Disertasi dr. Nia Karnia: Patogenesa Metaplasia Sel Epitel Bronkiolus Paru Tikus Akibat Paparan Debu Batubara dan Asap Rokok Kanker paru masih menjadi salah satu kanker yang paling sering ditemukan di dunia dan menduduki peringkat kematian tertinggi pada pria. Dari tahun ke tahun, jumlah kanker paru semakin meningkat di negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Meskipun terdapat perkembangan pesat dalam teknik diagnostic dan operasi, kanker paru masih menjadi malignasi yang paling sulit untuk diobati. Di Indonesia, kanker paru menduduki peringkat ketiga atau keempat pada berbagai keganasan di rumah sakit. Demikian disampaikan dr. Nia Kania, Sp.PA dalam ujian disertasinya yang berjudul "Patogenesa Metaplasia Sel Epitel Bronkiolus Paru Tikus Akibat Paparan Debu Batubara dan Asap Rokok" di Lantai 6 Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) Senin (2/4). Lebih lanjut dr. Nia memaparkan, efek asap rokok sangat kompleks dan mempunyai aktivitas biologis mulai dari metaplasia sampai kanker. Berbeda dengan asap rokok, pada penelitian epidemiologi berkaitan dengan efek batubara ternyata tidak ditemukan peningkatan insidensi kanker paru secara bermakna. Selain itu, efek metaplasia akibat paparan debu batubara juga belum ada laporan. Meskipun demikian, kerapkali ditemukan adanya kebiasaan merokok pada pekerja atau individu terpapar debu batubara. Interaksi antara paparan debu batubara dengan asap rokok diduga akan mempercepat metaplasia paru melalui mekanisme aktivasi EGFR yang disebabkan oleh inflamasi dan stres oksidatif. Dalam disertasinya, Nia menggunakan tikus Wistar jantan sebagai sampel penelitiannya. Parameter yang diukur meliputi kadar EGF (ELISA) dan ekspresi EGFR (Confocal Laser Scanning Microscope/CLSM), kadar MDA (kolorimetrik), kadar MUC5AC (ELISA). Dengan pengelompokan penelitian berdasarkan banyak dan lamanya paparan debu batubara dan asap rokok. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari disertasi Nia adalah : terdapatnya metaplasia epitel bronkhiolus tikus dengan paparan batubara dosis 12,5 dan 25 mg pada 28 hari, terdapatnya perubahan kadar MUC5AC yang bermakna pada dosis 6,25 mg/m3; 12,5 mg/m3; dan 25 mg/m3 paparan 28 hari pada bronkhiolus tikus, terdapatnya perubahan bermakna ekspresi EGF, kadar MDA, ekspresi MUC5AC pada berbagai dosis dan metaplasia pada dosis 25 mg/m3 pada paparan batubara dan asap rokok 21 hari pada tikus, terdapat perubahan bermakna ekspresi EGF, kadar MDA, ekspresi MUC5AC dan healing/remodeling pada bronkhiolus tikus pada penghentian paparan setelah 21 hari. dr. Nia menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kesehatan paru para pekerja tambang batubara, penelitian pengaruh cuti kerja pada pekerja tambang batubara, penelitian lanjutan analisis efek penghentian paparan pada waktu paparan yang lebih lama (kronik), penelitian lanjutan untuk menganalisis peranan sel Clara dalam homeostasis, melakukan pemaparan lebih lama untuk mengetahui apakah kerusakan yang terjadi dapat mengakibatkan keadaan pre keganasan-keganasan. Majelis penguji yang terlibat dalam disertasiny adalah Prof.Dr.dr. H.M.S. Chandra Kusuma, SpA. (promotor), Prof dr M. Aris Widodo, MS., SpFK.,Ph.D. dan Prof Dr dr Edi Widjadjanto (ko-promotor), Prof.dr, Djoko Wahono S., SpPD. KEMD., Prof. Drs. Sutiman B. Sumitro, SU., D.Sc., dr. Betthy S. Hernowo, Sp. PA(K),. Phd.D. dr. Nia Kania, Sp.PA(K) lahir di Bandung, 51 tahun silam. Sarjana kedokteran umum (1989) dari Universitas Padjadjaran, spesialisasi patalogi anatomi (1999) dari Universitas Padjadjaran, consultant sitologi (2010) Universitas Indonesia ini, menjabat sebagai Ka. SMF Bag. Patalogi Anatomi RSUD Ulin Bjm, Dosen FK UNLAM Banjarmasin, Ketua IDI Cab. Banjarmasin, Ketua IAPI Cab. BORNEO, Ketua Tim PKTP Kal-Sel. [Cin/Arr] Dissertation of dr. Nia Karnia: Metaplasia Pathogenesis of Bronchial Ephitelial Cell Due to Exposure of Coal Dust and Cigarette Smoke Lung Cancer is still one of the most common forms of cancer in the world and the highest killer disease on male. Every year, the amount of lung cancer is still increasing in modern countries such as United States, Europe, Japan, or developing country such as Indonesia. Although there has been a rapid development on diagnostic and operation, lung cancer is still a malignancy that is very hard to be cured. In Indonesia, lung cancer is on third or fourth rank on deadliness in hospital. Such is as explained by dr. Nia Kania, Sp.PA in an examination of her dissertation entitled "Metaplasia Pathogenesis of Bronchial Ephitelial Cell of Rat Lung Caused by Exposure of Coal Dust and Cigarette Smoke" in the Sixth floor of Universitas Brawijaya Medical Faculty (FK UB) on Monday (2/4). Furthermore dr. Nia explained that the effect of cigarette smoke is very complex and having biological activity from metaplasia to cancer. Unlike cigarette smoke, the epidemiologic research on coal doesn’t show an increase of meaningful lung incident. Besides, there is no report on metaplasia effect caused by coal dust. Yet, it is often found that workers are smoking, or individuals are exposed to coal dust. Interaction of coal dust exposure and cigarette smoke allegedly will enhance the metaplasia of lung through mechanism of EGFR activation caused by inflammation and oxidative stress. In her dissertation, Nia uses Wistar rat as research sample. The Measured Parameters are the level of EGF (ELISA) and expression of EGFR (Confocal Laser Scanning Microscope/CLSM), the level of MDA (colorimetric), level of MUC5AC (ELISA). By grouping the research based on the amount and length of exposure on coal dust and cigarette smoke. Some conclusions from Nia’s dissertation are: The existence of metaplasia on bronchial ephitelial of rat with coal exposure of 12,5 and 25 mg on 28 days, there are meaningful change of MUC5AC level on 6,25 mg/m3; 12,5 mg/m3; and 25 mg/m3 dosage on 28 exposure on rat bronchial, there is a meaningful change on the expression of EGF, the level of MDA, expression of MUC5AC on various dosage and metaplasia on the dosage of 25 mg/m3 on coal and cigarette smoke exposure for 21 days on rat, there are meaningful change of EGF expression, MDA level, MUC5AC expression, and healing/remodeling on rat bronchial after the exposure is stopped after 21 days. dr. Nia advised that there should be further research on the lung health of coal mine worker, research on the effect of work leave on coal mine worker, advanced research of the analysis of the effect of the longer discontinuation of exposure, further research to analyse the role of Clara cell in homeostasis, performing longer exposure to know whether the damage can cause the condition of pre-dangerousness. The board of examiners in this examination consists of Prof.Dr.dr. H.M.S. Chandra Kusuma, SpA. (promotor), Prof dr M. Aris Widodo, MS., SpFK.,Ph.D. dan Prof Dr dr Edi Widjadjanto (co-promotor), Prof.dr, Djoko Wahono S., SpPD. KEMD., Prof. Drs. Sutiman B. Sumitro, SU., D.Sc., dr. Betthy S. Hernowo, Sp. PA(K),. Phd.D. dr. Nia Kania, Sp.PA(K) was born in Bandung, 51 years ago. Graduated from general medicine (1989) from Universitas Padjadjaran, specialization of anatomical pathology (1999) from Universitas Padjadjaran, consultant of cytology (2010) Universitas Indonesia, is the Head of SMF Unit Of Anatomical Pathology RSUD Ulin Bjm, Lecturer of FK UNLAM Banjarmasin, Head of IDI Banjarmasin, Head of IAPI BORNEO, Head of PKTP Team Kal-Sel. [Cin/Arr/trans by yasmeen]