Prospek Keilmuan yang Bagus, Pilih Geluti Linguistik Jepang UNAIR NEWS – Dwi Anggoro Hadiutomo, S.S., M.Hum., Ph.D., telah menggeluti Linguistik Jepang sejak menempuh pendidikan S-1 Sastra Jepang di Universitas Padjadjaran, Bandung. Ia kemudian menempuh program magister di universitas yang sama, lalu menempuh studi doktoral di Rikkyo University, Tokyo. Dwi Anggoro tertarik dengan kajian Linguistik Jepang sebab konsep kebahasaan dalam bahasa Jepang memiliki berbagai keunikan. Tidak hanya berbeda dengan bahasa lain, secara struktur, tata bahasa dan jenis huruf yang dipakai saja menarik. Misalnya, kesantunan berbahasa dalam bahasa Jepang tidak hanya bersifat vertikal (atasan-bawahan atau tua-muda), melainkan juga horizontal (dalam/luar kelompok). “Orang Jepang selalu melibatkan pemikiran dan perasaan mereka dalam pemilihan pola ungkapan dan diksi. Hal itu lah yang membuat saya tertarik,” ujar laki-laki kelahiran Bandung, 5 Desember 1973 ini. Dwi berangkat dari pandangan bahwa semua cabang keilmuan, apapun itu, tidak bisa terlepas dengan tata bahasa. Ke depan, keilmuan ini prospek untuk terus diteliti. Sebab, hari ini seringkali ilmu bahasa dipandang tidak penting bila berbicara tentang penelitian. “Apabila dilihat lebih teliti lagi, ilmu bahasa merupakan penyokong utama dari rumpun ilmu yang lain. Sebagai contoh, pengacara bisa memenangkan perkara seorang koruptor karena dia pandai memakai bahasa untuk beralibi. Calon kepala daerah yang tidak populer bisa saja menang di pilkada karena bisa memanfaatkan bahasa dengan baik dalam kampanye atau debat,” ujar dosen yang menggeluti riset struktur dan semantik bahasa Jepang ini. Dalam tata bahasa bahasa Jepang, terdapat pemikiran dan perasaan orang yang menuturkannya. Menurut Dwi, ilmu ini menjadi sangat penting dalam upaya untuk bernegosiasi atau berhubungan dengan Jepang, yang ke depannya masih menjadi partner penting dalam pembangunan dan pengembangan IPTEK di Indonesia. Di lingkungan UNAIR, Dwi dipercaya menjadi tim Direktorat Kependidikan untuk menyiapkan konten-konten aktivitas pendidikan internasional. Selain itu, ia aktif mengajar, melakukan pengabdian masyarakat, dan menjalankan amanah sebagai Ketua Departemen Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga. Sejak tahun 2015 setelah ia selesai menamatkan studi di Tokyo, ia mulai aktif melakukan pengabdian masyarakat. Bersama dosen Sastra Jepang FIB UNAIR, ia mengajar bahasa dan budaya Jepang di Rumah Bahasa, Pemerintah Kota Surabaya. Bersama tim di Departemen Sastra Jepang pula, setiap tahun melakukan pelatihan bagi perawat-perawat Indonesia yang akan menjadi tenaga kesehatan di Jepang. “Ilmu bahasa setelah saya pelajari, semakin saya tahu bahwa bidang ilmu apapun di luar bahasa pasti terkait dengan bahasa. Terutama tata bahasa, sangat berpengaruh terhadap semua rumpun ilmu. Akhirnya saya merasa bahwa linguistik itu juga penting, walaupun tidak langsung. Sistemnya adalah eksperimen terlebih dahulu, kemudian ada hasil yang bisa diterapkan,” tandasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan