BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Dinamika Kelompok Dinamika

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu
dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung
mempengaruhi warga yang lain secara timbal balik. Jadi dinamika berarti adanya
interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota
kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok
secara keseluruhan Slamet Santosa (2009:5). Sedangkan kelompok adalah
sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersamasama atau secara alamiah berkumpul.
Winardi (2007:263) menjelaskan bahwa kelompok adalah Sekumpulan
orang-orang yang saling berinteraksi satu sama lain secara teratur selama jangka
waktu tertentu, dan mereka beranggapan bahwa mereka saling bergantungan satu
sama lain sehubungan dengan upaya mencapai sebuah tujuan umum.
Slamet Santosa (1992: 8) menjelaskan bahwa “Kelompok adalah suatu
unit
yang
terdapat
beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk
berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
Mc.David dan Harari (dalam Johnson, 2012 :9) menjelaskan bahwa
kelompok adalah suatu sistem yang tersusun dari dua orang atau lebih yang
berhubungan sehingga sistem dapat menjalankan fungsinya, mempunyai
serangkaian hubungan peran di antara anggotanya dan mempunyai serangkaian
norma-norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya.
Dari pengertian dinamika dan kelompok di atas penulis berpandangan
bahwa dinamika kelompok merupakan sebuah gambaran terkait stimulus yang
terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain maupun individu
dengan kelompok yang saling bergantungan dan masing-masing memiliki
kemampuan untuk berbuat.
2.2 Dinamika Kelompok Sosial
Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Setiap kelompok
sosial pasti mengalami perkembangan dan perubahan. Beberapa kelompok sosial
sifatnya lebih stabil daripada kelompok-kelompok sosial lainnya, atau dengan lain
perkataan, strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang mencolok.
Ada pula kelompok-kelompok sosial mengalami perubahan secara cepat,
walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi pada umumnya,
kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun
reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut, karena pengaruh dari luar
Soerjono Soekanto, (2005:163).
Di sisi lain, Dinamika kelompok sosial diartikan sebagai proses interaksi
dan interdependensi antar anggota kelompok atau antara kelompok yang satu
dengan kelompok lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan.
2.3 Ciri-ciri kelompok sosial
Menurut Muzafer Sherif (dalam Slamet Santosa 2009:37) menjelaskan
bahwa ciri-ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut:
1. Adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi
interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama.
2. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda diantara individu satu dengan
yang lain akibat interaksi sosial
3. Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri
dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
4. Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku
anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota
kelompokdalam merealisasi tujuan kelompok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kelompok sosial
adalah terjalinnya interaksi antara individu dengan individu yang lain
dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
2.4 Faktor-faktor Pendorong Dinamika Kelompok sosial
Adapun faktor-faktor pendorong dinamika kelompok sosial adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki tujuan yang realistis, sederhana, dan menguntungkan bagi setiap
anggota kelompok.
2. Memiliki kepentingan yang berperan dalam menentukan kekuatan ikatan
antar anggota.
3. Interaksi dalam kelompok merupakan alat perekat yang baik dalam
membina kesatuan dan persatuan anggota.
a) Faktor pendorong dari luar kelompok
Faktor faktor terjadinya dinamika kelompok sosial dari luar kelompok
adalah sebagai berikut.
1. Perubahan situasi sosial
2. Perubahan situasi ekonomi
3. Perubahan situasi politik
b) Faktor pendorong dari dalam kelompok
Adapun faktor faktor pendorong dari dalam kelompok adalah sebagai
berikut.
a.
Pergantian anggota kelompok
b.
Konflik antar anggota kelompok
c.
Perbedaan kepentingan
Hal berikut dapat terjadi apabila terdapat beberapa peristiwa berikut ini.
1.
Terjadi persaingan antara dua kelompok, maka akan menimbulkan
stereotip
2.
Kontak antara dua kelompok yang berkonflik tidak akan mengurangi sikap
permusuhan.
3.
Tujuan yang harus di capai dengan kerja sama.
4.
Dalam kerja sama dalam mencapai tujuan.
2.4.1 Perubahan Sosial.
Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan
ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam masyarakat, sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat
yang bersangkutan.
Wilbert Moore (dalam Setiadi 2006: 47) memandang bahwa perubahan
sosial sebagai “perubahan struktur sosial, pola prilaku dan interaksi sosial”. Setiap
perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan dalam
organisasi sosial di sebut perubahan sosial. Disisi lain, William F. Ogburn (dalam
Setiadi 2006: 48) mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil maupun immaterial
dengan menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur immaterial.
Gillin dan Gillin (dalam Setiadi 2006: 48) mengatakan bahwa perubahan –
perubahan sosial untuk suatu variasi dari cara hidup yang lebih diterima yang
disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, ideologi maupun karena
adanya difusi aatau perubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut.
Setiadi (2006: 48) perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada
lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosial termaksud di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku di antara
kelompok dalam masyarakat. Menurutnya, antara perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan memiliki satu aspek yang sama yaitu keduannya bersangkut paut
dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat
dalam memenuhi kebutuhannya.
Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau
produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah
keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat.. Menurut Kurt Lewin
perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok,
individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving
forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah.
Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan
resistences to change.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak
mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan
kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam
prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut `sangat sulit
untuk dipisahkan (Soekanto, 1990).
Berangkat dari pengertian perubahan sosial di atas maka dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam
masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek
kehidupan. Sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, merupakan
tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya.
2.4.2 Bentuk-bentuk perubahan sosial
Soerjono Soekanto (2005 : 47) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk
perubahan sosial meliputi:
1.
Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara
cepat.
a. Perubahan secara lambat disebut evolusi, pada evolusi perubahan terjadi
dengan sendirinya tanpa suatu rencana atau suatu kehendak tertentu.
Perubahan terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan
keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang timbul dengan pertumbuhan
masyarakat.
b. Perubahan secara cepat disebut revolusi. Dalam revolusi, perubahan yang
terjadi direncanakan lebih dahulu maupun tanpa rencana.
2.
Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil, dan pengaruhnya besar.
a. Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur
sosial yang tidak bisa membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang
berarti bagi masyarakat.
b. Perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada
masyarakat agraris.
3.
Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tak diinginkan.
a. Perubahan
yang
dikehendaki
adalah
perubahan
bila
seseorang
mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin.
b. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang
terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung dari jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.
2.4.3 Interaksi sosial
Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Manusia dalam kehidupan sehari-hari
tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian
interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat di antaranya:
Menurut H. Booner (dalam Setiadi 2006 : 87) social psychology,
memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa: ”interaksi sosial adalah hubungan
antara dua individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu-individu yang
lain atau sebaliknya”.
Selanjutnya menurut Gillin dan Gillin (dalam Setiadi 2006 : 87) yang
menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orangorang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan dengan
kelompok.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial
untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat
yang terdiri dari :
1.
penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima
bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri
manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2.
penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk
tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja
mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
manusia
membutuhkan
sebuah
interaksi
atau
komunikasi
untuk
membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa
manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah
adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial
lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang
lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi
manusia terdiri dari tiga hal yakni :
a.
Tekanan
emosional.
Ini
sangat
mempengaruhi
bagaimana
manusia
berinteraksi satu sama lain.
b.
Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi
manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk
berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang
direndahkan membutuhkan kasih sayang orang lain atau dukungan moral
untuk membentuk kondisi seperti semula.
c.
Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang
yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang
harmonis Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan
sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan
dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan
pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas,
kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Slamet Santosa (2009:10) mendefinisikan Manusia sebagai mahluk sosial,
dituntut
untuk
melakukan
hubungan
sosial
antar
sesamanyadalam
hidupnyadisamping tuntutan untuk hidup berkelompok. Hubungan sosial
merupakan salasatu hubungan yang harus dilaksanakan, mengandung pengertian
bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadirannya di
samping kehadiran individu lain.
Hal ini disebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan
adanya kesadaran yang satu terhadap yang lain, ketika mereka saling berbuat,
saling mengakui, dan saling mengenal (mutual action dan mutual recognation).
Sehingganya, hakikatnya manusia memiliki tiga sifat yang dapat digolongkan
kedalam:
a.
Manusia sebagai mahluk individual
b.
Mnusia sebagai mahluk sosial
c.
Manusia sebagai mahluk berketuhanan
2.5 Pengertian Masyarakat (community)
Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang
melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian
dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan
dalam waktu yang relatif lama.
Ridwan Effendi (2006:61) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan
kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit
banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah
melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Disisi lain Masyarakat adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan
dan mengikuti cara hidup dan peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu
tinggal. Sebuah kelompok masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah
menjadi kebiasaan di lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang
sudah lama berlaku di lingkungan mereka.
Setiadi (2006: 47) istilah community dapat di terjemahkan sebagai
“masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, sebuah
kota, suku, atau suatu bangsa. Apabila anggota suatu kelompok baik kelompok
besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan
bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan hidup yang utama, kelompok
tadi di sebut masyarakat setempat. Sebagai suatu perumpamaan maka kebutuhan
seseorang tidak mungkin secara keseluruhan. Terpenuhi apabila dia hidup
bersama rekan lainnya yang sesuku. Oleh karena itu, kriteria utama adanya
masyarakat setempat adalah terdapat sosial relationship antar anggota suatu
kelompok. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat
menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah(dalam
arti geografis ) dengan batas-batas tertentu.Faktor utama yang menjadi dasarnya
adalah interaksi yang lebih besar di antara anggotanya di bandingkan dengan
interaksi mereka dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
Ruswendi Hermana (2006: 67) mengemukakan bahwa di alam raya atau
jagad raya ini tidak ada yang kekal abadi. semikian pula, setiap masyarakat
selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran.
pergeseran tersebut ada yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat,
bahkan sangat cepat. Perubahan yang berjalan lambat dari tahap ke tahap
berikutnya secara berkesinambungan dikonsepsikan sebagai evolusi. Sedangkan
perubahan yang cepat atau bahkan bias sangat cepat dikonsepsikan sebagai
revolusi.
Ruswendi Hermana
(2006:67) berpendapat bahwa perubahan dalam
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
prilaku organisme, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Perubahan-perubahan
yang
terjadi
pada
masyarakat
dewasa
ini
merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya dapat menjalar dengan cepat
kebagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Masyarakat adalah
sebuah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti cara hidup dan
peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu tinggal. Sebuah kelompok
masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah menjadi kebiasaan di
lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang sudah lama berlaku di
lingkungan mereka.
Di sisi lain Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) diartikan
sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari
kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah
suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah
sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Suatu
kesatuan masyarakat dapat memiliki prasarana yang memungkinkan para
warganya untuk berinteraksi. Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia
menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua
aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut, yang sifatnya khas, mantap, dan
berkesinambungan, sehingga menjadi adat istiadat (Koentjaraningrat 2011: 120121).
Berangkat dari beberapa ahli yang mendefinisikan tentang masyarakat
diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok
orang yang hidup bersama dan saling berinteraksi antara yang satu dengan yang
lain sehingganya memiliki tekad untuk mencapai tujuan bersama
2.6 Unsur-Unsur Suatu Masyarakat
Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa unsur-unsur masyarakat sebagai
berikut ini :
1. Berangotakan minimal dua orang.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia
baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan
antar anggota masyarakat.
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
2.7 Terbentuknya Masyarakat
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbentuknya masyarakat
sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan
atau bergeser kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat
perlu untuk menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan
kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut
dinamika sosial (sosial dynamic).
Konsep-konsep penting tersebut antara lain :
a.
Internalisasi (internalization)
Koentjaraningrat (2003:142) mengungkapkan bahwa, proses internalisasi
adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saat ia
dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus
belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian
membentuk kepribadiannya.
Menurut Ridwan Effendi (2006:145) proses internalisasi adalah proses
pengembangan potensi yang dimiliki manusia, yang dipengaruhi baik lingkungan
internal dalam diri manusia itu maupun eksternal, yaitu pengaruh dari luar diri
manusia.
Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:24 ) proses internalisasi tergantung
dari bakat yang dipunyai dalam gen manusia untuk mengembangkan berbagai
macam perasaan, hasrat, nafsu, dan emosinya. Tetapi semua itu juga tergantung
dengan pengaruh dari berbagai macam lingkungan sosial dan budayanya. Contoh:
bayi yang lahir terus belajar bagaimana mendapatkan perasaan puas dan tidak
puas.
Dapat disimpulkan bahwa proses internalisasi merupakan proses
pengembangan atau pengolaan potensi yang dimiliki manusia, yang berlangsung
sepanjang hayat, yang dipengaruhi oleh lingkungan internal maupun eksternal.
b. Sosialisasi (sosialization).
Ridwan Effendi (2006:24) mengemukakan bahwa syarat terjadinya proses
sosialisasi adalah:
 Individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak
dimasyarakat.
 Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannyauntuk membaca, menulis dan berbicara.
 Pengendalian fungsi-fungsi organic harus dipelajari melalui latihan-latihan
wawas diri yang tepat.
 Individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada
pada masyarakat.
c.
Enkulturasi (enculturation).
Koenjtaraningrat (2003:145) mengemukakan bahwa proses enkulturasi
merupakan proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap
adat, system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan
seseorang.
Ridwan Effendi (2006:146) mengemukakan bahwa, sejak kecil proses
enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikiran manusia, mula-mula dari
lingkungan keluarga, kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat dengan
meniru pola prilaku yang berlangsung dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu
proses enkulturasi disebut juga dengan pembudayaan.
Dari beberapa uraian mengenai definisi di atas
penulis dapat
menyimpulkan bahwa dinamika masyarakat merupakan suatu kehidupan
masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu dalam suatu wilayah yang
memiliki hubungan psikologis secara jelas antara masyarakat yang satu dengan
yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
2.8 Masyarakat sebagai Suatu Sistem
Sebagai suatu sistem, individu-individu yang terdapat di dalam masyarakat
saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain, misalnya dengan melakukan
kerja sama guna memenuhi kebutuhan hidup masing-masing. Apabila kita
mengikuti pengertian masyarakat baik secara natural maupun kultural, maka akan
tampak bahwa keberadaan kedua masyarakat itu merupakan satu-kesatuan.
Dengan demikian, kita akan tahu bahwa unsur-unsur yang ada di dalam
masyarakat yang masing-masing saling bergantung merupakan satu-kesatuan
fungsi. Adanya mekanisme yang saling bergantung, saling fungsional, saling
mendukung antara berbagai unsur dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain itulah
yang kita sebut sebagai sistem.
Masyarakat sebagai suatu sistem selalu mengalami dinamika yang
mengikuti hukum sebab akibat (kausal). Apabila ada perubahan pada salah satu
unsur atau aspek, maka unsur yang lain akan menerima konsekuensi atau
akibatnya, baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karena itu, melihat
masyarakat atau perubahan pada masyarakat selalu dalam kerangka sistemik,
artinya perubahan yang terjadi di salasatu aspek akan memengaruhi faktor-faktor
lain secara menyeluruh dan berjenjang.
2.9 Pengertian pemekaran daerah
Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat
dimekarkan mejadi lebih dari satu daerah, namun setelah UU no.22 tahun 1999
diganti dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat 3 dan ayat 4,
namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah berarti pengembangan dari
satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom.
Dalam UU no 32 tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan:
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah
atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 dalam UU tersebut dinyatakan:
Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia
penyelenggaraan pemerintahan.
2.9.1 Tujuan Pemekaran Daerah
Dalam PP No. 129 tahun 2000 diuraikan bahwa pembentukan, pemekaran,
penghapusan, dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat; karena pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan
penggabungan daerah dilakukan atas dasar pertimbangan untuk meningkatkan
pelayanan
kepada
masyarakat,
meningkatkan
kehidupan
berdemokrasi,
meningkatkan pengelolaan potensi wilayah, dan meningkatkan keamanan dan
ketertiban.
Download