PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JANUARI - JULI 2012 (KAJIAN: EFEKTIVITAS OBAT) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Regina Arningsari Ewo Pati NIM: 098114084 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku. Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya pada Tuhan (Mazmur, 40:2-4) Yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi- mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya_ 5 cm Tidak ada gunanya merencanakan masa depan secara detail, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di hari esok… ^George_Michael^ Kupersembahkan skripsi ini untuk: Sahabat sejatiku Tuhan Yesus Kristus dan Ibu Bunda Maria yang lembut hati Bapa dan Mama atas cinta sejati yang selama ini terasa begitu nyata dalam hidup Kakak Linda, Adik Yovin, Yonas, dan Trisna terkasih Para Sahabat dan Almamaterku iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Yogyakarta, 23 Juli 2013 Penulis Regina Arningsari Ewo Pati v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Regina Arningsari Ewo Pati Nomor Mahasiswa : 098114084 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Evaluasi Pengobatan Pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan Di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari - Juli 2012 (Kajian: Efektivitas Obat)” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 23 Juli 2013 Yang menyatakan (Regina Arningsari Ewo Pati) vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pengobatan pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari- Juli 2012 (Kajian: Efektivitas Obat)” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada saat ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada: 1. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin pada peneliti untuk melakukan penelitian di luar kampus. 2. dr. Y. Wibowo Soerahjo, MMR selaku Direktur Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang telah memberi ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rini 3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan penguji yang dengan sabar membimbing dan telah memberikan kritik, saran, dan pencerahan kepada penulis. 4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., SpPK yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan telah memberikan semangat, kritik dan saran kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi. vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Ibu Aris Widayanti, M.Si., Ph.D, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Betty selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rini yang telah memberikan bimbingan selama penulis melakukan pengambilan data untuk penelitian ini 7. Suster A. M. Siti Listiyani selaku Kepala Subseksi Rawat Inap Umum IMC yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data 8. Bapak Harry selaku Kepala Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rini beserta staf karyawan yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam pengambilan data. 9. Bapa, Mama, Kakak Linda, Adik Yovin, Yonas, dan Trisna yang senantiasa menjadi sumber insipirasi dan pemberi semangat, dukungan baik moril maupun finansial serta kasih yang begitu besar yang selalu ada untuk penulis 10. Maria Fransiska Ambuk, Silvia Agustina, dan Maria Rosaria Quincy Pang selaku teman kelompok skripsi yang sudah banyak memberikan dukungan selama mengerjakan skripsi ini. 11. PontiCrew- Dian Adiaty, Hermione Wulohering, Octavia Sir, Berlindiz Lazar, dan Mimie Rote Cantik; Joegilsh- Sinta Bakan, Renya Rosari, Ina Tulit, Lastri da Costa, dan semua sahabat sejalur di IKAMASI Kosong Sembilan Yogyakarta terima kasih atas dukungan dan keceriaan di sela- sela penulisan skripsi ini viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. Semua sahabat, suster Novita Sagala, Dhevi Manurung, Endang Milia, Febria Sinaga, Rosa Delima, serta semua teman- teman senasib dan seperjuangan di Fakultas Farmasi Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan kalian selama ini. 13. Fx. Valerius W. yang senantiasa mentransfer semangat melalui pesan- pesan singkat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 14. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha seoptimal mungkin, namun sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk memperbaiki penulisan ini penulis selalu berusaha untuk terbuka dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya. Yogyakarta, 23 Juli 2013 Penulis ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. vi PRAKATA ............................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv INTISARI . ............................................................................................................. xvii ABSTRACT ........................................................................................................... xviii BAB I. PENGANTAR ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................................. 1 1. Rumusan masalah ........................................................................................ 3 2. Keaslian penelitian ...................................................................................... 4 3. Manfaat penelitian ....................................................................................... 6 B. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 7 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................................... 8 A. Anatomi Saluran Pernafasan .............................................................................. 8 B. Drug Related Problems ...................................................................................... 9 C. Asma ................................................................................................................. 11 x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Definisi ....................................................................................................... 11 2. Etiologi ....................................................................................................... 11 3. Patofisiologi ............................................................................................... 12 4. Gejala dan Tanda ........................................................................................ 12 5. Penatalaksanaan ......................................................................................... 13 D. Pneumonia ........................................................................................................ 16 1. Definisi ....................................................................................................... 16 2. Etiologi ....................................................................................................... 16 3. Patofisiologi ............................................................................................... 17 4. Klasifikasi .................................................................................................. 18 5. Manifestasi Klinik ...................................................................................... 19 6. Penatalaksanaan ......................................................................................... 20 E. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ........................................................ 23 1. Definisi ....................................................................................................... 23 2. Patogenesis ................................................................................................. 23 3. Manifestasi Klinik ...................................................................................... 24 4. Penatalaksanaan ......................................................................................... 24 F. Tuberculosis ....................................................................................................... 27 1. Definisi ....................................................................................................... 27 2. Patogenesis ................................................................................................. 28 3. Gejala dan Tanda ........................................................................................ 29 4. Penatalaksanaan ......................................................................................... 29 G. Efektivitas Pengobatan ..................................................................................... 32 xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Pemilihan Obat .. ........................................................................................ 32 2. Dosis .. ......................................................................................................... 33 H. Keterangan Empiris ........................................................................................... 34 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 35 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................... 35 B. Variabel Penelitian … ....................................................................................... 35 C. Definisi Operasional .......................................................................................... 35 D. Subyek Penelitian .............................................................................................. 36 E. Bahan Penelitian ................................................................................................ 37 F. Tata Cara Penelitian ........................................................................................... 37 G. Tata Cara Analisis Hasil .................................................................................... 38 H. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian .. ......................................................... 39 I. Kelemahan Penelitian .. ................................................................................... 40 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 41 A. Penggunaan Obat Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta ...................................................................................................... 41 B. Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernafasan periode Januari – Juli 2012 ........................................................................................... 45 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 53 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 53 B. Saran ................................................................................................................. 53 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 54 LAMPIRAN ........................................................................................................... 55 BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 142 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I. Kategori dan penyebab DRPs .............................................................. 9 Tabel II. Jenis Obat Asma .................................................................................. 15 Tabel III. Antibiotika pada Terapi Pneumonia ..................................................... 21 Tabel IV. Pengelompokkan Berdasarkan Jenis Obat Kasus Pasien yang Menggunakan Obat Gangguan Saluran Pernapasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari-Juli 2012 .................................................................... 42 Tabel V. Pengelompokkan Berdasarkan Jenis Obat Kasus Pasien yang Menggunakan Obat Lain di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode JanuariJuli 2012 .............................................................................................................. 44 Tabel VI. Pemilihan Obat pada Pasien Gangguan Saluran Pernapasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari-Juli 2012 .......................................... 47 Tabel VII. DRPs Dosis Kurang Pada Pasien Gangguan Saluran Pernapasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juli 2012.............................. 51 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Anatomi Sistem Saluran Pernafasan ................................................... 8 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Bukti Penerimaan Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini ...... 58 Lampiran 2. Surat Bukti Selesainya Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini ........ 59 Lampiran 3. Rekam Medis Kasus 1 .................................................................... 60 Lampiran 4. Rekam Medis Kasus 2 .................................................................... 61 Lampiran 5. Rekam Medis Kasus 3 .................................................................... 62 Lampiran 6. Rekam Medis Kasus 4 .................................................................... 64 Lampiran 7. Rekam Medis Kasus 5 ................................................................... 66 Lampiran 8. Rekam Medis Kasus 6 .................................................................. 68 Lampiran 9. Rekam Medis Kasus 7 .................................................................. 70 Lampiran 10. Rekam Medis Kasus 8 . ................................................................. 72 Lampiran 11. Rekam Medis Kasus 9 .................................................................. 74 Lampiran 12. Rekam Medis Kasus 10 ................................................................ 76 Lampiran 13. Rekam Medis Kasus 11 ................................................................ 78 Lampiran 14. Rekam Medis Kasus 12 ................................................................ 80 Lampiran 15. Rekam Medis Kasus 13 ................................................................ 81 Lampiran 16. Rekam Medis Kasus 14 ................................................................ 83 Lampiran 17. Rekam Medis Kasus 15 ................................................................ 85 Lampiran 18. Rekam Medis Kasus 16 ................................................................ 87 Lampiran 19. Rekam Medis Kasus 17 ................................................................ 89 Lampiran 20. Rekam Medis Kasus 18 ................................................................ 91 Lampiran 21. Rekam Medis Kasus 19 ................................................................ 94 Lampiran 22. Rekam Medis Kasus 20 ................................................................ 96 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 23. Rekam Medis Kasus 21 ................................................................ 98 Lampiran 24. Rekam Medis Kasus 22 ................................................................ 99 Lampiran 25. Rekam Medis Kasus 23 .............................................................. 101 Lampiran 26. Rekam Medis Kasus 24 .............................................................. 103 Lampiran 27. Rekam Medis Kasus 25 .............................................................. 105 Lampiran 28. Rekam Medis Kasus 26 .............................................................. 107 Lampiran 29. Rekam Medis Kasus 27 .............................................................. 109 Lampiran 30. Rekam Medis Kasus 28 .............................................................. 111 Lampiran 31. Rekam Medis Kasus 29 .............................................................. 113 Lampiran 32. Rekam Medis Kasus 30 .............................................................. 115 Lampiran 33. Rekam Medis Kasus 31 .............................................................. 117 Lampiran 34. Rekam Medis Kasus 32 .............................................................. 119 Lampiran 35. Rekam Medis Kasus 33 .............................................................. 121 Lampiran 36. Rekam Medis Kasus 34 .............................................................. 123 Lampiran 37. Rekam Medis Kasus 35 .............................................................. 125 Lampiran 38. Rekam Medis Kasus 36 .............................................................. 127 Lampiran 39. Rekam Medis Kasus 37 .............................................................. 129 Lampiran 40. Rekam Medis Kasus 38 .............................................................. 131 Lampiran 41. Rekam Medis Kasus 39 .............................................................. 133 Lampiran 42. Rekam Medis Kasus 40 .............................................................. 135 Lampiran 43. Rekam Medis Kasus 41 .............................................................. 137 Lampiran 44. Rekam Medis Kasus 42 .............................................................. 138 Lampiran 45. Rekam Medis Kasus 43 .............................................................. 140 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI INTISARI Efektivitas terapi pasien gangguan saluran pernapasan dipengaruhi oleh ketepatan pemilihan obat dan dosis kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat gangguan saluran pernapasan pada pasien di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli 2012, serta mengevaluasi efektivitas pengobatan. Evaluasi efektivitas pengobatan yang dilihat dalam penelitian ini adalah pemilihan obat yang sesuai dengan indikasi dan diagnosis serta jumlah dosis kurang. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Data retrospektif diperoleh dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yakni lembar rekam medik pasien asma, PPOK, TBC, dan pneumonia. Dari hasil penelitian, didapatkan jumlah kasus pada periode Januari - Juli 2012 adalah 43 kasus dengan 39 pasien. Pada penanganan gangguan saluran pernapasan di RS Panti Rini Yogyakarta, antibiotik merupakan golongan obat paling banyak yang digunakan oleh pasien gangguan saluran pernapasan (37 kasus), kemudian penggunaan golongan obat kortikosteroid (32 kasus). Golongan obat lain yang digunakan oleh pasien gangguan saluran pernapasan adalah antiulser (29 kasus). Ditemukan masalah efektivitas penggunaan obat gangguan saluran pernapasan terkait ketidaktepatan pemilihan obat (11 kasus), dan dosis kurang terjadi pada cetirizine, gentamisin, salbutamol, cefadroxil, dan teofilin. Kata kunci: gangguan saluran pernapasan, efektivitas, dosis kurang xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Effectiveness therapy for respiratory disorders patients influenced by selection of drugs and doses too low. To meet these objectives, a study on medicating treatment to patients with respiratory disease was driven.This paper basically comes through a study which was proposed to inqure the valid measurement of medications for patients with respiratory disorders. Taking place at Panti Rini Hospital Yogyakarta, from January to July 2012, this study was also aimed to evaluate the efficacy and effectiveness of such medications while proper treatment and doses given during medication based on precise diagnoses and analyses were fully considered. This was a non-experimental study which relied on descriptive and evaluative observations with retrospective data. Retrospective data obtained by conducting prior art searches medical record from patient with asthma, COPD, tuberculosis, and pneumonia Based on the observed-data, there were 43 cases of 39 patients with respiratory disease who were hospitalized in Panti Rini Hospital from January to July 2012. Treatment for those patients were mostly characterized by the using of antibiotics (in 37 cases), the corticosteroids (in 33 cases) and the antiulcer (in 29 cases). Effectiveness problems was found in 11 cases from respiratory disorders patients. And the low doses of medication found in cetirizine, gentamicin, salbutamol, cefadroxil, and teofilin. Key words: respiratory disorders, effectiveness, and low doses xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Gangguan saluran pernafasan merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Di Amerika, terdapat 14 sampai 15 juta orang yang mengidap penyakit gangguan pernafasan dengan gejala yang ringan sampai gejala yang berat. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TBC (Anonim, 2005). Sementara itu, menurut Dinas Kesehatan Propinsi DIY (2008) angka kesakitan untuk penyakit TB Paru tahun 2006 adalah 26,32 per 100.000 penduduk. Pneumonia merupakan penyebab kematian kedua tertinggi setelah diare di antara balita di Indonesia (Riskesdas, 2007). Di Yogyakarta, dilaporkan bahwa angka kejadian pneumonia sebesar 1,81%. Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Sementara itu, PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%) diikuti asma bronchial (33%) (Departemen Kesehatan RI, 2004). Masalah terapi obat (drug therapy problem) didefinisikan sebagai semua hal yang dialami oleh pasien yang tidak diinginkan yang berkaitan atau yang diduga berkaitan dengan terapi obat dan yang mengganggu pencapaian tujuan terapi (Cipolle et al., 2004). Salah satu tanggung jawab farmasis adalah menjamin bahwa pasien menerima terapi obat yang efektif. Terdapat 2 kategori DRPs yang harus dicegah dan diatasi untuk menjamin bahwa pasien menerima terapi obat 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 yang efektif, yakni pemilihan obat yang tidak tepat dan dosis subterapi yang diterima pasien dalam pengobatan (Cippolle et al., 1998). Pasien yang menerima obat dalam jumlah lebih kecil dibandingkan dosis terapinya dapat menjadi masalah karena menyebabkan tidak efektifnya terapi. Selain itu, dari hasil penelitian Tandiose (2008), diketahui bahwa kejadian DTP terbanyak disebabkan karena dosis terlalu rendah yang dialami oleh 54,55% kasus pasien gangguan saluran pernafasan di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta. Hasil penelitian terkait DRPs pada pasien asma yang dilakukan oleh Hidayah dan Prasetyo (2009) mengatakan bahwa kategori obat tanpa indikasi dan duplikasi terapi yaitu 21,3%, dosis rendah berada di peringkat kedua dengan persentase 18,7%, dan obat salah dengan persentase 10,7%. Pelayanan farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang berorientasi pada pasien serta menyediakan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Sehingga, pelayanan kefarmasian dalam kajian ketepatan dan keefektifan penggunaan obat sangat diperlukan untuk memaksimalkan efektivitas obat serta meminimalkan efek yang tidak diinginkan, dengan usaha meningkatkan pengobatan rasional yang aman, tepat, dan ekonomis (Wakidi, 2001). Pelayanan kefarmasian klinis dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi masalah penting yang terkait dengan obat, mengurangi kejadian, memberikan edukasi pada pasien terkait informasi obat- obat yang digunakan dan meningkatkan kepatuhan pasien, menyempurnakan peresepan, menyempurnakan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 hasil klinis, menyempurnakan efektivitas klinis, menyempurnakan efektivitas biaya dan mempersingkat masa tinggal di Rumah Sakit (Aslam, 2003). Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait efektivitas pengobatan pada pasien gangguan saluran pernafasan untuk memberikan informasi terkait gambaran penggunaan obat dan keefektifan terapi untuk mencapai tujuan klinis yang akan dicapai serta meminimalkan risiko penggunaan obat pada penyakit gangguan saluran pernafasan di RS Panti Rini Yogyakarta. Rumah Sakit Panti Rini adalah rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Panti Rini pada periode JanuariJuli 2012, di mana asma dan PPOK termasuk dalam sepuluh besar penyakit dengan jumlah pasien terbanyak. Sehingga dapat digunakan sebagai model untuk penelitian. 1. Permasalahan 1) Seperti apa penggunaan obat pada pasien gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli 2012? 2) Seperti apa efektivitas penggunaan obat untuk pasien gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli 2012? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 2. Keaslian penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian ini belum pernah dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan masalah drug therapy problems dalam penggunaan obat sistem saluran pernafasan telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain dengan judul sebagai berikut: 1. Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors dan Drug Therapy Problems pada Pasien RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 (Kajian Penggunaan Obat Sistem Saluran Pernafasan) yang dilakukan oleh Tandiose dengan rancangan penelitian eksploratif deskriptif yang bersifat prospektif. Dalam penelitiannya, terdapat 22 kasus dan dikatakan bahwa DTP dan ME yang terjadi meliputi dosis terlalu tinggi 4 kasus, dosis terlalu rendah 12 kasus, ADR 5 kasus, interaksi obat 8, complience 6 kasus, potensi administration error 3 kasus, pemberian diluar instruksi dokter 1 kasus dan kegagalan mengecek instruksi 3 kasus. 2. Kajian Ketepatan dan Efektivitas Penggunaan Obat Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Pasien Rawat Inap di RS Dr. Sardjito Jogjakarta bulan Januari- Desember tahun 2004 yang dilakukan oleh Damayani dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif dan metode pengumpulan data secara retrospektif. Dalam penelitian ini tercatat 59 pasien dengan dengan diagnosa PPOK. Hasil yang didapat adalah persentase ketepatan indikasi pengobatan PPOK adalah 100%. Persentase tepat obat pada penggunaan obat PPOK adalah 94.92%. Ketepatan dosis adalah 88.14%. Efektivitas obat dilihat dari kondisi pasien keluar rumah sakit dalam kondisi sembuh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 3.39%,membaik 52.54%, belum sembuh 8.48%, meninggal 15.25%, pulang paksa 6.78%, tidak tercatat 13.56%. 3. Gambaran Efektivitas Terapi Antibiotik Penyakit Pneumonia Pasien Pediatrik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang dilakukan oleh Christie dengan rancangan penelitian non-eksperimental dan pengumpulan data secara prospektif pada bulan Maret- Mei 2011 dan retropspektif pada periode Oktober 2009 - Desember 2010 serta bersifat deskriptif evaluatif. Data yang dianalisis ditampilkan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian baik retrospektif maupun prospektif, kombinasi antibiotik yang paling banyak digunakan adalah ampicilin- kloramfenikol (59.09% dan 54.55%). Berdasarkan hasil penelitian pada metode retrospektif didapatkan terapi yang tidak efektif sebanyak 21 kasus dan terapi yang efektif sebanyak 9 kasus. Dan pada metode prospektif didapatkan bahwa terapi yang tidak efektif sebanyak 17 kasus dan yang efektif sebanyak 13 kasus. 4. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Bulan JanuariDesember 2009 yang dilakukan oleh Yuniar Handayani dengan rancangan penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 32 kasus dengan kejadian DRPs adverse drug reaction (ADR) dan interaksi obat sebesar 31,25%. 5. Evaluasi Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Antara Pasien Yang Diberi Informasi versus Informasi plus Alat Bantu Ketaatan Serta Dampak Terapinya Periode Juni – Juli 2009 (Kajian terhadap PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan) oleh Shielanita Eulampia dengan penelitian eksperimental semu rancangan pola searah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketaatan berdasarkan jumlah obat yang digunakan memiliki perbedaan tidak bermakna, ketaatan berdasarkan aturan pakai menunjukkan perbedaan tidak bermakna serta ketaatan berdasarkan jumlah keseluruhan obat yang diterima pasien menunjukkan perbedaan tidak bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dan dampak terapi yang dirasakan pasien berbeda tidak bermakna. Adapun perbedaan antara penelitian-penelitian diatas adalah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pengobatan pasien gangguan saluran pernapasan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Selain itu, perbedaan yang mendasari dengan penelitian sebelumnya terletak pada subyek penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis asma, PPOK, pneumonia, dan TBC di Rumah Sakit Panti Rini periode Januari – Juli 2012. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rini dengan harapan dapat memberikan gambaran terkait penggunaan obat dan kejadian DRPs, di mana akan berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RS Bethesda atau di RSUP Sardjito karena memiliki pola peresepan yang berbeda. 3. Manfaat Penelitian Manfaat praktis penelitian ini yaitu bagi pihak Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta dapat dimanfaatkan sebagai evaluasi atau bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pasien gangguan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 saluran pernafasan dan mewujudkan efektivitas pengobatan untuk mencapai tujuan klinis yang diharapkan. B. TUJUAN 1) Mengidentifikasi penggunaan obat gangguan saluran pernafasan pada pasien di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta 2) Mengidentifikasi efektivitas pemilihan obat untuk pasien gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II PENELAHAAN PUSTAKA A. ANATOMI SALURAN PERNAPASAN Pengertian bernafas secara harafiah adalah perpindahan oksigen (O2) dari udara menuju ke sel- sel tubuh dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel- sel menuju udara bebas. Masuknya O2 dan keluarnya CO2 dibutuhkan untuk menjalankan fungsi normal sel- sel tubuh. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring, sampai ke laring; sedangkan saluran pernapasan bawah meliputi trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru- paru yang berujung pada alveolus (Ikawati, 2007). Gambar 1. Anatomi Saluran Pernafasan Manusia (Ikawati, 2007) 8 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 B. DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) Drug Related Problems (DRPs) merupakan kejadian yang tidak diinginkan atau pengalaman yang berisiko bagi pasien yang terlibat atau kecurigaan terhadap obat yang terlibat dalam terapi dan dapat menghambat atau menunda pasien tersebut mencapai tujuan terapi yang diinginkan. Table I. Kategori dan penyebab- penyebab Drug Related Problems (DRPs) (Cipolle et al., 2004) No Jenis DRPs Contoh Penyebab DRPs 1 Ada obat yang tidak Terapi yang diperoleh sudah tidak valid dibutuhkan (unnecessary saat itu drug therapy) Beberapa macam produk obat digunakan untuk kondisi yang sebenarnya hanya membutuhkan suatu jenis obat Kondisi medis yang sebenarnya tepat ditangani dengan terapi nonfarmakologi Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman Penyalahgunaan obat, merokok, dan alcohol yang dapat menyebabkan masalah 2 Membutuhkan tambahan Kondisi medis yang membutuhkan terapi obat (need for additional Terapi pencegahan dibutuhkan untuk drug therapy) mengurangi risiko dari perkembangan kondisi baru Kondisi medis yang membutuhkan tambahan obat untuk mendapatkan efek sinergis atau efek tambahan 3 Obat yang tidak efektif Obat yang digunakan bukan merupakan (ineffective drug) obat yang paling efektif untuk kondisi medis tertentu Kondisi medis sukar disembuhkan dengan produk obat tersebut Sediaan obat yang digunakan tidak sesuai Produk obat yang dipilih bukan merupakan produk obat yang efektif untuk kondisi medis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 Lanjutan Tabel I. 4 Dosis terlalu rendah (dosage too low) 5 Efek obat yang merugikan (adverse drug interaction) 6 Dosis terlalu tinggi (dosage too high) 7 Ketidaktaatan Dosis yang digunakan terlalu rendah Interval dosis pemberian yang jarang Interaksi obat dapat menurunkan jumlah obat aktif Durasi terapi obat terlalu pendek Produk obat meminimalkan efek yang tidak diinginkan, yang tidak berhubungan dengan dosis Interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan, yang tidak berhubungan dengan dosis Obat yang diberikan atau diubah terlalu cepat Produk obat menyebabkan reaksi alergi Suatu produk obat dibutuhkan untuk factor risiko Suatu produk obat memiliki kontraindikasi dengan factor risiko Dosis terlalu tinggi Frekuensi pemberian obat terlalu pendek Durasi terapi obat terlalu panjang Interaksi obat yang menghasilkan reaksi toksik Pemberian obat terlalu cepat Pasien tidak memahami intruksi Pasien lupa melakukan pengobatan Kategori pertama dan kedua pada drug therapy problems berhubungan dengan indikasi. Kategori ketiga dan keempat berhubungan dengan efektivitas. Kategori kelima dan keenam berhubungan dengan keamanan. Kategori ketujuh berhubungan dengan ketaatan (Cipolle et al., 2004). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 C. ASMA 1. Definisi WHO mendefinisikan asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan serangan berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Selama serangan asma, lapisan saluran bronchial membengkak, menyebabkan saluran menyempit dan mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari paru- paru. Penyebab asma tidak sepenuhnya dipahami (U.S. Departement of Health and Human Service, 2011). 2. Etiologi Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu: a. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. b. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 c. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. (Benvie, 2009) 3. Patofisiologi Asma merupakan penyakit inflamasi pada saluran nafas, yang ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon yang berlebihan terhadap rangsang. Juga terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan kecepatan aliran udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya, terjadi hiperinflasi distal, perubahan mekanisme paru- paru, meningkatnya kesulitan bernafas, dan peningkatan mucus yang berlebihan. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin, obat- obatan, stress, olahraga (disebut exercise-induced asthma) (Ikawati, 2007). 4. Gejala dan Tanda Gejala asma yang bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Gejala awal berupa: a. Pernafasan berbunyi (wheezing/ mengi/ bengek) terutama mengeluarkan nafas (exhalation). b. Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronchi c. Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin d. Adanya keluhan penderita yang merasakan dadanya sempit saat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 e. Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan f. Rasa berat di dada (Rengganis, 2008) 5. Tatalaksana Pasien Asma Tatalaksana pasien asma adalah manajemen khusus untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari- hari (asma terkontrol). Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan baik antara dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta apabila adanya komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia mendengarkan keluhan atau pernyataan pasien, ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan (Departemen Kesehatan RI, 2009) Pada prinsipnya, penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi: 1) Penatalaksanaan asma akut (saat serangan) Pada serangan asma, obat- obat yang digunakan adalah: a. Bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan Ipartopium bromide) b. Kortikosteroid sistemik Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya β2 agonis kerja cepat yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa, dapat diberikan kombinasi dengan teofilin/ aminofilin oral. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat serangan berat sebelumnya) kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan dalam waktu singkat 3-5 hari. Pada serangan sedang diberikan β2 agonis kerja cepat dan kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipatropium bromida inhalasi maupun aminofilin i.v. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan pemberian cairan i.v. Pada serangan asma berat, pasien dirawat dan diberikan oksigen, cairan i.v, β2 agonis kerja cepat, ipatropium bromida inhalasi, kortikosteroid i.v, dan aminofilin i.v. (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia dapat digantikan dengan adrenalin subkutan. Pada serangan yang mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU. Pemberian obat- obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat bantu spacer (Departemen Kesehatan RI, 2009). 2) Penatalaksanaan asma jangka panjang Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah serangan. Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus. Untuk mengontrol asma digunakan antiinflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah terkontrol. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain: a. Inhalasi kortikosteroid b. β2 agonis kerja panjang c. Antileukotrien d. Teofilin lepas lambat Di bawah ini merupakan tabel mengenai jenis obat asma menurut Departemen Kesehatan RI (2009): Tabel II. Jenis Obat Asma (Departemen Kesehatan RI, 2009) Jenis Obat Pengontrol (Antiinflamasi) Golongan Bentuk/ kemasan obat Steroid inhalasi Flutikason propionat Budesonide IDT IDT, turbuhaler Antileukokotrin Kortikosteroid sistemik Zafirlukast Metilprednisolon Prednison Oral (tablet) Oral (injeksi) Oral Prokaterol Formoterol Salmeterol Oral Turbuhaler IDT Flutikason + Salmeterol Budosonide + formoterol IDT Turbuhaler Salbutamol Oral, IDT, rotacap solution Oral, IDT, turbuhaler, solution, ampul (injeksi) IDT IDT, solution Agonis lama β2 kerja Kombinasi steroid dan agonis β2 kerja lama Pelega (Bronkodilator) Nama Generik Agonis cepat β2 kerja Terbutalin Prokaterol Fenoterol IDT, solution Antikolinergik Ipratropium bromide Metilsantin Teofilin Aminofilin Teofilin lepas lambat Kortikosteroid sistemik Metilprednisolon Prednison Oral Oral, injeksi Oral Oral, inhaler Oral PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 Secara non- farmakologis, terapi ini meliputi 2 komponen utama, yaitu edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma, dan kontrol terhadap faktor –faktor pemicu serangan (Ikawati, 2007). D. PNEUMONIA 1. Definisi Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan beberapa atau seluruh alveoli terisi cairan dan sel- sel darah. Jenis pneumonia yang paling umum adalah pneumonia bacterial, yang paling sering disebabkan oleh pneumokokus (Guyton dan Hall, 2008). Penyakit yang disebabkan infeksi kuman ini, menyerang paru, dan menyebabkan berbagai gangguan organ pernapasan tersebut. Kuman yang ada dalam paru ini bahkan dapat pula kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah, dan menyebabkan infeksi di seluruh tubuh yang sangat berbahaya (Leman, 2009). 2. Etiologi Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/ bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain misalnya bahan kimia (hidrokarbon, lipoid substance)/ benda asing yang teraspirasi. Pola kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan distribusi umur pasien. Sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh virus, sebagai penyebab tersering adalah respiratory synctial virus (RSV), parainfluenza virus, influenza virus dan adenovirus. Secara umum, bakteri yang berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 pneumoniae, Haemophillus influenze, Staphylococcus aureus, Streptococcus group B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasm. Virus adalah penyebab terbanyak pneumonia pada usia prasekolah dan berkurang dengan bertambahnya usia (Setyoningrum, 2006). 3. Patofisiologi Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk ke dalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung. Setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi virus, dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru, banyak virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu. Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus. Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara dihirup. Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli. Setelah memasuki alveoli, bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 diantara alveoli melalui rongga penghubung. Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih, menuju paru. Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin, menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun. Hal ini menyebabkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal, dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema (Fransiska, 2000). 4. Klasifikasi Pneumonia Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia dibagi menjadi tiga macam yang berbeda penatalaksanaannya. 1) Community acquired pneumonia (CAP) Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo. Patogen umum yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H. influenzae, bakteri atypical, virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV). Pada anak-anak patogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya keterlibatan Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, di samping bakteri pada pasien dewasa. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 2) Nosokomial Pneumonia Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah sakit. Patogen yang umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap antibiotika yang beredar di rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp. 3) Pneumonia Aspirasi Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekret oropharyngeal dan cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen yang menginfeksi pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah kombinasi dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi Streptococci anaerob. Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteri yang lazim dijumpai campuran antara Gram negatif batang + S. aureus + anaerob (Direktorat Bina Farmasi, 2005). 5. Manifestasi Klinis Gejala dan tanda pneumonia dapat dibedakan menjadi gejala umum infeksi (non spesifik), gejala pada paru, pleural dan ekstrapulmonal. Gejala non spesifik meliputi demam, menggigil, dan gelisah. Gejala pada paru timbul ketika proses infeksi berlangsung, seperti demam, batuk, pilek dan nyeri dada. Nyeri yang dirasakan disebabkan peradangan pada pleura akibat infeksi bakteri (Guyton dan Hall, 2008). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 6. Penatalaksanaan Terapi Sebagian besar kasus pneumonia dapat diobati tanpa harus menjalani rawat inap. Umumnya antibiotik oral, istirahat, cairan dan perawatan rumah sudah mencukupi untuk kesembuhan sepenuhnya. Bagaimanapun, seseorang dengan pneumonia yang memiliki kesulitan bernapas, orang dengan masalah kesehatan lain dan para orang tua mungkin memerlukan perawatan yang lebih ahli. Jika gejala-gejalanya bertambah buruk, pneumonia tidak bertambah baik dengan perawatan di rumah atau muncul komplikasi, orang tersebut harus menjalani rawat inap di rumah sakit. a. Community- Acquired Pneumonia (CAP) Terapi CAP dapat dilaksanan secara rawat jalan. Namun pada kasus yang berat pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat antibiotika parenteral. Pilihan antibiotika yang disarankan pada pasien dewasa adalah golongan makrolida atau doksisiklin atau fluoroquinolon terbaru. Namun untuk dewasa muda yang berusia antara 17- 40 tahun pilihan doksisiklin lebih dianjurkan karena mencakup mikroorganisme atypical yang mungkin menginfeksi. Untuk bakteri Streptococcus pneumoniae yang resisten terhadap penicillin direkomendasikan untuk terapi beralih ke derivat fluoroquinolon terbaru. Sedangkan untuk CAP yang disebabkan oleh aspirasi cairan lambung pilihan jatuh pada amoksisilinklavulanat. Golongan makrolida yang dapat dipilih mulai dari eritromisin, claritromisin serta azitromisin. Eritromisin merupakan agen yang paling ekonomis, namun harus diberikan 4 kali sehari. Azitromisin ditoleransi dengan baik, efektif dan hanya diminum satu kali sehari selama 5 hari, memberikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 keuntungan bagi pasien. Sedangkan klaritromisin merupakan alternatif lain bila pasien tidak dapat menggunakan eritromisin, namun harus diberikan dua kali sehari selama 10-14 hari. Tabel III. Antibiotika pada terapi Pneumonia (Direktorat Bina Farmasi, 2005) Kondisi klinik Patogen Terapi Sebelumnya sehat Pneumococcus, Mycoplasma pneumoniae Eritromisin Klaritromisin Azitromisin Komorbiditas (manula, DM, gagal ginjal, gagal jantung, keganasan) S. pneumoniae, Hemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae dan Legionella Cefuroksim Cefotaksim Ceftriakson Anaerob mulut Ampicillin/ Amoxicilin Klindamisin Klindamisin aminoglikosida Aspirasi Community Hospital Nosokomial Pneumonia Ringan, Onset <5 hari, Risiko rendah Pneumonia berat**, Onset > 5 hari, Risiko Tinggi Anaerob mulut, S. aureus, gram (-) enterik K. pneumoniae, P.aeruginosa, Enterobacter spp. S. aureus, K. pneumoniae, P.aeruginosa, Enterobacter spp. S. aureus, Dosis pediatrik (mg/kg/hari) 30-50 15 10 pada hari 1, diikuti 5 mg selama 4 hari 50-75 Dosis dewasa (dosis total/ hari) 1-2 g 0.5- 1 g 1-2 g 100-200 2-6 g 8-20 s.d.a 1.2- 1.8 g s.d.a Cefuroksim Cefotaksim Ceftriakson s.d.a. s.d.a. s.d.a. s.d.a. s.d.a. s.d.a. Ampicilin-Sulbaktam Tikarcilin-klav Gatifloksasin Levofloksasin Klinda+azitro (Gentamicin/Tobramicin atau Ciprofloksasin )* + Ceftazidime atau Cefepime atau Tikarcilinklav/ Meronem/Aztreonam 100-200 200-300 - 4-8g 12g 0,4g 0,5-0,75g 7,5 150 100-150 4-6 mg/kg 0,5-1,5g 2-6g 2-4g + PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 Ket : *) Aminoglikosida atau Ciprofloksasin dikombinasi dengan salah satu antibiotika yang terletak di bawahnya dalam kolom yang sama **) Pneumonia berat bila disertai gagal napas, penggunaan ventilasi, sepsis berat, gagal ginjal Untuk terapi yang gagal dan tidak disebabkan oleh masalah kepatuhan pasien, maka disarankan untuk memilih antibiotika dengan spektrum yang lebih luas. Kegagalan terapi dimungkinkan oleh bakteri yang resisten khususnya terhadap derivat penicillin, atau gagal mengidentifikasi bakteri penyebab pneumonia. Sebagai contoh, pneumonia atypical melibatkan Mycoplasma pneumoniae yang tidak dapat dicakup oleh penicillin. Beberapa pneumonia masih menunjukkan demam dan konsistensi gambaran x-ray dada karena telah terkomplikasi oleh adanya efusi pleura, empyema ataupun abses paru yang kesemuanya memerlukan penanganan infasif yaitu dengan aspirasi. b. Pneumonia Nosokomial Pemilihan antibiotika untuk pneumonia nosokomial memerlukan kejelian, karena sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro maupun in vivo di rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakan tidak heran bila berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain. Namun secara umum antibiotika yang dapat dipilih sesuai tabel III (Direktorat Bina Farmasi, 2005). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 E. PPOK 1. Definisi PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial (Perhimpunan Paru Indonesia, 2003). Dua gangguan yang terjadi pada PPOK adalah bronkitis kronis atau emfisema. Bronkitis kronis adalah kondisi di mana terjadi sekresi mukus berlebihan ke dalam cabang bronkus yang bersifat kronis dan kambuhan, disertai batuk yang terjadi pada hampir setiap hari selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun berturut- turut. Sedangkan emfisema adalah kelainan paruparu yang dikarakterisir oleh pembesaran rongga udara bagian distal sampai ke ujung bronkiale yang abnormal dan permanen, disertai dengan kerusakan dinding alveolus. Pasien pada umumnya mengalami kedua gangguan ini, dengan salah satunya dominan (Ikawati, 2007). 2. Patogenesis Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, isertai kerusakan dinding alveoli. Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 3. Manifestasi Klinis Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan. a. Batuk kronik: batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan b. Berdahak kronik: kadang- kadang pasien menyatakan berdahak terusmenerus tanpa disertai batuk c. Sesak nafas, terutama pada saat melakukan aktivitas Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat progresif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan (Depkes RI, 2008) Pada gejala berat dapat terjadi: a. Cyanosis (kulit membiru) akibat terjadi kegagalan respirasi b. Gagal jantung kanan (cor pulmonale) dan edema perifer Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukan gejala wajah yang memerah yang disebabkan polycythemia (erythrocytosis, jumlah eritrosit yang meningkat), hal ini merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas pengangkutan O2 yang berlebih (Ikawati, 2007). 4. Penatalaksanaan Menurut WHO (2006), penatalaksanaan PPOK terdiri dari 4 komponen utama, yaitu (1) pemantauan dan assassment penyakit, (2) mengurangi faktor risiko, (3) penatalaksanaan PPOK yang stabil, dan (4) penatalaksanaan eksaserbasi akut PPOK (Ikawati, 2007). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 Tujuan terapi PPOK pada PPOK stabil adalah memperbaiki keadaan obstruksi kronik, mengatasi dan mencegah eksaserbasi akut, menurunkan kecepatan peningkatan penyakit, meningkatkan keadaan fisik dan psikologik pasien sehingga pasien dapat melaksanakan kegiatan sehari- hari, menurunkan jumlah hari- hari tak bekerja, menurunkan jumlah hari tinggal di rumah sakit, dan menurunkan jumlah kematian. Terapi pada eksaserbasi akut adalah untuk memelihara fungsi pernapasan dan memperpanjang survival (Ikawati, 2007). Obat- obat yang digunakan, antara lain: 1) Antikolinergik digunakan sebagai terapi lini pertama untuk pasien PPOK yang stabil. Mekanisme kerjanya adalah menghambat reseptor kolinergik pada otot bronkial. Kolinergik menstimulasi peningkatan aktivitas guanil siklase, yaitu enzim yang mengkatalis pembentukan cyclic guanosine 3’, 5’- monophosphate (GMP). Siklik GMP menstimulasi bronkokonstriksi. Aktivitas antikolinergik ini memblok kerja asetilkolin sehingga menurunkan pembentukan siklik GMP, dan hasilnya adalah menghambat bronkokonstriksi. Termasuk golongan ini adalah atropin dan ipatropium bromida. Ipatropium bromida lebih disukai daripada atropin sulfat karena mempunyai efek samping sistemik yang lebih sedikit. Ipatropium bromida tersedia dalam bentuk Metered Dose Inhaler (MDI) dan larutan untuk inhalasi yang menunjukan puncak efek pada 1,5- 2 jam dan durasi kerja 4- 6 jam. 2) Simpatomimetik selektif β- 2 bersifat bronkodilator dengan menstimulasi enzim adenil siklase untuk meningkatkan pembentukan adenosine 3’, 5’monophosphate (3’,5’-cAMP). Pada pasien dengan PPOK yang stabil, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 simpatomimetik direkomendasikan sebagai terapi lini kedua, sebagai tambahan atau menggantikan ipatropium bromida untuk pasien yang tidak menunjukan keuntungan klinik yang memuaskan dengan menggunakan ipatropium saja. 3) Kombinasi antikolinergik dan simpatomimetik sering digunakan jika perkembangan penyakitnya meningkat atau gejalanya memburuk. Kombinasi dua golongan bronkodilator ini mungkin lebih efektif dibandingkan digunakan sendiri- sendiri, selain itu juga dapat menurunkan dosis efektifnya sehingga menurunkan potensi efek sampingnya. 4) Metilksantin (teofilin/ aminofilin) cukup lama digunakan sebagai terapi lini pertama. Namun dengan banyaknya golongan beta agonis dan antikolinergik inhalasi, serta banyaknya potensi interaksi obat dengan teofilin/ aminofilin, maka obat golongan ini bergeser menjadi terapi lini ketiga. 5) Kortikosteroid dimulai selama eksaserbasi akut bila kondisi pasien memburuk atau tidak membaik, walaupun telah menggunakan antikolinergik, simpatomimetik, atau metilksantin. Secara teori, kortikosteroid mempunyai mekanisme kerja sebagai antiinflamasi dan mempunyai keuntungan pada PPOK, yakni mereduksi permeabilitas kapiler untuk mengurangi mukus, menghambat pelepasan enzim proteolitik dari leukosit, dan menghambat prostaglandin. Terapi dimulai dengan metilprednisolon 0,5- mg/kg i.v setiap 6 jam. Bila gejala pasien telah membaik, dapat diganti dengan prednison 40-60 mg sehari. Bila diperlukan terapi lebih lama, digunakan dosis rendah yaitu 7,5 mg/ hari, diberikan pada pagi hari atau selang sehari. Pasien yang memerlukan terapi steroid lanjutan, pemberian oral prednison dengan jumlah besar dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 dalam waktu singkat selama status klinik buruk akan efektif dalam menurunkan waktu tinggal di rumah sakit. 6) Long- term oksigen Penggunaan oksigen berkesinambungan (> 15 jam sehari) dapat meningkatkan harapan hidup bagi pasien- pasien yang mengalami kegagalan respirasi kronis, dan memperbaiki tekanan arteri pulmonar, polisitemia (hematokrit > 55%), mekanik paru, dan status mental. 7) Mukolitik Penggunaan mukolitik seperti ambroksol, karbosistein, dan gliserol teriodinasi mungkin memberikan manfaat bagi sebagian pasien tetapi secara keseluruhan manfaatnya sangat kecil. (Ikawati, 2007) F. TBC 1. Definisi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru- paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida- glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia (Departemen Kesehatan RI, 2005). Sumber penularan adalah pasien TB yang memiliki BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Umunya, penularan terjadi dalam ruangan di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 mana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Daya penularan seoran pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut (Departemen Kesehatan RI, 2007). 2. Patogenesis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Direktorat Bina Farmasi, 2005). 3. Tanda dan Gejala Klinis Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan (Direktorat Bina Farmasi, 2005). 4. Penatalaksanaan Pengendalian atau penanggulangan TB yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Pencegahan TB pada dasarnya adalah : 1) Mencegah penularan kuman dari penderita yang terinfeksi 2) Menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penularan. Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektivitas pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah : 1) Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 2) Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). 3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Tahap Intensif 1) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. 2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. 3) Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Tahap Lanjutan 1) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama 2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah antibotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 streptomisin. Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi. Sedangkan obat lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan Rifabutin. Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif, dan dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan Rifapentin dan Rifabutin digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti TB. Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan tahap dan lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau selang) dan kombinasi OAT dengan dosis tetap. Contoh : 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZES/5HRE. Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni : H = Isoniazid R = Rifampisin Z = Pirazinamid E = Etambutol S = Streptomisin Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekwensi. Angka 2 didepan seperti pada “2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti pada “4H3R3” artinya dipakai 3 kali seminggu ( selama 4 bulan). Sebagai contoh, untuk TB kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya : Tahap awal/intensif adalah 2HRZE : Lama pengobatan 2 bulan, masing masing OAT (HRZE) diberikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 setiap hari. Tahap lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4 bulan, masing masing OAT (HR) diberikan 3 kali seminggu. Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia : 1) Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3. 2) Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3. 3) Kategori 3 : 2 HRZE/4H3R3. 4) Disamping ketiga kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE) (Direktorat Bina Farmasi, 2005) G. EFEKTIVITAS PENGOBATAN 1. Pemilihan Obat Menurut Rahmawati, dkk (2008), efektivitas pengobatan sangat ditentukan oleh keputusan pemilihan obat. Pemilihan obat dapat didasarkan pada standar pengobatan rumah sakit yang telah tersedia, atau guideline terapi yang dibuat oleh organisasi profesi baik lokal atau internasional. Parameter pemilihan obat yang tidak tepat meliputi: obat yang diterima pasien bukan merupakan obat yang paling tepat (ada obat lain yang lebih efektif), pasien menerima kombinasi obat yang tidak diperlukan, obat yang dikontraindikasikan pemakaiannya untuk pasien, obat tidak aman bagi kondisi pasien, bentuk sediaan yang tidak tepat, obat yang digunakan sudah merupakan obat yang paling tepat namun pada kasus tersebut tidak efektif. Penggunaan obat harus mempertimbangkan antara manfaat dan risiko bagi pasien. Pemilihan obat tidak hanya melihat manfaatnya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 menyembuhkan penyakit, namun harus selalu disertai pertimbangan kondisi pasien. 2. Dosis Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar. Dosis obat harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan dan tergantung dari banyak faktor, antara lain umur, bobot badan, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, dan kondisi penyakit (Syamsuni, 2005). Apoteker perlu mempertimbangkan regimen obat (dosis dan frekuensi). Obat- obat dengan indikasi multiterapi, dapat ditetapkan dosis yang berbeda untuk tiap indikasi (Siregar, 2006). Menurut Cippole et. al (2004), regimen dosis memiliki beberapa bagian yang mencakup produk, dosis, interval dosis, dan durasi terapi yang harus sesuai dengan kondisi klinis pasien agar dapat menghasilkan efek yang diinginkan. Dosis terlalu rendah tidak dapat menghasilkan respon yang diinginkan. Penyebab dari masalah terapi obat tersebut diantaranya adalah dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menghasilkan efek yang diinginkan, interval pemberian dosis yang tidak cukup, interaksi obat yang dapat menurunkan jumlah obat aktif, dan durasi pemberian obat terlalu singkat sehingga tidak memberikan respon yang diinginkan. Dan penyebab paling umum yang sering ditemukan adalah pemberian dosis yang terlalu rendah dan interval pemberian dosis yang tidak sesuai. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 H. KETERANGAN EMPIRIS Penelitian mengenai Evaluasi Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari- Juli 2012 (Kajian: Efektivitas Obat) diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai profil penggunaan obat saluran pernafasan dan adanya kejadian terkait efektivitas dalam pengobatan yang terjadi di Rumah Sakit Panti Rini. Hasil penelitian diharapkan pula dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif. Penelitian ini bersifat non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subyek penelitian dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena hanya bertujuan melihat gambaran fenomena kesehatan yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu kemudian mengevaluasi data dari rekam medik (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini mengambil data secara retrospektif. Data retrospektif diperoleh dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu lembar rekam medik pasien asma bronkial, PPOK, pneumonia, dan TBC. B. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah macam pola pengobatan dan efektivitas terapi pada pasien gangguan saluran pernafasan. C. Definisi Operasional 1. Penggunaan obat dikelompokkan menjadi golongan dan jumlah obat gangguan saluran pernafasan serta golongan dan jumlah obat lain selain gangguan saluran pernafasan yang diberikan pada pasien. 2. Efektivitas obat yang dilihat dalam penelitian ini adalah terkait pemilihan obat yang sesuai dengan indikasi dan diagnosis yang telah ditentukan serta jumlah dosis dan frekuensi pemberian sesuai dengan yang dianjurkan dari 35 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 referensi (Drug Information Handbook edisi 2008-2009, MIMS 2011-2012, Pedoman Pengobatan dari Depkes RI, IONI 2000, Formularium RS Panti Rini dan referensi dari evidance based medicine berupa guideline dan jurnal-jurnal penelitian yang terkait dengan efektivitas. D. Subyek Penelitian Subyek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), pneumonia, dan tuberkulosis di Rumah Sakit Panti Rini, Yogyakarta periode Januari - Juli 2012. 1. Kriteria inklusi subyek: a. Pasien rawat inap yang menerima terapi obat gangguan saluran pernafasan: asma, PPOK, pneumonia, dan tuberkulosis, selama periode Januari - Juli 2012. b. Mempunyai catatan rekam medik lengkap yang mencakup usia, jenis kelamin, diagnosis, instruksi dokter, catatan keperawatan, catatan penggunaan obat, hasil laboratorium, dan lama perawatan 2. Kriteria eksklusi subyek: a. Pasien dengan catatan rekam medik yang tidak ditemukan b. Pasien yang meninggal dunia selama penelitian berlangsung Selama periode Januari - Juli 2012, terdapat 43 pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Panti Rini. Dari 43 pasien, data yang diambil sebanyak 39 pasien dengan 43 kasus karena memenuhi kriteria inklusi, sedangkan 4 pasien lainnya datanya tidak diambil karena catatan rekam mediknya tidak ditemukan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 E. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah kartu rekam medik, dalam hal ini dibutuhkan data nomor rekam medik, jenis kelamin, usia, diagnosis utama, hasil pemeriksaan laboratorium, instruksi dokter, catatan keperawatan, catatan penggunaan obat, lama perawatan, dan lembar resume pasien yang menerima obat gangguan sistem saluran pernafasan di RS Panti Rini Yogyakarta periode Januari Juli 2012. F. Tata Cara Penelitian Jalannya penelitian meliputi tiga tahap, yaitu tahap orientasi, tahap pengambilan data, dan tahap pengolahan data. 1. Tahap Orientasi Tahap orientasi diawali dengan studi pustaka mengenai penyakit asma, PPOK, pneumonia, dan tuberkulosis, efektivitas pengobatan, serta menentukan permasalahan dan cara menganalisis masalah tersebut. Selanjutnya dilakukan pencarian informasi mengenai kemungkinan dapat tidaknya melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta dan mengurus perizinan untuk mendapatkan izin penelitian. Kemudian mempelajari teknik pengambilan data yang sesuai agar tidak menggangu aktivitas di ruang perawatan pasien. 2. Tahap Pengambilan Data Pada tahap ini dilakukan pengambilan data dimulai dari tanggal 1 Juli sampai dengan 31 Juli 2012. Data berasal dari rekam medik pasien gangguan saluran pernafasan dengan diagnosa asma, PPOK, pneumonia, dan TBC di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari – Juli 2012. Pencatatan data meliputi: PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, tanggal masuk, tanggal keluar, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, tanda vital, terapi obat yang diberikan, dosis dan frekuensi pemberian obat. Selain itu, peneliti melakukan pencarian informasi mengenai obat-obat gangguan saluran pernafasan yang dipakai di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta kepada apoteker yang bertugas. 3. Tahap Pengolahan Data Data yang diperoleh kemudian dievaluasi, diolah, dan disajikan dalam bentuk tabel yang memuat analisis SOAP (Subjective, Objective, Assesement, and Plan). Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian dinilai efektivitas pengobatan menurut Drug Information Handbook edisi 2008-2009, MIMS 2011-2012, Pedoman Pengobatan dari Depkes RI, IONI 2000, Formularium RS Panti Rini, dan referensi dari evidance based medicine berupa guideline dan jurnal-jurnal penelitian yang terkait dengan efektivitas. G. Tata Cara Analisis Hasil Data yang diperoleh dari RM pasien gangguan saluran pernapasan kemudian diolah secara deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel. 1. Mengelompokan golongan dan jumlah obat gangguan saluran pernafasan yang diterima oleh pasien. Hasil dari pengelompokan ini akan disajikan dalam bentuk tabel. 2. Mengelompokan golongan dan jumlah obat lain selain gangguan saluran pernafasan yang diberikan pada pasien berdasarkan MIMS edisi tahun 20112012. Hasil dari pengelompokan ini akan disajikan dalam bentuk tabel. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 3. Mengevaluasi efektivitas pengobatan dengan metode SOAP dan analisis pengobatan yang diterima oleh pasien meliputi pemilihan obat yang sesuai dengan indikasi dan diagnosis yang telah ditentukan serta jumlah dosis dan frekuensi pemberian yang cukup dilakukan berdasarkan beberapa sumber, antara lain Drug Information Handbook edisi 2008-2009, MIMS 2011-2012, Pedoman Pengobatan dari Depkes RI, IONI 2000, Formularium RS Panti Rini, dan referensi dari evidance based medicine berupa guideline dan jurnaljurnal penelitian yang terkait dengan efektivitas. H. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian Dalam proses pengambilan data pada penelitian ini, peneliti mengalami beberapa kesulitan, seperti: 1. Pada awal penyusunan proposal, metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat prospektif dengan periode Juni – Juli 2012. Namun, karena keterbatasan jumlah data pada periode tersebut dan kurangnya waktu dalam melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan untuk membuat assessment terhadap terapi yang diterima pasien, maka peneliti mengganti metode penelitian menjadi retrospektif. Data yang diambil merupakan pasien dengan gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari – Juli 2012. 2. Peneliti mengalami kesulitan dalam membaca catatan rekam medik pasien dan membaca tulisan dokter maupun perawat yang tertera dalam catatan rekam medis tersebut. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti bertanya kepada perawat yang bertugas. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 3. Peneliti juga memberikan batasan dalam penelitian ini. Evaluasi pengobatan yang dilakukan adalah evaluasi terhadap obat gangguan saluran pernafasan yang diterima oleh pasien. I. Kelemahan Penelitian Penelitian dengan judul Evaluasi Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernafasan Di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari – Juli 2012 (Kajian: Efektivitas Obat) ini mengambil data retrospektif. Kelemahan dari penelitian ini adalah peneliti tidak melakukan wawancara secara langsung dengan tenaga profesional yang lain terkait pertimbangan pemberian obat pada pasien. Kelemahan lain dari penelitian ini adalah terletak pada kajian penelitian, yakni efektivitas obat. Terdapat empat aspek penting drug related problems, antara lain yang berhubungan dengan indikasi, efektivitas, keamanan, dan ketaatan. Penelitian ini hanya mengkaji terkait efektivitas, sehingga belum menggambarkan secara keseluruhan kejadian drug related problems pada pengobatan pasien gangguan saluran pernafasan di rumah sakit Panti Rini Yogyakarta. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang evaluasi pengobatan pasien gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari- Juli 2012 dengan kajian efektivitas dilakukan pada bulan Juli 2012 dengan melakukan pencatatan langsung data pasien terkait penggunaan obat pada saat terapi. Selama periode Januari- Juli 2012, diketahui terdapat 39 pasien rawat inap yang menderita gangguan saluran pernafasan, dengan jumlah kasusnya 43. Hasil dari penelitian ini terbagi dalam dua bagian utama. Bagian pertama membahas tentang penggunaan obat gangguan saluran pernafasan. Bagian kedua membahas evaluasi efektivitas pengobatan pasien gangguan saluran pernafasan dengan analisis SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan). A. PENGGUNAAN OBAT GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN Penggunaan obat gangguan saluran pernafasan di RS Panti Rini Yogyakarta meliputi golongan obat saluran pernafasan dan golongan obat lain yang diterima oleh pasien. 1. Jumlah dan golongan obat saluran pernafasan Setiap obat sistem saluran pernafasan yang digunakan oleh pasien di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari- Juli 2012 dikelompokkan menjadi sembilan kelompok, yaitu : ekspektoran, mukolitik, antihistamin, nasal dekongestan, simpatomimetik bronkodilator, derivat xantin, antibiotik, obat anti TBC (OAT), dan kombinasi. 41 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 Tabel IV. Pengelompokkan Berdasarkan Jenis Obat Kasus Pasien yang Menggunakan Obat Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari-Juli 2012 No Golongan obat Nama obat Jumlah kasus 1. Ekspektoran Karbosistein Gliceryl guaiacolat (GG) 9 4 2. Antihistamin Cetirizin HCl Cyproheptadin HCl 13 5 1 6 3. Mukolitik Ambroksol N-asetilsistein 4. 5. Nasal dekongestan Bronkodilator Pseudoefedrin HCl Procaterol Salbutamol 6. Derivate xantin Aminofilin Teofilin 7. Kombinasi Flutikason propionate + Salbutamol Ipratropiun HBr + Salbutamol 8. Antibiotik Ceftriaxone Cefuroxime Cefixime Cefotaxime Ofloxacin Levofloksasin Cefadroksil Gentamisin Azitromisin Cefepim HCl Kloramfenikol 9. 10. Obat anti TBC (OAT) Hormon kortikosteroid 4FDC Metilprednisolon Triamcinolone Dexametasone 15 16 31 2 6 22 28 4 1 5 13 3 16 12 4 4 4 1 6 1 2 1 1 1 37 1 30 1 2 33 172 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 Menurut tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa obat golongan antibiotik merupakan obat gangguan saluran pernafasan yang paling banyak digunakan oleh pasien dengan jumlah kasus sebanyak 37 kasus, lalu penggunaan kortikosteroid dengan jumlah kasus sebanyak 33 kasus. Penggunaan antibiotik pada kasus pasien, karena adanya peningkatan kadar leukosit pasien yang menandakan terjadi infeksi. Namun, ada beberapa kasus pasien yang tidak membutuhkan antibiotik tetapi diberikan terapi. Pasien kasus gangguan saluran pernafasan cenderung mengalami sesak nafas. Pemberian kortikosteroid dapat merelaksasi otot polos dan sebagai penghambat mediator-mediator inflamasi sebagai pemicu munculnya asma dan PPOK. Obat- obat kortikosteroid memiliki efek yang sama dengan glukokortikoid yang dapat menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta adrenergik dengan cara memproduksi AMP siklik, sehingga menginhibisi mekanisme bronkokonstriksi atau merelaksasi otot polos secara langsung (Depkes RI, 2007). 2. Jumlah dan golongan obat lain Pasien kasus gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari- Juli 2012 juga menerima golongan obat lain yang bukan merupakan obat saluran pernafasan. Jenis golongan obat ini dikelompokkan menjadi 24 kelompok, antara lain: analgesik- antipiretik, antiulser, nootropik dan neurotropik, antasida, suplemen, loop diuretik, ansiolitik, NSAID, antiemetik, antagonis kalsium, elektrolit, obat dislipidemia, antiplatelet, antidiare, obat kardiovaskuler, obat gout dan hiperuresemia, Vitamin B kompleks, antidiabetes, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 vasodilator perifer, hepatoprotektor, antiangina, aritmia ventrikuler, obat malaria, dan antivertigo. Tabel V. Pengelompokkan Berdasarkan Jenis Obat Kasus Pasien yang Menggunakan Obat Lain di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari-Juli 2012 No Golongan obat Nama obat Jumlah kasus 11 5 2 1. Analgesik antipiretik 2. Antiulser 3. Nootropik dan neurotropik 4. Antasida 5. Suplemen 6. Loop diuretik Parasetamol Metamizole Na Sistenol® (parasetamol + nasetilsistein) Ranitidin Omeprazole Pantoprazole Mekobolamin Nicholin® (Citicoline) Dexanta® (Al(OH)3; Mg(OH)2; simethicone) Cinula® Astacor® Renapar® Curcuma Furosemid 7. Ansiolitik Alprazolam 3 8. NSAID Analsik® (methampyrone + diazepam) Ketopain® (ketorolac tromethamine) Granisetron Ondansetron Amlodipin besylate 1 K-I Aspartat Aminoral® KSR® (KCl) NaCl Simvastatin Atorvastatin kalsium Gemfibrozil Clopidogrel 2 1 3 1 3 1 2 1 New Diatab® Loperamid Digoxin Dobutamin 1 1 2 1 9. Antiemetik 10. Antagonis kalsium 11. Elektrolit 12. Obat dislipidemia 13. Antiplatelet 14. Antidiare 15. Obat kardivaskular 14 5 10 4 1 1 1 3 5 1 8 1 1 3 2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 Lanjutan Tabel V. No Golongan obat 16. 17. Obat Gout dan hiperurisemia Vitamin B kompleks 18. 19. 20. 21. 22. 23. Antidiabetes Hepatoprotektor Antiangina Aritmia ventrikuler Obat malaria Antivertigo 24. Obat Kardiovaskular Golongan Lain Nama obat Allopurinol Neurodex® Alinamin F® Novorapid® (Insulin aspart) Proliver® Isosorbid dinitrat Amiodrane HCl Klorokuin Betahistin Mesylate Flunarizin Bio ATP Jumlah kasus 5 1 1 3 2 1 1 1 1 1 2 119 Dari tabel di atas, jumlah obat yang paling banyak digunakan selain obat gangguan saluran pernafasan adalah antiulser. Penggunaan antiulser dalam tiap kasus pasien ditujukan untuk pasien yang memiliki keluhan mengalami gangguan gastrointestinal. Obat antiulser lain yang paling banyak digunakan adalah ranitidin yang merupakan golongan antagonis reseptor H2 dengan indikasinya yakni mengatasi tukak peptik, tukak duodenum, tukak akibat AINS, dan bermanfaat dalam pengurangan asam lambung. B. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGOBATAN GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN Salah satu prinsip terapi obat yang rasional adalah pemilihan obat yang tepat, yakni obat yang efektif, aman dan ekonomis, dan sesuai dengan kondisi pasien. Penggunaan obat yang tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak ekonomis atau yang populer dengan istilah yang tidak rasional. Penggunaan obat dikatakan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 tidak tepat jika risiko yang mungkin terjadi tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari tindakan memberikan suatu obat (Anonim, 2000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan pasien gangguan saluran pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari- Juli 2012. Peneliti menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, dan Plan) untuk mendokumentasikan evaluasi terkait efektivitas obat gangguan saluran pernafasan yang diterima selama pasien menjalani pengobatan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Sesuai dengan definisi operasional, efektivitas pada penelitian ini adalah terkait pemilihan obat yang tepat di mana disesuaikan dengan indikasi dan diagnosis yang telah ditentukan oleh dokter serta jumlah dosis obat yang cukup sesuai dengan yang dianjurkan dari referensi- referensi yang digunakan oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti membatasi evaluasi pengobatan yang dilakukan, yakni hanya mengevaluasi efektivitas obat gangguan saluran pernafasan yang diterima oleh pasien selama dirawat inap di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta selama periode Januari – Juli 2012. Ketepatan pemilihan obat dan dosis kurang merupakan kategori Drug Related Problems (DRPs) yang dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan. Berdasarkan hasil evaluasi pengobatan terhadap obat gangguan saluran pernafasan yang diterima oleh pasien dengan diagnosa asma, PPOK, pneumonia, dan TBC di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari - Juli 2012, ditemukan masalah terkait efektivitas obat yang digunakan tidak sesuai dengan literatur. Masalah efektivitas yang paling banyak ditemukan adalah terkait penggunaan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 antibiotik. Berikut ini, akan disajikan tabel terkait pemilihan obat yang diduga mengalami ketidakefektifan. Tabel VI. Pemilihan Obat pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juli 2012 Nomor Kasus 1 3,13,26,37 Nama Obat Cefotaxime Diberikan tanpa indikasi Ceftriaxon Diberikan tanpa indikasi 25 4 Masalah terkait efektivitas Menyebabkan pasien Cefixime 5 16 Gentamisin 9 Cyproheptadin 8 N-asetilsistein dan Ambroksol alergi Rekomendasi Beri antibiotik untuk anak bila terdapat indikasi infeksi (peningkatan leukosit dan suhu tubuh) Berikan sesuai tanda dan gejala yang dialami pasien pada Diganti dengan antibiotik golongan lain yang merupakan pilihan terapi pada PPOK (makrolida) Beri antibiotik untuk anak bila terdapat indikasi infeksi (peningkatan leukosit dan suhu tubuh) Ada obat lain yang lebih efektif Menurut jurnal, penisilin V lebih efektif untuk pasien dengan diagnosis faringitis Diberikan kombinasi dengan penisilin Diberikan tanpa indikasi Kurang efektif untuk kasus pneumonia pada bayi < 1 bulan Pemberian dua macam antihistamin Diberikan secara bersamaan dan punya fungsi yang sama Diberikan salah satu saja, dalam kasus ini adalah Cetirizin Diberikan salah satu saja Penggunaan antibiotika yang tidak tepat akan menyebabkan resistensi antibiotika di mana antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakteri; dengan kata lain bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembang biak meskipun telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup dalam pengobatan (Anonim, 2011). Penggunaan obat secara rasional artinya pasien mendapatkan pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi kebutuhan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 individualnya, untuk waktu yang cukup, dan dengan biaya yang paling terjangkau. Pemakaian antibiotik yang tidak berdasarkan ketentuan menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik tersebut, sehingga kemampuan membunuh kumannya akan berkurang, dan hal itulah yang disebut dengan resistensi antibiotik. Menurut Helmia, dkk (2008) dalam penelitiannya dengan judul Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi Resistensi Antibiotik, dikatakan bahwa masalah terbesar penggunaan antibiotik ternyata bukanlah kesalahan dalam menentukan dosis, lama pemberian, atau jenis antibiotik, melainkan pada hal yang lebih mendasar, yaitu pengenalan ada tidaknya indikasi pemberian antibiotik. Dari hasil evaluasi yang dilakukan, ditemukan bahwa ceftriaxon diberikan tanpa adanya indikasi infeksi pada pasien. Pada kasus 25, pemberian ceftriaxon pada tanggal 12 Mei menyebabkan reaksi alergi pada pasien dan tidak dilakukan penggantian antibiotik. Antibiotik merupakan salah satu obat yang sering digunakan dalam penatalaksanaan PPOK. Menurut British Columbia guideline (2008), dikatakan bahwa pilihan terapi untuk PPOK eksaserbasi dapat diberikan golongan β-lactam, makrolida, dan golongan sefalosporin generasi II dan III. Sehingga pada kasus tersebut, dapat diberikan antibiotik golongan makrolida sebagai pilihan terapi pada pasien dengan PPOK eksaserbasi. Selain itu, pemberian Cefotaxim dan Cefixime dikatakan tidak efektif karena tidak sesuai dengan indikasi pasien pada kasus 1 dan 4. Menurut WHO (2009), dikatakan bahwa antibiotik tidak diberikan secara rutin untuk asma atau anak asma yang bernapas cepat tanpa disertai demam. Antibiotik diindikasikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 bila terdapat tanda infeksi bakteri. Pemakaian antibiotik yang tidak berdasarkan ketentuan menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik tersebut, sehingga kemampuan membunuh kumannya akan berkurang, dan hal itulah yang disebut dengan resistensi antibiotik. Pada kasus nomor 5, penggunaan cefixime tidak tepat untuk pasien dengan diagnosis faringitis. Menurut Regoli et.al (2011) dalam review artikel yang berjudul update on the management of acute pharyngitis in children dikatakan bahwa para peneliti dalam guideline menyarankan penicillin sebagai terapi pilihan pertama untuk penderita faringitis. Selain penicillin, disampaikan juga bahwa ampicillin atau amoxicillin sama efektifnya bila digunakan oleh anak. Dosis penicillin untuk terapi faringitis menurut jurnal tersebut adalah untuk anak dengan BB >27 kg 250 mg tiga kali sehari, dan untuk anak dengan BB <27 kg 500 mg dua sampai tiga kali sehari selama sepuluh hari. Cefixime yang merupakan antibiotik golongan sefalosporin merupakan alternatif pengobatan apabila terjadi hipersensitivitas terhadap penisilin. Pada kasus nomor 16 merupakan pasien dengan diagnosa pneumonia. Menurut Lee et.al. (2007) dalam review artikel yang berjudul guideline for the management of community-acquired pneumonia in children dikatakan bahwa pilihan terapi antibiotik untuk anak < 1 bulan yang belum diketahui patogen penginfeksinya dapat diberikan kombinasi ampicillin + aminoglikosida, dan sebagai alternatif dapat diberikan ampicillin + cefotaxime atau ceftriaxon. Sehingga pada kasus tersebut, disarankan pemberian gentamisin dikombinasikan dengan ampicillin sesuai yang direkomendasikan. Menurut Katzung (2004), PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 gentamisin tidak boleh digunakan sebagai agen tunggal untuk terapi pneumonia sebab buruknya penetrasi jaringan paru-paru yang terinfeksi. Kombinasi antibiotika gentamisin dan ampisilin digunakan sebagai antibiotik lini pertama untuk pasien anak. Hal ini disebabkan gentamisin yang dikombinasikan dengan penisilin menghasilkan efek bakterisid yang kuat, yang sebagian disebabkan oleh peningkatan efek obat yang timbul karena penghambatan sintesis dinding sel. Penisilin mengubah struktur dinding sel sehingga memudahkan penetrasi gentamisin ke dalam kuman. Antihistamin merupakan zat- zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin sehingga mencegah efek bronkokontriksi (Tjay dan Kirana, 2007). Pada pasien dengan nomor kasus 9, diberikan cyproheptadin yang merupakan generasi pertama pada anak dengan umur 15 bulan. Menurut literatur, cyproheptadin dikontraindikasikan untuk pasien dengan serangan asma akut. Selain itu, belum ditetapkannya keamanan dan efektivitas dari cyproheptadin untuk anak dengan umur di bawah 2 tahun (Anonim, 2006). Pasien ini juga menerima cetirizin sebagai generasi kedua antihistamin. Menurut Cuvillo et. al. (2007), dikatakan bahwa penggunaan antihistamin generasi kedua termasuk cetirizin memiliki efikasi yang baik dan aman digunakan pada hampir semua kelompok usia anak yang mengalami serangan asma. Sehingga pada kasus tersebut peneliti menyarankan untuk menggunakan cetirizin sebagai antihistamin pada anak yang memiliki serangan asma. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Menurut Tjay dan Kirana (2007), mukolitika merupakan zat- zat yang berdaya merombak dan melarutkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya dipermudah. Masalah ketidakefektifan terjadi karena pada kasus ditemukan ambroksol dan n-asetilsistein digunakan secara bersamaan. Peneliti menyarankan penggunaan mukolitik salah satu saja, karena memiliki mekanisme yang sama, yakni untuk mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Selain masalah pemilihan obat, keefektifan terapi juga dipengaruhi oleh dosis yang diterima oleh pasien. Dosis obat yang kurang dapat mengakibatkan terapi obat tidak mencapai efek yang optimal, hal ini karena kadar obat dalam darah berkurang sehingga jendela terapi untuk dapat mencapai efek optimal tidak tercapai. Frekuensi pemberian yang kurang juga mempengaruhi dosis yang diterima pasien menjadi kurang. Berikut ini akan disajikan tabel yang memuat evaluasi dosis kurang yang ditemukan pada kasus pasien. Tabel VII. DRPs Dosis Kurang Pada Pasien Gangguan Saluran Pernafasan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari-Juli 2012 Nomor Kasus Nama Obat 12 Cetirizine 9 Gentamisin Masalah terkait efektivitas Dosis yang diberikan Falergi 1 mg. Dosis yang diberikan kurang. Pasien mendapatkan Gentamisin 20 mg dua kali sehari Rekomandasi Dosis Falergi yang dianjurkan untuk anak 25 tahun adalah 2,5 mg sekali sehari, bisa ditingkatkan 2,5 mg tiap 12 jam atau 5 mg sekali sehari. Beri sesuai yang dianjurkan literatur. Dosis Gentamisin untuk anak > 1 bulan adalah 2,5 mg/kg BB tiap 8 jam sehari atau 23,3 mg tiap 8 jam sehari. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 Lanjutan Tabel VII. Nomor Kasus Nama Obat 10 Salbutamol 11 Cefadroxil (Renasistin®) 30 Teofilin (Retaphyl®) Masalah terkait efektivitas Dosis yang diberikan tepat, namun frekuensi pemberian yang kurang. Pada kasus ini, pasien hanya menerima salbutamol selama 2 kali dalam sehari, frekuensi yang diberikan kurang Dosis yang diberikan kurang. Diberikan dengan dosis 2 x 3 4 cth Dosis yang diberikan tepat, tapi frekuensi pemberiannya yang kurang. Pasien mendapat 1 kaplet sehari Rekomandasi Meningkatkan frekuensi pemberian Salbutamol. Menurut DIH, dosis untuk dewasa adalah 2 mg dapat diberikan 3-4 kali dalam sehari. Diberikan sesuai literatur, yakni 30 mg/kg 2 x sehari. Meningkatkan frekuensi pemberian dari teofilin. Dosis yang dianjurkan adalah 1 kaplet 2 x sehari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Obat gangguan pernafasan yang paling banyak digunakan oleh pasien gangguan saluran pernafasan adalah antibiotik dengan jumlah 37 kasus, diikuti dengan penggunaan golongan obat kortikosteroid sebanyak 33 kasus. Golongan obat lain yang digunakan oleh pasien gangguan saluran pernafasan adalah antiulser sebanyak 29 kasus. 2. Masalah efektivitas terkait dengan pemilihan obat terjadi pada 11 kasus dan untuk dosis kurang terjadi pada cetirizine, gentamisin, salbutamol, cefadroxil, dan teofilin. B. SARAN 1. Diperlukan peran farmasis klinis dalam memutuskan pilihan terapi untuk pasien gangguan saluran pernafasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas terapi yang diterima oleh pasien. 2. Perlu dilakukan penelitian terkait penggunaan antibiotika pada pasien gangguan saluran pernafasan. 3. Perlu dilakukan penelitian terkait evaluasi pengobatan pada gangguan saluran pernafasan dengan kajian efektivitas menggunakan studi prospektif 53 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Direktorat Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2005, Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pernafasan Manusia, akses tanggal 22 Maret 2012 Anonim, 2006, Product Information, www.medicines.org.au/files/mkpperia, diakses tanggal 4 Juli 2013 Anonim, 2011, Gunakan Antibiotik Secara Rasional, http://xa.yimg.com/kq/groups/25252750/1019276275/name/BPOM+Antibioti ka+Rasional+crop, diakses tanggal 25 Februari 2013 Anonim, 2012, MIMS Indonesia: Petunjuk Konsultasi, edisi 11, UBM Medical, Jakarta Antibiotic Advisory Subcommittee and the Pharmacy and Therapeutics Committee, 2012, Pediatric Antibiotic Dosing Card 2012, UCSF Benioff Children’s Hospital Aslam, Tan, C.K., dan Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 3-8, PT Elex Media Komputindo, Jakarta Benvie atau Ilmu Penyakit Dalam, 2009, Asma http://doctorology.net/?p=144, diakses tanggal 2 Agustus 2012 Broncial, British Columbia Association, 2008, Antibiotic Treatment Recommendations for Acute Exacerbations of COPD, www.bcguidelines.ca/pdf/copd_appendix_e.pdf, diakses tanggal 20 Mei 2013 Cipolle RJ, Strand LM, and Morley PC., 2004, Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s guide, 2nd ed., 12- 14, McGraw Hill, New York Cuvillo, del A., Sastre, J., Montoro, J., Jáuregui, I., Ferrer, M., Dávila, I., et. al., 2007, Use of Antihistamines in Pediatrics, Investig Allergol Clin Immunol, 17, 29,31,34 David, R., dan David, W., (Eds), 2005, Kedokteran Klinis, Edisi Keenam, 273, 281, 291- 292, Penerbit Erlangga, Jakarta Dinas Kesehatan DIY, 2008, Profil Kesehatan www.depkes.go.id, akses tanggal 2 Mei 2012 D.I. Yogyakarta, Direkrorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan, www. binfar.depkes.go.id, diakses tanggal 12 Mei 2012, pp 30 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, www.depkes.go.id., diakses tanggal 3 Agustus 2012 Departemen Kesehatan RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik www.binfar.depkes.go.id, diakses tanggal 3 Agustus 2012 Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Jakarta Departemen Kesehatan RI, 2006, Tuberkulosis, edisi I, 3- 4, Jakarta Pedoman Nasional Penanggulangan Fransiska, S.K., 2000, Pneumonia, Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma, Surabaya Guyton, A.C., dan John E. Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11, 554, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Hidayah, F., dan Prasetyo, D., S., 2009, Identifikasi Drug Related Problems pada Pasien Asma Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2009, Skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Helmia F., Herawati, Notoatmodjo H., dan Hardian, 2008, Penggunaan Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi Resistensi Antibiotik, http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/10-1-6.pdf, diakses tanggal 22 Februari 2013 Ikawati, Z., 2007, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan, Pustaka Adipura, Yogyakarta Katzung, B. G. 2004, Basic and Clinical Pharmacokinetics, United States: The McGraw-Hill Companies Lacy, C. F., Amstrong, L., Goldman, M. P., Lance, L., Drug Information Handbook, 17th edition, American Pharmacist Association, Lexi-Comp Lee, P., Chiu, C.H., Chen, P.Y., Lee. C.Y., Lin., T.Y., 2007, Guidelines for the Management of Community Acquired Pneumonia in Children, Department of Pediatrics, Taiwan, 173-174 Leman M., 2009, Pneumonia: Musuh Spesial para Lanjut Usia. http://leman.or.id/medicastore/pneumonia.htm, pada tanggal : diakses tanggal 2 Agustus 2012 Mansjoer A., Suprohaita, Ika, W.W., dan Setiowulan, W., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, edisi ketiga, 465, Penerbit Media Aesculapius FK UI, Jakarta) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, PPOK; Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia, www.klikpdpi.com/konsensus/konsensusppok/ppok.pdf, pp 10-11, diakses tanggal 12 Mei 2012 Rahmawati, F., Ellykusuma N.Y., Pramantara D.P., dan Sulaiman, S.A.S, 2008, Problem Pemilihan Obat Pada Pasien Rawat Inap Geriatri, Jurnal Farmasi Indonesia, hal. 25- 26 Riskesdas, 2007, Buletin Jendela Epidemiologi, www.depkes.go.id, akses tanggal 2 Mei 2012 Regoli, M., Chiappini., E., Bonsignori, F., Galli, L., dan Martino, 2011, Update on the Management of Acute Pharyngitis in Children, 7, http://www.ijponline.net/content/37/1/10, diakses tanggal 12 Maret 2013 Rengganis Iris, 2008, Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Siregar, C.J.P, dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapannya, Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta Setyoningrum R.A., 2006, Pneumonia, Divisi Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK Unair RSU Dr. Soetomo, Surabaya Syahmsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Tandiose, D., 2005, Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administasi dan Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda periode Agustus 2008 (Kajian Penggunaan Obat Sistem Saluran Pernapasan), Skripsi, Universitas Sanata Dharma, 94 Tjay, T.H., dan Kirana, R., 2007, Obat- obat Penting, Edisi VI, 638, PT Gramedia, Jakarta U.S. Departement of Health and Human Service, 2011, Anemia Healthy Lifestyle Changes, 44, 48, 49, National Institutes of Health, USA Wakidi, 2001, Informasi yang Dibutuhkan Secara Timbal Balik Antara Dokter, Apoteker, Pasien, Majalah Kedokteran Indonesia, 34 (I): 67-70 WHO, 2006, COPD: Diagnosis and Classification of Severity, www.who.int.entity/respriratory/copd/en, diakses tanggal 1 Agustus 2012 WHO, 2009, Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Departement of Child and Adolescent Health and Development, 89, 102, Jakarta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 57 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 1. Surat Bukti Penerimaan Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini 58 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 2. Surat Bukti Selesainya Penelitian di Rumah Sakit Panti Rini 59 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 1/ RM 092383 Tanggal terapi : 25 – 26 April 2012 Subyektif: Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 11 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchiale serangan sedang dan mendapatkan pengobatan selama 1 hari. Keluhan utamanya adalah sesak napas dan selama 2 hari menderita batuk pilek. Obyektif: BB 33 kg Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal 25-4-2012 Hasil Nilai Normal Satuan 106 / mm3 RBC 4.10-5.50 4.53 HGB HCT 12.0-14.0 36.0-44.0 MCV MCH MCHC RDW 73-89 24.0-30.0 32.0-36.0 11.0-16.0 PLT MPV PCT PDW WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Tanda vital: Tanda Vital Suhu Nadi Tekanan darah g/dL % µm3 288 µm3 6.0-11.0 0.150-0.500 11.0-18.0 7.8 0.225 12.8 % % 103 / mm3 5.0-13.5 35.0-88.7 12.0-44.0 0.0-11.2 0.0-9.5 0.0-2.5 55-90 115/60 87 28.9 33.3 15.6 pg g/dL % 103 / mm3 150-450 Normal 37 13.1 39.3 8.2 50.8 35 7.4 6.1 0.7 % % % % % Satuan o Pemeriksaan C x/menit mmHg 37 108 110/70 Penatalaksanaan Terapi Obat, dosis, dan cara pemberian 25/4 26/4 Cefotaxim 3x500 mg (injeksi) 2x 1x Metilprednisolon 2x125 mg (i.v) 2x 1x k/p Progesic syrup 2x1/2 cth 2x 2x Nebu meptin 0.3 mg + NaCl 2ml/ 8jam 2x 1x Assesment: 1. Cefotaxim sebagai antibiotik. Indikasi: infeksi saluran nafas. Dalam kasus ini tidak ditemukan adanya infeksi bakteri jika dilihat dari pemeriksaan hasil laboratorium. Menurut Drug Information Handbook (2008-2009), dosis yang dianjurkan adalah 50-200 mg/kg/hari tiap 6- 8 jam. Dosis sudah tepat 2. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Pemakaian obat ini dapat mengurangi timbulnya gejala asma. Diberikan 2 x 125 mg secara i.v. Dosis yang dianjurkan adalah 100-250 mg/hari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan sudah tepat. 3. Meptin merupakan (Procaterol HCl hemihydrates) memiliki indikasi: mengurangi sesak yang berhubungan dengan asma bronkial, bronkitis seperti asma, bronkitis kronik, bronkitis akut dan emfisema paru. Dosis menurut literatur adalah 10-30 µg 1-4x/hari, dan pada kasus ini diberi 0,3 mg, sehingga dosis yang diterima sudah sesuai (Formularium RS Panti Rini). Plan: 1. Penggunaan Cefotaxim pada pasien ini sebaiknya tidak perlu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 2/ RM 179359 Tanggal terapi : 5 Juni- 6 Juni 2012 Subyektif: Seorang ibu berusia 50 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchiale dengan komplikasi dislipidemia dan hipertensi mendapatkan pengobatan selama 1 hari. Keluhan utamanya adalah sesak napas, batuk, badan terasa kaku, dan memiliki riwayat asma. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Nilai Normal Satuan Hasil RBC 3.80-5.80 106 / mm3 4.34 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 13.5 HCT 37.0 - 47.0 % 40 MCV 80 - 100 µm3 93 MCH 27.0 - 32.0 pg 31 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.1 RDW 11.0 - 16.0 % 13.5 PLT 150 - 450 103 / mm3 311 MPV 6.0 - 11.0 µm3 7.4 PCT 0.150 - 0.500 % 0.231 PDW 11.0 - 18.0 % 11.5 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 21.9 Neutrofil 35.0-88.7 % 89.1 Limfosit 12.0-44.0 % 6.4 Monosit 0.0-11.2 % 2.2 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.7 Basofil 0.0-2.5 % 0.6 SGOT 0.0-38.0 u/L 352.5 SGPT 0.0-41.0 u/L 201.4 Kolesterol total < 201 mg / dL 195 Trigliserida < 200 mg / dL 194 HDL > 65 u/L 54 LDL < 100 u/L 118 Ureum < 71 mg / dL 21 Kreatinin 0.51-0.95 mg / dL 0.7 Uric acid mg / dL 4.7 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.9 Natrium 136 - 145 mmol/L 139 Klorida 97 - 111 mmol/L 104 Tanda vital: Normal Satuan Pemeriksaan Tanda Vital o Suhu 37 C 36 Nadi 70-75 x/menit 138 Tekanan darah 120/80 mmHg 190/120 Nafas 15-20 x/menit 20 Penatalaksanaan Terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 5/6 6/6 inj. Mosardal 500 mg/24 jam 1x Proliver 2x1 p.o 2x Ambroksol 3x1 p.o 2x Amlodipin 1x10 mg p.o 1x Somerol 2x125 mg injeksi 1x Acran 2x1 amp injeksi 1x Assesment: 1. Mosardal (Levofloxacin) diindikasikan untuk eksaserbasi bronkitis kronik oleh bakteri, dari hasil pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa pasien mengalami infeksi, ditandai dengan nilai WBC yang tinggi. Dosis yang dianjurkan untuk dewasa adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis yang diterima pasien sudah tepat. 2. Ambroksol merupakan mukolitik. Menurut IONI (2008), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. . Dosis yang diberikan pada pasien tepat. 3. Somerol (metilprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi dan alergi. Dosis yang dianjurkan pada lansia adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Pasien mendapat dosis yang tepat Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 3/ RM 197556 Tanggal terapi : 4 April- 7 April 2012 Subyektif: Seorang ibu berusia 90 tahun didiagnosis menderita Asma Bronchiale dan mendapatkan pengobatan selama 3 hari. Keluhan utamanya adalah sesak napas ± 2 minggu hilang timbul, dan batuk. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Hasil Tanggal 4/4/2012 RBC Nilai Normal 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 12.7 HCT 37.0 - 47.0 % 38.4 MCV 80 - 100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg MCHC 32.0 - 36.0 g/dL RDW 11.0 - 16.0 % 13.9 PLT 150 - 450 103 / mm3 385 MPV 6.0 - 11.0 µm3 6.9 PCT 0.150 - 0.500 % 0.266 PDW 11.0 - 18.0 % 10.3 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 10.6 Neutrofil 35.0-88.7 % 76.5 Limfosit 12.0-44.0 % 15.6 Monosit 0.0-11.2 % 6 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.5 Basofil % u/L 0.4 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 SGPT 0.0-41.0 u/L 8.9 Kolesterol total < 201 mg / dL 281 Trigliserida < 200 mg / dL 111 HDL > 65 u/L 105 LDL < 100 u/L 161 Ureum < 71 mg / dL 16 Kreatinin 0.51-0.95 mg / dL 0.7 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.7 Natrium 136 - 145 mmol/L 138 Klorida Tanda Vital: 97 - 111 mmol/L 97 Satuan Pemeriksaan Tanda Vital Nilai Normal Suhu 37 o 4.43 87 28.6 33 19.7 C 36 Nadi 70-75 x/menit 84 Tekanan darah 140/90 mmHg 120/80 Nafas 15-20 x/menit 26 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 Penatalaksanaan Terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 4/4 Rhinatiol 3x2 cth 5/4 6/4 7/4 3x 3x 1x Ranitidin 2x1 Amp. injeksi (j. 8 dan 20) 1x 2x 2x 1x Ceftriaxon 2x1 gr (j 8 dan 20) 1x 2x 2x 1x Metilprednisolon 3x62.5 mg 1x 3x 3x 1x Assesment: 1. Rhinatiol (karbosistein) sebagai ekspektoran. Dosis yang dianjurkan 3 x sehari 15 ml, pasien mendapat dosis yang sesuai. 2. Ceftriaxon diindikasikan untuk infeksi saluran napas. Namun, nilai WBC pasien berada dalam kisaran normal. Dosis yang dianjurkan adalah 1-2 g tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat. 3. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Dosis yang dianjurkan pada lansia adalah 100- 250 mg/hari (IONI, 2000). Pasien mendapat dosis yang tepat Plan: 1. Antibiotik tidak perlu diberikan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 4/ RM 199639 Tanggal terapi: 24 Juni – 25 Juni 2012 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 14 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchial serangan sedang dan menjalani pengobatan selama 1 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesak napas dan mengalami batuk selama perawatan. Obyektif : BB: 42 kg Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil Nilai RBC 4.10-5.50 HGB HCT MCV MCHC RDW PLT 12.0-14.0 13.1 36.0-44.0 % 40.6 77 24.0-30.0 24.9 32.0-36.0 g/dL 32.3 11.0-16.0 % 14.9 6.0-11.0 PCT µm3 pg 150-450 MPV 5.26 g/dL 73-89 MCH 24-6-2012 Satuan 106 / mm3 103 / mm3 253 µm3 8.4 0.150-0.500 % 0.214 11.0-18.0 % 14.8 PDW WBC 5.0-13.5 103 / mm3 8.2 Neutrofil 35.0-88.7 % 59.3 Limfosit 12.0-44.0 % 22.6 Monosit 0.0-11.2 % 10.7 Eosinofil 0.0-9.5 % 6.9 Basofil 0.0-2.5 % 0.5 mg/dL 100 Glukosa acak Tanda vital Tanda Vital 74-106 Normal Tekanan darah Nafas Penatalaksanaan Terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 115/60 Satuan Pemeriksaan mmHg 110/70 x/mnt 28 24/6 25/6 Meptin 3 x 25 p.o 1x 2x Ambroksol 3x1 p.o 1x 2x Cefixime 2 x 100 mg p.o Cefotaxim 3 x 500 mg (injeksi) Nebulasi Meptin + NaCl 3 cc 1x STOP v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 Assesment: 1. Pasien diberikan obat Meptin (Procaterol HCl hemihydrates). Pemberian secara peroral dengan frekuensi 3 x 1 dengan dosis 25 mcg. Pemberian obat ini mengatasi sesak napas yang dialami oleh pasien. Dalam tiap tablet mengandung 25 mcg procaterol HCl hemihydrates. Pada pasien diberikan 2 x sehari 1 tablet. 2. Ambroksol sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk berdahak. Menurut IONI (2008), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberikan pada pasien tepat. 3. Cefixime yang merupakan satu golongan antibiotika sefalosporin generasi III. Namun, dari pemeriksaan laboratorium dan keadaan pasien, tidak ditemukan adanya infeksi. Dalam tiap kapsul mengandung 100 mg cefixime dan dosis yang dianjurkan untuk anak dengan BB ≥ 30 kg adalah 50-100 mg 2 x sehari (Formularium RS Panti Rini). Sehingga dosis yang diberikan sudah tepat. Plan: 1. Penggunaan antibiotik sebaiknya tidak perlu diberikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 5/ RM 196903 Tanggal terapi: 20- 22 Maret 2012 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 9 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchial komplikasi faringitis dan menjalani pengobatan selama 2 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah batuk sebulan lebih dan sedikit sesak. Obyektif : Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil RBC HGB HCT Nilai 4.10-5.50 12.0-14.0 g/dL 14.6 36.0-44.0 % 44.1 MCV MCH MCHC RDW PLT 20-3-2012 Satuan 106 / mm3 73-89 5.16 µm3 86 24.0-30.0 pg 28.3 32.0-36.0 g/dL 33.1 11.0-16.0 % 14.1 150-450 103 / mm3 293 µm3 MPV PCT 6.0-11.0 0.150-0.500 PDW 11.0-18.0 % % 5.0-13.5 103 / mm3 Neutrofil 35.0-88.7 % 33.3 Limfosit 12.0-44.0 % 51.8 Monosit 0.0-11.2 % 9 Eosinofil 0.0-9.5 % 5 WBC Basofil 7.8 0.228 13.5 10 % mmol/L 0.9 Kalium 0.0-2.5 3.5 - 5.1 Natrium 136 - 145 mmol/L 139 97 - 111 mmol/L 103 Klorida Tanda vital Nilai Normal Tanda Vital 37 Suhu 70-110 Nadi Penatalaksanaan terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian Satuan o C x/menit 20/3 4.3 Pemeriksaan 36 24 21/3 22/3 Cefixime 2x75 mg p.o 2x 1x Meptin 2x25 p.o 2x 1x Cerini 2x1/2 tab 2x 1x Epexol 3x1cth p.o 3x 1x Assesment: 1. Pasien diberikan Cefixime sebagai antibiotik. Menurut diagnosis, pasien juga menderita faringitis. Cefixime bukan merupakan pilihan terapi untuk faringitis. . Dosis yang dianjurkan untuk anak dengan BB ≥ 30 kg adalah 50-100 mg 2 x sehari (Formularium RS Panti Rini). Sehingga dosis yang diberikan sudah tepat. 2. Meptin (procaterol HCl hemihydrates). Dalam tiap tablet mengandung 25 mcg procaterol HCl hemihydrates. Dosis yang dianjurkan adalah 2 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis tepat. 3. Cerini merupakan antihistamin dengan zat aktifnya yaitu Cetirizine. Dosis yang dianjurkan untuk anak ≥ 6 tahun adalah 5-10 mg sehari, tidak melebihi 10 mg (DIH, 2009). Dosis tepat. 4. Epexol (Ambroksol) merupakan mukolitik dalam sediaan sirup dengan dosis pada anak 5-10 tahun 1 sdt 23x/hari, sehingga telah sesuai dengan aturan dosis pada MIMS. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Plan: 1. Dilakukan tes sputum pada dahak untuk menentukan bakteri spesifik 2. Penisilin V lebih efektif sebagai terapi faringitis pada anak dengan dosis sesuai literatur 67 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 6/ RM 017494 Tanggal terapi: 4 Maret – 7 Maret 2012 Subyektif: Seorang Ibu berusia 55 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk dan ada darahnya. Pasien didiagnosa mengalami PPOK dan dirawat di RS Panti Rini selama tiga hari. Obyektif: Hasil laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal 4/3/2012 Hasil Nilai Satuan RBC 3.80-5.80 106 / mm3 4.29 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 13.4 HCT 37.0 - 47.0 % 40.1 MCV 80 - 100 µm3 93 MCH 27.0 - 32.0 pg 31.2 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.5 RDW 11.0 - 16.0 % 13.2 PLT 150 - 450 103 / mm3 319 MPV 6.0 - 11.0 µm3 7.4 PCT 0.150 - 0.500 % 0.237 PDW 11.0 - 18.0 % 11 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 17.6 Limfosit 12.0-44.0 % 8.7 Monosit 0.0-11.2 % 4.3 Basofil 0.0-2.5 % 0.6 SGOT 0.0-38.0 u/L 23.9 SGPT 0.0-41.0 u/L 17.2 Kolesterol total < 201 mg / dL 308 Trigliserida < 200 mg / dL 174 HDL > 65 u/L 66 LDL < 100 u/L 207 Ureum < 71 mg / dL 19 Kreatinin 0.51-0.95 mg / dL 0.9 Uric acid 2.3-6.6 mg/dL 5.3 Glukosa acak 74-106 132 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 2.5 (duplo) Natrium 136 - 145 mmol/L 141 (duplo) Klorida 97 - 111 mmol/L 102 (duplo) Tanda vital Tanda Vital o Suhu 37 C 37 Nadi 70-75 x/mnt 96 Tekanan darah 120/80 mmHg 140/90 Nafas 15-20 x/menit 28 Heart Rate x/menit 104 Penatalaksanaan Terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 4/3 5/3 6/3 7/3 Pectosil 3x1 p.o 2x 3x 3x Normoten 1x5 mg p.o 1x 1x Rocher 1 amp/24j drip (injeksi) 1x 1x 1x Erocef 1gram/24 jam (i.v) 1x 1x 1x 1x Somerol 62.5mg/8j (injeksi) 3x 3x 3x 1x (j.8:00) k/p Ventolin & Flixotide (nebulizer) v v (j.19:30) Assessment: 1. Pasien diberikan Pectosil (n-asetilsistein) yang merupakan mukolitik, tiap kapsul mengandung 200 mg. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai. 2. Erocef (Ceftriaxon) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Nilai WBC pasien tinggi, sehingga menunjukan adanya infeksi, sehingga pasien diberi antibiotik. Dalam tiap vial mengandung 1 g ceftriaxon. Dosis yang rekomendasi adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 3. Somerol (metilprednisolon) merupakan kortikosteroid. Dosis yang dianjurkan pada lansia adalah 100- 125 mg sehari. Pada kasus ini, pasien menerima Somerol 62.5 mg/8jam (IONI, 2000). Pasien menerima dosis yang tepat. 4. Diberikan pula kombinasi Ventolin dan Flixotide dengan nebulizer (1:1). Ventolin mengandung 2.5 mg salbutamol sulfat sebagai bronkodilator. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotid merupakan obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 7/ RM 017494 Tanggal terapi: 20- 21 Juni 2012 Subyektif : Seorang ibu berusia 55 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchial dan menjalani pengobatan selama 1 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah batuk, agak sesek. Obyektif : Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 20-6-2012 RBC Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 12.9 HCT 37.0 - 47.0 % 38.9 4.16 3 MCV 80 - 100 µm 94 MCH 27.0 - 32.0 pg 31 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL RDW 11.0 - 16.0 % 3 33.1 13.1 3 PLT 150 - 450 10 / mm 253 MPV 6.0 - 11.0 µm3 7.7 PCT 0.150 - 0.500 % 0.194 PDW 11.0 - 18.0 % 12.3 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 12.3 Neutrofil 35.0-88.7 % 84.8 Limfosit 12.0-44.0 % 9.3 Monosit 0.0-11.2 % 4.3 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.1 Basofil % u/L 0.5 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 SGPT 0.0-41.0 u/L 10.3 Kolesterol total < 201 mg / dL 300 Trigliserida < 200 mg / dL 118 HDL > 65 u/L 66 LDL < 100 u/L 208 Ureum < 71 mg / dL 12 0.51-0.95 mg / dL 0.7 Glukosa acak 74-106 mg/dL 195 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 2.7 Natrium 136 - 145 mmol/L 143 Klorida Tanda vital Tanda Vital 97 - 111 mmol/L 104 Kreatinin Nadi Tekanan darah Nafas Penatalaksanaan terapi: 21 Nilai Normal 70-75 Satuan x/menit 120/80 mmHg 170/90 15-20 x/menit 20 Obat, dosis, dan cara pemberian Pemeriksaan 100 20/6 21/6 Aspark 3x1 p.o 3x 2x Simvastatin 1x10mg p.o 2x T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Somerol 3x4mg p.o 1x 2x Metilprednisolon 125mg/12j (i.v) 1x STOP Ranitidin 1 amp12j (i.v) 1x Mosardal 500mg/24j (i.v 1x 71 Nebulasi Ventolin:Flixotide/8j 1x Assesment: 1. Pasien diberi Metilprednisolon i.v pada awal pengobatan, tapi kemudian diganti dengan Somerol (metilprednisolon) 3 x 4 mg secara peroral . Dosis yang dianjurkan adalah 4-48 mg/hari (MIMS 2011/2012). Pasien mendapatkan dosis yang sesuai. 2. Mosardal (Levofloxacin) merupakan antibiotik golongan Quinolon. Dari pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBCnya tinggi, hal ini mengindikasikan adanya infeksi, sehingga diberikan antibiotika. Mengandung 500 mg levofloxacin dalam tiap kapletnya. Dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis sudah tepat 3. Flixotide dikombinasikan dengan Ventolin lalu diberikan dengan menggunakan nebulizer. Flixotide merupakan obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Ventolin merupakan obat bronkodilator dimana dalam sediaannya mengandung 2,5 mg salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 8/ RM 017494 Tanggal terapi: 16- 18 Juli 2012 Subyektif : Seorang ibu berusia 55 tahun. Didiagnosis menderita asma bronchial dan menjalani pengobatan selama 2 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek dan batuk. Obyektif : Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 16/7/2012 RBC Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 14.8 HCT 37.0 - 47.0 % 44.6 MCV 80 - 100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 30.5 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.2 RDW 11.0 - 16.0 150 - 450 PLT 4.84 92 % 12.7 3 3 10 / mm 337 3 6.0 - 11.0 µm PDW 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 % % WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 19.1 Limfosit 12.0-44.0 % 4.6 Monosit 0.0-11.2 % 1.5 Basofil % u/L 0.7 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 25.3 SGPT 0.0-41.0 u/L 15.4 MPV PCT 7.8 0.263 12.5 < 71 mg / dL 15 0.51-0.95 mg / dL 0.7 Glukosa acak 74-106 mg/dL 170 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.3 Natrium 136 - 145 mmol/L 145 Klorida Tanda vital 97 - 111 mmol/L 103 70-75 x/menit 92 120/80 15-20 mmHg x/menit 150/80 Ureum Kreatinin Tanda Vital Nadi Tekanan darah Nafas Penatalaksanaan terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 16/7 32 17/7 18/7 Pectosil 3x1 p.o 3x 3x Ambroksol 3x1 p.o 3x 3x KSR 3x1 p.o 3x 3x Sharox 2x1 p.o 2x 2x Farsix 1 amp/8j 3x 2x Metilprednisolon 62.5mg/8j 1x 2x 2x Ranitidin 1/12j Nebulasi flixotide:combivent/ 8jam 1x 2x 2x v v T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Nebulasi Ventolin:Flixotide/8jam 1x 2x 73 1x Assesment: 1. Setelah mendapatkan perawatan pada tanggal 20- 21 Juni kemarin, pasien ini kembali menjalani perawatan di RS Panti Rini dengan diagnosa yang sama, yaitu Asma Bronchiale. Pada kasus ini, pasien diberikan Pectosil (nasetilsistein) secara peroral, dengan komposisinya adalah 200 mg sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diterima pasien sudah cukup. 2. Mukolitik juga diberikan pada pasien ini. Yang digunakan dalam terapi ini adalah Ambroksol 30 mg. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberikan pada pasien tepat. 3. Sharox (Cefuroxime) merupakan sefalosporins generasi II. Aturan pakai menurut literatur adalah 250- 500 mg 2 x sehari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis pemberiannya adalah 500 mg 2 x sehari, sehingga dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat. 4. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Dosis yang dianjurkan adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat. 5. Nebulizer Combivent sebagai bronkodilator dengan kombinasi Ipatropium Bromide 0.5 mg dan Salbutamol Sulfat 2.5 mg 6. Flixotide: merupakan kortikosteroid inhalasi dengan zat aktif fluticasone propionate nebule 0.5 mg/ 2ml. 7. Ventolin: merupakan bronkodilator golongan selective beta-2 adrenoceptor stimulan dengan zat aktif salbutamol sulfat. Kombinasi bronkodilator dan antiinflamasi biasa digunakan. 8. Aminofilin diberikan pula pada pasien ini. Merupakan golongan xanthin yang penting digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dan bronkospasme reversibel yang berkaitan dengan bronkitis kronik dan emfisema. Penggunaan aminofilin secara optimal umumnya diberikan secara parenteral. Biasanya diberikan dalam 100-200 ml D5%. Plan: 1. Pemakaian salah satu mukolitik PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 9/ RM 196859 Tanggal terapi: 10- 13 Maret 2012 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 15 bulan. Didiagnosis menderita asma bronchial serangan sedang dan menjalani pengobatan selama 3 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah batuk, dan sesak napas mulai semalam. Obyektif : BB: 9320 gram Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Hasil Tanggal Nilai 10/3/2012 4.10-5.50 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0-14.0 g/dL 10.5 HCT 36.0-44.0 % 32.1 RBC 3.7 µm3 MCV 73-89 MCH 24.0-30.0 pg 28.3 MCHC 32.0-36.0 g/dL 32.6 11.0-16.0 % 15.2 150-450 103 / mm3 430 6.0-11.0 µm3 7.6 RDW PLT MPV 87 0.150-0.500 % 0.325 11.0-18.0 % 11.8 5.0-13.5 103 / mm3 16.1 Neutrofil 35.0-88.7 % 79.4 Limfosit 12.0-44.0 % 14 Monosit 0.0-11.2 % 4.9 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.8 Basofil 0.0-2.5 % 0.9 PCT PDW WBC Gol. Darah ABO A Rhesus Tanda vital Tanda Vital (+) Nilai normal Suhu Satuan o 37 Pemeriksaan C 37 Penatalaksanaan terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 10//3 11/3 12/3 2x 2x 2x Meptin+Falergi 2x1 (pulv.) 2x 2x Heptasan 3x1/4 tab (pulv.) 2x 3x Cefila drop 2x2 ml Metilprednisolon 2x10 mg (i.v) (jam8&20) 2x 2x 2x Antrain 3x100mg (i.v) 3x 3x 3x Nebulize Ventolin 1/2 tiap 8 jam 3x 1x 13/3 1x Gentamisin 2x20 mg (i.v) (j8&20) 2x 2x 1x Assesment: 1. Penggunaan obat Cefila (Cefixime) yang merupakan golongan III sefalosporin. Pada kasus ini, ditemukan bahwa nilai WBCnya berada di atas normal, hal ini menandakan adanya infeksi sehingga perlu diberikan antibiotika. Dosis untuk anak bayi 1,5-3 mg/kg 2x/hari (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diterima sudah sesuai. 2. Obat kedua yang digunakan adalah kombinasi Meptin dan Falergi yang dibuat dalam bentuk Pulveres. Meptin (Procaterol HCl hemihydrates) sebagai bronkodilator. Sementara itu, Falergi (cetirizine) merupakan antihistamin. Kombinasi antara kedua obat ini tidak menimbulkan interaksi. Dosis meptin yang dianjurkan adalah 2 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Pasien mendapat meptin dengan dosis yang tepat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Sementara untuk Falergi dosis yang dianjurkan untuk anak dengan umur 12 bulan - < 2 tahun adalah 2,5 mg sekali sehari dan bisa ditingkatkan 2,5 mg tiap 12 jam bila diperlukan (Drug Information Handbook, 2009). 3. Diberikan pula Heptasan dalam sediaan pulveres. Heptasan merupakan antihistamin dengan komposisi Cyproheptadine. Dosis untuk anak adalah 0,25 mg/kg BB dalam 2-3 dosis terbagi (Drug Information Handbook, 2009). 4. Metilprednisolon diberikan secara i.v merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Pasien mendapat dosis yang tepat 5. Ventolin pada pasien ini diberikan sebagai bronkodilator golongan selektif β2 adrenoseptor stimulan dengan zat aktifnya adalah salbutamol sulfat dalam bentuk nebulizer. Ventolin di sini berguna sebagai pelega dengan salbutamol sebagai agonis β2 kerja cepat. Dosis yang dianjurkan adalah 0,2-0,6 mg/kg BB 3-4 x sehari. Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat 6. Gentamisin merupakan antibiotika dengan dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam (Drug Information Handbook, 2009) . Dosis gentamisin yang diberikan pada pasien kurang. Plan: 1. Gentamisin diberikan dengan dosis 2,5 mg/kg BB tiap 8 jam. 2. Diberikan salah satu antihistamin (cetirizine) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 10 / RM 019890 Tanggal terapi: 25- 27 Juli 2012 Subyektif : Seorang wanita berusia 54 tahun, didiagnosis menderita asma bronchial persistent sedang dan menjalani pengobatan selama 2 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek selama ± 1 minggu, batuk, pusing, dan lemes. Obyektif : Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 25/7/2012 RBC Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0 - 16.5 g/dL HCT 37.0 - 47.0 % MCV 80 - 100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 28.9 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.2 RDW 11.0 - 16.0 % 14.4 PLT 150 - 450 103 / mm3 354 MPV 6.0 - 11.0 µm3 8.2 PCT 0.150 - 0.500 % 0.29 PDW 11.0 - 18.0 % 14 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 27.3 Neutrofil 35.0-88.7 % 78.7 Limfosit 12.0-44.0 % 12.7 Monosit 0.0-11.2 % 5.9 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.4 Basofil % u/L 1.3 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 11.8 SGPT 0.0-41.0 u/L 13.7 Ureum < 71 mg / dL 34 0.51-0.95 mg / dL 0.9 Kreatinin Tanda vital Tanda Vital Nadi Tekanan darah Nafas Penatalaksanaan terapi: 4.49 13 39.1 87 Nilai Normal 70-75 Satuan x/menit 120/80 mmHg 140/70 15-20 x/menit 35 Pemeriksaan 96 Obat, dosis, dan cara pemberian Pectosil 3x1 p.o 1x 3x 1x Salbutamol 2x2 mg p.o 1x 2x 1x Ceftriaxon 1/12j (injeksi) 1x 2x 1x Metilprednisolon 62.5mg/8j (injeksi) 2x 3x 1x Panzo 1/24 j (injeksi) 1x 1x 1x Nebulasi Flixotide Ventolin/ 8 jam (injeksi) 2x 2x Assesment: 1. Pasien diberi Pectosil (n-asetilsistein) sebagai mukolitik untuk menangani batuk yang dialami pasien. Diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat 2. Salbutamol diberikan sebagai bronkodilator golongan beta-2 adrenoreseptor selektif dengan frekuensi 2 x 2 mg. Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk dewasa dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Pada kasus ini, pasien hanya menerima salbutamol selama 2 kali dalam sehari, frekuensi yang T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 diberikan kurang Ceftriaxon merupakan antibiotik. Pada kasus ini, nilai WBCnya naik, sehingga menandakan adanya infeksi. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat. 4. Pasien diberi Metilprednisolon i.v pada awal pengobatan. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Dosis yang dianjurkan adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien tepat. 5. Ventolin merupakan obat bronkodilator dimana dalam sediaannya mengandung 2,5 mg salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotid merupakan obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat. Kombinasi bronkodilator dan antiinflamasi biasa digunakan. Plan: 1. Pemberian salbutamol ditingkatkan 3 kali sehari 3. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 11/ RM 175590 Tanggal terapi: 11- 13 Maret 2012 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin perempuan dan berusia 2 tahun, didiagnosis menderita asma bronchitis dan menjalani pengobatan selama 3 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah batuk dan sesek napas Obyektif : BB : 15.2 kg Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil Nilai RBC HGB HCT 11/3/2012 4.10-5.50 Satuan 106 / mm3 12.0-14.0 g/dL 12.9 36.0-44.0 % 38.5 4.85 µm3 MCV 73-89 MCH 24.0-30.0 pg 26.5 MCHC 32.0-36.0 g/dL 33.4 11.0-16.0 % 14.0 150-450 103 / mm3 276 6.0-11.0 µm3 7.2 RDW PLT MPV 79 0.150-0.500 % 0.198 11.0-18.0 % 11.0 5.0-13.5 103 / mm3 15.1 Neutrofil 35.0-88.7 % 80.0 Limfosit 12.0-44.0 % 13.2 Monosit 0.0-11.2 % 4.6 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.6 Basofil 0.0-2.5 % 0.6 Kalium 3.5-5.1 mmol/L 4.0 Natrium 136-145 mmol/L 136 Klorida Tanda vital 97-111 mmol/L 103 PCT PDW WBC Tanda Vital Nilai Normal Suhu Penatalaksanaan terapi: Nama Obat Dosis Meptin 12.5 Falergi 1.25 2x1 GG 40 mg Renasistin 2 x ¾ cth (3,75 ml) Ottopan 3 x 1 cth Ventolin ½ tiap 8 jam Satuan 37 Pemeriksaan 36 0 C Cara Pemberian 11 12 13 p.o 2x 2x 1x p.o 2x 2x p.o Nebulizer 2x 2x 3x 2x 1x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 Assesment: 1. Pasien diberikan puyer dengan komposisi Meptin 12.5 mg. Dosis meptin untuk anak dianjurkan adalah 2 x sehari 1 tablet (25mg) (Formularium RS Panti Rini). Dosis meptin sudah tepat. 2. Falergi 1.25 mg dengan dosis yang dianjurkan untuk anak 2-5 tahun adalah 2,5 mg sekali sehari, bisa ditingkatkan 2,5 mg tiap 12 jam atau 5 mg sekali sehari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis sudah tepat. 3. Dan GG 40 mg dengan dosis 2 x sehari 1 secara peroral. Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg setiap 4 jam dan dosis maksimal 2400 mg/hari dosis tepat (IONI, 2000). 4. WBC pasien meningkat. Renasistin (Cefadroxil) merupakan antibiotik golongan sefalosporin. Merupakan antibiotika spektrum luas. Diberikan dengan dosis 2 x 3 4 cth. Dosis yang dianjurkan untuk anak adalah 30 mg/kg 2 kali sehari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis yang diterima pasien kurang. 5. Ventolin diberikan dengan nebulizer. Merupakan bronkodilator golongan beta-2 adrenoreseptor dengan zat aktifnya adalah Salbutamol Sulfat. Dosis untuk anak adalah 2.5 mg selama 3-4 x/hari. Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat Plan: 1. Renasistin diberikan sesuai aturan literatur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 12/ RM 172230 Tanggal terapi: 4- 5 April 2012 Subyektif : Seorang anak berjenis kelamin laki- laki dan berusia 3 tahun, didiagnosis menderita asma bronchitis dan menjalani pengobatan selama 1 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesak dan batuk Obyektif : BB : 13 kg Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil RBC HGB HCT Nilai 4.10-5.50 12.0-14.0 g/dL 12.9 36.0-44.0 % 3.5 µm3 83 MCV MCH MCHC RDW PLT MPV 4/4/2012 Satuan 106 / mm3 73-89 4.78 24.0-30.0 pg 27.0 32.0-36.0 g/dL 32.6 11.0-16.0 % 14.6 150-450 103 / mm3 470 6.0-11.0 µm3 6.8 0.150-0.500 % 0.319 11.0-18.0 % 9.51 5.0-13.5 103 / mm3 19.4 Neutrofil 35.0-88.7 % 69.9 Limfosit 12.0-44.0 % 18.0 Monosit 0.0-11.2 % 8.0 Eosinofil 0.0-9.5 % 3.1 Basofil 0.0-2.5 % 1.0 Kalium 3.5-5.1 mmol/L 4.3 Natrium 136-145 mmol/L 142 Klorida Tanda vital 97-111 mmol/L 103 PCT PDW WBC Tanda Vital Suhu Nafas Penatalaksanaan terapi: Nama Obat Meptin 12.5 mg Falergi 1 mg Cefotaxim Metilprednisolon Nilai Normal 37 Satuan 0 C Pemeriksaan 36.5 x/menit 38 Dosis Cara Pemberian 4 5 2x1 p.o 1x 1x 3 x 300 2 x 10 mg Injeksi Injeksi 1x 1x 1x 1x Assesment: 1. Pasien diberi puyer dengan komposisi Meptin (procaterol HCl hemihydrates) 12.5 mg. Dosis yang dianjurkan adalah 2 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Pasien mendapat meptin dengan dosis yang tepat. 2. Dosis Falergi yang dianjurkan untuk anak 2-5 tahun adalah 2,5 mg sekali sehari, bisa ditingkatkan 2,5 mg tiap 12 jam atau 5 mg sekali sehari (DIH, 2009). Dosis Falergi kurang. 3. Pasien juga diberi metilprednisolon dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Diberi 2 x 10 mg. Dosis yang dianjurkan pada pediatri adalah 0,5-1,7 mg/kg BB sehari (DIH, 2009). Dosis tepat 4. Cefotaxim diberikan pada pasien ini. Diberikan secara injeksi 3 x 300 mg. Dosis menurut DIH, dosisnya adalah 50- 200 mg/kgBB untuk anak <12 tahun dengan BB <50 selama 6-8 jam sehari, dosisnya tepat. Plan : 1. Falergi diberikan sesuai literatur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 13/ RM 014546 Tanggal terapi: 12 Juni- 16 Juni 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 60 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak napas dan juga mengeluh batuk. Pasien dirawat selama 4 hari. Diagnosa dokter adalah PPOK, dengan komplikasi dislipidemia dan hiperurikemia Obyektif: Hasil laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 12/6/2012 15/6/2012 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 14.9 HCT 40.0-54.0 % 44.3 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 31.4 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.7 RDW 11.0 - 16.0 % 13.3 PLT 150 - 450 103 / mm3 260 MPV 6.0 - 11.0 µm3 70 PCT 0.150 - 0.500 % 0.183 PDW 11.0 - 18.0 % 11 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 9.5 Neutrofil 35.0-88.7 % 68.2 Limfosit 12.0-44.0 % 14.9 Monosit 0.0-11.2 % 8.4 Eosinofil 0.0-9.5 % 7.7 Basofil % u/L 0.8 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 SGPT 0.0-41.0 u/L 25.2 Kolesterol total < 201 mg / dL 233 Trigliserida < 200 mg / dL 114 HDL > 55 u/L 89 LDL < 100 u/L 132 Ureum < 50 mg / dL 30 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 1 Uric acid 3.5-7.0 mg / dL 8.6 Glukosa acak mg / dL mmol/L 257 Kalium 74-106 3.5 - 5.1 Natrium 136 - 145 mmol/L 135 Klorida 97 - 111 mmol/L 101 Glukosa puasa 70-100 mg / dL 295 Glukosa 2 jam PP Tanda vital 70-140 mg / dL 217 Normal 4.75 93 27 3.6 Nadi 70-75 Satuan x/mnt Tekanan darah 120/80 mmHg 150/80 15-20 x/menit 28 Tanda Vital Nafas Penatalaksanaan Terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 12/6 Pemeriksaan 100 13/6 14/6 15/6 16/6 T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Ambroksol 3x1 p.o Salbutamol 3x2 mg p.o 3x 3x 3x 3x Simvastatin 1x10 mg p.o 1x 1x Allopurinol 3x100 mg p.o 3x 3x 1x Novorapid 3x6 unit (i.v) 1x 3x 3x Ceftriaxon 2x1 gr injeksi 2x 2x 1x Ranitidin 2x1 amp injeksi 2x 2x 1x Nebulasi Flixotide: Ventolin/ 8j 3x 82 1x 1x 3x 3x Metilprednisolon 2x125 mg (i.v) 2x 2x 1x Assessment: 1. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai mukolitik. Dalam tiap tablet mengandung 30 mg ambroksol HCl. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang digunakan pada kasus ini sudah sesuai. 2. Pasien mengalami sesak napas, sehingga diberikan Salbutamol 3 x 2 mg secara peroral. Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk dewasa dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Salbutamol yang diberikan pada pasien sudah sesuai literatur. 3. Ceftriaxon merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya infeksi. Nilai WBCnya normal. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat. 4. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Sebagai antiinflamasi dengan efek pada PPOK yakni mengurangi permeabilitas kapiler. Dosis yang dianjurkan pada lansia adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Pasien mendapat dosis yang tepat. 5. Diberikan pula kombinasi Ventolin dan Flixotide dengan nebulizer (1:1). Ventolin mengandung 2.5 mg salbutamol sulfat sebagai bronkodilator. Flixotide merupakan kortikosteroid dengan zat aktifnya fluticason propionate. Dalam tatalaksana PPOK, salah satu terapi efektif yang digunakan adalah kombinasi kortikosteroid dengan bronkodilator β-agonis reseptor Plan: 1. Ceftriaxon tidak perlu diberikan karena tidak adanya indikasi infeksi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 14/ RM 014546 Tanggal terapi: 6 Juli- 10 Juli 2012 Subyektif : Seorang bapak berusia 60 tahun, didiagnosis menderita asma bronchiale dengan komplikasi DM dan menjalani pengobatan selama 4 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesak napas dan mengeluh batuk. Obyektif : Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil Nilai Satuan 6 6-7-2012 3 RBC 4.50-6.50 10 / mm 13.0 HGB 13.0-18.0 g/dL 14 HCT 40.0-54.0 % 41.5 3 MCV 80-100 µm 94 MCH 27.0 - 32.0 pg 31.5 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.7 RDW 11.0 - 16.0 PLT 150 - 450 MPV PCT 6.0 - 11.0 0.150 - 0.500 PDW 11.0 - 18.0 % 8-7-2012 13.8 3 3 10 / mm 261 3 µm % 7.2 0.187 % 11.0 3 3 WBC 4.0 - 11.0 10 / mm 13 Neutrofil 35.0-88.7 % 76.2 Limfosit 12.0-44.0 % 7.6 Monosit 0.0-11.2 % 6.5 Eosinofil 0.0-9.5 % 8.9 Basofil 0.0-2.5 % 0.8 Glukosa acak 74-106 mg/dL 184 Glukosa puasa 70-100 mg/dL - 323 mg/dL - 212 Glukosa 2 jam PP 70-140 Tanda vital (tanggal 6 Juli) Normal Tanda Vital 70-75 Nadi Nafas TD Penatalaksanaan terapi: Nama Obat Dosis Ambroksol Rhinatiol Salbutamol Simvastatin Aminofilin Metilprednisolon Ranitidin Ceftriaxon 3x1 3 x 2 cth 3 x 2 mg 1 x 10 mg 3x1 125 mg / 12 jam 1 ampul / 12 jam 1 g / 12 jam 3 x 6 unit 3 x 8 unit 1 / 8 jam Satuan x/menit 15-20 120/80 Cara Pemberian p.o p.o p.o p.o p.o Injeksi Pemeriksaan 110 38 x/menit mmHg 6 140/90 7 1x 1x 1x 1x 8 9 10 1x 3x 3x 3x 1x 1x 2x 3x 3x 3x 1x 3x 2x 3x 3x 3x 1x 3x 2x 2x 2x 2x 1x 2x 1x Injeksi 1x 2x 2x 2x 1x Injeksi 1x 2x 2x 2x 1x Novorapid Injeksi 3x Novorapid Injeksi 3x 3x 1x Ventolin : Flixotid Nebulizer 2x 2x 3x 3x 1x Assesment: 1. Ambroksol digunakan untuk mengatasi batuk yang dialami oleh pasien. Merupakan mukolitik. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. 84 Rhinatiol (karbosistein) merupakan ekspektoran, dimana tiap 5 ml mengandung 250 mg. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang diberikan pada pasien sudah tepat 3. Salbutamol merupakan obat bronkodilator, tiap tabletnya mengandung 2 mg salbutamol sulfat. Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk dewasa dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Sehingga dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat. 4. Metilprednisolon adalah obat golongan kortikosteroid dimana dalam tiap vial mengandung 125 mg metilprednisolon. Dosis yang dianjurkan adalah 125-250 mg sehari (IONI, 2000). Pasien mendapat dosis yang tepat 5. Aminofilin merupakan obat bronkodilator, dimana dalam tiap tablet mengandung 200 mg aminofilin. Dosis yang dianjurkan adalah 2-4 x sehari 175-350 mg (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan tepat. 6. WBC pasien tinggi, diberikan Ceftriaxon sebagai antibiotik. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat 7. Diberikan pula kombinasi Ventolin dan Flixotide dengan nebulizer (1:1). Ventolin mengandung 2.5 mg salbutamol sulfat sebagai bronkodilator. Flixotide merupakan kortikosteroid dengan zat aktifnya fluticason propionate. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Asma) No. 15/ RM 199230 Tanggal terapi: 25 Juli- 27 Juli 2012 Subyektif : Seorang bapak berusia 45 tahun, didiagnosis menderita asma bronchitis dan menjalani pengobatan selama 2 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah mual, tidak muntah, dan lemas. Pasien juga mengatakan sesak napas, dan batuk. Pasien mengatakan pernah minum obat antalgin dan saridon (sendiri-sendiri), lalu sesak nafas, dan kesemutan mulai siang dari dada ke atas. Obyektif : Hasil pemeriksaan laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil Nilai Satuan 6 27-7-2012 3 RBC 4.50-6.50 10 / mm 4.84 HGB 13.0-18.0 g/dL 13.3 HCT 40.0-54.0 % 39.3 3 MCV 80-100 µm 81 MCH 27.0 - 32.0 pg 27.6 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 34.0 RDW 11.0 - 16.0 % PLT 150 - 450 MPV PCT 6.0 - 11.0 0.150 - 0.500 PDW 11.0 - 18.0 15.7 3 3 10 / mm 3 µm % 7.7 0.262 % 3 341 12.3 3 WBC 4.0 - 11.0 10 / mm 10.0 Neutrofil 35.0-88.7 % 56.9 Limfosit 12.0-44.0 % 23.8 Monosit 0.0-11.2 % 7.6 Eosinofil 0.0-9.5 % 10.8 Basofil 0.0-2.5 % 0.9 Kalium 3.5-5.1 mmol/L 2.4 (duplo) Natrium 136-145 mmol/L 136 (duplo) Klorida 97-111 mmol/L 103 (duplo) Kolesterol total <50 mg/dL 218 Trigliserida <200 mg/dL 112 HDL >65 u/L 63 <100 u/L 144 Satuan x/menit Pemeriksaan Nadi Nilai Normal 70-75 Nafas 15-20 x/menit 24 TD 120/80 mmHg 100/70 LDL Tanda vital: Tanda Vital 82 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Penatalaksanaan terapi: Nama Obat 86 Dosis Cara Pemberian 25 26 27 Renapar 2x1 p.o 1x 2x 1x Digoxin 2x½ p.o 1x 2x 1x Plavos 2x1 p.o 1x 2x 1x Pectosil 3x1 p.o 2x 2x Cedantron - Injeksi 1x Norages ¼ ampul Injeksi 1x Caprol 1/24 jam Injeksi 1x 1x Metilprednisolon 62,5/8 3x 1x jam Assesment: 1. Pectosil (n-asetilsistein) secara peroral sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat 2. Pasien juga diberi metilprednisolon. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid sistemik untuk pasien asma dengan indikasi yaitu sebagai terapi pemeliharaan. Dosis yang dianjurkan adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan tepat Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Pneumonia) No. 16/ RM 196412 Tanggal terapi : 22 Februari – 4 Maret 2012 Subyektif: Seorang anak berjenis kelamin laki- laki dan berusia 8 hari. Didiagnosis menderita Pneumonia dan mendapatkan pengobatan selama 12 hari. Keluhan utamanya adalah pilek, batuk, bunyi nafas ngorok- ngorok, dan keluar lendir pada saat bersin. Obyektif: BB : 2.8 kg Hasil Laboratorium Hasil Laboratorium Tanggal Hasil Nilai RBC 4.00-6.00 HGB HCT 4.64 13.5 – 19.5 g/dL 14.2 44.0 – 64.0 % 44.0 MCV 100 - 112 µm3 MCHC RDW PLT MPV 95 pg 30.7 32.0-36.0 g/dL 32.3 11.0-16.0 % 12.6 150-450 103 / mm3 555 6.0-11.0 µm3 8.6 30.0 – 38.0 MCH 22/2/2012 Satuan 106 / mm3 0.150-0.500 % 0.476 11.0-18.0 % 14.8 WBC 11.0- 18.0 103 / mm3 38.2 Neutrofil 35.0-88.7 % 33.2 Limfosit 12.0-44.0 % 38.2 Monosit 0.0-11.2 % 23.1 Eosinofil 0.0-9.5 % 3.4 Basofil 0.0-2.5 % 2.1 PCT PDW Bilirubin total < 1.0 mg/dL 6.45 Bilirubin direk 0.00-0.20 mg/dL 0.97 - mg/dL 5.48 Bilirubin indirek Penatalaksanaan terapi: Nama Dosis Cara Obat Sanmol 3 x 0.3 p.o ml Ryvel 1 x 0.1 p.o ml Alco 3 x 0.3 p.o ml Kloramfe 3x1 Tetes nikol tetes mata Breathy 3x1 tetes Cefotaxim Gentamisi n Ventolin 2 x 150 mg 2 x 7.5 mg 3 x 1/3 Ventolin 2 x 1/3 Tetes hidu ng Inj. 22 2x 23 24 25 2 6 29 1 2 3 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 2x 3x 3x 1x 2x 2 x 2x 3x 3x 2x 2x 2x 1x 3x 3x 2 x 2x 3x 3x 3x 3x 3x 2x 2x 2x 2 x 2 x 2x 2x 2x 2x 2x 2x 2x 2x 2x 2x 2x 1x 3x 3x 3x Nebu lizer 2x 2x 2x 2 x 4 1x 3x 2x 2x 28 3x Inj. Nebu lizer 27 1x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 Assesment: 1. Antihistamin juga diberikan pada pasien ini. Antihistamin yang diberikan adalah Ryvel dengan komposisi zat aktifnya adalah Cetirizine HCl 1 x 0.1 ml secara peroral. Dosis tepat. 2. Pasien mengalami hidung tersumbat sejak awal masuk RS. Dokter meresepkan Breathy sebagai dekongestan nasal diberikan 3 x 1 tetes. Sudah sesuai dengan literatur, diberikan 1-2 tetes. Setelah diterapi selama 5 hari, hidung tersumbat yang dialami pada pasien tidak menunjukkan perubahan. Sehingga, terapi untuk mengatasi hidung tersumbat ditambah Alco 3 x 0.3 ml secara peroral. 3. Untuk menangani pneumonia yang dialami oleh pasien, pasien diberikan 3 macam antibiotik, salah satunya adalah kloramfenikol tetes mata dengan dosis 3 x 1 tetes. 4. Pasien juga diberikan Cefotaxim dengan dosis 2 x 150 mg. Diberikan secara injeksi selama 6- 8 jam. Dosisnya sudah sesuai dengan literatur. Cefotaxim merupakan antibiotik sefalosporin golongan III. 5. Pasien juga diberi antibiotik golongan aminoglikosida yang spesifik terhadap bakteri gram negatif yakni Gentamicin. Menurut jurnal yang didapat, terapi dengan gentamicin ini akan lebih efektif apabila dikombinasikan dengan penisilin. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg/kg tiap 8 jam (Drug Information Handbook, 2009). 6. Pasien mengalami kesusahan bernapas. Sehingga dokter meresepkan ventolin yang diberikan dalam sediaan nebulizer. Pada awal pengobatan, pasien diberikan ventolin dengan dosis 3 x 1/3 ampul secara nebulizer sampai tanggal 26 Februari. Kemudian dengan berkurangnya sesak yg dialami pasien, dosis frekuensi pemberian ventolin dikurangi menjadi 2 x 1/3. Plan: 1. Perlu adanya tes sputum untuk mengetahui bakteri spesifik penyebab pneumonia 2. Pemberian gentamicin sebaiknya dikombinasikan dengan penicillin sesuai guideline (2007) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (Pneumonia) No. 17/ RM 196270 Tanggal terapi : 16 Februari – 24 Februari 2012 Subyektif: Seorang bapak berusia 52 tahun. Didiagnosis menderita pneumonia dengan komplikasi Malaria dan mendapatkan pengobatan di RS Panti Rini selama 8 hari. Keluhan utamanya adalah muntah dan sesak, juga kadang-kadang mengalami batuk dan ada lendirnya. Obyektif: Hasil Laboratorium Hasil T Laboratorium Tanggal 2316-2 17-2 18-2 19-2 20-2 21-2 22-2 2 Hasil Nilai Satuan 6 3 4.50-6.50 10 / mm RBC 3.73 3.13 HGB 13.0-18.0 g/dL 11.6 9.8 HCT 40.0-54.0 % 34.3 28.5 MCV 80-100 µm3 92 91 MCH 27.0 - 32.0 pg 31 31.2 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.7 34.3 RDW 11.0 - 16.0 % 11.1 11.1 PLT 150 - 450 103 / mm3 314 267 MPV PCT 6.0 - 11.0 µm3 % % 6.8 0.213 7.3 0.195 PDW 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 10.5 12.5 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 47.7 30.6 Limfosit 12.0-44.0 % 4.2 7.1 Monosit 0.0-11.2 % 4.1 8.4 Basofil % u/L 1.3 0.9 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 24.2 SGPT 0.0-41.0 u/L 19.3 Kolesterol total < 201 mg / dL 77 Trigliserida < 200 mg / dL 102 HDL > 55 u/L 33 LDL < 100 u/L 27 Ureum < 50 mg / dL 21 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 0.7 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.6 2.8 3.1 3.1 3.7 Natrium 136 - 145 mmol/L 110 127 115 120 124 Klorida Hormon & Endokrin 97 - 111 mmol/L 74 98 79 86 92 TSHS © 0.25-5.00 uLU/mL 1.254 Free T4 © Pemeriksaan Dahak A (Dahak Sewaktu) 9.00-20.00 pmol/L 14.04 B (Dahak Pagi) C (Dahak Sewaktu kedua) Tanda vital (Tanggal 16 February) Nilai Normal Tanda Vital - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Suhu 37 o C 38.7 Nadi 70-75 x/menit 120 Tekanan darah 120/80 mmHg 90/50 Nafas 15-20 x/menit 28 90 Heart Rate x/menit 122- 124 Penatalaksanaan terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 16/2 17/2 18/2 19/2 20/2 21/2 22/2 23/2 24/2 Rhinatiol 3x2 cth p.o 1x 3x 3x Pamol 3x1 p.o 3x 3x 3x 3x 3x 3x 1x 1x 4 FDC 1x3 tab p.o 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x KSR 3x2 p.o 2x 3x 3x 3x 3x 1x 1x Pectosil 3x1 p.o 1x 3x 3x 3x 3x 1x 1x Mosardal 1x1 p.o 1x 1x 1x Mosardal 500/24j (i.v) tiap jam -8:00 1x 1x 1x Bio ATP 2x1 p.o 2x 2x 2x Cloroquin hr I 4tab p.o v Cloroquin hr II 2tab p.o v Cloroquin hr III 2tab p.o Primaquin 1x15 mg p.o NaCl kapsul 3x500 1x 1x Panzo 1 A/24j (i.v) tiap jam 08:00 1x 1x 1x k/p Norages/ Antrain 1 amp. v v v v v Alinamin F 1/12 j (j.8 dan 20) 2x 2x 2x 2x 2x 2x 2x Assesment: 1. Pasien diberikan Rhinatiol (karbosistein) sebagai ekspektoran untuk mengatasi batuk yang dialami oleh pasien. Rhinatiol diberikan 3 x sehari 15 ml. Sudah tepat 2. Selain itu, pasien juga diberikan Pectosil (n-asetilsistein) sebagai mukolitik yang diberikan untuk mengatasi batuk yang dialami oleh pasien. Diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diterima pasien sudah tepat. 3. Pasien diberi 4FDC 4 FDC merupakan Fix Dose Combination, dimana dalam satu tablet sudah mengandung empat macam obat yaitu 75 mg INH, 150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275 mg Etambutol. Dosis yang dianjurkan sesuai berat badan. 4. Mosardal (Levofloxacin) merupakan antibiotika golongan quinolon yang digunakan sebagai terapi pneumonia dengan dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis sudah tepat. Plan: 1. Mencantumkan berat badan pasien sehingga dapat dievaluasi dosis untuk obat TBC PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (TBC) No. 18/ RM 199450 Tanggal terapi : 16 Juni – 19 Juni 2012 Subyektif: Seorang bapak berusia 41 tahun. Didiagnosis menderita TB paru dan menjalani perawatan di RS Panti Rini selama 3 hari. Keluhan utamanya adalah pusing dan muntah- muntah. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 16-6-2012 Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 16.2 HCT 40.0-54.0 % 48.4 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 26.1 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.5 RDW 11.0 - 16.0 % 15.1 150 - 450 103 / mm3 6.0 - 11.0 µm3 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 % % 4.0 - 11.0 103 / mm3 Neutrofil 35.0 - 88.7 % 55.1 Limfosit 12.0-44.0 % 33.6 Monosit 0.0-11.2 % 7.0 Eosinofil 0.0 – 9.5 % 2.4 0.0-2.5 < 71 % mg/dL 1.9 0.67- 1.17 mg/dL 1.1 SGOT 0.0-38.0 u/L 162.2 SGPT 0.0-41.0 u/L 133.8 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 4.0 Natrium 136 - 145 mmol/L 144 Klorida 97 - 111 mmol/L 103 RBC MCV PLT MPV PCT PDW WBC Basofil Ureum Kreatinin 6.20 78 220 8.3 0.183 15.3 16.1 24 Urin Glukosa - Normal Protein - - Bilirubin - Urobilinogen - pH 4.8- 7.4 Berat jenis 7.0 1015- 1025 < 1.005 Darah - - Benda keton - - Nitrit - - Lekosit esterase - U/l - Sedimen Sel epitel + + T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lekosit 0-6 /LPB 0-3 Eritrosit 0-1 /LPB 0-1 92 Silinder Hyaline - - Granuler - - Eritrosit - - Lekosit - - Uric acid - - Oksalat - - Amorf urat - - Triple fosfat - - Bakteri - - Jamur - - Konsistensi Keras/lembek Agak keras Warna Coklat Coklat Lekosit + + Lendir - - Darah - - Nanah - - Larva cacing - - Kristal Tes feces Tes Lain Mikroskopis Lekosit - - Eritrosit - - Telur cacing - - Amoeba colli - - Amoeba - - Histolytica - - Lain- lain - - Parasit - - Pemeriksaan Dahak 19-6-2012 A (Dahak Sewaktu) - B (Dahak Pagi) C (Dahak Sewaktu kedua) Tanda vital: Tanda Vital Nilai Normal 37 Suhu 120/80 Tekanan darah 15-20 Nafas Penatalaksanaan terapi: Nama Obat Dosis Satuan o Pemeriksaan C 37 100/70 36 mmHg x/menit Cara Pemberian 16/6 17/6 18/6 19/6 Vastigo 3x1 p.o 3x 3x 2x Unalium 2 x 5 mg p.o 2x 2x 1x Allopurinol 3 x 100 mg p.o 3x 3x 2x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 Gemfibrozil 1 x 300 mg p.o 1x 1x Proliver 2x1 p.o 2x 2x GG 3x1 p.o 2x Ambroksol 3x1 p.o 2x Ondancetron 3 x 1 ampul Injeksi √ (IGD) 2x 2x 1x Novalgin 2 x 1 ampul Injeksi √ (IGD: norages) 2x 2x 1x Daryacef 1x1g Injeksi 1x Socef 1x1g Injeksi 1x 2x 1x 1x Assesment: 1. Pasien juga diberikan Ambroksol 3 x 1 secara peroral. Merupakan mukolitika yang efektif untuk batuk dengan dahak yang sangat kental. Ambroksol diberikan pada tanggal 19. Hal ini diberikan karena mungkin pasien juga mengalami batuk pada tanggal 18, sehingga baru dilakukan cek BTA terhadap dahak pasien. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. 2. Glyceryl guaiacolate merupakan ekspektoran yang mengencerkan dahak. Dosis peroral untuk dewasa 200- 400 mg setiap 4 jam dan dosis maksimalnya adalah 2.4 g/hari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan sudah sesuai. 3. Nilai WBC yang tinggi mengindikasikan adanya infeksi. Sehingga, diberikan Daryacef (Cefepime HCl) merupakan antibiotik sefalosporin generasi III dengan dosis 1 g tiap 12 jam. Pemberian sudah sesuai literatur. 4. Socef (Ceftriaxon) merupakan antibiotik sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai literatur. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 19/ RM 113197 Tanggal terapi : 28 Mei- 1 Juni 2012 Subyektif: Seorang laki- laki berusia 83 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Ia menjalani perawatan selama 5 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesak napas dan perut panas. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 28-5-2012 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 13.1 HCT 40.0-54.0 % 39.4 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 30.9 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.2 RDW 11.0 - 16.0 % 14.5 PLT 150 - 450 103 / mm3 342 MPV 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.249 PDW 11.0 - 18.0 % 11 30-5-2012 4.231 93 7.3 3 WBC 4.0 - 11.0 10 / mm3 Neutrofil 35.0-88.7 % 60 Limfosit 12.0-44.0 % 30.3 Monosit 0.0-11.2 % 7.7 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.5 Basofil % u/L 0.5 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 17.5 SGPT 0.0-41.0 u/L 9.8 Kolesterol total < 201 mg / dL 169 Trigliserida < 200 mg / dL 101 HDL > 55 u/L 57 LDL < 100 u/L 104 Ureum < 50 mg / dL 30 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 0.8 Uric acid mg / dL mmol/L 4.8 Kalium 3.7-7.0 3.5 - 5.1 Natrium 136 - 145 mmol/L 138 Klorida 97 - 111 mmol/L 101 10.5 3.8 Pemeriksaan Feses Konsistensi Keras/Sedikit Lembek Cair Warna Coklat Coklat Lendir - + Darah - - Nanah - - Larva Cacing - - Leukosit - + Eritrosit - + Telur cacing - - T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Amoeba e.colli - - Histolytica - - - - Lain-lain parasit Tanda vital: Tanda Vital Suhu Nadi Tekanan darah Nafas BB TB Penatalaksanaan terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian Pectosil 3x1 p.o Nilai Normal 37 Satuan o C 70-75 140/90 15-20 - Pemeriksaan 36-37 78-100 110/70 23 40 150 x/menit mmHg x/menit kg cm 28 2x 29 30 31 1 3x 3x 3x 2x Astacor 2x1 p.o 1x 2x 2x 1x New Diatab 3x2 tab 1x 3x 3x 2x Loremid 2 tab 95 v inj. Caprol 1/24j 1x 1x 1x 1x 1x inj. Somerol 62.5/8j 3x 3x 3x 3x 3x inj. Socef 1 g/24j 1x 1x 1x 1x 1x N.Ace 1 ampul (ekstra) nebulize v Assesment: 1. Pasien diberi Pectosil (n-asetilsistein) secara peroral sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai. 2. Somerol merupakan kortikosteroid dengan komposisi methylprednisolon dan diindikasikan pada kondisi inflamasi. Pada pasien yang didiagnosis PPOK, dokter memberikan Somerol sebagai terapi PPOK. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 6-8 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62,5 mg/ 8 jam. Dosis sudah tepat 3. Pasien juga diberi Socef (Ceftriaxon ). Dari pemeriksaan, ditemukan adanya leukosit pada tinja, adanya indikasi infeksi. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai literatur. 4. N-asetilsistein merupakan obat mukolitik, dimana pemberiannya melalui nebulizer. Dalam ampul 10% mengandung 300 mg NAC/3 ml dan dosis yang dianjurkan adalah 3-5 ml 3-4 x sehari . Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 96 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 20/ RM 054622 Tanggal terapi : 9 April- 12 April 2012 Subyektif: Seorang wanita berusia 86 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Ia menjalani perawatan selama 3 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesak napas, perut panas, dan mengeluh batuk selama perawatan. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 9/4/2012 10/4/2012 RBC Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 13.6 HCT 37.0 - 47.0 % 40.8 MCV 80 - 100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 29.4 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.4 RDW 11.0 - 16.0 % 14.8 PLT 150 - 450 103 / mm3 416 MPV 6.0 - 11.0 µm3 7.2 PCT 0.150 - 0.500 % 0.298 PDW 11.0 - 18.0 % 10.3 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 8.8 Neutrofil 35.0-88.7 % 72.3 Limfosit 12.0-44.0 % 18.7 Monosit 0.0-11.2 % 7.6 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.7 Basofil % u/L 0.7 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 23 SGPT 0.0-41.0 u/L 11.2 Kolesterol total < 201 mg / dL 195 Trigliserida < 200 mg / dL 86 HDL > 65 u/L 89 LDL < 100 u/L 84 Ureum < 71 mg / dL 59 Kreatinin 0.51-0.95 mg / dL 0.6 Glukosa acak mg / dL mmol/L 156 Kalium 82-115 3.5 - 5.1 3.8 (duplo) Natrium 136 - 145 mmol/L 135 (duplo) Klorida Tanda vital: 97 - 111 mmol/L 92 (duplo) 4.64 88 Suhu Nilai normal 37 Nadi 70-75 x/menit 92 Tekanan darah 140/90 mmHg 120/80 15-20 x/menit 26 Obat, dosis, dan cara pemberian 9/4 Tanda Vital Nafas Penatalaksanaan terapi: Satuan o C Pemeriksaan 36 10/4 11/4 12/4 Rhinatiol 3x2 cth p.o 3x 3x 1x Astacor 2x1 p.o 2x 3x 1x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI inj. Mosardal 1/24j 1x 1x 1x inj. Somerol 62.5 mg/8j 3x 3x 1x 97 Rocer 1/24j i.v 1x 1x 1x Assesment: 1. Pasien datang dengan keluhan batuk, sehingga diberikan Rhinatiol (karbosistein) 3 x 2 sendok teh sebagai mukolitik. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis Rhinatiol yang diberikan pada pasien sudah tepat. 2. Somerol merupakan kortikosteroid dengan komposisi methylprednisolon dan diindikasikan pada kondisi inflamasi. Pada pasien yang didiagnosis PPOK, dokter memberikan Somerol sebagai terapi PPOK. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 6-8 jam (IONI, 2000). Dosis sudah tepat. 3. Mosardal (Levofloksasin ) merupakan antibiotik golongan quinolon dengan dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook,2009). Dosis sudah tepat. Dosis yang diberikan sudah sesuai Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 98 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 21/ RM 147309 Tanggal terapi : 13 Mei- 18 Mei 2012 Subyektif: Seorang laki- laki berusia 69 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Ia menjalani perawatan selama 5 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek, ± 1 bulan nafas sesak, dan batuk. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Hasil Nilai RBC 4.50-6.50 HGB 13.0-18.0 HCT 40.0-54.0 MCV 80-100 MCH 27.0 - 32.0 MCHC 32.0 - 36.0 RDW 11.0 - 16.0 PLT 150 - 450 MPV 6.0 - 11.0 PCT 0.150 - 0.500 PDW 11.0 - 18.0 WBC 4.0 - 11.0 Limfosit 12.0-44.0 Eosinofil 0.0-9.5 Basofil 0.0-2.5 SGOT 0.0-38.0 SGPT 0.0-41.0 Kolesterol total < 201 Trigliserida < 200 HDL > 55 LDL < 100 Ureum < 50 Kreatinin 0.67-1.17 Uric acid 3.7-7.0 Kalium 3.5 - 5.1 Natrium 136 - 145 Klorida 97 - 111 Tanda vital: Nilai Normal Satuan Tanda Vital o Suhu 37 C Nadi 70-75 x/menit Tekanan darah 140/90 mmHg Nafas 15-20 x/menit Penatalaksanaan terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian Renapar 3x1 p.o Digoxin 2x1/2 p.o Alprazolam 1/4tab p.o Pectosil 3x1 p.o Farsix 3x2 amp. (i.v) Panzo 1x1 amp. (i.v) Ceftriaxon 2x1 g Methylprednisolon 3x62.5 mg 13/5 2x 1x Satuan 106 / mm3 g/dL % µm3 pg g/dL % 103 / mm3 µm3 % % 103 / mm3 % % % u/L u/L mg / dL mg / dL u/L u/L mg / dL mg / dL mg / dL mmol/L mmol/L mmol/L Tanggal 13/5 3.52 10.3 30.8 88 29.3 33.5 11.2 583 7.3 0.425 11 25.2 2.4 0.6 1.3 23.7 24.6 59 84 18 19 54 1.1 7.2 4.3 135 97 Pemeriksaan 37.8 114 128/74 32 14/5 3x 2x v 3x 3x 1x 2x 3x 15/5 3x 2x 16/5 3x 2x 18/5 3x 2x 19/5 2x 1x 3x 3x 1x 2x 3x 3x 3x 3x 3x 1x 2x 3x 2x 3x 1x Assesment: 1. 2. 3. Metilprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik, sebagai antiinflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 6-8 jam (IONI, 2000). Dosis tepat Pasien diberi Pectosil (n-asetilsistein) secara peroral sebagai agen mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis tepat Nilai WBC pada pasien meningkat. Pasien diberi Ceftriaxon, dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam (DIH, 2009). Dosis tepat. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 99 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 22/ RM 147309 Tanggal terapi : 23 Mei- 25 Mei 2012 Subyektif: Seorang laki- laki berusia 69 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Sebelumnya pernah dirawat selama selama 5 hari di RS Panti Rini pada tanggal 13 Mei 2012. Sekarang kembali menjalani perawatan selama 2 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah lemes, mual, tidak ada nafsu makan. Selama dirawat, pasien juga mengalami kesusahan bernapas dan kadang- kadang batuk. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 23/5/2012 25/5/2012 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 13.2 HCT 40.0-54.0 % 40.5 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 28.7 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 32.6 RDW 11.0 - 16.0 % 12.2 PLT 150 - 450 103 / mm3 516 MPV 6.0 - 11.0 µm3 84 PCT 0.150 - 0.500 % 0.436 PDW 11.0 - 18.0 % 13.5 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 14.9 Neutrofil 35.0-88.7 % 81.7 Limfosit 12.0-44.0 % 10.1 Monosit 0.0-11.2 % 6.7 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.8 Basofil % u/L 0.7 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 30.3 SGPT 0.0-41.0 u/L 27.8 Ureum < 50 mg / dL 130 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 1.3 (duplo) Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 5.2 (duplo) 3.8 (duplo) Natrium 136 - 145 mmol/L 142 (duplo) 134 (duplo) Klorida Tanda vital: 97 - 111 mmol/L 95 (duplo) 86 (duplo) Tanda Vital Nilai Normal Satuan o 4.61 88 Pemeriksaan Suhu 37 Nadi 70-75 x/menit 93 Tekanan darah 140/90 mmHg 80/56 15-20 x/menit 26 Nafas Penatalaksanaan Terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian C 36 23/5 24/5 25/5 Pectosil 3x1 p.o 1x 3x 3x Somerol 3x1 p.o 1x 3x 3x Bio ATP 2x1 p.o 1x 2x 2x Aminoral 3x1 p.o 1x 3x 3x Zantadin 1A/12 j injeksi 2x Ceftriaxon 1g/24j injeksi 1x 1x 1x T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Cedantron 1A/12j injeksi 2x 2x 100 2x Farsix 1A/ i.v v v v Assesment: 1. Pasien diberikan Pectosil (n-asetilsistein) yang merupakan mukolitik, tiap kapsul mengandung 200 mg. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai 2. Somerol (methylprednisolon) merupakan kortikosteroid. Tiap tablet mengandung 4 mg metilprednisolon, dengan dosis yang dianjurkan adalah 4-48 mg (MIMS, 2011/2012). Pasien sudah menerima dosis yang tepat. 3. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 101 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 23/ RM 015129 Tanggal terapi : 11 – 14 Januari 2012 Subyektif: Seorang laki- laki berusia 93 tahun. Didiagnosis menderita PPOK eksaserbasi akut dengan komplikasi ISK dan sepsis. Ia menjalani perawatan selama 3 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek nafas, tampak lemas, tidak mau bicara ± 1 minggu, dan tidak mau makan. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 11/1/2012 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 13.2 HCT 40.0-54.0 % 40.3 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 29.4 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 32.7 RDW 11.0 - 16.0 % 13.5 PLT 150 - 450 103 / mm3 301 MPV PCT 6.0 - 11.0 µm3 PDW 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 % % WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 12.9 Neutrofil 35.0-88.7 % 68.8 Limfosit 12.0-44.0 % 18.3 Monosit 0.0-11.2 % 11.4 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.6 Basofil % u/L 0.9 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 157.3 SGPT 0.0-41.0 u/L 72.8 Ureum < 50 mg / dL 144 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 1.8 Uric acid mg / dL mmol/L 16.7 Kalium 3.7-7.0 3.5 - 5.1 Natrium 136 - 145 mmol/L 133 Klorida 97 - 111 mmol/L 90 12/1/2012 4.48 90 8.4 0.254 15.3 5.2 Pemeriksaan Urine Glukosa - - Protein - +2 Bilirubin - - Urobilinogen Normal +1 pH 4.8-7.4 8.5 Berat Jenis 1015-1025 <1005 Darah - - Benda Keton - - Nitrit - - Lekosit Esterase - 500 Sel epitel + + Lekosit 0-6 3-5 Eritrosit 0-1 0-1 T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Hyalin - - Granuler - - Eritrosit - - Lekosit - - Oksalat - - Amorf urat - + Triple fosfat - ++ Uteric acid - - Bacteri - + - - Jamur Tanda vital: Tanda Vital Tekanan Darah Nafas Penatalaksanaan terapi: Nilai Normal 140/90 Satuan mmHg 15-20 x/menit 102 Pemeriksaan 80/60 68 Obat, dosis, dan cara pemberian Salbutamol 3x2 mg p.o 3x Alprazolam 0.5 mg p.o 1x inj. Cefotaxim 1 gr/8j 2x 3x 2x 1x 3x 3x 1x inj. Meconeuro 1/24j (pkl. 18:00) 1x 1x 1x inj. Methylprednisolon 62.5/12j (pkl. 8, 20) 1x 2x 2x 1x Assesment: 1. Pasien mengalami sesak napas, sehingga diberikan Salbutamol 3 x 2 mg secara peroral sebagai bronkodilator golongan beta-2 adrenoreseptor selektif. Dosis untuk orangtua menurut DIH (2008-2009) dapat diberikan 2 mg selama 3-4 kali dalam sehari dengan dosis maksimumnya adalah 8 mg 4x/hari. Salbutamol yang diberikan pada pasien sudah sesuai literatur. 2. Cefotaxime digunakan sebagai antibiotik. Dosis yang dianjurkan menurut Drug Information Handbook (20082009) adalah 1- 2 g tiap 4-12 jam. Pasien mendapat dosis berlebih. Perlu adanya penyesuaian dosis untuk pasien dengan gangguan ginjal. 3. Methylprednisolon sebagai antiinflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100-250 mg tiap 6-8 jam. Pada kasus ini, diberikan 62,5 mg/ 12 jam (IONI, 2000). Pasien sudah mendapat dosis yang sesuai. Plan: 1. Dosis cefotaxim disesuaikan dengan literatur 1 g/ 12 jam. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 103 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 24/ RM 196189 Tanggal terapi : 13- 16 Februari 2012 Subyektif: Seorang wanita berusia 67 tahun. Didiagnosis menderita PPOK. Ia menjalani perawatan selama 3 hari di RS Panti Rini. Keluhan utamanya adalah sesek nafas, batuk, dan riak sulit keluar Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 13-2-2012 14-2-2012 RBC Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 13.3 HCT 37.0 - 47.0 % 40.9 MCV 80 - 100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 25.9 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 32.5 RDW 11.0 - 16.0 % 13.9 PLT 150 - 450 103 / mm3 261 MPV PCT 6.0 - 11.0 µm3 PDW 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 % % WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 14.8 Neutrofil 35.0-88.7 % 84.2 Limfosit 12.0-44.0 % 9.2 Monosit 0.0-11.2 % 5.4 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.5 Basofil % u/L 0.7 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 22.3 SGPT 0.0-41.0 u/L 17.5 Kolesterol total < 201 mg / dL 139 Trigliserida < 200 mg / dL 92 HDL > 65 u/L 80 LDL < 100 u/L 56 Ureum < 71 mg / dL 40 0.51-0.95 mg / dL 0.9 Glukosa puasa 70-100 mg/dL 115 Glukosa 2 jam PP 70-140 mg/dL Kreatinin 5.13 80 8.1 0.211 13 110 (duplo) Pemeriksaan Dahak A (Sewaktu) - B (Pagi) - C (Sewaktu) Tanda vital: Tanda Vital Suhu Nadi Tekanan darah Nafas Penatalaksanaan Terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian Nilai normal 37 Satuan o C Pemeriksaan 37 70-75 x/menit 72 140/90 mmHg 140/80 15-20 x/menit 26 13/2 14/2 15/2 16/2 T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pamol 3x1 p.o 1x 3x 3x 2x Pectosil 3x1 p.o 1x 3x 3x 2x Sharox 750 mg 1/12 jam i.v 1x 2x 2x 1x 104 Rocer 1/24 jam drip 1x 1x 1x 1x Assesment: 1. Pectosil (n-asetilsistein) merupakan mukolitik, tiap kapsul mengandung 200 mg. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai. 2. Sharox (Cefuroxime) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi II. Dengan komposisinya 750 mg. Diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Dosis yang dianjurkan adalah 750 mg tiap 6-8 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis sharox yang diberikan pada pasien sudah tepat. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 105 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 25/ RM 195379 Tanggal terapi: 12 Mei- 14 Mei 2012 Subyektif: Seorang Ibu berusia 50 mengalami batuk selama 4 hari, pilek, panas, dan sesak. Pasien didiagnosa mengalami PPOK eksasebarsi akut. Menurut catatan keperawatan (12 Mei), pasien diberikan ceftriaxon, dan pasien tidak tahan sehingga penggunaan Ceftriaxon dihentikan.Pasien menjalani perawatan selama 2 hari di RS Panti Rini Yogyakarta. Obyektif: Hasil laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 12-5-2012 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 13.9 HCT 37.0 - 47.0 % 43.4 80 - 100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 28.8 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 32.1 RDW 11.0 - 16.0 % 13.5 150 - 450 103 / mm3 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.193 PDW 11.0 - 18.0 % 13.8 4.0 - 11.0 103 / mm3 Neutrofil 35.0-88.7 % 70.2 Limfosit 12.0-44.0 % 16.6 Monosit 0.0-11.2 % 11.7 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.8 Basofil % u/L 0.7 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 21.2 SGPT 0.0-41.0 u/L 19.8 Kolesterol total < 201 mg / dL 185 Trigliserida < 200 mg / dL 103 HDL > 65 u/L 44 LDL < 100 u/L 121 Ureum < 71 mg / dL 20 Kreatinin 0.51-0.95 mg / dL 0.6 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.9 Natrium 136 - 145 mmol/L 140 Klorida Tanda vital 97 - 111 mmol/L 101 Hasil RBC MCV PLT MPV WBC Tanda Vital Suhu 37 o C 36 Nadi 70-75 x/menit 86 Tekanan darah 120/80 mmHg 140/80 Nafas 15-20 x/menit 22 x/menit 84 Heart Rate Penatalaksanaan terapi: 4.84 90 232 8.3 6.1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Obat, dosis, dan cara pemberian 12/5 13/5 14/5 Rhinatiol 3x2 cth p.o 1x 3x 2x k/p Pamol 3x1 p.o 1x 3x 106 2x STOP Ceftriaxon 1 gr/12j (i.v) 1x Zantadin 1/12j (i.v) 2x 2x 2x Assessment: 1. Pasien diberikan obat batuk Rhinatiol (karbosistein) dengan aturan pakai 3 x 2 cth. Dosis sudah tepat. 2. Ceftriaxon merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Pasien mengalami monositosis, salah satu indikator terjadinya infeksi. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat, tetapi pasien mengalami reaksi alergi dengan pemberian antibiotik ini, sehingga segera dihentikan pemberiannya. Plan: 1. Perlu penggantian antibiotik untuk infeksi yang dialami pasien. Bisa diberikan golongan Makrolida PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 107 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 26/ RM 110053 Tanggal terapi: 25 Juni- 27 Juni 2012 Subyektif: Seorang bapak berusia 84 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk selama ± satu minggu dan merasa sesak napas selama dua hari terakhir. Pasien dirawat di RS Panti Rini selama dua hari dan didiagnosa mengalami PPOK dengan komplikasi hiperurikemia. Obyektif: Hasil laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 15.7 HCT 40.0-54.0 % 46.8 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 30.4 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.5 RDW 11.0 - 16.0 % 14.3 150 - 450 103 / mm3 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.228 PDW 11.0 - 18.0 % 14 4.0 - 11.0 103 / mm3 Neutrofil 35.0-88.7 % 66.7 Limfosit 12.0-44.0 % 23.1 Monosit 0.0-11.2 % 5.4 Eosinofil 0.0-9.5 % 4.4 Basofil % u/L 0.4 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 23.5 SGPT 0.0-41.0 u/L 10 Kolesterol total < 201 mg / dL 178 Trigliserida < 200 mg / dL 122 HDL > 55 u/L 64 LDL < 100 u/L 94 Ureum < 50 mg / dL 47 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL Uric acid mg / dL mmol/L 10.5 Kalium 3.5-7.0 3.5 - 5.1 Natrium 136 - 145 mmol/L 140 Klorida Tanda vital 97 - 111 mmol/L 99 RBC MCV PLT MPV WBC 25-6-2012 Nilai 4.50-6.50 5.15 91 269 8.4 7.8 1.3 (duplo) 4.3 Suhu Nilai normal 37 Nadi 70-75 x/menit 92 Tekanan darah 140/90 mmHg 140/90 15-20 x/menit 24 Tanda Vital Nafas Penatalaksanaan terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian Satuan o Pemeriksaan C 36 25/6 26/6 27/6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Aminofilin 3x1 p.o 3x 2x Ambroksol 3x1 p.o 3x 2x Allopurinol 3x100 p.o 3x 2x Sistenol 3x1 p.o 1x 3x 2x Inj. Somerol 125mg/12j (i.v) 1x 2x 1x Inj. Ranitidin 2x1 (i.v) 2x 2x 1x Ventolin/ flixotide 1:1/ 8j 1x 2x 1x 108 Ceftriaxon 1gr/12j (i.v) 2x 1x Assessment: 1. Aminofilin merupakan bronkodilator golongan xanthin, di dalam tiap tablet mengandung 200 mg aminofilin. Dosis yang dianjurkan adalah 2-4 x sehari 175-350 mg (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan tepat. 2. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai mukolitik. Dalam tiap tablet mengandung 30 mg ambroksol HCl. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang digunakan pada kasus ini sudah sesuai. 3. Pasien juga mendapat injeksi Somerol (metilprednisolon) 125mg/12 jam. Dosis yang dianjurkan pada lansia adalah 100- 250 mg sehari (IONI, 2000). Dosis yang diberikan sudah tepat 4. Diberikan pula kombinasi Ventolin dan Flixotide dengan nebulizer (1:1). Ventolin mengandung 2.5 mg salbutamol sulfat sebagai bronkodilator. Flixotide merupakan kortikosteroid dengan zat aktifnya fluticason propionate. Dalam tatalaksana PPOK, salah satu terapi efektif yang digunakan adalah kombinasi kortikosteroid dengan bronkodilator β-agonis reseptor. Dosis Ventolin yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotid merupakan obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis Flixotide yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Ventolin dan flixotid dipakai dengan perbandingan 1:1. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat 4. Ceftriaxon merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Pasien mengalami batuk selama ± 1 minggu, kemungkinan sudah ada infeksi. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis ceftriaxon yang diberikan pada pasien sudah tepat. Plan:- PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 109 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 27/ RM 200360 Tanggal terapi : 23 Juli- 25 Juli 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 80 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk, dada sakit. Pasien didiagnosa mengalami PPOK dan dirawat di RS Panti Rini selama 2 hari. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Hasil Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 13.0-18.0 40.0-54.0 80-100 g/dL % µm3 27.0 - 32.0 32.0 - 36.0 11.0 - 16.0 150 - 450 pg g/dL % 3 10 / mm3 6.0 - 11.0 µm3 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 4.0 - 11.0 % % 3 10 / mm3 35.0-88.7 % % % % % u/L u/L mg / dL mg / dL u/L u/L mg / dL mg / dL mmol/L mmol/L mmol/L RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW PLT MPV PCT PDW WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil SGOT SGPT Kolesterol total Trigliserida HDL LDL Ureum Kreatinin Kalium Natrium Klorida Tanda vital: 12.0-44.0 0.0-11.2 0.0-9.5 0.0-2.5 0.0-38.0 0.0-41.0 < 201 < 200 > 55 < 100 < 50 0.67-1.17 3.5 - 5.1 136 - 145 97 - 111 Nilai normal Tanggal 23/7/2012 4.04 12.5 37.3 92 30.8 33.4 13.7 347 7.2 0.249 10.5 17.7 85.4 3.4 4.2 6.5 0.5 16.1 7.4 174 58 61 106 18 0.6 4.1 138 100 Nadi 70-75 Satuan x/menit Tekanan darah 140/90 mmHg 140/70 15-20 x/menit 35 Tanda Vital Nafas Penatalaksanaan Terapi: Pemeriksaan 96 Obat, dosis, dan cara pemberian Pectosil 3x1 p.o 2x 3x Erocef 1 gr/24 j injeksi 1x 1x 1x Somerol 62.5 mg/8 j injek 3x 3x 2x Rocer I/24 j i.v 1x 1x 1x Assesment: 1. Pasien ini juga mengalami batuk yang sudah lama. Oleh karena itu, pasien diberi terapi Pectosil (nasetilsistein) yang merupakan mukolitik, tiap kapsul mengandung 200 mg. Aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. 110 Nilai WBC pasien tinggi, menandakan adanya infeksi. Pasien diberi Erocef (Ceftriaxon) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat. 3. Somerol (metilprednisolon) merupakan kortikosteroid. Dalam tiap vial berisi 2 ml, mengandung 125 mg metilprednisolon. Dosis yang dianjurkan adalah 100- 250 mg tiap 2-6 jam sehari (IONI, 2000). Dosis yang diterima oleh pasien tepat. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 111 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 28/ RM 158096 Tanggal terapi : 16 Januari- 18 Januari 2012 Subyektif: Seorang bapak berusia 65 tahun datang ke RS Panti Rini dengan keluhan sesak napas dan sakit perut, juga mengeluh batuk-batuk. Pasien dirawat selama 2 hari. Diagnosa dokter adalah PPOK. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 13.0-18.0 g/dL 40.0-54.0 % 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg MCHC 32.0 - 36.0 g/dL RBC HGB HCT MCV RDW PLT MPV PCT PDW 11.0 - 16.0 16/1/2012 % 3 150 - 450 10 / mm3 6.0 - 11.0 µm3 0.150 - 0.500 % 11.0 - 18.0 % 4.0 - 11.0 10 / mm3 Neutrofil 35.0-88.7 % Limfosit 12.0-44.0 % 9.01 Monosit 0.0-11.2 % 10.2 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.9 Basofil 0.0-2.5 < 50 % mg / dL 0.6 0.67-1.17 mg / dL SGOT 0-38 u/L 55.0 SGPT 0-41 u/L 26.1 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 4.9 Natrium 136 - 145 mmol/L 97 - 111 mmol/L 91 (duplo) <201 mg/dL 231 Trigliserida <200 mg/dL 168 HDL >65 mg/dL >100 mg/dL WBC Ureum Kreatinin Klorida Kolesterol Total LDL Tanda vital: Tanda Vital Nilai normal 3 Satuan 0 C 76 2.0 (duplo) 135 (duplo) 58 136 Pemeriksaan Suhu 37 Nadi 70-75 x/menit 76-80 Tekanan darah 140/90 mmHg 100/60-140/80 Nafas 15-20 x/menit 32-36 37 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 112 Penatalaksanaan Terapi: Nama Obat Rhinatiol Renapar Ostrid Somerol Farsix Dosis 3 x 10 cc 2 x 1 tab 2 x 200 mg 62.5 / 12 jam 1 amp / 12 jam Cara Pemberian p.o p.o p.o Injeksi Injeksi 16 17 18 2x 2x 1x 2x 2x 2x 1x 1x 1x 1x Assesment: 1. Pasien datang dengan keluhan batuk, sehingga diberikan Rhinatiol (karbosistein) 3 x 2 sendok teh sebagai ekspektoran. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang diberikan pada pasien sudah tepat. 2. Ostrid (ofloxacin) merupakan antibiotika golongan quinolon. Dosis yang dianjurkan menurut Drug Information Handbook (2009) adalah 200-400 mg tiap 12 jam. Dosis yang diberikan sudah tepat. 3. Somerol (metilprednisolon) sebagai antiinflamasi. Dalam tiap vial berisi 2 ml, mengandung 125 mg metilprednisolon (IONI, 2000). Pasien menerima dosis dalam jumlah yang cukup. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 113 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 29/ RM 159969 Tanggal terapi : 7 Mei- 14 Mei 2012 Subyektif: Seorang Ibu berusia 50 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas dan batuk. Pasien dirawat selama 7 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK dengan komplikasi diabetes melitus. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Hasil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW PLT MPV PCT PDW WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil SGOT SGPT Kolesterol total Trigliserida HDL LDL Ureum Kreatinin Urine Glukosa Protein Bilirubin Bilirubinogen pH Berat jenis Darah Benda keton Nitrit Lekosit esterase Sedimen Sel epitel Lekosit Eritrosit Silinder Hyaline Granuler Eritrosit Lekosit Kristal Uric acid Oksalat Amorf urat Triple fosfat Bakteri Jamur Nilai 4.50-6.50 13.0-18.0 40.0-54.0 80-100 27.0 - 32.0 32.0 - 36.0 11.0 - 16.0 150 - 450 6.0 - 11.0 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 4.0 - 11.0 35.0-88.7 12.0-44.0 0.0-11.2 0.0-9.5 0.0-2.5 0.0-38.0 0.0-41.0 < 201 < 200 > 55 < 100 < 50 0.67-1.17 Satuan 106 / mm3 g/dL % µm3 pg g/dL % 103 / mm3 µm3 % % 103 / mm3 % % % % % u/L u/L mg / dL mg / dL u/L u/L mg / dL mg / dL Tanggal 7/5/2012 4.92 13.9 43.9 89 28.3 31.7 14.8 307 7.9 0.244 23.8 19.0 80.7 15.9 1.9 0.8 0.7 31.1 19.5 261 78 98 147 16 0.4 Normal 4.8-7.4 1015-1025 + 0-6 0-1 + 8-20 5-20 - + - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tanda vital: Nilai normal Tanda Vital Suhu 37 Nadi 70-75 Tekanan darah 120/80 Nafas 15-20 Penatalaksanaan Terapi: Nama Obat Dosis Renapar Digoxin Rhinatiol 3x1 2x½ 3 x 10 (3 x 2 cth) 1 ampul / 24 jam 1 x 500 1-0-1 3x1 1 ampul / 8 jam 3x1 1 ampul / 8 jam 5 ampul (70 jam) 1 g / 12 jam 1500 / jam atau1,500 1 fk / 24 jam 2 x 500 mg 3 x 8 unit Mosardal Mosardal Farsix Epexol Farsix Sistenol Lasix Drip farsix Erocef Dobuject Satuan 0 C x/menit mmHg x/menit Cara Pemberian p.o p.o p.o 7 Pemeriksaan 36-37.5 100-134 183/101 20-37 8 9 2x 2x 10 3x 2x 1x 3x 2x 3x 11 2x 2x 3x Injeksi 12 13 14 2x 2x 3x 2x 2x 2x 3x 2x 2x 1x 1x 1x p.o p.o p.o Injeksi 1x 1x 1x 1x p.o Injeksi 3x 3x 3x Injeksi 1x 4x 2x 1x 1x 1x 1x Injeksi Injeksi 114 1x 3x 3x 3x 1x 1x 1x 3x Panzo Injeksi 1x 1x 1x 1x 1x Nicholin Injeksi 2x 2x 2x 2x 2x 2x Novorapid Injeksi 3x 3x 3x 3x 3x 3x Assesment: 1. Pasien kesulitan dalam mengeluarkan dahak, sehingga diberikan Rhinatiol (karbosistein) 3 x 2 sendok teh. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang diberikan pada pasien sudah tepat 2. Mosardal (levofloxacin) merupakan antibiotik golongan quinolon. Dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis sudah tepat. Dari pemeriksaan, kadar WBCnya tinggi menandakan adanya infeksi. Mosardal diindikasikan juga untuk ISK. Dari pemeriksaan laboratorium, ditemukan adanya bakteri di urin. Dosis yang dianjurkan sudah tepat. 3. Epexol (Ambroksol HCl) merupakan obat ekspektoran untuk mengencerkan dahak pasien. Tiap tablet mengandung 30 mg. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberi sudah tepat. 4. Erocef (ceftriaxon) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 115 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 30/ RM 152409 Tanggal terapi : 13 Juni – 15 Juni 2012 Subyektif: Seorang bapak berusia 58 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan dada terasa sesak dan batuk. Pasien dirawat selama 2 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK eksaserbasi akut dengan komplikasi VES, HD, dan CHF Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 13/6 Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 17.8 HCT 40.0-54.0 % 52.5 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg MCHC 32.0 - 36.0 g/dL RDW 11.0 - 16.0 % 150 - 450 103 / mm3 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.242 PDW 11.0 - 18.0 % 9.81 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 12.9 35.0 - 88.7 % Limfosit 12.0-44.0 % 22.9 Monosit 0.0-11.2 % 7.2 Eosinofil 0.0-9.5 % 10.7 Basofil % u/L 4.4 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 31.6 SGPT 0.0-41.0 u/L 36.9 Kolesterol total < 201 mg / dL 202 Trigliserida < 200 mg / dL 462 HDL > 55 u/L 34 LDL < 100 u/L 126 Ureum < 50 mg / dL 15 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 1.1 Uric acid mg / dL mmol/L 7.2 Kalium 3.7-7.0 3.5 - 5.1 Natrium 136 - 145 mmol/L 143 97 - 111 mmol/L 107 RBC PLT MPV Neutrofil Klorida Tanda vital: Tanda Vital 5.51 95 32.3 34 12.5 351 7.3 54.8 3.1 Nilai normal 37 Satuan o C Nadi 70-75 x/menit 92-106 Tekanan darah 140/90 mmHg 105/85-120/80 15-20 x/menit 19-32 Dosis Cara Pemberian Suhu Nafas Penatalaksanaan Terapi: Nama Obat Pemeriksaan 36.4-36.10 13 14 15 T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Salbutamol Ambroksol Retaphyl ISDN Gemfibrozil Allopurinol AsparK Tiaryt Ranitidin 3 x 2 mg 3 x 1 tab 1x1 3 x 5 mg 1 x 300 mg 3 x 100 mg 3x1 2x1 2 x 1 ampul p.o p.o p.o p.o p.o p.o p.o p.o Injeksi 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 3x 3x 1x 3x 1x 2x 3x 2x 2x 3x 3x 1x 2x 1x 3x 3x 2x 2x Metilprednisolon Novalgin 2 x 125 mg 3 x 1 ampul Injeksi Injeksi 2x 2x 3x 2x Farsix 2 x 1 ampul Injeksi 2x Ceftriaxon 1 g / 12 jam Injeksi 116 2x Assesment: 1. Salbutamol diberikan sebagai bronkodilator, menangani sesak napas yang dialami oleh pasien. Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk dewasa dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Pasien sudah menerima Salbutamol sesuai literatur. 2. Pasien juga mengalami batuk berdahak. Dalam pengobatan, diberikan Ambroksol sebagai mukolitik. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberikan pada pasien tepat. 3. Retaphyl (teofilin) merupakan bronkodilator. Tiap kaplet mengandung 300 mg teofilin. Dosis yang dianjurkan adalah 1 kaplet 2 x sehari. Pasien kurang mendapat dosis seperti yang dianjurkan. Pemberian secara oral akan memicu takikardi. 4. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2- 6 jam (IONI, 2000) . Pasien sudah menerima dosis yang cukup 5. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Dalam kasus PPOK, antibiotik yang dianjurkan salah satunya adalah generasi kedua atau ketiga dari Sefalosporin. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis tepat. Plan: 1. Dosis untuk Retaphyl sesuai yang dianjurkan adalah 1 kaplet 2 x sehari. Sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi untuk mengurangi takikardi yang dialami pasien. 2. Monitoring kadar teofilin dalam plasma darah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 117 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 31/ RM 023002 Tanggal terapi : 12 Mei- 15 Mei 2012 Subyektif: Seorang bapak berusia 88 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk, dan demam. Pasien menjalani pengobatan selama 3 hari. Pasien didiagnosa mengalami PPOK eksaserbasi akut Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 12/5 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 10.6 HCT 40.0-54.0 % 32.7 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 29.6 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 32.3 RDW 11.0 - 16.0 % 13.8 PLT 150 - 450 103 / mm3 309 MPV 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.229 PDW 11.0 - 18.0 % 12.8 WBC 4.0 - 11.0 10 / mm3 15.5 Neutrofil 35.0 - 88.7 % 77.4 Limfosit 12.0-44.0 % 6.6 Monosit 0.0-11.2 % 14.5 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.9 Basofil % u/L 0.6 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 27.4 SGPT 0.0-41.0 u/L 21 Ureum < 50 mg / dL 51 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 1.3 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.8 Natrium 136 - 145 mmol/L 136 Klorida Tanda vital: 97 - 111 mmol/L 96 Nilai normal 3.58 91 7.4 3 Suhu 37 Satuan 0 C Nadi 70-75 x/menit 90-120 Tekanan darah 140-90 mmHg 110/70-170/90 15-20 x/menit 16-32 Tanda Vital Nafas Penatalaksanaan Terapi: Nama Obat Ambroksol Ceftriaxon Somerol Meconeuro Nebulizer Forbivent Flixotid Pemeriksaan 36-37 Dosis Cara Pemberian 13 14 15 3x1 1 ampul / 12 jam 62.5 / 12 jam 1 ampul / 24 jam Tiap 8 jam p.o Injeksi Injeksi Injeksi Nebulizer 1x 2x 2x 1x 1x 3x 2x 2x 1x 1x 2x 2x 1x 1x Assesment: 1. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai ekspektoran. Dalam tiap tablet mengandung 30 mg T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 118 ambroksol HCl. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang digunakan pada kasus ini sudah sesuai. 2. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur 3. Somerol (methylprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi. Pada pasien yang didiagnosis PPOK, dokter memberikan Somerol sebagai terapi PPOK. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62,5 mg/ 12 jam. Pasien menerima dosis yang tepat. 4. Forbivent dikombinasikan dengan Flixotid lalu diberikan dengan menggunakan nebulizer. Forbivent merupakan obat bronkodilator dimana dalam sediaan yang berisi 2,5 ml mengandung kombinasi 0,5 mg ipratorium Br dan 2,5 mg salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 3-4 x sehari. Flixotid merupakan obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang dianjurkan adalah 5002000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 119 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 32/ RM 086934 Tanggal terapi : 24 Februari- 28 Februari 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 68 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk dan mempunyai riwayat merokok. Pasien dirawat selama 4 hari dan. Diagnosa dokter adalah PPOK. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal 24/2 Hasil Nilai Satuan 4.50-6.50 106 / mm3 RBC 4.66 13.0-18.0 g/dL HGB 13.1 40.0-54.0 % HCT 40.1 80-100 µm3 MCV 86 27.0 - 32.0 pg MCH 28 32.0 - 36.0 g/dL MCHC 32.6 11.0 - 16.0 % RDW 14.9 3 3 150 450 10 / mm PLT 189 6.0 - 11.0 µm3 MPV 7.2 0.150 - 0.500 % PCT 0.135 11.0 - 18.0 % PDW 10.8 3 3 4.0 11.0 10 / mm WBC 6.1 35.0 - 88.7 % Neutrofil 89.9 Limfosit 12.0-44.0 % 4.61 Monosit 0.0-11.2 % 4.6 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.8 Basofil 0.0-2.5 % 0.1 0.0-38.0 u/L SGOT 43.5 0.0-41.0 u/L SGPT 21.6 < 50 mg / dL Ureum 51 0.67-1.17 mg / dL Kreatinin 1.2 (duplo) 3.5 - 5.1 mmol/L Kalium 4.2 136 145 mmol/L Natrium 136 97 - 111 mmol/L Klorida 96 Tanda vital: Nilai normal Satuan Pemeriksaan Tanda Vital 0 37 C Suhu 36-37.6 70-75 x/menit Nadi 76-120 140/90 mmHg Tekanan darah 100/60-160/100 15-20 x/menit Nafas 20-32 Penatalaksanaan Terapi: Nama Obat Dosis Pectosil 3x1 Cara Pemberian p.o 25 26 27 28 3x 3x 3x 2x Pamol (bila panas) 3x1 p.o 1x 2x 2x 3x Alganax Somerol Sharox Rocher 0.25 mg 62.5 / 8 jam 1 / 12 jam 1 / 24 jam p.o Injeksi Injeksi Injeksi 3x 1x 1x 3x 2x 1x 1x 3x 2x 1x 2x 2x 1x Aminofilin ½ ampul Injeksi Ventolin : Flixotid (k/p) 1 / 12 jam Nebulizer 1x 2x 3x Assesment: 1. Pasien ini juga mengalami batuk, oleh karena itu, pasien diberi terapi Pectosil (n-asetilsistein) yang merupakan mukolitik. Tiap kapsul mengandung 200 mg n-asetilsistein. Aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai. 2. Somerol (methylprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 120 100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62,5 mg/ 8 jam. Dosis yang diberikan tepat. Pasien juga diberikan Sharox (cefuroxime) yang merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi II. Bentuk sediaannya adalah vial yang mengandung 750 mg Cefuroxime. Dosis yang dianjurkan adalah 750 mg tiap 6-8 jam (Drug Information Handbook, 2009). Dosis tepat. 4. Aminofilin merupakan bronkodilator golongan xanthin.Termasuk golongan xanthin yang dapat diberikan pada pasien PPOK apabila pengobatan dengan β2 agonis dan kortikosteroid belum memberi perbaikan. 5. Ventolin pada pasien ini diberikan sebagai bronkodilator golongan selektif β 2 adrenoseptor stimulan dengan zat aktifnya adalah salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotide merupakan suatu kortikosteroid inhalasi dengan zat aktifnya flutikason propionat. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat. Pemberian obat ini apabila diperlukan saja. Plan: 3. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 121 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 33/ RM 195035 Tanggal terapi : 4 Januari- 6 Januari 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 65 tahun, dengan masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas. Pasien dirawat selama 2 hari dan didiagnosa oleh dokter menderita PPOK eksaserbasi akut Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 24/2 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL HCT 40.0-54.0 % MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 32.6 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.4 RDW 11.0 - 16.0 % 13.7 PLT 150 - 450 103 / mm3 270 MPV 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.179 PDW 11.0 - 18.0 % 9.01 WBC 4.0 - 11.0 10 / mm3 11.4 Neutrofil 35.0 - 88.7 % 83.3 Limfosit 12.0-44.0 % 8.6 Monosit 0.0-11.2 % 5.8 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.2 Basofil % u/L 1.1 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 21.5 SGPT 0.0-41.0 u/L 56.1 Ureum < 50 mg / dL 32 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 0.8 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 4.0 Natrium 136 - 145 mmol/L 138 Klorida Kolesterol total 97 - 111 mmol/L < 201 mg / dL 98 191 < 200 mg / dL 101 3.4 - 7.0 mg / dL 8.2 Trigliserida Uric acid 4.89 16 47.8 98 6.7 3 Tanda vital: Tanda Vital Suhu Nilai normal 37 Satuan 0 C Pemeriksaan 37-38 Nadi 70-75 x/menit 88 Tekanan darah 140/90 mmHg 110/60-140/80 Nafas 15-20 x/menit 18-32 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122 Penatalaksanaan Terapi: Dosis Cara Pemberian 3 x 2 cth 3 x 1 ampul 1 g / 12 jam 1 / 12 jam p.o Injeksi Injeksi Nebulizer Nama Obat Rhinatiol Dexametasone Ceftriaxon Ventolin : Flixotid = 1 : 1 Tanggal 5 2x 3x 2x 1x 6 1x 1x 1x 1x Assesment: 1. Pasien datang dengan keluhan batuk, sehingga diberikan Rhinatiol (karbosistein) 3 x 2 sendok teh sebagai ekspektoran. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang diberikan pada pasien sudah tepat 2. Dexametasone merupakan hormon kortikosteroid yang mana tiap ampul 2 ml mengandung 10 mg Dexametasone. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 3 x sehari. Pasien sudah mendapat dosis yang tepat 3. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien tinggi. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur. 4. Pada pengobatan, pasien mendapatkan terapi nebulizer Ventolin dan Flixotide. Ventolin pada pasien ini diberikan sebagai bronkodilator golongan selektif β2 adrenoseptor stimulan dengan zat aktifnya adalah salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotide merupakan suatu kortikosteroid inhalasi dengan zat aktifnya flutikason propionat. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Ventolin dan flixotid dipakai dengan perbandingan 1:1. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 34/ RM 196254 Tanggal terapi : 15 Februari- 20 Februari 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 73 tahun, masuk rumah dengan keluhan batuk dan sesak napas. Pasien dirawat selama 5 hari dan didiagnosa dokter menderita PPOK eksaserbasi akut Obyektif: Hasil Laboratorium: Tanggal Hasil Laboratorium Hasil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW PLT MPV PCT PDW WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil SGOT SGPT Ureum Kreatinin Kalium Natrium Klorida Kolesterol total 15/2/2012 5.47 15.7 47.5 87 28.8 33.2 14.0 370 6.7 0.246 9.01 15.9 89.4 5.9 3.1 1.2 0.4 29.1 34.8 37 0.9 4.6 81 104 194 Nilai 4.50-6.50 13.0-18.0 40.0-54.0 80-100 27.0 - 32.0 32.0 - 36.0 11.0 - 16.0 150 - 450 6.0 - 11.0 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 4.0 - 11.0 35.0 - 88.7 12.0-44.0 0.0-11.2 0.0-9.5 0.0-2.5 0.0-38.0 0.0-41.0 < 50 0.67-1.17 3.5 - 5.1 136 - 145 97 - 111 < 201 Satuan 106 / mm3 g/dL % µm3 pg g/dL % 103 / mm3 µm3 % % 103 / mm3 % % % % % u/L u/L mg / dL mg / dL mmol/L mmol/L mmol/L mg / dL < 200 mg / dL HDL Kolesterol > 65 mg/dL 81 LDL Kolesterol < 100 mg/dL 104 Trigliserida Tanda vital: Tanda Vital 111 Nilai normal 37 Satuan 0 C Nadi 70-75 x/menit 88 Tekanan darah Nafas 140/90 mmHg 15-20 x/menit 110/60-140/80 18-32 Suhu Pemeriksaan 37-38 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Penatalaksanaan Terapi: Nama Obat Dosis Cara Pemberian Epexol Epexol Salbutamol Azitromicin GG Pectosil Ranitidin Somerol Ceftriaxon Pransa 3 x 1 cth 3 x 1 tablet 3 x 2 mg 1 x 500 3x1 3 x 1 tablet 1 / 12 jam 125 / 12 jam 1 g / 12 jam 1 ampul / 24 jam p.o p.o p.o p.o p.o p.o Injeksi Injeksi Injeksi Injeksi Ventolin dan flixotid 1 / 8 jam Nebulizer 15 16 124 17 18 19 20 3x 3x 3x 3x 1x 3x 3x 2x 2x 2x 1x 3x 3x 1x 3x 3x 2x 2x 2x 3x 3x 1x 3x 3x 1x 1x 1x 3x 1x 3x 2x 2x 2x 1x √ 3x 2x 2x 1x 1x Stop, tidak tahan Assesment: 1. Epexol (Ambroksol HCl) diberikan dalam 2 bentuk sediaan, yaitu tablet dan sirup. Epexol merupakan mukolitik, dalam tiap tablet mengandung 30 mg sedangkan pada sediaan sirup mengandung 15 mg Ambroksol HCl tiap 5 ml. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. 2. Salbutamol diberikan pada pasien ini. Pasien mengalami sesak napas Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk orangtua dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Salbutamol yang diberikan pada pasien sudah sesuai literatur. 3. Azitromicyn merupakan antibiotik golongan makrolida. Antibiotik golongan ini juga menjadi pilihan terapi PPOK untuk menangani eksaserbasi akut, selain sefalosporin golongan II dan III. Dosis yang dianjurkan adalah 1 x sehari 500 mg selama 3 hari (Formularium RS Panti Rini). Dosis dan jangka waktu yang diberikan sudah tepat. 4. Pasien juga diberi Pectosil (n-asetilsistein) sebagai mukolitik dengan dosis 3 x 1 tablet. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan pada pasien sudah tepat. 5. GG (gliceryl guaiacolat) merupakan obat ekspektoran di mana dalam tiap tablet mengandung 100 mg GG. Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg setiap 4 jam dan dosis maksimal 2400 mg/hari (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat 6. Somerol (metilprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100250 mg tiap 2- 6 jam. Pada kasus ini, diberikan 125 mg/12 jam. Pasien menerima dosis yang tepat 7. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien tidak normal. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 35/ RM 196923 Tanggal terapi : 12 Maret- 15 Maret 2012 Subyektif: Seorang ibu berusia 72 tahun datang ke rumah sakit pada dengan keluhan sesak napas, perut terasa panas, dan gemetar. Pasien dirawat selama 2 hari. Pasien diagnosa mengalami PPOK eksaserbasi akut. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 2/2/2012 Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 15.7 HCT 37.0 - 47.0 % 47.3 MCV 80 - 100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 28.7 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.3 RDW 11.0 - 16.0 % 13.0 PLT 150 - 450 103 / mm3 212 MPV 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.163 PDW 11.0 - 18.0 % 12.8 WBC 4.0 - 11.0 10 / mm3 8.2 Neutrofil 35.0-88.7 % 76.4 Limfosit 12.0-44.0 % 13.0 Monosit 0.0-11.2 % 8.8 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.9 Basofil % u/L 0.9 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 27.7 SGPT 0.0-41.0 u/L 11.1 Ureum <50 mg/dL 39 Kreatinin 0.51-0.95 mg/dL 0.6 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 4.0 (duplo) Natrium 136 - 145 mmol/L 128 (duplo) Klorida Tanda vital: 97 - 111 mmol/L 92 (duplo) RBC Tanda Vital Suhu Nilai normal 37 5.49 86 7.7 3 Satuan o Pemeriksaan C 36.3- 38 Nadi 70-75 x/menit Tekanan darah 140/90 mmHg 110/70-140/80 Nafas 15-20 x/menit 20-30 Penatalaksanaan: Nama obat Renapar Farsix Somerol Pectosil Sharox Dosis 2x1 1 x 1 ampul 62.5 / 12 jam 3x1 2 x 750 mg Cara Pemberian p.o Injeksi Injeksi p.o Injeksi 64-104 12 1x 1x 2x 1x 1x 13 2x 1x 2x 3x 2x 14 1x 2x 2x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126 Assesment: 1. Somerol (metilprednisolon) diindikasikan pada kondisi inflamasi. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100250 mg tiap 2- 6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62.5 mg/12 jam. Dosis yang diterima pasien sudah tepat. 2. Pasien juga diberi Pectosil (n-asetilsistein) sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis tepat 3. Sharox (cefuroxime) merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III, mengandung 750 mg cefuroxime. Dosis yang dianjurkan adalah 750 mg tiap 6-8 jam (Drug Information Handbook, 2009). Namun dari pemeriksaan laboratorium, tidak ditemukan adanya penanda infeksi, nilai WBC normal. Dari perjalanan penyakitnya, dikatakan bahwa pasien mengalami eksaserbasi sehingga antibiotik dapat diberikan. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 36/ RM 196629 Tanggal terapi : 2 Maret- 6 Maret 2012 Subyektif: Seorang bapak berusia 80 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk, sesak napas, demam, dan nyeri ulu hati. Pasien dirawat di rumah sakit selama 4 hari. Pasien didiagnosa dokter mengalami PPOK eksaserbasi akut dengan komplikasi dyspepsia. Dilakukan pemeriksaan laboratorium di RS Panti Nugroho pada tanggal 1 Maret 2012. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Hasil RBC HGB HCT MCV MCH MCHC RDW MPV PCT WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil SGOT SGPT Kreatinin Kolesterol total Tanggal 1/3/2012 3.53 11.5 35.3 100.0 32.6 32.6 12.6 5.7 19.2 9.20 8.10 0.90 0.20 <0.7 33.7 27.9 1.59 124 Nilai 4.50-6.50 13.0-18.0 40.0-52.0 80-100 26.0-34.0 32.0 - 36.0 7.2 - 11.1 9-13 3.8-10.6 0.0-37.0 0.0-42.0 0.7-1.4 0-200 Satuan 106 / mm3 g/dL % µm3 pg g/dL % µm3 % 103 / mm3 % % % % u/L u/L mg / dL mg / dL Trigliserida 74-172 mg / dL 141 Uric acid 3.5-7.1 mg/dL 9.34 Urea Differential: Limfosit 10-50 mg/dL 140 30-45 % 10 Monosit 2-8 % 1.9 Netrofil 50-70 % 88.1 Tanda vital: Tanda Vital Nilai normal Satuan 0 C Pemeriksaan Suhu 37 Nadi 70-75 x/menit 76-120 Tekanan darah 140/90 mmHg 110/70-160/90 15-20 x/menit 20-36 Nafas Penatalaksanaan Terapi: Dosis Nama Obat Pamol Allopurinol Neurodex Ambroksol Ceftriaxon Metilprednisolon Panzo Farbivent : Flixotide 3x1 2 x 100 1x1 3x1 1 / 12 jam 125 mg 1 x 1 ampul 1 / 12 jam Cara Pemberian p.o p.o p.o p.o Injeksi Injeksi Injeksi Nebulizer 36-37.5 2 3 3x 2x 1x 2x 4 3x 2x 1x 3x 2x 5 3x 2x 1x 3x 2x 1x 1x 2x 6 3x 2x 1x 3x 2x 2x 1x 1x 1x 2x 1x 1x 1x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128 Assesment: 1. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai ekspektoran. Dalam tiap tablet mengandung 30 mg ambroksol HCl. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang digunakan pada kasus ini sudah sesuai. 2. Dalam kasus PPOK, antibiotik yang dianjurkan salah satunya adalah generasi kedua atau ketiga dari Sefalosporin. Ini juga dipertegas dengan nilai neutrofil yang tinggi. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur 3. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2- 6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 125 mg. Dosis yang diberikan sudah sesuai. 4. Forbivent dikombinasikan dengan Flixotide lalu diberikan dengan menggunakan nebulize. Forbivent merupakan obat bronkodilator dimana dalam sediaan yang berisi 2,5 ml mengandung kombinasi 0,5 mg ipratorium Br dan 2,5 mg salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 3-4 x sehari. Flixotid merupakan obat kortikosteroid dimana sediaan untuk nebulizer terdapat 0,5 mg/2 ml fluticasone propionate. Dosis yang dianjurkan adalah 5002000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 37/ RM 116903 Tanggal terapi : 11 Juni-14 Juni 2012 Subyektif: Seorang Ibu berusia 70 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pusing, mual, dan muntah. Pasien dirawat selama 3 hari dan pasien didiagnosa mengalami PPOK. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Hasil RBC HGB HCT Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 12.0 - 16.5 37.0 - 47.0 80 - 100 g/dL % µm3 27.0 - 32.0 32.0 - 36.0 11.0 - 16.0 150 - 450 pg g/dL % 3 10 / mm3 6.0 - 11.0 µm3 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 4.0 - 11.0 % % 3 10 / mm3 35.0-88.7 12.0-44.0 0.0-11.2 0.0-9.5 0.0-2.5 0.0-38.0 0.0-41.0 <50 0.51-0.95 3.5 - 5.1 136 - 145 97 - 111 <201 <200 >65 <100 2.4-5.7 % % % % % u/L u/L mg/dL mg/dL mmol/L mmol/L mmol/L mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL MCV MCH MCHC RDW PLT MPV PCT PDW WBC Neutrofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil SGOT SGPT Ureum Kreatinin Kalium Natrium Klorida Kolesterol total Trigliserida HDL LDL Uric acid Tanda vital: Tanda Vital Nilai normal Satuan Tanggal 2/2/2012 2.2 14.2 22.6 87 29.2 33.5 332 7.8 0.259 11.8 5.6 65.8 22.6 9.2 2.2 0.2 79.2 52.2 26 0.6 4.7 133 97 163 102 53 83 3.1 Pemeriksaan o Suhu 37 Nadi 70-75 x/menit 76-84 Tekanan darah Penatalaksanaan: Nama Obat 140/90 mmHg 110/80-140/90 Pamol Rocher Metilprednisolon 3x1 1 / 24 jam 62.5 / 8 jam Cara Pemberian p.o Injeksi Injeksi Ceftriaxon 1 / 12 jam Injeksi Assesment: Dosis C 36- 37 11 12 13 14 1x 1x 2x 3x 1x 3x 3x 1x 3x 1x 1x 1x 1x 2x 2x 1x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. 130 Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2- 6 jam (IONI, 2000). Pada kasus ini, diberikan 62.5 mg/ 8 jam. Pasien mendapat dosis yang tepat. 2. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien normal. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur. Plan: 1. Antibiotik tidak perlu diberikan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 38/ RM 187524 Tanggal terapi : 27 Januari- 30 Januari 2012 Subyektif: Seorang bapak berusia 80 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan batuk, sesak napas, demam. Pasien dirawat selama 3 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK eksaserbasi akut. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 27-1-2012 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 14.8 HCT 40.0-54.0 % 44.8 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 29.3 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.0 RDW 11.0 - 16.0 % 13.6 PLT 150 - 450 103 / mm3 200 MPV 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.151 PDW 11.0 - 18.0 % 12.3 WBC 4.0 - 11.0 10 / mm3 7.9 Neutrofil 35.0-88.7 % 80.4 Limfosit 12.0-44.0 % 5.3 Monosit 0.0-11.2 % 12.9 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.0 Basofil % u/L 0.4 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 81.4 SGPT 0.0-41.0 u/L 27.1 Kolesterol total < 201 mg / dL 193 Trigliserida < 200 mg / dL 143 HDL > 55 u/L 37 LDL < 100 u/L 106 Ureum < 50 mg / dL 48 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 0.8 Uric acid 3.7-7.0 3.5 - 5.1 mg / dL mmol/L 7.3 Kalium Natrium 136 - 145 mmol/L 129 Klorida Tanda vital: 97 - 111 mmol/L 92 5.04 89 7.6 3 3.8 Suhu Nilai normal 37 Satuan o C Nadi 70-75 x/menit 76-116 Tekanan darah 140/90 mmHg 100/60-170/100 15-20 x/menit 20-28 Tanda Vital Nafas Penatalaksanaan Terapi: Dosis Nama Obat Ambroksol Ceftriaxon 3 x 1 cth 1 ampul / 12 jam Cara Pemberian p.o Injeksi Pemeriksaan 37-38 27 28 29 30 1x 1x 3x 2x 3x 2x 2x 1x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132 Meconeuro 1 / 24 jam Drip NS 1x 1x 1x 1x Ranitidin 1 / 12 jam Injeksi 1x 2x 2x 1x Assesment: 1. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai ekspektoran. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberikan sudah sesuai 2. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui pasien mengalami infeksi, ditandai dengan nilai monosit yang tinggi. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur. Plan: 1. Perlu bronkodilator untuk menangani sesak yang dialami pasien: Salbutamol 2 mg 3-4x/hari PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 39/ RM 189222 Tanggal terapi : 20 Januari- 27 Januari 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 72 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan badan lemas, panas tinggi, dan menggigil. Pasien dirawat selama 7 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal 20-1-2012 Hasil Nilai Satuan RBC 4.50-6.50 106 / mm3 4.02 HGB 13.0-18.0 g/dL 13.1 HCT 40.0-54.0 % 39.01 MCV 80-100 µm3 97 MCH 27.0 - 32.0 pg 32.7 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.7 RDW 11.0 - 16.0 % 12.9 PLT 150 - 450 103 / mm3 303 MPV 6.0 - 11.0 µm3 7.4 PCT 0.150 - 0.500 % 0.225 PDW 11.0 - 18.0 % 12.0 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 8.7 Neutrofil 35.0-88.7 % 76.1 Limfosit 12.0-44.0 % 11.0 Monosit 0.0-11.2 % 11.2 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.3 Basofil 0.0-2.5 % 0.4 SGOT 0.0-38.0 u/L 21.8 SGPT 0.0-41.0 u/L 9.4 Kolesterol total < 201 mg / dL 268 Trigliserida < 200 mg / dL 71 Ureum < 50 mg / dL 27 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 1.1 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.5 (duplo) Natrium 136 - 145 mmol/L 126 (duplo) Klorida 97 - 111 mmol/L 86 (duplo) Tanda vital: Nilai normal Satuan Pemeriksaan Tanda Vital o Suhu 37 C 36-39.4 Nadi 70-75 x/menit 76-108 Tekanan darah 140/90 mmHg 110/70-180/100 Nafas 15-20 x/menit 19-32 Penatalaksanaan Terapi: Dosis Nama Obat KSR Digoxin Rhinatiol Atofar Metilprednisolon Farsix Panzo Ventolin : Flixotid 2x1 2x½ 3 x 2 cth 1 x 1 (mlm) 62.5 / 8 jam Cara Pemberian p.o p.o p.o p.o Injeksi 1 x 24 jam 1 / 24 jam 1 / 12 jam Injeksi Injeksi Nebulizer 20 1x 1x 1x 2x 1x 1x 21 22 23 24 25 26 2x 2x 3x 1x 3x 2x 2x 3x 1x 2x 2x 2x 3x 1x 3x 2x 2x 3x 1x 2x 2x 2x 3x 1x 2x 2x 2x 3x 1x 3x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 27 1x 1x 1x 1x 1x Assesment: 1. Pasien mengalami batuk, sehingga diberikan ekspektoran. Yang diberikan adalah Rhinatiol (karbosistein) di mana tiap 5 ml mengandung carbosistein 250 mg. Dosisnya adalah 3 x sehari 15 ml untuk selanjutnya dikurangi hingga 10 ml. Dosis rhinatiol yang diberikan pada pasien sudah tepat 3. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134 Ventolin pada pasien ini diberikan sebagai bronkodilator golongan selektif β 2 adrenoseptor stimulan dengan zat aktifnya adalah salbutamol sulfat. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 mg 3-4 x sehari. Flixotide merupakan suatu kortikosteroid inhalasi dengan zat aktifnya flutikason propionat. Dosis yang dianjurkan adalah 500-2000 mcg 2 x sehari. Jadi dosis yang didapat pasien sudah tepat Plan: 4. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 40/ RM 179561 Tanggal terapi : 31 Mei- 3 Juni 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 71 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas, batuk, dan demam. Pasien dirawat selama 3 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK eksaserbasi akut Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 31-5-2012 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 14.2 HCT 40.0-54.0 % 42.7 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 28.2 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.3 RDW 11.0 - 16.0 % 14.5 PLT 150 - 450 103 / mm3 226 MPV 6.0 - 11.0 µm3 8.2 PCT 0.150 - 0.500 % 0.185 PDW 11.0 - 18.0 % 14.8 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 5.4 Neutrofil 35.0-88.7 % 77.4 Limfosit 12.0-44.0 % 8.2 Monosit 0.0-11.2 % 12.1 Eosinofil 0.0-9.5 % 1.4 Basofil % u/L 0.9 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 42.8 SGPT 0.0-41.0 u/L 35.2 Ureum < 50 mg / dL 40 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 0.6 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.9 Natrium 136 - 145 mmol/L 139 Klorida 97 - 111 mmol/L 101 74-106 mg/dL 183 Glukosa acak Tanda vital: 5.04 85 Tanda Vital Suhu 37 o C 36.4 Nadi 70-75 x/menit 72-88 Tekanan darah 140/90 mmHg 120/80-150/90 15-20 x/menit 20-26 Nafas Penatalaksanaan Terapi: 3x1 Cara Pemberian p.o Salbutamol 3 x 2 mg p.o Aminofilin Ambroksol Metilprednisolon Cefixime 3 x 1 tablet 3 x 1 tablet 3x1 2 x 500 p.o p.o p.o p.o Nama Obat Curcuma Dosis 31 1 2 1x 3x 2x 1x 3x 2x 1x 1x 3x 3x 3x 2x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Ranitidin Metilprednisolon 2x1 125 mg / 12 jam p.o Injeksi 136 2x 1x 2x Ranitidin 2 x 1 ampul Injeksi √ (IGD) 2x Ceftriaxon 2x1g Injeksi 1x 2x Assesment: 1. Salbutamol diberikan pada pasien ini. Pasien mengalami sesak napas. Diberikan 3 x 2 mg. Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk orangtua dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Salbutamol yang diberikan pada pasien sudah sesuai literatur. 2. Aminofilin merupakan bronkodilator golongan xanthin, di dalam tiap tablet mengandung 200 mg aminofilin. Dosis yang dianjurkan adalah 2-4 x sehari 175-350 mg (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan tepat. 3. Ambroksol merupakan obat batuk yang bertindak sebagai ekspektoran. Menurut IONI (2008, 225), dosis untuk orang dewasa 1 tablet (30 mg) 2- 3 kali sehari, berarti sudah sesuai literatur. Dosis yang diberikan sudah sesuai. 4. Cefixime merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi III. Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis maksimum untuk dewasa adalah 400 mg tiap 12-24 jam. Dosis berlebih. 5. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat. 6. Dalam kasus PPOK, antibiotik yang dianjurkan salah satunya adalah generasi kedua atau ketiga dari Sefalosporin. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Dosis tepat Plan: 1. Dosis Cefixime diberikan sesuai literatur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 41/ RM 159140 Tanggal terapi : 30 Maret- 2 April 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 80 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan perut terasa sakit. Pasien dirawat selama 3 hari di RS Panti Rini. Diagnosa dokter adalah PPOK Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 30-3-2012 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 12.5 HCT 40.0-54.0 % 37.1 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 29.5 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.6 RDW 11.0 - 16.0 % 12.5 PLT 150 - 450 103 / mm3 347 MPV 6.0 - 11.0 µm3 7.0 PCT 0.150 - 0.500 % 0.244 PDW 11.0 - 18.0 % 10.8 WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 7.7 Neutrofil 35.0-88.7 % 45.4 Limfosit 12.0-44.0 % 38.4 Monosit 0.0-11.2 % 15.3 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.4 Basofil % u/L 0.5 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 25.4 SGPT 0.0-41.0 u/L 12.3 Ureum < 50 mg / dL 14 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 1.1 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 3.5 Natrium 136 - 145 mmol/L 134 Klorida Tanda vital: 97 - 111 mmol/L 101 Nilai normal 4.22 88 37 Satuan o C Nadi 70-75 x/menit 80-88 Tekanan darah 140/90 mmHg 120/80-170/90 Nafas 15-20 x/menit 20 Tanda Vital Suhu Pemeriksaan 36-37 Penatalaksanaan Terapi: Nama Obat Dosis Cara Pemberian 30 31 1 2 Dexanta Cinula Ranitidin 3 x 2 cth 2x1 1 ampul/12 jam p.o p.o Injeksi √ (poli) 3x 1x 2x 3x 2x 2x 3x 1x 1x Dexametason 3 x 1 ampul Injeksi √ (poli) √ 3x 2x 1x Assesment: 1. Dexametason merupakan hormon kortikosteroid yang mana tiap ampul 2 ml mengandung 10 mg Dexametason. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 3 x sehari. Dosis sesuai. Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 42/ RM 178055 Tanggal terapi : 17 Februari- 19 Februari 2012 Subyektif: Seorang Bapak berusia 82 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan perut terasa keras dan susah menelan makanan, juga mengeluh sesak napas dan batuk. Pasien didiagnosa mengalami PPOK dengan komplikasi dysfagia. Pasien dirawat di rumah sakit selama 2 hari. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 17-2-2012 RBC Nilai 4.50-6.50 Satuan 106 / mm3 HGB 13.0-18.0 g/dL 14.8 HCT 40.0-54.0 % 44.4 MCV 80-100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 30.5 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 33.3 RDW 11.0 - 16.0 % 14.4 PLT 150 - 450 103 / mm3 296 MPV PCT 6.0 - 11.0 µm3 PDW 0.150 - 0.500 11.0 - 18.0 % % WBC 4.0 - 11.0 103 / mm3 7.3 Neutrofil 35.0-88.7 % 73.5 Limfosit 12.0-44.0 % 14.4 Monosit 0.0-11.2 % 10.6 Eosinofil 0.0-9.5 % 0.7 Basofil % u/L 0.8 SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 SGPT 0.0-41.0 u/L 13.8 Kolesterol total < 201 mg / dL 168 Trigliserida < 200 mg / dL 111 HDL > 55 u/L 47 LDL < 100 u/L 108 Ureum < 50 mg / dL 29 Kreatinin 0.67-1.17 mg / dL 0.9 Uric acid 3.7-7.0 mg / dL 5.6 Glukosa acak mg/dL mmol/L 106 Kalium 82-115 3.5 - 5.1 Natrium 136 - 145 mmol/L 135 Klorida Tanda vital: 97 - 111 mmol/L 97 Tanda Vital Nilai normal 37 Satuan o C Suhu 70-75 x/menit Nadi 140/90 mmHg Tekanan darah 15-20 x/menit Nafas Penatalaksanaan Terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 4.86 91 7.6 0.224 12.8 23 4.1 Pemeriksaan 36 88 120/80 28 17/2 18/2 19/2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139 k/p Pamol 3x1 p.o 3x 3x Pectosil 3x1 p.o 1x 3x 3x Astacor 2x1 p.o 2x 2x Analsik p.o 2x Mosardal 500mg/ 24j (infus) 1x 1x 1x Panzo/24j (infus dalam 100cc) 1x 1x 1x Granon I/24j (i.v) 1x 1x 1x Assesment: 1. Pasien diberi Pectosil (n-asetilsistein) secara peroral. Tiap kapsul mengandung 200 mg, digunakan sebagai mukolitik. Pasien mengalami batuk, diberikan obat ini dengan aturan pakainya 3 x sehari 1 tablet (Formularium RS Panti Rini). Dosis yang diberikan sudah sesuai. 2. Mosardal (Levofloxacin) diindikasikan untuk eksaserbasi bronkitis kronik oleh bakteri. Dosis yang dianjurkan adalah 250-500 mg tiap 24 jam (Drug Information Handbook,2009). Dosis sudah tepat. Dosis mosardal yang didapat pasien tepat Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140 Evaluasi Efektivitas Pengobatan Pasien Gangguan Saluran Pernapasan (PPOK) No. 43/ RM 195890 Tanggal terapi : 2 Februari- 5 Februari 2012 Subyektif: Seorang ibu berusia 80 tahun. Didiagnosis menderita PPOK dan CHF. Ia dirawat selama 3 hari di RS Panti Rini Yogyakarta. Keluhan utama dari pasien ini adalah tidak bisa tidur dan sudah ± 2 minggu ini sesek dan juga mengeluh batuk.. Obyektif: Hasil Laboratorium: Hasil Laboratorium Tanggal Hasil 2/2/2012 Nilai 3.80-5.80 Satuan 106 / mm3 HGB 12.0 - 16.5 g/dL 11.2 HCT 37.0 - 47.0 % 34.5 80 - 100 µm3 MCH 27.0 - 32.0 pg 28.5 MCHC 32.0 - 36.0 g/dL 32.4 RDW 11.0 - 16.0 % 12.8 150 - 450 103 / mm3 6.0 - 11.0 µm3 PCT 0.150 - 0.500 % 0.335 PDW 11.0 - 18.0 % 12 4.0 - 11.0 103 / mm3 Neutrofil 35.0-88.7 % Limfosit 12.0-44.0 % 4.6 Monosit 0.0-11.2 % 9.4 Eosinofil 0.0-9.5 % Basofil SGOT 0.0-2.5 0.0-38.0 % u/L 32.1 SGPT 0.0-41.0 u/L 17 Kolesterol total < 201 mg / dL 32.1 Trigliserida < 200 mg / dL 17 Kalium 3.5 - 5.1 mmol/L 4.9 (duplo) Natrium 136 - 145 mmol/L 126 (duplo) Klorida Tanda vital: 97 - 111 mmol/L 93 (duplo) RBC MCV PLT MPV WBC Nilai normal 3.93 88 444 7.6 32.9 1.3 37 Satuan o C Nadi 70-75 x/menit 80-110 Tekanan darah 140/90 mmHg 100/70- 120/60 Nafas 15-20 x/menit 40 Tanda Vital Suhu Pemeriksaan 36- 37 T PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 141 Penatalaksanaan terapi: Obat, dosis, dan cara pemberian 2/2 3/2 4/2 5/2 Salbutamol 3x2 mg p.o 3x 3x 1x GG 3x1 tab p.o 3x 3x 1x Ceftriaxon 1gr/12 j (i.v) 2x 2x 2x Methylprednisolon 62.5 mg/12j (i.v) 2x 2x 2x Meconeuro 1 A/24j 1x 1x 1x Assesment: 1. Salbutamol diberikan pada pasien ini. Pasien mengalami sesak napas. Salbutamol diberikan 3 x 2 mg. Menurut Drug Information Handbook (2009), dosis untuk orangtua dapat diberikan 2-4 mg 3-4 kali dalam sehari. Salbutamol yang diberikan pada pasien sudah sesuai literatur. 2. Glyceryl guaiacolate merupakan ekspektoran yang mengencerkan dahak. Pasien mengalami batuk sejak hari pertama, pengobatan dengan GG dimulai pada tanggal 3 February. Dosis peroral untuk dewasa 200- 400 mg setiap 4 jam dan dosis maksimalnya adalah 2.4 g/hari. Dosis yang dianjurkan adalah 200-400 mg sehari (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat 3. Pasien juga diberikan antibiotik. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diketahui bahwa nilai WBC pada pasien meningkat. Pasien diberi Ceftriaxon yang merupakan sefalosporin generasi III. Dosisnya adalah 1-2 g terbagi dalam dosis yang sama tiap 12-24 jam. Dosis tidak lebih dari 4 g/hari (Drug Information Handbook, 2009). Sudah sesuai dengan literatur. 4. Methylprednisolon merupakan kortikosteroid yang diberikan secara sistemik. Dosis metilprednisolon untuk dewasa 100- 250 mg tiap 2-6 jam (IONI, 2000). Dosis yang diterima pasien sudah tepat Plan: - PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BIOGRAFI PENULIS Regina Arningsari Ewo Pati merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Petrus Pati dan Susana Tanga. Lahir di Atambua pada tanggal 23 Januari 1991. Pendidikan awal dimulai di Taman Kanak- Kanak Regina Pacis Bajawa pada tahun 1996 – 1997. Kemudian dilanjutkan ke jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Katolik II Maumere pada tahun 1997 – 2003. Selanjutnya ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Menengah Pertama Katolik Frateran Maumere pada tahun 2003 – 2006. Kemudian naik ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas Katolik Frateran Maumere pada tahun 2006 – 2009. Selanjutnya menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma. Selama menjalani pendidikan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma, penulis pernah menjadi panitia Ekaristi Kaum Muda, anggota Keluarga Besar Flobamorata dan menjadi bagian dari organisasi IKAMASI Yogyakarta. 142