BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya
dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah
dalam aspek religi, yakni agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu dan Buddha
mengenal adanya bangunan suci tempat pemujaan dewa, yang di Indonesia
dikenal dengan nama “candi”. Istilah “candi” berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu, candikāgrha. Candikā merupakan nama lain untuk Dewi Durga, sedangkan
grha berarti rumah, jadi candikāgrha berarti rumah untuk Dewi Candikā atau
Dewi Durga. Adanya hubungan nama candi dengan pemujaan Dewi Candikā
sebagai dewi maut, maka candi sering kali dihubungkan dengan kematian atau
dengan kata lain, candi merupakan tempat pemakaman (Soekmono 1974, 1314). Namun, pada penelitian lebih lanjut, candi terbukti berfungsi sebagai kuil
atau tempat pemujaan, bukan sebagai tempat pemakaman sebagaimana
anggapan sebelumnya (Soekmono 1974, 241).
Candi sebagai tempat pemujaan, memiliki latar belakang keagamaan yang
berbeda-beda. Secara umum, latar belakang keagamaan sebuah candi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu, candi yang berlatar belakang agama Hindu dan
Buddha. Pada perkembangan selanjutnya, ada candi yang mempunyai dua latar
belakang antara agama Hindu dan agama Buddha. Salah satu candi yang
mempunyai latar belakang agama Buddha ialah Candi Plaosan. Candi ini
merupakan candi agama Buddha terbesar, selain Candi Borobudur dan Candi
Sewu, sehingga Candi Plaosan diduga merupakan kompleks percandian
kerajaan (Wirasanti 2000, 110).
2
Candi Plaosan secara administratif terletak di Desa Bugisan, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kompleks Candi Plaosan terdiri
dari dua kelompok bangunan yang saat ini sering disebut dengan Candi Plaosan
Lor dan Candi Plaosan Kidul1. Candi Plaosan Lor memiliki dua candi induk yang
berderet utara-selatan, masing-masing candi induk, memiliki halaman sendirisendiri yang dibatasi pagar dengan pintu gerbang. Candi Induk memiliki tiga bilik
dengan dua lantai. Pada masing-masing bilik yang ada pada lantai dasar,
terdapat sebuah lapik arca yang diapit oleh dua arca batu. Selain itu, terdapat
juga relung yang mungkin terdapat arca (Atmosudiro 2001, 55). Bangunan lain
yang ada pada kompleks candi Plaosan ialah suatu bangunan berupa batur
dengan umpak yang sering disebut dengan Candi Mandapa Plaosan2. Bangunan
Candi Mandapa Plaosan terletak di sisi utara dari Candi Induk Plaosan Lor dan
menghadap ke barat. Bangunan ini berdenah persegi panjang dengan dikelilingi
oleh beberapa Candi Perwara yang berbentuk stūpa. Kata “mandapa” berasal
dari Bahasa Sansekerta yaitu mandapa, yang berarti bangunan semacam aula
tempat pemujaan yang terdiri dari konstruksi tiang (Liebert 1976, 168). Bangunan
sejenis Candi Mandapa Plaosan banyak ditemukan pada kuil-kuil di India,
sedangkan temuan bangunan suci dengan konstruksi tiang, juga ditemukan di
Jawa seperti, Candi Batujaya di Karawang, Jawa Barat, Situs Ratu Boko di
Sleman, DIY, dan Candi Panataran di Jawa Timur3.
Hal yang menarik pada Candi Mandapa Plaosan ialah susunan arca-arca
yang berjumlah 21 arca. Arca-arca tersebut diletakkan pada suatu batur dengan
denah yang berbentuk huruf “U”, dimana 11 buah arca menempati altar utama
yang menghadap ke barat, sedangkan di samping kanan dan kirinya, masingmasing terdapat lima buah arca. Seperti umumnya bangunan yang berfungsi
sebagai tempat pemujaan, arca-arca yang ditempatkan pada Candi Mandapa
Plaosan merupakan obyek pemujaan. Hal ini berkaitan dengan kedudukan arca
3
sebagai yantra, yakni sebagai alat atau sarana yang digunakan dalam meditasi
(Pott 1966, 28). Susunan arca-arca tersebut berhubungan dengan lantai ruang
pada Candi Mandapa Plaosan yang membentuk pola lingkaran konsentris, ada
dugaan bahwa lingkaran-lingkaran konsentris sengaja dibuat karena dilandasi
adanya suatu konsep keagamaan, yaitu sebuah mandala (Kusen, 1994/1995:
31-32).
Keberadaan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan merupakan obyek
yang menarik untuk diteliti. Sampai saat ini, penelitian mengenai arca-arca yang
ada pada kompleks candi Plaosan masih relatif jarang dilakukan. Tulisan
mengenai arca-arca yang terdapat pada Candi Induk Plaosan pertama kali
dilakukan oleh N.J. Krom, dimana pada tulisannya “Inleiding tot de HindoeJavaansche Kunst”, Krom berusaha mengidentifikasi arca-arca pada Candi Induk
Plaosan Lor (Krom 1923, 7-11). Tulisan selanjutnya ditulis oleh Soediman yang
membahas mengenai latar belakang keagamaan Candi Plaosan, pada
tulisannya, beliau juga menyinggung masalah arca-arca bodhisattwa pada kedua
Candi Induk Plaosan Lor yang mengacu pada tulisan Krom (Soediman 1976,
165-181).
Edi
sedyawati
juga
pernah
melakukan
penelitian
mengenai
perbandingan gaya seni arca pada Candi Induk Plaosan Lor dengan arca-arca
pada Candi Prambanan, yang ditulis dalam laporan penelitian yang berjudul,
“Perbandingan Seni Arca Rara Jonggrang dengan Plaosan Lor” (1977)
(Sedyawati 2009, 145-172). Tulisan lainnya yaitu, penelitian yang dilakukan oleh
Parjana dalam Skripsi yang berjudul,” Latar Belakang Keagamaan dan Fungsi
Candi Plaosan Lor” (1996), yang menyinggung mengenai arca-arca pada Candi
Induk Plaosan Lor dan fungsi dari Candi Induk itu sendiri. Tulisan mengenai
ikonografi di Candi Plaosan yang ditulis oleh Suaka Peninggalan Sejarah
Purbakala (SPSP) Jawa Tengah (1998), dimana tulisan ini membahas mengenai
tinjauan ikonografi secara umum dan ikonografi arca-arca yang terdapat pada
4
gudang penyimpanan arca Candi Plaosan Lor. Tulisan mengenai Kompleks
Candi Plaosan juga ditulis oleh Mark Long dalam suatu artikel yang dimuat dalam
situs web, yang
berjudul “In Praise of Candi Plaosan”, dimana tulisan ini
membahas mengenai arsitektur dan arca-arca Candi Plaosan. Mark Long juga
mengidentifikasi
mengenai
arca-arca
pada
Candi
Mandapa
Plaosan
(http://www.borobudur.tv/plaosan_2.html, diakses pada tanggal 1 Februari 2011),
namun identifikasi yang dilakukannya hanya baru sebatas dugaan, karena belum
dikaji secara mendalam.
Berbagai tulisan mengenai arca-arca pada Candi Plaosan, belum ada yang
membahas
mengenai
identifikasi
arca-arca
Candi
Mandapa
Plaosan
berdasarkan kajian ikonografi dan latar belakang keagamaan dari pola susunan
arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan. Dapat dikatakan bahwa kajian
mengenai identifikasi arca-arca yang terdapat pada Candi Mandapa Plaosan
belum dilakukan secara signifikan. Tulisan yang ditulis oleh Mark Long masih
sebatas dugaan dan belum diuraikan berdasarkan kajian ikonografi mengenai
alasan-alasan pengidentifikasian tokoh, terutama identifikasi berdasarkan atribut
yang ada pada arca. Kajian mengenai Candi Mandapa Plaosan dengan pola
susunan arca-arca yang berjumlah 21 buah sangat menarik untuk dikaji karena
arca-arca pada bangunan tersebut masih diragukan keaslian pola susunannya,
mengingat arca-arca tersebut tidak ditemukan dalam keadaan in-situ.
B. RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka
penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui atas rumusan masalah yang
disusun dalam penelitian ini. Penelitian ini akan mencoba menjawab beberapa
permasalahan, yaitu: ini disusun rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggambaran arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan?
5
2. Apakah latar belakang konsep keagamaan penempatan arca-arca pada Candi
Mandapa Plaosan?
3. Apakah susunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan yang merupakan
hasil pemugaran sesuai dengan ikonografi dan konsep keagamaan?
Permasalahan tersebut akan dikaji untuk mencapai beberapa tujuan.
Tujuan pertama adalah untuk mengetahui penggambaran arca-arca pada Candi
Mandapa Plaosan berdasarkan kajian ikonografi, yang meliputi, reidentifikasi
penggambaran identitas tokoh, pemerincian ukuran, dan penggambaran arca
beserta komponennya. Kajian ini diharapkan dapat mengetahui identitas tokoh
dewa dalam pantheon Buddha dan gaya pengarcaan Candi Mandapa Plaosan
yang dapat menunjukan keterkaitan masing-masing arca.
Penelitian
ini
juga
mengkaji
mengenai
konsep
keagamaan
yang
melatarbelakangi penempatan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan berupa
konsep pantheon dalam agama Buddha. Kajian mengenai konsep keagamaan
diharapkan dapat menemukan mandala yang dipakai sebagai dasar dalam
penyusunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan. Konsep mandala
diharapkan mampu menjadi dasar dalam menggambarkan susunan arca-arca
pada Candi Mandapa Plaosan.
Susunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan merupakan susunan
yang
dilakukan
berdasarkan
teknik
anastilosis
yang
masih
diragukan
keasliannya. Penelitian ini berusaha menjawab mengenai susunan arca-arca
tersebut apakah sesuai dengan konsep keagamaan, yakni mandala yang
digunakan sebagai dasar penyusunan arca-arca. Hasil yang hendak dicapai ialah
rekonstruksi susunan arca-arca Candi Mandapa Plaosan berdasarkan konsep
mandala yang sudah ditemukan.
6
C. BATASAN PENELITIAN
Obyek utama penelitian ini ialah arca-arca Candi Mandapa Plaosan yang
berjumlah 21 buah. Selain arca-arca yang terdapat pada Candi Mandapa
Plaosan, akan dibahas juga sejumlah bangunan candi dan arca yang digunakan
sebagai data pembanding dalam menganalisa arca-arca yang terdapat pada
Candi Mandapa Plaosan. Data berupa Candi atau arca yang digunakan sebagai
data pembanding ialah data yang dianggap relevan dengan obyek penelitian
seperti memiliki kesamaan konsep keagamaan, bentuk, atau masa pembuatan.
Selain data berupa arca atau bangunan, akan dikaji juga data lain berupa
data tertulis seperti, prasasti dan kitab keagamaan. Data tertulis yang digunakan
ialah data berupa prasasti yang berhubungan dengan Kompleks Candi Plaosan,
dan data berupa kitab keagamaan yang digunakan ialah kitab keagamaan yang
dinilai berisi konsep keagamaan yang sesuai dengan konteks aliran keagamaan,
ruang, dan waktu dengan obyek penelitian.
D. METODE PENELITIAN
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang berarti cara atau
jalan. Dalam penelitian ilmiah, metode merupakan sesuatu yang berhubungan
dengan cara kerja, dimana cara kerja tersebut bertujuan untuk dapat memahami
obyek yang menjadi sasaran dalam ilmu yang bersangkutan. Dalam suatu
penelitian, metode merupakan hal yang penting. Penggunaan metode yang
benar akan menghasilkan hasil yang berkualitas, sedangkan penggunaan
metode yang tidak tepat akan menghasilkan hasil yang kurang berkualitas
(Tanudirdjo 1988/1989, 52).
Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis, dimana pada
tahap awal penelitian dilakukan penggambaran data atau obyek penelitian,
7
berdasarkan fakta-fakta yang kelihatan, kemudian dilakukan langkah-langkah
analitis mengenai variabel-variabel yang ada, sehingga gejala-gejala tertentu
dapat terlihat dengan jelas (Tanudirdjo 1988/1989, 52; Nawawi 2003, 63).
Penelitian ini menggunakan metode penalaran induktif, yaitu metode untuk
menjelaskan suatu masalah berdasarkan data yang ada, sehingga menghasilkan
suatu pemecahan atau generalisasi secara umum (Tanudirdjo 1988/1989, 34).
Penelitian yang menggunakan metode ini bertujuan untuk memperdalam
pengetahuan dan mendapatkan ide baru mengenai suatu data yang dijadikan
bahan kajian (Tan 1983, 42). Secara garis besar, tahap-tahap penelitian yang
akan dilakukan dalam penelitian ini akan dibahas dalam penyajian berikut ini.
1. Tahap Pengumpulan Data
Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh langsung di lapangan. Dalam penelitian ini, data primer berupa data
mengenai catatan ikonografis arca, ukuran arca, foto, dan gambar Candi
Mandapa Plaosan.
Data sekunder ialah data yang didapat dari sumber lain, seperti: tulisan
atau karya ilmiah orang lain, laporan-laporan, denah, sketsa, dan dokumentasi
yang telah dilakukan oleh pihak lain. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
a. Observasi
Observasi ialah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di lokasi
penelitian melalui pengamatan, pencatatan, dan dokumentasi terhadap gejalagejala yang ada pada obyek penelitian. Observasi akan dilakukan pada Candi
Mandapa Plaosan dan arca-arca yang terdapat pada bangunan tersebut.
Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan data berupa unsur-unsur ikonografis,
ukuran arca beserta komponennya, dan foto arca pada Candi Mandapa Plaosan.
8
Selain itu, observasi juga dilakukan pada data pembanding berupa arca-arca
atau bangunan yang diduga terkait dengan bangunan Candi Mandapa Plaosan.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data mengenai konsep-konsep
agama Buddha dan konsep mandala Buddha. Selain itu, studi pustaka dilakukan
untuk memperoleh data berupa dokumentasi Candi Mandapa Plaosan, seperti
gambar dan foto atau hal lain yang terkait dengan obyek penelitian.
2. Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data dilakukan dengan pengelompokan data. Data yang
sudah dikelompokan, kemudian dideskripsikan secara verbal maupun dengan
bantuan gambar dan tabel. Data yang dideskripsikan terlebih dahulu adalah data
berupa bangunan dan arca-arca, kemudian dilanjutkan dengan pendeskripsian
data yang memuat konsep-konsep keagamaan yang berkaitan dengan data
sebelumnya. Setelah data dideskripsikan, kemudian dilakukan analisis dengan
memadukan data yang didapatkan dari hasil observasi di lokasi penelitian,
dengan data yang didapatkan melalui studi pustaka.
Analisis data dilakukan dengan dengan menggunakan pendekatan
ikonografi untuk mengetahui identitas arca. Analisis ikonografi dilakukan
terhadap arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan dan arca-arca pembanding
seperti arca pada bilik Candi Induk Plaosan Lor dan arca-arca pada candi Lain
yang diketahui identitasnya melalui pendekatan ikonografi. Analisis ikonografi
dilakukan terhadap arca dan komponennya untuk mengetahui gaya pengarcaan
pada Candi Mandapa Plaosan. Selain itu juga dilakukan analisis kontekstual
untuk mengetahui pola dan latar belakang penempatan arca-arca tersebut (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional 2008, 104-108). Hasil dari
analisis data yang berupa indikasi-indikasi tertentu, kemudian disintesiskan
dengan konsep-konsep keagamaan dalam penempatan arca-arca. Hasil sintesis
9
ini kemudian dilakukan interpretasi, diharapkan hasil interpretasi ini mampu
menjawab rumusan masalah yang ada.
3. Kesimpulan
Tahap kesimpulan merupakan tahap akhir dari penelitian ini. Pada tahap
ini, akan disimpulkan hasil-hasil penelitian, yaitu:
a. Ikonografi arca-arca Candi Mandapa Plaosan yang meliputi, identitas tokoh
dan gaya pengarcaan .
b. Latar belakang konsep keagamaan penempatan arca-arca pada Candi
Mandapa Plaosan yang meliputi, susunan pantheon Buddha dan mandala
yang digunakan sebagai konsep penyusunan arca.
c. Kesesuaian antara susunan arca-arca pada Candi Mandapa Plaosan yang
merupakan hasil pemugaran dengan ikonografi dan konsep keagamaan
susunan arca-arca Candi Mandapa Plaosan.
Kesimpulan yang berupa hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
acuan dalam penelitian selanjutnya, terutama penelitian mengenai Candi
Mandapa Plaosan atau Kompleks Candi Plaosan secara keseluruhan.
10
CATATAN
1
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh BPCB Jawa Tengah pada tahun
1993/1994, telah menemukan adanya parit yang mengelilingi kedua kelompok
candi tersebut menjadi satu kesatuan, sehingga sebutan untuk Candi Plaosan
Lor dan Candi Plaosan Kidul sebenarnya sudah tidak relevan lagi (Suaka
Peninggalan Sejarah Purbakala Jawa Tengah 1998, 45).
2
Penyebutan Candi Mandapa Plaosan oleh pihak BPCB Jawa Tengah disebut
dengan Bangunan “Candi Pendapa”, sedangkan penduduk sekitar, terutama
yang telah berusia lanjut, menyebut bangunan ini dengan sebutan ”Candi Jago”.
3
Beberapa situs arkeologi dengan latar belakang agama Buddha yang
ditemukan di Sumatera hingga Semenanjung Malaya, diketahui juga ditemukan
bangunan yang berupa mandapa.
Download