BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakikat Menulis a. Pengertian Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Suparmo dan Yunus dalam Slamet (2008: 96) menjelaskan menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan bahasa tulis sebagai alat medianya. Menurut Mc Crimmon dalam Slamet (2008: 96) menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menulisnya secara pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Menurut Tarigan (2008: 21) menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbaasa yang mendasar (mendengar, berbicara, membaca, menulis). Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, menulis merupakan salah satu keterampialn yang tidak dikuasai oleh setiap orang, apalagi menulis dalam konteks akademik, seperti menulis esai, karya ilmiah, laporan penulisan, dan sebagainya. Tulisan merupakan sebuah simbol dan lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam berkomunikasi tulis ada empat unsur yang terlibat; penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan. Menulis merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Menurut Heaton dalam Slamet (2008: 96) sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Oleh karena itu, keterampilan menulis dikuasai seseorang sesudah 7 8 menguasai keterampilan berbahasa yang lain. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara dan membaca. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu aktifitas produktif untuk mengekpresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk huruf, angka maupun lambang yang dapat dipahami oleh orang lain. b. Kemampuan Menulis Kegiatan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang tingkat kesulitannya melebihi kemampuan berbahasa lainnya, Tarigan (2008: 96) menuturkan aktivitas menulis merupakan manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Tarigan menambahkan, hal yang menyebabkan kemampuan menulis lebih sulit dikuasai karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan unsur berbagai kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Dalam kegiatan menulis mengharuskan orang tersebut harus menguasai lambang atau simbol-simbol visual dan aturan tata tulis., khususnya tentang menyangkut masalah ejaan. Kemampuan menulis adalah kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan, dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menurut Solehan dkk (2008: 10) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis, Solehan menambahkan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan handal, tanpa banyak latihan menulis. c. Tujuan Menulis Kegiatan menulis memiliki tujuan tertentu. Menurut Slamet (2008: 97) tujuan menulis: 1) memupuk dan mengembag\ngkan kemampuan anak-anak untuk memahami dan mengenlkan cara membaca dan menulis dengan benar; 2) melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengenal dan menuliskan 9 huruf-huruf; 3) melatih dan mengembangkan anak untuk mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa atau menuliskan bunyi-bunyi bahasa yang didengarnya; 4)memperkenalkan dan melatih anak untuk mampu membaaca dan menulis sesuai dengan tekni-teknik tertentu; 5) melatih kemampuan anak untuk memahami katakata yang dibaca, didengar atau ditulisnya dan mengingatnya dengan baik; 6) melatih keterampilan anak untuk dapat menetapkan arti tertentu dari sebuah kata dalam sebuah. konteks. Tarigan (2008: 24) mengatakan “tujuan altruistik yaitu menulis untuk menyenangkan para pembaca dan ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.” Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa pembaca sebagai penikmat karyanya adalah lawan atau musuh. 2. Hakikat Huruf Jawa Mata pelajaran yang diberikan pada siswa VIII sangatlah beragam, salah satunya ialah pelajaran Bahasa Jawa. Bahasa termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal, karena termasuk dalam pelajaran bahasa daerah. Materi pelajaran Bahasa Jawa di kelas VIII juga beragam, diantaranya, wacana (cerita berbahasa Jawa), geguritan, tembang Jawa, wayang, huruf atau aksara Jawa dan sebagainya. Dari beberapa materi tersebut, peniliti mengambil huruf atau aksara Jawa sebagai bahan penulisan. Dalam pembelajaran menulis huruf atau aksara Jawa dikenal adanya aksara ngelegena, akasara pasangan, sandhangan, aksara wilangan, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut. a. Aksara Huruf Jawa Sutardjo, (2008: 120) menyebutkan, huruf Jawa terdiri dari huruf dasar (aksara carakan), sandhangan, aksara murda, aksara swara, dan lainlain, berikut uraiannya : 1) Aksara Carakan Aksara carakan atau nglegena atau Dentawiyanjana bisa disebut akasara legenda yang berarti huruf dasar atau telajangan. Karena belum mendapat sandhangan, huruf dasar aksara jawa berjumlah 20, yaitu: 10 a n c r k ha na ca ra ka f t s w l da ta sa wa la p d j y v pa dha ja ya nya m g b q z ma ga ba tha nga 2) Pasangan Huruf pasangan adalah huruf jawa yang jumlahnya sama seperti huruf carakan yaitu 20 huruf, tetapi bentuk dan fungsinya berbeda, fungsi huruf pasangan adalah untuk menghilangkan tanda pangkon sekaligus untuk sedikit menghemat tempat serta untuk mematikan (menjadi konsonan) huruf di depan atau diatasnya. Adapun pasangan jawa: ...H ... F ... T ...P ... M ... N ... D ... G ... C ...S ... J ... B ... R ... K ... Y ...V ... W ... Q ... L ... Z 3) Sandhangan Sandhangan adalah aksara yang mengubah bunyi aksara lain ataupun aksara pasangan. Sandhangan antara lain: a) Sandhangan swara ...i = wulu – untuk bunyi /i/ 11 Contoh :nni = nani ...u = suku – untuk bunyi /u/ Contoh : ttu = tatu ... e= pépét – untuk bunyi /é/ Contoh : seg= séga [... = taling – untuk bunyi /è/ Contoh : tel =tèla [ ... o = taling tarung – untuk bunyi /o/ Contoh : [bo[do = bodho b) Sandhangan Wyanjana Sandhangan Wyanjana digunakan untuk menggabungkan bunyi konsonan ...] = cakra – untuk bunyi /ra/ Contoh : k]m = krama ...} = cakra kéret – untuk bunyi /ré/, sebagai pengganti gabungan cakra dan pepet Contoh : k}sN = krésna - = pengkal – untuk bunyi /ya/ Contoh: k-ai = kyai c) Sandhangan Panyigeg Wanda Sandhangan Panyigeg Wanda digunakan untuk mengakhiri suku kata dengan bunyi konsonan 12 / = layar – untuk bunyi /r/ Contoh : da/ = dhahar h = wignyan – untuk bunyi /h/ Contoh : gerh = gerah = = cecak – untuk bunyi /ng/ \ = pangkon – untuk mematikan bunyi pada huruf Jawa di akhir Contoh : ly= = layang kalimat. Contoh : pp\ = papak 4) Aksara Murda Aksara murda digunakan sebagai tanda kesantunan, contohnya dalam nama gelar, nama orang, nama tempat dan lain-lain. Aksara murda ada 7: ! @ # $ % & * N K T S P G B Contoh : @j_%kubuwn = Kanjeng Pakubuwana 5) Aksara Swara Aksara swara (huruf vocal) ialah huruf khas yang berfungsi sebagai huruf vocal yang menjadi suku kata, biasanya digunakan pada kata asing. Berikut aksara swara: A I U E O a i u e o Contoh: AgusTus\ =Agustus 13 UsMn\ =Usman 6) Aksara Rekan Aksara rekan (huruf rekan) ialah huruf yang ditambah untuk menampung penyerapan kata-kata arab, karena pada bahasa Jawa tidak terdapat aksara tersebut. Berikut aksara rekan yang berjumlah 5: k+ f+ p+ j+ g+ kha dza fa za gha Contoh : k+tib\ = khatib j+kt\ = zakat Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis huruf (aksara) Jawa ialah kemampuan, kecakapan atau menguasai cara menulis Jawa dengan benar yang terdiri aksara carakan, sandangan, pasangan, aksara murda, aksara rekan, tanda baca dan huruf lainnya melalui latihan terus-menerus. 3. Hakikat Paragraf a. Pengertian Paragraf Paragraf merupakan unsur penting untuk menuangkan pikiran, perasaan, sikap dan fakta dalam sebuah karangan. Rohmadi dan Nasucha (2010: 20) menjelaskan, paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan pokok yang dikembangkan untuk membentuk sebuah informasi atau pesan yang utuh dan terpadu. Ramlan dalam Rohmadi dan Nasucha (2010: 21) mengatakan bahwa paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya. Menurut Winarni (2009: 45) paragraf adalah untaian kalmat yang berisi gagasan atau gagasan dasar yang diungkapkan dalam kalimat topik dan sejumlah gagasan pengembang yang diungkapkan dalam kalimat-kalimat pengembang. Keraf dalam Nasucha dkk (2009: 33) menyebut paragraf dengan alinea, alinea 14 adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah ide. Sedangkan menurut Kunjana (2009: 158) paragraf ialah bagian karangan/tulisan yang membentuk satu kesatuan pikiran, ide atau gagasan Satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk untaian kalimat disebut paragraf atau alinea. Berdasarkan pengertian terseebut paragraf dapat disebut sebagai untaian kalimat yang berisi sebuah gagasan dalam karangan. Dengan pengertian itu, sejalan dengan konsep untaian kalimat, paragraf yang ideal terdiri dari sejumlah kalimat. Pada hakikatnya paragraf adalah satu kesatuan atau keutuhan pikiran yang lebih luas daripada kalimat. Dalam setiap paragraf mengandung satu gagasan dasar dan satu atau sejumlah kalimat pengembang. Gagasan dasar itu dikemukakan ke dalam kalimat topik. Dengan kata lain, dalam paragraf ada dalam kalimat topik yang berisi gagasan dasar isi paragraf. b. Jenis-jenis Paragraf Menurut Winarni (2009: 52) berdasarkan jenisnya paragraf dibagi menjadi tiga yakni paragraf deduktif, paragraf induktif, dan paragraf kombinasi deduktif dan induktif. Jenis paragraf deduktif memiliki kalimat topik pada bagian awal paragraf dan kalimat, sedangkan kalimat pengembang setelah kalimat topik. Hal itu berarti bahwa gagasan-gagasan pengembang isi paragraf dikemukakan kemudian. Berbeda dengan paragraf deduktif, paragraf induktif memiliki kalimat topik pada akhir paragraf. Dengan kata lain informasi-informasi dalam paragraf diawali dengan gagasan-gagasan pengembang yang kemudian diakhiri dengan gagasan dasar. Paragraf kombinasi adalah paragraf memiliki dua kalimat topik yang ditempatkan pada bagian awal dan bagian akhir. Dua kalimat topik itu, memiliki gagasan dasar yang sama hanya pengungkapannya yang berbeda. Disamping itu menurut Akhadiah dalam Nasucha dkk (2009: 34), berdasarkan tujuannya paragraf dibedakan menjadi paragraf, penghubung, dan penutup. Paragraf pembuka adalah paragraf yang berperan sebagai pengantar 15 untuk sampai kepada masalah yang diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf penghubung, pada paragraf ini masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf. Paragraf penghubung berisi inti permasalahan yang akan dikemukakan. Oleh karena itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang, dan antara paragraf dengan paragraf harus saling berhubungan secara logis. Rohmadi dan Nasucha (2010: 40) juga menambahkan jumlah paragraf tergantung pada infomasi yang akan disampaikan, jika informasi yang disampaikan banyak maka jumlah paragrafnya juga banyak, begitu juga sebaliknya. Paragraf penutup, biasanya paragraf ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung sebagai penutup mengakhiri sebuah karangan. Dapat juga paragraf penutup berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf. Oleh karena itu isi dari paragraf penutup harus tepat sehingga membentuk suatu kesimpulan yang dapat dipahami dan memberikan kesan mendalam bagi pembaca. 4. Hakikat Pembelajaran dan Paragraf Berhuruf Jawa a. Pengertian Pembelajaran Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Menurut Sanjaya (2008: 203) walaupun sulit untuk melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, namun sebenarnya dapat menentukan apakah seseorang telah belajar atau belum, yaitu dengan membandingkan kondisi seseorang sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Seperti pada Gambar 1. S Awal Proses Gambar 1. Proses Perubahan Tingkah Laku S1 Akhir 16 Dalam dunia pendidikan, peserta didik yang melakukan proses belajar, tidak melakukanya secara individu tetapi ada beberapa komponen yang terlibat, seperti pendidik atau guru, media dan strategi pembelajaran, kurikulum dan sumber belajar. Dari kata belajar itulah kemudian lahir kata pembelajaran. Hamalik (2001: 57) menjelaskan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Mulyasa (2007: 255) pembelajaran adalah proses interaksi antara antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Sedangkan menurut Gagne dalam Huda (2011: 34) pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya. Dalam proses ini, seseorang bisa memilih untuk melakukan perubahan atau tidak sama sekali terhadap apa yang ia lakukan. Anitah (2009: 27) mengatakan pembelajaran adalah bagaimana kurikulum itu disajikan kepada peserta didik. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu. Menurut Huda (2011: 6) pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor, di mana ia merupakan rekontruksi dari pengalaman masa lalu berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas seseorang atau suatu kelompok. Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan interaksi, yakni antara guru dengan murid dengan berdasarkan program yang telah direncanakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dengan adanya pembelajaran peserta didik diharapkan mengalami perubahan tingkah laku atau memperoleh kemampuan baru selama proses pembelajaran berlangsung maupun setelah proses pembelajaran. b. Pengertian Pembelajaran Menulis Pembelajaran menulis berkaitan dengan beberapa keterampilan lainnya, yaitu menyimak, berbicara dan membaca. Melalui keterampilan menulis, siswa mampu mengembangkan kreativitas, intuisi, imajinasi, dan daya nalarnya. Hal 17 penting dalam pembelajaran menulis adalah materi pembalajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuannya pada suatu tahapan pembelajaran tertentu. Belajar memang merupakan upaya yang memakan waktu cukup lama, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari yang sederhana sampai ke yang rumit. Pembelajaran menulis sangat erat hubungannya dengan komunikasi lisan dan komunikasi tulis karena sifat penggunaannya saling berkaitan dalam bahasa. Terdapat sejumlah situasi yang sekaligus membutuhkan kedua-duanya dan situasisituasi lainnya yang membutuhkan dua bahkan tiga jenis media. Tarigan (2008: 20) membagi empat jenis aspek proses komunikasi, yaitu (1) komunikator, (2) pesan, (3) saluran, dan (4) penonton, pendengar dan pemirsa. Keempat jenis aspek proses komunikasi itu sangat penting dalam melakukan kegiatan menulis. Kemampuan menulis akan mudah dikuasai apabila penulis mampu menerjemahkan keempat aspek proses komunikasi tersebut. Penelitian tentang pembelajaran menulis juga pernah dilakukan salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Nurdin Alif yang berjudul Pembelajaran Menulis Surat Undangan Resmi Berdasarkan KTSP Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kebakkramat. Hasil dalam penelitian ini yakni pelaksanaan pembelajaran Menulis Surat Undangan Resmi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kebakkramat berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah dilaksanakan dengan baik, guru telah dapat menempatkan diri sebagai fasilitator, informator, dan moderator bagi siswa. Metode yang digunakan antara lain, ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Media yang digunakan adalah papan tulis. Kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran menulis undangan resmi adalah sebagian besar siswa belum mempunyai kemampuan untuk menyusun surat undangan secara baik, guru belum mempunyai sifat positif tentang pembelajaran menulis surat undangan, sikap dan pemahaman siswa bervariasi, media pembelajaran kurang maksimal, dan belum terlaksananya evaluasi secara rinci. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendalakendala yang ada dalam pembelajaran menulis surat undangan resmi adalah dengan menambah jam pembelajaran dan perhatian yang lebih lagi terhadap 18 siswa. Meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan kelas. Guru menerapkan pembelajaran yang lebih kreatif. Penggunaan metode pembelajaran yang lebih variatif, menggunakan media pembelajaran yang inovatif. Pengadaan tugas terstruktur dan tugas mandiri untuk evaluasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskritiptif kualitatif. Sumber data penelitian ini terdiri 3 jenis, yakni (1) tempat dan peristiwa pelaksanaan pembelajaran; (2) informan (guru dan siswa); (3) dokumen (silabus, RPP, dan hasil evaluasi). Penelitian tersebut dapat dijadikan bahan rujukan kaitannya dalam penelitian pembelajaran menulis, dimana dalam penelitian tersebut Nurdin mengkaji bahasa Indonesia sebagai objek penelitian sementara penulis mengkaji bahasa Jawa. Dalam penelitian Nurdin diatas objek penelitian pembelajaran menggunakan kurikulum KTSP, sama seperti objek yang dilakukan penulis. Penelitian Nurdin tersebut juga hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyanti yang berjudul Pembelajaran Menulis Naskah Drama di Kelas IX SMP Negeri 1 Sukoharjo. Hasil dalam penelitian ini yaitu persepsi guru terhadap kurikulum 2004 sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari kelengkapan perangkat perencanaan pembelajaran dan proses pembelajaran yang sudah disusun dan diterapkan guru sudah sesuai dengan kurikulum 2004, perencanaan pembelajaran menulis naskah drama yang dilakukan oleh berpedoman pada perangkat pembelajaran yang dibuat oleh MGMP tingkat kabupaten, pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama di SMP Negeri 1 Sukoharjo sudah mengarah pada KBK walaupun belum sepenuhnya, misalnya terkadang guru masih banyak berceramah. Pelaksanaan pembelajaran menulis nasakah drama dilaksanakan secara terpadu dan tidak bisa berdiri sendiri, dalam pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama di SMP Negeri 1 Sukoharjo terdapat kendala-kendala, diantaranya: terbatasnya waktu, kurangnya sarana dan prasarana, rendahnya motivasi siswa, dan pengelolaan kelas yang kurang optimal. Upaya-upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaaran menulis naskah drama, sebagai berikut, menambah alokasi waktu di luar jam pelajaran, penyediaan saran dan prasarana, serta meningkatkan motivasi siswa agar tertarik dengan pembeljaran menulis naskah drama. 19 Penelitian di atas dapat dijadikan bahan rujukan kaitannya dalam pembelajaran menulis. Suyanti mengkaji bahasa Indonesia sebagai objek kajian sedangkan penulis menggunakan bahasa Jawa. Pada pemilihan materi dalam penelitian antara penelitian menulis naskah drama dan paragraf aksara Jawa juga berbeda, namun dalam penelitian yang dilakukan nurdin dan peniliti memiliki rumusan masalah yang hampir sama. Penelitian tentang pembelajaran menulis juga pernah dilakukan oleh Buyung Pratonggo A. Yang berjudul Pembelajaran Menulis Cerpen Pada Siswa kelas X A MAN Ngawi. Hasil dalam penelitian ini, pelaksanaan pembelajaraan menulis pada kelas X A MAN Ngawi sudah berjalan dengan cukup baik guru sudah bisa menempatkan diri dalam proses pembelajaran, akan tetapi guru kurang kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena hanya menggunakan metode ceramah. Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen pada X A MAN Ngawi diantaranya kurangnya motivasi siswa, metode pembelajaran yang kurang variatif, kurangnya pengelolaan kelas. Upaya mengatasi kendala pelaksanaan pembelajaraan menulis cerpen pada kelas X A MAN Ngawi. Meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran, penggunaan metode yang efektif dan kreatif, dan penggunaan media pembelajaran. Dari penelitian di atas, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ini memiliki beberapa kesamaan, yakni untuk sasaran penelitian yaitu mengenai pembelajaran menulis, lalu untuk objek penulisannya penelitian oleh Nurdi dan Suryanti juga meneliti pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Adapun perbedaan pada penelitian ini adalah yakni penelitian yang dilakukan oleh Nurdin Alif yaitu tentang menulis Surat Undangan Resmi, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Suyanti yaitu tentang menulis naskah drama, sedangkan penelitian oleh Buyung Pratonggo tentang menulis cerpen, yang mana ketiganya merupakan penelitian kompetensi di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk penelitian yang dilakukan penulis ini termasuk dalam kompetensi mata pelajaran Bahasa Jawa mengenai Menulis Paragraf Berhuruf Jawa. 20 5. Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Berdasarkan KTSP a. KTSP Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa latin “currir” yang artinya pelari. Wales dan Bondi dalam Anitah (2009: 25) mengatakan secara tradisional kurikulum diartikan sebagai kelompok mata pelajaran yang disusun secara sistematis atau urutan bidang studi yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau memperoleh ijazah. Mulyasa (2007: 12) menjelaskan, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya. Struktur KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi, adapun muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang cakupan dan kedalamannya merupakan beban pelajar bagi peserta didik padasatuan pendidikan. Dalam kurikulum KTSP materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Muatan lokal, merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk keunggulan daerah. Dalam hal ini substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan dan sekolah dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, yang dalam pelaksanaannya merupakan bagian dari semua mata pelajaran. Adapun kaitannya dengan waktu, setiap pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam kurikulum KTSP, pembelajaran bahasa Jawa dilakukan dengan berbasis teks. Teks dapat diperinci ke dalam jenis-jenis: deskripsi, penceritaan, prosedur, laporan, eksposisi, diskusi, surat, iklan, geguritan, dongeng, cerita rakyat. b. Pembelajaran Menulis Paragraf Yunus (2013: 194) mengatakan sebagaimana pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain, prosedur pembelajaran menulis terdiri atas tiga tahapan yakni tahapan pramenulis, tahap menulis, dan tahap pasca menulis. Tahap pramenulis adalah tahapan yang dilakukan siswa untuk mempersiapkan diri dalam menulis. Tahap menulis adalah tahapan siswa secara langsung melaksanakan praktek 21 menulis. Tahap pascamenulis adalah tahapan yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki hasil tulisannya. Seperti yang kita ketahui bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling sulit untuk dipelajari dan kuasai diantara keterampilan berbahasa yang lainnya, karena kita harus menguasai kemampuan berbahasa yang lainnya terlebih dahulu untuk bisa menguasai keterampilan menulis. Chaedar dalam Rohmadi (2010: 4) mengemukakan menulis merupakan mata pelajaran yang paling diabaikan, baik di sekolah lanjutan maupun perguruan tinggi. Kegiatan menulis merupakan keterampilan yang paling sulit diajarkan, jika tenaga pendidiknya kurang berpengalaman, satu-satunya cara mengajar menulis adalah lewat latihan menulis. Menurut Sorenson dalam Yunus (2013: 195) aktivitas pramenulis adalah tahap untuk menyusun ide dan kerangka karangan yang akan ditulis, karena kerangka karangan sangat berguna bagi siswa untuk memandu pengembangan tulisannya. Tahap kedua yakni tahap menulis, pada tahap ini aktivitaas siswa adalah mengembangka kerangka karangan yang telah dibuatnya. Tahap terakhir pascamenulis di tahap ini aktivitas siswa meliputi merevisi dan mengedit tulisan, pengecakan struktur kalimat, strukutr paragraf. c. Pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah Pembelajaran bahasa Jawa sekarang ini kurang diminati oleh siswa. Bagi sebagian siswa mereka beranggapan bahwa bahasa Jawa identik dengan klasik, kuno, kadaluarsa, dan ketinggalan zaman. Apalagi ketika sudah pada tahapan belajar membaca dan menulis huruf Jawa. Menurut Kustinah (2012: 26) aksara jawa identik dengan tulisan masa lampau yang sudah tidak dikuasai orang zaman sekarang, terutama para generasi muda. Fenomena ini seharusnya menjadi sebuah perhatian. Keprihatinan itu semakin menjadi hingga para orang tua Jawa menyatakan wong Jawa saya ilang Jawane (Subroto, 2013). Padahal dalam kurikulum KTSP, pembelajaran bahasa Jawa dilakukan dengan berbasis teks yang tentunya teks sarat dengan kegiatan membaca dan menulis.. Dalam hal ini teks tersebut diperinci ke dalam jenis-jenis: deskripsi, penceritaan, prosedur, laporan, eskposisi, diskusi, surat, geguritan, dongeng, cerita rakyat. 22 Sebagaian besar siswa mengakui bahwa membaca dan menulis huruf jawa sangatlah sulit. Hal itu yang menyebabkan para siswa enggan menyukai dan berkemauan untuk mempelajari lebih jauh lagi tentang huruf Jawa. Akan tetapi, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa tidak berarti menjadikan huruf jawa untuk tidak dikenalkan kepada mereka, justru sebaliknya demi kelangsungan huruf Jawa maka huruf Jawa harus tetap diajarkan kepada peserta didik. Menulis aksara Jawa perlu diajarkan kepada peserta didik di sekolah, baik dari tingkat dasar maupun menengah. Begitu juga pada SMP, yang didasarkan pada standar isi dan kurikulum KTSP. Standar isi yang ada menyatakan bahwa keterampilan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, perasaan, dan informasi berupa percakapan, pengumuman, berita, artikel, pidato, cerita, geguritan, macapat dan huruf Jawa. d. Rencana Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Agar dalam proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan baik, seorang guru harus menyusun perencanaan pembelajaran secara matang dan penuh pertimbangan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perencanaan tersebut meliputi pembuatan silabus dan RPP. Menurut Suparlan (2011: 110) silabus adalah rencana pembelajaran untuk satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian dan alokasi waktu, dan sumber belajar. Mulyasa (2007: 190) menyatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaraan mencakup: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah- langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar di SD dan untuk guru mata pelajaran 23 yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok yakni melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. e. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa dilaksanakan berdasarkan RPP yang sudah dibuat sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pengertian RPP, yaitu suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama kaitannya dengan pembentukan kompetensi (Mulyasa, 2007: 212). Dengan demikian, pada saat guru membuat RPP, guru harus sudah memiliki gambaran mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Mulyasa (2007: 255) mengatakan, pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP mencakup tiga hal, yakni pre tes, pembentukan kompetensi dan post tes. Pre tes memiliki fungsi untuk menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik, untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik, dan untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai. Suwandi (2009:45) menambahkan, informasi yang diperoleh dari pemberian pretes dapat dimanfaatkan untuk menentukan kebijaksanaan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan pembelajaran direalisasikan. Pada tahap ini peran guru sangat berpengaruh, tentu saja aktivitas dan kreatifitas guru sangat dibutuhkan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. 24 Tahap terakhir yaitu post tes. Secara garis besar post tes ini berfungsi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, yaitu sampai dimana tingkat penguasaan peserta didik, untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti remedial, dan sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran. f. Penilaian Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Penilaian adalah proses pengumpulan data untuk pengambilan keputusan mengenai siswa. Menurut Sarwiji (2011: 7) penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatau program kegiatan telah sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Sholeh (2013: 106) penilaian merupakan kegiatan untuk memperoleh, menganalisa dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Mulyasa (2007: 258) mengatakan, Penilaian pembelajaran dalam KTSP meliputi penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan. Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dikerjakan para peserta didik dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Untuk penilaian KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif, funginya agar dapat mendukung upaya untuk memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Oleh karena itu pembelajran menulis paragraf berhururf Jawa dapat dilakukan dengan penilaian berbasis kelas. Menurut Puskur dalam Muslich (2007: 91) Penlaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan penumpulan informasi tentang proses dan hasil belajarsiswa yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan mengukur apa yang hendak diukur dari siswa. Penilaian berbasis 25 kelas, bisa dilakukan dalam bentuk tes tertulis, kinerja, penugasan hasil karya, maupun penumpulan kerja siswa. Pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa, penilaian dapat dilakukan dengan penilaian kinerja. Menurut Sarwiji (2011: 72) penilaian kinerja (unjuk kerja) merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Sarwiji juga menambahkan Penilaian ini bisa digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek olahraga, presentasi, praktek laboratorium, praktik memainkan alat musik, membaca puisi, mengarang, bernyanyi dan lainya. Seperti yang ditulis oleh White dalam Peggy O’neill dkk, pada jurnal yang berjudul An Annotated Bibliography of Writing Assessment. “with the premise that writing tests are best when they support teaching and learning by involving teachers in test design and producing result that can be used by teachers in the writing classroom” menjelaskan tentang metode penilaian langsung di dalam kelas, penilaian tertulis sangat baik digunakan untuk mendukung proses pengajaran dan pembelajaran, namun tentunya keterlibatan pendidik dalam penilaian ini sangat berpengaruhi sekali terhadap desain dan hasil yang didapatkan. Dengan kata lain penilaian menulis termasuk salah satu teknik penilaian unjuk kerja yang bisa digunakan oleh pendidik. Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Diknas dalam Suharsimi (2012: 242), yang dimaksud dengan penilaian unjuk kerja adalah kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, penilaian unjuk kerja dilakukan terhadap apa yang dilakukan oleh peserta didik ketika sedang melakukan tugas tertentu. Penilaian unjuk kerja ini bisa dignakan untuk penilaian semua mata pelajaran, begitu juga dengan pembelajaran bahasa, naik bahasa Indonesia ataupun bahasa Jawa. Semisal ketika pelajaran bahasa Jawa mengarang, dimana peserta didik mungkin keliru dalam meletakkan ataupun menyusun kalimat sehingga kurang sesuai dengan paragraf sebelumnya. Ataupun ketika materi menulis paragraf Jawa, aspek yang di nilai meliputi, ketepatan penelitian aksara, ketepatan penelitian tanda baca. 26 Seperti yang disajikan dalam bentuk tabel 1. berikut ini. No 1. 2. Tabel 1.1 Aspek Penilaian Menulis Paragraf Berhuruf Jawa. Aspek Penilaian Skor Ketepatan penelitian aksara (aksara nglegena dan pasangan) Menguasai aturan penulisan, dengan tidak terdapat 4 kesalahan, tepat menggunakan aksara dalam tiap kata dan kalimat benar, sehingga paragraf runtut. Kurang menguasai aturan penulisan, dan terdapat 3 sedikit kesalahan, sedikit kesalahan penelitian aksara tiap kata dan kalimat, akan tetapi penelitian paragraf masih runtut. Kurang menguasai aturan penulisan, dan terdapat 2 banyak kesalahan dalam penelitian aksara tiap kata dan kalimat, dengan susunan paragraf tidak runtut. Tidak menguasai aturan penulisan, dan terdapat banyak kesalahan penelitian aksara dalam tiap kata 1 dan kalimat, dengan susunan paragraf tidak runtut. Kesesuaian penelitian tanda baca (sandhangan) Tepat dalam menggunakan tanda baca (aksara 4 sandhangan) dengan tidak ada keslahan dalam tiap kata seperti huruf vokal (a, i, u, e, o), tanda jeda koma (,), titik (.), adheg-adheg pada awal kalimat. Cukup tepat dalam menggunakan tanda baca (aksara sandhangan) dengan sedikit kesalahan dalam tiap 3 kata seperti huruf vokal (a, i, u, e, o), tanda jeda koma (,), titik (.), adheg-adheg pada awal kalimat. Kurang tepat dalam menggunakan tanda baca (aksara sandhangan) dengan sedikit kesalahan dalam tiap kata seperti huruf vokal (a, i, u, e, o), 2 tanda jeda koma (,), titik (.), adheg-adheg pada awal kalimat. Salah dalam menggunakan tanda baca (aksara sandhangan) dengan sedikit kesalahan dalam tiap kata seperti huruf vokal (a, i, u, e, o), tanda jeda 1 koma (,), titik (.), adheg-adheg pada awal kalimat. Jumlah Kriteria Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Baik Baik Cukup Kurang 27 Penilaian lainnya yakni penilaian portofolio, Menurut Wina (2008: 362) Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dikumpulkan selama periode tertentu dan digunakan untuk memantau perkembangan siswa baik mengenai pengetahuan, keterampilan maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran yang berlangsung. Wina juga menambahkan dalam KTSP penilaian portofolio merupakan jenis penilaian yang diharapkan dapat diterapkan oleh setiap guru, sebab penilaian portofolio merupakan penilaian yang dilakukan secara terus menerus yntuk melihat perkembangan kemampuan siswa secara utuh. Sarwiji (2011:93) menjelaskan penilaian portofolio adalah kumpulan hasil karya, pekerjaan, atau tugas siswa. Karya-karya yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan siswa itu dipilih dan dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan kemampuan atau kompetensi siswa. B. Kerangka Berpikir Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik, dimana guru mempunyai peran yang sangat vital dalam perkembangan dan perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah keikutsertaan mereka dalam proses pembelajara, dimana perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam melaksanakan pembelajaran tentunya guru harus mempersiapkan unsur-unsur penunjang pembelajaran, seperti materi (bahan ajar), metode, media, strategi dan segala yang telah tercantum dalam Rancangan Pelaksanaan Pengajaran (RPP). Dengan menggunakan RPP sebagai acuan diharapkan guru sanggup menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menarik bagi peserta didik. Guru juga diharapkan bisa menemukan solusi dan upaya apabila nanti terjadi kendala-kendala dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persiapan guru sebelum melakukan pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf beraksara Jawa, kemudian mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran, lalu bagaimana upaya-upaya yang dilakukan guru 28 ketika menemui kendala-kendala dalam proses pembelajaran. Berikut kerangka berpikir penulisan. Implementasi Kurikulum KTSP pada Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa (Studi Kasus Kelas VIII SMP Negeri 6 Wonogiri) Perencanaan Kendala-kendala Pelaksanaan Upaya-upaya Kesimpulan Implementasi Kurikulum KTSP pada Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa (Studi Kasus Kelas VIII SMP Negeri 6 Wonogiri) Gambar 2. Kerangka Berpikir