MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi KOMUNIKASI ANTARPRIBADI Abstract Kompetensi Secara umum komunikasi antarpribdi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antar orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikaasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaiakan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkmunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. Setelah mempelajari materi dalam modul ini, mahasiswa akan mampu memahami: 1. Konsep individu dalam komunikasi antarpribadi 2. Konsep memahami diri pribadi dalam komunikasi 3. Konsep perilaku terhadap orang lain Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 05 Kode MK ---- Disusun Oleh Sofia Aunul, M.Si KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PENDAHULUAN Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antar orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaiakan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi. Di balik pengertian ini sebenarnya terdapat sejumlah karakteristik yang menentukan kegiatan dapat di sebut komunikasi antar pribadi. Judy c. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik komunikasi antarpribadi: Pertama, komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. Kedua, komunikasi antarpribadi bersifat transaksoinal. Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkominikasi secara serempak menyampaikan dan memberi pesan. Ketiga, komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi. Maksudnya komunikasi antar pribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan pertner tersebut. Keempat, komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Kelima, komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya (interdependent) dalam proses komunikasi. Keenam, komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu kepada partner kita, mungkin kita dapat meminta maaf dan diberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan. ‘13 2 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id INDIVIDU DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI Memahami komunikasi dan berhubungan antarpribadi dari sudut pandang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi didalam proses psikologi. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dam makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu, maka pemahaman psikologi acapkali dianggap sebagai makna yang sesungguhnya daru suatu hubungan antarpribadi. Pada bagian ini akan dibahas beberapa aspek psikologis yang terjadi dalam proses komunikasi antarpribadi. - Letak (Lokus) Psikologis Aspek psikologis dari komunikasi antarpribadi menempatkan makna hubungan sosial kedalam individu, yaitu dalam diri partisipan komunikasi. Hal ini akan tampak jika kita melihat suatu hubungan dari sudut pandang kita sendiri, maka kita akan menyertakan semacam rasa memiliki ketika kita berpikir bahwa orang lain dan hubungan kita dengang orang tersebut seolah-olah milik kita. Kita biasanya mengartikan hubungan dan bahkan orang lain dalam pengertian yang berpusat pada diri kita sendiri (self centered/selfie), yaitu bagaimana segala sesuatunya berhubungan atau berkaitan dengan diri kita. Beberapa persoalan dapat muncul dalam proses pemahaman oleh individu yang disebut juga sebagai proses intra pribadi ini. Fisher (1987:106) menyebutkan tiga di antaranya yaitu: pertama, munculnya respons individu terbatas pada setelah kegiatan komunikasi; kedua, ingatan atau persepsi individu dapat berubah setelah suatu tindakan komunikasi; ketiga, individu sering mencampuradukan hubungan antarpribadi dengan respons emosional mereka. Ini semua akan menjadi masalah jika orang menganggap bahwa lokus psikologis komunikator merupakan pemahaman terpenting atau paling nyata dari komunikasi antarpribadi. Jadi dengan aspek psikologis saja belumlah cukup untuk memahami komunikasi antarpribadi secara menyeluruh. Hal terpenting dari lokus psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak pada suatu tempat di dalam individ, dan tidak mungkin dapat diamati secara langsung. Asumsi juga mencakup anggapan bahwa kita dapat melakukan pengamatan terhadap diri pribadi seseorang secara tidak langsung dengan menyimpulkannya berdasarkan pengamatan kita terhadap perilaku individu tersebut. Dengan demikian, lokus psikologis dari komunikasi mangansumsikan individu memiliki dua dimensi diri yaitu internal dan eksternal. Namun kita juga mengetahui bahwa dimensi eksternal dari diri tidaklah selalu sama dengan dimensi internalnya, biasanya kita tidak mudah percaya pada dimensi eksternal karena kita tahu bahwa orang mampu mengendalikan perilaku eksternalnya. Fungsi psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda-tanda melalui tindakan atau perilaku yang dapat ‘13 3 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diamati. Kita akan melakukan seleksi terhadap tanda-tanda dari perilaku dan mengungkap mana yang ”palsu” dan mana yang “asli”. Cara inilah yang biasanya kita lakukan dalam upaya untuk mengungkap dimensi internal dari diri yang sesungguhnya. Pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana kita dapat menyimpulkannya secara akurat? Karena penyimpulan itu sendiri adalah proses psikologis, suatu proses pikir yang melibatkan penarikan suatu kesimpulan atas dasar informasi yang tidak lengkap. Menyimpulkannya adalah menggunakan logika baik yang rasional maupun tidak, dalam rangka mengisi sejumlah informasi yang belum lengkap sehingga pada suatu kesimpulan. Dengan kata lain menyimpulkannya adalah melompat kepada suatu kesimpulan berdasarkan data yang belum lengkap. - Tataran Psikologis dalam komunikasi Dalam lokus psikologis, komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki tingkat kesamaan diri atau proses psikologis tertentu. Katakanlah Ani berkomunikasi dengan Budi, maka proses psikologis Ani harus memiliki kesamaan tertentu dengan proses pengalaman Budi. Gambar 1.1 memberikan ilustrasi adanya tumpangtindih antara proses psikologis Ani dan Budi. Ketika Ani dan Budi berkomunikasi, mereka secara individual dan serempak memperluas diri pribadi masing-masing kedalam tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan, keyakinan atau dengan kata lain melalui proses psikologis mereka. Proses ini akan berlangsung terus sepanjang keduanya masih terlibat dalam tindakan komunikasi. PROSES PSIKOLOGIS BUDI PROSES PSIKOLOGIS ANI Gambar 1.1 Bidang bergaris pada gambar 1.1 menunjukan bagian dari proses psikologi Ani yang memiliki kesamaan dengan proses psikologi Budi. Dapat dikatakan pula bahwa komunikasi akan menjadi efektif ketika bidang yang tumpangtindih semakin membesar. Selanjutnya, frnomena ini menghasilkan suatuu situasi dimana Ani dan Budi saling berbagi pengalaman. Sebenarnya proses psikologis dalam komunikasi mencakup beberapa proses internal yang berbeda dan berlangsung secara simultan. Proses-proses ini berlangsung dalam beberapa tataran, dengan pengertian masing-masing mencakup bagian yang berbeda dari proses psikologis yang “dibagi” oleh para partisipan dalam komunikasi antarpribadi .Fisher ‘13 4 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (1987:110) mengemukakan bahwa ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, proses intra pribadi kita memiliki paling sedikit tiga tataran yang berbeda. Tiap tataran tersebut akan berkaitan dengan sejumlah “diri” yang hadir dalam situasi antarpribadi, yaitu pandangan kita mengenai diri kita sendiri, pandangan kita mengenai diri orang lain dan pandangan kita mengenai pandangan orang lain terhadap kita (lihat gambar 1.2). Sering kali hal ini disebut pula dengan persepsi, metapersepsi dan meta persepsi. Selanjutnya, ketiga tataran psikologis ini berfungsi secara stimultan ketika kita sedang berkomunikasi dengan orang lain dan tiap tataran dapat dipengaruhi atau memepengaruhi tataran lainnya. Misalnya Budi memandang Ani sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya dan dia menggap Ani tidak menyukainnya atau mempercayainya, maka Budi akan mulai menurunkan citra terhadap dirinya sendiri (merasa bahwa dirinya mungkin tridak jujur sehingga menganggap tidak disukai oleh orang yang jujur. DIRI ORANG LAIN PANDANGAN ORANG LAIN TERHADAP DIRI SAYA Gambar 1.2 Perlu kita ingat kembali bahwa dalam komunikasi antarpribadi sedikitnya ada dua orang yang terlibat didalammya. Dengan demikian, pada saat kitiga tataran psikologis kita beroperasi hal yang sama berlaku juga pada partner komunikasi kita. Dalam kasus semacam ini kita seolah-olah berusaha untuk mereflesikan proses psikologis kita dengan proses psikologis yang kita anggap sedang terjadi dalam diri orang lain. Dan tentunya hal yang sama secara stimultan terjadi pula pada diri partner komunikasi kita. Proses-proses yang terjadi pada dua individu ini tentunya tidak akan sama persis, tetapi masing-masing pihak berusaha untuk menghaasilkan adanya tingkat persinggungan tertentu atau bidang bidang yang tumpangtindih pada tiap-tiap tataran. ‘13 5 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DIRI BUDI DIRI ORANG LAIN DIRI SAYA SENDIRI DIRI ANI DIRI ORANG LAIN DIRI ORANG LAIN PANDANGAN BUDI/ANI TERHADAP DIRI ANI/BUDI PANDANGAN ORANG LAIN TERHADAP DIRI SAYA PANDANGAN ORANG LAIN TERHADAP DIRI SAYA Gambar1.3 Gambar 1.3 menunjukan adanya persinggungan pandangan antara dua individu. Meskipun tidak akan pernah terjadi sinkronisasi yang sempurna antara keduanya, mereka akan tetap berkomunikasi berlandaskan pada persinggungan proses psikologi mereka. Jadi arti penting dari komunikasi bukanlah pada kesamaan yang sempurna antara dua proses psikologi mereka, tetapi bahwa mereka berkomunikasi satu dengan lainnya seolah-olah ada kesamaan diantara mereka. Proses psikologi dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan antarpribadi karena individu menggunakannya sebagai pedoman untuk bertindak atau berperilaku. Ketika hal ini berlangsung, maka individu akan bertindak atas dasar proses psikologi yang diketahui atau diyakininya sebagai diri yang sesungguhnya. Benar tidaknya penyimpulan yang dilakukan tidak akan dapat diketahui individu tersesbut karena dia memang tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan penafsirannya terhadap citra diri untuk mempengaruhi perilaku terlepas dari apakah dia berhasil menyimpulkan diri yang sesungguhnya atau tidak. Persoalan sebetulnya bukan pada hadirnya diri yang sesungguhnya (real self) dalam tindakan komunikasi, karena semuanya akan kembali kepada pandangan masing-masing ‘13 6 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id individu terhadap diri tersebut. Bukan pula pada akurat atau tidaknya pandangan masing-masing individu karena mereka berperilaku seolah-olah pandangannya akurat. Akhirnya, karena proses psikologi secara potensial mampu mempengaruhi komunikasi kita dapat mengesampingkannya jika ingin benar-benar memahami hubungan antar manusia. Sebaliknya, kita juga jangan menganggap bahwa hanya proses psikologislah yang menentukan komunikasi. Kita hendaknya menempatkan proses psikologi sebagai faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi dan hubungan sosial karena secara teknis proses psikologis bukan merupakan baguan dari hubungan itu sendiri. MEMAHAMI DIRI PRIBADI DALAM KOMUNIKASI Diri pibadi adalah suatu ukuran / kualitas yang memungkinkan seseorang untuk dianggap dan dikenal sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan tersendiri sebagai manusia ini tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial yang berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Seperti halnya dengan fisik kita, maka diri sosial dan diri psikologis manusia akan terus berkembang dan menjadi matang sejalan dengan usia hidup kita. Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri. Dalam hal ini orang akan berusaha untuk mengenali dan memahami siapa dirinya Persepsi terhadap Diri Pribadi (Self Perception) Proses psikoklogis diasaosiasikan dengen inetrpretasi dan pemberian makna terhadap seseorang atau objek tertentu dikenal sebagai persepsi. Dengan mengutip Cohen, Fisher (1987;118) dikemukakan bahwa persepsi didefenisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi PERSEPSI adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita. Definisi ini melibatkan sejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk memahami proses antarpribadi. Pertama, suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indera kita. Dalam hal persepsi terhadap diri pribadi, kehadirannya sebagai objek eksternal mungkin kurang nyata tetapi keberadaanya jelas dapat kita rasakan. Kedua, adanya informasi untuk diinterpertasikan. Informasi yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indera yang kita miliki. Karakteristik ketiga menyangkut sifat representatif dari pengideraannya. Maksudnya, kita tidak dapat mengartikan makan suatu objek secara langsung karena kita sebenarnya hanya ‘13 7 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengartikan makna dari informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut. Jadi meskipun suatu persepsi didasarkan pada pengamatan langsung hal ini bukanlah sesuatu yang “sebenarnya” dalam artian kita dapat menangkap atau menguasai objek tersebut. Kita melihat, membaui, mendengar, mencicipi dan meraba tetapi apa yang harus kita inteerpretasikan adalah penampakan bau, sauara, rasa dan bemtuk yang mewakili sesuatu dan kita tidak akan pernah dapat “merasakan” objek itu sendiri. Konsekuesinya adalah bahwa pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukanlah tentang apakah suatu objek melainkan apa yang tampak sebagai objek tersebut. Adakalanya penampakan dapat menyesatkan seperti yang kita alami dalam ilusi optik, special effects dalam film dan sebagianya. Oleh karenanya, persepsi tidak lebih dari pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Jadi sebaiknya kita tidak kelewat yakin dengan pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi. Ironisnya, pengetahuan yang biasanya paling kita yakini adalah pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi kita. Realitas yang kita persepsiakn seringkali adalah yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Ini merupakan suatu alasan mengapa kominikasi antarpribadi dan hubunghan antar manusia sangat sulit “dipahami” meskipun sangat mudah “diketahui / dikenali”. Sifat-sifat Persepsi Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, kita harus memahami bagaimana orang mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman tersebut diperioleh melalui proses persepsi, kita harus mengetahui bagaimana orang mempersepsi diri mereka sendiri atau orang lain. Pada dasarnya, letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsi bukan pada suatu ungkapan ataupun objek. Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi bukan didalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan.. Dalam konteks inilah maka kita perlu memahami tataran intra pribadi dari komunikasi antarpribadi dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi. Pertama, persepsi adalah pengalaman. Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek atau peristiwa kita harus memilikik dasar / basis untuk melakukan interpertasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan orang, objek atau peristiwa tersebut atau dengan halhal yang menyerupainya. Tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna sebab ini akan membawa kita kepada suatu kebingungan. Kedua, persepsi adalah selektif. Ketika mepersepsikan sesuatu kita cenderung memperhatikan hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Ketiga, persepsi adalah penyimpulan. Proses psikologi dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi ‘13 8 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pada dasarnya penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indera kita. Keempat, persepsi tidak akurat. Setiap persepsi yang kita lakukanakan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Biasanya ketidak akuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah atau menyamaratakan. Adakalanya persepsi tidak akurat karena orang menganggap sama sesuatu yang sebenarnya hanya mirip. Dan semakin jauh jarak antara orang yang mempersepsikan dengan objeknya maka semakin tidak akurat persepsinya., meskipun demikain kita biasanya mengabaikan ketidak akuratan tersebut dalam kegiatan persepsi kita sehari-hari dan ketidak akuratan persepsi tidak selalu menjadi / menimbulkan masalah dalam komunikasi antarpribadi. Kelima, persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak akan pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefeksikan sikap, nilai dan keyakian pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologis yang ada dalam diri kita maka bersifat subyektif. Beberapa Elemen dari Persepsi Kita telah mengetauhui bahwa perrspsi menyaratkan adanya tiga hal : orang yang mempersepsi, objek persepsi dan suatui nterpretasi atau makan yang merupakan hasil dari tindakan persepsi. Untuk memahami apa yang disesbut tindakan persepsi, apa yang terjadi ketika orang mempersepsi dan apa yang mempengaruhi makna yang dipersepsi maka kita perlu mengenal terlebih dahulu elemen-elemen yang terlibat dalam proses persepsi. Elemen pertama adalah sensasi / penginderaan dan interpretasi. Ketika seseorang menangkap sesuatu melalui indranya (melihat, mendengar, mencicipi, membau atau meraba) maka secara simultan dia akan menginterpretasikan makna dari hasil pengindraannya. Harapan, yang merupakan elemen kedua dari persepsi dapat menjadi kekuatan sangat berarti dalam mengarahkan persepsi meskipun ada kalanya bertentangan dari rasio. Harapan mempengeruhi persepsi terhadap diri pribadi seperti persepsi terhadap objek lainnya. Elemen ketiga adalah bentuk dan latar belakang (figure & ground). Salah satu cara untuk memahami proses persepsi terletak pada kemampuannya untuk membeda-bedakan antara berbagai jenis informasi. Orang yang mempersepsi membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang penting dari yang tidak penting, yang relevan dari yang tidak relevan. Dengan kata lain, persepsi mencakup pembedaan antara informasi yang menjadi “figur” dan informasi yang menjadi “back ground”. Jadi ketika mengatakan bahwa persepsi itu selektif, maka bukan hanya berarti bahwa persepsi mengabaikan sejumlah informasi melainkan juga menunjukan kemampuan persepsi untuk membedakan berbagai jenis informasi. Melalui seleksi terhadap informasi, orang telah membuat informasi tersebut menjadi lebih penting atau relevan dan ini yang disebut dengan “figur”. Meskipun ‘13 9 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id demikian orang yang mempersepsi tidak ahrus menolak atau tidak menanggap informasi lainnya. Orang akan memperlakukan informasi lain tersebut sebagai kurang penting atau kurang relevan, inilah yang disebut sebagai “back ground”. Kesadaran Pribadi (Self Awareness) Langkah pertama dalam persepsi diri adalah mengetahui / menyadari dri kita sendiri yaitu mengungkap sikap dan apa kita ini. Dan, sesungguhnya menyadari siapa diri kita adalah juga persepsi diri. Karena ketika kita menyadari siapa diri kita secara stimultan kita kita juga telah mepersepsikan diri kita sendiri. Untuk dapat menyadari diri kita, pertama kali kita harus memahami apakah “diri / self” tersebut. “Diri” secara sederhana dapat diartikan sebagi identitas individu. Jadi identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu dengan individu-individu lainnya. Sedangkan demikian “ diri” adalah suatu pengertian yang mengacu kepada identitas spesifik dari individu. Fisher (1987:134) menyebutkan ada beberapa elemen dari kesadaran diri yaitu konsep diri, self esteem dan multiple selves. Pemahaman terhadap konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Pada umumnya orang akan menggolongkan dirinya sendiri dalam tiga kategori yaitu karakteristik atau sifat pribadi, karakteristik atau sifat sosial dan peran sosial. Karekteristik sosial menunjukan sifat-sifat yang kita tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain. Antara lain ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak peduli dan sebagainya. Peran sosial mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam suatu masyarakat tertentu. Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefenisikan hubungan sosial kita dengan orang lain seperti ayah, istri, guru, polisi eksekurif dan sebagianya. Peran sosial ini dapat pula berbentuk aliasi terhadp budaya, etnik, agama dan sebagainya. Konsep diri dapat berubah seiring dengan waktu oleh karenanya stabilitas dari konsep diri ini sulit untuk diperkirakan. Ketika kita menjadi objek persepsi maka kita juga akan mengevaluasi diri kita sendiri. Ungkapan yang digunakan untuk menyatakan ungkapan persepsi evaluatif seseorang terhadap dirinya sendiri adalah “self esteem”, suatu bagian yang inheren dari konsep diri. Orang biasanya memliki self esteem yang relatif tinggi ini bukan berarti bahwa kita lalu menjadi egoistik. Ini nerarti bahwa tingkat self esteem dari orang “normal” yang hidup secara normal rata-rata diatas titik tengah atau titik netral pada skala evaluasi. Self esteem juga bersifat lebih mendalam dan langsung dari pada suatu reaksi temporal. Maksudnya jika suatu ketika kita merasa gagal atau kehilangan kepercayaan diri pada saat dikecewakan oleh seorang sahabat, ini hanyalah reaksi sementara yang tidak mengubah self esteem. Self esteem kita adalah bagian dari interpretasi atau penyimpulan dari persepsi diri dan bukan sematamata reaksi terhadap suatu peristiwa tertentu dalam hidup kita. Self esteem berpengaruh terhadap perilaku kita, khususnya perilaku komunikasi kita. Jika self esteem tinggi, kita cenderung merasa ‘13 10 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kompeten sehingga berperilaku secara lebih percaya diri. Orang yang self esteemnya tinggi biasanya lebih mandiri, tegas dan tidak mudah dipersuasi . sedangkan kebalikan dari hal-hal tadi biasanya ditemukan pada orang yang self esteemnya rendah. Multiple selves ini harus dipahami sebagai seseorang dengan berbagai aktivitas, kepentingan dan hubungan sosial. Multilpe selves dapat pula dipahami dalam bentuk yang lain. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antar pribadi, kita memliki dua diri dalam konsep diri kita. Pertama adalah persepsi mengenai diri kita dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap diri kita (meta persepsi). Cara lain untuk melihat multiple selves adalah melalui diri ideal kita. Sebagian dari konsep diri mencakup siapa diri kita sebenarnya ssedangkan sebagian lain mencakup kita ingin menjadi apa (semacam bentuk “idealisasi diri”). Upaya untuk mempersempit celah antara diri sebenarnya dan diri ideal tidak lain adalah suatu bentuk usaha untuk memperbaiki diri. Misalnya orang yang sebenarnya gemuk berusahas melangsingkan tubuh untuk mencapai berat dan bentuk yang dia idealkan. Ini terjadi pula pada berbagai hal lain, orang berusahas memperbaiki diri untuk mencapai diri yang ideal. Selama proses kehidupan dan interaksi kita dengan orang lain, kita secara terus menerus mengembangkan konsep diri. Proses mengenal diri sendiri akan berlangsung secara kontinyu dan tidak dapat kita hindari. Oleh sebab itu, jika kita ingin memahami sepenuhnya tingkat hubungan antar pribadi kita dan mendapat manfaatnya maka kit a perlu menyadari konsep diri kita dan bagaimana perubahanperubahan yang terjadi didalamnya. Proses perkembangan kesadaran diri diperoleh melalui tiga konsep yaitu reflexive self, social self dan becoming self. Jika kita memandang ke dalam cermin, apa yang kita lihat? Jika kita menjawab “saya melihat diri saya” atau “saya melihat wajah saya”, maka kita belum sepenuhnya menangkap arti reflektivitas dan peran cermin dalam merefleksikan image kita. Prinsip dari reflexive self adalah apabila kita memandang ke dalam cermin dan kita tidak hanya melihat diri kita tetapi melihat diri kita (yang dipantulkan oleh cermin) yang sedang memandang kita. Jadi kesadaran diri dikatakan reflxive jika kita bersifat dua arah. Ketika kita mepersepsikan diri kita, kita mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri. Dengan kata lain, orang mempersepsi dan mengevaluasi tindakannya terutama dengan mempersepsi dan mengevaluasi reaksi orang lain terhadap tindakan kita. Reaksi orang lain ini membuat tindakan kita jauh lebih berarti dan ini berarti bahwa sebenarnya orang lain telah memberikan patokan di mana kita dapat mengukur konsep diri kita. Menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk melihat konsep diri kita disebut menggunakan social self. Pengertian ini juga dikenal dengan istilah “looking glass self” yang mengambarkan bagaimana kita mengembangkan konsep diri melalui interaksi. Dalam interaksi, reaksi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut juntik menyimpulkan, mengartikan dan mengevaluasi diri kita. ‘13 11 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Aspek lain dari pengembangan kesadaran diri melalui interaksi sosial adalah self monitoring. Self monitoring memungkinkan kita untuk menyadari perilaku-perilaku yang dianggap sesuai untuk sesuatu situasi sosial tertentu. Meskipun self monitoring biasanya mengacu pada kepekaan terhadap perilaku kita sendiri, kita dapat pula mempelajari perilaku apa yang secara sosial dianggap sesuai melalui pengamatan terhadap tindakan orang lain.self monitoring adalh suatu kemampuan, di mana tingkatnya berbeda-beda pada setiap orang. Karena merupakan suatu kemampuan, self monitoring sesorang dapat dilatih dan diperbaiki. Sehingga orang akan menjadi lebih menyadari konsep dirinya seiring dengan meningkatnya pemahaman tentang interaksi sosial yang sesuai. Kemampuan ini akan membuat kita menjadi lebih efektif daladm konunikasi antar pribadi. Persepsi terhadap Orang lain Proses mempersepsi orang lain mencakjp persepsi terhadapkarakteristik fisik dan perilaku komunikasi orang tersebut. Steve Ducks (1977) mengemukakan bahwa perilaku orang akan membantu dalam tiga hal. Pertama, perilaku tersebut mungkin akan terasa menenangkan bagi kita karena kita akan selalu merasas senang jika mendapat senyuman atau pujian misalnya. Kedua, perilaku tersebut memberikan informasi yang dapat kita gunakan untuk membentuk semacam kesan mengenai kondisi internal seseorang (kepribadain, sikap, keyakinan dan nilai). Ketiga, perilaku seesorang dapat memberikan pikiran mengenai kelanjutan hubungan di kemudian hari. Untuk mengartikan perilaku orangdalam menyimpulkan kepribadian dan kondisi internalnya adalah permainan tebak-tebakan, apakah kesimpulan kita benar atau salah. Bila sesdeorang melakukan persepsi, sebesnarnya yang mengendalikan penyimpulan terhadap apa yang dilakukannya adalah menyadari apa yang terjadi dalam diri kita ketika perhatian kita tertuju kepada orang lain. Bahasan berikut akan menguraikan tiga proses kognitif yang terjad proses kognitif i dalam mempersepsikan orang lain, ketigannya adalah implicit theory, proses atribusi dan responsse. Implicit personality theory Teori ini mengasumsikan orang sebagai psikolog amatir yang menggunakan perangkat psikologis untuk mempersepsi orang lain. Karena pengalaman inteaksi di masa lalu, kita telah mengenal berbagai ciri-ciri psikologis / kepribadian yang berbeda dari berbagai orang yang berbeda. Maka ketika kita berinteraksi dengan orang dan mengamati perilakunya, kita dapat mengurangi ketidakpastian mengenai diri orang tadi dengan mengevaluasi dengan ciri-ciri psikologis yang kita kenal. Dengan informasi dari perilaku orang tadi, kita dapat mengaplikasikan ciri-ciri kepribadian tadi kepadanya hingga sampai pada suatu persepsi mengenai siapakah dia. Menggunakan implicit personality berarti berusaha memahami individe tertentudenagn menempatkan ciri-ciri individu tersebut kedalam suatu kerangka pemahaman. Ini merupakankebalikan dari proses stereotyping. Ketika sedang melakukan stereotype terhadap seseorang, kita mulai dengan suatu klasifikasi ‘13 12 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sosialsecara umum dan menerapkannya pada orang tersebut tanpa tahu lebih jauh tentang dirinya sebagai individu yang spesifik. Menggunakan implicit personality theory dimulai dengan individu dan mencoba mendefinisikannya ke dalam klasifikasi sosial berdasarkan apa yang kita ketahui tentang individu tersebut sebagai sosok yang spesifik / khas. Proses atribusi adalah proses intra pribadi yang menempatkan penyebab atau pengemdalai atas suatu peristiwa kepada sesorang atau sesuatu. Proses persepsi ini menempatkan “ locus of control” kepada seseorang (dispotensial) atau kepada konteks (situasional). Sebagai suatu bentuk proteksi, kita biasanya memandang diri kita sendiri dalam pengertian situasional. Yaitu kita cenderung menimpakan perilaku kita yang tidak disukai kepada situasi bukan kepada diri sendiri. Seperti misalnya “ keterlambatan ini bukan kesalahan saya, karena mobil saya tidak bisa bergerak dalam kemacetan lalu lintas”. Sebaliknya, kita cenderung mempersepsikan orang lain dengan pengertian disposisonal. Ketika memperhatikan seeorang, kita cenderung menempatkannya pada proses iintra pribadi yaitu sesuatu yang terjadi di dalam orang tersebut. Misalnya kita akan berkata bahwa “dia sedang bingung, sudah dua kali kami berpapasan dan dia tidak mengenali atau menegurku”. Proses atribusi memiliki arti penting bagi komunikasi dalam beberapa hal. Pertama, proses ini membantu kita untuk menyusung penjelasan mengenai suatu kejadian/ peristiwa dengan menggunakan pola-pola seperti yang telah dicontohkan dia atas. Kedua, proses ini secara relatif akurat menggambarkan hubungan antara kondisi psikologis dan perilaku. Meskipun keseuaian antara kondisi psikologis dan perilaku masih diperdebatkan (apakah perilaku benar-benar merefleksikan kondisi psikologisnya), namun keduanya berfungsi secara bersamaan dalam suatu siklus yang saling mempengaruhi. Dalam hal ini kita biasanya merasa bahwa kondisi psikologis tidak mengendalikan perilaku kita perilaku kita tidak secara otomatis merefleksikan perasaan kita). Namun kepada orang lain kita cenderung menganggap bahwa perilaku mencerminkan kondisi psikologisnya dan ini menjadi acuan bagi kita untuk berperilaku terhadap orang lain tersebut. Ketiga, proses atribusi akan mempengaruhi hasil dari hubungan antar pribadi (misalnya ingin meneruskan / meningkatkan hubungan) dan meningkatnya hubungan juga akan mempengaruhi atribusi. Pada tahap awal hubungan, masing-masnng pihak belum merasa dekat (baru kena atau sebagai teman biasa), kita cenderung mempersepsikannya dalam pengertian situasional (jika menyangkut kita) atau disposisional (jika menyangkut orang lain). Namun dalam hubungan yang sudah sangat dekat / akrab / intim kita cenderung menempatkan hal lain sebagai penyebab suksesnya hubungan kita, yaitu pada hubungan itu sendiri (hubungan yang nyais sempurna ada saling pengertian diantara kami, hubungan baik ini telah memberi motivasi dsb). Dengan demikian, tataran intrapribadi (atribusi) dan antar pribadi (hubungan) dari komunikasi saling mempengaruhi satu dengan lainnya. ‘13 13 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Response Sets Response Sets merupakan predisposisi tertentu yang dilakukan untuk menanggapi orang lain. Proses ini mengandung lompatan penyimpulan dari perilaku orang lain kepada perilaku kita ketika menanggapinya. Menyadari bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan cukup informasi untuk menganali orang lainsecara utuh, maka kita menggunakan responsee sets sebagai jalan pintas untuk melakukan penyimpulan. Oleh karenanya, dalam proses ini kesalahan dalam mempersepsikan orang sangat mungkin terjadi. Response sets yang sangat umum digunakan adalah halo effect dan leniency effect. Kita meraskana halo effect ketika kita terlalu menggeneralisasi perilaku orang dalam situasi tertentu kepada situasi lain yang sama sekali belum kita ketahui. Misalnya, kita mengetahui perilaku teman kerja kita yang kurang bertanggung jawab, seperti sering terlambat msauk, lambat dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Dari oengamatan ini, kita lalu menyimpulkan bahwa kita akan berperilaku samsa dalam berbagai bidang kehidupannya yang lain. Kita juga menganggap dia kurang bertanggung jawab pada keluarganya, sering keluar rumah, curang pada istrinya dan sebagainya. Demikian pula dengan orang yang kita kenal ramah, lalu kita menagnggap dia juga akan ramah kepada orang-orang lainnya. Persoalan yang muncul dari halo effect ini adalah bahwa kita mengabaikan situasi yang dapat mempengaruhi tindakan orang. Kita melupakan kenyataan bahwa orang akan berperilaku dan menampilkan peran yang berbeda dalam situasi yang berbeda dan kepada orang yang berbeda. Leniecy effect adalah response sets lain di mana kita membiarkan hubungan kita dengan sesesorang mempengeruhi persepsi kita terhadap orang tersebut. Misalnya, kita cenderung untuk mengidealkan teman kita dan sangat toleran dalam menilainya. Kita terlalu berlebihan dalam menilai kebaikan-kebaikannya dan sangat mentolerir perilakunya yang secara umum dianggap kurang baik. Sehingga dalam persepsi kita dia hanya memiliki sedikit kekurangan dibanding begitu banyak kelebihannya. Oleh karenanya, mungkin kita tidak habis mengerti kenapa banyak orang tidak menyukai teman kita yang nyaris sempurna ini. Hal yang sebaliknya terjadi juga kepada orang yang tidak kita sukai. Karena kita cenderung menilai kelewat rendah perilaku positifnya dan kelewat tinggi pada perilaku negatifnya. Persepsi terhadap orang lain seperti halnya persepsi terhadap diri sendiri, terbuka bagi berbagai kesalahan. Oleh karenanya, persepsi terhadap orang lain (akurat maupun tidak akurat) dapat menguntungkan atau merugikan dalam proses hubungan atau komunikasi antar pribadi. Hal yang perlu dicamkan adalah bahwa kita harus selalu terbuka bagi informasi tambahan dan menggunakannya untuk memperbaiki persepsi kita terhadap orang lain. Perilaku terhadap Orang Lain Untuk dapat berkomunikasi secara efektif, kita berharap untuk dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap diri kita. Kita menginginkan orang lain memiliki penilaian yang baik mengenai diri kita, paling tidak memiliki kesan bahwa kita konsisten dengan tujuan kuta berkomunikasi ‘13 14 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kepadanya. Kita dapat berharap agar orang lain memandang kita sebaia teman, pimpinan, pasangan dan berbagai peran sosial lainnya. Meskipun kita tidak dapat memaksa orang dalam mempersepsikan diri kita namun kita dapat melakukan sesuatu untuk mengarahkan persepsi mereka. Yaitu kita dapat berperilaku dalam cara-cara tertentu yang dapat mendorong ke arah kesan terentu mengenai diri kita. Jadi kewajiban kita ketika berkomunikasi adalah memberikan informasi kepada orang lain melalui perilaku kita agar dapat digunakan untuk mempersepsi diri kita sesuai dengan yang kita harapkan. Tindakan ini sesungguhnya sangat alamiah / wajar, artinya bukan selalu merupakan upaya untuk berpura-pura atau menipu orang lain. Karena meskipun beberapa perilaku kita mungkin pura-pura atau palsu kita mengetahui pila bahwa kita memiliki berbagai peran yang sosial yang berbeda bagi orang dan situasi yang berbeda yang akan mempengaruhi perilaku kita ketika berkomunikasi. Beberapa konsep yang dapat menjelaskan hal ini antara lain impression management, rhetorical sensitivity, attributional response dan konfirmasi antar pribadi. Impression Management Erving Goffman (1963) seorang sosiolog mengemukakan bagaimana setiap orang dalam kehidupannya sehari-hari terlibat dalam “memerankan” dirinya kepada orang lain. Tindakan ini bukanlah upaya kepura-puraan / manipulatif melainkan bagian yang wajar dalam interaksi sosial yang disebut impression management. Lebih lanjut dikemukakan bahwa setiap kali kita berperilaku terhadap orang lain,tidak ada pilihan lain kecuali mengarahkan kesan orang tersebut kepada kita. Kita tidak dapat meuraian di atas menunjukan bahwa sebemiliki pilihan dalam arti kita tidak bisa tidak berperilaku. Persoalannya adalah apakah kita sadar akan upaya kita mengarahkan kesan orang lain bukan apakah kita melakukannya atau tidak. Impression manajemen memandang komunikasi antar pribadi sebagai sebuah drama atau sandiwara. Sabagai partisipan dalam komunikasi kita bukan hanya sebagai aktor tetapi juga sekaligus penulis skenario yang menulis naskah “drama” kehidupan nyata ketika kita terlinat dalam komunikasi antar pribadi. Ketika kita mengarahkan kesan orang lain, kita mengadirkan diri kita dalam dua bentik perilaku yaitu “depan” dan “belakang”. “Depan” mengacu pada bagian dari diri kita yang dapat diamati / tampak oleh orang lain, bagian “depan” ini menunjukan bagian diri kitayang berada “di atas panggunng”. “Belakang” mengacu pada perilaku “di balik panggung” yang kita lakukan ketika tidak ada orang lain atau kita tidak menyadari adanya orang lain yang hadir disekitar kita. Perlu dipahami bahwa persoalan “ di atas panggung / depan” dan “di balik panggung / belakang” ini bkanlah mengacu pada perilaku pura-puraa tau perilaku sebenarnya. Keduanya adalah wajar, hanya saja yang satu merupakan situasi sosial sedangkan lainnya merupakan situasi oribadi. Misalnya kita senang duduk sambil menganggat kaki, ini baiasanya bisa kita lakukan bila sedang sendiri, dengan hadirnya orang lain tentunya kita akan duduk secara lebih baik untuk menanamkan kesan yang baik pula terhadap orang tersebut. ‘13 15 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Uraian di atas menunjukan bahwa sebenarnya impression management merupakan perilaku yang lebih diarahkan oleh orang lain dari pada kita sendiri. Ketika kita menyadari perilaku kita dan membiarkan orang lain untuk mengarahkannya maka kita menilai kesesuaian perilaku kita sebagai respon terhadap perilaku orang lain. Jadi dengan menyadari bahwa setiap perilaku kita adalah respon terhadap perilaku orang lain, maka kita telah berinteraksi secara wajar dan mampu mengendalikan kesan orang terhadap diri kita. Rhetorical sensitivity Rhetorical sensitivity adalah konsep yang dikembangkan oleh Rod Hart dan Don Burks (1972) yang mengacu pada kualitas persepsi yang didasarkan atas kemungkinan-kemungkinan (contingencies). Menjadi rhetorical sensitivity berarti peka terhadap diri sendiri, peka terhadap situasi dan terutama peka terhadap orang lain. Tindakan ini mencakuppemilihan perilaku komunikasi yang sesuai bagi kombinasi antara diri kita, orang lain dan situasi tertentu selama kegiatan komunikasi antar pribadi. Dengan kata lain rhetorical sensitivity berarti melakukan adaptasi / penyesuaian terhadap kemungkinan-kemungkinan. Terdapat lima karakteristikyang menandai rhetorical sensitivity. Pertama, orang yang rhetorical sensitivity dapat menerima kompleksitas pribadi yaitu dapat memahami bahwa setiap individu merupakan kesatuan dari banyak diri (multiple selves). Individu memiliki banyak konsep diri yang berkaitan dengan berbagai peran sosial yang dimainkan (teman, ayah, guru dsb). Kedua, orang yang rhetorical sensitivity menghindari sifat kaku keras dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ketiga, orang semacam ini akan mengembangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain, suatu kepekaan yang disebut kesadaran interaksi (interaction consciousness). Keempat, orang yang mempunyai rhetorical sensitivity sadar kapan harus mengkomunikasikan atau tidak mengkomunikasikan sesuatu dalam situasi yang berbeda. Kelima, orang semacam ini menyadari bahwa suatu pesan dapat dikemukakan melalui berbagai cara dan dia dapat menyesuaikan cara penyampaian pesan kepada peserta berkomunikasi dalam situasi tertentu. Attributional Responses Merupakan cara lain penggunaan proses atribusi melalui perilaku kita sebagai reaksi atas tindakan orang lain. Dalm hal ini kita menanggapi dengan suatu cara yang sangat jelas menunjukan suatu makna tertentu terhadap perilaku orang lain. Setiap tindakan dalam komunikasi dalam suatu percakapan dapat menyertakan suatu ekspresi atau pernyataan atributif melalui penilaian terhadap makna perilaku orang lain. ‘13 16 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Seorang dalam menanggapi ungkapan atributif orang lain yang ditujukan padanya memiliki beberapa pilihan. Misalnya menanggapi suatu ungkapan atributif seperti “Kamu sebenarnya tidak ingin pergi, kan”?, maka kita dapat menyangkalnya (“Bukan begitu maksudku”) atau menyetujuinya (“Ya, karena saya memang sangat lelah”) atau mengalihkan lokus atribusi (“Karena situasinya tidak memungkinkan untuk saya pergi”). Dengan kata lain, atribusi dapat diterapkan sebagai strategi percakapan seperti halnya pada proses persepsi dan ketika kita menggunakannya sebagai stratergi atribusi akan mempengaruhi keseluruhan alur percakapan. Konfirmasi antarpribadi Konfirmasi antarpribadi merupakan tanggapan atau reaksi perilaku orang lain. Konsep ini masih berkaitan dengan impression management. Ketika kita berusaha untuk mengarahkan kesan, maka pada saat yang bersamaan orang lainpun melakukan hal yang sama kepada kita. Dalam menanggapinya kita memiliki tiga alternatif, yaitu konfirmasi, menolak atau diskonfirmasi. Jika kita melakukan konfirmasi berarti kita menerima identifikasi orang lain seperti yang ditampilkannya di ihadapan kita. Misalnya kita berkata”Usulan kamu sangat tepat, suatu gagasan yang bagus”. Ketika menolak kita keberadaan orang tersebut namun namun menyangkal definisi diri yang dia tampilkan, misalnya “Saya tidak percaya apa yang kamu ceritakan”. Sementara itu diskonfirmasi berarti lebih jauh dari sekedar penolakan. Ketika kita mendiskonfirmasi penampilan orang lain, kita sepenuhnya mengabaikan pesan orang lain dan mengagapnya tidak pernah diucapkan. Misalnya teman kita berkata, “Kasihan. Kamu mau apa sekarang?”. Ketiga alernatif tersebut dapat membantu kita untuk memahami komunikasi antarpribadi. Tanggapan yang mengkonfirmasi menandai sehatnya hubungan sosial dan efektifnya komunikasi antarpribadi. Daftar Pustaka Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka ‘13 17 Teori Komunikasi Sofia Aunul, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id