SEBAB-SEBAB MUNCULNYA DISKRIMINASI TERHADAP ISLAMDI JERMAN Anggeriani Sulistia Ningsih Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected] Pendahuluan Negara Jerman merupakan gabungan antara bekas Jerman Barat (Republik Federal Jerman) dan bekas Jerman Timur (Republik Demokrasi Jerman) yang bersatu pada tanggal 3 Oktober 1990. Jerman adalah negara federal yang terdiri dari 16 Negara Bagian, dengan otonomi penuh kecuali kebijakan Politik Luar Negeri, Pertahanan dan Keuangan yang masih berada ditangan Pemerintah Pusat/Federal.Saat ini Jerman mempunyai UU tentang kebebasan beragama, yaitu Grundgesetz (UUD Jerman), pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan “Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiosen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu) pernyataan diatas merupakan dukungan daripemerintahan jerman untuk bebas bergama yang harusnya diterapkan dan ditaati.Secara umum, mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen, baik Potestan maupun Katholik. Selain itu terdapat pula minoritas yang menganut agama Islam, Budha dan Yahudi. Kondisi keagamaan di negara ini begitu bebas,dan setiap penduduk bebas menentukan dan memilih kepercayaannya. Selain itu kebiasaan penduduknya sebagian besar menganggap bahwa beragama hanyalah sebagai sebuah formalitas. Sehingga dengan mudah penduduk di jerman merubah kepercayaan yang dianutnya. Berpindah agama dianggap wajar apabila berpindah keagama Protestan ataupun Katolik, akan tetapi akan menjadi permasalahan apabila beralih kepercayaan ke agama Islam atau Yahudi. Karena agama Islam dan Yahudi merupakan agama yang dianut oleh minoritas penduduk di Jerman. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan di Jerman yang membedakan aspek keagamaan di negaranya.membedakan aspek keagamaan di negaranya.(prihartini, 2015) Warga Jerman memperlakukan agama protestan lebih istimewa dari pada agama lain, terutama agama islam. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari adanya sebuah Gereja Katolik yang berada di tengah kota Frankfurt kini menjadi Gedung terhormat, untuk memberikan Hadiah Nobel Perdamaian bagi para ahli yang berprestasi. Sejak tahun 1950 sampai 2012, dari sekian banyak yang mendapat hadiah nobel mulai Max Tau sampai Liao Yiwu, 80% di antaranya adalah dari kalangan Kristen Protestan dan 20% tersisa dari Yahudi. Sementara itu yang beragama Katolik dan lainnya tidak didapati informasi pernah mendapat penghargaan terhormat itu. Salah satu fenomena inilah yang bukti bahwa kebangkitan kapitalisme Eropa dipengaruhi oleh etika Protestan yang pada gilirannya memberikan mereka posisi-posisi strategis.(Irwansyah) Sedangkan sikap diskriminatif masyarakat Jerman terhadap warga minoritas Muslim makin meningkat. Dengan demikian hak-hak yang di peroleh warga Muslim di Jerman dengan penganut agama lainnya berbeda. Misalnya, imigran Turki yang mayoritas beragama Muslim karena memang populasi Muslim terbesar di Jerman adalah populasi etnis Turki.(Hendra, 2009) Timbulnya diskriminasi yang terjadi di Jerman meliputi bidang ekonomi, diskriminasi yang dialami oleh etnis minoritas Turki terkait dengan kesempatan kerja dan edukasi sebagai salah satu penunjang dalam mendapatkan pekerjaan. Beberapa orang etnis Turki yang berhasil mendapatkan kewarganegaraan Jerman memang telah mampu bergerak menuju jenjang politik dan ekonomi yang lebih baik, namun secara kelompok, etnis minoritas Turki masih tidak diuntungkan secara ekonomi dan masih terus dipekerjakan di sektor pekerjaan bergaji rendah. Diskriminasi sosial dan budaya pada etnis minoritas Turki secara umum terjadi dalam bentuk pembatasan budaya seperti diskriminasi sosial secara informal serta keluhan mengenai praktek keagamaan Islam.(Reiman, 2009) Pada tahun 1997, The Runnymede Trust mendefinisikan anti-Islam sebagai "ketakutan atau kebencian kepada Islam dan karena itu, dengan takut dan tidak suka semua umat Islam," yang menyatakan bahwa hal itu juga mengacu pada praktek diskriminasi terhadap Muslim dengan mengecualikan mereka dari ekonomi, sosial, dan kehidupan masyarakat bangsa.(DW, 2008) Struktur pemerintahan negara Jerman Negara Jerman adalah sebuah negera federasi di Eropa barat. Awalnya pemerintahan negara ini berbentuk kekaisaran. Seusai perang Perancis-Prusia (1870-1871) sistem pemerintahan negara ini berubah menjadi sistem parlementer dengan kanselir pemegang pemerintahan. Kanselir pertama adalah Otto Von Bismarck. Pemerintahan yang sehari-harinya dipegang oleh Kanselir memegang peranan seperti perdana menteri. Posisi kanselir diraih secara otomatis oleh kandidat utama partai pemenang pemilihan umum federal. Pada tahun 1989, Grundgesetz telah dinyatakan sebagai undang-undang dasar yang terbaik dan paling liberal yang pernah terdapat di bumi Jerman. Penerimaan rakyat terhadapnya melebihi sikap terhadap konstitusi Jerman yang manapun sebelumnya. Dengan Grundgesetz telah diciptakan sebuah negara, yang sejauh ini belum pernah dilanda krisis konstitusional yang serius. Grundgesetz terbukti merupakan landasan yang kokoh bagi kehidupan suatu masyarakat negara demokratis yang stabil. Kehendak penyatuan kembali yang terkandung di dalamnya terlaksana pada tahun 1990. Berdasarkan Perjanjian Unifikasi yang mengatur bergabungnya Republik Demokratik Jerman dengan Republik Federal Jerman, mukadimah dan pasal penutup Grundgesetz mengalami penyusunan baru, dan kini menyatakan bahwa dengan bergabungnya Republik Demokratik Jerman maka rakyat Jerman sudah kembali memperoleh kesataunnya. Sejak tanggal 3 oktober 1990 Grundgesetz berlaku untuk seluruh Jerman.(Utami) Sistem pemerintahan Jerman secara umum, seperti sistem federasi di Jerman yang mempunyai tradisi konstitusional yang panjang, yang hanya pernah diselingi oleh sistem negara kesatuan di bawah rezim Nazi (1933-1945). Jerman termasuk contoh negara federal yang klasik. Federalisme telah terbukti tangguh, baik keistimewaan maupun masalah-masalah regional dapat diperhatikan dan teratasi dengan lebih baik melalui sistem ini dibandingkan melalui sistem pemerintahan terpusat. Tatanan federal di Jerman menjembatani persatuan ke luar dengan keanekaragaman di dalam. Pelestarian keanekaragaman itu adalah fungsi tradisional federalisme. Kini fungsi tersebut menjadi semakin penting berkenaan dengan tuntutan regional seperti perlindungan bangunan bersejarah, pelestarian tradisi tata kota serta pengembangan kebudayaan daerah. Kebebasan Beragamadi Jerman Jerman menerapkan toleransi beragama pasca perang salib, disaat itulah negara-negara di Eropa lebih mengenal islam. Saat ini pemerintah Jerman menerapkan UU tentang kebebasan beragama yang harus ditaati. Padakenyataannya, di Jerman Islam belum mendapatkan perlakuan yang adil sesuai UU, hak-hak yang diperoleh warga Muslim di Jerman dengan penganut agama lainnya berbeda. Secara umum mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik.(nugraha, 2015) Kehidupan agama di Jerman ditandai oleh pluralisme dan sekularisasi yang semakin berkembang. Sebanyak 58,8 persen penduduk Jerman beragama Kristen dan menjadi anggota Gereja Katolik atau Gereja Protestan. Struktur organisasi gereja berupa 27 keuskupan Katolik dan Konferensi Uskup Jerman serta gereja-gereja wilayah (Landeskirche) Protestan dan Gereja Protestan di Jerman (Evangelische Kirche in Deutschland - EKD) sebagai badan persekutuan. Gereja Katolik dengan hampir 24 juta anggota dalam 12.000 paroki merupakan bagian dari Gereja Katolik Roma sedunia yang dikepalai oleh Paus. Gereja Protestan di Jerman (EKD) beranggotakan 20 gereja wilayah Protestan yang berdiri sendiri dan yang bermazhab lutheran, reformasi atau unitarian. Gereja wilayah tersebut dengan sekitar 23 juta anggota mencakup bagian terbesar umat Kristen Protestan. Bagian penduduk yang tidak bergabung dengan umat beragama ber-jumlah 34 persen. (Nugraha) Karena adanya semakin banyak anggota umat yang berusia lanjut, sedangkan angka orang yang keluar dari gereja tetap tinggi, jumlah anggota gereja-gereja Kristen menurun. Tahun 2014 tercatat 218.000 orang yang keluar dari Gereja Katolik saja. Khususnya di Jerman bagian timur ada jarak antara masyarakat umum dan gereja. Sebagai akibat migrasi, agama Islam semakin berarti penting untuk kehidupan agama. Penduduk Muslim di Jerman berasal dari 50 negara jumlahnya diperkirakan mencakup 4 juta orang, tetapi tidak ada registrasi sentral. Di banyak kota telah terbentuk jemaah Islam yang cukup besar. Deutsche Islamkonferenz (Konferensi Islam Jerman) yang didirikan tahun 2006 merupakan forum resmi untuk dialog antara pihak negara dan kaum Muslim. Diskriminasi Terhadap Islam Perkembangan Islam yang meningkat di berbagai aspek di Jerman seperti kehidupan sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan juga sampai pada keikutsertaannya warga muslim dalam perpolitikan di Jerman pada akhirnya memicu berbagai respon dari kalangan masyarakat, ada yang pro terhadap perkembangan positif tersebut namun ada juga yang kontra dengan perkembangan Islam yang signifikan di Jerman ini, masalah-masalah pun mulai timbul akibat dari perkembangan Islam di Jerman tersebut yang tentu saja datang dari gerakan anti Islam Jerman yang menganggap Islam sebagai suatu ancaman kawasan dikarenakan Islam yang semakin eksis dalam menyebarluaskan ajarannya. Juga munculnya aksi diskriminasi dan juga rasisme dikalangan anti Islam.(Peucker, 2010) Undang-undang anti diskriminasi di Eropa telah diterapkan, akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi tingkat diskriminasi Islam di Eropa termasuk di Jerman. Hal tersebut dikatakan oleh Marco Perolini Ahli Amnesti Internasional "Undang-undang Uni Eropa yang melarang diskriminasi atas dasar agama atau kepercayaan di bidang ketenagakerjaan tampaknya menjadi tidak berlaku secara efektif di seluruh Eropa, seperti yang kita amati tingkat pengangguran yang lebih tinggi terjadi di kalangan umat Islam.” Tuturnya. Bahkan seorang anggota blok konservatif Jerman Kanselir Angela Merkel, Volker Kauder, mengatakan Islam bukanlah bagian dari tradisi dan identitas Negara itu dan karena itu bukan termasuk dalam Jerman.(VoaIslam, 2012) Pada akhirnya, diskriminasi terhadap Islam di Jerman masih tetap berlangsung hingga saat ini. Desakan Dari Kelompok Anti-Islam Ada banyak gerakan yang muncul di Jerman. Gerakan seperti Stürzenberger di Jerman dalam beberapa tahun terakhir. Gerakan Stürzenberger muncul sebagai tanggapan mengenai pembangunan masjid. Selama dua tahun terakhir, telah terjadi pembakaran terhadap rumah– rumah orang muslim di Berlin, Hanau dan Hannover. Menurut sebuah studi oleh Friedrich Ebert Foundation, 56 persen warga Jerman menganggap Islam menjadi "agama kuno dan tidak mampu mengarungi kehidupan modern" dan banyak yang percaya kebebasan beragama bagi umat Islam harus "dibatasi secara substansial." Pegida (Patriotische Europäer gegen die Islamisierung des Westens) atau Patriotic Europeans Against the Islamisation of the West, adalah organisasi politik anti-Islam yang didirikan di Dresden pada Oktober 2014. Organisasi ini menolak apa yang disebut dengan Islamisasi di dunia barat. Meski demikian, tujuan dari organisasi ini sebenarnya menolak imigran dengan menjadikan gerakan anti-Islam sebagai kendaraan. Organisasi ini rajin melakukan unjuk rasa setiap minggu di Dresden dan saat ini telah menyebar ke beberapa state di Jerman dalam bentuk demonstrasi kecil-kecilan. Popularitas Pegida terus meningkat kini jumlah pendukungnya mencapai 15 ribu orang. Ribuan orang berdemo di jalanan kota Dresden, Jerman. Mereka datang dari seluruh penjuru negeri. Paul adalah salah satunya. Pensiunan dokter dari ibukota Jerman, Berlin tersebut mengatakan aksi sangat penting untuk menunjukan bahwa Pegida berisi orangorang biasa, bukan dari ideologi garis kanan. Pegida secara umum menolak masuknya imigran dari negara-negara konflik, seperti Suriah, Irak dan sekitarnya. Mereka menganggap imigran berpotensi merusak stabilitas dengan menyebar ajaran Islam radikal. Pegida memulai aktivitasnya dari Dresden yang menyebar ke berbagai kota besar Jerman lainnya. Kemudian, para pendukung gerakan anti-Islam ini mengorganisir berbagai aksi unjuk rasa dan propaganda anti-Islam di berbagai negara Eropa seperti Austria, Swedia, Denmark dan Inggris. Meskipun gerakan yang menentang Pegida di Eropa juga tidak kecil, tapi gerakan Islamophobia di Eropa kian hari semakin gencar. Lebih dari sekedar unjuk rasa dan propaganda anti-Islam, serangan terhadap imigran Muslim juga semakin masif. Berdasarkan data statistik Jerman, serangan terhadap imigran di negara ini melebihi wilayah lainnya di Eropa. (Ranah, 2009) Pada tahun 2013, terjadi sebanyak 159 kasus penyerangan. Jumlah tersebut, naik di tahun 2014 menjadi 179 kasus.Pegida memanfaatkan sentimen anti-imigran yang marak di Jerman untuk menarik dukungan besar terhadap gerakan anti-Islam di Eropa. Dengan mempertimbangkan tingginya imigran Muslim yang datang dari negara-negara Islam ke Eropa, faktanya gerakan anti imigran tidak lain dari gerakan anti-Islam dan pembatasan lebih ketat terhadap Muslim di Eropa.Di Jerman muncul keyakinan bahwa kelompok Pegida memainkan peran penting sebagai gerakan anti imigran. Dilaporkan, para pendiri Pegida adalah orang-orang yang memiliki rekam jejak kriminal. Diberitakan, anggota dewan pendiri Pegida memiliki masalah kriminal, bahkan sebagian pernah menjalani hukuman penjara. (Antara, 2013) Menurut majalah mingguan Jerman, kebanyakan anggota kelompok Pegida adalah hooligan sayap kanan ekstrem pendukung klub sepakbola kota Dresden. Fakta lain yang tidak bisa dipungkiri, sebagian pendukung Pegida adalah pengikut Neo-Nazisme. Dalam sebuah polling yang digelar belum lama ini mengenai kelompok tersebut menunjukkan bahwa sepertiga rakyat Jerman tidak menentang keberadaan kelompok Pegida. Bahkan, sebanyak 65 persen responden menilai Kanselir Jerman tidak menaruh perhatian besar terhadap masalah imigran yang datang ke Jerman.Gerakan anti-imigran dan anti-Islam di Eropa memiliki kesamaan konsepsi. Partai sayap kanan moderat yang tidak bisa menyuarakan sikap anti-Islamnya, bersembunyi di balik topeng gerakan anti-imigran, dan menciptakan berbagai pembatasan terhadap para imigran dengan target melancarkan anti-Islam. Pemimpin organisasi kelompok kanan tersebut, Lutz Bachmann, telah membangun opini sejak Oktober ketika ia mulai melancarkan protes terhadap pembangunan pusat pengungsi di Dresden.(Pegida, 2015) Partai alternatif anti-Islam di Jerman “Alternative für Deutschland” (AFD) Partai ini sangat dekat dengan kelompok garis keras Jerman yang membenci pendatang terutama pendatang muslim. Mereka melarang pendirian mesjid dan menganggapnya sebagai penguburan identitas Jerman. Gerakan mereka mendapatkan simpati dari kalangan muda dari bekas Jerman Timur yang rata-rata aktif di dunia maya. Dikhawatirkan bahwa kemenangan partai ini menjadi legitimasi bagi gerakan kelompok garis keras Jerman. Dalam salah satu kasus, pernah ada penghinaan yang dilakukan seorang pemuda garis keras kepada muslimah bercadar, dengan mengatakan “Scheisse (kotoran), Du gehoerst nicht hier (kamu harus keluar dari sini)”. Pengadilan Jerman membebaskan pemuda itu karena korban ketika memberi keterangan kepada hakim tetap memakai cadar, yang mana dianggap tidak valid ucapannya. Cadar dianggap menutupi mimik sehingga hakim tidak bisa menilai kejujuran korban. Bagi muslim yang tinggal di bekas Jerman Timur, ini adalah dimensi baru keagresifan anti-Islam karena sudah merambah ke legitimasi politik.(Ngadirin, 2016) Kesimpulan Islam adalah agama yang dewasa ini paling sering disorot media internasional. Agama ini seperti tidak akan pernah habis diperbincangkan. Mainstream dunia terhadapnya pun seringkali berubah. Terkadang agama ini dianggap agama yang penuh dengan perdamaian dan rasa kasih, namun tak jarang pula agama ini distigmakan sebagai agama yang bengis dan gila perang. Hal ini tak lain adalah akibat fenomena-fenomena yang mengiringinya di atas rel panjang sejarah umat manusia ini. Dalam beberapa tahun terakhir ini pun Islam tak pernah absen dari media internasional. Salah satunya adalah munculnya istilah “anti-Islam” yang menjadi gambaran akan ketakutan seseorang terhadap agama Islam dan para penganutnya. Menanggapi munculnya istilah ini pun telah menimbulkan pro dan kontra. Di satu pihak anti-Islam dianggap sebagai istilah yang wajar dan harus muncul sebagai bentuk respon terhadap banyak kejadian tak manusiawi yang dilakukan oleh umat muslim (orang yang beragama Islam). Di lain pihak, dianggap istilah yang irrasional, yang merujuk pada ketakutan yang irasional pula. Karena istilah ini pada kenyataannya sering kali malah mendiskripsikan umat Islam secara keseluruhan sebagai tanggung jawab atas kesalahan segelintir orang yang mengatas namakan agama tersebut. Istilah anti-Islam sendiri merupakan refleksi atas rasa khawatir warga dunia (tidak hanya non-muslim) atas kegiatan teror beberapa orang yang mengaku dirinyaIslam. Sedangkan menjadikannya sebagai dasar gerakan sosial yang mendiskripsikan kelompok atau golongan tertentu sama sekali tidak bisa dibenarkan. Di Jerman anti-Islam sebenarnya sudah lama ada sebagai gambaran atas ketakutan warga negaranya atas peristiwa 11 September 2011 di Amerika. Jerman mulai bersikap tidak adil terhadap Muslim di negaranya, munculnya tindakan-tindakan diskriminasi terhadap Muslim di Jerman di dukung oleh masyarakat Jerman yang tidak menyukai Islam. Masyarakat Jerman juga mengadakan demonstrasi anti-Islam. Mereka menganggap bahwa Islam bukanlah bagian dari mereka. Terlebih lagi dengan di bentuknya kelompok gerakan Pegida (Patriotische Europaer Gegen die Islamisierung des Abendlandes).Gerakan ini secara mencolok menstigmakan Islam sebagai agama yang immoral dan sadis. Hal ini tentunya berlawanan dengan cita-cita negaranya sendiri. Sehingga dari kalangan pejabat negara Jerman muncul kecaman atas pesan-pesan yang disuarakan Pegida. Gerakan ini tergolong rasis dan mencederai keberagaman agama di negara Jerman. Referensi (t.thn.). Dipetik Februari 29, 2016, dari KataIlmu: http://www.katailmu.com (t.thn.). Dipetik Februari 30, 2016, dari Ideologi Jerman: http://www.mosselgermany.com (2003, September 30). Dipetik Februari 24, 2016, dari Ditpsmk: http://www.ditpsmk.net (2014, November 20). http://www.portalsejarah.com Dipetik Februari 29, 2016, dari Portal sejarah: (2015, Oktober 20). Dipetik Maret 16, 2016, dari Pegida: http://www.tempo.com amalia, R. (2014, April 8). Politik pemerintahan Jerman. Dipetik februari 4, 2016, dari http://www.rizatulamalia.html Antara. (2013). Dipetik http://www.antaranews.com Maret Arwindaaprilia. (2014, Desember http://www.arwindaaprilia.com 15, 2016, 30). dari Dipetik Gerakan Februari anti 24, islam 2016, pegida: dari Berlin, K. (2011). Jerman selayang pandang. Dipetik Desember 11, 2015, dari http://dwpbaru.kbri-berlin DW. (t.thn.). Dipetik Februari 29, 2016, dari http://www.DW.com DW. (2015, Januari 6). Dipetik Maret 16, 2016, dari Gerakan anti islam di jerman makin marak: http://www.DW.com DW. (2015, Januari). Dipetik Maret 11, 20016, dari Siapa dalang di belakang gerakan anti islam jerman: http://www.dw.com DW. (2008). Jerman Dalam Statistik. Dipetik Desember 8, 2015, dari http://www.dw.de/jermandalam-statistik Dwi, N. K. ( 2013). Jerman Sebagai Negara Mayoritas Islam . Fahmy Zarkasyi, H. P. (2008). Hak dan kebebasan beragama Dalam Perspektif Islam, Duham dan Keindonesiaan. Jakarta. Fetzer, J. S. (2010). Discrimination of Muslim in Germany. 6. Hendra. (2009, Juli 10). Islamphobia Terjadi di Jerman . Dipetik Desember 11, 2015, dari muslimah ditikam di pengadilan jerman: http://www.dakwatuna.com/ Hochmuth, H. (t.thn.). . Dipetik Desember 11, 2015, dari Penilaian Jerman Terhadap Warga Turki: http://www.turkishweekly.net Irwansyah. (t.thn.). Islamica. Dipetik Desember 2015, 2015, dari Islamica.uinsby : http://islamica.uinsby.ac.id Islam, J. (2014). Kelompok Anti Islam Di Jerman. Dipetik Desember 11, 2015, dari http://www.jurnalislam.com Jerman selayang pandang. (2011). Dipetik January 4, 2016, dari http://dwpbaru.kbri-berlin KBRI Berlin: Magdalena. (2006, Mei 8). menteri kehakiman jerman akui adanya diskriminasi terhadap islam. Dipetik Mei 16, 2016, dari Berita dunia Islam: http://www.eramuslim.com mario. (2010). Discrimination in Germany. 5. mas'oed, m. (2011). Perbandingan sistem politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. meyer, J. (2016). Dipetik Maret 20, 2016, dari Partai anti imigran raih kursi dalam pemilu jerman: http://www.voaindonesia.com Nata, K. D. (2015). Upaya anti silam di jerman menghadapi gerakan anti Islam. http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id. Ngadirin, N. (2016). Dipetik Maret 20, 2016, dari Partai AFD mendapat simpati warga: hhtp://alamislami.com Nugraha. (t.thn.). Dipetik Februari 29, 2016, dari http://www.kompasiana.com nugraha, P. (2015, Januari http://www.kompasiana.com 10). Dipetik Februari 29, 2016, dari Kompasiana: pamungkas, F. (2011). Dipetik Februari 29, 2016, dari Politik_Pemerintahan_Eropa_Dampak_Islamophobia_di_Jerman: http://www.academia.edu Peucker, M. (2010, Oktober). Dipetik Maret 5, 2016, dari http://www.mariopeucker.com prihartini, i. (2015). Persebaran Agama Islam di Jerman . Dipetik Desember 11, 2015, dari scribd: http://www.scribd.com Ranah. (2009). Dipetik Maret 15, 2016, dari http://indonesian.irib.ir Ranah. (t.thn.). Fenomena Islamophobia di Eropa. Dipetik Januari 4, 2016, dari http://indonesian.irib.ir Reiman, A. (2009, Januari 11). Dipetik Desember 11, 2015, dari Tantangan Bagi Muslim Pendatang Di Tanah Jerman: http://www.suaramedia.com Romauli, U. (2012, 05 29). Studi hubungan isternasional. Dipetik Desember 12, 2015, dari https://utariromauli.wordpress.com sangsoko, A. (2014, Desember 16). Dipetik Maret 17, 2016, dari 15 ribu warga jerman tolak islamisasi di eropa: http://www.republika.co.id Schuster, F. (2010). Healt Care, Racism and discrimination. tahrir, H. (2011, April 7). Dipetik Maret 19, 2016, dari Jerman tolak untuk akui islam: http://www.hizbu-tahrir.or.id Tatsachen. (t.thn.). Dipetik Februari http://www.tatsachenueberdeutcshland.com 24, 2016, dari Facts about germany: Utami, N. (t.thn.). Dipetik Februari 30, 2016, dari http://www.prezi.com VoaIslam. (2012, April 25). Amnesti internasional negara-negara eropa lakukan diskriminasi terhadap muslim. Dipetik Mei 16, 2016, dari http://www.voa-islam.com Welle, D. (2010, April 26). Dipetik Februari 24, 2016, dari Dw.com: http://www.DW.com Woge. (2010). Zwei Jahre Antidiskriminierungberatung.