BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Dinamika Kelompok Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan Slamet Santosa (2009:5). Sedangkan kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersamasama atau secara alamiah berkumpul. Winardi (2007:263) menjelaskan bahwa kelompok adalah Sekumpulan orang-orang yang saling berinteraksi satu sama lain secara teratur selama jangka waktu tertentu, dan mereka beranggapan bahwa mereka saling bergantungan satu sama lain sehubungan dengan upaya mencapai sebuah tujuan umum. Slamet Santosa (1992: 8) menjelaskan bahwa “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”. Mc.David dan Harari (dalam Johnson, 2012 :9) menjelaskan bahwa kelompok adalah suatu sistem yang tersusun dari dua orang atau lebih yang berhubungan sehingga sistem dapat menjalankan fungsinya, mempunyai serangkaian hubungan peran di antara anggotanya dan mempunyai serangkaian norma-norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya. Dari pengertian dinamika dan kelompok di atas penulis berpandangan bahwa dinamika kelompok merupakan sebuah gambaran terkait stimulus yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain maupun individu dengan kelompok yang saling bergantungan dan masing-masing memiliki kemampuan untuk berbuat. 2.2 Dinamika Kelompok Sosial Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan dan perubahan. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil daripada kelompok-kelompok sosial lainnya, atau dengan lain perkataan, strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial mengalami perubahan secara cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut, karena pengaruh dari luar Soerjono Soekanto, (2005:163). Di sisi lain, Dinamika kelompok sosial diartikan sebagai proses interaksi dan interdependensi antar anggota kelompok atau antara kelompok yang satu dengan kelompok lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan. 2.3 Ciri-ciri kelompok sosial Menurut Muzafer Sherif (dalam Slamet Santosa 2009:37) menjelaskan bahwa ciri-ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut: 1. Adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama. 2. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda diantara individu satu dengan yang lain akibat interaksi sosial 3. Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam rangka mencapai tujuan bersama. 4. Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompokdalam merealisasi tujuan kelompok. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kelompok sosial adalah terjalinnya interaksi antara individu dengan individu yang lain dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 2.4 Faktor-faktor Pendorong Dinamika Kelompok sosial Adapun faktor-faktor pendorong dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut: 1. Memiliki tujuan yang realistis, sederhana, dan menguntungkan bagi setiap anggota kelompok. 2. Memiliki kepentingan yang berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota. 3. Interaksi dalam kelompok merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan anggota. a) Faktor pendorong dari luar kelompok Faktor faktor terjadinya dinamika kelompok sosial dari luar kelompok adalah sebagai berikut. 1. Perubahan situasi sosial 2. Perubahan situasi ekonomi 3. Perubahan situasi politik b) Faktor pendorong dari dalam kelompok Adapun faktor faktor pendorong dari dalam kelompok adalah sebagai berikut. a. Pergantian anggota kelompok b. Konflik antar anggota kelompok c. Perbedaan kepentingan Hal berikut dapat terjadi apabila terdapat beberapa peristiwa berikut ini. 1. Terjadi persaingan antara dua kelompok, maka akan menimbulkan stereotip 2. Kontak antara dua kelompok yang berkonflik tidak akan mengurangi sikap permusuhan. 3. Tujuan yang harus di capai dengan kerja sama. 4. Dalam kerja sama dalam mencapai tujuan. 2.4.1 Perubahan Sosial. Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Wilbert Moore (dalam Setiadi 2006: 47) memandang bahwa perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, pola prilaku dan interaksi sosial”. Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan dalam organisasi sosial di sebut perubahan sosial. Disisi lain, William F. Ogburn (dalam Setiadi 2006: 48) mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun immaterial dengan menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur immaterial. Gillin dan Gillin (dalam Setiadi 2006: 48) mengatakan bahwa perubahan – perubahan sosial untuk suatu variasi dari cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, ideologi maupun karena adanya difusi aatau perubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut. Setiadi (2006: 48) perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial termaksud di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat. Menurutnya, antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama yaitu keduannya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat.. Menurut Kurt Lewin perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences to change. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut `sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto, 1990). Berangkat dari pengertian perubahan sosial di atas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya. 2.4.2 Bentuk-bentuk perubahan sosial Soerjono Soekanto (2005 : 47) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk perubahan sosial meliputi: 1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat. a. Perubahan secara lambat disebut evolusi, pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa suatu rencana atau suatu kehendak tertentu. Perubahan terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang timbul dengan pertumbuhan masyarakat. b. Perubahan secara cepat disebut revolusi. Dalam revolusi, perubahan yang terjadi direncanakan lebih dahulu maupun tanpa rencana. 2. Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil, dan pengaruhnya besar. a. Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur sosial yang tidak bisa membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. b. Perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada masyarakat agraris. 3. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tak diinginkan. a. Perubahan yang dikehendaki adalah perubahan bila seseorang mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin. b. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung dari jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. 2.4.3 Interaksi sosial Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat di antaranya: Menurut H. Booner (dalam Setiadi 2006 : 87) social psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa: ”interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu-individu yang lain atau sebaliknya”. Selanjutnya menurut Gillin dan Gillin (dalam Setiadi 2006 : 87) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orangorang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok. Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari : 1. penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan. 2. penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien. manusia membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial. Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni : a. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain. b. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih sayang orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula. c. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial. Slamet Santosa (2009:10) mendefinisikan Manusia sebagai mahluk sosial, dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesamanyadalam hidupnyadisamping tuntutan untuk hidup berkelompok. Hubungan sosial merupakan salasatu hubungan yang harus dilaksanakan, mengandung pengertian bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain. Hal ini disebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu terhadap yang lain, ketika mereka saling berbuat, saling mengakui, dan saling mengenal (mutual action dan mutual recognation). Sehingganya, hakikatnya manusia memiliki tiga sifat yang dapat digolongkan kedalam: a. Manusia sebagai mahluk individual b. Mnusia sebagai mahluk sosial c. Manusia sebagai mahluk berketuhanan 2.5 Pengertian Masyarakat (community) Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Ridwan Effendi (2006:61) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Disisi lain Masyarakat adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti cara hidup dan peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu tinggal. Sebuah kelompok masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah menjadi kebiasaan di lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang sudah lama berlaku di lingkungan mereka. Setiadi (2006: 47) istilah community dapat di terjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Apabila anggota suatu kelompok baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan hidup yang utama, kelompok tadi di sebut masyarakat setempat. Sebagai suatu perumpamaan maka kebutuhan seseorang tidak mungkin secara keseluruhan. Terpenuhi apabila dia hidup bersama rekan lainnya yang sesuku. Oleh karena itu, kriteria utama adanya masyarakat setempat adalah terdapat sosial relationship antar anggota suatu kelompok. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah(dalam arti geografis ) dengan batas-batas tertentu.Faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggotanya di bandingkan dengan interaksi mereka dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Ruswendi Hermana (2006: 67) mengemukakan bahwa di alam raya atau jagad raya ini tidak ada yang kekal abadi. semikian pula, setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran. pergeseran tersebut ada yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat, bahkan sangat cepat. Perubahan yang berjalan lambat dari tahap ke tahap berikutnya secara berkesinambungan dikonsepsikan sebagai evolusi. Sedangkan perubahan yang cepat atau bahkan bias sangat cepat dikonsepsikan sebagai revolusi. Ruswendi Hermana (2006:67) berpendapat bahwa perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisme, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya dapat menjalar dengan cepat kebagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Masyarakat adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti cara hidup dan peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu tinggal. Sebuah kelompok masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah menjadi kebiasaan di lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang sudah lama berlaku di lingkungan mereka. Di sisi lain Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) diartikan sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Suatu kesatuan masyarakat dapat memiliki prasarana yang memungkinkan para warganya untuk berinteraksi. Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut, yang sifatnya khas, mantap, dan berkesinambungan, sehingga menjadi adat istiadat (Koentjaraningrat 2011: 120121). Berangkat dari beberapa ahli yang mendefinisikan tentang masyarakat diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lain sehingganya memiliki tekad untuk mencapai tujuan bersama 2.6 Unsur-Unsur Suatu Masyarakat Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa unsur-unsur masyarakat sebagai berikut ini : 1. Berangotakan minimal dua orang. 2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan. 3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat. 4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat. 2.7 Terbentuknya Masyarakat Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbentuknya masyarakat sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial (sosial dynamic). Konsep-konsep penting tersebut antara lain : a. Internalisasi (internalization) Koentjaraningrat (2003:142) mengungkapkan bahwa, proses internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya. Menurut Ridwan Effendi (2006:145) proses internalisasi adalah proses pengembangan potensi yang dimiliki manusia, yang dipengaruhi baik lingkungan internal dalam diri manusia itu maupun eksternal, yaitu pengaruh dari luar diri manusia. Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:24 ) proses internalisasi tergantung dari bakat yang dipunyai dalam gen manusia untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, dan emosinya. Tetapi semua itu juga tergantung dengan pengaruh dari berbagai macam lingkungan sosial dan budayanya. Contoh: bayi yang lahir terus belajar bagaimana mendapatkan perasaan puas dan tidak puas. Dapat disimpulkan bahwa proses internalisasi merupakan proses pengembangan atau pengolaan potensi yang dimiliki manusia, yang berlangsung sepanjang hayat, yang dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun eksternal. b. Sosialisasi (sosialization). Ridwan Effendi (2006:24) mengemukakan bahwa syarat terjadinya proses sosialisasi adalah: Individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak dimasyarakat. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannyauntuk membaca, menulis dan berbicara. Pengendalian fungsi-fungsi organic harus dipelajari melalui latihan-latihan wawas diri yang tepat. Individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada masyarakat. c. Enkulturasi (enculturation). Koenjtaraningrat (2003:145) mengemukakan bahwa proses enkulturasi merupakan proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Ridwan Effendi (2006:146) mengemukakan bahwa, sejak kecil proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikiran manusia, mula-mula dari lingkungan keluarga, kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat dengan meniru pola prilaku yang berlangsung dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu proses enkulturasi disebut juga dengan pembudayaan. Dari beberapa uraian mengenai definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dinamika masyarakat merupakan suatu kehidupan masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu dalam suatu wilayah yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara masyarakat yang satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. 2.8 Masyarakat sebagai Suatu Sistem Sebagai suatu sistem, individu-individu yang terdapat di dalam masyarakat saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain, misalnya dengan melakukan kerja sama guna memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. Apabila kita mengikuti pengertian masyarakat baik secara natural maupun kultural, maka akan tampak bahwa keberadaan kedua masyarakat itu merupakan satu-kesatuan. Dengan demikian, kita akan tahu bahwa unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat yang masing-masing saling bergantung merupakan satu-kesatuan fungsi. Adanya mekanisme yang saling bergantung, saling fungsional, saling mendukung antara berbagai unsur dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain itulah yang kita sebut sebagai sistem. Masyarakat sebagai suatu sistem selalu mengalami dinamika yang mengikuti hukum sebab akibat (kausal). Apabila ada perubahan pada salah satu unsur atau aspek, maka unsur yang lain akan menerima konsekuensi atau akibatnya, baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karena itu, melihat masyarakat atau perubahan pada masyarakat selalu dalam kerangka sistemik, artinya perubahan yang terjadi di salasatu aspek akan memengaruhi faktor-faktor lain secara menyeluruh dan berjenjang. 2.9 Pengertian pemekaran daerah Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat dimekarkan mejadi lebih dari satu daerah, namun setelah UU no.22 tahun 1999 diganti dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat 3 dan ayat 4, namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom. Dalam UU no 32 tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan: Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 dalam UU tersebut dinyatakan: Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. 2.9.1 Tujuan Pemekaran Daerah Dalam PP No. 129 tahun 2000 diuraikan bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; karena pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan daerah dilakukan atas dasar pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan kehidupan berdemokrasi, meningkatkan pengelolaan potensi wilayah, dan meningkatkan keamanan dan ketertiban.