.5 - 2 bulan), potong cabang sebelah bawah. 6. Biarkan hasil rundukan dalam bumbunan selama 1-2 minggu, lalu pindahkan ke dalam pembibitan atau langsung ditanam di lapangan. bagian yang ditimbun dipotong jika sudah tumbuh Gambar 8. Cara perbanyakan dengan merundukkan tanaman keras. D. Susuan (sambung lengkung) Dalam penyusuan, berbeda dengan cara perbanyakan lainnya, antara batang bawah dan batang atas sama-sama masih hidup di media tumbuhnya masingmasing. Pada dasarnya ada dua macam cara penyusuan yaitu batang bawah diletakkan di atas tanah atau para-para (metode lama) dan batang bawah digantungkan pada cabang entris (cabang atas). Pernyusuan cara ke dua ini lazim disebut dengan "SUSUAN GANTUNG". Keunggulan dari susuan gantung adalah memperkecil kerusakan susuan karena gerakan cabang entris oleh angin dapat diikuti oleh batang bawah. Agar bebean tanah pada bedia batang bawah tidak terlalu berat, maka dalam penyusuan gantung, tanah diganti dengan Moss atau Spagnum yang lebih ringan dan bersifat menahan air (lembab). Cara penyusuan: 1. Siapkan batang bawah yang berumur satu tahun, tingginya 45 cm dan besar batangnya telah mencapai 0.5-1.0 cm. Masukkan batang bawah tersebut ke dalam keranjang atau polibag. 2. Pilih batang atas yang diameternya sama atau sedikit lebih kecil dari diameter batang bawah berasal dari pohon induk sepanjang 20-30 cm dari pucuk, kemudian disayat seperti batang bawah. 3. Pada waktu menempelkan sayatan batang bawah dan batang atas usahakan kedua kambium (lapisan lendir) bertemu (Gambar 29) 4. Ikat tempelan dengna tali rafia dimulai dari bawah ke atas (seperti susunan genteng) agar air tidak mudah masuk. 5. Apabila kedua cabang telah bersatu ( 2 bulan), pisahkan susuan (dari pohon induk dari batang atas pohon yang disusukan) secara bertahap, dengna membuat irisan dangkal yang semakin dalam semakin dalam. 6. Olesi luka dengan ter tanaman atau cat untuk menghindari infeksi. Tempatkan hasil cucuan pada tempat yang teduh. Apabila pada masa ini muncul bunga, hilangkan agar tidak memperlunak hasil susuan. Sambung pucuk 1. Siapkan batang bawah yang berasal dari semaian biji berumur 2-6 bulan 2. Siapkan calon batang atas yang berupa pucuk batang yang ruas-ruasnya pendek (tidak etiolasi) dari pohon yang kualitasnya baik, cabang kira-kira sebesar batang bawah 3. Buanglah daun-daun pada calon batang atas, sisakan 1-2 helai daun paling pucuk, lalu potong sebagian daun hingga tinggal 1/4 bagian. 4. Potong batang bawha pada ketinggian 10-20 cm dari leher akar atau bagian batang yang berwarna kehijauan, kemudian dibelah dengna silet sedalam 1-2 cm. 5. Potong batang atas sepanjang 2-3 ruas (10 cm) kemudian iris menyerong pada kedua sisi bagian pangkal sepanjang 1-2 cm. 6. Sisipkan potongan batang atas ke dalam celah pada batang bawah, usahakan agar peletakan kedua batang tersebut tepat benar, dimana kedua sisi atau salah satu sisi kambium batang adas dan batang bawah saling bertemu. 7. Ikat sambungna dengna tali rafia dari bawah ke atas. 8. Tutup batang atas dan bawah dengan kantong plastik bening lalu ikat di bawah sambungan. 9. Calon bibit kemudian diletakkan di tempat yang teduh 10. Apabila telah muncul tunas baru (3-5 minggu), plastik dibuka 11. Lepaskan ikatan tali, apabila batang bawah pada sambungan telah membengkak. BENAR SALAH Gambar 9. Potongan melintang perbanyakan metode susuan. Gambar 10. Calon batang bawah dan batang atas 2.5 CM 10-20 cm 10 cm Gambar 11. Cara mengiris batang abwah dan batang atas SALAH disungkup dg kantong plastik BENAR Gambar 12. Pelaksanaan penyambungan Okulasi (Penempelan) 1. Siapkan batang bawah berupa tanaman hasil semaian dari biji yang berumur 1 tahun atau batang bawahnya sudah sebesar pinsil. 2. Usahakan agar di bawah ketinggian 30 cm tidak tumbuh cabang atau tunas; pangkas tunas apabila tumbuh pada ketinggian tersebut 3. Siapkan mata tunas untuk ditempelkan, berasal dari cabang sehat, berumur 1 tahun, berwarna hijau kecoklatan dan berasal dari pohon induk berkualitas baik. 4. Potong cabang tersebut pada waktu pagi hari, sepanjang 20 cm ( 1 jengkal) dan mengnadung 3-4 mata, buang semua daun yang terdapat pada cabang 5. Buat irisan eberbentuk huruf H pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah, dengan irisan melintang selebar 1.5 cm pada batang bawah. Dari ujung-ujung irisan tersebut buat irisan tegak lurus ke atas dan ke bawah masing-masing sepanjang 2 cm. Kemudian dari irisan emelintang etersebut, byka kulit kayu ke atas dan ke bawah sehingga terbentuk dua buah lidah. 6. Ambil mata pada cabang yang telah disiapkan dengna jalan membuat sayatan sepanjang 3 cm dan lebar 1 cm, usahakan letak mata tunas berada di tengahtengah irisan. 7. Pegang tepi sayatan dengna hati-hati, usahakan mata tunas tidak berlubang atau rusak di bagian dalam yang berkambium (lapisan berlendir0 tidak terpegang. 8. Bukalah kedua lidah pada batang pokok, lalu tempelkan irisan mata yang telah diperoleh. Tutup luka pada batang dengna lilin, kemudian ikat tempelan tersebut dengna tali rafia mulai dari bawah ke atas. 9. Bukalah ikatan setelah 2-3 minggu dan periksalah mata tunasnya. Keberhasilan tempelan ditandai dengna mata tunas berwarna hijau segar. 10. Apabila penempelan berhasil, potonglah batang pokok 10 cm dengna menyisakan 2-3 helai daun, usahakan agar tunas hasil tempelan tumbuh lurus dengan cara mengikatnya pada batang pokok. 11. Jika tunas telah tumbuh setinggi 30 cm, potong batang pokok pada ekretinggian 1 cm di atas tempelan. Tabel 12. Keberhasilan model perbanyakan pada beberapa jenis tanaman (%) Jenis tanaman Cangkok Durian Rambutan Mangga Alpokad Belimbing Jambu biji Sawo Sukun Manggis Duku Lengkeng 0-2 30-70 30-70 0-2 80-100 20- 60 60-100 0-2 0 -20 30-70 Model perbanyakan tanaman: Okulasi Sambung pucuk 20-60 20-60 30-70 40-70 60-90 40-60 50-80 40-60 60-90 40-70 40-80 70-80 0 40-60 0-10 40-60 - Susuan 60-100 60-100 60-100 70-100 60-100 70-100 70-100 40- 80 40- 80 - Gambar 14. Penyiapan batang bawah 20 cm Gambar 15. Cara memotong cabang/mata tunas untuk okulasi 20 cm Gambar 16. Cara megiris tempat okulasi pada batang bawah 30 cm Gambar 17. Cara menyayat mata tunas. 30 cm Gambar 18. Cara menempelkan mata tunas. 10 cm Gambar 19. Cara pemeliharaan tunas. (Koleksi : soemarno agustus 2009)