Tumor Ganas Ovarium

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker ovarium merupakan penyabab utama kematian akibat kanker ke-5 terbanyak di
Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh dunia. Pada
sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik dan sebagian kecil berbentuk tumor padat.
Walaupun kelihatannya mempunyai respons yang cukup baik dengan pengobatan yang baku,
namun prognosis kanker ovarium ini masih tetap jelek.
Kanker ovarium dapat mengenai semua wanita dari segala usia, mulai dari usia 20 hingga
80 tahun, jarang terjadi pada wanita di bawah usia 20 tahun. Delapan puluh persen kanker
muncul pada usia di atas 40 tahun, dan bila muncul sesudah menopause maka hampir 30%
adalah ganas.
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik
dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang
pada stadium lanjut – sehingga penyakit ini disebut juga sebagai “silent killer”.
Karsinoma ovarium di Indonesia sebesar 32% dari kanker ginekologik dan menyebabkan
55% kematian akibat keganasan ginekologik. Data statistik American Cancer Society Insiden
kanker ovarium di dunia sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati
peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker.
Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah menyebar kerongga
peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak
menolong. Penderita akan meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor
intraperitoneal.
Diagnosis tumor ganas ini lebih sering dibuat sesudah laparatomi atas indikasi
ditemukannya tumor ovarium. Agar tindakan yang benar tidak terlambat dilakukan, seharusnya
dilakukan pemeriksaan histologik durante operationem (frozen section atau beku). Pada
laparatomi juga tidak boleh dilupakan pembilasan kavum peritonei untuk diperiksakan tentang
ada/tidak adanya sel ganas (sitologi eksfoliatif cairan ascites atau cairan bilasan kavum
peritoneum).
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kira-kira 15% tumor ovarium adalah ganas dan kanker ovarium merupakan penyebab
kematian wanita nomor lima. Insiden keganasan meningkat dengan pertambahan usia, rata-rata
50-59 tahun. Lebih dari 80% kematian akibat kanker ovarium terjadi antara umur 35-75 tahun.
Resiko seumur hidup mengalami kanker ovarium di Amerika Serikat (tidak berubah dalam 30
tahun) adalah 1,4%. Karena tumor ini sulit didiagnosis dan diobati dini, kelangsungan hidup 5
tahun hanya sebesar 35-38%, meskipun kemoterapi dan radioterapi sudah semakin baik.
Definisi
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, dan mesodermal) dengan
sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.
Anatomi
Ovarium pada seorang wanita dewasa sebesar ibu jari tangan dan terletak di kiri dan
kanan dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah kedua ovarium melalui ligamentum suspensorium
ovarii.
Gambar 1. Anatomi Ovarium
21
Epidemiologi
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik
dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang
pada stadium lanjut.
Gambar 2. Kejadian Kanker Ovarium
Umumnya secara histologis hampir seluruh kanker ovarium berasal dari epitel, yaitu
menempati sekitar 85–90% dari seluruh kanker ovarium.
Patologi
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat
menjadi besar tanpa disadari oleh penderita.
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan
pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat menjadi
kenyang, sering kembungn nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi
di rongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal dan mesodermal) dengan
sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun
klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan. Semua klasifikasi tumor ovarium mempunyai
21
kelemahan oleh karena masih kurangnya pengetahuan tentang histogenesis semua tumor ovarium
dan oleh karena tumor ovarium yang tampaknya serupa mempunyai asal yang berbeda.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa reproduksi dan 10%
pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak
pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low-malignant potensial) dan yang jelas
ganas (true malignant).
Patofisiologi
Meskipun kanker ovarium menyebabkan 15-20% kanker saluran reproduksi wanita,
kanker ini menyebabkan lebih banyak kematian dibanding gabungan tumor lainnya. Kanker
ovarium biasanya tidak bergejala sampai dapat teraba atau menyebar luas.
Kanker ovarium lebih sering terjadi pada wanita infertil atau yang pernah mengalami
abortus spontan berulang, terlambat hamil atau menderita kanker payudara. Di Amerika Serikat,
insidennya sebesar 6-7/100.000 dengan kejadian pada kulit hitam dan putih hampir sebanding.
Kanker ovarium sering dihubungkan dengan wanita dengan angka melahirkan yang
rendah dan infertile/tidak subur. Hal ini berkaitan dengan proses ovulasi dalam ovarium. Pada
lapisan korteks, gamet mengalami perkembangan untuk menjadi matang dan siap dilepaskan ke
rahim dalam hal ini terjadi setiap bulannya. Teorinya, perubahan epitel korteks secara terus
menerus untuk mematangkan gamet dapat memicu terjadinya mutasi spontan yang pada akhirnya
menimbulkan kanker pada ovarium. Pada wanita yang hamil proses ini terhenti untuk ± 9 bulan
sehingga resiko kanker semakin turun.
Faktor lain yang dapat meningkatkan resiko kanker adalah :

Menstruasi yang terlalu awal

Menopause yang terlalu terlambat

Faktor genetik, di mana dikatakan resiko tinggi terkena kanker ovarium bila ada mutasi pada
gen BRCA 1 dan gen BRCA 2.

Riwayat pernah menderita kanker payudara atau kanker lainnya pada usia muda

Sindrom Lynch II

Tidak pernah melahirkan

Melahirkan pertama sekali pada usia > 35 tahun.
21
Tumor ganas ovarium pada anak-anak paling sering berasal dari sel benih, sedangkan
pada wanita dewasa adalah tumor ganas epitel (> 90%), sebesar 70% bermetastasis ke luar
panggul pada saat diagnosis. Tempat metastasis adalah sebagai berikut; peritoneum (85%),
pelvis dan nodus limfe aorta (80%), omentum (70%), ovarium kontralateral (70%), nodus limfe
mediastinum atau supraklavikula (50%), hati (35%), pleura (33%), paru (25%), uterus (20%),
vagina (15%), tulang (15%), limpa (5-10%), ginjal (5-10%), adrenal (5-10%), kulit (5-10%),
vulva (1%) dan otak (1%). Ovarium juga dapat menjadi tempat metastasis tumor primer lainnya
atau karena perluasan langsung.
Stadium
Penentuan stadium neoplasma ovarium yang paling luas digunakan adalah menurut
International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Ingatlah bahwa penentuan
stadium kanker ovarium mencakup semua penemuan saat operasi, berlawanan dengan kanker
serviks dan vulva yang penentuan stadiumnya didasarkan atas temuan klinis non operatif.
Penyebaran
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, mediastinal, dan
supraklavikular untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru, hati dan
otak.
Manifestasi Klinik
Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap sangat penting. Rasa tidak
nyaman dan rasa penuh di perut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan kanker
ovarium. Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul
berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa dari
kolon dan asites. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering
kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum
akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah
menopause.
21
Table 1. FIGO staging system for ovarian cancer
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan
ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Penemuan fisik yang paling sering
adalah massa adneksa, massa abdomen, asites atau nodulasi.setiap massa yang terfiksir dalam
cul-de-sac posterior harus dipertimbangkan kemungkinan ganas, seperti massa berukuran besar
dan terfiksir.
21
Keganasan ovarium diketahui setelah stadium lanjut. Gejala dan tanda keganasan, yaitu :

Perubahan menstruasi.

Rasa sakit atau sensasi nyeri saat bersenggama (dyspareunia).

Gangguan pencernaan yang menetap, seperti: kembung, mual.

Obstruksi pada vesica urinaria (poliuria sampai dengan anuria) atau rektum (obstipasi dan
konstipasi).

Massa tumor di pelvis. Tumor memiliki bagian padat, ireguler dan terfiksir ke dinding
panggul, bila tanda-tanda tersebut ada maka keganasan perlu dicurigai.

Tumor cepat membesar

Berbenjol-benjol

Terdapat asites

Tubuh bagian atas kering, sedangkan bagian bawah terjadi edema tungkai.
Gambar 3. Gejala awal kanker ovarium
Barber (1982) mengingatkan perlunya perhatian khusus, bila dalam pemeriksaan
dijumpai hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya massa tumor di daerah ovarium
2. Gerakan tumor terbatas
3. Permukaan tumor irreguler
4. Adanya tumor di daerah cul de sac
21
5. Massa tumor bilateral
6. Tumor daerah panggul yang membesar dalam observasi
7. Adanya asites
8. Adanya omental cake atau hepatomegali
9. Tumor di daerah panggul setelah menopause
Disaia (1989) mengamati perbedaan-perbedaan antara tumor jinak dan ganas ovarium,
baik pada pemeriksaan panggul maupun pada saat pembedahan; sehingga kewaspadaan terhadap
adanya keganasan tersebut dapat lebih terarah lagi,
Table 2. Penemuan pada pemeriksaan panggul (Disaia, 1989)
Jinak
Sifat
Konsistensi
Gerakan
Permukaan
Asites
Benjolan di daerah cul de sac
Pertumbuhan
unilateral
kistik
bebas
licin
sedikit/tidak ada
tidak ada
lambat
Ganas
bilateral
padat
terbatas
tidak licin
banyak
ada
cepat
Table 3. Penemuan pada saat pembedahan (Disaia,1989)
Jinak
Permukaan papiler
Intrakistik papiler
Konsistensi padat
Bilateral
Perlengketan
Asites
Nekrosis
Implantasi pada peritoneum
Kapsel utuh
Konsistensi kistik
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
sering
sering
Ganas
sangat sering
sangat sering
sangat sering
sering
sering
sering
serng
sering
jarang
jarang
Sedangkan Sudaryanto (1989) mengemukakan penggunaan suatu indeks untuk
melakukan diagnosis keganasan ovarium prabedah, dengan 8 variabel yang masing-masing
21
diberi bobot dengan skor dan nilai pisah untuk indeks ini adalah 3. Skor 3-5 menunjukkan
kecurigaan keganasan, sedangkan skor 6 atau lebih dapat dikatakan ganas
Table 4. Indeks keganasan ovarium (Sudaryanto, 1989)
No. Petunjuk Diagnosis
Variabel
Skor
1
Lamanya pembesaran a. Lambat (lebih dari 16 bulan atau tak ada 0
perut atau tumor
pembesaran)
b. Cepat (16 bulan atau kurang)
1
2
Keadaan umum
a. Baik
0
b. Kurang/tidak baik
1
3
Tingkat kekurusan
a. Normal/gemuk
0
b. Kurus
1
4
Konsistensi tumor
a. Kistik homogen
0
b. Solid homogen
1
c. Macam-macam
2
5
Permukaan tumor
a. Rata/licin
0
b. Berbenjol/tidak teratur
1
6
Gerakan tumor
a. Bebas
0
b. Tak bebas
1
7
Ascites
a. Tak ada
0
b. Ada
1
8
LED 1 jam
a. Rendah (60 mm atau kurang)
0
b. Tinggi (lebih dari 60 mm)
1
Diagnosis
Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita melakukan deteksi dini tumor
ganas ovarium oleh karena letaknya sangat tersembunyi. Tidak ada uji penapisan rutin yang
tersedia untuk kanker ovarium. Gejala berupa nyeri yang terjadi jika terdapat regangan yang
bermakna, peradangan, torsi atau traksi. Penekanan pada pelvis mungkin terjadi jika tumor besar.
Pembesaran lingkar perut, penambahan atau penurunan berat badan dan gejala-gejala saluran
cerna berkisar dari gangguan cerna hingga obstruksi usus, dapat terjadi pada kanker ovarium.
Diagnosis didasarkan atas 3 tanda dan gejala yang biasanya muncul dalam perjalanan
penyakitnya yang sudah agak lanjut.
1. Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke jaringan
sekitar.
21
2. Gejala
diseminasi/penyebaran
yang
diakibatkan
oleh
implantasi
peritoneal
dan
maskulinisasi
atau
bermanifestasi adanya ascites.
3. Gejala
hormonal
yang
bermanifestasi
sebagai
defeminisasi,
hiperesterogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan
usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau massa, di
dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari yang kistik sampai yang solid
(padat). Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan
klinik. Pemakaian USG dan CT-scan dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran
tumor dan perluasannya sebelum pembedahan. Laparatomi eksploratif disertai biopsi potong
beku (frozen section) masih tetap merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk
mendapat gambaran sebenarnya mengenai tumor dan perluasannya serta menentukan strategi
penanganan selanjutnya. Diagnosis tergantung penilaian klinis, laboratorium dan pembedahan
yang tepat.
Laboratorium
Evaluasi perioperatif untuk kecurigaan kanker ovarium meliputi pemeriksaan darah
lengkap dan hitung jenis, kimia darah, urinalisis, sitologi serviks dan vagina, pemeriksaan
radiologi dada dan perut, pielografi intravena, barium enema dan mungkin uji fungsi hati, profil
koagulasi, pemeriksaan gastrointestinal serial. Akhirnya, antigen tumor berupa Ca125 atau CEA
dapat membantu dalam mengevaluasi keganasan.
Pemeriksaan Penunjang
1. USG Ginekologi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis suatu tumor ganas atau
jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil,
dan dapat ditemukan adanya asites. Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti
CT-Scan, MRI, dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih
mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas
yang lebih baik dari ultrasonografi.
21
2. CT-Scan (Computed Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
3. Laparoskopi
4. Parasentesis cairan asites
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan asites
yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian
yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites
hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma.
Bila terdapat cairan ascites yang tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya (misalnya
akibat Cirrhosis hepatis), laparatomi eksploratif harus dijalankan.
5. Tumor marker
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam
penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah
pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain Alphafetoprotein (AFP), Lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),
plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG).
Tatalaksana
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter merupakan
indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Apabila
tumor ovarium tidak inemberikan gejala dan diameternya kurang dari 5 sentimeter, biasanya
merupakan kista folikel atau kista lutein.
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan radikal
berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium,
pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari
peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk
pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk menentukan stadium
dari kanker ovarium tersebut (surgical staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan
diberikan terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.

Operasi
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH), salpingoooforektomo
bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional). Nodus retroperitoneal harus dipalpasi
21
dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin tumor (untuk memperkecil) harus
diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal
belum terbukti menambah manfaat.
Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut. Hasil
operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat
ditetapkan untuk menentukan terapi.
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomi total, adneksektomi dan
omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya sebanyak mungkin tumor diangkat
untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi dan terapi radiasi). Operasi tumor
ganas diharapkan dengan cara “debulking” (cytoreductive) – pengambilan sebanyak mungkin
jaringan tumor sampai dalam batas aman. Dengan debulking memungkinkan kemoterapi
maupun radioterapi menjadi lebih efektif.

Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang
peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2
yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.

Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi radiasi
mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah mendapatkan radiasi
atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi ulang) untuk mengambil
sebanyak mungkin jaringan tumor.

Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau kemoterapi, lazim
dilakukan lapatotomi kedua (second-look laparotomi), bahkan kadang sampai ketiga (thirdlook laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit,
hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu
dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.
Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan lanjut
yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass
bila kondisi penderita mengizinkan.
21
Prognosis
Angka kelangsungan hidup 5 tahun (“Five years survival rate”) penderita kanker
ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%.
Prognosis dari tumor ovarium tergantung dari beberapa hal antara lain :

Stadium

Jenis histologis

Derajat diferensiasi tumor

Residu tumor

Free disease interval
Pengamatan Lanjut
Untuk tumor ganas ovarium skema/bagan pengamatan lanjut (follow up control) adalah
sebagai berikut :

Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan.

Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan.

Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan

Seterusnya setiap setahun sekali.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien, 54 tahun, datang dengan keluhan perut semakin lama menjadi semakin membesar
sejak enam bulan yang lalu. Tidak disertai dengan pembangkakan di kedua tungkai, kulit dan
kedua mata tidak pernah kuning.. Pernah dilakukan pungsi cairan “ascites”sebanyak dua kali,
yaitu tiga bulan dan lima hari yang lalu di RS Yarsi. Cairan sebanyak ± 6 Liter berwarna kuning
jernih. Namun perut kembali membesar sehingga akhirnya dirujuk ke RSU dr Soedarso. Pasien
menyangkal adanya perdarahan dari jalan lahir. Berat badan menurun, pasien mengaku bahwa
tubuhnya menjadi jauh lebih kurus dalam enam bulan terakhir. Demam dan sesak nafas
disangkal. BAB dan BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa di regio kiri bawah abdomen, ukuran 5 cm x 3
cm, konsistensi kenyal, permukaan tidak rata/berbenjol-benjol, tidak nyeri tekan, dan tidak dapat
digerakkan (imobile). Pada perkusi didapatkan Shifting dullnes dan tes undulasi yang positif.
Berdasarkan hasil USG Ginekologi ditemukan cairan bebas intra abdomen, kista
unilateral dengan diameter 8 cm di ovarium kiri. Sedangkan uterus tampak normal.
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada
seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium). Ciri-ciri kista yang
bersifat ganas yaitu dapat dilihat pada penemuan saat pemeriksaan panggul (Tabel 2), penemuan
saat pembedahan (Tabel 3), dan dengan menggunakan indeks keganasan ovarium (Table 4).
Dengan menggunakan indeks keganasan ovarium, didapatkan skor 6 yang berarti bahwa kista
ovarium tersebut dapat dikatakan ganas. Namun diagnosis pasti hanya dapat diketahui dengan
dilakukannya pemeriksaan histopatologi (PA).
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan radikal
berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan ovarium,
pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari
peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa tempat untuk
pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk menentukan stadium
dari kanker ovarium tersebut (surgical staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan
diberikan terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.
21
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam, karena angka kelangsungan hidup 5
tahun (“Five years survival rate”) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 2030%.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2005.
2. Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Editor:
M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2006: hal. 468-257.
3. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2003:729730.
4. Kumar V, Cotran RS, and Robbins SL. Robbins Basic Pathology 7th ed. New York: W.B.
Saunders Company. 2003.
21
Download