ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS RASIONALITAS

advertisement
ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK
DI PRAKTIK dr. H. TRIS CAHYOSO MAJELUK
KOTA MATARAM PERIODE
DESEMBER 2015
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Diajukan oleh :
ZURMALA
NIM. 713903S13032
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
POLITEKNIK “MEDICA FARMA HUSADA”
MATARAM
2016
ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PRAKTIK dr. H. TRIS
CAHYOSO MAJELUK KOTA MATARAM PERIODE DESEMBER 2015
Zurmala
Mahasiswi Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram
ABSTRAK
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi. Resistensi
merupakan kemampuan bakteri dalam menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik.
Kementrian kesehatan telah membuat suatu pedoman umum penggunaan antibiotik dan
diundangkan dalam peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011. Pedoman penggunaan antibiotik yang bijak harus menjadi
prioritas utama untuk semua pelayanan kesehatan di Indonesia. Penelitian ini merupakan metode
penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang diambil dari catatan
medik pasien untuk dianalisis rasionalitas peresepan antibiotik berdasarkan tepat indikasi, tepat
dosis, dan tepat lama pemberian. Penelitian ini menggunakan studi populasi yaitu keseluruhan
populasi menjadi objek penelitian. Berdasarkan hasil penelitian rasionalitas peresepan antibiotik
di praktik dr. H. Tris Cahyoso pada bulan Desember 2015, rasionalitas penggunaan antibiotik
berdasarkan tepat indikasi yaitu sebesar 99,47%, rasionalitas penggunaan antibiotik berdasarkan
tepat dosis yaitu sebesar 100%, rasionalitas penggunaan antibiotik berdasarkan tepat lama
pemberian yaitu sebesar 100%.
Kata kunci : Rasionalitas, Peresepan, Antibiotik.
PENDAHULUAN
Antibiotik adalah obat yang berasal
disebabkan bakteri yang multiresisten. Sekitar
seluruh
tertentu
2 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi oleh
untuk
bakteri yang resisten terhadap antibiotik setiap
mengobati infeksi bakteri. Antibiotik selain
tahunnya dan paling sedikit 23.000 orang
membunuh
mikroorganisme
atau
meninggal
menghentikan
reproduksi
juga
tersebut
dari
atau
mikroorganisme
dan
bagian
digunakan
bakteri
membantu sistem pertahanan alami tubuh
untuk
mengeliminasi
bakteri
tersebut
Resistensi bakteri terhadap antibiotik
telah menjadi masalah global yang serius
(Desrini, 2015). Diperkirakan 25 ribu orang di
meninggal
akibat
infeksi
yang
tahunnya
(Anonim,
akibat
2014).
infeksi
Penggunaan
antibiotik yang buruk juga terjadi di Thailand,
di negara ini lebih dari 38 ribu orang per tahun
meninggal
(Beatrix, 2013).
Eropa
tiap
karena
resistensi
antibiotik
(Anonim, 2015).
Studi
Indonesia
yang
selama
telah
dilakukan
1990-2010
di
mengenai
resistensi antibiotik, resistensi terjadi hampir
pada semua bakter-bakteri patogen penting.
pemerintah sehingga optimalisasi penggunaan
Hal tersebut merupakan dampak negatif dari
antibiotik
pemakaian
irasional,
(Permenkes RI, 2011). Pedoman penggunaan
penggunaan antibiotik dengan indikasi yang
antibiotik yang bijak harus menjadi prioritas
tidak jelas, dosis atau lama pemakaian yang
utama untuk semua pelayanan kesehatan di
tidak sesuai, cara pemakaian yang kurang
Indonesia (Desrini, 2015).
antibiotik
yang
secara
Melihat
tepat, status obat yang tidak jelas, serta
dapat
tercapai
fakta-fakta
tersebut
terbatasnya
penelitian-
pemakaian antibiotik secara berlebihan.
ditambah
Dampak lainnya dari pemakaian antibiotik
penelitian terdahulu, penulis bermaksud
secara
berakibat
untuk melakukan penelitian untuk mengkaji
meningkatkan toksisitas, dan efek samping
rasionalitas penggunaan antibiotik pada
antibiotik tersebut (Febriana, 2012).
pasien rawat jalan di Praktik dr. H. Tris
irasional
dapat
Penggunaan antibiotik yang tidak
rasional
dapat
menyebabkan
resistensi.
Cahyoso.
METODE PENELITIAN
Resistensi merupakan kemampuan bakteri
dalam menetralisir dan melemahkan daya
kerja antibiotik. Pada awalnya resistensi
terjadi di tingat rumah sakit, tetapi lambat
laun
juga
berkembang
masyarakat,
khususnya
di
lingkungan
Streptococcus
Penelitian ini termasuk dalam jenis
penelitian deskriptif dengan pengambilan
data secara retrospektif. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Ferbruari tahun
2016 di Praktik dr. H. Tris Cahyoso,
Majeluk Kota Mataram.
pneumonia, Staphylococcus aureus, dan
Escherichia coli (Permenkes RI, 2011).
Kemenkes
telah
membuat
kesehatan
dalam
Republik
peraturan
menteri
Indonesia
nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011. Pedoman ini
bertujuan untuk memberikan acuan bagi
tenaga
kesehatan
dalam
Populasi
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah keseluruhan catatan
suatu
pedoman umum penggunaan antibiotika dan
diundangkan
masih
bijak
menggunakan
medik pasien rawat jalan di Praktik dr. H.
Tris
Cahyoso
Mataram
pada
bulan
Desember 2015 yang berjumlah 363 catatan
medik.
Sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah catatan medik yang
antibiotik pada pelayanan kesehatan, fasilitas
memuat antibiotik di Praktik dr. H. Tris
pelayanan
Cahyoso Majeluk Kota Mataram pada bulan
kesehatan
serta
kebijakan
Desember 2015 yang berjumlah 192 catatan
medik yang sudah disesuaikan dengan
kriteria inklusinya.
a. Keriteria inklusi
1) Catatan medik pasien di Praktik dr. H.
Tris
Cahyoso
yang
menerima
antibiotik pada bulan Desember 2015
2) Catatan medik yang lengkap (kriteria
kelengkapan cacatan medik pasien
meliputi: identitas pasien, tanggal dan
waktu,
hasil
pemeriksaan
anamnesis,
fisik,
hasil
diagnosis,
pengobatan dan/atau tindakan, nama
dan tanda tangan dokter).
3) Catatan medik yang jelas terbaca.
b. Keriteria eksklusi
Data catatan medik tidak lengkap.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi peresepan antibiotik di
Praktik dr. H. Tris Cahyoso pada
bulan Desember 2015
Terapi
N
%
1. Antibiotik
192
52,89
2. Tanpa Antibiotik
171
47,10
Jumlah
363
100
Tabel 2. Distribusi peresepan antibiotik
berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
N
%
1. Laki-laki
82
42,70
2. Perempuan
110
57,29
Jumlah
192
100
Tabel 3. Distribusi peresepan antibiotik
berdasarkan usia
Usia ( tahun )
N
%
1. 0-5
40
20,83
2. 6-12
19
9,89
3. 13-17
10
5,20
4. 18-25
31
16,14
5. 26-35
27
14,06
6. 36-45
22
11,45
7. 46-55
23
11,97
8. 56-65
12
6,25
9. > 65
8
4,16
Jumlah
192
100
Tabel 4.
Distribusi jenis
digunakan
Jenis Antibiotik
1. Amoksisilin tablet
500 mg
2. Amoksisilin sirup
125 mg/ 5 ml
3. Gentamisin salep
4. Gentamisin tetes
mata
5. Kloramfenikol tetes
mata
6. Kotrimoksazol
tablet ( trimetroprim
160 mg,
sulfametoksazol 800
mg)
7. Kotrimoksazol sirup
(trimetoprim 40 mg,
sulfametoksazol 200
mg / 5 ml)
8. Metonidazol tablet
500 mg
9. Neomisin salep
10. Sefadroksil tablet
500 mg
11. Siprofloksasin tablet
500 mg
Jumlah
antibiotik yang
N
3
%
1,53
37
18,87
2
1
1,02
0,51
1
0,51
25
12,75
21
10,71
1
0,51
3
8
1,53
4,08
94
47,95
196
100
Tabel 5. Distribusi variasi antibiotik yang diresepkan
Variasi Jenis Antibiotik tiap Pasien
1. 1 Jenis
2. 2 Jenis
Jumlah
Tabel 6. Diagnosa pasien yang diberikan antibiotik
Diagnosa
Jenis Antibiotik
1. Gastroenteritis
Kotrimoksazol
Metronidazol
2. Furunkel
Amoksisilin
Kotrimoksazol
Siprofloksasin
Siprofloksasin +
Gentamisin
3. Scabies
Siprofloksasin
4. Faringitis
Amoksisilin
Kotrimoksazol
Sefadroksil
Siprofloksasin
5. Luka
Amoksisilin
Kotrimoksazol
6. Hemoroid
Siprofloksasin
7. Bullous
Amoksisilin
8. Dermatitis
9. PPOK
10. Pulpitis
11. Flu
12. Asma
13. Tinea
14. Konjungtivitis
15. Ruam
16. ISK
17. Varicella
18. Paronychia
19. ISPA
Siprofloksasin
Kotrimoksazol +
Gentamisin
Amoksisilin +
Neomisin
Siprofloksasin
Siprofloksasin
Siprofloksasin
Amoksisilin
Siprofloksasin
Kotrimoksazol
Siprofloksasin
Gentamisin
Kloramfenikol
Amoksisilin +
Neomisin
Siprofloksasin
Siprofloksasin
Siprofloksasin
Siprofloksasin
N
188
4
192
%
97,81
2,08
100
N
18
1
3
2
5
1
%
9,37
0,52
1,56
1,04
2,60
0,52
Ket.
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
1
31
24
8
71
1
1
3
1
0,52
16,14
12,5
4,16
36,97
0,52
0,52
1,56
0,52
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
2
1
1,04
0,52
Rasional
Rasional
2
1,04
Rasional
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0,52
0,52
0,52
0,52
0,52
0,52
0,52
0,52
0,52
0,52
Rasional
Rasional
Tidak Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
1
1
1
1
0,52
0,52
0,52
0,52
Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
20. Otitis eksterna
Jumlah
Siprofloksasin
1
192
0,52
100
Tabel 7. Lama pemberian terapi antibiotik
Nama Antibiotik
Lama Pemberian
1.
Amoksisilin
3 hari
4 hari
5 hari
7 hari
2.
Gentamisin
3 hari
5 hari
3.
Kloramfenikol
5 hari
4.
Kotrimoksazol
3 hari
6 hari
5.
Metronidazol
3 hari
6.
Neomisin
3 hari
7.
Sefadroksil
3 hari
8.
Siprofloksasin
3 hari
Jumlah
Tabel 8. Rasionalitas penggunaan antibiotik
berdasarkan tepat indikasi.
Rasionalitas
N
%
1. Tepat indikasi
191
99,47
2. Tidak tepat indikasi
1
0,52
Jumlah
192
100
Rasional
N
3
29
5
3
2
1
1
39
7
1
3
8
94
196
%
1,53
14,79
2,55
1,53
1,02
0,51
0,51
19,89
3,57
0,51
1,53
4,08
47,95
100
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui
rasionalitas peresepan antibiotik di Praktik
dr. H. Tris Cahyoso pada bulan Desember
Tabel 9. Rasionalitas penggunaan antibiotik
berdasarkan tepat dosis.
Rasionalitas
N
%
1. Tepat dosis
192
100
2. Tidak tepat dosis
0
0
Jumlah
192
100
Tabel
10.
Rasionalitas
penggunaan
antibiotik
berdasarkan
tepat lama pemberian.
Rasionalitas
N
%
1. Tepat lama pemberian
192
100
2. Tidak tepat lama
pemberian
0
0
Jumlah
192
100
2015,
sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian ini berupa catatan medik pasien
yang memuat antibiotik di Praktik dr. H.
Tris Cahyoso pada bulan Desember 2015
yang berjumlah 192 pasien yang sesuai
dengan kriteria inklusi.
Dalam penelitian ini
didapatkan
bahwa peresepan antibiotik pada pasien di
Praktik dr. H. Tris Cahyoso pada bualn
Desember 2015 lebih dari setengahnya
mendapatkan terapi antibiotik yaitu dari 363
catatan medik yang memenuhi kriteria
inklusi 192 pasien (52,89%) mendapatkan
mereka tidak berkembang secara sempurna.
terapi antibiotik sedangkan yang tidak
Anak perempuan umumnya lebih banyak
mendapatkan
yaitu
bermain di dalam ruangan dan dikawasan
sebanyak 171 pasien (47,10%). Jumlah
yang sangat higienis sehingga tubuh tidak
pasien yang diresepkan
dapat beradaptasi dengan kehadiran bakteri
terapi
antibiotik
antibiotik lebih
banyak dibandingkan pasien yang tidak
di
diresepkan antibiotik. Hal ini disebabkan
berdasarkan usia pasien yang paling banyak
oleh banyaknya penyakit yang diderita
diresepkan antibiotik yaitu pada usia balita
pasien
bakteri.
(0-5 tahun) sebanyak 40 pasien (20,83%),
Antibiotik sendiri merupakan jenis obat
hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuh
yang sering digunakan untuk menghambat
balita yang masih rendah dan rentan tertular
munculnya
penyakit infeksi.
yang
disebabkan
bakteri
oleh
yang
menyebabkan
infeksi.
lingkungan
sekitar.
Sedangkan
Jenis antibiotik yang paling sering di
Berdasarkan karakteristik pasien dari
gunakan pada pasien rawat jalan di Praktik
192 pasien yang ada, peresepan antibiotik
dr. H. Tris Cahyoso pada bulan Desember
dilihat dari jenis kelamin yaitu perempuan
2015 yaitu Siprofloksasin sebanyak 94
sebanyak 110 pasien (57,29%) dan laki-laki
pasien
sebanyak 82 pasien (42,70%). Jumlah pasien
terhadap bakteri gram-negatif dan gram-
yang diresepkan antibiotik lebih banyak
positif. Antibiotik siprofloksasin merupakan
pada
antibiotik yang paling sering diresepkan
pasien
yang
berjenis
kelamin
(47,71%).
Siprofloksasin
perempuan. Pada dasarnya sistem imun
dikarenakan
perempuan jauh lebih kuat dibandingkan
efektif dilihat dari berbagai faktor seperti
dengan sistem imun laki-laki, hal ini telah
spektrum penyakit, efek samping obat,
dibuktikan
alergi terhadap obat, serta pembiayaan.
oleh
seorang
Universitas
London,
mengatakan
sistem
ilmuan
Inggis,
imun
di
dari
keunggulannya
efektif
yang
lebih
mereka
Jika dilihat dari 192 pasien di Praktik
tubuh
dr. H. Tris Cahyoso pada bulan Desember
perempuan mampu mengalahkan infeksi
2015
lebih cepat dan efektif daripada laki-laki.
kombinasi sebanyak 4 pasien (2,08%)
Namun jika pada pasien balita dan anak-
sedangkan
188
pasien
anak, perempuan lebih mudah terkena
mendapatkan
terapi
antibiotik
penyakit,
Penggunaan antibiotik kombinasi biasanya
diakibatkan
kekebalan
tubuh
didapatkan
peresepan
antibiotik
(97,91%)
tunggal.
diberikan pada pasien yang terkena penyakit
sirup dan Kotrimoksazol sirup yaitu 5
infeksi kulit (dermatitis, furunkel, ruam, dan
sampai 10 hari, tergantung keadaan umum
lain-lain) karena memerlukan obat luar
pasien.
seperti dalam bentuk sediaan salep.
Rasionalitas peresepan antibiotik di
Pada penelitian ini juga didapatkan
Praktik dr. H. Tris Cahyoso pada bulan
banyak pasien yang didiagnosis menderita
Desember 2015 jika dilihat dari ketepatan
faringitis dengan terapi antibiotik yaitu
indikasi yaitu sebanyak 191 pasien (99,47%)
Amoksisilin sebanyak 31 pasien (16,14%),
dan yang tidak tepat indikasi yaitu sebanyak
Kotrimoksazol sebanyak 24 pasien (12,5%),
1 pasien (0,52%). Dikatakan tidak rasional
Sefadroksil sebanyak 8 pasien (4,16%), dan
karena pasien tersebut memiliki diagnosa
Siprofloksasin
pasien
Flu, dimana Flu merupakan penyakit yang
(36,97%). Penyebab umum dari faringitis
disebabkan oleh virus, sedangkan antibiotik
yang paling sering ditemukan adalah infeksi
bekerja untuk membunuh atau menghambat
dari bakteri atau virus, penyebab lain juga
aktivitas bakteri.
sebanyak
71
ditemukan seperti pada orang yang memiliki
Rasionalitas peresepan antibiotik di
riwayat alergi terhadap debu, bulu binatang
Praktik dr. H. Tris Cahyoso pada bulan
dan aroma yang menyengat, orang yang
Desember 2015 jika dilihat dari ketepatan
terkena paparan asap rokok dalam waktu
dosis yaitu sebanyak 192 pasien (100%).
lama dan orang yang sudah memiliki
Ketepatan
penyakit sinusitis. Beberapa faktor yang
berdasarkan
mempengaruhi perbedaan jenis antibiotik
berdasarkan berat badan terutama pada
yang diberikan yaitu faktor umur (dewasa
pasien anak-anak dan balita.
dosis
usia
selain
juga
ditentukan
di
tentukan
atau anak-anak), faktor efek samping obat,
Rasionalitas peresepan antibiotik di
faktor alergi terhadap obat, dan faktor
Praktik dr. H. Tris Cahyoso pada bulan
derajat keparahan penyakit.
Desember 2015 jika dilihat dari lama
Lama pemberian terapi antibiotik
pemberian
yaitu sebanyak
Dikatakan
192 pasien
dapat dilihat dari jumlah dan sediaan
(100%).
rasional
karena
antibiotik yang diberikan. Lama pemberian
pemberian terapi antibiotik pada pasien
terapi antibiotik yang diberikan disesuaikan
rawat jalan di Praktik dr. H. Tris Cahyoso
dengan keadaan umum pasien. Maksimal
lama pemberian terapinya tidak yang kurang
pemberian terapi antibiotik Amoksisilin
dari 3 hari dan tidak lebih dari 10 hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
DAFTAR PUSTAKA
penelitian
yang
dilakukan di Praktik dr. H. Tris Cahyoso
pada bulan Desember 2015, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Masih
terdapat
ketidakrasionalan
peresepan antibiotik di Praktik dr. H. Tris
Cahyoso yaitu sebesar 0,52%.
2. Rasionalitas penggunaan antibiotik di
Praktik dr. H. Tris Cahyoso pada bulan
Desember
2015
ditinjau
dari
tepat
Anonim. 2014. “Center For Disease
Control and Prevention. Antibiotic/
antimicrobial resistance”, dalam
http:/www.cdc.gov/drugresistance.
Diakses tanggal 20 November 2015.
Anonim. 2015. Bijak Pakai Antibiotik Bisa
Selamatkan Nyawa [artikel]. Dokter
digital : Penyakit dan Obat.
Beatrix, A.M., 2013. Studi Penggunaan
Antibiotik
Tanpa
Resep
Di
Kabupaten
Manggarai
dan
Manggarai Barat Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya. 2 : 2.
indikasi yaitu sebesar 99,47%, tepat dosis
sebesar 100%, tepat lama pemberian
sebesar 100%.
Saran yang dapat peneliti sampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya pelatihan dan pengawasan
yang berkelanjutan untuk meningkatkan
penggunaan antibiotik yang rasional.
2. Perlu dilakukan penelitian di tempat lain
yang mengkaji lebih dalam mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perbedaan penggunaan antibiotik.
3. Perlu
dilakukan
rasionalitas
penelitian
antibiotik
Febriana, T., 2012. Kajian Rasionalitas
Antibiotik Di Bangsal Anak RSUP
Dr. Kariadi Semarang Periode
Agustus-Desember 2011, Karya
Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro, Semarang.
[Kemenkes]
Kementrian
Kesehatan
Republik Indonesia. 2011. Modul
Penggunaan Obat Rasional. Jakarta.
tentang
ditinjau
dari
keriteria lain yang belum pernah diteliti
sebelumnya.
Desrini, S., 2015. Resistensi Antibiotik,
Akankah Dapat Dikendalikan ?
[editorial]. Departemen Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Indonesia. JKKI. Januari-April
2015. 6 : 4.
[Permenkes] Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. 2011. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
:
2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang
Pedoman
Penggunaan
Antibiotika. Jakarta.
Download