Industry Update Vol 22 2016 – Industri Farmasi

advertisement
Industry | Update
Office of Chief Economist
Volume 22, November 2016
Pasar Farmasi Indonesia
(Rp Triliun)
102,1
CAGR
2011-2015
10%
69,1
59,5
62,3
53,8
47,6
43,2
2011 2012 2013 2014 2015 2016F
2020F
Sumber: Kalbe Farma (IMS Health)
Komposisi Pasar Farmasi Indonesia
Menurut Jenis Obat
8,3
9,4
10,5
50,7
49,6
51,5
Ethical
(Resep)
41,0
41,0
38,0
OTC
(Obat Bebas)
2013
2014
2015
OTC
Generik Bermerek dan Produk Lisensi
Generik Tidak Bermerek
Sumber: Kalbe Farma (IMS Health)
Investasi Industri Kimia Dasar,
Barang Kimia dan Farmasi
(Rp Triliun)
46,7
45,2
100%
38,3
34,5
63%
Sumber: BKPM
9M16
9M15
2015
2014
37%
PMA
PMDN
11 November,
2016
Farmasi
Produk Domestik Bruto (PDB) industri kimia, farmasi
dan obat tradisional tumbuh sebesar 8,99% (yoy) pada
3Q16 atau secara kumulatif meningkat 4,01% (yoy)
untuk periode 9M16. Angka pertumbuhan PDB tersebut
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya, yaitu 10,18% (yoy) untuk 3Q15 dan 8,87%
untuk 9M15. Namun demikian, pertumbuhan PDB
industri kimia, farmasi dan obat tradisional pada 3Q16
masih lebih tinggi dibandingkan industri pengolahan
non-migas secara keseluruhan yang tumbuh sebesar
4,71% (yoy).
Pasar farmasi nasional tumbuh rata-rata 10% per
tahun (CAGR) pada periode 2011-2015. Besar pasar
farmasi nasional pada tahun 2016 diperkirakan sekitar
IDR69 triliun dan akan meningkat menjadi IDR102 triliun
pada 2020. Pada 2015, obat resep (ethical)
mendominasi sekitar 62% pasar farmasi nasional dan
sisanya adalah obat bebas (over the counter/OTC).
Sebagai tambahan, obat resep dibedakan menjadi obat
patent, generik bermerek (branded generic) dan generik
tidak bermerek (OGB).
Implementasi BPJS Kesehatan akan mengubah struktur
pasar obat ke depan. Pangsa obat OGB memiliki tren
meningkat di era BPJS Kesehatan. Pada 2013 atau
sebelum era BPJS Kesehatan, pangsa pasar OGB dalam
industri farmasi sebesar 8,3%. Pada 2015 atau dua
tahun setelah implementasi BPJS Kesehatan, pangsa
pasar OGB meningkat menjadi 10,5%. Lebih jauh,
persaingan antar pemain farmasi di era BPJS Kesehatan
semakin ketat, khususnya untuk pemain swasta karena
harga sudah dipatok BPJS. Pricing power perusahaan
farmasi swasta sangat terbatas untuk segmen obat
resep yang ditender melalui e-catalogue.
Potensi pasar obat-obatan di Indonesia yang besar
mendorong peningkatan investasi di sektor farmasi.
Realisasi nilai investasi industri kimia dasar, barang
kimia dan farmasi selama Januari–September 2016
mencapai IDR46,7 triliun, atau meningkat 35,4% (yoy).
Nilai tersebut memberikan kontribusi terbesar terhadap
total realisasi investasi Indonesia 9M16, yaitu sebesar
10,3%. Berdasarkan jenisnya, 36,8% realisasi investasi
merupakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
dan 63,17% merupakan Penanaman Modal Asing
(PMA). Komposisi ini menarik untuk diamati mengingat
porsi PMA yang meningkat signifikan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Pada 9M15,
realisasi investasi PMA industri kimia dasar, barang
kimia dan farmasi sebesar 53,3%. Peningkatan nilai
investasi industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi
juga menunjukkan bahwa para pelaku industri masih
optimis memandang prospek bisnis di industri ini. Kami
memperkirakan
kebijakan
pemerintah
yang
membolehkan kepemilikan asing hingga 100% untuk
industri bahan baku obat akan membuat arus investasi
lebih marak.
Volume 22, November 2016
Industry Update
Perkembangan Kredit Perbankan Nasional
di Sektor Farmasi
(Rp Triliun)
12
9,98
9
8,67
6
3
1,17
1,00
0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jun-16
Ind. Farmasi dan Jamu
Perdag.Eceran Bahan Kimia, Farmasi, Kosmetik, dan Alat Laboratorium
Perdag. Eceran Kaki Lima Bahan Kimia, Frmasi, Kosmetik, dan Alat Laboratorium
Perdag. Impor Farmasi
Sumber: OJK
Perkembangan NPL Kredit Nasional
di Sektor Farmasi
6%
4%
2,80%
1,90%
1,69%
2%
0,70%
0%
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jun-16
Ind. Farmasi dan Jamu
Perdag.Eceran Bahan Kimia, Farmasi, Kosmetik, dan Alat Laboratorium
Perdag. Eceran Kaki Lima Bahan Kimia, Frmasi, Kosmetik, dan Alat Laboratorium
Perdag. Impor Farmasi
Sumber: OJK
Kepesertaan BPJS Kesehatan
(Juta Jiwa)
Keterangan:
T = target
Hingga Okt 2016: 170,2 juta jiwa
Sumber: BPJS Kesehatan
Kinerja penjualan beberapa emiten farmasi besar
pada 9M16 menunjukkan perbaikan. Hal ini
ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai penjualan yang
lebih tinggi dibandingkan 9M15. Profitabilitas emiten
farmasi pada 9M16 juga cenderung lebih baik
dibandingkan 9M15. Sebagai gambaran, pada 9M16
Kalbe Farma mencatat pertumbuhan penjualan sebesar
9,5% yoy (vs 2,9% yoy pada 9M15) dengan operating
margin sebesar 15,79% (vs 15,05% pada 9M15).
Sementara Kimia Farma sebagai BUMN farmasi terbesar
membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 14,2%
yoy (vs 12,9% yoy pada 9M15) dengan operating margin
sebesar 6,62% (vs 6,24% pada 9M15).
Posisi kredit nasional yang disalurkan ke industri
farmasi dan jamu per Juni 2016 sebesar IDR8,67 triliun,
lebih tinggi dibandingkan posisi Desember 2015 yang
sebesar IDR8,39 triliun, namun sedikit lebih rendah
dibandingkan posisi Juni 2015 sebesar IDR8,76 triliun.
Sementara per Juni 2016, kredit perdagangan farmasi
mencapai IDR12,15 triliun, terdiri dari kredit
perdagangan eceran bahan kimia, farmasi, kosmetik,
dan alat laboratorium (82,2%), kredit perdagangan
eceran kaki lima bahan kimia, farmasi, kosmetik, dan
alat laboratorium (9,6%), dan perdagangan impor
farmasi (8,2%). Posisi kredit yang disalurkan ke sektor
perdagangan farmasi per Juni 2016 lebih tinggi
dibandingkan posisi Desember 2015 (IDR11,28 triliun)
maupun Juni 2015 (IDR9,71 triliun).
Jumlah nominal total NPL (non-performing loan) industri
farmasi dan jamu per Juni 2016 sebesar IDR146,69 miliar,
meningkat signifikan dibandingkan posisi Desember 2015
yang sebesar IDR13,28 miliar dan Juni 2015 yang sebesar
IDR12,01 miliar. Untuk NPL perdagangan farmasi, total
nominal NPL per Juni 2016 sebesar IDR308,72 miliar,
meningkat dibandingkan posisi Desember 2015 (IDR259,25
miliar) dan Juni 2015 (IDR226,70 miliar). Penyumbang NPL
nominal terbesar untuk kredit perdagangan farmasi adalah
perdagangan eceran bahan kimia, farmasi, kosmetik, dan alat
laboratorium (90,54%).
NPL (%) industri farmasi dan jamu mengalami
kenaikan menjadi 1,69% per Juni 2016 dari
sebelumnya 0,16% per Desember 2015 dan 0,14% per
Juni 2015. Untuk perdagangan farmasi, NPL tertinggi
terjadi pada kredit perdagangan eceran bahan kimia,
farmasi, kosmetik, dan alat laboratorium (2,80%).
Ke depan, potensi pertumbuhan industri farmasi di
Indonesia masih tinggi, seiring cakupan implementasi BPJS
Kesehatan yang semakin luas dan baik. Jumlah penduduk
yang besar, pertumbuhan masyarakat middle income class,
peningkatan kesadaran masyarakat akan asuransi kesehatan
dan dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten menjadi
driver utama pertumbuhan ini.
Ditengah persaingan yang semakin ketat, produsen farmasi
dituntut secara cermat menentukan bauran antara produk
obat dan consumer health yang tepat menjadi key success
factor bagi perusahaan farmasi untuk mendapat profit margin
yang tinggi. Selain itu, kemampuan mengindentifikasi obat
yang efektif menyembuhkan penyakit yang banyak diderita
masyarakat dan bisa diproduksi dengan biaya murah menjadi
key success factor lain agar bisa mencetak profit margin yang
tinggi.
hal 2
Volume 22, November 2016
Industry Update
Quote of the Week
News
“Kita harus meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia sesuai dengan
NAWACITA yang kelima, yaitu SDM yang
berkualitas dengan hulunya adalah
kesehata”
Nila F. Moeloek
Menteri kesehatan RI
Crude Palm Oil
(USD/Ton)
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
Nov-16
Jul-16
Mar-16
Nov-15
Jul-15
Mar-15
Nov-14
Jul-14
Mar-14
Nov-13
0
Sumber: Bloomberg
Produksi industri manufaktur besar dan sedang
tumbuh sebesar 5,07% (yoy) pada triwulan III-2016.
Angka pertumbuhan produksi tersebut lebih tinggi
daripada pertumbuhan triwulan II-2016 yang sebesar
5,01% dan triwulan III-2015 yang sebesar 4,00%.
Kenaikan produksi industri manufaktur besar dan
sedang pada triwulan III-2016 terutama terjadi pada
industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional
(11,26%), industri makanan (7,70%) dan industri kulit,
barang dari kulit dan alas kaki (naik 7,28%), dan industri
barang galian bukan logam (7,19%).
PT Mayora Indah Tbk (MYOR) berencana membangun
dua pabrik air minum dalam kemasan (AMDK) baru
yakni di Cianjur, Jawa Barat dan Palembang, Sumatera
Selatan. Perseroan menyatakan bahwa dengan adanya
pabrik baru tersebut, bahan baku kapasitas produksi
AMDK Perseroan naik menjadi 5 juta karton dari
sebelumnya 1 juta karton perbulan. Tahun ini Perseroan
memproyeksikan penjualan mencapai IDR17,5 triliyn
dengan komposisi ekspor 40% dan domestik 50%.
Tahun Bauran antara produk obat dan consumer health yang
tepat menjadi key success factor bagi perusahaan farmasi.
Rubber
(USD/Kg)
3
2.5
2
1.5
1
0.5
Aug-16
Nov-16
May-16
Feb-16
Aug-15
Nov-15
May-15
Feb-15
Nov-14
Aug-14
May-14
Feb-14
Nov-13
0
Sumber: Bloomberg
Coal
(USD/ton)
120
100
80
60
40
20
Nov-16
Aug-16
May-16
Feb-16
Nov-15
Aug-15
May-15
Feb-15
Nov-14
Aug-14
May-14
Feb-14
Nov-13
0
Sejauh ini pada tahun 2016, penjualan domestik
Perseroan mencatatkan peningkatan sebesar 30%,
sehingga Perseroan memilih untuk fokus apda
penjualan domestik. Saat ini, utilisasi pabrik Perseroan
rata-rata antara 60%-70%. Kapasitas produksi 10 lini
produksi Perseroan mencpai 97 ribu ton per tahun,
sedangkan 8 lini produksi permen mencapai 63 ribu per
tahun.
Dewan
Minyak
Sawit
Indonesia
(DMSI)
memproyeksikan harga sawit mintah (CPO) dipasar
global apda November 2016 – Januari 2017 akan
berada dikisaran USD720-760 per ton. Kisaran harga
CPO tersebut menunjukan adanya tren kenaikan apabila
dibandingkan dengan tahun ini yang masih berada di
Bawah USD700 per ton. Meningkatnya harga minyak
mentah dunia dan penurunan produksi di negara
produsen sawit menjadi penyebab tren kenaikan harga
tersebut. Sebelumnya, Kemendag telah menetapkan
harga referensi ekspor untuk CPO pada November 2016
sebesar USD743,23 per ton. Harga referensi tersebut
turun sekitar 5% atau USD38,28 per ton dibandingkan
harga referensi Oktober 2016 yang mencapai
USD781,49 per ton. Dengan demikian, bea keluar atas
CPO pada November 2016 dikenakan nol.
PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba sebesar USD2,83
miliar atau meningkat 209% (yoy). Perseoran menyatakan
bahwa peningkatan tersebut didorong oleh program efisiensi.
Program efisiensi Perseroan seperti Break Through Project
(BTP), Perseroan berhasil melakukan efisiensi hingga USD1,6
miliar sampai dengan September 2016. Penghematan ini di
antaranya diperoleh dari sentralisasi pengadaan nonhydro
sebesar USD185 juta dan efisiensi pengadaan hydro melalui
integrated supply chain (ISC) sebesar USD166 juta.
Sumber: Bloomberg
hal 3
Volume 22, November 2016
Industry Update
Commodities Price Movement
tabel commodities price movement (hal.4)
Commodities
Unit
Oil - London Exchange
Oil - New York Exchange
Oil - US Crude Oil
Coal (Newcastle)
Aluminum (LME)
Copper (LME)
Nickel (LME)
Tin (LME)
Gold (Composite)
Platinum (NYMEX)
Pulp (FOEX PIX)
Rubber Tokyo (TOCOM)
Palm Oil (Malaysia FOB)
Soybean (USDE)
Cocoa (ICE US)
* Closing date: 11/10/2016
Source: Bloomberg
USD/barrel
USD/barrel
USD/barrel
USD/ton
USD/Ton
USD/Ton
USD/Ton
USD/Ton
USD/troy oz
USD/troy oz
USD/Ton
USD/kg
USD/Ton
USd/bushel
USD/Ton
Published by :
tabel Composite Index (hal.4)
Composite Index
PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk
Phone: 62-21-5245557
Fax : 61-21-5210430
Analyst :
Dendi Ramdani
Nadia Kusuma Dewi
Sindi Paramita
Adjie Harisandi
Mamay Sukaesih
Romauli Panggabean
Araminta Setyawati
MoM
45.5
45.6
46.8
92.8
1580.0
5413.0
11490.0
21575.0
1284.5
1001.0
654.1
1.80
679.5
1014.5
2451.0
-11.7%
-11.3%
-12.9%
25.4%
-0.6%
11.6%
11.0%
7.5%
2.5%
4.2%
-0.3%
5.5%
7.0%
5.5%
-6.3%
Ytd
YoY
27.4%
23.0%
4.1%
104.1%
-2.5%
15.0%
32.1%
48.5%
21.0%
12.3%
-17.1%
47.6%
32.9%
13.5%
-22.3%
-0.7%
3.0%
-15.2%
90.8%
1.3%
9.0%
19.6%
48.4%
17.6%
11.4%
-18.9%
69.7%
38.5%
16.3%
-23.1%
Composite Index Performance
Trading Day
11/10/2016
11/3/2016
10/27/2016
Mining Index
11/10/2016
11/3/2016
10/27/2016
Basic Industries & Chemical
11/10/2016
Index
11/3/2016
10/27/2016
11/10/2016
Miscellaneous Industries Index
11/3/2016
10/27/2016
Consumer Index
11/10/2016
11/3/2016
10/27/2016
11/10/2016
Property & Real Estate Index
11/3/2016
10/27/2016
11/10/2016
Infrastructure, Utilities, and
11/3/2016
Transportation Index
10/27/2016
Trade, Service and Investment
11/10/2016
Index
11/3/2016
10/27/2016
Source: Bloomberg, Jakarta Stock Exchange
Agricultural Index
Office of Chief Economist
Last Price*
Closing Price
1769.1
1737.9
1817.7
1429.5
1328.7
1303.8
546.7
527.4
542.4
1385.6
1351.9
1369.2
2501.7
2432.6
2481.7
561.3
543.9
561.8
1095.9
1082.8
1104.7
879.4
844.9
863.5
Ytd
2.90%
1.08%
5.72%
76.25%
63.82%
60.75%
34.06%
29.30%
32.98%
31.06%
27.86%
29.51%
21.15%
17.80%
20.18%
14.33%
10.78%
14.44%
11.67%
10.33%
12.57%
3.52%
-0.54%
1.65%
YoY
4.13%
-2.06%
11.45%
53.47%
53.47%
39.26%
48.38%
37.20%
32.91%
22.94%
20.89%
26.14%
23.02%
18.21%
18.23%
17.99%
12.71%
16.57%
23.06%
18.81%
15.69%
7.07%
1.43%
6.29%
Disclaimer
Published by PT Bank Mandiri (Persero) which regulated by Indonesian Banking Regulatory. This document is for information purposes only. The
information and opinion in this document has been obtained from sources believed reliable, but no guarantee is given regarding its
accuracy or completeness and it should not be relied upon as such. All opinion expressed here may not necessarily be shared by all
employees within Bank Mandiri and its group and are subject to change without notice. No part of this document may be reproduced in any
manner without written permission of Bank Mandiri. Additional information is available upon request.
hal 4
Download