TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN SEMUSIM DAN PENDAPATAN PETANI 1. Kebiasaan petani di Kabupaten Lembata khususnya Kecamatan Wulandoni yang masih melakukan sistem pengolahan lahan dengan cara tebas bakar, dirasakan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan hilangnya unsur hara yang terdapat dalam tanah sehingga mengakibatkan banyak tanaman semusim layu dan mati. 2. Melihat dari kenyataan yang ada dengan kebiasaan masyarakat dan rendahnya curah hujan, perlu dilakukan tindakan konservasi tanah dan air untuk dapat mengembalikan kesuburan dan kandungan unsur hara. Oleh karena itu, dalam pengelolaan sumber daya alam ( tanah dan air ) penting dilakukan tindakan konservasi.. Usaha konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu : 1. Metode vegetatif Menggunakan tanaman sebagai sarana. Pada dasarnya Teknik dan konsep konservasi tanah dan air diterapkan untuk mengendalikan erosi dan mencegah degradasi lahan. Berikut ini diuraikan berbagai macam teknik konservasi tanah dan air : Sistem Pertanaman Lorong Adalah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong. Strip Rumput Sistem ini dapat diintegrasikan dengan ternak. Tanaman Penutup Tanah Merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok. Bermanfaat untuk menutupi tanah dari terpaan langsung curah hujan, mengurangi erosi, menyediakan bahan organik tanah, dan menjaga kesuburan tanah. 2. Metode mekanik, menggunakan tanah, batu dan lain-lain sebagai sarana. - Teras Gulud Merupakan sistem pengendalian erosi secara mekanis yang berupa barisan gulud yang dilengkapi rumput penguat gulud dan saluran air di bagian lereng atas. Bermanfaat untuk mengurangi laju limpasan permukaan dan meningkatkan resapan air ke dalam tanah. Dapat diterapkan pada tanah dengan infiltrasi / permeabilitas tinggi dan tanah – tanah agak dangkal dengan lereng 10 – 30%. - Teras Bangku Adalah teras yang dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan tanah dibidang olah sehingga terjadi deretan menyerupai tangga. Bermanfaat sebagai pengendali aliran permukaan dan erosi. Diterapkan pada lahan dengan lereng 10 – 40%, tanah dengan solum dalam (> 60 cm), tanah yang relatif tidak mudah longsor, dan tanah yang tidak mengandung unsur beracun bagi tanaman seperti aluminium dan besi. Pemilihan Teras Guludan sangat cocok untuk diterapkan pada wilayah ini karena teras guludan dapat ditanami dengan tanaman penguat teras diatas guludan teras tersebut. Sehingga ada peluang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Pembuatan teras guludan yang diterapkan memiliki jarak antar teras yaitu 6 meter, sela antar teras tersebut dapat ditanami tanaman semusim seperti jagung dan padi ladang. Lebar saluran air yang dibuat yaitu 50 centimeter dan kedalaman 60 centimeter, dengan tujuan agar pada saat musim penghujan dapat menyerap air hujan sebanyak mungkin, sehingga unsur hara yang terbawa oleh aliran air hujan dapat terserap sebanyak mungkin. Pembuatan teras dilakukan dengan menggunakan bingkai A, sebuah alat yang berbentuk menyerupai huruf A, terbuat dari kayu ataupun bambu. Alat ini bisa dibuat sendiri dengan mudah. Caranya, pilih tongkat kayu atau bambu yang kuat tetapi jangan terlalu besar. Potonglah tongkat tersebut dengan panjang 150 centimeter sebanyak 2 buah, yang nantinya akan berfungsi sebagai kaki penopang. Kemudian buat lagi potongan tongkat lain dengan panjang 50 centimeter, yang akan dipakai untuk bagian palang. Satukan salah satu ujung dari kedua tongkat yang berfungsi sebagai kaki penopang, bisa dengan cara diikat ataupun dipaku. Kemudian ujung lainnya letakkan ditanah yang datar, beri jarak sejauh 1 meter antar ujung tersebut sehingga membentuk segitiga. Pasang dan ikatkan, tongkat yang ketiga pada segitiga tersebut sehingga membentuk huruf A. Paku 1 atau ikat dengan kuat. Bingkai A ini akan digunakan untuk membuat garis lintasan. Titik lintasan atau kontur teras yang telah ditentukan digali, penggalian tanah mengikuti titik kontur menggunakan cangkul dan sekop. Tanah hasil galian teras ditimbun disisi bawah teras, agar tanah tersebut dapat menghalangi aliran air hujan sehingga air dapat masuk kedalam teras. Tinggi guludan dari permukaan tanah dibuat setinggi 30 centimeter, dengan lebar guludan sekitar 30 – 40 centimeter. Sebaiknya pembuatan teras dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober sebelum musim tanam. Tanaman penguat teras yang dipilih yaitu nenas. Penanaman nenas mengikuti alur guludan teras, dengan jarak tanam 1 meter antar tanaman nenas lainnya. Tahun kedua sejak pembuatan teras, adanya peningkatan produktivitas tanaman jagung dan padi ladang, jika dibandingkan sebelum pembuatan teras dilakukan. Tanaman nenas pada tahun kedua ini belum menghasilkan. Pada tahun ketiga setelah pembuatan teras guludan, tanaman nenas mulai berbunga walaupun tidak semua nenas. Namun hasil dari pembuatan teras dapat menunjukan perubahan pada produktivitas jagung dan padi ladang. Jika sebelum pembuatan teras produktivitas jagung sekitar 2 ton/ha dan produktivitas padi ladang sekitar 1,5 ton/ha. Peningkatan produktivitas setelah pembuatan teras pada jagung mencapai 2,8 ton/ha dan padi ladang 2 ton/ha, dengan jarak untuk jagung yaitu 20 x 40 centimeter dan 20 x 20 untuk padi ladang. Peningkatan pendapatan yang diharapkan dari tanaman nenas, belum dapat dirasakan 2 karena pada saat ini nenas masih berbuah. Namun pada tahun keempat nanti, peningkatan pendapatan masyarakat dari nenas bisa dirasakan. Pengaruh dari pembuatan teras yang telah dirasakan selama 2 tahun ini, yaitu produktivitas tanaman semusim yaitu jagung dan padi ladang meningkat dan kandungan unsur hara didalam tanah meningkat. Sehingga tingkat kesuburan tanah dirasakan membaik, dengan penerapan teras guludan pada lahan pertanian. Ketersediaan tanaman penguat teras ( nenas ) dalam jumlah yang diperlukan, nenas yang digunakan sebagai tanaman penguat teras ditanami dengan jarak 1 meter, serta keterbatasan tenaga untuk pembuatan teras. Ketersediaan anakan nenas Bogor yang diperoleh disekitar lokasi kurang mencukupi kebutuhan, sehingga penanaman nenas dilakukan bertahap sesuai ketersediaan anakan yang ada. Keterbatasan tenaga menjadi kendala pada saat kegiatan pembuatan teras, berbagai kegiatan individu Kelangkaan anakan nenas Bogor disekitar lokasi dapat diatasi dengan memperoleh anakan nenas diluar wilayah Kecamatan Wulandoni yaitu di Kecamatan Nubatukan. Sehingga ketersediaan anakan nenas dapat mencukupi kebutuhan yang diperlukan. Ketersediaan tenaga dalam pembuatan terasering, disiasati dengan cara membagi tanggungjawab per individu dalam penyelesaian pembuatan teras. Hal ini dilakukan agar masing – masing individu dapat menyelesaikan tanggungjawabnya, kendati terkendala kesibukan masing – masing individu. 1) Persiapan Upaya mengembalikan kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara didalam tanah dengan melakukan konservasi tanah dan air, yang dilakukan di wilayah binaan memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas jagung dan padi ladang. Jika sebelum pembuatan teras dilakukan, produktivitas jagung sekitar 2 ton/ha namun setelah dilakukan pembuatan teras produktivitas jagung meningkat pada tahun kedua yaitu 2,8 ton/ha. Begitupun produktivitas padi ladang, sebelumnya produktivitas padi ladang sekitar 1,5 ton/ha namun setelah dilakukan pembuatan teras produktivitas mencapai 1,8 ton/ha. 2) Diharapkan bagi masyarakat disekitar lokasi dapat melakukan konservasi tanah dan air dalam rangka memperbaiki kesuburan tanah, serta usaha peningkatan pendapatan melalui hasil panen tanaman penguat teras. 3