plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN GANGGUAN SALURAN
PERNAFASAN DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI - JULI 2012 (KAJIAN: EFEKTIVITAS OBAT)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Regina Arningsari Ewo Pati
NIM: 098114084
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk
kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat
aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan
kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku. Ia
memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji
Allah kita. Banyak orang melihatnya dan menjadi takut, lalu
percaya pada Tuhan (Mazmur, 40:2-4)
Yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap
mimpi- mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal
mempercayainya_ 5 cm
Tidak ada gunanya merencanakan masa depan secara detail,
karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok…
^George_Michael^
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Sahabat sejatiku Tuhan Yesus Kristus dan Ibu Bunda Maria yang lembut hati
Bapa dan Mama atas cinta sejati yang selama ini terasa begitu nyata dalam hidup
Kakak Linda, Adik Yovin, Yonas, dan Trisna terkasih
Para Sahabat dan Almamaterku
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 23 Juli 2013
Penulis
Regina Arningsari Ewo Pati
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Regina Arningsari Ewo Pati
Nomor Mahasiswa
: 098114084
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Evaluasi Pengobatan Pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan Di Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari - Juli 2012 (Kajian: Efektivitas
Obat)” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 23 Juli 2013
Yang menyatakan
(Regina Arningsari Ewo Pati)
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi
Pengobatan pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta Periode Januari- Juli 2012 (Kajian: Efektivitas
Obat)” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas
Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada
saat ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin pada
peneliti untuk melakukan penelitian di luar kampus.
2. dr. Y. Wibowo Soerahjo, MMR selaku Direktur Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta yang telah memberi ijin bagi penulis untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit Panti Rini
3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan
penguji yang dengan sabar membimbing dan telah memberikan kritik, saran,
dan pencerahan kepada penulis.
4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., SpPK yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan
telah memberikan semangat, kritik dan saran kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Ibu Aris Widayanti, M.Si., Ph.D, Apt selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan kepada penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini.
6. Ibu Betty selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rini yang
telah memberikan bimbingan selama penulis melakukan pengambilan data
untuk penelitian ini
7. Suster A. M. Siti Listiyani selaku Kepala Subseksi Rawat Inap Umum IMC
yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data
8. Bapak Harry selaku Kepala Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rini
beserta staf karyawan yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam
pengambilan data.
9. Bapa, Mama, Kakak Linda, Adik Yovin, Yonas, dan Trisna yang senantiasa
menjadi sumber insipirasi dan pemberi semangat, dukungan baik moril
maupun finansial serta kasih yang begitu besar yang selalu ada untuk penulis
10. Maria Fransiska Ambuk, Silvia Agustina, dan Maria Rosaria Quincy Pang
selaku teman kelompok skripsi yang sudah banyak memberikan dukungan
selama mengerjakan skripsi ini.
11. PontiCrew- Dian Adiaty, Hermione Wulohering, Octavia Sir, Berlindiz
Lazar, dan Mimie Rote Cantik; Joegilsh- Sinta Bakan, Renya Rosari, Ina
Tulit, Lastri da Costa, dan semua sahabat sejalur di IKAMASI Kosong
Sembilan Yogyakarta terima kasih atas dukungan dan keceriaan di sela- sela
penulisan skripsi ini
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12. Semua sahabat, suster Novita Sagala, Dhevi Manurung, Endang Milia,
Febria Sinaga, Rosa Delima, serta semua teman- teman senasib dan
seperjuangan di Fakultas Farmasi Angkatan 2009, terima kasih atas
dukungan kalian selama ini.
13. Fx. Valerius W. yang senantiasa mentransfer semangat melalui pesan- pesan
singkat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
14. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha seoptimal mungkin,
namun sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna.Untuk memperbaiki penulisan ini penulis selalu
berusaha untuk terbuka dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Yogyakarta, 23 Juli 2013
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
INTISARI . ............................................................................................................. xvii
ABSTRACT ........................................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1. Rumusan masalah ........................................................................................ 3
2. Keaslian penelitian ...................................................................................... 4
3. Manfaat penelitian ....................................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................................... 8
A. Anatomi Saluran Pernafasan .............................................................................. 8
B. Drug Related Problems ...................................................................................... 9
C. Asma ................................................................................................................. 11
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Definisi ....................................................................................................... 11
2. Etiologi ....................................................................................................... 11
3. Patofisiologi ............................................................................................... 12
4. Gejala dan Tanda ........................................................................................ 12
5. Penatalaksanaan ......................................................................................... 13
D. Pneumonia ........................................................................................................ 16
1. Definisi ....................................................................................................... 16
2. Etiologi ....................................................................................................... 16
3. Patofisiologi ............................................................................................... 17
4. Klasifikasi .................................................................................................. 18
5. Manifestasi Klinik ...................................................................................... 19
6. Penatalaksanaan ......................................................................................... 20
E. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ........................................................ 23
1. Definisi ....................................................................................................... 23
2. Patogenesis ................................................................................................. 23
3. Manifestasi Klinik ...................................................................................... 24
4. Penatalaksanaan ......................................................................................... 24
F. Tuberculosis ....................................................................................................... 27
1. Definisi ....................................................................................................... 27
2. Patogenesis ................................................................................................. 28
3. Gejala dan Tanda ........................................................................................ 29
4. Penatalaksanaan ......................................................................................... 29
G. Efektivitas Pengobatan ..................................................................................... 32
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.
Pemilihan Obat .. ........................................................................................ 32
2.
Dosis .. ......................................................................................................... 33
H. Keterangan Empiris ........................................................................................... 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................... 35
B. Variabel Penelitian … ....................................................................................... 35
C. Definisi Operasional .......................................................................................... 35
D. Subyek Penelitian .............................................................................................. 36
E. Bahan Penelitian ................................................................................................ 37
F. Tata Cara Penelitian ........................................................................................... 37
G. Tata Cara Analisis Hasil .................................................................................... 38
H. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian .. ......................................................... 39
I.
Kelemahan Penelitian .. ................................................................................... 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 41
A. Penggunaan Obat Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta ...................................................................................................... 41
B. Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernafasan periode
Januari – Juli 2012 ........................................................................................... 45
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 53
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 53
B. Saran ................................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 54
LAMPIRAN ........................................................................................................... 55
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 142
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Kategori dan penyebab DRPs .............................................................. 9
Tabel II.
Jenis Obat Asma .................................................................................. 15
Tabel III. Antibiotika pada Terapi Pneumonia ..................................................... 21
Tabel IV. Pengelompokkan Berdasarkan Jenis Obat Kasus Pasien yang
Menggunakan Obat Gangguan Saluran Pernapasan di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari-Juli 2012 .................................................................... 42
Tabel V. Pengelompokkan Berdasarkan Jenis Obat Kasus Pasien yang
Menggunakan Obat Lain di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode JanuariJuli 2012
.............................................................................................................. 44
Tabel VI. Pemilihan Obat pada Pasien Gangguan Saluran Pernapasan di Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari-Juli 2012 .......................................... 47
Tabel VII. DRPs Dosis Kurang Pada Pasien Gangguan Saluran Pernapasan di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juli 2012.............................. 51
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Sistem Saluran Pernafasan ................................................... 8
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Bukti Penerimaan Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini ...... 58
Lampiran 2.
Surat Bukti Selesainya Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini ........ 59
Lampiran 3.
Rekam Medis Kasus 1 .................................................................... 60
Lampiran 4.
Rekam Medis Kasus 2 .................................................................... 61
Lampiran 5.
Rekam Medis Kasus 3 .................................................................... 62
Lampiran 6.
Rekam Medis Kasus 4 .................................................................... 64
Lampiran 7.
Rekam Medis Kasus 5 ................................................................... 66
Lampiran 8.
Rekam Medis Kasus 6 .................................................................. 68
Lampiran 9.
Rekam Medis Kasus 7 .................................................................. 70
Lampiran 10. Rekam Medis Kasus 8 . ................................................................. 72
Lampiran 11. Rekam Medis Kasus 9 .................................................................. 74
Lampiran 12. Rekam Medis Kasus 10 ................................................................ 76
Lampiran 13. Rekam Medis Kasus 11 ................................................................ 78
Lampiran 14. Rekam Medis Kasus 12 ................................................................ 80
Lampiran 15. Rekam Medis Kasus 13 ................................................................ 81
Lampiran 16. Rekam Medis Kasus 14 ................................................................ 83
Lampiran 17. Rekam Medis Kasus 15 ................................................................ 85
Lampiran 18. Rekam Medis Kasus 16 ................................................................ 87
Lampiran 19. Rekam Medis Kasus 17 ................................................................ 89
Lampiran 20. Rekam Medis Kasus 18 ................................................................ 91
Lampiran 21. Rekam Medis Kasus 19 ................................................................ 94
Lampiran 22. Rekam Medis Kasus 20 ................................................................ 96
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 23. Rekam Medis Kasus 21 ................................................................ 98
Lampiran 24. Rekam Medis Kasus 22 ................................................................ 99
Lampiran 25. Rekam Medis Kasus 23 .............................................................. 101
Lampiran 26. Rekam Medis Kasus 24 .............................................................. 103
Lampiran 27. Rekam Medis Kasus 25 .............................................................. 105
Lampiran 28. Rekam Medis Kasus 26 .............................................................. 107
Lampiran 29. Rekam Medis Kasus 27 .............................................................. 109
Lampiran 30. Rekam Medis Kasus 28 .............................................................. 111
Lampiran 31. Rekam Medis Kasus 29 .............................................................. 113
Lampiran 32. Rekam Medis Kasus 30 .............................................................. 115
Lampiran 33. Rekam Medis Kasus 31 .............................................................. 117
Lampiran 34. Rekam Medis Kasus 32 .............................................................. 119
Lampiran 35. Rekam Medis Kasus 33 .............................................................. 121
Lampiran 36. Rekam Medis Kasus 34 .............................................................. 123
Lampiran 37. Rekam Medis Kasus 35 .............................................................. 125
Lampiran 38. Rekam Medis Kasus 36 .............................................................. 127
Lampiran 39. Rekam Medis Kasus 37 .............................................................. 129
Lampiran 40. Rekam Medis Kasus 38 .............................................................. 131
Lampiran 41. Rekam Medis Kasus 39 .............................................................. 133
Lampiran 42. Rekam Medis Kasus 40 .............................................................. 135
Lampiran 43.
Rekam Medis Kasus 41 .............................................................. 137
Lampiran 44. Rekam Medis Kasus 42 .............................................................. 138
Lampiran 45. Rekam Medis Kasus 43 .............................................................. 140
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Efektivitas terapi pasien gangguan saluran pernapasan dipengaruhi oleh
ketepatan pemilihan obat dan dosis kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui profil penggunaan obat gangguan saluran pernapasan pada
pasien di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli 2012, serta
mengevaluasi efektivitas pengobatan. Evaluasi efektivitas pengobatan yang dilihat
dalam penelitian ini adalah pemilihan obat yang sesuai dengan indikasi dan
diagnosis serta jumlah dosis kurang.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif
yang bersifat retrospektif. Data retrospektif diperoleh dengan melakukan
penelusuran dokumen terdahulu, yakni lembar rekam medik pasien asma, PPOK,
TBC, dan pneumonia.
Dari hasil penelitian, didapatkan jumlah kasus pada periode Januari - Juli
2012 adalah 43 kasus dengan 39 pasien. Pada penanganan gangguan saluran
pernapasan di RS Panti Rini Yogyakarta, antibiotik merupakan golongan obat
paling banyak yang digunakan oleh pasien gangguan saluran pernapasan (37
kasus), kemudian penggunaan golongan obat kortikosteroid (32 kasus). Golongan
obat lain yang digunakan oleh pasien gangguan saluran pernapasan adalah
antiulser (29 kasus). Ditemukan masalah efektivitas penggunaan obat gangguan
saluran pernapasan terkait ketidaktepatan pemilihan obat (11 kasus), dan dosis
kurang terjadi pada cetirizine, gentamisin, salbutamol, cefadroxil, dan teofilin.
Kata kunci: gangguan saluran pernapasan, efektivitas, dosis kurang
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Effectiveness therapy for respiratory disorders patients influenced by
selection of drugs and doses too low. To meet these objectives, a study on
medicating treatment to patients with respiratory disease was driven.This paper
basically comes through a study which was proposed to inqure the valid
measurement of medications for patients with respiratory disorders. Taking place
at Panti Rini Hospital Yogyakarta, from January to July 2012, this study was also
aimed to evaluate the efficacy and effectiveness of such medications while proper
treatment and doses given during medication based on precise diagnoses and
analyses were fully considered.
This was a non-experimental study which relied on descriptive and
evaluative observations with retrospective data. Retrospective data obtained by
conducting prior art searches medical record from patient with asthma, COPD,
tuberculosis, and pneumonia
Based on the observed-data, there were 43 cases of 39 patients with
respiratory disease who were hospitalized in Panti Rini Hospital from January to
July 2012. Treatment for those patients were mostly characterized by the using of
antibiotics (in 37 cases), the corticosteroids (in 33 cases) and the antiulcer (in 29
cases). Effectiveness problems was found in 11 cases from respiratory disorders
patients. And the low doses of medication found in cetirizine, gentamicin,
salbutamol, cefadroxil, and teofilin.
Key words: respiratory disorders, effectiveness, and low doses
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. LATAR BELAKANG
Gangguan saluran pernafasan merupakan salah satu penyakit yang banyak
diderita oleh masyarakat. Di Amerika, terdapat 14 sampai 15 juta orang yang
mengidap penyakit gangguan pernafasan dengan gejala yang ringan sampai gejala
yang berat. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk
jumlah penderita TBC (Anonim, 2005). Sementara itu, menurut Dinas Kesehatan
Propinsi DIY (2008) angka kesakitan untuk penyakit TB Paru tahun 2006 adalah
26,32 per 100.000 penduduk. Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua
tertinggi setelah diare di antara balita di Indonesia (Riskesdas, 2007). Di
Yogyakarta, dilaporkan bahwa angka kejadian pneumonia sebesar 1,81%. Di
Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Sementara itu, PPOK
menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%) diikuti asma
bronchial (33%) (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Masalah terapi obat (drug therapy problem) didefinisikan sebagai semua
hal yang dialami oleh pasien yang tidak diinginkan yang berkaitan atau yang
diduga berkaitan dengan terapi obat dan yang mengganggu pencapaian tujuan
terapi (Cipolle et al., 2004). Salah satu tanggung jawab farmasis adalah menjamin
bahwa pasien menerima terapi obat yang efektif. Terdapat 2 kategori DRPs yang
harus dicegah dan diatasi untuk menjamin bahwa pasien menerima terapi obat
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
yang efektif, yakni pemilihan obat yang tidak tepat dan dosis subterapi yang
diterima pasien dalam pengobatan (Cippolle et al., 1998).
Pasien yang menerima obat dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dosis
terapinya dapat menjadi masalah karena menyebabkan tidak efektifnya terapi.
Selain itu, dari hasil penelitian Tandiose (2008), diketahui bahwa kejadian DTP
terbanyak disebabkan karena dosis terlalu rendah yang dialami oleh 54,55%
kasus pasien gangguan saluran pernafasan di salah satu rumah sakit swasta di
Yogyakarta. Hasil penelitian terkait DRPs pada pasien asma yang dilakukan oleh
Hidayah dan Prasetyo (2009) mengatakan bahwa kategori obat tanpa indikasi dan
duplikasi terapi yaitu 21,3%, dosis rendah berada di peringkat kedua dengan
persentase 18,7%, dan obat salah dengan persentase 10,7%.
Pelayanan farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan rumah sakit yang berorientasi pada pasien serta menyediakan obat yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Sehingga, pelayanan
kefarmasian dalam kajian ketepatan dan keefektifan penggunaan obat sangat
diperlukan untuk memaksimalkan efektivitas obat serta meminimalkan efek yang
tidak diinginkan, dengan usaha meningkatkan pengobatan rasional yang aman,
tepat, dan ekonomis (Wakidi, 2001).
Pelayanan kefarmasian klinis dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi
masalah penting yang terkait dengan obat, mengurangi kejadian, memberikan
edukasi pada pasien terkait informasi obat- obat yang digunakan dan
meningkatkan kepatuhan pasien, menyempurnakan peresepan, menyempurnakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
hasil klinis, menyempurnakan efektivitas klinis, menyempurnakan efektivitas
biaya dan mempersingkat masa tinggal di Rumah Sakit (Aslam, 2003). Oleh
karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait efektivitas
pengobatan pada pasien gangguan saluran pernafasan untuk memberikan
informasi terkait gambaran penggunaan obat dan keefektifan terapi untuk
mencapai tujuan klinis yang akan dicapai serta meminimalkan risiko penggunaan
obat pada penyakit gangguan saluran pernafasan di RS Panti Rini Yogyakarta.
Rumah Sakit Panti Rini adalah rumah sakit umum swasta yang
memberikan pelayanan medik bersifat umum setara dengan rumah sakit
pemerintah kelas D, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik dasar dengan kapasitas tempat tidur kurang dari
100. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Panti Rini pada periode JanuariJuli 2012, di mana asma dan PPOK termasuk dalam sepuluh besar penyakit
dengan jumlah pasien terbanyak. Sehingga dapat digunakan sebagai model untuk
penelitian.
1. Permasalahan
1) Seperti apa penggunaan obat pada pasien gangguan saluran pernafasan di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli 2012?
2) Seperti apa efektivitas penggunaan obat untuk pasien gangguan saluran
pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli
2012?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian ini belum
pernah dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan masalah drug
therapy problems dalam penggunaan obat sistem saluran pernafasan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti lain dengan judul sebagai berikut:
1. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors dan Drug Therapy
Problems pada Pasien RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008
(Kajian Penggunaan Obat Sistem Saluran Pernafasan) yang dilakukan oleh
Tandiose dengan rancangan penelitian eksploratif deskriptif yang bersifat
prospektif. Dalam penelitiannya, terdapat 22 kasus dan dikatakan bahwa
DTP dan ME yang terjadi meliputi dosis terlalu tinggi 4 kasus, dosis terlalu
rendah 12 kasus, ADR 5 kasus, interaksi obat 8, complience 6 kasus, potensi
administration error 3 kasus, pemberian diluar instruksi dokter 1 kasus dan
kegagalan mengecek instruksi 3 kasus.
2. Kajian Ketepatan dan Efektivitas Penggunaan Obat Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK) Pasien Rawat Inap di RS Dr. Sardjito Jogjakarta bulan
Januari- Desember tahun 2004 yang dilakukan oleh Damayani dengan
rancangan penelitian deskriptif evaluatif dan metode pengumpulan data
secara retrospektif. Dalam penelitian ini tercatat 59 pasien dengan dengan
diagnosa PPOK. Hasil yang didapat adalah persentase ketepatan indikasi
pengobatan PPOK adalah 100%. Persentase tepat obat pada penggunaan
obat PPOK adalah 94.92%. Ketepatan dosis adalah 88.14%. Efektivitas obat
dilihat dari kondisi pasien keluar rumah sakit dalam kondisi sembuh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
3.39%,membaik 52.54%, belum sembuh 8.48%, meninggal 15.25%, pulang
paksa 6.78%, tidak tercatat 13.56%.
3. Gambaran Efektivitas Terapi Antibiotik Penyakit Pneumonia Pasien
Pediatrik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang dilakukan oleh Christie
dengan rancangan penelitian non-eksperimental dan pengumpulan data
secara prospektif pada bulan Maret- Mei 2011 dan retropspektif pada
periode Oktober 2009 - Desember 2010 serta bersifat deskriptif evaluatif.
Data yang dianalisis ditampilkan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian
baik retrospektif maupun prospektif, kombinasi antibiotik yang paling
banyak digunakan adalah ampicilin- kloramfenikol (59.09% dan 54.55%).
Berdasarkan hasil penelitian pada metode retrospektif didapatkan terapi
yang tidak efektif sebanyak 21 kasus dan terapi yang efektif sebanyak 9
kasus. Dan pada metode prospektif didapatkan bahwa terapi yang tidak
efektif sebanyak 17 kasus dan yang efektif sebanyak 13 kasus.
4. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Asma Bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Bulan JanuariDesember 2009 yang dilakukan oleh Yuniar Handayani dengan rancangan
penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 32 kasus dengan kejadian DRPs
adverse drug reaction (ADR) dan interaksi obat sebesar 31,25%.
5. Evaluasi Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Antara
Pasien Yang Diberi Informasi versus Informasi plus Alat Bantu Ketaatan
Serta Dampak Terapinya Periode Juni – Juli 2009 (Kajian terhadap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan) oleh Shielanita Eulampia
dengan penelitian eksperimental semu rancangan pola searah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketaatan berdasarkan jumlah obat yang
digunakan memiliki perbedaan tidak bermakna, ketaatan berdasarkan aturan
pakai menunjukkan perbedaan tidak bermakna serta ketaatan berdasarkan
jumlah keseluruhan obat yang diterima pasien menunjukkan perbedaan tidak
bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dan dampak
terapi yang dirasakan pasien berbeda tidak bermakna.
Adapun perbedaan antara penelitian-penelitian diatas adalah
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pengobatan pasien
gangguan saluran pernapasan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta. Selain itu, perbedaan yang mendasari dengan penelitian
sebelumnya terletak pada subyek penelitian yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis asma, PPOK, pneumonia,
dan TBC di Rumah Sakit Panti Rini periode Januari – Juli 2012. Penelitian
ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rini dengan harapan dapat
memberikan gambaran terkait penggunaan obat dan kejadian DRPs, di
mana akan berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RS Bethesda atau
di RSUP Sardjito karena memiliki pola peresepan yang berbeda.
3.
Manfaat Penelitian
Manfaat praktis penelitian ini yaitu bagi pihak Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta dapat dimanfaatkan sebagai evaluasi atau bahan masukan bagi tenaga
kesehatan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pasien gangguan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
saluran pernafasan dan mewujudkan efektivitas pengobatan untuk mencapai
tujuan klinis yang diharapkan.
B. TUJUAN
1) Mengidentifikasi penggunaan obat gangguan saluran pernafasan pada pasien di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
2) Mengidentifikasi efektivitas pemilihan obat untuk pasien gangguan saluran
pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAHAAN PUSTAKA
A. ANATOMI SALURAN PERNAPASAN
Pengertian bernafas secara harafiah adalah perpindahan oksigen (O2) dari
udara menuju ke sel- sel tubuh dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel- sel
menuju udara bebas. Masuknya O2 dan keluarnya CO2 dibutuhkan untuk
menjalankan fungsi normal sel- sel tubuh.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring, sampai ke laring;
sedangkan saluran pernapasan bawah meliputi trakea, bronkus, bronkiolus, dan
paru- paru yang berujung pada alveolus (Ikawati, 2007).
Gambar 1. Anatomi Saluran Pernafasan Manusia (Ikawati, 2007)
8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
B. DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
Drug Related Problems (DRPs) merupakan kejadian yang tidak diinginkan
atau pengalaman yang berisiko bagi pasien yang terlibat atau kecurigaan terhadap
obat yang terlibat dalam terapi dan dapat menghambat atau menunda pasien
tersebut mencapai tujuan terapi yang diinginkan.
Table I. Kategori dan penyebab- penyebab Drug Related Problems (DRPs)
(Cipolle et al., 2004)
No
Jenis DRPs
Contoh Penyebab DRPs
1
Ada obat
yang tidak  Terapi yang diperoleh sudah tidak valid
dibutuhkan
(unnecessary
saat itu
drug therapy)
 Beberapa macam produk obat digunakan
untuk kondisi yang sebenarnya hanya
membutuhkan suatu jenis obat
 Kondisi medis yang sebenarnya tepat
ditangani dengan terapi nonfarmakologi
 Terapi efek samping akibat suatu obat
yang sebenarnya dapat digantikan dengan
yang lebih aman
 Penyalahgunaan obat, merokok, dan
alcohol yang dapat menyebabkan masalah
2
Membutuhkan
tambahan  Kondisi medis yang membutuhkan terapi
obat (need for additional  Terapi pencegahan dibutuhkan untuk
drug therapy)
mengurangi risiko dari perkembangan
kondisi baru
 Kondisi medis yang membutuhkan
tambahan obat untuk mendapatkan efek
sinergis atau efek tambahan
3
Obat yang tidak efektif  Obat yang digunakan bukan merupakan
(ineffective drug)
obat yang paling efektif untuk kondisi
medis tertentu
 Kondisi medis sukar disembuhkan dengan
produk obat tersebut
 Sediaan obat yang digunakan tidak sesuai
 Produk obat yang dipilih bukan
merupakan produk obat yang efektif
untuk kondisi medis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Lanjutan Tabel I.
4
Dosis terlalu rendah (dosage
too low)
5
Efek obat yang merugikan
(adverse drug interaction)
6
Dosis terlalu tinggi (dosage
too high)
7
Ketidaktaatan
 Dosis yang digunakan terlalu rendah
 Interval dosis pemberian yang jarang
 Interaksi obat dapat menurunkan jumlah
obat aktif
 Durasi terapi obat terlalu pendek
 Produk obat meminimalkan efek yang
tidak diinginkan, yang tidak berhubungan
dengan dosis
 Interaksi obat yang menyebabkan efek
yang tidak diinginkan, yang tidak
berhubungan dengan dosis
 Obat yang diberikan atau diubah terlalu
cepat
 Produk obat menyebabkan reaksi alergi
 Suatu produk obat dibutuhkan untuk
factor risiko
 Suatu produk obat memiliki kontraindikasi
dengan factor risiko
 Dosis terlalu tinggi
 Frekuensi pemberian obat terlalu pendek
 Durasi terapi obat terlalu panjang
 Interaksi obat yang menghasilkan reaksi
toksik
 Pemberian obat terlalu cepat
 Pasien tidak memahami intruksi
 Pasien lupa melakukan pengobatan
Kategori pertama dan kedua pada drug therapy problems berhubungan
dengan indikasi. Kategori ketiga dan keempat berhubungan dengan efektivitas.
Kategori kelima dan keenam berhubungan dengan keamanan. Kategori ketujuh
berhubungan dengan ketaatan (Cipolle et al., 2004).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
C. ASMA
1. Definisi
WHO mendefinisikan asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
serangan berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan
dan frekuensi dari orang ke orang. Selama serangan asma, lapisan saluran
bronchial membengkak, menyebabkan saluran menyempit dan mengurangi aliran
udara masuk dan keluar dari paru- paru. Penyebab asma tidak sepenuhnya
dipahami (U.S. Departement of Health and Human Service, 2011).
2.
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi
3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
(Benvie, 2009)
3.
Patofisiologi
Asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran nafas, yang ditandai
dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon yang berlebihan terhadap
rangsang. Juga terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan
kecepatan aliran udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya, terjadi
hiperinflasi distal, perubahan mekanisme paru- paru, meningkatnya kesulitan
bernafas, dan peningkatan mucus yang berlebihan. Beberapa faktor yang dapat
memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin, obat- obatan, stress, olahraga
(disebut exercise-induced asthma) (Ikawati, 2007).
4.
Gejala dan Tanda
Gejala asma yang bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau
tanpa pengobatan. Gejala awal berupa:
a. Pernafasan
berbunyi
(wheezing/
mengi/
bengek)
terutama
mengeluarkan nafas (exhalation).
b. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronchi
c. Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin
d. Adanya keluhan penderita yang merasakan dadanya sempit
saat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
e. Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara
karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan
f. Rasa berat di dada (Rengganis, 2008)
5.
Tatalaksana Pasien Asma
Tatalaksana pasien asma adalah manajemen khusus untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari- hari (asma terkontrol). Dalam
penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan baik antara dokter dan pasien
sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta apabila adanya
komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia mendengarkan keluhan atau
pernyataan pasien, ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan (Departemen
Kesehatan RI, 2009)
Pada prinsipnya, penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi:
1) Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)
Pada serangan asma, obat- obat yang digunakan adalah:
a. Bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan Ipartopium bromide)
b. Kortikosteroid sistemik
Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja cepat
yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak memungkinkan
dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa, dapat diberikan kombinasi
dengan teofilin/ aminofilin oral.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya)
kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan dalam waktu singkat 3-5
hari. Pada serangan sedang diberikan β2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral.
Pada dewasa dapat ditambahkan ipatropium bromida inhalasi maupun aminofilin
i.v. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian cairan i.v.
Pada serangan asma berat, pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan i.v,
β2 agonis kerja cepat, ipatropium bromida inhalasi, kortikosteroid i.v, dan
aminofilin i.v. (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia dapat
digantikan dengan adrenalin subkutan.
Pada serangan yang mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU. Pemberian
obat- obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi menggunakan
nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat bantu spacer
(Departemen Kesehatan RI, 2009).
2) Penatalaksanaan asma jangka panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan
mencegah serangan. Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat
pelega diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan
untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus. Untuk mengontrol asma digunakan antiinflamasi (kortikosteroid
inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan
kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah
terkontrol.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain:
a. Inhalasi kortikosteroid
b. β2 agonis kerja panjang
c. Antileukotrien
d. Teofilin lepas lambat
Di bawah ini merupakan tabel mengenai jenis obat asma menurut
Departemen Kesehatan RI (2009):
Tabel II. Jenis Obat Asma (Departemen Kesehatan RI, 2009)
Jenis Obat
Pengontrol
(Antiinflamasi)
Golongan
Bentuk/ kemasan obat
Steroid inhalasi
Flutikason propionat
Budesonide
IDT
IDT, turbuhaler
Antileukokotrin
Kortikosteroid
sistemik
Zafirlukast
Metilprednisolon
Prednison
Oral (tablet)
Oral (injeksi)
Oral
Prokaterol
Formoterol
Salmeterol
Oral
Turbuhaler
IDT
Flutikason + Salmeterol
Budosonide + formoterol
IDT
Turbuhaler
Salbutamol
Oral,
IDT,
rotacap
solution
Oral, IDT, turbuhaler,
solution, ampul (injeksi)
IDT
IDT, solution
Agonis
lama
β2
kerja
Kombinasi steroid
dan agonis β2 kerja
lama
Pelega
(Bronkodilator)
Nama Generik
Agonis
cepat
β2
kerja
Terbutalin
Prokaterol
Fenoterol
IDT, solution
Antikolinergik
Ipratropium bromide
Metilsantin
Teofilin
Aminofilin
Teofilin lepas lambat
Kortikosteroid
sistemik
Metilprednisolon
Prednison
Oral
Oral, injeksi
Oral
Oral, inhaler
Oral
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
Secara non- farmakologis, terapi ini meliputi 2 komponen utama, yaitu
edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma, dan
kontrol terhadap faktor –faktor pemicu serangan (Ikawati, 2007).
D. PNEUMONIA
1. Definisi
Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan beberapa
atau seluruh alveoli terisi cairan dan sel- sel darah. Jenis pneumonia yang paling
umum adalah pneumonia bacterial, yang paling sering disebabkan oleh
pneumokokus (Guyton dan Hall, 2008). Penyakit yang disebabkan infeksi kuman
ini, menyerang paru, dan menyebabkan berbagai gangguan organ pernapasan
tersebut. Kuman yang ada dalam paru ini bahkan dapat pula kemudian menyebar
ke seluruh tubuh melalui aliran darah, dan menyebabkan infeksi di seluruh tubuh
yang sangat berbahaya (Leman, 2009).
2. Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/ bakteri)
dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain misalnya bahan kimia (hidrokarbon,
lipoid substance)/ benda asing yang teraspirasi. Pola kuman penyebab pneumonia
biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien. Sebagian besar kasus
pneumonia disebabkan oleh virus, sebagai penyebab tersering adalah respiratory
synctial virus (RSV), parainfluenza virus, influenza virus dan adenovirus. Secara
umum, bakteri yang berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
pneumoniae, Haemophillus influenze, Staphylococcus aureus, Streptococcus
group B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasm. Virus adalah penyebab
terbanyak pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya
usia (Setyoningrum, 2006).
3. Patofisiologi
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus
masuk ke dalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut
dan hidung. Setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini
sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau
melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun
merespon terhadap infeksi virus, dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah
putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat
cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam
alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai
tambahan dari proses kerusakan paru, banyak virus merusak organ lain dan
kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu. Virus juga dapat membuat
tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri
sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di
udara dihirup. Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas
seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli.
Setelah memasuki alveoli, bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
diantara alveoli melalui rongga penghubung. Invasi ini memacu sistem imun
untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,
menuju paru. Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan
dan mereka juga melepaskan cytokin, menyebabkan aktivasi umum dari sistem
imun. Hal ini menyebabkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada
pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari
sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah
menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan
tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal,
dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding
dada (cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema
(Fransiska, 2000).
4. Klasifikasi Pneumonia
Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia dibagi menjadi tiga macam
yang berbeda penatalaksanaannya.
1) Community acquired pneumonia (CAP)
Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo.
Patogen umum yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H.
influenzae, bakteri atypical, virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV).
Pada anak-anak patogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya
keterlibatan Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, di samping
bakteri pada pasien dewasa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
2) Nosokomial Pneumonia
Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah sakit.
Patogen yang umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap
antibiotika yang beredar di rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik
golongan gram negatif batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp.
3) Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekret oropharyngeal dan
cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status
mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen
yang menginfeksi pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah
kombinasi dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi
Streptococci anaerob. Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae
bakteri yang lazim dijumpai campuran antara Gram negatif batang + S.
aureus + anaerob (Direktorat Bina Farmasi, 2005).
5. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda pneumonia dapat dibedakan menjadi gejala umum infeksi
(non spesifik), gejala pada paru, pleural dan ekstrapulmonal. Gejala non spesifik
meliputi demam, menggigil, dan gelisah. Gejala pada paru timbul ketika proses
infeksi berlangsung, seperti demam, batuk, pilek dan nyeri dada. Nyeri yang
dirasakan disebabkan peradangan pada pleura akibat infeksi bakteri (Guyton dan
Hall, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
6. Penatalaksanaan Terapi
Sebagian besar kasus pneumonia dapat diobati tanpa harus menjalani rawat
inap. Umumnya antibiotik oral, istirahat, cairan dan perawatan rumah sudah
mencukupi untuk kesembuhan sepenuhnya. Bagaimanapun, seseorang dengan
pneumonia yang memiliki kesulitan bernapas, orang dengan masalah kesehatan
lain dan para orang tua mungkin memerlukan perawatan yang lebih ahli. Jika
gejala-gejalanya bertambah buruk, pneumonia tidak bertambah baik dengan
perawatan di rumah atau muncul komplikasi, orang tersebut harus menjalani rawat
inap di rumah sakit.
a. Community- Acquired Pneumonia (CAP)
Terapi CAP dapat dilaksanan secara rawat jalan. Namun pada kasus yang berat
pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat antibiotika parenteral. Pilihan
antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa adalah golongan makrolida
atau doksisiklin atau fluoroquinolon terbaru. Namun untuk dewasa muda yang
berusia antara 17- 40 tahun pilihan doksisiklin lebih dianjurkan karena
mencakup mikroorganisme atypical yang mungkin menginfeksi. Untuk bakteri
Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap penicillin direkomendasikan
untuk terapi beralih ke derivat fluoroquinolon terbaru. Sedangkan untuk CAP
yang disebabkan oleh aspirasi cairan lambung pilihan jatuh pada amoksisilinklavulanat. Golongan makrolida yang dapat dipilih mulai dari eritromisin,
claritromisin serta azitromisin. Eritromisin merupakan agen yang paling
ekonomis, namun harus diberikan 4 kali sehari. Azitromisin ditoleransi dengan
baik, efektif dan hanya diminum satu kali sehari selama 5 hari, memberikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
keuntungan bagi pasien. Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila
pasien tidak dapat menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali
sehari selama 10-14 hari.
Tabel III. Antibiotika pada terapi Pneumonia
(Direktorat Bina Farmasi, 2005)
Kondisi klinik
Patogen
Terapi
Sebelumnya
sehat
Pneumococcus,
Mycoplasma
pneumoniae
Eritromisin
Klaritromisin
Azitromisin
Komorbiditas
(manula, DM,
gagal
ginjal,
gagal jantung,
keganasan)
S.
pneumoniae,
Hemophilus
influenzae,
Moraxella
catarrhalis,
Mycoplasma,
Chlamydia
pneumoniae dan
Legionella
Cefuroksim
Cefotaksim
Ceftriakson
Anaerob mulut
Ampicillin/ Amoxicilin
Klindamisin
Klindamisin
aminoglikosida
Aspirasi
Community
Hospital
Nosokomial
Pneumonia
Ringan,
Onset <5
hari, Risiko
rendah
Pneumonia
berat**,
Onset > 5
hari, Risiko
Tinggi
Anaerob mulut, S.
aureus, gram (-)
enterik
K.
pneumoniae,
P.aeruginosa,
Enterobacter spp.
S. aureus,
K. pneumoniae,
P.aeruginosa,
Enterobacter spp.
S. aureus,
Dosis pediatrik
(mg/kg/hari)
30-50
15
10 pada hari 1,
diikuti 5 mg
selama 4 hari
50-75
Dosis
dewasa
(dosis
total/ hari)
1-2 g
0.5- 1 g
1-2 g
100-200
2-6 g
8-20
s.d.a
1.2- 1.8 g
s.d.a
Cefuroksim
Cefotaksim
Ceftriakson
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
s.d.a.
Ampicilin-Sulbaktam
Tikarcilin-klav
Gatifloksasin
Levofloksasin
Klinda+azitro
(Gentamicin/Tobramicin
atau Ciprofloksasin )* +
Ceftazidime atau
Cefepime atau
Tikarcilinklav/
Meronem/Aztreonam
100-200
200-300
-
4-8g
12g
0,4g
0,5-0,75g
7,5
150
100-150
4-6
mg/kg
0,5-1,5g
2-6g
2-4g
+
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Ket :
*) Aminoglikosida atau Ciprofloksasin dikombinasi dengan salah satu antibiotika
yang terletak di bawahnya dalam kolom yang sama
**) Pneumonia berat bila disertai gagal napas, penggunaan ventilasi, sepsis berat,
gagal ginjal
Untuk terapi yang gagal dan tidak disebabkan oleh masalah kepatuhan
pasien, maka disarankan untuk memilih antibiotika dengan spektrum yang
lebih luas. Kegagalan terapi dimungkinkan oleh bakteri yang resisten
khususnya terhadap derivat penicillin, atau gagal mengidentifikasi bakteri
penyebab pneumonia. Sebagai contoh, pneumonia atypical melibatkan
Mycoplasma pneumoniae yang tidak dapat dicakup oleh penicillin. Beberapa
pneumonia masih menunjukkan demam dan konsistensi gambaran x-ray dada
karena telah terkomplikasi oleh adanya efusi pleura, empyema ataupun abses
paru yang kesemuanya memerlukan penanganan infasif yaitu dengan aspirasi.
b. Pneumonia Nosokomial
Pemilihan antibiotika untuk pneumonia nosokomial memerlukan kejelian,
karena sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro maupun in
vivo di rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakan tidak heran bila
berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain. Namun secara umum
antibiotika yang dapat dipilih sesuai tabel III (Direktorat Bina Farmasi, 2005).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
E. PPOK
1. Definisi
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial
(Perhimpunan Paru Indonesia, 2003).
Dua gangguan yang terjadi pada PPOK adalah bronkitis kronis atau
emfisema. Bronkitis kronis adalah kondisi di mana terjadi sekresi mukus
berlebihan ke dalam cabang bronkus yang bersifat kronis dan kambuhan, disertai
batuk yang terjadi pada hampir setiap hari selama sedikitnya 3 bulan dalam
setahun untuk 2 tahun berturut- turut. Sedangkan emfisema adalah kelainan paruparu yang dikarakterisir oleh pembesaran rongga udara bagian distal sampai ke
ujung bronkiale yang abnormal dan permanen, disertai dengan kerusakan dinding
alveolus. Pasien pada umumnya mengalami kedua gangguan ini, dengan salah
satunya dominan (Ikawati, 2007).
2. Patogenesis
Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus,
metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi
akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, isertai kerusakan dinding alveoli. Obstruksi saluran napas pada PPOK
bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas
kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos
penyebab utama obstruksi jalan napas (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2003).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
3. Manifestasi Klinis
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini
harus diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa
terjadi pada proses penuaan.
a. Batuk kronik: batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan
pengobatan yang diberikan
b. Berdahak kronik: kadang- kadang pasien menyatakan berdahak terusmenerus tanpa disertai batuk
c. Sesak nafas, terutama pada saat melakukan aktivitas
Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat
progresif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan (Depkes RI, 2008)
Pada gejala berat dapat terjadi:
a. Cyanosis (kulit membiru) akibat terjadi kegagalan respirasi
b. Gagal jantung kanan (cor pulmonale) dan edema perifer
Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukan gejala wajah yang
memerah yang disebabkan polycythemia (erythrocytosis, jumlah eritrosit yang
meningkat), hal ini merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas
pengangkutan O2 yang berlebih (Ikawati, 2007).
4.
Penatalaksanaan
Menurut WHO (2006), penatalaksanaan PPOK terdiri dari 4 komponen
utama, yaitu (1) pemantauan dan assassment penyakit, (2) mengurangi faktor
risiko, (3) penatalaksanaan PPOK yang stabil, dan (4) penatalaksanaan
eksaserbasi akut PPOK (Ikawati, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
Tujuan terapi PPOK pada PPOK stabil adalah memperbaiki keadaan
obstruksi kronik, mengatasi dan mencegah eksaserbasi akut, menurunkan
kecepatan peningkatan penyakit, meningkatkan keadaan fisik dan psikologik
pasien sehingga pasien dapat melaksanakan kegiatan sehari- hari, menurunkan
jumlah hari- hari tak bekerja, menurunkan jumlah hari tinggal di rumah sakit, dan
menurunkan jumlah kematian. Terapi pada eksaserbasi akut adalah untuk
memelihara fungsi pernapasan dan memperpanjang survival (Ikawati, 2007).
Obat- obat yang digunakan, antara lain:
1) Antikolinergik digunakan sebagai terapi lini pertama untuk pasien PPOK yang
stabil. Mekanisme kerjanya adalah menghambat reseptor kolinergik pada otot
bronkial. Kolinergik menstimulasi peningkatan aktivitas guanil siklase, yaitu
enzim yang mengkatalis pembentukan cyclic guanosine 3’, 5’- monophosphate
(GMP). Siklik GMP menstimulasi bronkokonstriksi. Aktivitas antikolinergik
ini memblok kerja asetilkolin sehingga menurunkan pembentukan siklik GMP,
dan hasilnya adalah menghambat bronkokonstriksi. Termasuk golongan ini
adalah atropin dan ipatropium bromida. Ipatropium bromida lebih disukai
daripada atropin sulfat karena mempunyai efek samping sistemik yang lebih
sedikit. Ipatropium bromida tersedia dalam bentuk Metered Dose Inhaler
(MDI) dan larutan untuk inhalasi yang menunjukan puncak efek pada 1,5- 2
jam dan durasi kerja 4- 6 jam.
2) Simpatomimetik selektif β- 2 bersifat bronkodilator dengan menstimulasi
enzim adenil siklase untuk meningkatkan pembentukan adenosine 3’, 5’monophosphate (3’,5’-cAMP). Pada pasien dengan PPOK yang stabil,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
simpatomimetik direkomendasikan sebagai terapi lini kedua, sebagai tambahan
atau menggantikan ipatropium bromida untuk pasien yang tidak menunjukan
keuntungan klinik yang memuaskan dengan menggunakan ipatropium saja.
3) Kombinasi antikolinergik dan simpatomimetik sering digunakan jika
perkembangan penyakitnya meningkat atau gejalanya memburuk. Kombinasi
dua golongan bronkodilator ini mungkin lebih efektif dibandingkan digunakan
sendiri- sendiri, selain itu juga dapat menurunkan dosis efektifnya sehingga
menurunkan potensi efek sampingnya.
4) Metilksantin (teofilin/ aminofilin) cukup lama digunakan sebagai terapi lini
pertama. Namun dengan banyaknya golongan beta agonis dan antikolinergik
inhalasi, serta banyaknya potensi interaksi obat dengan teofilin/ aminofilin,
maka obat golongan ini bergeser menjadi terapi lini ketiga.
5) Kortikosteroid dimulai selama eksaserbasi akut bila kondisi pasien memburuk
atau
tidak
membaik,
walaupun
telah
menggunakan
antikolinergik,
simpatomimetik, atau metilksantin. Secara teori, kortikosteroid mempunyai
mekanisme kerja sebagai antiinflamasi dan mempunyai keuntungan pada
PPOK, yakni mereduksi permeabilitas kapiler untuk mengurangi mukus,
menghambat pelepasan enzim proteolitik dari leukosit, dan menghambat
prostaglandin. Terapi dimulai dengan metilprednisolon 0,5- mg/kg i.v setiap 6
jam. Bila gejala pasien telah membaik, dapat diganti dengan prednison 40-60
mg sehari. Bila diperlukan terapi lebih lama, digunakan dosis rendah yaitu 7,5
mg/ hari, diberikan pada pagi hari atau selang sehari. Pasien yang memerlukan
terapi steroid lanjutan, pemberian oral prednison dengan jumlah besar dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
dalam waktu singkat selama status klinik buruk akan efektif dalam
menurunkan waktu tinggal di rumah sakit.
6) Long- term oksigen
Penggunaan oksigen berkesinambungan (> 15 jam sehari) dapat meningkatkan
harapan hidup bagi pasien- pasien yang mengalami kegagalan respirasi kronis,
dan memperbaiki tekanan arteri pulmonar, polisitemia (hematokrit > 55%),
mekanik paru, dan status mental.
7) Mukolitik
Penggunaan mukolitik seperti ambroksol, karbosistein, dan gliserol teriodinasi
mungkin memberikan manfaat bagi sebagian pasien tetapi secara keseluruhan
manfaatnya sangat kecil.
(Ikawati, 2007)
F. TBC
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru- paru.
Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang,
dinding selnya mengandung komplek lipida- glikolipida serta lilin (wax) yang
sulit ditembus zat kimia (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Sumber penularan adalah pasien TB yang memiliki BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Umunya, penularan terjadi dalam ruangan di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
mana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Daya penularan seoran
pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
2. Patogenesis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru.
Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang,
dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit
ditembus zat kimia. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut (Direktorat Bina Farmasi, 2005).
3. Tanda dan Gejala Klinis
Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan
berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah
batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak
nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari sebulan (Direktorat Bina Farmasi, 2005).
4.
Penatalaksanaan
Pengendalian atau penanggulangan TB yang terbaik adalah mencegah agar
tidak terjadi penularan maupun infeksi. Pencegahan TB pada dasarnya adalah :
1) Mencegah penularan kuman dari penderita yang terinfeksi
2) Menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
penularan.
Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektivitas pengobatan, maka
prinsip-prinsip yang dipakai adalah :
1) Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk
mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
2) Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed
Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap Intensif
1) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
3) Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
1) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant)
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah
antibotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium.
Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh
bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai
adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin.
Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang
paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
streptomisin. Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme
sterilisasi. Sedangkan obat lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para
Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan
Rifabutin. Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan
Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif, dan
dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan Rifapentin dan Rifabutin
digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti
TB. Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan tahap
dan lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau selang) dan
kombinasi
OAT
dengan
dosis
tetap.
Contoh
:
2HRZE/4H3R3
atau
2HRZES/5HRE. Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang
dipakai, yakni :
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekwensi.
Angka 2 didepan seperti pada “2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap
hari satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti
pada “4H3R3” artinya dipakai 3 kali seminggu ( selama 4 bulan). Sebagai contoh,
untuk TB kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya : Tahap awal/intensif adalah
2HRZE : Lama pengobatan 2 bulan, masing masing OAT (HRZE) diberikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
setiap hari. Tahap lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4 bulan, masing
masing OAT (HR) diberikan 3 kali seminggu.
Paduan
pengobatan
yang
digunakan
oleh
Program
Nasional
Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia :
1) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.
2) Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
3) Kategori 3 : 2 HRZE/4H3R3.
4) Disamping ketiga kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
(Direktorat Bina Farmasi, 2005)
G. EFEKTIVITAS PENGOBATAN
1. Pemilihan Obat
Menurut Rahmawati, dkk (2008), efektivitas pengobatan sangat
ditentukan oleh keputusan pemilihan obat. Pemilihan obat dapat didasarkan pada
standar pengobatan rumah sakit yang telah tersedia, atau guideline terapi yang
dibuat oleh organisasi profesi baik lokal atau internasional. Parameter pemilihan
obat yang tidak tepat meliputi: obat yang diterima pasien bukan merupakan obat
yang paling tepat (ada obat lain yang lebih efektif), pasien menerima kombinasi
obat yang tidak diperlukan, obat yang dikontraindikasikan pemakaiannya untuk
pasien, obat tidak aman bagi kondisi pasien, bentuk sediaan yang tidak tepat, obat
yang digunakan sudah merupakan obat yang paling tepat namun pada kasus
tersebut tidak efektif. Penggunaan obat harus mempertimbangkan antara manfaat
dan risiko bagi pasien. Pemilihan obat tidak hanya melihat manfaatnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
menyembuhkan penyakit, namun harus selalu disertai pertimbangan kondisi
pasien.
2. Dosis
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam
maupun obat luar. Dosis obat harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan
efek yang diharapkan dan tergantung dari banyak faktor, antara lain umur, bobot
badan, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, dan kondisi penyakit (Syamsuni,
2005).
Apoteker perlu mempertimbangkan regimen obat (dosis dan frekuensi).
Obat- obat dengan indikasi multiterapi, dapat ditetapkan dosis yang berbeda untuk
tiap indikasi (Siregar, 2006). Menurut Cippole et. al (2004), regimen dosis
memiliki beberapa bagian yang mencakup produk, dosis, interval dosis, dan
durasi terapi yang harus sesuai dengan kondisi klinis pasien agar dapat
menghasilkan efek yang diinginkan. Dosis terlalu rendah tidak dapat
menghasilkan respon yang diinginkan. Penyebab dari masalah terapi obat tersebut
diantaranya adalah dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menghasilkan efek
yang diinginkan, interval pemberian dosis yang tidak cukup, interaksi obat yang
dapat menurunkan jumlah obat aktif, dan durasi pemberian obat terlalu singkat
sehingga tidak memberikan respon yang diinginkan. Dan penyebab paling umum
yang sering ditemukan adalah pemberian dosis yang terlalu rendah dan interval
pemberian dosis yang tidak sesuai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
H. KETERANGAN EMPIRIS
Penelitian mengenai Evaluasi Pengobatan Pasien Gangguan Saluran
Pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari- Juli 2012
(Kajian: Efektivitas Obat) diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
profil penggunaan obat saluran pernafasan dan adanya kejadian terkait efektivitas
dalam pengobatan yang terjadi di Rumah Sakit Panti Rini. Hasil penelitian
diharapkan pula dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan
rancangan deskriptif evaluatif. Penelitian ini bersifat non eksperimental karena
tidak ada perlakuan pada subyek penelitian dengan rancangan penelitian deskriptif
evaluatif karena hanya bertujuan melihat gambaran fenomena kesehatan yang
terjadi di dalam suatu populasi tertentu kemudian mengevaluasi data dari rekam
medik (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini mengambil data secara retrospektif. Data retrospektif
diperoleh dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu lembar rekam
medik pasien asma bronkial, PPOK, pneumonia, dan TBC.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah macam pola pengobatan dan
efektivitas terapi pada pasien gangguan saluran pernafasan.
C. Definisi Operasional
1.
Penggunaan obat dikelompokkan menjadi golongan dan jumlah obat
gangguan saluran pernafasan serta golongan dan jumlah obat lain selain
gangguan saluran pernafasan yang diberikan pada pasien.
2.
Efektivitas obat yang dilihat dalam penelitian ini adalah terkait pemilihan
obat yang sesuai dengan indikasi dan diagnosis yang telah ditentukan serta
jumlah dosis dan frekuensi pemberian sesuai dengan yang dianjurkan dari
35
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
referensi (Drug Information Handbook edisi 2008-2009, MIMS 2011-2012,
Pedoman Pengobatan dari Depkes RI, IONI 2000, Formularium RS Panti
Rini dan referensi dari evidance based medicine berupa guideline dan
jurnal-jurnal penelitian yang terkait dengan efektivitas.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah pasien dengan
diagnosis asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia, dan
tuberkulosis di Rumah Sakit Panti Rini, Yogyakarta periode Januari - Juli 2012.
1. Kriteria inklusi subyek:
a. Pasien rawat inap yang menerima terapi obat gangguan
saluran
pernafasan: asma, PPOK, pneumonia, dan tuberkulosis, selama periode
Januari - Juli 2012.
b. Mempunyai catatan rekam medik lengkap yang mencakup usia, jenis
kelamin, diagnosis, instruksi dokter, catatan keperawatan, catatan
penggunaan obat, hasil laboratorium, dan lama perawatan
2. Kriteria eksklusi subyek:
a. Pasien dengan catatan rekam medik yang tidak ditemukan
b. Pasien yang meninggal dunia selama penelitian berlangsung
Selama periode Januari - Juli 2012, terdapat 43 pasien yang dirawat inap di
Rumah Sakit Panti Rini. Dari 43 pasien, data yang diambil sebanyak 39 pasien
dengan 43 kasus karena memenuhi kriteria inklusi, sedangkan 4 pasien lainnya
datanya tidak diambil karena catatan rekam mediknya tidak ditemukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
E. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah kartu rekam medik, dalam hal ini
dibutuhkan data nomor rekam medik, jenis kelamin, usia, diagnosis utama, hasil
pemeriksaan laboratorium, instruksi dokter, catatan keperawatan, catatan
penggunaan obat, lama perawatan, dan lembar resume pasien yang menerima obat
gangguan sistem saluran pernafasan di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari Juli 2012.
F. Tata Cara Penelitian
Jalannya penelitian meliputi tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap
pengambilan data, dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Orientasi
Tahap orientasi diawali dengan studi pustaka mengenai penyakit asma,
PPOK, pneumonia, dan tuberkulosis, efektivitas pengobatan, serta menentukan
permasalahan dan cara menganalisis masalah tersebut. Selanjutnya dilakukan
pencarian informasi mengenai kemungkinan dapat tidaknya melakukan penelitian
di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta dan mengurus perizinan untuk
mendapatkan izin penelitian. Kemudian mempelajari teknik pengambilan data
yang sesuai agar tidak menggangu aktivitas di ruang perawatan pasien.
2. Tahap Pengambilan Data
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data dimulai dari tanggal 1 Juli
sampai dengan 31 Juli 2012. Data berasal dari rekam medik pasien gangguan
saluran pernafasan dengan diagnosa asma, PPOK, pneumonia, dan TBC di Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari – Juli 2012. Pencatatan data meliputi:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, tanggal masuk, tanggal keluar,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, tanda vital, terapi obat yang
diberikan, dosis dan frekuensi pemberian obat. Selain itu, peneliti melakukan
pencarian informasi mengenai obat-obat gangguan saluran pernafasan yang
dipakai di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta kepada apoteker yang bertugas.
3. Tahap Pengolahan Data
Data yang diperoleh kemudian dievaluasi, diolah, dan disajikan dalam
bentuk tabel yang memuat analisis SOAP (Subjective, Objective, Assesement, and
Plan). Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian dinilai efektivitas pengobatan
menurut Drug Information Handbook edisi 2008-2009, MIMS 2011-2012,
Pedoman Pengobatan dari Depkes RI, IONI 2000, Formularium RS Panti Rini,
dan referensi dari evidance based medicine berupa guideline dan jurnal-jurnal
penelitian yang terkait dengan efektivitas.
G. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari RM pasien gangguan saluran pernapasan
kemudian diolah secara deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk
tabel.
1. Mengelompokan golongan dan jumlah obat gangguan saluran pernafasan
yang diterima oleh pasien. Hasil dari pengelompokan ini akan disajikan
dalam bentuk tabel.
2. Mengelompokan golongan dan jumlah obat lain selain gangguan saluran
pernafasan yang diberikan pada pasien berdasarkan MIMS edisi tahun 20112012. Hasil dari pengelompokan ini akan disajikan dalam bentuk tabel.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
3. Mengevaluasi efektivitas pengobatan dengan metode SOAP dan analisis
pengobatan yang diterima oleh pasien meliputi pemilihan obat yang sesuai
dengan indikasi dan diagnosis yang telah ditentukan serta jumlah dosis dan
frekuensi pemberian yang cukup dilakukan berdasarkan beberapa sumber,
antara lain Drug Information Handbook edisi 2008-2009, MIMS 2011-2012,
Pedoman Pengobatan dari Depkes RI, IONI 2000, Formularium RS Panti
Rini, dan referensi dari evidance based medicine berupa guideline dan jurnaljurnal penelitian yang terkait dengan efektivitas.
H. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian
Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini, peneliti mengalami
beberapa kesulitan, seperti:
1. Pada awal penyusunan proposal, metode yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat prospektif dengan periode Juni – Juli 2012. Namun, karena
keterbatasan jumlah data pada periode tersebut dan kurangnya waktu dalam
melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan untuk membuat assessment
terhadap terapi yang diterima pasien, maka peneliti mengganti metode
penelitian menjadi retrospektif. Data yang diambil merupakan pasien dengan
gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode
Januari – Juli 2012.
2. Peneliti mengalami kesulitan dalam membaca catatan rekam medik pasien
dan membaca tulisan dokter maupun perawat yang tertera dalam catatan
rekam medis tersebut. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti bertanya
kepada perawat yang bertugas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
3. Peneliti juga memberikan batasan dalam penelitian ini. Evaluasi pengobatan
yang dilakukan adalah evaluasi terhadap obat gangguan saluran pernafasan
yang diterima oleh pasien.
I. Kelemahan Penelitian
Penelitian dengan judul Evaluasi Pengobatan Pasien Gangguan Saluran
Pernafasan Di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari – Juli 2012
(Kajian: Efektivitas Obat) ini mengambil data retrospektif. Kelemahan dari
penelitian ini adalah peneliti tidak melakukan wawancara secara langsung dengan
tenaga profesional yang lain terkait pertimbangan pemberian obat pada pasien.
Kelemahan lain dari penelitian ini adalah terletak pada kajian penelitian,
yakni efektivitas obat. Terdapat empat aspek penting drug related problems,
antara lain yang berhubungan dengan indikasi, efektivitas, keamanan, dan
ketaatan. Penelitian ini hanya mengkaji terkait efektivitas, sehingga belum
menggambarkan secara keseluruhan kejadian drug related problems pada
pengobatan pasien gangguan saluran pernafasan di rumah sakit Panti Rini
Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang evaluasi pengobatan pasien gangguan saluran
pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari- Juli 2012
dengan kajian efektivitas dilakukan pada bulan Juli 2012 dengan melakukan
pencatatan langsung data pasien terkait penggunaan obat pada saat terapi. Selama
periode Januari- Juli 2012, diketahui terdapat 39 pasien rawat inap yang menderita
gangguan saluran pernafasan, dengan jumlah kasusnya 43. Hasil dari penelitian
ini terbagi dalam dua bagian utama. Bagian pertama membahas tentang
penggunaan obat gangguan saluran pernafasan. Bagian kedua membahas evaluasi
efektivitas pengobatan pasien gangguan saluran pernafasan dengan analisis SOAP
(Subjective, Objective, Assessment, Plan).
A. PENGGUNAAN OBAT GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN
Penggunaan obat gangguan saluran pernafasan di RS Panti Rini
Yogyakarta meliputi golongan obat saluran pernafasan dan golongan obat lain
yang diterima oleh pasien.
1.
Jumlah dan golongan obat saluran pernafasan
Setiap obat sistem saluran pernafasan yang digunakan oleh pasien di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari- Juli 2012 dikelompokkan
menjadi sembilan kelompok, yaitu : ekspektoran, mukolitik, antihistamin, nasal
dekongestan, simpatomimetik bronkodilator, derivat xantin, antibiotik, obat anti
TBC (OAT), dan kombinasi.
41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
Tabel IV. Pengelompokkan Berdasarkan Jenis Obat Kasus Pasien yang
Menggunakan Obat Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta Periode Januari-Juli 2012
No
Golongan obat
Nama obat
Jumlah kasus
1.
Ekspektoran
Karbosistein
Gliceryl guaiacolat (GG)
9
4
2.
Antihistamin
Cetirizin HCl
Cyproheptadin HCl
13
5
1
6
3.
Mukolitik
Ambroksol
N-asetilsistein
4.
5.
Nasal dekongestan
Bronkodilator
Pseudoefedrin HCl
Procaterol
Salbutamol
6.
Derivate xantin
Aminofilin
Teofilin
7.
Kombinasi
Flutikason propionate +
Salbutamol
Ipratropiun HBr + Salbutamol
8.
Antibiotik
Ceftriaxone
Cefuroxime
Cefixime
Cefotaxime
Ofloxacin
Levofloksasin
Cefadroksil
Gentamisin
Azitromisin
Cefepim HCl
Kloramfenikol
9.
10.
Obat anti TBC (OAT)
Hormon kortikosteroid
4FDC
Metilprednisolon
Triamcinolone
Dexametasone
15
16
31
2
6
22
28
4
1
5
13
3
16
12
4
4
4
1
6
1
2
1
1
1
37
1
30
1
2
33
172
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Menurut tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa obat golongan
antibiotik merupakan obat gangguan saluran pernafasan yang paling banyak
digunakan oleh pasien dengan jumlah kasus sebanyak 37 kasus, lalu penggunaan
kortikosteroid dengan jumlah kasus sebanyak 33 kasus. Penggunaan antibiotik
pada kasus pasien, karena adanya peningkatan kadar leukosit pasien yang
menandakan terjadi infeksi. Namun, ada beberapa kasus pasien yang tidak
membutuhkan antibiotik tetapi diberikan terapi. Pasien kasus gangguan saluran
pernafasan cenderung mengalami sesak nafas. Pemberian kortikosteroid dapat
merelaksasi otot polos dan sebagai penghambat mediator-mediator inflamasi
sebagai pemicu munculnya asma dan PPOK. Obat- obat kortikosteroid memiliki
efek yang sama dengan glukokortikoid yang dapat menurunkan jumlah dan
aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta adrenergik
dengan cara memproduksi AMP siklik, sehingga menginhibisi mekanisme
bronkokonstriksi atau merelaksasi otot polos secara langsung (Depkes RI, 2007).
2.
Jumlah dan golongan obat lain
Pasien kasus gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari- Juli 2012 juga menerima golongan obat lain yang
bukan merupakan obat saluran pernafasan. Jenis golongan obat ini dikelompokkan
menjadi 24 kelompok, antara lain: analgesik- antipiretik, antiulser, nootropik dan
neurotropik, antasida, suplemen, loop diuretik, ansiolitik, NSAID, antiemetik,
antagonis kalsium, elektrolit, obat dislipidemia, antiplatelet, antidiare, obat
kardiovaskuler, obat gout dan hiperuresemia, Vitamin B kompleks, antidiabetes,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
vasodilator perifer, hepatoprotektor, antiangina, aritmia ventrikuler, obat malaria,
dan antivertigo.
Tabel V. Pengelompokkan Berdasarkan Jenis Obat Kasus Pasien yang
Menggunakan Obat Lain di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode
Januari-Juli 2012
No
Golongan obat
Nama obat
Jumlah kasus
11
5
2
1.
Analgesik antipiretik
2.
Antiulser
3.
Nootropik dan neurotropik
4.
Antasida
5.
Suplemen
6.
Loop diuretik
Parasetamol
Metamizole Na
Sistenol® (parasetamol + nasetilsistein)
Ranitidin
Omeprazole
Pantoprazole
Mekobolamin
Nicholin® (Citicoline)
Dexanta® (Al(OH)3; Mg(OH)2;
simethicone)
Cinula®
Astacor®
Renapar®
Curcuma
Furosemid
7.
Ansiolitik
Alprazolam
3
8.
NSAID
Analsik® (methampyrone +
diazepam)
Ketopain® (ketorolac
tromethamine)
Granisetron
Ondansetron
Amlodipin besylate
1
K-I Aspartat
Aminoral®
KSR® (KCl)
NaCl
Simvastatin
Atorvastatin kalsium
Gemfibrozil
Clopidogrel
2
1
3
1
3
1
2
1
New Diatab®
Loperamid
Digoxin
Dobutamin
1
1
2
1
9.
Antiemetik
10.
Antagonis kalsium
11.
Elektrolit
12.
Obat dislipidemia
13.
Antiplatelet
14.
Antidiare
15.
Obat kardivaskular
14
5
10
4
1
1
1
3
5
1
8
1
1
3
2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Lanjutan Tabel V.
No
Golongan obat
16.
17.
Obat Gout dan hiperurisemia
Vitamin B kompleks
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Antidiabetes
Hepatoprotektor
Antiangina
Aritmia ventrikuler
Obat malaria
Antivertigo
24.
Obat Kardiovaskular
Golongan Lain
Nama obat
Allopurinol
Neurodex®
Alinamin F®
Novorapid® (Insulin aspart)
Proliver®
Isosorbid dinitrat
Amiodrane HCl
Klorokuin
Betahistin Mesylate
Flunarizin
Bio ATP
Jumlah kasus
5
1
1
3
2
1
1
1
1
1
2
119
Dari tabel di atas, jumlah obat yang paling banyak digunakan selain obat
gangguan saluran pernafasan adalah antiulser. Penggunaan antiulser dalam tiap
kasus pasien ditujukan untuk pasien yang memiliki keluhan mengalami gangguan
gastrointestinal. Obat antiulser lain yang paling banyak digunakan adalah ranitidin
yang merupakan golongan antagonis reseptor H2 dengan indikasinya yakni
mengatasi tukak peptik, tukak duodenum, tukak akibat AINS, dan bermanfaat
dalam pengurangan asam lambung.
B.
EVALUASI EFEKTIVITAS PENGOBATAN GANGGUAN
SALURAN PERNAFASAN
Salah satu prinsip terapi obat yang rasional adalah pemilihan obat yang
tepat, yakni obat yang efektif, aman dan ekonomis, dan sesuai dengan kondisi
pasien. Penggunaan obat yang tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak ekonomis
atau yang populer dengan istilah yang tidak rasional. Penggunaan obat dikatakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
tidak tepat jika risiko yang mungkin terjadi tidak seimbang dengan manfaat yang
diperoleh dari tindakan memberikan suatu obat (Anonim, 2000).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas
pengobatan pasien gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari- Juli 2012. Peneliti menggunakan metode SOAP
(Subjective, Objective, Assesment, dan Plan) untuk mendokumentasikan evaluasi
terkait efektivitas obat gangguan saluran pernafasan yang diterima selama pasien
menjalani pengobatan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Sesuai dengan
definisi operasional, efektivitas pada penelitian ini adalah terkait pemilihan obat
yang tepat di mana disesuaikan dengan indikasi dan diagnosis yang telah
ditentukan oleh dokter serta jumlah dosis obat yang cukup sesuai dengan yang
dianjurkan dari referensi- referensi yang digunakan oleh peneliti. Pada penelitian
ini, peneliti membatasi evaluasi pengobatan yang dilakukan, yakni hanya
mengevaluasi efektivitas obat gangguan saluran pernafasan yang diterima oleh
pasien selama dirawat inap di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta selama periode
Januari – Juli 2012.
Ketepatan pemilihan obat dan dosis kurang merupakan kategori Drug
Related Problems (DRPs) yang dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan.
Berdasarkan hasil evaluasi pengobatan terhadap obat gangguan saluran pernafasan
yang diterima oleh pasien dengan diagnosa asma, PPOK, pneumonia, dan TBC di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli 2012, ditemukan
masalah terkait efektivitas obat yang digunakan tidak sesuai dengan literatur.
Masalah efektivitas yang paling banyak ditemukan adalah terkait penggunaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
antibiotik. Berikut ini, akan disajikan tabel terkait pemilihan obat yang diduga
mengalami ketidakefektifan.
Tabel VI. Pemilihan Obat pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juli 2012
Nomor
Kasus
1
3,13,26,37
Nama Obat
Cefotaxime
Diberikan tanpa indikasi
Ceftriaxon
Diberikan tanpa indikasi
25
4
Masalah terkait efektivitas
Menyebabkan
pasien
Cefixime
5
16
Gentamisin
9
Cyproheptadin
8
N-asetilsistein dan
Ambroksol
alergi
Rekomendasi
Beri antibiotik untuk anak
bila
terdapat
indikasi
infeksi
(peningkatan
leukosit dan suhu tubuh)
Berikan sesuai tanda dan
gejala yang dialami pasien
pada
Diganti dengan antibiotik
golongan
lain
yang
merupakan pilihan terapi
pada PPOK (makrolida)
Beri antibiotik untuk anak
bila
terdapat
indikasi
infeksi
(peningkatan
leukosit dan suhu tubuh)
Ada obat lain yang lebih
efektif
Menurut jurnal, penisilin V
lebih efektif untuk pasien
dengan diagnosis faringitis
Diberikan
kombinasi
dengan penisilin
Diberikan tanpa indikasi
Kurang efektif untuk kasus
pneumonia pada bayi < 1
bulan
Pemberian
dua
macam
antihistamin
Diberikan secara bersamaan
dan punya fungsi yang sama
Diberikan salah satu saja,
dalam kasus ini adalah
Cetirizin
Diberikan salah satu saja
Penggunaan antibiotika yang tidak tepat akan menyebabkan resistensi
antibiotika di mana antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif
mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakteri; dengan kata lain bakteri
mengalami “resistensi” dan terus berkembang biak meskipun telah diberikan
antibiotika dalam jumlah yang cukup dalam pengobatan
(Anonim, 2011).
Penggunaan obat secara rasional artinya pasien mendapatkan pengobatan sesuai
dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi kebutuhan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
individualnya, untuk waktu yang cukup, dan dengan biaya yang paling terjangkau.
Pemakaian antibiotik yang tidak berdasarkan ketentuan menyebabkan tidak
efektifnya kemampuan antibiotik tersebut, sehingga kemampuan membunuh
kumannya akan berkurang, dan hal itulah yang disebut dengan resistensi
antibiotik.
Menurut Helmia, dkk (2008) dalam penelitiannya dengan judul
Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi Resistensi Antibiotik,
dikatakan bahwa masalah terbesar penggunaan antibiotik ternyata bukanlah
kesalahan dalam menentukan dosis, lama pemberian, atau jenis antibiotik,
melainkan pada hal yang lebih mendasar, yaitu pengenalan ada tidaknya indikasi
pemberian antibiotik. Dari hasil evaluasi yang dilakukan, ditemukan bahwa
ceftriaxon diberikan tanpa adanya indikasi infeksi pada pasien. Pada kasus 25,
pemberian ceftriaxon pada tanggal 12 Mei menyebabkan reaksi alergi pada pasien
dan tidak dilakukan penggantian antibiotik. Antibiotik merupakan salah satu obat
yang sering digunakan dalam penatalaksanaan PPOK. Menurut British Columbia
guideline (2008), dikatakan bahwa pilihan terapi untuk PPOK eksaserbasi dapat
diberikan golongan β-lactam, makrolida, dan golongan sefalosporin generasi II
dan III. Sehingga pada kasus tersebut, dapat diberikan antibiotik golongan
makrolida sebagai pilihan terapi pada pasien dengan PPOK eksaserbasi.
Selain itu, pemberian Cefotaxim dan Cefixime dikatakan tidak efektif
karena tidak sesuai dengan indikasi pasien pada kasus 1 dan 4. Menurut WHO
(2009), dikatakan bahwa antibiotik tidak diberikan secara rutin untuk asma atau
anak asma yang bernapas cepat tanpa disertai demam. Antibiotik diindikasikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
bila terdapat tanda infeksi bakteri. Pemakaian antibiotik yang tidak berdasarkan
ketentuan menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik tersebut, sehingga
kemampuan membunuh kumannya akan berkurang, dan hal itulah yang disebut
dengan resistensi antibiotik.
Pada kasus nomor 5, penggunaan cefixime tidak tepat untuk pasien
dengan diagnosis faringitis. Menurut Regoli et.al (2011) dalam review artikel
yang berjudul update on the management of acute pharyngitis in children
dikatakan bahwa para peneliti dalam guideline menyarankan penicillin sebagai
terapi pilihan pertama untuk penderita faringitis. Selain penicillin, disampaikan
juga bahwa ampicillin atau amoxicillin sama efektifnya bila digunakan oleh anak.
Dosis penicillin untuk terapi faringitis menurut jurnal tersebut adalah untuk anak
dengan BB >27 kg 250 mg tiga kali sehari, dan untuk anak dengan BB <27 kg
500 mg dua sampai tiga kali sehari selama sepuluh hari. Cefixime yang
merupakan antibiotik golongan sefalosporin merupakan alternatif pengobatan
apabila terjadi hipersensitivitas terhadap penisilin.
Pada kasus nomor 16 merupakan pasien dengan diagnosa pneumonia.
Menurut Lee et.al. (2007) dalam review artikel yang berjudul guideline for the
management of community-acquired pneumonia in children dikatakan bahwa
pilihan terapi antibiotik untuk anak < 1 bulan yang belum diketahui patogen
penginfeksinya dapat diberikan kombinasi ampicillin + aminoglikosida, dan
sebagai alternatif dapat diberikan ampicillin + cefotaxime atau ceftriaxon.
Sehingga pada kasus tersebut, disarankan pemberian gentamisin dikombinasikan
dengan ampicillin sesuai yang direkomendasikan. Menurut Katzung (2004),
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
gentamisin tidak boleh digunakan sebagai agen tunggal untuk terapi pneumonia
sebab buruknya penetrasi jaringan paru-paru yang terinfeksi. Kombinasi
antibiotika gentamisin dan ampisilin digunakan sebagai antibiotik lini pertama
untuk pasien anak. Hal ini disebabkan gentamisin yang dikombinasikan dengan
penisilin menghasilkan efek bakterisid yang kuat, yang sebagian disebabkan oleh
peningkatan efek obat yang timbul karena penghambatan sintesis dinding sel.
Penisilin mengubah struktur dinding sel sehingga memudahkan penetrasi
gentamisin ke dalam kuman.
Antihistamin merupakan zat- zat yang dapat mengurangi atau
menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor
histamin sehingga mencegah efek bronkokontriksi (Tjay dan Kirana, 2007). Pada
pasien dengan nomor kasus 9, diberikan cyproheptadin yang merupakan generasi
pertama pada anak dengan umur 15 bulan. Menurut literatur, cyproheptadin
dikontraindikasikan untuk pasien dengan serangan asma akut. Selain itu, belum
ditetapkannya keamanan dan efektivitas dari cyproheptadin untuk anak dengan
umur di bawah 2 tahun (Anonim, 2006). Pasien ini juga menerima cetirizin
sebagai generasi kedua antihistamin. Menurut Cuvillo et. al. (2007), dikatakan
bahwa penggunaan antihistamin generasi kedua termasuk cetirizin memiliki
efikasi yang baik dan aman digunakan pada hampir semua kelompok usia anak
yang mengalami serangan asma. Sehingga pada kasus tersebut peneliti
menyarankan untuk menggunakan cetirizin sebagai antihistamin pada anak yang
memiliki serangan asma.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Menurut Tjay dan Kirana (2007), mukolitika merupakan zat- zat yang
berdaya merombak dan melarutkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi dan
pengeluarannya dipermudah. Masalah ketidakefektifan terjadi karena pada kasus
ditemukan ambroksol dan n-asetilsistein digunakan secara bersamaan. Peneliti
menyarankan penggunaan mukolitik salah satu saja, karena memiliki mekanisme
yang sama, yakni untuk mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah
dikeluarkan.
Selain masalah pemilihan obat, keefektifan terapi juga dipengaruhi oleh
dosis yang diterima oleh pasien. Dosis obat yang kurang dapat mengakibatkan
terapi obat tidak mencapai efek yang optimal, hal ini karena kadar obat dalam
darah berkurang sehingga jendela terapi untuk dapat mencapai efek optimal tidak
tercapai. Frekuensi pemberian yang kurang juga mempengaruhi dosis yang
diterima pasien menjadi kurang. Berikut ini akan disajikan tabel yang memuat
evaluasi dosis kurang yang ditemukan pada kasus pasien.
Tabel VII. DRPs Dosis Kurang Pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan
di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juli 2012
Nomor Kasus
Nama Obat
12
Cetirizine
9
Gentamisin
Masalah terkait
efektivitas
Dosis yang diberikan
Falergi 1 mg.
Dosis yang diberikan
kurang.
Pasien
mendapatkan
Gentamisin 20 mg dua
kali sehari
Rekomandasi
Dosis
Falergi yang
dianjurkan untuk anak 25 tahun adalah 2,5 mg
sekali
sehari,
bisa
ditingkatkan 2,5 mg tiap
12 jam atau 5 mg sekali
sehari.
Beri
sesuai
yang
dianjurkan
literatur.
Dosis Gentamisin untuk
anak > 1 bulan adalah
2,5 mg/kg BB tiap 8 jam
sehari atau 23,3 mg tiap
8 jam sehari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
Lanjutan Tabel VII.
Nomor Kasus
Nama Obat
10
Salbutamol
11
Cefadroxil
(Renasistin®)
30
Teofilin (Retaphyl®)
Masalah terkait
efektivitas
Dosis yang diberikan
tepat,
namun
frekuensi pemberian
yang kurang. Pada
kasus
ini,
pasien
hanya
menerima
salbutamol selama 2
kali dalam sehari,
frekuensi
yang
diberikan kurang
Dosis yang diberikan
kurang.
Diberikan
dengan dosis 2 x 3 4
cth
Dosis yang diberikan
tepat, tapi frekuensi
pemberiannya
yang
kurang.
Pasien
mendapat 1 kaplet
sehari
Rekomandasi
Meningkatkan
frekuensi pemberian
Salbutamol. Menurut
DIH, dosis untuk
dewasa adalah 2 mg
dapat diberikan 3-4
kali dalam sehari.
Diberikan
sesuai
literatur, yakni 30
mg/kg 2 x sehari.
Meningkatkan
frekuensi pemberian
dari teofilin. Dosis
yang
dianjurkan
adalah 1 kaplet 2 x
sehari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Obat gangguan pernafasan yang paling banyak digunakan oleh pasien
gangguan saluran pernafasan adalah antibiotik dengan jumlah 37 kasus,
diikuti dengan penggunaan golongan obat kortikosteroid sebanyak 33 kasus.
Golongan obat lain yang digunakan oleh pasien gangguan saluran pernafasan
adalah antiulser sebanyak 29 kasus.
2. Masalah efektivitas terkait dengan pemilihan obat terjadi pada 11 kasus dan
untuk dosis kurang terjadi pada cetirizine, gentamisin, salbutamol, cefadroxil,
dan teofilin.
B. SARAN
1. Diperlukan peran farmasis klinis dalam memutuskan pilihan terapi untuk
pasien gangguan saluran pernafasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas
terapi yang diterima oleh pasien.
2. Perlu dilakukan penelitian terkait penggunaan antibiotika pada pasien
gangguan saluran pernafasan.
3. Perlu dilakukan penelitian terkait evaluasi pengobatan pada gangguan saluran
pernafasan dengan kajian efektivitas menggunakan studi prospektif
53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Direktorat Pengawas
Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2005, Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pernafasan Manusia, akses
tanggal 22 Maret 2012
Anonim, 2006, Product Information, www.medicines.org.au/files/mkpperia,
diakses tanggal 4 Juli 2013
Anonim,
2011,
Gunakan
Antibiotik
Secara
Rasional,
http://xa.yimg.com/kq/groups/25252750/1019276275/name/BPOM+Antibioti
ka+Rasional+crop, diakses tanggal 25 Februari 2013
Anonim, 2012, MIMS Indonesia: Petunjuk Konsultasi, edisi 11, UBM Medical,
Jakarta
Antibiotic Advisory Subcommittee and the Pharmacy and Therapeutics
Committee, 2012, Pediatric Antibiotic Dosing Card 2012, UCSF Benioff
Children’s Hospital
Aslam, Tan, C.K., dan Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 3-8, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta
Benvie
atau
Ilmu
Penyakit
Dalam,
2009,
Asma
http://doctorology.net/?p=144, diakses tanggal 2 Agustus 2012
Broncial,
British Columbia Association, 2008, Antibiotic Treatment Recommendations for
Acute
Exacerbations
of
COPD,
www.bcguidelines.ca/pdf/copd_appendix_e.pdf, diakses tanggal 20 Mei
2013
Cipolle RJ, Strand LM, and Morley PC., 2004, Pharmaceutical Care Practice:
The Clinician’s guide, 2nd ed., 12- 14, McGraw Hill, New York
Cuvillo, del A., Sastre, J., Montoro, J., Jáuregui, I., Ferrer, M., Dávila, I., et. al.,
2007, Use of Antihistamines in Pediatrics, Investig Allergol Clin Immunol,
17, 29,31,34
David, R., dan David, W., (Eds), 2005, Kedokteran Klinis, Edisi Keenam, 273,
281, 291- 292, Penerbit Erlangga, Jakarta
Dinas Kesehatan DIY, 2008, Profil Kesehatan
www.depkes.go.id, akses tanggal 2 Mei 2012
D.I.
Yogyakarta,
Direkrorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005, Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan, www. binfar.depkes.go.id, diakses
tanggal 12 Mei 2012, pp 30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, www.depkes.go.id., diakses tanggal 3 Agustus 2012
Departemen Kesehatan RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik www.binfar.depkes.go.id,
diakses tanggal 3 Agustus 2012
Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2006,
Tuberkulosis, edisi I, 3- 4, Jakarta
Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Fransiska, S.K., 2000, Pneumonia, Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma,
Surabaya
Guyton, A.C., dan John E. Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11,
554, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hidayah, F., dan Prasetyo, D., S., 2009, Identifikasi Drug Related Problems pada
Pasien Asma Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
tahun 2009, Skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Helmia F., Herawati, Notoatmodjo H., dan Hardian, 2008, Penggunaan Antibiotik
Secara
Bijak
Untuk
Mengurangi
Resistensi
Antibiotik,
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/10-1-6.pdf, diakses tanggal 22
Februari 2013
Ikawati, Z., 2007, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan, Pustaka Adipura,
Yogyakarta
Katzung, B. G. 2004, Basic and Clinical Pharmacokinetics, United States: The
McGraw-Hill Companies
Lacy, C. F., Amstrong, L., Goldman, M. P., Lance, L., Drug Information
Handbook, 17th edition, American Pharmacist Association, Lexi-Comp
Lee, P., Chiu, C.H., Chen, P.Y., Lee. C.Y., Lin., T.Y., 2007, Guidelines for the
Management of Community Acquired Pneumonia in Children, Department of
Pediatrics, Taiwan, 173-174
Leman M., 2009, Pneumonia: Musuh Spesial para Lanjut Usia.
http://leman.or.id/medicastore/pneumonia.htm, pada tanggal : diakses tanggal
2 Agustus 2012
Mansjoer A., Suprohaita, Ika, W.W., dan Setiowulan, W., 2000, Kapita Selekta
Kedokteran, jilid 2, edisi ketiga, 465, Penerbit Media Aesculapius FK UI,
Jakarta)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, PPOK; Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia, www.klikpdpi.com/konsensus/konsensusppok/ppok.pdf, pp 10-11, diakses tanggal 12 Mei 2012
Rahmawati, F., Ellykusuma N.Y., Pramantara D.P., dan Sulaiman, S.A.S, 2008,
Problem Pemilihan Obat Pada Pasien Rawat Inap Geriatri, Jurnal Farmasi
Indonesia, hal. 25- 26
Riskesdas, 2007, Buletin Jendela Epidemiologi, www.depkes.go.id, akses tanggal
2 Mei 2012
Regoli, M., Chiappini., E., Bonsignori, F., Galli, L., dan Martino, 2011, Update
on the Management of Acute Pharyngitis in Children, 7,
http://www.ijponline.net/content/37/1/10, diakses tanggal 12 Maret 2013
Rengganis Iris, 2008, Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Siregar, C.J.P, dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Penerapannya, Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta
Setyoningrum R.A., 2006, Pneumonia, Divisi Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan
Anak, FK Unair RSU Dr. Soetomo, Surabaya
Syahmsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Tandiose, D., 2005, Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase
Administasi dan Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
periode Agustus 2008 (Kajian Penggunaan Obat Sistem Saluran Pernapasan),
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, 94
Tjay, T.H., dan Kirana, R., 2007, Obat- obat Penting, Edisi VI, 638, PT
Gramedia, Jakarta
U.S. Departement of Health and Human Service, 2011, Anemia Healthy Lifestyle
Changes, 44, 48, 49, National Institutes of Health, USA
Wakidi, 2001, Informasi yang Dibutuhkan Secara Timbal Balik Antara Dokter,
Apoteker, Pasien, Majalah Kedokteran Indonesia, 34 (I): 67-70
WHO, 2006, COPD: Diagnosis and Classification of Severity,
www.who.int.entity/respriratory/copd/en, diakses tanggal 1 Agustus 2012
WHO, 2009, Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Departement of Child
and Adolescent Health and Development, 89, 102, Jakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Surat Bukti Penerimaan Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 2. Surat Bukti Selesainya Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 1/ RM 092383
Tanggal terapi : 25 – 26 April 2012
Subyektif:
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 11 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchiale
serangan sedang dan mendapatkan pengobatan selama 1 hari. Keluhan utamanya adalah sesak napas dan
selama 2 hari menderita batuk pilek.
Obyektif:
 BB 33 kg
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
25-4-2012
Hasil
Nilai Normal
Satuan
106 / mm3
RBC
4.10-5.50
4.53
HGB
HCT
12.0-14.0
36.0-44.0
MCV
MCH
MCHC
RDW
73-89
24.0-30.0
32.0-36.0
11.0-16.0
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
 Tanda vital:
Tanda Vital
Suhu
Nadi
Tekanan darah
g/dL
%
µm3
288
µm3
6.0-11.0
0.150-0.500
11.0-18.0
7.8
0.225
12.8
%
%
103 / mm3
5.0-13.5
35.0-88.7
12.0-44.0
0.0-11.2
0.0-9.5
0.0-2.5
55-90
115/60
87
28.9
33.3
15.6
pg
g/dL
%
103 / mm3
150-450
Normal
37
13.1
39.3
8.2
50.8
35
7.4
6.1
0.7
%
%
%
%
%
Satuan
o
Pemeriksaan
C
x/menit
mmHg
37
108
110/70
Penatalaksanaan Terapi
Obat, dosis, dan cara pemberian
25/4
26/4
Cefotaxim 3x500 mg (injeksi)
2x
1x
Metilprednisolon 2x125 mg (i.v)
2x
1x
k/p Progesic syrup 2x1/2 cth
2x
2x
Nebu meptin 0.3 mg + NaCl 2ml/ 8jam
2x
1x
Assesment:
1. Cefotaxim sebagai antibiotik. Indikasi: infeksi saluran nafas. Dalam kasus ini tidak ditemukan adanya
infeksi bakteri jika dilihat dari pemeriksaan hasil laboratorium. Menurut Drug Information Handbook
(2008-2009), dosis yang dianjurkan adalah 50-200 mg/kg/hari tiap 6- 8 jam. Dosis sudah tepat
2. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai
terapi pemeliharaan. Pemakaian obat ini dapat mengurangi timbulnya gejala asma. Diberikan 2 x 125
mg secara i.v. Dosis yang dianjurkan adalah 100-250 mg/hari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan sudah
tepat.
3. Meptin merupakan (Procaterol HCl hemihydrates) memiliki indikasi: mengurangi sesak yang
berhubungan dengan asma bronkial, bronkitis seperti asma, bronkitis kronik, bronkitis akut dan
emfisema paru. Dosis menurut literatur adalah 10-30 µg 1-4x/hari, dan pada kasus ini diberi 0,3 mg,
sehingga dosis yang diterima sudah sesuai (Formularium RS Panti Rini).
Plan:
1. Penggunaan Cefotaxim pada pasien ini sebaiknya tidak perlu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 2/ RM 179359
Tanggal terapi : 5 Juni- 6 Juni 2012
Subyektif:
Seorang ibu berusia 50 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchiale dengan komplikasi dislipidemia dan
hipertensi mendapatkan pengobatan selama 1 hari. Keluhan utamanya adalah sesak napas, batuk, badan terasa
kaku, dan memiliki riwayat asma.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Nilai Normal
Satuan
Hasil
RBC
3.80-5.80
106 / mm3
4.34
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
13.5
HCT
37.0 - 47.0
%
40
MCV
80 - 100
µm3
93
MCH
27.0 - 32.0
pg
31
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.1
RDW
11.0 - 16.0
%
13.5
PLT
150 - 450
103 / mm3
311
MPV
6.0 - 11.0
µm3
7.4
PCT
0.150 - 0.500
%
0.231
PDW
11.0 - 18.0
%
11.5
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
21.9
Neutrofil
35.0-88.7
%
89.1
Limfosit
12.0-44.0
%
6.4
Monosit
0.0-11.2
%
2.2
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.7
Basofil
0.0-2.5
%
0.6
SGOT
0.0-38.0
u/L
352.5
SGPT
0.0-41.0
u/L
201.4
Kolesterol total
< 201
mg / dL
195
Trigliserida
< 200
mg / dL
194
HDL
> 65
u/L
54
LDL
< 100
u/L
118
Ureum
< 71
mg / dL
21
Kreatinin
0.51-0.95
mg / dL
0.7
Uric acid
mg / dL
4.7
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.9
Natrium
136 - 145
mmol/L
139
Klorida
97 - 111
mmol/L
104
 Tanda vital:
Normal
Satuan
Pemeriksaan
Tanda Vital
o
Suhu
37
C
36
Nadi
70-75
x/menit
138
Tekanan darah
120/80
mmHg
190/120
Nafas
15-20
x/menit
20
Penatalaksanaan Terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
5/6
6/6
inj. Mosardal 500 mg/24 jam
1x
Proliver 2x1 p.o
2x
Ambroksol 3x1 p.o
2x
Amlodipin 1x10 mg p.o
1x
Somerol 2x125 mg injeksi
1x
Acran 2x1 amp injeksi
1x
Assesment:
1. Mosardal (Levofloxacin) diindikasikan untuk eksaserbasi bronkitis kronik oleh bakteri, dari hasil
pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa pasien mengalami infeksi, ditandai dengan nilai WBC yang
tinggi. Dosis yang dianjurkan untuk dewasa adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook,
2009). Dosis yang diterima pasien sudah tepat.
2. Ambroksol merupakan mukolitik. Menurut IONI (2008), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3
kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. . Dosis yang diberikan pada pasien tepat.
3. Somerol (metilprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi dan alergi. Dosis yang dianjurkan pada
lansia adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Pasien mendapat dosis yang tepat
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 3/ RM 197556
Tanggal terapi : 4 April- 7 April 2012
Subyektif:
Seorang ibu berusia 90 tahun didiagnosis menderita Asma Bronchiale dan mendapatkan pengobatan selama 3 hari.
Keluhan utamanya adalah sesak napas ± 2 minggu hilang timbul, dan batuk.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil Laboratorium
Hasil
Tanggal
4/4/2012
RBC
Nilai Normal
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
12.7
HCT
37.0 - 47.0
%
38.4
MCV
80 - 100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
RDW
11.0 - 16.0
%
13.9
PLT
150 - 450
103 / mm3
385
MPV
6.0 - 11.0
µm3
6.9
PCT
0.150 - 0.500
%
0.266
PDW
11.0 - 18.0
%
10.3
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
10.6
Neutrofil
35.0-88.7
%
76.5
Limfosit
12.0-44.0
%
15.6
Monosit
0.0-11.2
%
6
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.5
Basofil
%
u/L
0.4
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
SGPT
0.0-41.0
u/L
8.9
Kolesterol total
< 201
mg / dL
281
Trigliserida
< 200
mg / dL
111
HDL
> 65
u/L
105
LDL
< 100
u/L
161
Ureum
< 71
mg / dL
16
Kreatinin
0.51-0.95
mg / dL
0.7
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.7
Natrium
136 - 145
mmol/L
138
Klorida
 Tanda Vital:
97 - 111
mmol/L
97
Satuan
Pemeriksaan
Tanda Vital
Nilai Normal
Suhu
37
o
4.43
87
28.6
33
19.7
C
36
Nadi
70-75
x/menit
84
Tekanan darah
140/90
mmHg
120/80
Nafas
15-20
x/menit
26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
Penatalaksanaan Terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
4/4
Rhinatiol 3x2 cth
5/4
6/4
7/4
3x
3x
1x
Ranitidin 2x1 Amp. injeksi (j. 8 dan 20)
1x
2x
2x
1x
Ceftriaxon 2x1 gr (j 8 dan 20)
1x
2x
2x
1x
Metilprednisolon 3x62.5 mg
1x
3x
3x
1x
Assesment:
1. Rhinatiol (karbosistein) sebagai ekspektoran. Dosis yang dianjurkan 3 x sehari 15 ml, pasien mendapat dosis
yang sesuai.
2. Ceftriaxon diindikasikan untuk infeksi saluran napas. Namun, nilai WBC pasien berada dalam kisaran normal.
Dosis yang dianjurkan adalah 1-2 g tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information
Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat.
3. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi
pemeliharaan. Dosis yang dianjurkan pada lansia adalah 100- 250 mg/hari (IONI, 2000). Pasien mendapat dosis
yang tepat
Plan:
1. Antibiotik tidak perlu diberikan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 4/ RM 199639
Tanggal terapi: 24 Juni – 25 Juni 2012
Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 14 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchial serangan
sedang dan menjalani pengobatan selama 1 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesak napas dan
mengalami batuk selama perawatan.
Obyektif :
 BB: 42 kg
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
Nilai
RBC
4.10-5.50
HGB
HCT
MCV
MCHC
RDW
PLT
12.0-14.0
13.1
36.0-44.0
%
40.6
77
24.0-30.0
24.9
32.0-36.0
g/dL
32.3
11.0-16.0
%
14.9
6.0-11.0
PCT
µm3
pg
150-450
MPV
5.26
g/dL
73-89
MCH
24-6-2012
Satuan
106 / mm3
103 / mm3
253
µm3
8.4
0.150-0.500
%
0.214
11.0-18.0
%
14.8
PDW
WBC
5.0-13.5
103 / mm3
8.2
Neutrofil
35.0-88.7
%
59.3
Limfosit
12.0-44.0
%
22.6
Monosit
0.0-11.2
%
10.7
Eosinofil
0.0-9.5
%
6.9
Basofil
0.0-2.5
%
0.5
mg/dL
100
Glukosa acak
 Tanda vital
Tanda Vital
74-106
Normal
Tekanan darah
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
115/60
Satuan
Pemeriksaan
mmHg
110/70
x/mnt
28
24/6
25/6
Meptin 3 x 25 p.o
1x
2x
Ambroksol 3x1 p.o
1x
2x
Cefixime 2 x 100 mg p.o
Cefotaxim 3 x 500 mg (injeksi)
Nebulasi Meptin + NaCl 3 cc
1x
STOP
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Assesment:
1. Pasien diberikan obat Meptin (Procaterol HCl hemihydrates). Pemberian secara peroral dengan frekuensi 3 x
1 dengan dosis 25 mcg. Pemberian obat ini mengatasi sesak napas yang dialami oleh pasien. Dalam tiap tablet
mengandung 25 mcg procaterol HCl hemihydrates. Pada pasien diberikan 2 x sehari 1 tablet.
2. Ambroksol sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk berdahak. Menurut IONI (2008), dosis untuk orang
dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberikan pada pasien tepat.
3. Cefixime yang merupakan satu golongan antibiotika sefalosporin generasi III. Namun, dari pemeriksaan
laboratorium dan keadaan pasien, tidak ditemukan adanya infeksi. Dalam tiap kapsul mengandung 100 mg
cefixime dan dosis yang dianjurkan untuk anak dengan BB ≥ 30 kg adalah 50-100 mg 2 x sehari
(Formularium RS Panti Rini). Sehingga dosis yang diberikan sudah tepat.
Plan:
1. Penggunaan antibiotik sebaiknya tidak perlu diberikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 5/ RM 196903
Tanggal terapi: 20- 22 Maret 2012
Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 9 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchial komplikasi
faringitis dan menjalani pengobatan selama 2 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah batuk sebulan lebih
dan sedikit sesak.
Obyektif :
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
RBC
HGB
HCT
Nilai
4.10-5.50
12.0-14.0
g/dL
14.6
36.0-44.0
%
44.1
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
20-3-2012
Satuan
106 / mm3
73-89
5.16
µm3
86
24.0-30.0
pg
28.3
32.0-36.0
g/dL
33.1
11.0-16.0
%
14.1
150-450
103 / mm3
293
µm3
MPV
PCT
6.0-11.0
0.150-0.500
PDW
11.0-18.0
%
%
5.0-13.5
103 / mm3
Neutrofil
35.0-88.7
%
33.3
Limfosit
12.0-44.0
%
51.8
Monosit
0.0-11.2
%
9
Eosinofil
0.0-9.5
%
5
WBC
Basofil
7.8
0.228
13.5
10
%
mmol/L
0.9
Kalium
0.0-2.5
3.5 - 5.1
Natrium
136 - 145
mmol/L
139
97 - 111
mmol/L
103
Klorida
 Tanda vital
Nilai Normal
Tanda Vital
37
Suhu
70-110
Nadi
Penatalaksanaan terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
Satuan
o
C
x/menit
20/3
4.3
Pemeriksaan
36
24
21/3
22/3
Cefixime 2x75 mg p.o
2x
1x
Meptin 2x25 p.o
2x
1x
Cerini 2x1/2 tab
2x
1x
Epexol 3x1cth p.o
3x
1x
Assesment:
1. Pasien diberikan Cefixime sebagai antibiotik. Menurut diagnosis, pasien juga menderita faringitis. Cefixime
bukan merupakan pilihan terapi untuk faringitis. . Dosis yang dianjurkan untuk anak dengan BB ≥ 30 kg
adalah 50-100 mg 2 x sehari (Formularium RS Panti Rini). Sehingga dosis yang diberikan sudah tepat.
2. Meptin (procaterol HCl hemihydrates). Dalam tiap tablet mengandung 25 mcg procaterol HCl hemihydrates.
Dosis yang dianjurkan adalah 2 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis tepat.
3. Cerini merupakan antihistamin dengan zat aktifnya yaitu Cetirizine. Dosis yang dianjurkan untuk anak ≥ 6
tahun adalah 5-10 mg sehari, tidak melebihi 10 mg (DIH, 2009). Dosis tepat.
4. Epexol (Ambroksol) merupakan mukolitik dalam sediaan sirup dengan dosis pada anak 5-10 tahun 1 sdt 23x/hari, sehingga telah sesuai dengan aturan dosis pada MIMS.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Plan:
1. Dilakukan tes sputum pada dahak untuk menentukan bakteri spesifik
2. Penisilin V lebih efektif sebagai terapi faringitis pada anak dengan dosis sesuai literatur
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 6/ RM 017494
Tanggal terapi: 4 Maret – 7 Maret 2012
Subyektif:
Seorang Ibu berusia 55 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk dan ada darahnya. Pasien
didiagnosa mengalami PPOK dan dirawat di RS Panti Rini selama tiga hari.
Obyektif:
 Hasil laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
4/3/2012
Hasil
Nilai
Satuan
RBC
3.80-5.80
106 / mm3
4.29
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
13.4
HCT
37.0 - 47.0
%
40.1
MCV
80 - 100
µm3
93
MCH
27.0 - 32.0
pg
31.2
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.5
RDW
11.0 - 16.0
%
13.2
PLT
150 - 450
103 / mm3
319
MPV
6.0 - 11.0
µm3
7.4
PCT
0.150 - 0.500
%
0.237
PDW
11.0 - 18.0
%
11
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
17.6
Limfosit
12.0-44.0
%
8.7
Monosit
0.0-11.2
%
4.3
Basofil
0.0-2.5
%
0.6
SGOT
0.0-38.0
u/L
23.9
SGPT
0.0-41.0
u/L
17.2
Kolesterol total
< 201
mg / dL
308
Trigliserida
< 200
mg / dL
174
HDL
> 65
u/L
66
LDL
< 100
u/L
207
Ureum
< 71
mg / dL
19
Kreatinin
0.51-0.95
mg / dL
0.9
Uric acid
2.3-6.6
mg/dL
5.3
Glukosa acak
74-106
132
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
2.5 (duplo)
Natrium
136 - 145
mmol/L
141 (duplo)
Klorida
97 - 111
mmol/L
102 (duplo)
 Tanda vital
Tanda Vital
o
Suhu
37
C
37
Nadi
70-75
x/mnt
96
Tekanan darah
120/80
mmHg
140/90
Nafas
15-20
x/menit
28
Heart Rate
x/menit
104
Penatalaksanaan Terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
4/3
5/3
6/3
7/3
Pectosil 3x1 p.o
2x
3x
3x
Normoten 1x5 mg p.o
1x
1x
Rocher 1 amp/24j drip (injeksi)
1x
1x
1x
Erocef 1gram/24 jam (i.v)
1x
1x
1x
1x
Somerol 62.5mg/8j (injeksi)
3x
3x
3x
1x (j.8:00)
k/p Ventolin & Flixotide (nebulizer)
v
v (j.19:30)
Assessment:
1. Pasien diberikan Pectosil (n-asetilsistein) yang merupakan mukolitik, tiap kapsul mengandung 200 mg. Pasien
mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini).
Dosis yang diberikan sudah sesuai.
2. Erocef (Ceftriaxon) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Nilai WBC pasien tinggi,
sehingga menunjukan adanya infeksi, sehingga pasien diberi antibiotik. Dalam tiap vial mengandung 1 g
ceftriaxon. Dosis yang rekomendasi adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam (Drug
Information Handbook, 2009). Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
3. Somerol (metilprednisolon) merupakan kortikosteroid. Dosis yang dianjurkan pada lansia adalah 100- 125 mg
sehari. Pada kasus ini, pasien menerima Somerol 62.5 mg/8jam (IONI, 2000). Pasien menerima dosis yang
tepat.
4. Diberikan pula kombinasi Ventolin dan Flixotide dengan nebulizer (1:1). Ventolin mengandung 2.5 mg
salbutamol sulfat sebagai bronkodilator. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotid merupakan
obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang
dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 7/ RM 017494
Tanggal terapi: 20- 21 Juni 2012
Subyektif :
Seorang ibu berusia 55 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchial dan menjalani pengobatan selama 1 hari di RS
Panti Rini. Keluhan utamanya adalah batuk, agak sesek.
Obyektif :
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil Laboratorium
Tanggal
Hasil
20-6-2012
RBC
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
12.9
HCT
37.0 - 47.0
%
38.9
4.16
3
MCV
80 - 100
µm
94
MCH
27.0 - 32.0
pg
31
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
RDW
11.0 - 16.0
%
3
33.1
13.1
3
PLT
150 - 450
10 / mm
253
MPV
6.0 - 11.0
µm3
7.7
PCT
0.150 - 0.500
%
0.194
PDW
11.0 - 18.0
%
12.3
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
12.3
Neutrofil
35.0-88.7
%
84.8
Limfosit
12.0-44.0
%
9.3
Monosit
0.0-11.2
%
4.3
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.1
Basofil
%
u/L
0.5
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
SGPT
0.0-41.0
u/L
10.3
Kolesterol total
< 201
mg / dL
300
Trigliserida
< 200
mg / dL
118
HDL
> 65
u/L
66
LDL
< 100
u/L
208
Ureum
< 71
mg / dL
12
0.51-0.95
mg / dL
0.7
Glukosa acak
74-106
mg/dL
195
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
2.7
Natrium
136 - 145
mmol/L
143
Klorida
 Tanda vital
Tanda Vital
97 - 111
mmol/L
104
Kreatinin
Nadi
Tekanan darah
Nafas
Penatalaksanaan terapi:
21
Nilai Normal
70-75
Satuan
x/menit
120/80
mmHg
170/90
15-20
x/menit
20
Obat, dosis, dan cara pemberian
Pemeriksaan
100
20/6
21/6
Aspark 3x1 p.o
3x
2x
Simvastatin 1x10mg p.o
2x
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Somerol 3x4mg p.o
1x
2x
Metilprednisolon 125mg/12j (i.v)
1x
STOP
Ranitidin 1 amp12j (i.v)
1x
Mosardal 500mg/24j (i.v
1x
71
Nebulasi Ventolin:Flixotide/8j
1x
Assesment:
1. Pasien diberi Metilprednisolon i.v pada awal pengobatan, tapi kemudian diganti dengan Somerol
(metilprednisolon) 3 x 4 mg secara peroral . Dosis yang dianjurkan adalah 4-48 mg/hari (MIMS 2011/2012).
Pasien mendapatkan dosis yang sesuai.
2. Mosardal (Levofloxacin) merupakan antibiotik golongan Quinolon. Dari pemeriksaan laboratorium, diketahui
bahwa nilai WBCnya tinggi, hal ini mengindikasikan adanya infeksi, sehingga diberikan antibiotika.
Mengandung 500 mg levofloxacin dalam tiap kapletnya. Dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg tiap 24 jam
(Drug Information Handbook, 2009). Dosis sudah tepat
3. Flixotide dikombinasikan dengan Ventolin lalu diberikan dengan menggunakan nebulizer. Flixotide merupakan
obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang
dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Ventolin merupakan obat bronkodilator dimana dalam sediaannya
mengandung 2,5 mg salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 8/ RM 017494
Tanggal terapi: 16- 18 Juli 2012
Subyektif :
Seorang ibu berusia 55 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchial dan menjalani pengobatan selama 2 hari di RS
Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek dan batuk.
Obyektif :
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
16/7/2012
RBC
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
14.8
HCT
37.0 - 47.0
%
44.6
MCV
80 - 100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
30.5
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.2
RDW
11.0 - 16.0
150 - 450
PLT
4.84
92
%
12.7
3
3
10 / mm
337
3
6.0 - 11.0
µm
PDW
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
%
%
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
19.1
Limfosit
12.0-44.0
%
4.6
Monosit
0.0-11.2
%
1.5
Basofil
%
u/L
0.7
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
25.3
SGPT
0.0-41.0
u/L
15.4
MPV
PCT
7.8
0.263
12.5
< 71
mg / dL
15
0.51-0.95
mg / dL
0.7
Glukosa acak
74-106
mg/dL
170
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.3
Natrium
136 - 145
mmol/L
145
Klorida
 Tanda vital
97 - 111
mmol/L
103
70-75
x/menit
92
120/80
15-20
mmHg
x/menit
150/80
Ureum
Kreatinin
Tanda Vital
Nadi
Tekanan darah
Nafas
Penatalaksanaan terapi:
Obat, dosis, dan cara
pemberian
16/7
32
17/7
18/7
Pectosil 3x1 p.o
3x
3x
Ambroksol 3x1 p.o
3x
3x
KSR 3x1 p.o
3x
3x
Sharox 2x1 p.o
2x
2x
Farsix 1 amp/8j
3x
2x
Metilprednisolon 62.5mg/8j
1x
2x
2x
Ranitidin 1/12j
Nebulasi flixotide:combivent/
8jam
1x
2x
2x
v
v
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Nebulasi Ventolin:Flixotide/8jam
1x
2x
73
1x
Assesment:
1. Setelah mendapatkan perawatan pada tanggal 20- 21 Juni kemarin, pasien ini kembali menjalani perawatan di
RS Panti Rini dengan diagnosa yang sama, yaitu Asma Bronchiale. Pada kasus ini, pasien diberikan Pectosil (nasetilsistein) secara peroral, dengan komposisinya adalah 200 mg sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk,
diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diterima
pasien sudah cukup.
2. Mukolitik juga diberikan pada pasien ini. Yang digunakan dalam terapi ini adalah Ambroksol 30 mg. Menurut
IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur.
Dosis yang diberikan pada pasien tepat.
3. Sharox (Cefuroxime) merupakan sefalosporins generasi II. Aturan pakai menurut literatur adalah 250- 500 mg 2
x sehari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis pemberiannya adalah 500 mg 2 x sehari, sehingga dosis
yang diberikan pada pasien sudah tepat.
4. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi
pemeliharaan. Dosis yang dianjurkan adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan pada
pasien sudah tepat.
5. Nebulizer Combivent sebagai bronkodilator dengan kombinasi Ipatropium Bromide 0.5 mg dan Salbutamol
Sulfat 2.5 mg
6. Flixotide: merupakan kortikosteroid inhalasi dengan zat aktif fluticasone propionate nebule 0.5 mg/ 2ml.
7. Ventolin: merupakan bronkodilator golongan selective beta-2 adrenoceptor stimulan dengan zat aktif
salbutamol sulfat. Kombinasi bronkodilator dan antiinflamasi biasa digunakan.
8. Aminofilin diberikan pula pada pasien ini. Merupakan golongan xanthin yang penting digunakan untuk
menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dan bronkospasme reversibel yang berkaitan dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Penggunaan aminofilin secara optimal umumnya diberikan secara parenteral.
Biasanya diberikan dalam 100-200 ml D5%.
Plan:
1. Pemakaian salah satu mukolitik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 9/ RM 196859
Tanggal terapi: 10- 13 Maret 2012
Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 15 bulan. Didiagnosis menderita asma bronchial serangan
sedang dan menjalani pengobatan selama 3 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah batuk, dan sesak napas
mulai semalam.
Obyektif :
 BB: 9320 gram
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Hasil
Tanggal
Nilai
10/3/2012
4.10-5.50
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0-14.0
g/dL
10.5
HCT
36.0-44.0
%
32.1
RBC
3.7
µm3
MCV
73-89
MCH
24.0-30.0
pg
28.3
MCHC
32.0-36.0
g/dL
32.6
11.0-16.0
%
15.2
150-450
103 / mm3
430
6.0-11.0
µm3
7.6
RDW
PLT
MPV
87
0.150-0.500
%
0.325
11.0-18.0
%
11.8
5.0-13.5
103 / mm3
16.1
Neutrofil
35.0-88.7
%
79.4
Limfosit
12.0-44.0
%
14
Monosit
0.0-11.2
%
4.9
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.8
Basofil
0.0-2.5
%
0.9
PCT
PDW
WBC
Gol. Darah ABO
A
Rhesus
 Tanda vital
Tanda Vital
(+)
Nilai normal
Suhu
Satuan
o
37
Pemeriksaan
C
37
Penatalaksanaan terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
10//3
11/3
12/3
2x
2x
2x
Meptin+Falergi 2x1 (pulv.)
2x
2x
Heptasan 3x1/4 tab (pulv.)
2x
3x
Cefila drop 2x2 ml
Metilprednisolon 2x10 mg (i.v) (jam8&20)
2x
2x
2x
Antrain 3x100mg (i.v)
3x
3x
3x
Nebulize Ventolin 1/2 tiap 8 jam
3x
1x
13/3
1x
Gentamisin 2x20 mg (i.v) (j8&20)
2x
2x
1x
Assesment:
1. Penggunaan obat Cefila (Cefixime) yang merupakan golongan III sefalosporin. Pada kasus ini, ditemukan
bahwa nilai WBCnya berada di atas normal, hal ini menandakan adanya infeksi sehingga perlu diberikan
antibiotika. Dosis untuk anak bayi 1,5-3 mg/kg 2x/hari (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diterima
sudah sesuai.
2. Obat kedua yang digunakan adalah kombinasi Meptin dan Falergi yang dibuat dalam bentuk Pulveres. Meptin
(Procaterol HCl hemihydrates) sebagai bronkodilator. Sementara itu, Falergi (cetirizine) merupakan
antihistamin. Kombinasi antara kedua obat ini tidak menimbulkan interaksi. Dosis meptin yang dianjurkan
adalah 2 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Pasien mendapat meptin dengan dosis yang tepat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Sementara untuk Falergi dosis yang dianjurkan untuk anak dengan umur 12 bulan - < 2 tahun adalah 2,5 mg
sekali sehari dan bisa ditingkatkan 2,5 mg tiap 12 jam bila diperlukan (Drug Information Handbook, 2009).
3. Diberikan pula Heptasan dalam sediaan pulveres. Heptasan merupakan antihistamin dengan komposisi
Cyproheptadine. Dosis untuk anak adalah 0,25 mg/kg BB dalam 2-3 dosis terbagi (Drug Information
Handbook, 2009).
4. Metilprednisolon diberikan secara i.v merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi
yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Pasien mendapat dosis yang tepat
5. Ventolin pada pasien ini diberikan sebagai bronkodilator golongan selektif β2 adrenoseptor stimulan dengan
zat aktifnya adalah salbutamol sulfat dalam bentuk nebulizer. Ventolin di sini berguna sebagai pelega dengan
salbutamol sebagai agonis β2 kerja cepat. Dosis yang dianjurkan adalah 0,2-0,6 mg/kg BB 3-4 x sehari. Dosis
yang diberikan pada pasien sudah tepat
6. Gentamisin merupakan antibiotika dengan dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam (Drug
Information Handbook, 2009) . Dosis gentamisin yang diberikan pada pasien kurang.
Plan:
1. Gentamisin diberikan dengan dosis 2,5 mg/kg BB tiap 8 jam.
2. Diberikan salah satu antihistamin (cetirizine)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 10 / RM 019890
Tanggal terapi: 25- 27 Juli 2012
Subyektif :
Seorang wanita berusia 54 tahun, didiagnosis menderita asma bronchial persistent sedang dan menjalani
pengobatan selama 2 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek selama ± 1 minggu, batuk, pusing,
dan lemes.
Obyektif :
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
25/7/2012
RBC
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
HCT
37.0 - 47.0
%
MCV
80 - 100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
28.9
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.2
RDW
11.0 - 16.0
%
14.4
PLT
150 - 450
103 / mm3
354
MPV
6.0 - 11.0
µm3
8.2
PCT
0.150 - 0.500
%
0.29
PDW
11.0 - 18.0
%
14
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
27.3
Neutrofil
35.0-88.7
%
78.7
Limfosit
12.0-44.0
%
12.7
Monosit
0.0-11.2
%
5.9
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.4
Basofil
%
u/L
1.3
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
11.8
SGPT
0.0-41.0
u/L
13.7
Ureum
< 71
mg / dL
34
0.51-0.95
mg / dL
0.9
Kreatinin
 Tanda vital
Tanda Vital
Nadi
Tekanan darah
Nafas
Penatalaksanaan terapi:
4.49
13
39.1
87
Nilai
Normal
70-75
Satuan
x/menit
120/80
mmHg
140/70
15-20
x/menit
35
Pemeriksaan
96
Obat, dosis, dan cara pemberian
Pectosil 3x1 p.o
1x
3x
1x
Salbutamol 2x2 mg p.o
1x
2x
1x
Ceftriaxon 1/12j (injeksi)
1x
2x
1x
Metilprednisolon 62.5mg/8j (injeksi)
2x
3x
1x
Panzo 1/24 j (injeksi)
1x
1x
1x
Nebulasi Flixotide Ventolin/ 8 jam (injeksi)
2x
2x
Assesment:
1. Pasien diberi Pectosil (n-asetilsistein) sebagai mukolitik untuk menangani batuk yang dialami pasien.
Diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang
diberikan pada pasien sudah tepat
2. Salbutamol diberikan sebagai bronkodilator golongan beta-2 adrenoreseptor selektif dengan frekuensi 2 x 2
mg. Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk dewasa dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali
dalam sehari. Pada kasus ini, pasien hanya menerima salbutamol selama 2 kali dalam sehari, frekuensi yang
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
diberikan kurang
Ceftriaxon merupakan antibiotik. Pada kasus ini, nilai WBCnya naik, sehingga menandakan adanya infeksi.
Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug
Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat.
4. Pasien diberi Metilprednisolon i.v pada awal pengobatan. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid
sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Dosis yang dianjurkan adalah
100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien tepat.
5. Ventolin merupakan obat bronkodilator dimana dalam sediaannya mengandung 2,5 mg salbutamol sulfat.
Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotid merupakan obat kortikosteroid dimana sediaan
untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2
x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat. Kombinasi bronkodilator dan antiinflamasi biasa
digunakan.
Plan:
1. Pemberian salbutamol ditingkatkan 3 kali sehari
3.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 11/ RM 175590
Tanggal terapi: 11- 13 Maret 2012
Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 tahun, didiagnosis menderita asma bronchitis dan
menjalani pengobatan selama 3 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah batuk dan sesek napas
Obyektif :
 BB : 15.2 kg
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
Nilai
RBC
HGB
HCT
11/3/2012
4.10-5.50
Satuan
106 / mm3
12.0-14.0
g/dL
12.9
36.0-44.0
%
38.5
4.85
µm3
MCV
73-89
MCH
24.0-30.0
pg
26.5
MCHC
32.0-36.0
g/dL
33.4
11.0-16.0
%
14.0
150-450
103 / mm3
276
6.0-11.0
µm3
7.2
RDW
PLT
MPV
79
0.150-0.500
%
0.198
11.0-18.0
%
11.0
5.0-13.5
103 / mm3
15.1
Neutrofil
35.0-88.7
%
80.0
Limfosit
12.0-44.0
%
13.2
Monosit
0.0-11.2
%
4.6
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.6
Basofil
0.0-2.5
%
0.6
Kalium
3.5-5.1
mmol/L
4.0
Natrium
136-145
mmol/L
136
Klorida
 Tanda vital
97-111
mmol/L
103
PCT
PDW
WBC
Tanda Vital
Nilai Normal
Suhu
Penatalaksanaan terapi:
Nama Obat
Dosis
Meptin 12.5
Falergi 1.25
2x1
GG 40 mg
Renasistin
2 x ¾ cth (3,75
ml)
Ottopan
3 x 1 cth
Ventolin
½ tiap 8 jam
Satuan
37
Pemeriksaan
36
0
C
Cara Pemberian
11
12
13
p.o
2x
2x
1x
p.o
2x
2x
p.o
Nebulizer
2x
2x
3x
2x
1x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
Assesment:
1. Pasien diberikan puyer dengan komposisi Meptin 12.5 mg. Dosis meptin untuk anak dianjurkan adalah 2 x
sehari 1 tablet (25mg) (Formularium RS Panti Rini). Dosis meptin sudah tepat.
2. Falergi 1.25 mg dengan dosis yang dianjurkan untuk anak 2-5 tahun adalah 2,5 mg sekali sehari, bisa
ditingkatkan 2,5 mg tiap 12 jam atau 5 mg sekali sehari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis sudah
tepat.
3. Dan GG 40 mg dengan dosis 2 x sehari 1 secara peroral. Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg setiap
4 jam dan dosis maksimal 2400 mg/hari dosis tepat (IONI, 2000).
4. WBC pasien meningkat. Renasistin (Cefadroxil) merupakan antibiotik golongan sefalosporin. Merupakan
antibiotika spektrum luas. Diberikan dengan dosis 2 x 3 4 cth. Dosis yang dianjurkan untuk anak adalah 30
mg/kg 2 kali sehari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis yang diterima pasien kurang.
5. Ventolin diberikan dengan nebulizer. Merupakan bronkodilator golongan beta-2 adrenoreseptor dengan zat
aktifnya adalah Salbutamol Sulfat. Dosis untuk anak adalah 2.5 mg selama 3-4 x/hari. Dosis yang
diberikan pada pasien sudah tepat
Plan:
1. Renasistin diberikan sesuai aturan literatur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 12/ RM 172230
Tanggal terapi: 4- 5 April 2012
Subyektif :
Seorang anak berjenis kelamin laki- laki dan berusia 3 tahun, didiagnosis menderita asma bronchitis dan menjalani
pengobatan selama 1 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesak dan batuk
Obyektif :
 BB : 13 kg
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
RBC
HGB
HCT
Nilai
4.10-5.50
12.0-14.0
g/dL
12.9
36.0-44.0
%
3.5
µm3
83
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
4/4/2012
Satuan
106 / mm3
73-89
4.78
24.0-30.0
pg
27.0
32.0-36.0
g/dL
32.6
11.0-16.0
%
14.6
150-450
103 / mm3
470
6.0-11.0
µm3
6.8
0.150-0.500
%
0.319
11.0-18.0
%
9.51
5.0-13.5
103 / mm3
19.4
Neutrofil
35.0-88.7
%
69.9
Limfosit
12.0-44.0
%
18.0
Monosit
0.0-11.2
%
8.0
Eosinofil
0.0-9.5
%
3.1
Basofil
0.0-2.5
%
1.0
Kalium
3.5-5.1
mmol/L
4.3
Natrium
136-145
mmol/L
142
Klorida
 Tanda vital
97-111
mmol/L
103
PCT
PDW
WBC
Tanda Vital
Suhu
Nafas
Penatalaksanaan terapi:
Nama Obat
Meptin 12.5 mg
Falergi 1 mg
Cefotaxim
Metilprednisolon
Nilai Normal
37
Satuan
0
C
Pemeriksaan
36.5
x/menit
38
Dosis
Cara Pemberian
4
5
2x1
p.o
1x
1x
3 x 300
2 x 10 mg
Injeksi
Injeksi
1x
1x
1x
1x
Assesment:
1. Pasien diberi puyer dengan komposisi Meptin (procaterol HCl hemihydrates) 12.5 mg. Dosis yang dianjurkan
adalah 2 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Pasien mendapat meptin dengan dosis yang tepat.
2. Dosis Falergi yang dianjurkan untuk anak 2-5 tahun adalah 2,5 mg sekali sehari, bisa ditingkatkan 2,5 mg tiap
12 jam atau 5 mg sekali sehari (DIH, 2009). Dosis Falergi kurang.
3. Pasien juga diberi metilprednisolon dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Diberi 2 x 10 mg. Dosis
yang dianjurkan pada pediatri adalah 0,5-1,7 mg/kg BB sehari (DIH, 2009). Dosis tepat
4. Cefotaxim diberikan pada pasien ini. Diberikan secara injeksi 3 x 300 mg. Dosis menurut DIH, dosisnya adalah
50- 200 mg/kgBB untuk anak <12 tahun dengan BB <50 selama 6-8 jam sehari, dosisnya tepat.
Plan :
1. Falergi diberikan sesuai literatur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 13/ RM 014546
Tanggal terapi: 12 Juni- 16 Juni 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 60 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak napas dan juga mengeluh batuk. Pasien
dirawat selama 4 hari. Diagnosa dokter adalah PPOK, dengan komplikasi dislipidemia dan hiperurikemia
Obyektif:
 Hasil laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
12/6/2012
15/6/2012
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
14.9
HCT
40.0-54.0
%
44.3
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
31.4
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.7
RDW
11.0 - 16.0
%
13.3
PLT
150 - 450
103 / mm3
260
MPV
6.0 - 11.0
µm3
70
PCT
0.150 - 0.500
%
0.183
PDW
11.0 - 18.0
%
11
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
9.5
Neutrofil
35.0-88.7
%
68.2
Limfosit
12.0-44.0
%
14.9
Monosit
0.0-11.2
%
8.4
Eosinofil
0.0-9.5
%
7.7
Basofil
%
u/L
0.8
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
SGPT
0.0-41.0
u/L
25.2
Kolesterol total
< 201
mg / dL
233
Trigliserida
< 200
mg / dL
114
HDL
> 55
u/L
89
LDL
< 100
u/L
132
Ureum
< 50
mg / dL
30
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
1
Uric acid
3.5-7.0
mg / dL
8.6
Glukosa acak
mg / dL
mmol/L
257
Kalium
74-106
3.5 - 5.1
Natrium
136 - 145
mmol/L
135
Klorida
97 - 111
mmol/L
101
Glukosa puasa
70-100
mg / dL
295
Glukosa 2 jam PP
 Tanda vital
70-140
mg / dL
217
Normal
4.75
93
27
3.6
Nadi
70-75
Satuan
x/mnt
Tekanan darah
120/80
mmHg
150/80
15-20
x/menit
28
Tanda Vital
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
12/6
Pemeriksaan
100
13/6
14/6
15/6
16/6
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Ambroksol 3x1 p.o
Salbutamol 3x2 mg p.o
3x
3x
3x
3x
Simvastatin 1x10 mg p.o
1x
1x
Allopurinol 3x100 mg p.o
3x
3x
1x
Novorapid 3x6 unit (i.v)
1x
3x
3x
Ceftriaxon 2x1 gr injeksi
2x
2x
1x
Ranitidin 2x1 amp injeksi
2x
2x
1x
Nebulasi Flixotide: Ventolin/ 8j
3x
82
1x
1x
3x
3x
Metilprednisolon 2x125 mg (i.v)
2x
2x
1x
Assessment:
1. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai mukolitik. Dalam tiap tablet mengandung 30 mg
ambroksol HCl. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti
sudah sesuai literatur. Dosis yang digunakan pada kasus ini sudah sesuai.
2. Pasien mengalami sesak napas, sehingga diberikan Salbutamol 3 x 2 mg secara peroral. Menurut Drug
Information Handbook (2009), dosis untuk dewasa dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Salbutamol
yang diberikan pada pasien sudah sesuai literatur.
3. Ceftriaxon merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya
infeksi. Nilai WBCnya normal. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis
tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien
sudah tepat.
4. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Sebagai antiinflamasi dengan efek
pada PPOK yakni mengurangi permeabilitas kapiler. Dosis yang dianjurkan pada lansia adalah 100- 250 mg
sehari (IONI, 2000). Pasien mendapat dosis yang tepat.
5. Diberikan pula kombinasi Ventolin dan Flixotide dengan nebulizer (1:1). Ventolin mengandung 2.5 mg
salbutamol sulfat sebagai bronkodilator. Flixotide merupakan kortikosteroid dengan zat aktifnya fluticason
propionate. Dalam tatalaksana PPOK, salah satu terapi efektif yang digunakan adalah kombinasi kortikosteroid
dengan bronkodilator β-agonis reseptor
Plan:
1. Ceftriaxon tidak perlu diberikan karena tidak adanya indikasi infeksi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 14/ RM 014546
Tanggal terapi: 6 Juli- 10 Juli 2012
Subyektif :
Seorang bapak berusia 60 tahun, didiagnosis menderita asma bronchiale dengan komplikasi DM dan menjalani
pengobatan selama 4 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesak napas dan mengeluh batuk.
Obyektif :
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
Nilai
Satuan
6
6-7-2012
3
RBC
4.50-6.50
10 / mm
13.0
HGB
13.0-18.0
g/dL
14
HCT
40.0-54.0
%
41.5
3
MCV
80-100
µm
94
MCH
27.0 - 32.0
pg
31.5
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.7
RDW
11.0 - 16.0
PLT
150 - 450
MPV
PCT
6.0 - 11.0
0.150 - 0.500
PDW
11.0 - 18.0
%
8-7-2012
13.8
3
3
10 / mm
261
3
µm
%
7.2
0.187
%
11.0
3
3
WBC
4.0 - 11.0
10 / mm
13
Neutrofil
35.0-88.7
%
76.2
Limfosit
12.0-44.0
%
7.6
Monosit
0.0-11.2
%
6.5
Eosinofil
0.0-9.5
%
8.9
Basofil
0.0-2.5
%
0.8
Glukosa acak
74-106
mg/dL
184
Glukosa puasa
70-100
mg/dL
-
323
mg/dL
-
212
Glukosa 2 jam PP
70-140
 Tanda vital (tanggal 6 Juli)
Normal
Tanda Vital
70-75
Nadi
Nafas
TD
Penatalaksanaan terapi:
Nama Obat
Dosis
Ambroksol
Rhinatiol
Salbutamol
Simvastatin
Aminofilin
Metilprednisolon
Ranitidin
Ceftriaxon
3x1
3 x 2 cth
3 x 2 mg
1 x 10 mg
3x1
125 mg /
12 jam
1 ampul /
12 jam
1 g / 12
jam
3 x 6 unit
3 x 8 unit
1 / 8 jam
Satuan
x/menit
15-20
120/80
Cara
Pemberian
p.o
p.o
p.o
p.o
p.o
Injeksi
Pemeriksaan
110
38
x/menit
mmHg
6
140/90
7
1x
1x
1x
1x
8
9
10
1x
3x
3x
3x
1x
1x
2x
3x
3x
3x
1x
3x
2x
3x
3x
3x
1x
3x
2x
2x
2x
2x
1x
2x
1x
Injeksi
1x
2x
2x
2x
1x
Injeksi
1x
2x
2x
2x
1x
Novorapid
Injeksi
3x
Novorapid
Injeksi
3x
3x
1x
Ventolin : Flixotid
Nebulizer
2x
2x
3x
3x
1x
Assesment:
1. Ambroksol digunakan untuk mengatasi batuk yang dialami oleh pasien. Merupakan mukolitik. Menurut IONI
(2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur.
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
84
Rhinatiol (karbosistein) merupakan ekspektoran, dimana tiap 5 ml mengandung 250 mg. Dosisnya adalah 3 x
sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang diberikan pada pasien sudah tepat
3. Salbutamol merupakan obat bronkodilator, tiap tabletnya mengandung 2 mg salbutamol sulfat. Menurut Drug
Information Handbook (2009), dosis untuk dewasa dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Sehingga
dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat.
4. Metilprednisolon adalah obat golongan kortikosteroid dimana dalam tiap vial mengandung 125 mg
metilprednisolon. Dosis yang dianjurkan adalah 125-250 mg sehari (IONI, 2000). Pasien mendapat dosis yang
tepat
5. Aminofilin merupakan obat bronkodilator, dimana dalam tiap tablet mengandung 200 mg aminofilin. Dosis
yang dianjurkan adalah 2-4 x sehari 175-350 mg (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan tepat.
6. WBC pasien tinggi, diberikan Ceftriaxon sebagai antibiotik. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang
sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang
diberikan pada pasien sudah tepat
7. Diberikan pula kombinasi Ventolin dan Flixotide dengan nebulizer (1:1). Ventolin mengandung 2.5 mg
salbutamol sulfat sebagai bronkodilator. Flixotide merupakan kortikosteroid dengan zat aktifnya fluticason
propionate.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 15/ RM 199230
Tanggal terapi: 25 Juli- 27 Juli 2012
Subyektif :
Seorang bapak berusia 45 tahun, didiagnosis menderita asma bronchitis dan menjalani pengobatan selama 2
hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah mual, tidak muntah, dan lemas. Pasien juga mengatakan sesak
napas, dan batuk. Pasien mengatakan pernah minum obat antalgin dan saridon (sendiri-sendiri), lalu sesak
nafas, dan kesemutan mulai siang dari dada ke atas.
Obyektif :
 Hasil pemeriksaan laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
Nilai
Satuan
6
27-7-2012
3
RBC
4.50-6.50
10 / mm
4.84
HGB
13.0-18.0
g/dL
13.3
HCT
40.0-54.0
%
39.3
3
MCV
80-100
µm
81
MCH
27.0 - 32.0
pg
27.6
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
34.0
RDW
11.0 - 16.0
%
PLT
150 - 450
MPV
PCT
6.0 - 11.0
0.150 - 0.500
PDW
11.0 - 18.0
15.7
3
3
10 / mm
3
µm
%
7.7
0.262
%
3
341
12.3
3
WBC
4.0 - 11.0
10 / mm
10.0
Neutrofil
35.0-88.7
%
56.9
Limfosit
12.0-44.0
%
23.8
Monosit
0.0-11.2
%
7.6
Eosinofil
0.0-9.5
%
10.8
Basofil
0.0-2.5
%
0.9
Kalium
3.5-5.1
mmol/L
2.4 (duplo)
Natrium
136-145
mmol/L
136 (duplo)
Klorida
97-111
mmol/L
103 (duplo)
Kolesterol total
<50
mg/dL
218
Trigliserida
<200
mg/dL
112
HDL
>65
u/L
63
<100
u/L
144
Satuan
x/menit
Pemeriksaan
Nadi
Nilai
Normal
70-75
Nafas
15-20
x/menit
24
TD
120/80
mmHg
100/70
LDL
 Tanda vital:
Tanda Vital
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penatalaksanaan terapi:
Nama Obat
86
Dosis
Cara Pemberian
25
26
27
Renapar
2x1
p.o
1x
2x
1x
Digoxin
2x½
p.o
1x
2x
1x
Plavos
2x1
p.o
1x
2x
1x
Pectosil
3x1
p.o
2x
2x
Cedantron
-
Injeksi
1x
Norages
¼ ampul
Injeksi
1x
Caprol
1/24 jam
Injeksi
1x
1x
Metilprednisolon 62,5/8
3x
1x
jam
Assesment:
1. Pectosil (n-asetilsistein) secara peroral sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini
dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan pada
pasien sudah tepat
2. Pasien juga diberi metilprednisolon. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien
asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Dosis yang dianjurkan adalah 100- 250 mg
sehari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan tepat
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Pneumonia) No. 16/ RM 196412
Tanggal terapi : 22 Februari – 4 Maret 2012
Subyektif:
Seorang anak berjenis kelamin laki- laki dan berusia 8 hari. Didiagnosis menderita Pneumonia dan mendapatkan
pengobatan selama 12 hari. Keluhan utamanya adalah pilek, batuk, bunyi nafas ngorok- ngorok, dan keluar lendir
pada saat bersin.
Obyektif:
 BB : 2.8 kg
 Hasil Laboratorium
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
Nilai
RBC
4.00-6.00
HGB
HCT
4.64
13.5 – 19.5
g/dL
14.2
44.0 – 64.0
%
44.0
MCV
100 - 112
µm3
MCHC
RDW
PLT
MPV
95
pg
30.7
32.0-36.0
g/dL
32.3
11.0-16.0
%
12.6
150-450
103 / mm3
555
6.0-11.0
µm3
8.6
30.0 – 38.0
MCH
22/2/2012
Satuan
106 / mm3
0.150-0.500
%
0.476
11.0-18.0
%
14.8
WBC
11.0- 18.0
103 / mm3
38.2
Neutrofil
35.0-88.7
%
33.2
Limfosit
12.0-44.0
%
38.2
Monosit
0.0-11.2
%
23.1
Eosinofil
0.0-9.5
%
3.4
Basofil
0.0-2.5
%
2.1
PCT
PDW
Bilirubin total
< 1.0
mg/dL
6.45
Bilirubin direk
0.00-0.20
mg/dL
0.97
-
mg/dL
5.48
Bilirubin indirek
Penatalaksanaan terapi:
Nama
Dosis
Cara
Obat
Sanmol
3 x 0.3
p.o
ml
Ryvel
1 x 0.1
p.o
ml
Alco
3 x 0.3
p.o
ml
Kloramfe
3x1
Tetes
nikol
tetes
mata
Breathy
3x1
tetes
Cefotaxim
Gentamisi
n
Ventolin
2 x 150
mg
2 x 7.5
mg
3 x 1/3
Ventolin
2 x 1/3
Tetes
hidu
ng
Inj.
22
2x
23
24
25
2
6
29
1
2
3
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
2x
3x
3x
1x
2x
2
x
2x
3x
3x
2x
2x
2x
1x
3x
3x
2
x
2x
3x
3x
3x
3x
3x
2x
2x
2x
2
x
2
x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
1x
3x
3x
3x
Nebu
lizer
2x
2x
2x
2
x
4
1x
3x
2x
2x
28
3x
Inj.
Nebu
lizer
27
1x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
Assesment:
1. Antihistamin juga diberikan pada pasien ini. Antihistamin yang diberikan adalah Ryvel dengan komposisi zat
aktifnya adalah Cetirizine HCl 1 x 0.1 ml secara peroral. Dosis tepat.
2. Pasien mengalami hidung tersumbat sejak awal masuk RS. Dokter meresepkan Breathy sebagai dekongestan
nasal diberikan 3 x 1 tetes. Sudah sesuai dengan literatur, diberikan 1-2 tetes. Setelah diterapi selama 5 hari,
hidung tersumbat yang dialami pada pasien tidak menunjukkan perubahan. Sehingga, terapi untuk mengatasi
hidung tersumbat ditambah Alco 3 x 0.3 ml secara peroral.
3. Untuk menangani pneumonia yang dialami oleh pasien, pasien diberikan 3 macam antibiotik, salah satunya
adalah kloramfenikol tetes mata dengan dosis 3 x 1 tetes.
4. Pasien juga diberikan Cefotaxim dengan dosis 2 x 150 mg. Diberikan secara injeksi selama 6- 8 jam.
Dosisnya sudah sesuai dengan literatur. Cefotaxim merupakan antibiotik sefalosporin golongan III.
5. Pasien juga diberi antibiotik golongan aminoglikosida yang spesifik terhadap bakteri gram negatif yakni
Gentamicin. Menurut jurnal yang didapat, terapi dengan gentamicin ini akan lebih efektif apabila
dikombinasikan dengan penisilin. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg/kg tiap 8 jam (Drug Information
Handbook, 2009).
6. Pasien mengalami kesusahan bernapas. Sehingga dokter meresepkan ventolin yang diberikan dalam sediaan
nebulizer. Pada awal pengobatan, pasien diberikan ventolin dengan dosis 3 x 1/3 ampul secara nebulizer
sampai tanggal 26 Februari. Kemudian dengan berkurangnya sesak yg dialami pasien, dosis frekuensi
pemberian ventolin dikurangi menjadi 2 x 1/3.
Plan:
1. Perlu adanya tes sputum untuk mengetahui bakteri spesifik penyebab pneumonia
2. Pemberian gentamicin sebaiknya dikombinasikan dengan penicillin sesuai guideline (2007)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (Pneumonia) No. 17/ RM 196270
Tanggal terapi : 16 Februari – 24 Februari 2012
Subyektif:
Seorang bapak berusia 52 tahun. Didiagnosis menderita pneumonia dengan komplikasi Malaria dan mendapatkan
pengobatan di RS Panti Rini selama 8 hari. Keluhan utamanya adalah muntah dan sesak, juga kadang-kadang
mengalami batuk dan ada lendirnya.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium
Hasil
T
Laboratorium
Tanggal
2316-2 17-2 18-2 19-2
20-2
21-2
22-2
2
Hasil
Nilai
Satuan
6
3
4.50-6.50
10
/
mm
RBC
3.73
3.13
HGB
13.0-18.0
g/dL
11.6
9.8
HCT
40.0-54.0
%
34.3
28.5
MCV
80-100
µm3
92
91
MCH
27.0 - 32.0
pg
31
31.2
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.7
34.3
RDW
11.0 - 16.0
%
11.1
11.1
PLT
150 - 450
103 / mm3
314
267
MPV
PCT
6.0 - 11.0
µm3
%
%
6.8
0.213
7.3
0.195
PDW
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
10.5
12.5
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
47.7
30.6
Limfosit
12.0-44.0
%
4.2
7.1
Monosit
0.0-11.2
%
4.1
8.4
Basofil
%
u/L
1.3
0.9
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
24.2
SGPT
0.0-41.0
u/L
19.3
Kolesterol total
< 201
mg / dL
77
Trigliserida
< 200
mg / dL
102
HDL
> 55
u/L
33
LDL
< 100
u/L
27
Ureum
< 50
mg / dL
21
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
0.7
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.6
2.8
3.1
3.1
3.7
Natrium
136 - 145
mmol/L
110
127
115
120
124
Klorida
Hormon &
Endokrin
97 - 111
mmol/L
74
98
79
86
92
TSHS ©
0.25-5.00
uLU/mL
1.254
Free T4 ©
Pemeriksaan
Dahak
A (Dahak
Sewaktu)
9.00-20.00
pmol/L
14.04
B (Dahak Pagi)
C (Dahak
Sewaktu
kedua)
 Tanda vital (Tanggal 16 February)
Nilai
Normal
Tanda Vital
-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Suhu
37
o
C
38.7
Nadi
70-75
x/menit
120
Tekanan darah
120/80
mmHg
90/50
Nafas
15-20
x/menit
28
90
Heart Rate
x/menit
122- 124
Penatalaksanaan terapi:
Obat, dosis, dan cara
pemberian
16/2
17/2
18/2
19/2
20/2
21/2
22/2
23/2
24/2
Rhinatiol 3x2 cth p.o
1x
3x
3x
Pamol 3x1 p.o
3x
3x
3x
3x
3x
3x
1x
1x
4 FDC 1x3 tab p.o
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
KSR 3x2 p.o
2x
3x
3x
3x
3x
1x
1x
Pectosil 3x1 p.o
1x
3x
3x
3x
3x
1x
1x
Mosardal 1x1 p.o
1x
1x
1x
Mosardal 500/24j
(i.v) tiap jam -8:00
1x
1x
1x
Bio ATP 2x1 p.o
2x
2x
2x
Cloroquin hr I 4tab
p.o
v
Cloroquin hr II 2tab
p.o
v
Cloroquin hr III 2tab
p.o
Primaquin 1x15 mg
p.o
NaCl kapsul 3x500
1x
1x
Panzo 1 A/24j (i.v) tiap
jam 08:00
1x
1x
1x
k/p Norages/ Antrain 1
amp.
v
v
v
v
v
Alinamin F 1/12 j (j.8
dan 20)
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
Assesment:
1. Pasien diberikan Rhinatiol (karbosistein) sebagai ekspektoran untuk mengatasi batuk yang dialami oleh pasien.
Rhinatiol diberikan 3 x sehari 15 ml. Sudah tepat
2. Selain itu, pasien juga diberikan Pectosil (n-asetilsistein) sebagai mukolitik yang diberikan untuk mengatasi
batuk yang dialami oleh pasien. Diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS
Panti Rini). Dosis yang diterima pasien sudah tepat.
3. Pasien diberi 4FDC 4 FDC merupakan Fix Dose Combination, dimana dalam satu tablet sudah mengandung
empat macam obat yaitu 75 mg INH, 150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275 mg Etambutol. Dosis
yang dianjurkan sesuai berat badan.
4. Mosardal (Levofloxacin) merupakan antibiotika golongan quinolon yang digunakan sebagai terapi pneumonia
dengan dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis sudah
tepat.
Plan:
1. Mencantumkan berat badan pasien sehingga dapat dievaluasi dosis untuk obat TBC
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (TBC) No. 18/ RM 199450
Tanggal terapi : 16 Juni – 19 Juni 2012
Subyektif:
Seorang bapak berusia 41 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan menjalani perawatan di RS Panti Rini selama 3
hari. Keluhan utamanya adalah pusing dan muntah- muntah.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
16-6-2012
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
16.2
HCT
40.0-54.0
%
48.4
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
26.1
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.5
RDW
11.0 - 16.0
%
15.1
150 - 450
103 / mm3
6.0 - 11.0
µm3
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
%
%
4.0 - 11.0
103 / mm3
Neutrofil
35.0 - 88.7
%
55.1
Limfosit
12.0-44.0
%
33.6
Monosit
0.0-11.2
%
7.0
Eosinofil
0.0 – 9.5
%
2.4
0.0-2.5
< 71
%
mg/dL
1.9
0.67- 1.17
mg/dL
1.1
SGOT
0.0-38.0
u/L
162.2
SGPT
0.0-41.0
u/L
133.8
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
4.0
Natrium
136 - 145
mmol/L
144
Klorida
97 - 111
mmol/L
103
RBC
MCV
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC
Basofil
Ureum
Kreatinin
6.20
78
220
8.3
0.183
15.3
16.1
24
Urin
Glukosa
-
Normal
Protein
-
-
Bilirubin
-
Urobilinogen
-
pH
4.8- 7.4
Berat jenis
7.0
1015- 1025
< 1.005
Darah
-
-
Benda keton
-
-
Nitrit
-
-
Lekosit esterase
-
U/l
-
Sedimen
Sel epitel
+
+
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lekosit
0-6
/LPB
0-3
Eritrosit
0-1
/LPB
0-1
92
Silinder
Hyaline
-
-
Granuler
-
-
Eritrosit
-
-
Lekosit
-
-
Uric acid
-
-
Oksalat
-
-
Amorf urat
-
-
Triple fosfat
-
-
Bakteri
-
-
Jamur
-
-
Konsistensi
Keras/lembek
Agak keras
Warna
Coklat
Coklat
Lekosit
+
+
Lendir
-
-
Darah
-
-
Nanah
-
-
Larva cacing
-
-
Kristal
Tes feces
Tes Lain
Mikroskopis
Lekosit
-
-
Eritrosit
-
-
Telur cacing
-
-
Amoeba colli
-
-
Amoeba
-
-
Histolytica
-
-
Lain- lain
-
-
Parasit
-
-
Pemeriksaan Dahak
19-6-2012
A (Dahak Sewaktu)
-
B (Dahak Pagi)
C (Dahak Sewaktu
kedua)
 Tanda vital:
Tanda Vital
Nilai
Normal
37
Suhu
120/80
Tekanan darah
15-20
Nafas
Penatalaksanaan terapi:
Nama Obat
Dosis
Satuan
o
Pemeriksaan
C
37
100/70
36
mmHg
x/menit
Cara
Pemberian
16/6
17/6
18/6
19/6
Vastigo
3x1
p.o
3x
3x
2x
Unalium
2 x 5 mg
p.o
2x
2x
1x
Allopurinol
3 x 100 mg
p.o
3x
3x
2x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
Gemfibrozil
1 x 300 mg
p.o
1x
1x
Proliver
2x1
p.o
2x
2x
GG
3x1
p.o
2x
Ambroksol
3x1
p.o
2x
Ondancetron
3 x 1 ampul
Injeksi
√ (IGD)
2x
2x
1x
Novalgin
2 x 1 ampul
Injeksi
√ (IGD:
norages)
2x
2x
1x
Daryacef
1x1g
Injeksi
1x
Socef
1x1g
Injeksi
1x
2x
1x
1x
Assesment:
1. Pasien juga diberikan Ambroksol 3 x 1 secara peroral. Merupakan mukolitika yang efektif untuk batuk dengan
dahak yang sangat kental. Ambroksol diberikan pada tanggal 19. Hal ini diberikan karena mungkin pasien juga
mengalami batuk pada tanggal 18, sehingga baru dilakukan cek BTA terhadap dahak pasien. Menurut IONI
(2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur.
2. Glyceryl guaiacolate merupakan ekspektoran yang mengencerkan dahak. Dosis peroral untuk dewasa 200- 400
mg setiap 4 jam dan dosis maksimalnya adalah 2.4 g/hari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan sudah sesuai.
3. Nilai WBC yang tinggi mengindikasikan adanya infeksi. Sehingga, diberikan Daryacef (Cefepime HCl)
merupakan antibiotik sefalosporin generasi III dengan dosis 1 g tiap 12 jam. Pemberian sudah sesuai literatur.
4. Socef (Ceftriaxon) merupakan antibiotik sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis
yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai
literatur.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 19/ RM 113197
Tanggal terapi : 28 Mei- 1 Juni 2012
Subyektif:
Seorang laki- laki berusia 83 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Ia menjalani perawatan selama 5 hari di RS Panti
Rini. Keluhan utamanya adalah sesak napas dan perut panas.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
28-5-2012
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
13.1
HCT
40.0-54.0
%
39.4
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
30.9
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.2
RDW
11.0 - 16.0
%
14.5
PLT
150 - 450
103 / mm3
342
MPV
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.249
PDW
11.0 - 18.0
%
11
30-5-2012
4.231
93
7.3
3
WBC
4.0 - 11.0
10 / mm3
Neutrofil
35.0-88.7
%
60
Limfosit
12.0-44.0
%
30.3
Monosit
0.0-11.2
%
7.7
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.5
Basofil
%
u/L
0.5
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
17.5
SGPT
0.0-41.0
u/L
9.8
Kolesterol total
< 201
mg / dL
169
Trigliserida
< 200
mg / dL
101
HDL
> 55
u/L
57
LDL
< 100
u/L
104
Ureum
< 50
mg / dL
30
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
0.8
Uric acid
mg / dL
mmol/L
4.8
Kalium
3.7-7.0
3.5 - 5.1
Natrium
136 - 145
mmol/L
138
Klorida
97 - 111
mmol/L
101
10.5
3.8
Pemeriksaan Feses
Konsistensi
Keras/Sedikit
Lembek
Cair
Warna
Coklat
Coklat
Lendir
-
+
Darah
-
-
Nanah
-
-
Larva Cacing
-
-
Leukosit
-
+
Eritrosit
-
+
Telur cacing
-
-
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Amoeba e.colli
-
-
Histolytica
-
-
-
-
Lain-lain parasit
 Tanda vital:
Tanda Vital
Suhu
Nadi
Tekanan darah
Nafas
BB
TB
Penatalaksanaan terapi:
Obat, dosis, dan cara
pemberian
Pectosil 3x1 p.o
Nilai
Normal
37
Satuan
o
C
70-75
140/90
15-20
-
Pemeriksaan
36-37
78-100
110/70
23
40
150
x/menit
mmHg
x/menit
kg
cm
28
2x
29
30
31
1
3x
3x
3x
2x
Astacor 2x1 p.o
1x
2x
2x
1x
New Diatab 3x2 tab
1x
3x
3x
2x
Loremid 2 tab
95
v
inj. Caprol 1/24j
1x
1x
1x
1x
1x
inj. Somerol 62.5/8j
3x
3x
3x
3x
3x
inj. Socef 1 g/24j
1x
1x
1x
1x
1x
N.Ace 1 ampul (ekstra) nebulize
v
Assesment:
1. Pasien diberi Pectosil (n-asetilsistein) secara peroral sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat
ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai.
2. Somerol merupakan kortikosteroid dengan komposisi methylprednisolon dan diindikasikan pada kondisi
inflamasi. Pada pasien yang didiagnosis PPOK, dokter memberikan Somerol sebagai terapi PPOK. Dosis
metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 6-8 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62,5 mg/ 8
jam. Dosis sudah tepat
3. Pasien juga diberi Socef (Ceftriaxon ). Dari pemeriksaan, ditemukan adanya leukosit pada tinja, adanya indikasi
infeksi. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari
(Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai literatur.
4. N-asetilsistein merupakan obat mukolitik, dimana pemberiannya melalui nebulizer. Dalam ampul 10%
mengandung 300 mg NAC/3 ml dan dosis yang dianjurkan adalah 3-5 ml 3-4 x sehari . Dosis yang diberikan
pada pasien sudah tepat.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 20/ RM 054622
Tanggal terapi : 9 April- 12 April 2012
Subyektif:
Seorang wanita berusia 86 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Ia menjalani perawatan selama 3 hari di RS Panti
Rini. Keluhan utamanya adalah sesak napas, perut panas, dan mengeluh batuk selama perawatan.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
9/4/2012
10/4/2012
RBC
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
13.6
HCT
37.0 - 47.0
%
40.8
MCV
80 - 100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
29.4
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.4
RDW
11.0 - 16.0
%
14.8
PLT
150 - 450
103 / mm3
416
MPV
6.0 - 11.0
µm3
7.2
PCT
0.150 - 0.500
%
0.298
PDW
11.0 - 18.0
%
10.3
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
8.8
Neutrofil
35.0-88.7
%
72.3
Limfosit
12.0-44.0
%
18.7
Monosit
0.0-11.2
%
7.6
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.7
Basofil
%
u/L
0.7
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
23
SGPT
0.0-41.0
u/L
11.2
Kolesterol total
< 201
mg / dL
195
Trigliserida
< 200
mg / dL
86
HDL
> 65
u/L
89
LDL
< 100
u/L
84
Ureum
< 71
mg / dL
59
Kreatinin
0.51-0.95
mg / dL
0.6
Glukosa acak
mg / dL
mmol/L
156
Kalium
82-115
3.5 - 5.1
3.8 (duplo)
Natrium
136 - 145
mmol/L
135 (duplo)
Klorida
 Tanda vital:
97 - 111
mmol/L
92 (duplo)
4.64
88
Suhu
Nilai
normal
37
Nadi
70-75
x/menit
92
Tekanan darah
140/90
mmHg
120/80
15-20
x/menit
26
Obat, dosis, dan cara pemberian
9/4
Tanda Vital
Nafas
Penatalaksanaan terapi:
Satuan
o
C
Pemeriksaan
36
10/4
11/4
12/4
Rhinatiol 3x2 cth p.o
3x
3x
1x
Astacor 2x1 p.o
2x
3x
1x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
inj. Mosardal 1/24j
1x
1x
1x
inj. Somerol 62.5 mg/8j
3x
3x
1x
97
Rocer 1/24j i.v
1x
1x
1x
Assesment:
1. Pasien datang dengan keluhan batuk, sehingga diberikan Rhinatiol (karbosistein) 3 x 2 sendok teh sebagai
mukolitik. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis Rhinatiol yang
diberikan pada pasien sudah tepat.
2. Somerol merupakan kortikosteroid dengan komposisi methylprednisolon dan diindikasikan pada kondisi
inflamasi. Pada pasien yang didiagnosis PPOK, dokter memberikan Somerol sebagai terapi PPOK. Dosis
metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 6-8 jam (IONI, 2000). Dosis sudah tepat.
3. Mosardal (Levofloksasin ) merupakan antibiotik golongan quinolon dengan dosis yang dianjurkan adalah
250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook,2009). Dosis sudah tepat. Dosis yang diberikan sudah
sesuai
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 21/ RM 147309
Tanggal terapi : 13 Mei- 18 Mei 2012
Subyektif:
Seorang laki- laki berusia 69 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Ia menjalani perawatan selama 5 hari di RS
Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek, ± 1 bulan nafas sesak, dan batuk.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil Laboratorium
Hasil
Nilai
RBC
4.50-6.50
HGB
13.0-18.0
HCT
40.0-54.0
MCV
80-100
MCH
27.0 - 32.0
MCHC
32.0 - 36.0
RDW
11.0 - 16.0
PLT
150 - 450
MPV
6.0 - 11.0
PCT
0.150 - 0.500
PDW
11.0 - 18.0
WBC
4.0 - 11.0
Limfosit
12.0-44.0
Eosinofil
0.0-9.5
Basofil
0.0-2.5
SGOT
0.0-38.0
SGPT
0.0-41.0
Kolesterol total
< 201
Trigliserida
< 200
HDL
> 55
LDL
< 100
Ureum
< 50
Kreatinin
0.67-1.17
Uric acid
3.7-7.0
Kalium
3.5 - 5.1
Natrium
136 - 145
Klorida
97 - 111
 Tanda vital:
Nilai Normal
Satuan
Tanda Vital
o
Suhu
37
C
Nadi
70-75
x/menit
Tekanan darah
140/90
mmHg
Nafas
15-20
x/menit
Penatalaksanaan terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
Renapar 3x1 p.o
Digoxin 2x1/2 p.o
Alprazolam 1/4tab p.o
Pectosil 3x1 p.o
Farsix 3x2 amp. (i.v)
Panzo 1x1 amp. (i.v)
Ceftriaxon 2x1 g
Methylprednisolon 3x62.5 mg
13/5
2x
1x
Satuan
106 / mm3
g/dL
%
µm3
pg
g/dL
%
103 / mm3
µm3
%
%
103 / mm3
%
%
%
u/L
u/L
mg / dL
mg / dL
u/L
u/L
mg / dL
mg / dL
mg / dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L
Tanggal
13/5
3.52
10.3
30.8
88
29.3
33.5
11.2
583
7.3
0.425
11
25.2
2.4
0.6
1.3
23.7
24.6
59
84
18
19
54
1.1
7.2
4.3
135
97
Pemeriksaan
37.8
114
128/74
32
14/5
3x
2x
v
3x
3x
1x
2x
3x
15/5
3x
2x
16/5
3x
2x
18/5
3x
2x
19/5
2x
1x
3x
3x
1x
2x
3x
3x
3x
3x
3x
1x
2x
3x
2x
3x
1x
Assesment:
1.
2.
3.
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik, sebagai antiinflamasi. Dosis
metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 6-8 jam (IONI, 2000). Dosis tepat
Pasien diberi Pectosil (n-asetilsistein) secara peroral sebagai agen mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini
dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis tepat
Nilai WBC pada pasien meningkat. Pasien diberi Ceftriaxon, dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap
12-24 jam (DIH, 2009). Dosis tepat.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 22/ RM 147309
Tanggal terapi : 23 Mei- 25 Mei 2012
Subyektif:
Seorang laki- laki berusia 69 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Sebelumnya pernah dirawat selama selama 5
hari di RS Panti Rini pada tanggal 13 Mei 2012. Sekarang kembali menjalani perawatan selama 2 hari di RS Panti
Rini. Keluhan utamanya adalah lemes, mual, tidak ada nafsu makan. Selama dirawat, pasien juga mengalami
kesusahan bernapas dan kadang- kadang batuk.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
23/5/2012
25/5/2012
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
13.2
HCT
40.0-54.0
%
40.5
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
28.7
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
32.6
RDW
11.0 - 16.0
%
12.2
PLT
150 - 450
103 / mm3
516
MPV
6.0 - 11.0
µm3
84
PCT
0.150 - 0.500
%
0.436
PDW
11.0 - 18.0
%
13.5
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
14.9
Neutrofil
35.0-88.7
%
81.7
Limfosit
12.0-44.0
%
10.1
Monosit
0.0-11.2
%
6.7
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.8
Basofil
%
u/L
0.7
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
30.3
SGPT
0.0-41.0
u/L
27.8
Ureum
< 50
mg / dL
130
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
1.3 (duplo)
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
5.2 (duplo)
3.8 (duplo)
Natrium
136 - 145
mmol/L
142 (duplo)
134 (duplo)
Klorida
 Tanda vital:
97 - 111
mmol/L
95 (duplo)
86 (duplo)
Tanda Vital
Nilai Normal
Satuan
o
4.61
88
Pemeriksaan
Suhu
37
Nadi
70-75
x/menit
93
Tekanan darah
140/90
mmHg
80/56
15-20
x/menit
26
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Obat, dosis, dan cara
pemberian
C
36
23/5
24/5
25/5
Pectosil 3x1 p.o
1x
3x
3x
Somerol 3x1 p.o
1x
3x
3x
Bio ATP 2x1 p.o
1x
2x
2x
Aminoral 3x1 p.o
1x
3x
3x
Zantadin 1A/12 j injeksi
2x
Ceftriaxon 1g/24j injeksi
1x
1x
1x
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Cedantron 1A/12j injeksi
2x
2x
100
2x
Farsix 1A/ i.v
v
v
v
Assesment:
1. Pasien diberikan Pectosil (n-asetilsistein) yang merupakan mukolitik, tiap kapsul mengandung 200 mg.
Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS
Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai
2. Somerol (methylprednisolon) merupakan kortikosteroid. Tiap tablet mengandung 4 mg metilprednisolon,
dengan dosis yang dianjurkan adalah 4-48 mg (MIMS, 2011/2012). Pasien sudah menerima dosis yang
tepat.
3. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Pasien diberi
Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama
tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan
literatur.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 23/ RM 015129
Tanggal terapi : 11 – 14 Januari 2012
Subyektif:
Seorang laki- laki berusia 93 tahun. Didiagnosis menderita PPOK eksaserbasi akut dengan komplikasi ISK dan
sepsis. Ia menjalani perawatan selama 3 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek nafas, tampak lemas,
tidak mau bicara ± 1 minggu, dan tidak mau makan.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
11/1/2012
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
13.2
HCT
40.0-54.0
%
40.3
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
29.4
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
32.7
RDW
11.0 - 16.0
%
13.5
PLT
150 - 450
103 / mm3
301
MPV
PCT
6.0 - 11.0
µm3
PDW
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
%
%
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
12.9
Neutrofil
35.0-88.7
%
68.8
Limfosit
12.0-44.0
%
18.3
Monosit
0.0-11.2
%
11.4
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.6
Basofil
%
u/L
0.9
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
157.3
SGPT
0.0-41.0
u/L
72.8
Ureum
< 50
mg / dL
144
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
1.8
Uric acid
mg / dL
mmol/L
16.7
Kalium
3.7-7.0
3.5 - 5.1
Natrium
136 - 145
mmol/L
133
Klorida
97 - 111
mmol/L
90
12/1/2012
4.48
90
8.4
0.254
15.3
5.2
Pemeriksaan Urine
Glukosa
-
-
Protein
-
+2
Bilirubin
-
-
Urobilinogen
Normal
+1
pH
4.8-7.4
8.5
Berat Jenis
1015-1025
<1005
Darah
-
-
Benda Keton
-
-
Nitrit
-
-
Lekosit Esterase
-
500
Sel epitel
+
+
Lekosit
0-6
3-5
Eritrosit
0-1
0-1
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Hyalin
-
-
Granuler
-
-
Eritrosit
-
-
Lekosit
-
-
Oksalat
-
-
Amorf urat
-
+
Triple fosfat
-
++
Uteric acid
-
-
Bacteri
-
+
-
-
Jamur
 Tanda vital:
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nafas
Penatalaksanaan terapi:
Nilai Normal
140/90
Satuan
mmHg
15-20
x/menit
102
Pemeriksaan
80/60
68
Obat, dosis, dan cara pemberian
Salbutamol 3x2 mg p.o
3x
Alprazolam 0.5 mg p.o
1x
inj. Cefotaxim 1 gr/8j
2x
3x
2x
1x
3x
3x
1x
inj. Meconeuro 1/24j (pkl. 18:00)
1x
1x
1x
inj. Methylprednisolon 62.5/12j (pkl. 8,
20)
1x
2x
2x
1x
Assesment:
1. Pasien mengalami sesak napas, sehingga diberikan Salbutamol 3 x 2 mg secara peroral sebagai bronkodilator
golongan beta-2 adrenoreseptor selektif. Dosis untuk orangtua menurut DIH (2008-2009) dapat diberikan 2 mg
selama 3-4 kali dalam sehari dengan dosis maksimumnya adalah 8 mg 4x/hari. Salbutamol yang diberikan pada
pasien sudah sesuai literatur.
2. Cefotaxime digunakan sebagai antibiotik. Dosis yang dianjurkan menurut Drug Information Handbook (20082009) adalah 1- 2 g tiap 4-12 jam. Pasien mendapat dosis berlebih. Perlu adanya penyesuaian dosis untuk pasien
dengan gangguan ginjal.
3. Methylprednisolon sebagai antiinflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100-250 mg tiap 6-8 jam. Pada
kasus ini, diberikan 62,5 mg/ 12 jam (IONI, 2000). Pasien sudah mendapat dosis yang sesuai.
Plan:
1. Dosis cefotaxim disesuaikan dengan literatur 1 g/ 12 jam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 24/ RM 196189
Tanggal terapi : 13- 16 Februari 2012
Subyektif:
Seorang wanita berusia 67 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Ia menjalani perawatan selama 3 hari di RS Panti
Rini. Keluhan utamanya adalah sesek nafas, batuk, dan riak sulit keluar
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
13-2-2012
14-2-2012
RBC
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
13.3
HCT
37.0 - 47.0
%
40.9
MCV
80 - 100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
25.9
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
32.5
RDW
11.0 - 16.0
%
13.9
PLT
150 - 450
103 / mm3
261
MPV
PCT
6.0 - 11.0
µm3
PDW
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
%
%
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
14.8
Neutrofil
35.0-88.7
%
84.2
Limfosit
12.0-44.0
%
9.2
Monosit
0.0-11.2
%
5.4
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.5
Basofil
%
u/L
0.7
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
22.3
SGPT
0.0-41.0
u/L
17.5
Kolesterol total
< 201
mg / dL
139
Trigliserida
< 200
mg / dL
92
HDL
> 65
u/L
80
LDL
< 100
u/L
56
Ureum
< 71
mg / dL
40
0.51-0.95
mg / dL
0.9
Glukosa puasa
70-100
mg/dL
115
Glukosa 2 jam PP
70-140
mg/dL
Kreatinin
5.13
80
8.1
0.211
13
110 (duplo)
Pemeriksaan Dahak
A (Sewaktu)
-
B (Pagi)
-
C (Sewaktu)
 Tanda vital:
Tanda Vital
Suhu
Nadi
Tekanan darah
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Obat, dosis, dan cara
pemberian
Nilai normal
37
Satuan
o
C
Pemeriksaan
37
70-75
x/menit
72
140/90
mmHg
140/80
15-20
x/menit
26
13/2
14/2
15/2
16/2
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pamol 3x1 p.o
1x
3x
3x
2x
Pectosil 3x1 p.o
1x
3x
3x
2x
Sharox 750 mg 1/12 jam i.v
1x
2x
2x
1x
104
Rocer 1/24 jam drip
1x
1x
1x
1x
Assesment:
1. Pectosil (n-asetilsistein) merupakan mukolitik, tiap kapsul mengandung 200 mg. Pasien mengalami batuk,
diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang
diberikan sudah sesuai.
2. Sharox (Cefuroxime) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi II. Dengan komposisinya 750 mg.
Diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Dosis yang dianjurkan adalah 750 mg tiap 6-8 jam (Drug
Information Handbook, 2009). Dosis sharox yang diberikan pada pasien sudah tepat.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 25/ RM 195379
Tanggal terapi: 12 Mei- 14 Mei 2012
Subyektif:
Seorang Ibu berusia 50 mengalami batuk selama 4 hari, pilek, panas, dan sesak. Pasien didiagnosa
mengalami PPOK eksasebarsi akut. Menurut catatan keperawatan (12 Mei), pasien diberikan
ceftriaxon, dan pasien tidak tahan sehingga penggunaan Ceftriaxon dihentikan.Pasien menjalani
perawatan selama 2 hari di RS Panti Rini Yogyakarta.
Obyektif:
 Hasil laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
12-5-2012
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
13.9
HCT
37.0 - 47.0
%
43.4
80 - 100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
28.8
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
32.1
RDW
11.0 - 16.0
%
13.5
150 - 450
103 / mm3
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.193
PDW
11.0 - 18.0
%
13.8
4.0 - 11.0
103 / mm3
Neutrofil
35.0-88.7
%
70.2
Limfosit
12.0-44.0
%
16.6
Monosit
0.0-11.2
%
11.7
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.8
Basofil
%
u/L
0.7
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
21.2
SGPT
0.0-41.0
u/L
19.8
Kolesterol total
< 201
mg / dL
185
Trigliserida
< 200
mg / dL
103
HDL
> 65
u/L
44
LDL
< 100
u/L
121
Ureum
< 71
mg / dL
20
Kreatinin
0.51-0.95
mg / dL
0.6
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.9
Natrium
136 - 145
mmol/L
140
Klorida
Tanda vital
97 - 111
mmol/L
101
Hasil
RBC
MCV
PLT
MPV
WBC

Tanda Vital
Suhu
37
o
C
36
Nadi
70-75
x/menit
86
Tekanan darah
120/80
mmHg
140/80
Nafas
15-20
x/menit
22
x/menit
84
Heart Rate
Penatalaksanaan terapi:
4.84
90
232
8.3
6.1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Obat, dosis, dan cara pemberian
12/5
13/5
14/5
Rhinatiol 3x2 cth p.o
1x
3x
2x
k/p Pamol 3x1 p.o
1x
3x
106
2x
STOP
Ceftriaxon 1 gr/12j (i.v)
1x
Zantadin 1/12j (i.v)
2x
2x
2x
Assessment:
1. Pasien diberikan obat batuk Rhinatiol (karbosistein) dengan aturan pakai 3 x 2 cth. Dosis sudah
tepat.
2. Ceftriaxon merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Pasien mengalami
monositosis, salah satu indikator terjadinya infeksi. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis
yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009).
Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat, tetapi pasien mengalami reaksi alergi
dengan pemberian antibiotik ini, sehingga segera dihentikan pemberiannya.
Plan:
1. Perlu penggantian antibiotik untuk infeksi yang dialami pasien. Bisa diberikan golongan
Makrolida
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 26/ RM 110053
Tanggal terapi: 25 Juni- 27 Juni 2012
Subyektif:
Seorang bapak berusia 84 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk selama ± satu minggu dan merasa
sesak napas selama dua hari terakhir. Pasien dirawat di RS Panti Rini selama dua hari dan didiagnosa mengalami
PPOK dengan komplikasi hiperurikemia.
Obyektif:
 Hasil laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
15.7
HCT
40.0-54.0
%
46.8
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
30.4
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.5
RDW
11.0 - 16.0
%
14.3
150 - 450
103 / mm3
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.228
PDW
11.0 - 18.0
%
14
4.0 - 11.0
103 / mm3
Neutrofil
35.0-88.7
%
66.7
Limfosit
12.0-44.0
%
23.1
Monosit
0.0-11.2
%
5.4
Eosinofil
0.0-9.5
%
4.4
Basofil
%
u/L
0.4
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
23.5
SGPT
0.0-41.0
u/L
10
Kolesterol total
< 201
mg / dL
178
Trigliserida
< 200
mg / dL
122
HDL
> 55
u/L
64
LDL
< 100
u/L
94
Ureum
< 50
mg / dL
47
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
Uric acid
mg / dL
mmol/L
10.5
Kalium
3.5-7.0
3.5 - 5.1
Natrium
136 - 145
mmol/L
140
Klorida
Tanda vital
97 - 111
mmol/L
99
RBC
MCV
PLT
MPV
WBC

25-6-2012
Nilai
4.50-6.50
5.15
91
269
8.4
7.8
1.3 (duplo)
4.3
Suhu
Nilai
normal
37
Nadi
70-75
x/menit
92
Tekanan darah
140/90
mmHg
140/90
15-20
x/menit
24
Tanda Vital
Nafas
Penatalaksanaan terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
Satuan
o
Pemeriksaan
C
36
25/6
26/6
27/6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Aminofilin 3x1 p.o
3x
2x
Ambroksol 3x1 p.o
3x
2x
Allopurinol 3x100 p.o
3x
2x
Sistenol 3x1 p.o
1x
3x
2x
Inj. Somerol 125mg/12j (i.v)
1x
2x
1x
Inj. Ranitidin 2x1 (i.v)
2x
2x
1x
Ventolin/ flixotide 1:1/ 8j
1x
2x
1x
108
Ceftriaxon 1gr/12j (i.v)
2x
1x
Assessment:
1. Aminofilin merupakan bronkodilator golongan xanthin, di dalam tiap tablet mengandung 200 mg aminofilin.
Dosis yang dianjurkan adalah 2-4 x sehari 175-350 mg (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan
tepat.
2. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai mukolitik. Dalam tiap tablet mengandung 30 mg
ambroksol HCl. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti
sudah sesuai literatur. Dosis yang digunakan pada kasus ini sudah sesuai.
3. Pasien juga mendapat injeksi Somerol (metilprednisolon) 125mg/12 jam. Dosis yang dianjurkan pada lansia
adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan sudah tepat
4. Diberikan pula kombinasi Ventolin dan Flixotide dengan nebulizer (1:1). Ventolin mengandung 2.5 mg
salbutamol sulfat sebagai bronkodilator. Flixotide merupakan kortikosteroid dengan zat aktifnya fluticason
propionate. Dalam tatalaksana PPOK, salah satu terapi efektif yang digunakan adalah kombinasi kortikosteroid
dengan bronkodilator β-agonis reseptor. Dosis Ventolin yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotid
merupakan obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate.
Dosis Flixotide yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Ventolin dan flixotid dipakai dengan
perbandingan 1:1. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat
4. Ceftriaxon merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Pasien mengalami batuk selama ± 1 minggu,
kemungkinan sudah ada infeksi. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak
lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat.
Plan:-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 27/ RM 200360
Tanggal terapi : 23 Juli- 25 Juli 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 80 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk, dada sakit. Pasien
didiagnosa mengalami PPOK dan dirawat di RS Panti Rini selama 2 hari.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil Laboratorium
Hasil
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
13.0-18.0
40.0-54.0
80-100
g/dL
%
µm3
27.0 - 32.0
32.0 - 36.0
11.0 - 16.0
150 - 450
pg
g/dL
%
3
10 / mm3
6.0 - 11.0
µm3
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
4.0 - 11.0
%
%
3
10 / mm3
35.0-88.7
%
%
%
%
%
u/L
u/L
mg / dL
mg / dL
u/L
u/L
mg / dL
mg / dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
SGOT
SGPT
Kolesterol total
Trigliserida
HDL
LDL
Ureum
Kreatinin
Kalium
Natrium
Klorida
 Tanda vital:
12.0-44.0
0.0-11.2
0.0-9.5
0.0-2.5
0.0-38.0
0.0-41.0
< 201
< 200
> 55
< 100
< 50
0.67-1.17
3.5 - 5.1
136 - 145
97 - 111
Nilai normal
Tanggal
23/7/2012
4.04
12.5
37.3
92
30.8
33.4
13.7
347
7.2
0.249
10.5
17.7
85.4
3.4
4.2
6.5
0.5
16.1
7.4
174
58
61
106
18
0.6
4.1
138
100
Nadi
70-75
Satuan
x/menit
Tekanan darah
140/90
mmHg
140/70
15-20
x/menit
35
Tanda Vital
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Pemeriksaan
96
Obat, dosis, dan cara pemberian
Pectosil 3x1 p.o
2x
3x
Erocef 1 gr/24 j injeksi
1x
1x
1x
Somerol 62.5 mg/8 j injek
3x
3x
2x
Rocer I/24 j i.v
1x
1x
1x
Assesment:
1. Pasien ini juga mengalami batuk yang sudah lama. Oleh karena itu, pasien diberi terapi Pectosil (nasetilsistein) yang merupakan mukolitik, tiap kapsul mengandung 200 mg. Aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet
(Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
110
Nilai WBC pasien tinggi, menandakan adanya infeksi. Pasien diberi Erocef (Ceftriaxon) merupakan antibiotik
golongan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam.
Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis yang diberikan pada pasien sudah
tepat.
3. Somerol (metilprednisolon) merupakan kortikosteroid. Dalam tiap vial berisi 2 ml, mengandung 125 mg
metilprednisolon. Dosis yang dianjurkan adalah 100- 250 mg tiap 2-6 jam sehari (IONI, 2000). Dosis yang
diterima oleh pasien tepat.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 28/ RM 158096
Tanggal terapi : 16 Januari- 18 Januari 2012
Subyektif:
Seorang bapak berusia 65 tahun datang ke RS Panti Rini dengan keluhan sesak napas dan sakit perut, juga
mengeluh batuk-batuk. Pasien dirawat selama 2 hari. Diagnosa dokter adalah PPOK.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
13.0-18.0
g/dL
40.0-54.0
%
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
RBC
HGB
HCT
MCV
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
11.0 - 16.0
16/1/2012
%
3
150 - 450
10 / mm3
6.0 - 11.0
µm3
0.150 - 0.500
%
11.0 - 18.0
%
4.0 - 11.0
10 / mm3
Neutrofil
35.0-88.7
%
Limfosit
12.0-44.0
%
9.01
Monosit
0.0-11.2
%
10.2
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.9
Basofil
0.0-2.5
< 50
%
mg / dL
0.6
0.67-1.17
mg / dL
SGOT
0-38
u/L
55.0
SGPT
0-41
u/L
26.1
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
4.9
Natrium
136 - 145
mmol/L
97 - 111
mmol/L
91 (duplo)
<201
mg/dL
231
Trigliserida
<200
mg/dL
168
HDL
>65
mg/dL
>100
mg/dL
WBC
Ureum
Kreatinin
Klorida
Kolesterol Total
LDL
 Tanda vital:
Tanda Vital
Nilai normal
3
Satuan
0
C
76
2.0 (duplo)
135 (duplo)
58
136
Pemeriksaan
Suhu
37
Nadi
70-75
x/menit
76-80
Tekanan darah
140/90
mmHg
100/60-140/80
Nafas
15-20
x/menit
32-36
37
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112
Penatalaksanaan Terapi:
Nama Obat
Rhinatiol
Renapar
Ostrid
Somerol
Farsix
Dosis
3 x 10 cc
2 x 1 tab
2 x 200 mg
62.5 / 12 jam
1 amp / 12 jam
Cara
Pemberian
p.o
p.o
p.o
Injeksi
Injeksi
16
17
18
2x
2x
1x
2x
2x
2x
1x
1x
1x
1x
Assesment:
1. Pasien datang dengan keluhan batuk, sehingga diberikan Rhinatiol (karbosistein) 3 x 2 sendok teh sebagai
ekspektoran. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang
diberikan pada pasien sudah tepat.
2. Ostrid (ofloxacin) merupakan antibiotika golongan quinolon. Dosis yang dianjurkan menurut Drug
Information Handbook (2009) adalah 200-400 mg tiap 12 jam. Dosis yang diberikan sudah tepat.
3. Somerol (metilprednisolon) sebagai antiinflamasi. Dalam tiap vial berisi 2 ml, mengandung 125 mg
metilprednisolon (IONI, 2000). Pasien menerima dosis dalam jumlah yang cukup.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 29/ RM 159969
Tanggal terapi : 7 Mei- 14 Mei 2012
Subyektif:
Seorang Ibu berusia 50 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas dan batuk. Pasien dirawat selama 7
hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK dengan komplikasi diabetes melitus.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil Laboratorium
Hasil
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
SGOT
SGPT
Kolesterol total
Trigliserida
HDL
LDL
Ureum
Kreatinin
Urine
Glukosa
Protein
Bilirubin
Bilirubinogen
pH
Berat jenis
Darah
Benda keton
Nitrit
Lekosit esterase
Sedimen
Sel epitel
Lekosit
Eritrosit
Silinder
Hyaline
Granuler
Eritrosit
Lekosit
Kristal
Uric acid
Oksalat
Amorf urat
Triple fosfat
Bakteri
Jamur
Nilai
4.50-6.50
13.0-18.0
40.0-54.0
80-100
27.0 - 32.0
32.0 - 36.0
11.0 - 16.0
150 - 450
6.0 - 11.0
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
4.0 - 11.0
35.0-88.7
12.0-44.0
0.0-11.2
0.0-9.5
0.0-2.5
0.0-38.0
0.0-41.0
< 201
< 200
> 55
< 100
< 50
0.67-1.17
Satuan
106 / mm3
g/dL
%
µm3
pg
g/dL
%
103 / mm3
µm3
%
%
103 / mm3
%
%
%
%
%
u/L
u/L
mg / dL
mg / dL
u/L
u/L
mg / dL
mg / dL
Tanggal
7/5/2012
4.92
13.9
43.9
89
28.3
31.7
14.8
307
7.9
0.244
23.8
19.0
80.7
15.9
1.9
0.8
0.7
31.1
19.5
261
78
98
147
16
0.4
Normal
4.8-7.4
1015-1025
+
0-6
0-1
+
8-20
5-20
-
+
-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
 Tanda vital:
Nilai normal
Tanda Vital
Suhu
37
Nadi
70-75
Tekanan darah
120/80
Nafas
15-20
Penatalaksanaan Terapi:
Nama Obat
Dosis
Renapar
Digoxin
Rhinatiol
3x1
2x½
3 x 10 (3 x 2
cth)
1 ampul / 24
jam
1 x 500
1-0-1
3x1
1 ampul / 8
jam
3x1
1 ampul / 8
jam
5 ampul (70
jam)
1 g / 12 jam
1500 / jam
atau1,500
1 fk / 24 jam
2 x 500 mg
3 x 8 unit
Mosardal
Mosardal
Farsix
Epexol
Farsix
Sistenol
Lasix
Drip farsix
Erocef
Dobuject
Satuan
0
C
x/menit
mmHg
x/menit
Cara
Pemberian
p.o
p.o
p.o
7
Pemeriksaan
36-37.5
100-134
183/101
20-37
8
9
2x
2x
10
3x
2x
1x
3x
2x
3x
11
2x
2x
3x
Injeksi
12
13
14
2x
2x
3x
2x
2x
2x
3x
2x
2x
1x
1x
1x
p.o
p.o
p.o
Injeksi
1x
1x
1x
1x
p.o
Injeksi
3x
3x
3x
Injeksi
1x
4x
2x
1x
1x
1x
1x
Injeksi
Injeksi
114
1x
3x
3x
3x
1x
1x
1x
3x
Panzo
Injeksi
1x
1x
1x
1x
1x
Nicholin
Injeksi
2x
2x
2x
2x
2x
2x
Novorapid
Injeksi
3x
3x
3x
3x
3x
3x
Assesment:
1. Pasien kesulitan dalam mengeluarkan dahak, sehingga diberikan Rhinatiol (karbosistein) 3 x 2 sendok teh.
Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang diberikan pada
pasien sudah tepat
2. Mosardal (levofloxacin) merupakan antibiotik golongan quinolon. Dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg tiap
24 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis sudah tepat. Dari pemeriksaan, kadar WBCnya tinggi
menandakan adanya infeksi. Mosardal diindikasikan juga untuk ISK. Dari pemeriksaan laboratorium, ditemukan
adanya bakteri di urin. Dosis yang dianjurkan sudah tepat.
3. Epexol (Ambroksol HCl) merupakan obat ekspektoran untuk mengencerkan dahak pasien. Tiap tablet
mengandung 30 mg. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari,
berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberi sudah tepat.
4. Erocef (ceftriaxon) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam
dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis yang
diberikan pada pasien sudah tepat.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 30/ RM 152409
Tanggal terapi : 13 Juni – 15 Juni 2012
Subyektif:
Seorang bapak berusia 58 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan dada terasa sesak dan batuk. Pasien dirawat
selama 2 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK eksaserbasi akut dengan komplikasi VES, HD, dan
CHF
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
13/6
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
17.8
HCT
40.0-54.0
%
52.5
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
RDW
11.0 - 16.0
%
150 - 450
103 / mm3
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.242
PDW
11.0 - 18.0
%
9.81
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
12.9
35.0 - 88.7
%
Limfosit
12.0-44.0
%
22.9
Monosit
0.0-11.2
%
7.2
Eosinofil
0.0-9.5
%
10.7
Basofil
%
u/L
4.4
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
31.6
SGPT
0.0-41.0
u/L
36.9
Kolesterol total
< 201
mg / dL
202
Trigliserida
< 200
mg / dL
462
HDL
> 55
u/L
34
LDL
< 100
u/L
126
Ureum
< 50
mg / dL
15
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
1.1
Uric acid
mg / dL
mmol/L
7.2
Kalium
3.7-7.0
3.5 - 5.1
Natrium
136 - 145
mmol/L
143
97 - 111
mmol/L
107
RBC
PLT
MPV
Neutrofil
Klorida
 Tanda vital:
Tanda Vital
5.51
95
32.3
34
12.5
351
7.3
54.8
3.1
Nilai normal
37
Satuan
o
C
Nadi
70-75
x/menit
92-106
Tekanan darah
140/90
mmHg
105/85-120/80
15-20
x/menit
19-32
Dosis
Cara
Pemberian
Suhu
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Nama Obat
Pemeriksaan
36.4-36.10
13
14
15
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Salbutamol
Ambroksol
Retaphyl
ISDN
Gemfibrozil
Allopurinol
AsparK
Tiaryt
Ranitidin
3 x 2 mg
3 x 1 tab
1x1
3 x 5 mg
1 x 300 mg
3 x 100 mg
3x1
2x1
2 x 1 ampul
p.o
p.o
p.o
p.o
p.o
p.o
p.o
p.o
Injeksi
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
3x
3x
1x
3x
1x
2x
3x
2x
2x
3x
3x
1x
2x
1x
3x
3x
2x
2x
Metilprednisolon
Novalgin
2 x 125 mg
3 x 1 ampul
Injeksi
Injeksi
2x
2x
3x
2x
Farsix
2 x 1 ampul
Injeksi
2x
Ceftriaxon
1 g / 12 jam
Injeksi
116
2x
Assesment:
1. Salbutamol diberikan sebagai bronkodilator, menangani sesak napas yang dialami oleh pasien. Menurut
Drug Information Handbook (2009), dosis untuk dewasa dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari.
Pasien sudah menerima Salbutamol sesuai literatur.
2. Pasien juga mengalami batuk berdahak. Dalam pengobatan, diberikan Ambroksol sebagai mukolitik.
Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai
literatur. Dosis yang diberikan pada pasien tepat.
3. Retaphyl (teofilin) merupakan bronkodilator. Tiap kaplet mengandung 300 mg teofilin. Dosis yang
dianjurkan adalah 1 kaplet 2 x sehari. Pasien kurang mendapat dosis seperti yang dianjurkan. Pemberian
secara oral akan memicu takikardi.
4. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon
untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2- 6 jam (IONI, 2000) . Pasien sudah menerima dosis yang cukup
5. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Dalam kasus
PPOK, antibiotik yang dianjurkan salah satunya adalah generasi kedua atau ketiga dari Sefalosporin.
Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam
dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis
tepat.
Plan:
1. Dosis untuk Retaphyl sesuai yang dianjurkan adalah 1 kaplet 2 x sehari. Sebaiknya diberikan dalam
bentuk inhalasi untuk mengurangi takikardi yang dialami pasien.
2. Monitoring kadar teofilin dalam plasma darah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 31/ RM 023002
Tanggal terapi : 12 Mei- 15 Mei 2012
Subyektif:
Seorang bapak berusia 88 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk, dan demam. Pasien
menjalani pengobatan selama 3 hari. Pasien didiagnosa mengalami PPOK eksaserbasi akut
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
12/5
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
10.6
HCT
40.0-54.0
%
32.7
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
29.6
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
32.3
RDW
11.0 - 16.0
%
13.8
PLT
150 - 450
103 / mm3
309
MPV
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.229
PDW
11.0 - 18.0
%
12.8
WBC
4.0 - 11.0
10 / mm3
15.5
Neutrofil
35.0 - 88.7
%
77.4
Limfosit
12.0-44.0
%
6.6
Monosit
0.0-11.2
%
14.5
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.9
Basofil
%
u/L
0.6
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
27.4
SGPT
0.0-41.0
u/L
21
Ureum
< 50
mg / dL
51
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
1.3
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.8
Natrium
136 - 145
mmol/L
136
Klorida
 Tanda vital:
97 - 111
mmol/L
96
Nilai normal
3.58
91
7.4
3
Suhu
37
Satuan
0
C
Nadi
70-75
x/menit
90-120
Tekanan darah
140-90
mmHg
110/70-170/90
15-20
x/menit
16-32
Tanda Vital
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Nama Obat
Ambroksol
Ceftriaxon
Somerol
Meconeuro
Nebulizer Forbivent Flixotid
Pemeriksaan
36-37
Dosis
Cara Pemberian
13
14
15
3x1
1 ampul / 12 jam
62.5 / 12 jam
1 ampul / 24 jam
Tiap 8 jam
p.o
Injeksi
Injeksi
Injeksi
Nebulizer
1x
2x
2x
1x
1x
3x
2x
2x
1x
1x
2x
2x
1x
1x
Assesment:
1. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai ekspektoran. Dalam tiap tablet mengandung 30 mg
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118
ambroksol HCl. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti
sudah sesuai literatur. Dosis yang digunakan pada kasus ini sudah sesuai.
2. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Dosisnya adalah 1-2
g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook,
2009). Sudah sesuai dengan literatur
3. Somerol (methylprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi. Pada pasien yang didiagnosis PPOK, dokter
memberikan Somerol sebagai terapi PPOK. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2-6 jam
(IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62,5 mg/ 12 jam. Pasien menerima dosis yang tepat.
4. Forbivent dikombinasikan dengan Flixotid lalu diberikan dengan menggunakan nebulizer. Forbivent merupakan
obat bronkodilator dimana dalam sediaan yang berisi 2,5 ml mengandung kombinasi 0,5 mg ipratorium Br dan
2,5 mg salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 3-4 x sehari. Flixotid merupakan obat kortikosteroid
dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang dianjurkan adalah 5002000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 32/ RM 086934
Tanggal terapi : 24 Februari- 28 Februari 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 68 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk dan mempunyai riwayat
merokok. Pasien dirawat selama 4 hari dan. Diagnosa dokter adalah PPOK.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
24/2
Hasil
Nilai
Satuan
4.50-6.50
106 / mm3
RBC
4.66
13.0-18.0
g/dL
HGB
13.1
40.0-54.0
%
HCT
40.1
80-100
µm3
MCV
86
27.0 - 32.0
pg
MCH
28
32.0 - 36.0
g/dL
MCHC
32.6
11.0 - 16.0
%
RDW
14.9
3
3
150
450
10
/
mm
PLT
189
6.0 - 11.0
µm3
MPV
7.2
0.150 - 0.500
%
PCT
0.135
11.0 - 18.0
%
PDW
10.8
3
3
4.0
11.0
10
/
mm
WBC
6.1
35.0 - 88.7
%
Neutrofil
89.9
Limfosit
12.0-44.0
%
4.61
Monosit
0.0-11.2
%
4.6
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.8
Basofil
0.0-2.5
%
0.1
0.0-38.0
u/L
SGOT
43.5
0.0-41.0
u/L
SGPT
21.6
< 50
mg / dL
Ureum
51
0.67-1.17
mg / dL
Kreatinin
1.2 (duplo)
3.5 - 5.1
mmol/L
Kalium
4.2
136
145
mmol/L
Natrium
136
97 - 111
mmol/L
Klorida
96
 Tanda vital:
Nilai normal Satuan
Pemeriksaan
Tanda Vital
0
37
C
Suhu
36-37.6
70-75
x/menit
Nadi
76-120
140/90
mmHg
Tekanan darah
100/60-160/100
15-20
x/menit
Nafas
20-32
Penatalaksanaan Terapi:
Nama Obat
Dosis
Pectosil
3x1
Cara
Pemberian
p.o
25
26
27
28
3x
3x
3x
2x
Pamol (bila panas)
3x1
p.o
1x
2x
2x
3x
Alganax
Somerol
Sharox
Rocher
0.25 mg
62.5 / 8 jam
1 / 12 jam
1 / 24 jam
p.o
Injeksi
Injeksi
Injeksi
3x
1x
1x
3x
2x
1x
1x
3x
2x
1x
2x
2x
1x
Aminofilin
½ ampul
Injeksi
Ventolin : Flixotid
(k/p)
1 / 12 jam
Nebulizer
1x
2x
3x
Assesment:
1. Pasien ini juga mengalami batuk, oleh karena itu, pasien diberi terapi Pectosil (n-asetilsistein) yang
merupakan mukolitik. Tiap kapsul mengandung 200 mg n-asetilsistein. Aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet
(Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai.
2. Somerol (methylprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120
100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62,5 mg/ 8 jam. Dosis yang diberikan tepat.
Pasien juga diberikan Sharox (cefuroxime) yang merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi II.
Bentuk sediaannya adalah vial yang mengandung 750 mg Cefuroxime. Dosis yang dianjurkan adalah 750 mg
tiap 6-8 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis tepat.
4. Aminofilin merupakan bronkodilator golongan xanthin.Termasuk golongan xanthin yang dapat diberikan
pada pasien PPOK apabila pengobatan dengan β2 agonis dan kortikosteroid belum memberi perbaikan.
5. Ventolin pada pasien ini diberikan sebagai bronkodilator golongan selektif β 2 adrenoseptor stimulan dengan
zat aktifnya adalah salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotide merupakan
suatu kortikosteroid inhalasi dengan zat aktifnya flutikason propionat. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000
mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat. Pemberian obat ini apabila diperlukan saja.
Plan: 3.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 33/ RM 195035
Tanggal terapi : 4 Januari- 6 Januari 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 65 tahun, dengan masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas. Pasien dirawat selama 2
hari dan didiagnosa oleh dokter menderita PPOK eksaserbasi akut
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
24/2
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
HCT
40.0-54.0
%
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
32.6
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.4
RDW
11.0 - 16.0
%
13.7
PLT
150 - 450
103 / mm3
270
MPV
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.179
PDW
11.0 - 18.0
%
9.01
WBC
4.0 - 11.0
10 / mm3
11.4
Neutrofil
35.0 - 88.7
%
83.3
Limfosit
12.0-44.0
%
8.6
Monosit
0.0-11.2
%
5.8
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.2
Basofil
%
u/L
1.1
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
21.5
SGPT
0.0-41.0
u/L
56.1
Ureum
< 50
mg / dL
32
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
0.8
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
4.0
Natrium
136 - 145
mmol/L
138
Klorida
Kolesterol total
97 - 111
mmol/L
< 201
mg / dL
98
191
< 200
mg / dL
101
3.4 - 7.0
mg / dL
8.2
Trigliserida
Uric acid
4.89
16
47.8
98
6.7
3
 Tanda vital:
Tanda Vital
Suhu
Nilai normal
37
Satuan
0
C
Pemeriksaan
37-38
Nadi
70-75
x/menit
88
Tekanan darah
140/90
mmHg
110/60-140/80
Nafas
15-20
x/menit
18-32
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122
Penatalaksanaan Terapi:
Dosis
Cara
Pemberian
3 x 2 cth
3 x 1 ampul
1 g / 12 jam
1 / 12 jam
p.o
Injeksi
Injeksi
Nebulizer
Nama Obat
Rhinatiol
Dexametasone
Ceftriaxon
Ventolin :
Flixotid = 1 : 1
Tanggal
5
2x
3x
2x
1x
6
1x
1x
1x
1x
Assesment:
1. Pasien datang dengan keluhan batuk, sehingga diberikan Rhinatiol (karbosistein) 3 x 2 sendok teh sebagai
ekspektoran. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang
diberikan pada pasien sudah tepat
2. Dexametasone merupakan hormon kortikosteroid yang mana tiap ampul 2 ml mengandung 10 mg Dexametasone.
Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 3 x sehari. Pasien sudah mendapat dosis yang tepat
3. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien tinggi. Pasien diberi Ceftriaxon
yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam.
Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur.
4. Pada pengobatan, pasien mendapatkan terapi nebulizer Ventolin dan Flixotide. Ventolin pada pasien ini diberikan
sebagai bronkodilator golongan selektif β2 adrenoseptor stimulan dengan zat aktifnya adalah salbutamol sulfat.
Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotide merupakan suatu kortikosteroid inhalasi dengan zat
aktifnya flutikason propionat. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Ventolin dan flixotid
dipakai dengan perbandingan 1:1. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 34/ RM 196254
Tanggal terapi : 15 Februari- 20 Februari 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 73 tahun, masuk rumah dengan keluhan batuk dan sesak napas. Pasien dirawat selama 5
hari dan didiagnosa dokter menderita PPOK eksaserbasi akut
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Tanggal
Hasil Laboratorium
Hasil
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Kalium
Natrium
Klorida
Kolesterol total
15/2/2012
5.47
15.7
47.5
87
28.8
33.2
14.0
370
6.7
0.246
9.01
15.9
89.4
5.9
3.1
1.2
0.4
29.1
34.8
37
0.9
4.6
81
104
194
Nilai
4.50-6.50
13.0-18.0
40.0-54.0
80-100
27.0 - 32.0
32.0 - 36.0
11.0 - 16.0
150 - 450
6.0 - 11.0
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
4.0 - 11.0
35.0 - 88.7
12.0-44.0
0.0-11.2
0.0-9.5
0.0-2.5
0.0-38.0
0.0-41.0
< 50
0.67-1.17
3.5 - 5.1
136 - 145
97 - 111
< 201
Satuan
106 / mm3
g/dL
%
µm3
pg
g/dL
%
103 / mm3
µm3
%
%
103 / mm3
%
%
%
%
%
u/L
u/L
mg / dL
mg / dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg / dL
< 200
mg / dL
HDL Kolesterol
> 65
mg/dL
81
LDL Kolesterol
< 100
mg/dL
104
Trigliserida
 Tanda vital:
Tanda Vital
111
Nilai normal
37
Satuan
0
C
Nadi
70-75
x/menit
88
Tekanan darah
Nafas
140/90
mmHg
15-20
x/menit
110/60-140/80
18-32
Suhu
Pemeriksaan
37-38
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penatalaksanaan Terapi:
Nama Obat
Dosis
Cara
Pemberian
Epexol
Epexol
Salbutamol
Azitromicin
GG
Pectosil
Ranitidin
Somerol
Ceftriaxon
Pransa
3 x 1 cth
3 x 1 tablet
3 x 2 mg
1 x 500
3x1
3 x 1 tablet
1 / 12 jam
125 / 12 jam
1 g / 12 jam
1 ampul / 24
jam
p.o
p.o
p.o
p.o
p.o
p.o
Injeksi
Injeksi
Injeksi
Injeksi
Ventolin dan
flixotid
1 / 8 jam
Nebulizer
15
16
124
17
18
19
20
3x
3x
3x
3x
1x
3x
3x
2x
2x
2x
1x
3x
3x
1x
3x
3x
2x
2x
2x
3x
3x
1x
3x
3x
1x
1x
1x
3x
1x
3x
2x
2x
2x
1x
√
3x
2x
2x
1x
1x
Stop, tidak tahan
Assesment:
1. Epexol (Ambroksol HCl) diberikan dalam 2 bentuk sediaan, yaitu tablet dan sirup. Epexol merupakan
mukolitik, dalam tiap tablet mengandung 30 mg sedangkan pada sediaan sirup mengandung 15 mg Ambroksol
HCl tiap 5 ml. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti
sudah sesuai literatur.
2. Salbutamol diberikan pada pasien ini. Pasien mengalami sesak napas Menurut Drug Information Handbook
(2009), dosis untuk orangtua dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Salbutamol yang diberikan pada
pasien sudah sesuai literatur.
3. Azitromicyn merupakan antibiotik golongan makrolida. Antibiotik golongan ini juga menjadi pilihan terapi
PPOK untuk menangani eksaserbasi akut, selain sefalosporin golongan II dan III. Dosis yang dianjurkan adalah
1 x sehari 500 mg selama 3 hari (Formularium RS Panti Rini). Dosis dan jangka waktu yang diberikan sudah
tepat.
4. Pasien juga diberi Pectosil (n-asetilsistein) sebagai mukolitik dengan dosis 3 x 1 tablet. Pasien mengalami
batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang
diberikan pada pasien sudah tepat.
5. GG (gliceryl guaiacolat) merupakan obat ekspektoran di mana dalam tiap tablet mengandung 100 mg GG.
Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg setiap 4 jam dan dosis maksimal 2400 mg/hari (IONI, 2000). Dosis
yang diterima pasien sudah tepat
6. Somerol (metilprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100250 mg tiap 2- 6 jam. Pada kasus ini, diberikan 125 mg/12 jam. Pasien menerima dosis yang tepat
7. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien tidak normal. Pasien diberi
Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap
12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 35/ RM 196923
Tanggal terapi : 12 Maret- 15 Maret 2012
Subyektif:
Seorang ibu berusia 72 tahun datang ke rumah sakit pada dengan keluhan sesak napas, perut terasa panas, dan
gemetar. Pasien dirawat selama 2 hari. Pasien diagnosa mengalami PPOK eksaserbasi akut.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
2/2/2012
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
15.7
HCT
37.0 - 47.0
%
47.3
MCV
80 - 100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
28.7
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.3
RDW
11.0 - 16.0
%
13.0
PLT
150 - 450
103 / mm3
212
MPV
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.163
PDW
11.0 - 18.0
%
12.8
WBC
4.0 - 11.0
10 / mm3
8.2
Neutrofil
35.0-88.7
%
76.4
Limfosit
12.0-44.0
%
13.0
Monosit
0.0-11.2
%
8.8
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.9
Basofil
%
u/L
0.9
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
27.7
SGPT
0.0-41.0
u/L
11.1
Ureum
<50
mg/dL
39
Kreatinin
0.51-0.95
mg/dL
0.6
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
4.0 (duplo)
Natrium
136 - 145
mmol/L
128 (duplo)
Klorida
 Tanda vital:
97 - 111
mmol/L
92 (duplo)
RBC
Tanda Vital
Suhu
Nilai
normal
37
5.49
86
7.7
3
Satuan
o
Pemeriksaan
C
36.3- 38
Nadi
70-75
x/menit
Tekanan darah
140/90
mmHg
110/70-140/80
Nafas
15-20
x/menit
20-30
Penatalaksanaan:
Nama obat
Renapar
Farsix
Somerol
Pectosil
Sharox
Dosis
2x1
1 x 1 ampul
62.5 / 12 jam
3x1
2 x 750 mg
Cara Pemberian
p.o
Injeksi
Injeksi
p.o
Injeksi
64-104
12
1x
1x
2x
1x
1x
13
2x
1x
2x
3x
2x
14
1x
2x
2x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126
Assesment:
1. Somerol (metilprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100250 mg tiap 2- 6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62.5 mg/12 jam. Dosis yang diterima pasien
sudah tepat.
2. Pasien juga diberi Pectosil (n-asetilsistein) sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini
dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis tepat
3. Sharox (cefuroxime) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III, mengandung 750 mg
cefuroxime. Dosis yang dianjurkan adalah 750 mg tiap 6-8 jam (Drug Information Handbook, 2009). Namun
dari pemeriksaan laboratorium, tidak ditemukan adanya penanda infeksi, nilai WBC normal. Dari perjalanan
penyakitnya, dikatakan bahwa pasien mengalami eksaserbasi sehingga antibiotik dapat diberikan.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 36/ RM 196629
Tanggal terapi : 2 Maret- 6 Maret 2012
Subyektif:
Seorang bapak berusia 80 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk, sesak napas, demam, dan nyeri ulu
hati. Pasien dirawat di rumah sakit selama 4 hari. Pasien didiagnosa dokter mengalami PPOK eksaserbasi akut
dengan komplikasi dyspepsia. Dilakukan pemeriksaan laboratorium di RS Panti Nugroho pada tanggal 1 Maret 2012.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil Laboratorium
Hasil
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
WBC
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
SGOT
SGPT
Kreatinin
Kolesterol total
Tanggal
1/3/2012
3.53
11.5
35.3
100.0
32.6
32.6
12.6
5.7
19.2
9.20
8.10
0.90
0.20
<0.7
33.7
27.9
1.59
124
Nilai
4.50-6.50
13.0-18.0
40.0-52.0
80-100
26.0-34.0
32.0 - 36.0
7.2 - 11.1
9-13
3.8-10.6
0.0-37.0
0.0-42.0
0.7-1.4
0-200
Satuan
106 / mm3
g/dL
%
µm3
pg
g/dL
%
µm3
%
103 / mm3
%
%
%
%
u/L
u/L
mg / dL
mg / dL
Trigliserida
74-172
mg / dL
141
Uric acid
3.5-7.1
mg/dL
9.34
Urea
Differential:
Limfosit
10-50
mg/dL
140
30-45
%
10
Monosit
2-8
%
1.9
Netrofil
50-70
%
88.1
 Tanda vital:
Tanda Vital
Nilai normal
Satuan
0
C
Pemeriksaan
Suhu
37
Nadi
70-75
x/menit
76-120
Tekanan darah
140/90
mmHg
110/70-160/90
15-20
x/menit
20-36
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Dosis
Nama Obat
Pamol
Allopurinol
Neurodex
Ambroksol
Ceftriaxon
Metilprednisolon
Panzo
Farbivent : Flixotide
3x1
2 x 100
1x1
3x1
1 / 12 jam
125 mg
1 x 1 ampul
1 / 12 jam
Cara
Pemberian
p.o
p.o
p.o
p.o
Injeksi
Injeksi
Injeksi
Nebulizer
36-37.5
2
3
3x
2x
1x
2x
4
3x
2x
1x
3x
2x
5
3x
2x
1x
3x
2x
1x
1x
2x
6
3x
2x
1x
3x
2x
2x
1x
1x
1x
2x
1x
1x
1x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128
Assesment:
1. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai ekspektoran. Dalam tiap tablet mengandung 30 mg
ambroksol HCl. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti
sudah sesuai literatur. Dosis yang digunakan pada kasus ini sudah sesuai.
2. Dalam kasus PPOK, antibiotik yang dianjurkan salah satunya adalah generasi kedua atau ketiga dari Sefalosporin.
Ini juga dipertegas dengan nilai neutrofil yang tinggi. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin
generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari
(Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur
3. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk
dewasa 100- 250 mg tiap 2- 6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 125 mg. Dosis yang diberikan sudah
sesuai.
4. Forbivent dikombinasikan dengan Flixotide lalu diberikan dengan menggunakan nebulize. Forbivent merupakan
obat bronkodilator dimana dalam sediaan yang berisi 2,5 ml mengandung kombinasi 0,5 mg ipratorium Br dan
2,5 mg salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 3-4 x sehari. Flixotid merupakan obat kortikosteroid
dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang dianjurkan adalah 5002000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 37/ RM 116903
Tanggal terapi : 11 Juni-14 Juni 2012
Subyektif:
Seorang Ibu berusia 70 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pusing, mual, dan muntah. Pasien dirawat
selama 3 hari dan pasien didiagnosa mengalami PPOK.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil Laboratorium
Hasil
RBC
HGB
HCT
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
12.0 - 16.5
37.0 - 47.0
80 - 100
g/dL
%
µm3
27.0 - 32.0
32.0 - 36.0
11.0 - 16.0
150 - 450
pg
g/dL
%
3
10 / mm3
6.0 - 11.0
µm3
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
4.0 - 11.0
%
%
3
10 / mm3
35.0-88.7
12.0-44.0
0.0-11.2
0.0-9.5
0.0-2.5
0.0-38.0
0.0-41.0
<50
0.51-0.95
3.5 - 5.1
136 - 145
97 - 111
<201
<200
>65
<100
2.4-5.7
%
%
%
%
%
u/L
u/L
mg/dL
mg/dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
PCT
PDW
WBC
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Kalium
Natrium
Klorida
Kolesterol total
Trigliserida
HDL
LDL
Uric acid
 Tanda vital:
Tanda Vital
Nilai normal
Satuan
Tanggal
2/2/2012
2.2
14.2
22.6
87
29.2
33.5
332
7.8
0.259
11.8
5.6
65.8
22.6
9.2
2.2
0.2
79.2
52.2
26
0.6
4.7
133
97
163
102
53
83
3.1
Pemeriksaan
o
Suhu
37
Nadi
70-75
x/menit
76-84
Tekanan darah
Penatalaksanaan:
Nama Obat
140/90
mmHg
110/80-140/90
Pamol
Rocher
Metilprednisolon
3x1
1 / 24 jam
62.5 / 8 jam
Cara
Pemberian
p.o
Injeksi
Injeksi
Ceftriaxon
1 / 12 jam
Injeksi
Assesment:
Dosis
C
36- 37
11
12
13
14
1x
1x
2x
3x
1x
3x
3x
1x
3x
1x
1x
1x
1x
2x
2x
1x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.
130
Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk
dewasa 100- 250 mg tiap 2- 6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62.5 mg/ 8 jam. Pasien mendapat
dosis yang tepat.
2. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien normal. Pasien diberi
Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama
tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan
literatur.
Plan:
1. Antibiotik tidak perlu diberikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 38/ RM 187524
Tanggal terapi : 27 Januari- 30 Januari 2012
Subyektif:
Seorang bapak berusia 80 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan batuk, sesak napas, demam. Pasien dirawat
selama 3 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK eksaserbasi akut.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
27-1-2012
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
14.8
HCT
40.0-54.0
%
44.8
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
29.3
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.0
RDW
11.0 - 16.0
%
13.6
PLT
150 - 450
103 / mm3
200
MPV
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.151
PDW
11.0 - 18.0
%
12.3
WBC
4.0 - 11.0
10 / mm3
7.9
Neutrofil
35.0-88.7
%
80.4
Limfosit
12.0-44.0
%
5.3
Monosit
0.0-11.2
%
12.9
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.0
Basofil
%
u/L
0.4
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
81.4
SGPT
0.0-41.0
u/L
27.1
Kolesterol total
< 201
mg / dL
193
Trigliserida
< 200
mg / dL
143
HDL
> 55
u/L
37
LDL
< 100
u/L
106
Ureum
< 50
mg / dL
48
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
0.8
Uric acid
3.7-7.0
3.5 - 5.1
mg / dL
mmol/L
7.3
Kalium
Natrium
136 - 145
mmol/L
129
Klorida
 Tanda vital:
97 - 111
mmol/L
92
5.04
89
7.6
3
3.8
Suhu
Nilai
normal
37
Satuan
o
C
Nadi
70-75
x/menit
76-116
Tekanan darah
140/90
mmHg
100/60-170/100
15-20
x/menit
20-28
Tanda Vital
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Dosis
Nama Obat
Ambroksol
Ceftriaxon
3 x 1 cth
1 ampul / 12
jam
Cara
Pemberian
p.o
Injeksi
Pemeriksaan
37-38
27
28
29
30
1x
1x
3x
2x
3x
2x
2x
1x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132
Meconeuro
1 / 24 jam
Drip NS
1x
1x
1x
1x
Ranitidin
1 / 12 jam
Injeksi
1x
2x
2x
1x
Assesment:
1. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai ekspektoran. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk
orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberikan sudah sesuai
2. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui pasien mengalami infeksi, ditandai dengan nilai monosit yang
tinggi. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam
dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah
sesuai dengan literatur.
Plan:
1. Perlu bronkodilator untuk menangani sesak yang dialami pasien: Salbutamol 2 mg 3-4x/hari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 39/ RM 189222
Tanggal terapi : 20 Januari- 27 Januari 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 72 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan badan lemas, panas tinggi, dan menggigil.
Pasien dirawat selama 7 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
20-1-2012
Hasil
Nilai
Satuan
RBC
4.50-6.50
106 / mm3
4.02
HGB
13.0-18.0
g/dL
13.1
HCT
40.0-54.0
%
39.01
MCV
80-100
µm3
97
MCH
27.0 - 32.0
pg
32.7
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.7
RDW
11.0 - 16.0
%
12.9
PLT
150 - 450
103 / mm3
303
MPV
6.0 - 11.0
µm3
7.4
PCT
0.150 - 0.500
%
0.225
PDW
11.0 - 18.0
%
12.0
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
8.7
Neutrofil
35.0-88.7
%
76.1
Limfosit
12.0-44.0
%
11.0
Monosit
0.0-11.2
%
11.2
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.3
Basofil
0.0-2.5
%
0.4
SGOT
0.0-38.0
u/L
21.8
SGPT
0.0-41.0
u/L
9.4
Kolesterol total
< 201
mg / dL
268
Trigliserida
< 200
mg / dL
71
Ureum
< 50
mg / dL
27
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
1.1
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.5 (duplo)
Natrium
136 - 145
mmol/L
126 (duplo)
Klorida
97 - 111
mmol/L
86 (duplo)
 Tanda vital:
Nilai normal
Satuan
Pemeriksaan
Tanda Vital
o
Suhu
37
C
36-39.4
Nadi
70-75
x/menit
76-108
Tekanan darah
140/90
mmHg
110/70-180/100
Nafas
15-20
x/menit
19-32
Penatalaksanaan Terapi:
Dosis
Nama Obat
KSR
Digoxin
Rhinatiol
Atofar
Metilprednisolon
Farsix
Panzo
Ventolin : Flixotid
2x1
2x½
3 x 2 cth
1 x 1 (mlm)
62.5 / 8 jam
Cara
Pemberian
p.o
p.o
p.o
p.o
Injeksi
1 x 24 jam
1 / 24 jam
1 / 12 jam
Injeksi
Injeksi
Nebulizer
20
1x
1x
1x
2x
1x
1x
21
22
23
24
25
26
2x
2x
3x
1x
3x
2x
2x
3x
1x
2x
2x
2x
3x
1x
3x
2x
2x
3x
1x
2x
2x
2x
3x
1x
2x
2x
2x
3x
1x
3x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
1x
27
1x
1x
1x
1x
1x
Assesment:
1. Pasien mengalami batuk, sehingga diberikan ekspektoran. Yang diberikan adalah Rhinatiol (karbosistein) di
mana tiap 5 ml mengandung carbosistein 250 mg. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi
hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang diberikan pada pasien sudah tepat
3. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk
dewasa 100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134
Ventolin pada pasien ini diberikan sebagai bronkodilator golongan selektif β 2 adrenoseptor stimulan dengan zat
aktifnya adalah salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotide merupakan suatu
kortikosteroid inhalasi dengan zat aktifnya flutikason propionat. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2
x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat
Plan: 4.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 40/ RM 179561
Tanggal terapi : 31 Mei- 3 Juni 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 71 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk, dan demam. Pasien
dirawat selama 3 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK eksaserbasi akut
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil Laboratorium
Tanggal
Hasil
31-5-2012
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
14.2
HCT
40.0-54.0
%
42.7
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
28.2
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.3
RDW
11.0 - 16.0
%
14.5
PLT
150 - 450
103 / mm3
226
MPV
6.0 - 11.0
µm3
8.2
PCT
0.150 - 0.500
%
0.185
PDW
11.0 - 18.0
%
14.8
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
5.4
Neutrofil
35.0-88.7
%
77.4
Limfosit
12.0-44.0
%
8.2
Monosit
0.0-11.2
%
12.1
Eosinofil
0.0-9.5
%
1.4
Basofil
%
u/L
0.9
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
42.8
SGPT
0.0-41.0
u/L
35.2
Ureum
< 50
mg / dL
40
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
0.6
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.9
Natrium
136 - 145
mmol/L
139
Klorida
97 - 111
mmol/L
101
74-106
mg/dL
183
Glukosa acak
 Tanda vital:
5.04
85
Tanda Vital
Suhu
37
o
C
36.4
Nadi
70-75
x/menit
72-88
Tekanan darah
140/90
mmHg
120/80-150/90
15-20
x/menit
20-26
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
3x1
Cara
Pemberian
p.o
Salbutamol
3 x 2 mg
p.o
Aminofilin
Ambroksol
Metilprednisolon
Cefixime
3 x 1 tablet
3 x 1 tablet
3x1
2 x 500
p.o
p.o
p.o
p.o
Nama Obat
Curcuma
Dosis
31
1
2
1x
3x
2x
1x
3x
2x
1x
1x
3x
3x
3x
2x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Ranitidin
Metilprednisolon
2x1
125 mg / 12 jam
p.o
Injeksi
136
2x
1x
2x
Ranitidin
2 x 1 ampul
Injeksi
√ (IGD)
2x
Ceftriaxon
2x1g
Injeksi
1x
2x
Assesment:
1. Salbutamol diberikan pada pasien ini. Pasien mengalami sesak napas. Diberikan 3 x 2 mg. Menurut Drug
Information Handbook (2009), dosis untuk orangtua dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari.
Salbutamol yang diberikan pada pasien sudah sesuai literatur.
2. Aminofilin merupakan bronkodilator golongan xanthin, di dalam tiap tablet mengandung 200 mg
aminofilin. Dosis yang dianjurkan adalah 2-4 x sehari 175-350 mg (Formularium RS Panti Rini). Dosis
yang diberikan tepat.
3. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai ekspektoran. Menurut IONI (2008, 225), dosis
untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberikan
sudah sesuai.
4. Cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Menurut Drug Information Handbook
(2009), dosis maksimum untuk dewasa adalah 400 mg tiap 12-24 jam. Dosis berlebih.
5. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon
untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat.
6. Dalam kasus PPOK, antibiotik yang dianjurkan salah satunya adalah generasi kedua atau ketiga dari
Sefalosporin. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g
terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information
Handbook, 2009). Dosis tepat
Plan:
1. Dosis Cefixime diberikan sesuai literatur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 41/ RM 159140
Tanggal terapi : 30 Maret- 2 April 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 80 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan perut terasa sakit. Pasien dirawat selama 3 hari di RS
Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil Laboratorium
Tanggal
Hasil
30-3-2012
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
12.5
HCT
40.0-54.0
%
37.1
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
29.5
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.6
RDW
11.0 - 16.0
%
12.5
PLT
150 - 450
103 / mm3
347
MPV
6.0 - 11.0
µm3
7.0
PCT
0.150 - 0.500
%
0.244
PDW
11.0 - 18.0
%
10.8
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
7.7
Neutrofil
35.0-88.7
%
45.4
Limfosit
12.0-44.0
%
38.4
Monosit
0.0-11.2
%
15.3
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.4
Basofil
%
u/L
0.5
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
25.4
SGPT
0.0-41.0
u/L
12.3
Ureum
< 50
mg / dL
14
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
1.1
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
3.5
Natrium
136 - 145
mmol/L
134
Klorida
 Tanda vital:
97 - 111
mmol/L
101
Nilai normal
4.22
88
37
Satuan
o
C
Nadi
70-75
x/menit
80-88
Tekanan darah
140/90
mmHg
120/80-170/90
Nafas
15-20
x/menit
20
Tanda Vital
Suhu
Pemeriksaan
36-37
Penatalaksanaan Terapi:
Nama Obat
Dosis
Cara Pemberian
30
31
1
2
Dexanta
Cinula
Ranitidin
3 x 2 cth
2x1
1 ampul/12 jam
p.o
p.o
Injeksi
√ (poli)
3x
1x
2x
3x
2x
2x
3x
1x
1x
Dexametason
3 x 1 ampul
Injeksi
√ (poli) √
3x
2x
1x
Assesment:
1. Dexametason merupakan hormon kortikosteroid yang mana tiap ampul 2 ml mengandung 10 mg Dexametason. Dosis
yang dianjurkan adalah 10 mg 3 x sehari. Dosis sesuai.
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 42/ RM 178055
Tanggal terapi : 17 Februari- 19 Februari 2012
Subyektif:
Seorang Bapak berusia 82 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan perut terasa keras dan susah menelan
makanan, juga mengeluh sesak napas dan batuk. Pasien didiagnosa mengalami PPOK dengan komplikasi
dysfagia. Pasien dirawat di rumah sakit selama 2 hari.
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
17-2-2012
RBC
Nilai
4.50-6.50
Satuan
106 / mm3
HGB
13.0-18.0
g/dL
14.8
HCT
40.0-54.0
%
44.4
MCV
80-100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
30.5
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
33.3
RDW
11.0 - 16.0
%
14.4
PLT
150 - 450
103 / mm3
296
MPV
PCT
6.0 - 11.0
µm3
PDW
0.150 - 0.500
11.0 - 18.0
%
%
WBC
4.0 - 11.0
103 / mm3
7.3
Neutrofil
35.0-88.7
%
73.5
Limfosit
12.0-44.0
%
14.4
Monosit
0.0-11.2
%
10.6
Eosinofil
0.0-9.5
%
0.7
Basofil
%
u/L
0.8
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
SGPT
0.0-41.0
u/L
13.8
Kolesterol total
< 201
mg / dL
168
Trigliserida
< 200
mg / dL
111
HDL
> 55
u/L
47
LDL
< 100
u/L
108
Ureum
< 50
mg / dL
29
Kreatinin
0.67-1.17
mg / dL
0.9
Uric acid
3.7-7.0
mg / dL
5.6
Glukosa acak
mg/dL
mmol/L
106
Kalium
82-115
3.5 - 5.1
Natrium
136 - 145
mmol/L
135
Klorida
 Tanda vital:
97 - 111
mmol/L
97
Tanda Vital
Nilai
normal
37
Satuan
o
C
Suhu
70-75
x/menit
Nadi
140/90
mmHg
Tekanan darah
15-20
x/menit
Nafas
Penatalaksanaan Terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
4.86
91
7.6
0.224
12.8
23
4.1
Pemeriksaan
36
88
120/80
28
17/2
18/2
19/2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
139
k/p Pamol 3x1 p.o
3x
3x
Pectosil 3x1 p.o
1x
3x
3x
Astacor 2x1 p.o
2x
2x
Analsik p.o
2x
Mosardal 500mg/ 24j (infus)
1x
1x
1x
Panzo/24j (infus dalam 100cc)
1x
1x
1x
Granon I/24j (i.v)
1x
1x
1x
Assesment:
1. Pasien diberi Pectosil (n-asetilsistein) secara peroral. Tiap kapsul mengandung 200 mg, digunakan sebagai
mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet
(Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai.
2. Mosardal (Levofloxacin) diindikasikan untuk eksaserbasi bronkitis kronik oleh bakteri. Dosis yang
dianjurkan adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook,2009). Dosis sudah tepat. Dosis
mosardal yang didapat pasien tepat
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
140
Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien
Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 43/ RM 195890
Tanggal terapi : 2 Februari- 5 Februari 2012
Subyektif:
Seorang ibu berusia 80 tahun. Didiagnosis menderita PPOK dan CHF. Ia dirawat selama 3 hari di RS Panti Rini
Yogyakarta. Keluhan utama dari pasien ini adalah tidak bisa tidur dan sudah ± 2 minggu ini sesek dan juga
mengeluh batuk..
Obyektif:
 Hasil Laboratorium:
Hasil
Laboratorium
Tanggal
Hasil
2/2/2012
Nilai
3.80-5.80
Satuan
106 / mm3
HGB
12.0 - 16.5
g/dL
11.2
HCT
37.0 - 47.0
%
34.5
80 - 100
µm3
MCH
27.0 - 32.0
pg
28.5
MCHC
32.0 - 36.0
g/dL
32.4
RDW
11.0 - 16.0
%
12.8
150 - 450
103 / mm3
6.0 - 11.0
µm3
PCT
0.150 - 0.500
%
0.335
PDW
11.0 - 18.0
%
12
4.0 - 11.0
103 / mm3
Neutrofil
35.0-88.7
%
Limfosit
12.0-44.0
%
4.6
Monosit
0.0-11.2
%
9.4
Eosinofil
0.0-9.5
%
Basofil
SGOT
0.0-2.5
0.0-38.0
%
u/L
32.1
SGPT
0.0-41.0
u/L
17
Kolesterol total
< 201
mg / dL
32.1
Trigliserida
< 200
mg / dL
17
Kalium
3.5 - 5.1
mmol/L
4.9 (duplo)
Natrium
136 - 145
mmol/L
126 (duplo)
Klorida
 Tanda vital:
97 - 111
mmol/L
93 (duplo)
RBC
MCV
PLT
MPV
WBC
Nilai normal
3.93
88
444
7.6
32.9
1.3
37
Satuan
o
C
Nadi
70-75
x/menit
80-110
Tekanan darah
140/90
mmHg
100/70- 120/60
Nafas
15-20
x/menit
40
Tanda Vital
Suhu
Pemeriksaan
36- 37
T
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141
Penatalaksanaan terapi:
Obat, dosis, dan cara pemberian
2/2
3/2
4/2
5/2
Salbutamol 3x2 mg p.o
3x
3x
1x
GG 3x1 tab p.o
3x
3x
1x
Ceftriaxon 1gr/12 j (i.v)
2x
2x
2x
Methylprednisolon 62.5 mg/12j (i.v)
2x
2x
2x
Meconeuro 1 A/24j
1x
1x
1x
Assesment:
1. Salbutamol diberikan pada pasien ini. Pasien mengalami sesak napas. Salbutamol diberikan 3 x 2 mg.
Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk orangtua dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam
sehari. Salbutamol yang diberikan pada pasien sudah sesuai literatur.
2. Glyceryl guaiacolate merupakan ekspektoran yang mengencerkan dahak. Pasien mengalami batuk sejak hari
pertama, pengobatan dengan GG dimulai pada tanggal 3 February. Dosis peroral untuk dewasa 200- 400 mg
setiap 4 jam dan dosis maksimalnya adalah 2.4 g/hari. Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg sehari
(IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat
3. Pasien juga diberikan antibiotik. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada
pasien meningkat. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g
terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook,
2009). Sudah sesuai dengan literatur.
4. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk
dewasa 100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat
Plan: -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Regina Arningsari Ewo Pati merupakan anak kedua dari
lima bersaudara pasangan Petrus Pati dan Susana Tanga.
Lahir di Atambua pada tanggal 23 Januari 1991.
Pendidikan awal dimulai di Taman Kanak- Kanak
Regina Pacis Bajawa pada tahun 1996 – 1997.
Kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan di Sekolah
Dasar Katolik II Maumere pada tahun 1997 – 2003. Selanjutnya ke jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Menengah Pertama Katolik
Frateran Maumere pada tahun 2003 – 2006. Kemudian naik ke jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Atas Katolik Frateran Maumere pada tahun 2006 – 2009.
Selanjutnya menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma.
Selama menjalani pendidikan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma, penulis
pernah menjadi panitia Ekaristi Kaum Muda, anggota Keluarga Besar
Flobamorata dan menjadi bagian dari organisasi IKAMASI Yogyakarta.
142
Download