CommoditiesInsight Vol. 16-Farmasi

advertisement
Industry | Update
30 August, 2013
Office of Chief Economist
Volume 16 , Agustus 2013
Quote of the Week
News
Peter Richardson and Joel Crane
Morgan Stanley
US Crude Oil Daily Price
(USD/Barrel)
!"#
$%&#
'()#*
+,-#*
!"#*
Source: Bloomberg
343//
34///
World Palm Oil Daily Price
(USD/Ton)
2//
1//
0//
.//
567839
:;<839
=>?83@
ABC83@
56783@
Source: Bloomberg
Coal Price
(USD/Ton)
130
120
110
100
90
80
70
Agust-11
Des-11
Apr-12
Agust-12
Source: Bloomberg
Des-12
Apr-13
Agust-13
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan industri
manufaktur nasional pada 2014 sebesar 6,5%-7%,
relatif stagnan dibanding proyeksi pertumbuhan tahun
ini yang sebesar 6,5%. Perkiraan tersebut mengacu
pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2014 sebesar 6,4% menyusul belum pulihnya krisis
ekonomi global. Pada 2014, beberapa sektor industri
yang akan dikembangkan oleh pemerintah antara lain
industri permesinan, alat berat, alat kesehatan,
kendaraan bermotor rendah emisi, perkapalan,
kedirgantaraan, perkeretaapian, alat pertahanan,
elektronika dan telematika, serta industri kreatif
perangkat lunak dan konten multimedia. Pemerintah
juga akan melanjutkan program hilirisasi industri untuk
meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, seperti
pada industri berbasis agro seperti sawit, kakao, karet,
rotan, industri berbasis sumber daya mineral seperti
besi, aluminium, nikel, tembaga, dan industri berbasis
migas seperti petrokimia.
Sudirman Maman Rusdi, Ketua Umum Gabungan
Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), menyatakan
dengan berbagai kendala industri saat ini seperti
dampak kenikan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi,
pelemahan
harga
komoditas,
dan
pelemahan nilai tukar rupiah, penjualan mobil domestik
sepanjang 2013 diperkirakan tetap dapat mencapai
target 1,1 juta unit. Dengan realisasi penjualan mobil
sepanjang Januari-Juli 2013 sebanyak 714.400 unit
(wholesale), target penjualan telah mencapai 64,9%..
Pemerintah akan memangkas bea keluar (BK) produk
minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menjadi 9%
pada September 2013 dibandingkan bulan sebelumnya
10,5%. Penurunan BK tersebut dilakukan untuk
mendorong pendapatan ekspor akibat pelemahan
harga komoditas itu. Direktur Eksekutif Gabungan
Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil
Hasan memperkirakan, harga CPO tidak akan
menunjukkan tren kenaikan yang berarti seiring
meningkatnya stok CPO Indonesia dan Malaysia. Hal
ini juga dipengaruhi oleh perkiraan meningkatnya hasil
panen kedelai di Brasil, Argentina, dan Amerika.
Pemerintah akan mengesahkan mekanisme impor yang
baru dengan menggunakan penerapan referensi harga
daging sapi dan beberapa produk hortikultura pada
akhir bulan ini sebagai tindak lanjut paket kebijakan
pemerintah untuk merespon melemahnya rupiah terkait
dengan stabilisasi harga. Kebijakan impor yang baru ini
tidak lagi menggunakan sistem kuota. Pelaksanaan dan
volume importasi akan dilakukan sesuai dengan
fluktuasi harga di pasaran terhadap harga referensi.
Misal jika harga di pasaran meningkat hingga 15% dari
harga referensi, maka kran impor akan dibuka. Namun,
apabila harga turun hingga 10% atau menjadi setara
dengan harga referensi, impor akan dihentikan.
Industry Update
Volume 16, Agustus 2013
Industri Farmasi
Healthcare Expenditure, 2011
(% GDP)
#$%
&$%
'
$(
)$&
)$)
)$*
%$)
%$%
+$(
D 0E 3/ D 0E85
0-> 3/
,- ./ 01 2 3-45 78 9-/ </ ;/=5 ?8 015 A B30/ : 301/5
@8 01
.C9/
0/ 6 :- ;/4/ 0 > 3/
Sumber: Kalbe Farma, Business Monitor International:
Pharmaceutical & Healthcare Report
Pasar Farmasi Indonesia
CAGR
2011-2015:
13%
! " Sumber: GP Farmasi, Business Monitor International:
Pharmaceutical & Healthcare Report
Pasar Obat Generik (Generik Bermerek+OGB)
KH
G
CAGR 2010-2015 : 16%
ST UV WX YX U Z [\ ] ^U_
N `abX Y ST UV WX YX U c dXb
K
F IJ
G
L IK
G
F
L HI
G
PH IN
G
F
PM KN PIGMN
G
MOGFN
M LGMN
LOO ON
G
IO ON
G
FH
G
FH
G
LH
G
K KF
G
MKG LN
PO ON
G
RO ON
G
L
FO ON
G
OH
G
O
FO LO
FO LL FO LF Q FO LK Q FO LR Q FO LH Q
O ON
G
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dan terus
meningkat serta kesadaran masyarakat yang semakin
tinggi akan kesehatan seiring dengan meningkatnya
perekonomian dan daya beli masyarakat yang masih
cukup kuat menjadi driver utama pertumbuhan industri
farmasi nasional. Meningkatnya dukungan program
pemerintah di bidang kesehatan sejalan dengan
implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
melalui beroperasinya Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan dan sistem asuransi
kesehatan nasional per Januari 2014 diproyeksikan
mendorong pertumbuhan industri farmasi lebih tinggi
lagi beberapa tahun ke depan. Di samping itu, proporsi
pengeluaran kesehatan terhadap GDP Indonesia masih
relatif rendah sehingga potensi peningkatan masih
cukup besar. Pemerintah mengalokasikan anggaran
sebesar Rp33 triliun untuk Kementerian Kesehatan
pada 2013 dan meningkatkannya menjadi Rp45 triliun
pada 2014.
Pasar farmasi nasional diperkirakan tumbuh rata-rata
13% per tahun pada 2011-2015. Pasar farmasi nasional
pada 2013 diperkirakan sebesar USD 5,88 miliar dan
meningkat menjadi USD 6,61 miliar pada 2014. Obat
resep (ethical) mendominasi sekitar 60% pasar farmasi
nasional dan sisanya 40% adalah obat bebas (over the
counter/OTC). Obat resep sendiri terdiri dari obat patent
(30%) dan obat generik (70%), dimana obat generik
terbagi lagi menjadi obat generik bermerek dan obat
generik biasa (OGB). Dalam hal ini pangsa OGB di
Indonesia masih relatif kecil (<20% dari total pasar obat
generik). Potensi pertumbuhan obat resep ke depan,
khususnya obat generik, diperkirakan akan semakin
tinggi seiring dengan implementasi SJSN.
Studi IMS pada 2011 memprediksikan bahwa pada
2011-2015 pertumbuhan pasar farmasi di Asia Pacific
sebesar 13%-16%, jauh mengungguli kawasan lainnya
seperti Amerika Latin (11%-14), Timur Tengah dan
Afrika (7%-10%), Eropa Tengah dan Timur (6%-9%),
serta Eropa Barat dan Amerika Eropa (masing-masing
0%-3%). Dalam studinya, IMS menyatakan bahwa
pasar farmasi global ke depan akan didorong oleh
kelompok pharmerging market, yaitu negara-negara
dengan pertumbuhan farmasi tinggi yang menawarkan
prospek pertumbuhan yang sangat kuat, didukung oleh
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, meningkatnya akses
terhadap layanan kesehatan, dan di banyak kasus,
membaiknya regulasi. Sementara beberapa faktor yang
terus berkontribusi terhadap merosotnya pertumbuhan
penjualan di pasar farmasi yang sudah matang, di
antaranya yaitu tingginya tingkat produk yang habis
masa paten, meningkatnya penetrasi pasar generik,
kurangnya anggaran industri bioteknologi, perubahan
reimbursement, batasan pemerintah yang kian ketat
dalam hal pengeluaran dan keamanan produk, serta
kondisi makroekonomi. Indonesia sendiri termasuk
dalam tier ke-3 pharmerging market bersama beberapa
Sumber: GP Farmasi (IMS Health)
hal 2
Industry Update
Volume 16, Agustus 2013
Pasar Farmasi 2014
(USD Bn)
%&'&
$
"
# " !
Sumber: GP Farmasi (IMS Health)
Struktur Beban Produksi KLBF
(%)
99:;<
?=:?<
=:><
D
E
GH
FC
E
DC
FC
F HO
GJ
E
BC
EQ
H
D
IC
C
MN
E
R
E
H
C
KCL
@AA<
BJ
EQL
G CL
FC
R
O
P
VT
R
BJ
F
C
N
PC
UC
ST
G
L
IH
O
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan 2012
Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
(Rp/USD)
-/)***
-.)***
--)***
-*)***
,)***
+)***
()***
012345*(
6785*,
Sumber: Bloomberg
012345-*
6785-.
012345-/
negara lain seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, dan
Afrika Selatan. Sementara yang masuk dalam kategori
tier ke-1 adalah China, sedangkan Brazil, Rusia, dan
India masuk dalam tier ke-2 pharmerging market.
Struktur industri farmasi di Indonesia sangat
terfragmentasi dimana saat ini terdapat sekitar 250
perusahaan farmasi yang beroperasi. Berdasarkan nilai
pasarnya, Kalbe Group menguasai 13% pangsa pasar
farmasi nasional. Selain Kalbe, yang termasuk dalam
Top 4 perusahaan farmasi nasional adalah Dexa
Medica, Sanbe, dan Soho. Sementara berdasarkan
volumenya, 20 perusahaan farmasi menguasai 40%
volume obat nasional. Persaingan dalam industri
farmasi semakin ketat dimana diversifikasi produk
semakin banyak dilakukan perusahaan farmasi besar.
Bahan baku menyumbang sebagian besar biaya
produksi industri farmasi (60%-70%). Sementara itu,
sekitar 90% bahan baku obat masih diimpor sehingga
dapat disimpulkan bahwa import content dalam industri
ini tinggi. Asosiasi perusahaan pemasok bahan baku
obat, Pharma Materials Management Club (PMMC)
memproyeksikan impor bahan baku farmasi Indonesia
pada 2013 mencapai USD1,35 miliar, naik 15,4%
dibandingkan tahun 2012 yang sebesar USD 1,17
miliar. Mengingat tingginya import content pada industri
ini, fluktuasi Rupiah menjadi concern dalam bisnis
farmasi, terlebih di saat kecenderungan Rupiah
terdepresiasi seperti saat ini. Pelemahan Rupiah
memang tidak serta merta menaikkan harga obat
karena perusahaan telah memiliki management stock
impor bahan baku. Namun jika Rupiah terus melemah
dalam waktu satu hingga dua kuartal, maka potensi
perusahaan farmasi untuk menaikkan harga jual
obatnya akan semakin besar.
Pelaksanaan SJSN 2014 dengan BPJS Kesehatan
sebagai penyelenggara tidaklah mudah. Di samping
kesiapan
infrastruktur
pelayanan
kesehatan,
ketersediaan sumber daya manusia bidang kesehatan
beserta distribusinya menjadi tantangan tersendiri.
SJSN diharapkan dapat memeratakan ketersediaan
dan jangkauan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu. SJSN 2014 dijalankan
berdasarkan prinsip asuransi sosial. Sesuai dengan
prinsip asuransi sosial, pembiayaan berasal dari premi
yang dibayarkan dan besarnya sesuai dengan ingkat
sosial ekonomi masyarakat. Bagi rakyat miskin yang
tidak mampu yang disebut sebagai Penerima Bantuan
Iuran (PBI), preminya dibayarkan pemerintah. Dalam
hal ini, pemerintah memutuskan untuk melakukan
pembayaran premi PBI sebesar Rp19.225/orang/bulan.
Berdasarkan roadmap BPJS, pada tahun 2014, peserta
yang dicakup program ini sebanyak 121,6 juta orang
dan diharapkan pada 2019 semua penduduk Indonesia
telah tercakup dalam BPJS Kesehatan (257,5 juta
orang).
hal 3
Industry Update
Volume 16, Agustus 2013
Commodities Price Movement
Commodities
" &'#'#
"((
*
+ .$ '#
.'(
0' * ,
. # , "
2 "1 $3 !%/% '
3 4 #
Unit
#$
$
#$
$
#$
$
#$
$
#$
$
$, $, $
$
'1 #$
$
Last Price*
!!
! )
)
%)%)
!
)%%
/
%
!)
/
%)%%
MoM
%
!
Ytd
YoY
!
!
!
%
%%
!
%
)
%
)
%
Composite Index Performance
Composite Index
Published by:
Office of Chief Economist
hi jklm nklopqp rhsqtsquv iwm
hxulsy z{| {}|~{ ~~~€
k‚y z{| {}|~{}ƒ„ƒ
Chief Economist
56789 :;< :7= ;>?@AB
Q8?8?6 >?@AB
R=S 89 >?@ :S<78AS T UVAW89= ;>?@AB
…st†q‡ …kˆk‡kl† p
Q8S9A;;= ?AX :S >?@ :S<78AS >?@AB
Analyst:
UX ?S:WA7 >?@AB
k ptk‰ Šplu jsqlklou
n‹ Œps nkŽ‰slo qk
kopk ŽtŽˆk …s‘ p
’plop hkqkˆp†k
Œops “kqptklop
nkˆk‡ ’ Žmkst px
ŠuˆkŽ‰p hkl””k wskl
Y7X ZA7<[ T \A= ;]S<=<A >?@AB
>?^7=S<7:9< :7A_ `<8;8< 8AS_ =?@
a7= ?S ZX7<=<8X ? >?@AB
a7=@A_bA7c 89A =?@ >?cAS< WA ?< >?@AB
bX :79AdR;XXWeA76_ f=g= 7<= b<X9g ]B9V=?6A
Trading Day
CDEFDEGHI
CDEEDEGHI
CDHMDEGHI
CDEFDEGHI
CDEEDEGHI
CDHMDEGHI
CDEFDEGHI
CDEEDEGHI
CDHMDEGHI
CDEFDEGHI
CDEEDEGHI
CDHMDEGHI
CDEFDEGHI
CDEEDEGHI
CDHMDEGHI
CDEFDEGHI
CDEEDEGHI
CDHMDEGHI
CDEFDEGHI
CDEEDEGHI
CDHMDEGHI
CDEFDEGHI
CDEEDEGHI
CDHMDEGHI
Closing Price
HJKCLMEF
HP HJ LCFK
HPEJ LIIJ
HK HK LEEM
HIJK LKIE
HIFG LCPJ
KII LIKE
KPE LJKP
MIJ LHPK
HGJI LEKE
HGFG LMFF
HHFK LHMC
HJFE LHKE
HCEM LFII
EGGM LGMF
IMCLG HI
IJM LCGP
KMM LPPP
FKM LMCC
FKJ LJM
HGIK LJJJ
JKI LIF
JKF LG H
CPI LMGM
Ytd
NHMO
NEEO
NEHO
NEKO
NEPO
NEMO
NHCO
NHEO
EO
NEGO
NHCO
NHHO
HKO
HJO
ECO
HGO
HMO
KGO
KO
KO
HKO
GO
HO
HJO
YoY
NEEO
NEJO
NECO
NEPO
NI HO
NIGO
NHO
HO
HCO
NHKO
NHMO
NCO
HMO
EGO
I HO
ECO
IEO
MCO
FO
FO
EHO
JO
PO
EIO
Disclaimer
Published by PT Bank Mandiri (Persero) which regulated by Indonesian Banking Regulatory. This document is for information purposes only. The information
and opinion in this document has been obtained from sources believed reliable, but no guarantee is given regarding its accuracy or completeness and it should
not be relied upon as such. All opinion expressed here may not necessarily be shared by all employees within Bank Mandiri and its group and are subject to
change without notice. No part of this document may be reproduced in any manner without written permission of Bank Mandiri. Additional information is
available upon request.
hal 4
Download