TUGAS MATERIA MEDIKA HERBAL IMMUNOMODULATOR CENTELLA ASIATICA (PEGAGAN) Disusun oleh: Dwi Handayani NPM. 1106106722 Dosen: Dr. Katrin B, M.S, Apt PROGRAM MAGISTER HERBAL FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA 2011 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 IMMUNOMODULATOR I. PENDAHULUAN Immunomodulator dapat didefinisikan sebagai suatu zat biologis atau sintetis yang bisa menstimulasi, menekan atau mengatur setiap komponen dari sistem kekebalan tubuh. Fungsi dasar dari sistem kekebalan tubuh adalah untuk melindungi tubuh terhadap infeksi dan patogen yang menempatkan sistem kekebalan tubuh dalam posisi penting antara dinyatakan sehat dan sakit(4). Imunomodulator membantu tubuh untuk mengoptimalkan fungsi sistem imun yang merupakan sistem utama yang berperan dalam pertahanan tubuh di mana kebanyakan orang mudah mengalami gangguan sistem imun. Beberapa jenis tanaman obat yang mempunyai aktivitas sebagai imunomodulator adalah Echinacea purpurea, American ginseng (Panax quinquefoliun), Ashwagandha (Withania somnifera), akar Astragalus (Astragalus membranaceus), Borage (Borago officinalis), Bupleurum (Bupleurum chinense), Cola nut (Cola nitida), Devil’s club (Optopanax horridum), Ginseng (Panax sp), Licorice (Glycyrrhiza glabra), Matricaria chamomile, Oats (Avena sativa), abu Prickly (Xanthoxylum clava-herculis) bark, Siberian ginseng (Eleutherococcus senticosus), Sculicap (Scultellaria lateriflora), Suma (Pfaffia paniculata), Turmeric (Curcuma longa), mengkudu (Morinda citrifolia L.), jahe, meniran, pegagan, daun mimba dan sambiloto. Senyawa-senyawa yang mempunyai prospek cukup baik yang dapat meningkatkan aktivitas sistem imun biasanya dari golongan flavonoid, kurkumin, limonoid, vitamin C, vitamin E (tokoferol) dan katekin. Hasil test secara in vitro dari favonoid golongan flavones dan flavonols telah menunjukkan adanya respon imun (Hollman et al., 1996). Sedangkan katekin merupakan senyawa fenol, aktivitasnya sebagai antioksidan yang lebih tinggi daripada antioksidan sintetik seperti BHA (Butil Hidroksi Anisol) (Das, 1994). Katekin mempunyai efek antiproliferatif dan bersifat toksik terhadap sel kanker. Kebanyakan senyawa fenol telah diuji secara in vitro dan in vivo memperlihatkan kemampuan antioksidan, antiinflamasi dan antialergi. Sedangkan senyawa yang mempunyai bioaktifitas Page 2 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 sebagai imunostimulan agent adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoids, alkaloid dan polifenol (Wagner, 1985). Menurut Djauzi (2003) penyakit yang dapat menurunkan kekebalan tubuh diantaranya adalah : (1). Infeksi virus, pada umumnya infeksi virus menurunkan imunitas. Penurunan kekebalan tubuh dapat bersifat sementara misalnya pada SARS, influenza, herpes, morbili, juga common cold (batuk pilek), tetapi dapat pula menurunkan kekebalan tubuh secara lama dan progresif misalnya HIV, (2). Kanker, pada penyakit kanker juga terjadi penurunan kekebalan tubuh dan pada kanker lanjut penurunan kekebalan tubuh menjadi lebih nyata,dan (3). Penyakit kronik, beberapa penyakit seperti diabetes melitus, sirosis hati, gagal ginjal kronik, tuberkolosis, lepra, juga menurunkan imunitas. Fungsi imunomodulator adalah memperbaiki sistem imun yaitu dengan cara stimulasi (imunostimulan) atau menekan/menormalkan reaksi imun yang abnormal (imunosupresan). Immunomodulator dapat dibedakan menjadi(4): Immunoadjuvant Digunakan untuk meningkatkan efektivitas vaksin, disebut juga immunostimulan spesifik. Immunostimulan Dikenal dua golongan imunostimulan yaitu imunostimulan biologi dan sintetik. Beberapa contoh imunostimulan biologi adalah sitokin, antibodi monoklonal, jamur dan tanaman obat (herbal). Sedangkan imunostimulan sintetik yaitu levamisol, isoprinosin dan muramil peptidase (Djauzi, 2003). Immunosupressan Merangsang pelepasan hormon adrenokor-tikotropik (ACTH) dari kelenjar pituitari anterior yang berbeda di dalam otak yang selanjutnya akan merangsang kelenjar adrenal bagian kortek untuk memproduksi kortisol. Kortisol yang dihasilkan ini selanjutnya akan bertindak sebagai imunosupresan (West, 1995). Page 3 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 II. DESKRIPSI TANAMAN Klasifikasi(2) Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Bangsa : Apiales Suku : Apiaceae Marga : Centella Jenis : Centella asiatica (L) Urban Sinonim(3) : Centella coriacea Nannfd., Hydrocotyle asiatica L., Hydrocotyle lunata Lam. dan Trisanthus cochinchinensis Lour. (1, 3, 6). Nama umum/dagang : Pegagan(1) Nama daerah : Sumatera : Pegaga (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga, penggag, rumput kaki kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), pegago, pugago (Minangkabau) Jawa : Cowet gompeng, antanan, antanan bener, antanan gede (Sunda), gagan-gagan, ganggagan, kerok batok, panegowang, panigowang, rendeng, calingan rambat, pacul gowang (Jawa), gan gagan (Madura) Nusa Tenggara: Bebele (Sasak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere (Sawo) Maluku : Sarowati (Halmahera), kolotidi manora (Ternate) Sulawesi : Pagaga, wisu-wisu (Makassar)), cipubalawo (Bugis), hisu- hisu (Salayar) Irian : Dogauke, gogauke, sandanan Deskripsi Tanaman(1) Terna atau herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10 cm sampai 80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2 sampai 10 daun, kadang-kadang agak berambut; tangkai daun panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis tengah 1 cm sampai 7 cm, pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan berupa payung Page 4 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 tunggal atau 3 sampai 5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5 mm sampai 50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek; daun pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm, bentuk bundar telur; tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1 mm sampai 1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal. Keanekaragaman Variasi morfologi besar. Ekologi dan Penyebaran Tumbuh liar di seluruh Indonesia serta daerah-daerah beriklim tropik pada umumnya, dari dataran rendah hingga ketinggian 2.500 m di atas permukaan laut. Tumbuh di tempat yang terbuka atau sedikit kenaugan. Pada tanah yang lembab dan subur seperti di tegalan, padang rumput, tepi parit, di antara batu-batu, di tepi jalan dan tembok(1). Tanaman ini asli ke daerah panas dari kedua belahan hemisperm, termasuk Afrika, Australia, Kamboja, Amerika Tengah, Cina, Indonesia, Laos Rakyat Republik Demokratik, Madagaskar, Kepulauan Pasifik, Amerika Selatan, Thailand, bagian selatan Amerika Serikat, dan Vietnam. Dan melimpah di daerah rawa seperti di India, Republik Islam Iran, Pakistan, dan Sri Lanka hingga ketinggian sekitar 700m(3). Budidaya Tidak dibudidayakan. Di Jawa pernah dipakai pada suatu pertanaman untuk mencegah erosi dan sebagai penutup tanah. III. DESKRIPSI SIMPLISIA(1) Herba pegagan adalah seluruh tanaman Centella asiatica L. Urban(3). Pemerian Bau lemah, aromatik; rasa mula-mula tidak berasa, lama kelamaan agak pahit. Page 5 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 Makroskopik Daun: tunggal, berkeriput, rapuh, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2 sampai 10 daun; tangkai daun, panjang 2 cm sampai 10 cm, dengan pangkal tangkai melebar, panjang sampai 9 cm, lebar sampai 7 cm, atau berbentuk bundar dengan garis tengah sampai 7 cm, berwarna hijau kelabu, umumnya dengan 7 tulang daun yang menjari; pangkal helai daun berlekuk; ujung daun membundar; pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, pinggir pangkal daun bergigi; permukaan daun umumnya licin, tulang daun pada permukaan bawah agak berambut; stolon dan tangkai daun berwarna coklat kelabu, berambut halus. Nodium dari batang yang menjalar umumnya berakar; panjang ruas batang sampai 11 cm. Rimpang: pendek, umumnya tegak, warna coklat kelabu. Perbungaan: berupa payung tunggal, panjang gagang sampai 5 cm; perbungaan umumnya terdiri dari 3 bunda; daun pelindung 2 sampai 3 helai; daun mahkota berwarna kemerahan, panjang 1 mm sampai 1,5 mm. Buah: terdapat 3 sampai 5 kremokarp berbentuk pipih, berlekuk 2, berusuk, tinggi kremokarp 3 mm, lebar sampai 4 mm, saling berhadapan pada bidang yang lebar, berwarna kuning kecoklatan; tiap kremokarp terdiri dari 2 merikarp. Mikroskopik Daun: epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel jernih berbentuk poligonal, dinding antiklinal lurus, kutikula bergaris. Sel epidermis bawah: mirip sel epidermis atas, tetapi lebih kecil. Stomata: tipe anisositik berbentuk corong, besar 25 µm sampai 40 µm dengan 2 sel tetangga yang kecil dan 1 sel tetangga lebih besar, terdapat lebih banyak pada epidermis bawah dari pada epidermis atas. Rambut penutup: berbentuk kerucut ramping, panjang 100 µm sampai 200 µm, terdiri dari 2 sel, sel ujung lebih panjang dan berdinding lebih tebal dari sel pangkal. Jaringan palisade: terdiri dari 2 lapis sel, lapisan pertama selnya lebih panjang dari lapisan kedua. Jaringan bunga karang : 5 sampai 7 lapis sel. Idioblas: berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset, tersebar di dalam mesofil, terutama di dalam jaringan palisade lapisan kedua; besar hablur 15 µm sampai 25 µm. Buah: merikarp terdiri dari epikarp, mesokarp dan endokarp. Epikarp: sel kecil, dinding antiklinal agak berombak, kutikula bergaris, stomata dan rambut penutup serupa di daun. Mesokarp: bagian luar parenkimatik, saluran minyak pipih dan Page 6 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 berkas pembuluh kolateral terdapat di rusuk; mesokarp bagian dalam terdiri dari beberapa jaringan yaitu parenkim dengan sel kecil, dinding berlignin, bernoktah jelas dan jaringan sklerenkim yang terdiri dari sel batu berbentuk bulat panjang, saluran noktah jelas, lumen sempit, tersusun membujur; pada batas 2 jenis jaringan itu terdapat lapisan sel idioblas berisi kalsium oksalat berbentuk prisma berukuran lebih kurang 20 µm. Endokarp: serupa dengan sklerenkim mesokarp, tersusun melintang. Endosperm: sel parenkim berdinding tebal, tidak berlignin, mengandung butir-butir minyak dan hablur kalsium oksalat berbentuk roset. Stolon dan tangkai daun: sel epidermis berkutikula tebal dan bergaris, jaringan kolenkimatik terdapat di bawah epidermis. Korteks: parenkimatik, dengan saluran minyak tersebar; beberapa berkas pembuluh kolateral, terpisah satu dengan yang lain oleh parenkim, tersusun dalam lingkaran; empulur parenkimatik;empulur tangkai daun sering rusak dan berongga; pembuluh kayu berpenebalan spiral, cincin dan bernoktah sempit serupa celah. Di sebelah luar floem terdapat lengkungan serabut sklerenkim. Rimpang: parenkimatik berisi butir pati kecil; pembuluh kayu terutama terdiri dari pembuluh jala dan pembuluh bernoktah sempit; di permukaan akar terdapat periderm. Serbuk: warna hijau kelabu. Fragmen pengenal adalah fragmen daun, tampak melintang dan tangensial dengan sel epidermis jernih, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus; kutikula bergaris; hablur kalsium oksalat berbentuk roset di dalam mesofil; stomata dengan 2 sel tetangga kecil dan 1 sel tetangga lebih besar; fragmen sklerenkim dari mesokarp dan endokarp yang susunan lapisan selnya saling menyilang; lapisan idioblas berisis hablur kalsium oksalat berbentuk prisma; fragmen pembuluh spiral, pembuluh cincin, pembuluh jala dan pembuluh noktah dari berkas pembuluh; fragmen endosperm dengan hablur roset. Kadar abu tidak lebih dari 19% Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak kurang dari 5% Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 6% Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 9,5% Bahan organik asing tidak lebih dari 2% Penyimpanan dalam wadah tertutup baik Page 7 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 IV. KANDUNGAN KIMIA Glikosida, asiatikosida, asam asiatikat(1,) madekasosida, asam asiatat, asam madekasat, asam indosentoat, bayogenin, asam2, 3β, 20, 23-tetrahidroksiurs28-oat, asam euskapat, asam terminolat, asam 3β-6β-23-tri-hidroksiolean-12-en28-oat, asam 3β-6β-23-trihidroksiurs-12-en-28-oat; flavonoid: kaempferol, kuersetin; saponin: sentelasapogenol A, sentelasaponin A, B dan D; poliasetilen: kadiyenol, sentelin, asiatisin dan sentelisin(2). V. KEGUNAAN Kegunaan diuretik(1) , secara tradisional banyak digunakan untuk penyakit kulit. Di samping untuk penggunaan topikal pegagan juga digunakan untuk mengobati sakit perut, batuk, batuk berdarah dan disentri, penyembuh luka, radang, pegal linu, asma, wasir, tuberkulosis, lepra, demam dan penambah selera makan(2). Page 8 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 VI. KONTRA INDIKASI Tidak ditemukan data VII. EFEK FARMAKOLOGI BERDASARKAN PENELITIAN a. Tukak Lambung (Gastric Ulcer)(2) In Vitro Ekstrak air pegagan 250 mg/kgBB dan asiatikosida 10 mg/kgBB menunjukkan aktivitas penyembuhan tukak lambung. Efek ini ditunjukkan dengan menstimulasi pembentukan pembuluh darah (angiogenesis) dan regenerasi sel mukosal pada tahap penyembuhan tukak lambung, memfasilitasi proliferasi epitel dan menekan aktifitas mieloperoksidase yang berperan dalam pembentukan tukak lambung. b. Anticemas(2) In Vivo Pemberian simplisia dosis 500 mg/kgBB, 111 mg/kgBB fraksi etil asetat yang dibut dari residu hasil ekstraksi 128 g kering pegagan dengan 4 L etil asetat secara sonifikasi dan 1,85 mg/kgBB asiatikosida murni dapat memberikan efek ansiolitik pada mencit. Uji Klinik Uji klinik (a double-blind, placebo-controlled study (N=40)) serbuk pegagan dosis tunggal 12 g pada 21 wanita dan 19 pria sehat, menunjukkan efek ansiolitik dibandingkan dengan plasebo. c. Efek Antiinflamasi(2) In Vivo Madekasosida dengan dosis 3, 10 dan 30 mg/kgBB mempunyai efek antiinflamasi secara bermakna terhadap mencit yang diinduksi dengan kolagen sapi tipe 2. Studi histologi pada jaringan hiperplasia sinovial dengan pemberian dosis tersebut menunjukkan bahwa jaringan yang diberi perlakuan dengan madekasosida, ukuran selnya menjadi lebih kecil dibandingkan ukuran sel pada jaringan yant tidak diberi madekasosida. Efek antiinflamasi lain terlihat pada penghambatan proliferasi sel limfosit, mengurangi ekspresi enzim siklooksigenase dan produksi prostaglandin yang berperan dalam Page 9 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 pembentukan inflamasi serta menurunkan produksi tumour necrosis factor (TNF) dan interleukin (IL)6. d. Antihipertensi(2) Fraksi triterpenoid total pegagan secara invitro dan in vivo mempunyai efek stimulan pada sintesis kolagen, sebaliknya pada dosis tinggi menghambat sintesis kolagen dan asam mukopolisakarida. Penelitian ini menunjukkan peran triterpenoid total tersebut pada sintesis elemen dinding pembuluh vena pada kultur sel fibroblasts embrional manusia. Senyawa ini aktif pada mikrosirkulasi pembuluh vena dan mikroangiopati diabetes. Studi klinis menunjukkan bahwa fraksi triterpenoid total pegagan berguna bagi pasien dengan gejala mikroangiopati diabetes. Senyawa ini meningkatkan mikrosirkulasi, menurunkan permeabilitas kapiler dan memproteksi memburuknya proses mikrosirkulasi. e. Mencegah Kerusakan Kulit(2) Efektifitas pegagan dalam kombinasi dengan tumbuhan obat lainnya dapat meningkatkan kelembutan dan elastisitas kulit pada kulit wajah pada uji klinik acak tersamar ganda dengan kontrol placebo pada 28 wanita dengan rentang umur 34 – 67 tahun. Hasil studi ini menunjukkan adanya efek bermakna bahan uji terhadap kecepatan propagasi yang mengindikasikan meningkatnya kelembutan kulit. Pada evaluasi sendiri oleh wanita yang diuji dengan kombinasi ini secara bermakna lebih baik dibandingkan dengan uji menggunakan placebo. f. Efek Kardiprotektif(2) Efek kardioprotektif ekstrak air pegagan yang dibuat dengan merebus simplisia dengan air 1: 8 selama 5 jam, kemudian disaring dan filtratnya dikeringkan dengan metode kering beku, dosis 200 mg/kgBB/hari secara intragastrik selama 3 minggu pada tikus yang diinduksi dengan doksorubisin. Ekstrak air pegagan secara bermakna mengurangi kadar enzim laktat dehidrogenase, kreatin posfokinase, glutamat oksaloasetat transaminase dan glutamat piruvat transaminase. Peningkatan aktivitas enzim-enzim ini pada serum dikenal sebagai marker diagnostic dari disfungsi jantung. Page 10 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 Diperkirakan sebagai senyawa aktif yang terkait dengan aktivitas ini adalah asiatikosida dan asam arjunolat. g. Imunomodulator(2) Uji aktivitas imunomodulator ekstrak metanol herba pegagan yang mengandung 0,18% asiatikosida pada 5 dosis dari 100 sampai 500 mg/kgBB menunjukkan peningkatan bermakna pada indeks fagositik, nilai butir darah putih dan rasio indeks fagositik. h. Neuroprotektif(2) Stres oksidatif merupakan gejala awal munculnya penyakit alzheimer. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui aktivitas neuroprotektif pegagan terhadap penurunan kemampuan memori yang disebabkan oleh kolsisin dan aktivitas oksidatif pada tikus. Pemberian ekstrak pegagan 150 dan 300 mg/kgBB per oral selama 25 hari yang dimulai 4 hari sebelum pemberian kolsisin secara bermakna menurunkan aktivitas asetilkolinesterase. Studi terbaru juga menunjukkan efek protektif pegagan terhadap penurunan kognitif memori dan kerusakan oksidatif yang diinduksi kolsisin. Penelitian untuk mengetahui aktivitas neuroprotektif ekstrak air pegagan terhadap 3-NPA (asam 3-nitropropionat) yang merupakan induktor awal stres oksidatif dan disfungsi mitokondria pada striatum dan bagian lain otak. Pemberian pegagan 5 mg/kgBB selama 10 hari diikuti pemberian 3-NPA secara intra peritoneal dosis 75 mg/kgBB/hari pada 2 hari terakhir menunjukkan pemberian pegagan dapat mengurangi stres oksidatif yang ditimbulkan oleh 3-NPA. Efek neurotoksik menimbulkan stres oksidatif pada tikus, menunjukkan peningkatan kadar malondialdehid, kadar ROS (Reactive Oxygen Species) dan hidroperoksida pada striatum3-NPA juga menimbulkan stres oksidatif dan oksidasi protein pada sitosol/mitokondria pada bagian otak lain. i. Sitotoksik(2) Ekstrak metanol pegagan dapat menghambat proliferaasi sel kanker payudara manusia (MF-7) dengan konsentrasi LD50 µg/100 mL dan dosis 82 µg/100 mL menginhibisi MCF-7 setara dengan 10 µM tamoxifen yang digunakan sebagai antiestrogen pada pasien kanker payudara. Asam asiatik 10 µM Page 11 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 menginduksi sampai dengan 95%% kematian sel dalam 48 jam. Hal ini menunjukkan ekstrak metanol pegagan memiliki aktivitas sitotoksisitas moderat dibandingkan dengan asam asiatik yang merupakan salah satu komponen aktif pegagan. VIII. PENELITIAN SEBAGAI IMMUNOMODULATOR a. In Vitro Menggunakan metode proliferasi limfosit yang dapat menggambarkan respon imun, toksisitas, dan kemampuan antioksidan suatu komponen (dengan penambahan oksidator H2O2). Hasil uji proliferasi limfosit menunjukkan bahwa daun tapak dara tidak toksik dan memiliki kemampuan imunomodulator pada semua sampel ekstrak yang diujikan. Perhitungan indeks stimulasi menunjukkan semua ekstrak daun tapak dara dapat secara efektif membantu proliferasi sel limfosit (imunomodulasi) hingga pengenceran 1/8. Ekstrak daun tapak dara kering menggunakan aquades merupakan ekstrak yang paling baik untuk membantu terjadinya proliferasi sel limfosit. Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan dengan penambahan H2O2, keempat ekstrak daun tapak dara terbukti dapat melindungi sel limfosit dari terjadinya oksidasi. Ekstrak daun tapak dara kering menggunkan etanol 96 % menunjukkan perlindungan yang paling baik terhadap sel limfosit dari oksidator H2O2. Bahan Untuk isolasi limfosit digunakan darah manusia. Bahan kimia yang dipakai adalah histopaque RPMI-1640, antibiotik gentamycin, 3-(4,5dimethlthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide (MTT) dan HClisopropanol 0.04N, NaHCO3 anhidrous, EDTA 0.1%, aquabides, serum, larutan LPS dan Con A, larutan HPO3 2%, larutan H2O2 3%, biru trifan 4%, dan serum AB manusia. Alat khusus yang digunakan adalah sentrifus, mikropipet, hemasitometer, tabung vacutainer, well (sumur) datar, autotoklaf, shaker, rotavapor, ELISA reader, spektrofometer, membran sterilisasi, laminar hood steril dan inkubator 37oC dengan atmosfer 5% CO2, O2 95% dan RH 96%. Page 12 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 Metode pelaksanaan meliputi ekstraksi daun tapak dara, isolasi sel limfosit, pengujian ekstrak terhadap proliferasi sel limfosit, dan pengujian aktivitas antioksidan dengan penambahan H2O2. Penelitian ini dilakukan pada Januari – April 2007 di Laboratorium Biokimia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB. Isolasi Sel Limfosit Sebanyak 50 ml darah diambil menggunakan vacutainer steril yang telah diberi EDTA 0.1% agar darah tidak menggumpal. Darah yang telah dikumpulkan kemudian disentrifuse selama 10 menit 1500 rpm. Bagian darah yang lebih berat (sel darah merah) akan berada di bawah dan plasma akan berada pada bagian atas. Di antara lapisan sel darah merah dan plasma terdapat lapisan buffycoat yang berisi sel-sel limfosit. Lapisan buffycoat diambil dengan menggunakan pipet 4 pasteur dan dilanjutkan dengan pemisahan sel limfosit menggunakan Histopaque (buffycoat : Histopaque = 1:1). Kedua lapisan yang terbentuk kemudian disentrifuse 2500 rpm selama 30 menit. Sel-sel limfosit, monosit dan platelet berada pada bagian atas tabung sentrifuse. Sel-sel limfosit kemudian dicuci menggunakan sentrifuse setelah dicampur kembali dengan media RPMI standar sebanyak 5 ml, selama 5 menit 1500 rpm. Pencucian dilakukan 2 kali, sehinggga limfosit terpisah dari platelet, monosit, plasma, dan Histopaque. Sebelum digunakan, sel limfosit terlebih dahulu dihitung dan ditepatkan jumlahnya menggunakan hemasitometer hingga mencapai 106 sel/ml. Page 13 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 b. In Vivo Jayathirta (2004) melakukan penelitian untuk menilai aktivitas imunomodulator ekstrak metanol dari seluruh tanaman E. alba (1,6% wedelolactone) dan C. asiatica (0,18% dari asiaticoside) di lima tingkat dosis (hubungan dosis-respon) berkisar 100-500 mg/kg berat badan. menggunakan karbon clearance, titer antibodi dan parameter imunosupresi siklofosfamid. Untuk C. asiatica, peningkatan yang signifikan dalam indeks fagositik dan total jumlah WBC yang diamati dan rasio F indeks fagositik juga signifikan. Kemunduran nilai linearitas maksimal dalam mengungkapkan kasus indeks fagositik, linearitas moderat dalam jumlah WBC total dan linearitas terendah dalam respon antibodi. Bahan dan Metode Bahan Ekstrak metanol C.asiatica Herba segar C. asiatica dibelidari vendor lokal, dan dideterminasi dibandingkan dengan spesimen herbarium dari Departemen Botani, Universitas MS Baroda, India. Herba dicuci, dikeringkan secara tidak langsung, disaring dengan saringan no. 45 dan dimaserasi dingin menggunakan metanol untuk membatasi degradasi molekul. Pelarut diuapkan sampai kering dalam vakum. bioaktif Kandungan asiaticoside (0,18%) ditentukan sesuai dengan metode standar (Zafar dan Sagar, 1999; Inamdar et al. 1996). Ekstrak metanol disuspensikan dalam air suling dengan SCMC 1% (Sodium Carboxy Methyl Cellulose). Hewan Uji Tikus Swiss Albino baik jantan maupun betina, berat 17-25 g diadaptasikan dengan laboratorium dengan makanan pelet dan minum air ad libitum. Penyiapan Suspensi SRBC 20 v/v Darah dikumpulkan dari domba sehat dari rumah potong Baroda municipal, India, dicampur dengan 0,49% EDTA dan 0,9% larutan NaCl. Disiapkan dalam suhu 2 – 8 oC. Pada saat akan imunisasi, sampel darah disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit dan dicuci 3 x untuk Page 14 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 menghilangkan plasma, dengan 0,9% larutan NaCl. Suspensi SRBC (20% v/v) disiapkan kemudian dalam larutan 0,9%. Tes Karbon clearance Tikus dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing berisi 10 ekor. Kelompok I (kontrol) diberi SCMC 1,0% pada air (0,3 ml/ tikus) selama 5 hari. Kelompok II (perlakuan) diberi sampel uji secara oral selama 5 hari. Pada akhir hari ke lima, setelah 48 jam, tikus yang disuntikkan melalui vena ekor dengan suspensi tinta karbon (10 ml /gm berat tubuh.) (Pelican AG, Jerman). Sampel darah diambil (dalam larutan EDTA 5 ml) dari vena retro-orbital pada 0 dan 15 menit, sampel 25-µl dicampur dengan larutan natrium karbonat 0,1% (2 ml) ditentukan pada absorbansi 660 nm tersebut. K Indeks fagositosis dihitung menggunakan persamaan berikut: K = (Log OD1-Log OD2) / 15, di mana OD1 dan OD2 adalah kerapatan optik masing-masing pada 0 dan 15 menit. Hasil dinyatakan sebagai rata-rata aritmatika ± S.E.M. dari lima tikus. Kadar Siklofosfamid – diinduksi myelosuppression Hewan dibagi menjadi 2 kelompok dimana masing-masing berisi 6 hewan. Hewan pada kelompok perlakuan diberi sampel uji setiap hari selama 13 hari. Kelompok hewan kontrol positif dan negatif menerima SCMC 1,0% dalam air (0,3 ml /tikus, oral, setiap hari selama 13 hari). Pada hari-hari 11, 12 dan 13, semua hewan kecuali kelompok kontrol negatif diberi larutan siklofosfamid secara oral, 1 jam setelah pemberian ekstrak. Sampel darah dikumpulkan pada hari ke-14 dan total sel darah putih (WBC) ditentukan. Titer Antibody Humoral Tikus dibagi menjadi dua kelompok masing-masing berisi enam hewan kemudian diimunisasi dengan SRBC 20% (0,1 ml) intraperitonial. Kelompok I (kontrol) diberikan 1% SCMC dalam air (0,3 ml /tikus, oral) selama tujuh hari. Sampel darah dikumpulkan dari masing-masing hewan dengan tusukan retro-orbital pada hari ke-8 dan disentrifugasi pada 2500 rpm selama 10 menit untuk memisahkan serum. Dua kali pengenceran serum 50 µl (diinaktifkan dengan panas pada 56 ° C selama Page 15 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 30 menit) dilakukan dalam RPMI-1640 menengah. Seri pengenceran (ambil 50 µl alikuot tersebut) dilakukan dalam 50 µl media RPMI-1640 menjadi 96 sumuran plate mikro-titer. Suspensi SRBC segar (1,0%; 25 µl) dibagikan ke setiap sumuran dan dicampur dengan baik. Plate kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 2 jam dan diperiksa untuk pembentukan button. Kebalikan dari pengenceran, tepat sebelum button terbentuk, diamati dan nilai titer dihitung. Kelompok II (perlakuan) diberikan sampel uji selama tujuh hari. Percobaan dilakukan pada hari ke7 seperti untuk kelompok kontrol. Hasil dan Pembahasan Penggunaan imunostimulan, terutama sebagai adjuvant pada kemoterapi, untuk mengontrol dan pencegahan infeksi mempunyai peranan yang besar (Chatterjee et al. 1998). Minat signifikan sekarang telah dihasilkan dalam penelitian tentang molekul bioaktif dari tanaman obat sebagai agen imunomodulator dalam sistem obat alternatif (Lee et al. 1995). Senyawa seperti polisakarida, saponin, fenol dan alkaloid (Ingolfsdottir et al. 1994) telah diuji untuk manfaatnya sebagai penanda baik biologi dan kimia. Wedelolacton dan asiaticoside merupakan konstituen utama masing-masing dari E. alba dan C.asiatica oleh karena itu digunakan sebagai senyawa penanda aktif terapetik. Ekstrak metanol (mengandung penanda tersebut) dari kedua tanaman yang diuji dalam penelitian ini untuk menentukan efek pada fungsi kekebalan tubuh di lima tingkat dosis. C. asiatica Ekstrak metanol C. asiatica (0,18% asiaticoside) menunjukkan peningkatan (p < 0,05) indeks fagositosis pada dosis 100 dan 200 mg/kg/berat badan., dimana berubah jauh (p < 0,01) pada dosis 300 dan 400 mg/kg/berat badan dan maksimal (p < 0,001) pada dosis 500 mg/kg/berat badan (Tabel 1). Hasil ini menunjukkan kesamaan dengan hasil yang dilaporkan dari T. cordifolia, memiliki aktivitas signifikan terhadap fungsi sel kuffer dan indeks fagositosis (Nagarkatti et al. 1994). Dalam produksi antibodi, tidak ada kenaikan yang terlihat signifikan Page 16 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 (Tabel 1), yang mengungkapkan bahwa obat mungkin tidak berpengaruh pada aktivitas limfosit B. Dalam laporan sebelumnya pada saponin P. pseudogensing (Dua et al. 1989) dan andrograpfolid diterpenes A. paniculata (Puri et al.1993), terjadi kenaikan titer antibodi terhadap sel darah merah domba. Ekstrak metanol C. asiatica (0,18% asiaticoside) tidak meningkatkan nilai titer, mungkin karena asiaticoside adalah saponin triterpenoidal. Nilai dari total jumlah WBC meningkat (p <0,05) pada dosis 500 mg/kg /berat badan. (Tabel 1). Ketika tes 't' diterapkan, perbedaan yang signifikan dalam nilai-nilai dari Indeks fagositik diamati antara dosis 100 dan 200; antara 100 dan 400, dan antara 100 dan 500 mg/kg/berat badan pada tingkat p <0,05. Perbedaan pada nilai titer HA dan jumlah WBC antar kelompok yang dipilih tidak signifikan. Rasio F indeks fagositik ditentukan menjadi 82,72 (p <0,001). Rasio F titer antibodi dan jumlah WBC, tidak signifikan. Analisis regresi pada hubungan dosis-respon individu mengikuti pola; indeks fagositik (0,97) > WBC count (0,83) > Antibodi titer (0,57) sebagai tren garis, menunjukkan bahwa nilai indeks fagositik memiliki linearitas maksimum, diikuti oleh total WBC dan respon antibodi. Ekstrak metanol C. asiatica dinilai 11 poin dan respon menekan humoral. Secara keseluruhan, menunjukkan efek sebagai imunomodulator, dan memerlukan penelitian rinci lebih lanjut tentang fraksi / konstituen. Page 17 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 c. Data Klinik Investigasi farmakologis tanaman obat telah mengungkapkan bahwa sejumlah tanaman diakui dengan aktivitas ansiolitik mengikat reseptor cholecystokinin (CCK). Temuan ini menarik mengingat keterlibatan CCK dalam patofisiologi ketakutan dan kecemasan. Penelitian double-blind, placebo-controlled dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas ansiolitik dari Gotu Kola (Centella asiatica) pada subyek sehat. Gotu Kola telah digunakan selama berabad-abad dalam Ayurvedic dan pengobatan Cina tradisional untuk mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Penelitian terbaru pada tikus telah menunjukkan bahwa pretreatment jangka panjang Gotu Kola menurunkan aktivitas lokomotor, meningkatkan kinerja labirin-plus dan melemahkan respon kejut akustik (ASR). Dalam studi ini, penulis mengevaluasi efek Gotu Kola pada ASR pada manusia. Subjek secara acak menerima dosis oral tunggal dari Gotu Kola 12-g (N = 20) atau plasebo (n = 20). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan plasebo, Gotu Kola secara signifikan melemahkan puncak amplitudo ASR setelah 30 dan 60 menit pengobatan. Gotu Kola tidak berpengaruh signifikan pada mood, detak jantung atau tekanan darah. Temuan awal ini menunjukkan bahwa Gotu Kola memiliki aktivitas ansiolitik pada manusia seperti yang diungkapkan oleh ASR. Masih harus Page 18 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 diteliti lebih lanjut khasiat herbal ini dalam pengobatan sindrom kecemasan. Metode Subyek Empat puluh subyek sehat (21 pria, 19 perempuan) usia 18-45 tahun direkrut dari iklan di koran lokal. Subjek dilibatkan dalam penelitian jika tidak memiliki riwayat gangguan mental yang dinilai dengan wawancara klinik terstruktur untuk DSM-IV, Versi Non-Pasien, tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan, tidak ada masalah pendengaran dan pemeriksaan fisik, darah, dan urin hasil tes laboratorium normal (termasuk skrining toksikologi untuk penggunaan obat). Tidak hamil pada peserta perempuan dengan tes [beta] Human Chorionic Gonadotropin. Izin tertulis diperoleh setelah mendapatkan penjelasan lengkap studi. Izin untuk melakukan studi ini diperoleh dari Komite Kajian Subyek Manusia dari Universitas Toronto. Bahan Gotu Kola dibeli dari Nature’s Way, Kanada Ltd, sebagai kapsul 500 mg serbuk mentah herba. Konsumsi dari Gotu Kola dibuat dengan memadukan kandungan 24 kapsul (12 g) dengan 300 ml jus anggur. Campuran terdiri dari 300 plasebo mL jus anggur. Supaya larutan sama dalam warna, bau dan rasa, 1 mg garam seledri ditambahkan ke Gotu Kola dan campuran plasebo. Campuran disiapkan dan diberikan kepada subjek oleh asisten peneliti yang tidak terlibat dalam penelitian. Campuran ditoleransi dengan baik tanpa efek samping. Pengujian Respon kejut akustik. Sebuah EMG-SR tersedia secara komersial sistem respon kejut dengan modul pendaftaran kedipan mata (San Diego Instruments Inc, San Diego, CA) digunakan untuk mengukur ASR. Detektor mata berkedip noninvasif adalah sensor Page 19 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 reflektif (Honeywell HOA1405, Minneapolis, MN) dipasang pada sepasang kacamata pengaman di depan mata kiri subjek. Sensor terdiri dari dioda pemancar inframerah dan fototransistor NPN terbungkus dengan sisi-sisi dan selaras dengan sumbu optik konvergen. Termoplastik termasuk filter cahaya ambient polisulfon. Sumbu optik konvergen yang selaras untuk sensitivitas pada jarak 5 mm dari permukaan sensor. Sensor sinar inframerah yang dipancarkan diukur jumlah sinar dipantulkan kembali. Ketika kelopak mata menutup seluruh kornea, lebih dari balok itu dipantulkan kembali ke sensor. Ini adalah ditransduksi menjadi meningkatkan tegangan pada output dinilai fototransistor itu. Output analog dari sensor reflektif (0-5 V) disahkan melalui 60 dan 120-Hz "notch" filter dan diumpankan ke sebuah papan analog-ke-digital di komputer. Gelombang itu digital untuk 200 msec dari awal rangsangan akustik (jendela respon), direkam pada disk, dan kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak analisis refleks kejut (SRRED2). Amplitudo puncak ditentukan di 21 - untuk 150-msec jendela setelah onset stimulus. Untuk membedakan tanggapan refleks dari gerakan kelopak sukarela atau spontan, uji coba dengan onset-ke puncak latency yang lebih besar dari 95 msec dikeluarkan dari analisis. Untuk memastikan dasar yang stabil dari yang untuk mengukur respon, uji coba dengan pergeseran dasar yang berlebihan (ditentukan sebagai perbedaan antara nilai maksimum dan minimum dalam 20 msec dari pertama pencatatan data, melebihi 20 unit respon) tidak diperhitungkan. Rangsangan akustik disajikan sebagai semburan white noise dengan onset instan (40-msec durasi, intensitas 110dB) lebih dari kebisingan latar belakang terus menerus putih (75 dB) melalui headphone (Maico, Lahir, Swiss) binaurally. Setelah periode aklimatisasi 2-menit, sesi dari 20 rangsangan akustik disampaikan pada interval rata-rata 20 (kisaran, 17-22) detik. Subyek diberitahu bahwa selama waktu itu mereka akan Page 20 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 mendengar suara keras singkat dan diperintahkan untuk melihat lurus ke depan, menjaga mata mereka terbuka dan menghindari bergerak. Mood. Suasana hati dinilai dengan skala 100-mm analog visual (VAS), yang termasuk peringkat 13 mood. Subjek membuat tanda tegak lurus dengan garis yang sesuai dengan suasana hati pada saat itu ("tidak sama sekali" ujung kiri-tangan untuk "paling pernah" ujung kanan baris). Aktivitas jantung. Detak jantung dan tekanan darah sistolik dan diastolik dicatat dengan menggunakan peralatan otomatis (Dinamap Critikon, Kanada). Prosedur Percobaan dilakukan di Unit Penelitian Psikobiologi dan Klinis dari Institut Psikiatri Clarke (Toronto, Kanada). Subjek tiba antara pukul 8:00-9:00 malam setelah menahan diri dari rokok, kafein, dan alkohol selama 48 jam. Setelah waktu istirahat 10 menit, dasar suasana hati, detak jantung, tekanan darah dan data ASR dikumpulkan. Subyek kemudian secara acak ditugaskan baik perlakuan Gotu Kola atau plasebo. Peringkat dari suasana hati, denyut jantung, tekanan darah, dan ASR diperoleh 30, 60, 90, dan 120 menit setelah pengobatan. Analisa Statistik Puncak amplitudo ASR, yang merupakan amplitudo mengejutkan tertinggi (skor) selama waktu perekaman (200 msec), dianalisis untuk setiap percobaan. Data respon kejut adalah rata-rata dalam setiap sesi untuk analisis statistik. Data ASR diubah nilai Z untuk meningkatkan normalitas distribusi dan dikenakan analisis ukuran berulang varians (ANOVA) dengan perlakuan (plasebo vs Gotu Kola) sebagai faktor antara-subjek dan waktu (baseline, 30, 60, 90, 120 menit) sebagai faktor dalam-subjek. Signifikan pengobatan oleh waktu interaksi diikuti oleh tes post hoc Duncan. Untuk mengevaluasi besarnya efek pengobatan, Cohen d nilai indeks dihitung. VAS, tekanan darah dan data denyut jantung juga dikenakan ANOVA ukuran berulang. Data Page 21 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 dinyatakan sebagai sarana  ± SEM. Tingkat signifikansi ditetapkan pada p <0,05 dengan menggunakan tes dua sisi. Hasil Karena kesulitan teknis, data ASR dari satu subjek ditugaskan untuk menerima Gotu Kola pengobatan dikeluarkan dari analisis. Gambar 1 menunjukkan profil dari ASR Gotu Kola dan plasebo. ANOVA menunjukkan interaksi pengobatan-oleh-waktu yang signifikan untuk ASR (F [4148] = 2,52, p <0,05), dengan tes post hoc menunjukkan tidak ada perbedaan pada awal tetapi dengan pelemahan yang lebih besar dari amplitudo Gotu Kola ASR dalam subjek yang diobati pada 30 p <0,02) dan 60 p <0,001) menit setelah perlakuan. Pemeriksaan besarnya efek menunjukkan bahwa efek untuk poin +30- dan +60masing-masing adalah 0,48 menit dan 0,77. Efek dari pengobatan pada peringkat suasana VAS dan tindakan kardiovaskular ditunjukkan masing-masing pada Tabel 1 dan 2. Sebuah interaksi pengobatan oleh-waktu yang signifikan ditemukan untuk diri dinilai tingkat energi (F [4152] = 3,24, p <0,05), tetapi tidak ada peringkat suasana hati. Interaksi pengobatan oleh-waktu disebabkan temuan bahwa dasar tingkat energi lebih tinggi pada subjek yang diobati Kola Gotu p <0,01). Tidak ada pengobatan-dengan-waktu yang signifikan interaksi ditemukan untuk denyut jantung (F [4152] = 1,80, p = 0,13), tekanan darah sistolik (F [4152] = 1,36, p = 0,25), atau tekanan darah diastolik (F [4.152 ] = 0,65, p = 0,62). Gambar 1 Page 22 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 Tabel 1 Tabel 2 Pada penelitian double-blind (riset tersamar ganda), dengan kontrol placebo sebanyak 180 pasien penderita penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) diberikan dosis ekstrak alkohol dari akar E. purpurea yang lebih tinggi yaitu 900 ml/hari secara bermakna mengalami penurunan demam dan periode simtom yang lebih ringan dan lebih pendek daripada kontrol atau pada dosis yang lebih rendah (450 mg/hari). IX. REAKSI YANG TIDAK DIKEHENDAKI Karsinogenesis, mutagenesis, gangguan fertilitas Penggunaan ekstrak Centella asiatica dalam dosis sangat besar dapat mempunyai efek sedatif/menekan sistem syaraf pada hewan percobaan. Page 23 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 Secara in vitro fraksi total saponin menunjukkan aktivitas anti fertilitas pada sperma tikus dan manusia yang mungkin disebabkan senyawa asiatikosida dan brahminosida. Ekstrak kasar Centella asiatica pada pemberian oral dilaporkan dapat mengurangi fertilitas mencit betina(6). Asiaticoside sebagai karsinogen kulit pada hewan pengerat setelah diulang aplikasi topikal. Eksperimen lebih lanjut diperlukan untuk mendukung klaim ini(3). X. INTERAKSI OBAT Tidak ada informasi yang tersedia tentang interaksi obat, interaksi obat dan uji laboratorium, efek teratogenik atau non-teratogenik pada kehamilan, menyusui ibu, atau pediatrik(3). Dapat berinteraksi dengan obat-obat penurun gula darah, obat-obat penurun kolesterol dan antidepresan(6). XI. DOSIS, DATA KEAMANAN (LD50, SUB KRONIK) Simplisia kering untuk infus (18); sediaan galenik untuk pemberian oral (10). Serbuk atau ekstrak (cair atau salep) untuk aplikasi topikal (1, 4). Dikemas dengan wadah tertutup baik dan kedap cahaya(3). Dosis oral: 0,33-0,68 g atau dengan infus dari jumlah yang sama tiga kali sehari(3). Dilaporkan uji toksisitas akut menunjukkan bahwa pegagan tidak toksik sampai dengan dosis 2000 mg/kgBB karena tidak ada hewan uji yang mati dan tidak ada gejala klinis ketoksikan bermakna yang tampak pada seluruh kelompok hewan uji(2). Tidak toksik sampai dosis 350 mg/kg BB, tetapi pada penggunaan berulang bersifat karsinogenik pada kulit tikus(6). Kontraindikasi Alergi terhadap tanaman ini (suku Umbelliferae), epilepsi dan kehamilan. Peringatan Mempunyai efek abortivum dan mengganggu siklus menstruasi. Kandungan brahmosida dan brahminosida dilaporkan dapat menyebabkan relaksasi uterus Page 24 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 tikus sehingga dihindari penggunaan pada masa kehamilan, menyusui dan jangan digunakan lebih dari 6 minggu(6). XII. PRODUK YANG BEREDAR Page 25 of 26 Immunomodulator – Centella asiatica – Dwi Handayani/1106106722 XIII. PUSTAKA 1. Anonim (1977) Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, p. 34-39 2. Anonim (2010) Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, p. 2-10 3. Anonim (1999) WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Volume 1, WHO, Spain, halaman 247 – 253 4. Juyal, P.D dan Singla, L.D, Herbal Immunomodulatory and Therapeutic Approaches to Control Parasitic Infections in Livestock, Departement of Veterinary Parasitology, College of Veterinary Science, Punjab Agricultural University, India 5. Suhirman, Sintha dan Winarti, Christina, Prospek Dan Fungsi Tanaman Obat Sebagai Imunomodulator, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik 6. Anonim.2008.Acuan Sediaan Herbal, Volume ke Empat, Ed. 1, Badan POM RI, hal. 62-66 7. Bradwejn, Jaques et al.2000. A Double-Blind, Placebo-Controlled Study on the Effects of Gotu Kola (Centella asiatica) on Acoustic Startle Response in Healthy Subjects, Volume 20(6), pp 680-684 8. Jayathirtha, M.G dan Mishra, S.H.2004.Preliminary Immunomodulatory Activities of Methanol Extracts of Eclipta alba and Centella asiatica, J.Phyt 11: 361-365 9. Hargono, Djoko.1996, Sekelumit Mengenai Obat Nabati dan Sistim Imunitas, Cermin Dunia Kedokteran No. 108 hal. 5-9 10. Adi Wijaya, Leonardus; Pertiwi, Kamalita dan Stefanus.2009.Toksisitas, Kemampuan Imunomodulator dan Aktivitas Antioksidan Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus) pada Sel Limfosit Manusia Secara In Vitro, Program Kreativitas Mahasiswa, IPB, Bogor 11. Alamgir, Mahiuddin dan Jamal Uddin, Shaikh.2010.Recent Advances on the Ethnomedicinal Plants as Immunomodulatory Agents, Ethnomedicine: A Source of Complementary Therapeutics:227-244 12. Karin Kraft, M.D. dan Christopher Hobbs, L.Ac., A.H.G. 2004.Pocket Guide to Herbal Medicine, Thieme Stuttgart, New York, p.226-228 Page 26 of 26