BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pada saat ini perkembangan dalam bidang industri sangat pesat. Banyak sekali lahan pertanian yang dirubah menjadi pabrik-pabrik industri. Sebenarnya kehadiran industri berdampak positif dengan meningkatkan produktifitas karena banyak menyerap tenaga kerja. Akan tetapi banyak sekali produk limbah yang dihasilkan dari pabrik industri yang dapat mencemari air, tanah, dan udara. Hal ini tentu berdampak pada kesehatan lingkungan di sekitar pabrik-pabrik tersebut. Menurut Ishikawa et al (1997), Trimethyltin klorida (TMT) juga merupakan produk sampingan dalam produksi senyawa timbal, yang memiliki aplikasi luas dalam bidang pertanian dan industri. Trimethyltin klorida (TMT) merupakan racun yang kuat yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, disorientasi, amnesia, agresivitas, kejang parsial, nistagmus, ataksia, dan neuropati sensorik ringan. Trimethyltin klorida (TMT) adalah senyawa kimia yang bersifat neurotoksik dan dapat menyebabkan kematian neuron pada sistem limbus dan hippocampus pada manusia dan hewan (Geloso et al., 2011). Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang biomedis, kebutuhan dan penggunaan hewan percobaan terutama tikus putih semakin meningkat. Oleh karena itu memerlukan tikus percobaan yang sudah diketahui asal usul, kualitas dan kuantitasnya untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, benar, meyakinkan dan dapat diulang dengan memberikan hasil yang sama. Hal ini didapatkan dari pemeliharaan dan pembiakan hewan percobaan yang terkontrol baik dan ketat dengan menjaga kualitas makanan, kesehatan, sanitasi ruangan, dan cara pengelolaan lainnya untuk mempertahankan kemurnian keturunannya. Diketahui bahwa bobot badan (BB) dan bobot organ dalam tikus dapat berbeda sesuai umur, jenis kelamin, dan strain (Sihombing dan Tuminah, 2011). Otak merupakan organ tubuh yang sangat penting yang berfungsi antara lain untuk mengontrol dan mengkoordinasikan semua aktivitas normal tubuh serta berperan dalam penyimpanan memori. Sel utama pada jaringan otak yakni sel saraf (neuron), berfungsi untuk menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya, serta sel-sel glia yang berfungsi untuk melindungi, mendukung, merawat, serta mempertahankan homeostasis cairan di sekeliling neuron (Djuwita et al., 2012). Obyek penelitian studi tentang disfungsi otak, dapat juga menjadi model untuk neurodegenerasi jika diinduksi Trimethyltin (TMT). Patologi yang ditimbulkan oleh racun syaraf TMT paling umum gangguan neurodegeneratif sel, yaitu kematian neuron dengan gangguan kognitif. Trimethyltin klorida menimbulkan kematian neuron dalam system limbic dan menyebabkan kerusakan terutama di hippocampus, dengan demikian dapat berguna sebagai model eksperimen terutama dalam penyelidikan penyakit seperti Alzheimer (Gasparova et al., 2014). Tikus merupakan spesies ideal untuk uji toksikologi karena berat badannya dapat mencapai 500 gram. Organ-organ tubuh tikus relatif besar sehingga materi dapat diberikan dengan mudah melalui berbagai rute (Kusumawati, 2004). Arti penting penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian induksi Trimethyltin klorida (TMT) terhadap berat badan dan berat otak. Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk menentukan bahwa induksi senyawa Trimethyltin klorida (TMT) dapat mempengaruhi pertumbuhan berat badan tikus sebagai senyawa yang bersifat neurodegeneratif pada otak. Rumusan Penelitian Trimethyltin klorida (TMT) yang diberikan pada tikus merupakan senyawa toksik pada otak dengan beberapa dosis induksi dan waktu euthanasia. Hal ini sejalan dengan penggunaan beberapa dosis induksi dan waktu euthanasia. Pada penelitian ini diharapkan pemberian TMT pada tikus dapat menghambat pertumbuhan berat badan dan berat otak. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan berat badan dan berat otak tikus. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian induksi Trimethyltin klorida (TMT), melalui beberapa studi yang berhubungan dengan parameter pertumbuhan berat badan dan berat otak hewan.