PPN DAN PPnBM - UIGM | Login Student

advertisement
PPN DAN PPnBM
Aris Munandar, SE, M.Si
Pengertian
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di
dalam daerah pabean yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan.
Dasar hukum PPN adalah Undang – Undang Nomor 8 tahun 1983
sebagimana diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 18 tahun
2000.
Pengertian
• Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
• Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak,
atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
• Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh
Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa
Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah
Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau
impor Barang Kena Pajak.
• Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan
Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak.
Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Yang menjadi subyek PPN adalah:
• Orang Pribadi, dan
• Badan meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha
tetap, dan bentuk badan lainnya
Subyek Pajak yang dikenakan pajak pertambahan nilai disebut
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengertian PKP (Pasal 1 angka 15 UU Nomor 18 Tahun 2000)
• Pengusaha (Perusahaan) yang tidak termasuk Pengusaha Kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak.
• Pengusaha yang memenuhi syarat ini, wajib dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.
• Pengusaha kecil yang menyerahkan BKP/JKP, dan memilih menjadi
Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha kecil diberikan pilihan untuk menjadi
Pengusaha Kena Pajak atau tidak menjadi Pengusaha Kena Pajak. Artinya,
hukumnya tidak wajib.
Yang Termasuk Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
• Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian contoh jual beli
• Pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian
leasing.
• Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.
• Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak.
• Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang
Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat
dikreditkan.
• Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan
Barang Kena Pajak antar Cabang
• Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi
• Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan,
• Penjualan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang
Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat
dikreditkan.
Yang tidak termasuk Penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) adalah
• Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana
dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
• Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang;
• Penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang atau dari pusat kecabang
atau sebaliknya dalam hal Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin
pemusatan tempat pajak terutang.
Sedangkan jasa yang tidak dikenakan PPN
adalah :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik.
Jasa di bidang pelayanan sosial.
Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko.
Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi.
Jasa di bidang keagamaan.
Jasa di bidang pendidikan.
Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan.
Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan.
Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air.
Jasa di bidang tenaga kerja.
Jasa di bidang perhotelan.
Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN
Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak adalah
• Harga Jual untuk penjulan BKP
• Penggantian untuk penyerahan Jasa
• Nilai Impor untuk impor
• Nilai Ekspor untuk ekspor
• Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang
dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Pemungut PPN adalah bendaharawan Pemerintah, badan, atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terhutang oleh PKP atas
penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP kepada bendaharawan
Pemerintah, badan, atau instansi Pemerintah tersebut.
Tarif Pajak
PPN Terhutang = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Tarif pajak pertambahan nilai adalah :
• Untuk Ekspor
= 0% dari DPP
• Untuk Selain ekspor = 10% dari DPP
Contoh Transaksi dengan Pemugut PPN:
CV. Andika menang tender untuk pembelian komputer oleh
Departemen Pendidikan Nasional sebesar Rp. 500.000.000. CV. Andika
atas penjualan tersebut mengenakan PPN sebesar 10% dari harga jual
yaitu Rp. 50.000.000, sehingga total yang harus dibayar Depdiknas
adalah Rp. 550.000.000, yang terdiri dari Harga jual Rp. 500.000.000,
dan PPN sebesar Rp. 50.000.000. Atas kejadian tersebut Depdiknas
harus membayar sebesar Rp. 550.000.000, tetapi yang diterima CV.
Andika sebesar Rp. 500.000.000, sedangkan Rp. 50.000.000, langsung
disetor ke Kas Negara atas nama CV. Andika. Dalam hal ini Depdiknas
sebagai pemungut PPN.
Jurnal;
Jurnal Departemen
CV. Andika Pendidikan Nasional
Jurnal
Tgl
Uraian
Debit
Tgl
Uraian
Debit
Piutang DPN
Komputer
PPN Masukan
Keluaran
PPN
550.000.000
550.000.000
50.000.000
50.000.000
500.000.000
500.000.000
Penjualan
Hutang
Komputer
tgl
tgl
Uraian
Uraian
Kas / Bank
Hutang
Komputer
PPN Keluaran
Kas / Bank
Debit
Debit
500.000.000
500.000.000
Kredit
Kredit
50.000.000
500.000.000
550.000.000
Debit
Kredit
Piutang DPN
tgl
Uraian
PPN Masukan
Kas / Bank
Kredit
Kredit
50.000.000
50.000.000
Saat penyerahan
barang kena pajak
Saat pembayaran
barang kena pajak
Saat pembayaran
PPN
Contoh Transaksi bukan dengan Pemugut
PPN:
CV. Andika menjual komputer kepada PT. IGM sebesar Rp. 500.000.000.
CV. Andika atas penjualan tersebut mengenakan PPN sebesar 10% dari
harga jual yaitu Rp. 50.000.000, sehingga total yang harus dibayar PT.
IGM adalah Rp. 550.000.000, yang terdiri dari Harga jual Rp.
500.000.000, dan PPN sebesar Rp. 50.000.000.
Jurnal;
Jurnal CV. Andika
Tgl
Uraian
Piutang PT. IGM
Debit
550.000.000
PPN Keluaran
50.000.000
Penjualan
tgl
Uraian
Kas / Bank
Uraian
PPN Keluaran
Kas / Bank
Saat penyerahan
barang kena pajak
500.000.000
Debit
Kredit
550.000.000
Piutang PT. IGM
tgl
Kredit
Saat pembayaran
barang kena pajak
550.000.000
Debit
Kredit
50.000.000
50.000.000
Saat pembayaran
PPN
Jurnal
Jurnal PT. IGM
Tgl
Uraian
Komputer
Debit
550.000.000
PPN Masukan
50.000.000
Hutang Komputer
tgl
Uraian
Hutang Komputer
Kas / Bank
Kredit
Saat penyerahan
barang kena pajak
500.000.000
Debit
Kredit
550.000.000
550.000.000
Saat pembayaran
barang kena pajak
Tata Cara Menghitung PPnBM
PPnBM = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Contoh;
PT. ABC menjual produk termasuk barang mewah seharga Rp.
10.000.000. tarif PPnBM 40%. Pajak yang harus dipungut adalah;
PPN = 10% x 10.000.000 = Rp. 1.000.000
PPnBM
= 40% x 10.000.000 = Rp. 4.000.000
Tata Cara Menghitung PPnBM
PPnBM dan PPN menjadi bagian dari harga
Contoh;
PT. ABC membeli mobil Rp. 250.000.000 termasuk PPN dan PPnBM.
PPN Terhutang
= 10/250 x (250.000.000) = Rp. 10.000.000
PPnBM
= 20/250 x (250.000.000) = Rp. 20.000.000
Total pajak terhutang = Rp. 30.000.000
Tata Cara Menghitung PPnBM
PPN dan PPnBM dalam satu transaksi
PT. Marak importir Mesin bubut sebanyak 1.000 unit dari Jerman
dengan harga impor (CIF) USD 200 / unit. Bea masuk 50%. Kurs
berdasarkan KEPMENKEU Rp. 13.000 / USD. Hitung PPN dan PPnBM
(20%).
(1.000 x $ 200 x 13.000) = Rp. 2.600.000.000
Bea Masuk 50% = Rp. 1.300.000.000
Nilai Impor = Rp. 3.900.000.000
PPN terhutang
= Rp. 390.000.000
PPnBM
= Rp. 780.000.000
Jumlah yg harus dibayar = Rp. 5.070.000.000
Tata Cara Menghitung PPnBM
PPN dan PPnBM dalam satu transaksi...
Selanjutnya mesin tsb dijual kepada PT. EFG seharga 7.000.000 / unit.
Perhitungan harga penyerahan yg harus dibayar PT. EFG.
Harga / unit Mesin
= Rp. 7.000.000
Eliminasi PPnBM per unit
(1/1000) x 780.000.000
= Rp. 780.000
DP PPN
= Rp. 6.220.000
PPN terhutang 10% x 6.220.000
= Rp. 622.000
Jumlah yg Harus dibayar PT. EFG
= Rp. 7.622.000
Faktur Pajak
Setiap pengusaha kena pajak (PKP) Wajib membuat Faktur Pajak
sebagai bukti pungutan pajak karena penyerahan BKP/JKP, atau karena
impor. Faktur pajak dibuat oleh PKP penjual. Bagi penjual merupakan
bukti pajak keluaran dan bagi pembeli adalah sebagai bukti pajak
masukan.
Jenis faktur pajak dibedakan menjadi dua yaitu :
• Faktur Pajak Standar yaitu dibuat apabila penjual dan pembeli
merupakan Pengusaha kena pajak (PKP)
• Faktur Pajak Sederhana, adalah dokumen / FAKTUR yang diterbitkan
oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP dan / atau JKP secara
langsung kepada pembeli BKP dan / atau penerima JKP yang tidak
diketahui identitasnya secara lengkap.
Faktur Pajak Standar
Faktur pajak standar sedikitnya memuat:
• Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
• Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak.
• Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga.
• Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.
• Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut;
• Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
• Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur
Pajak.
Faktur Pajak Sederhana
Faktur pajak sederhana sedikitnya memuat :
• Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak;
• Jenis dan kuantum Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang
diserahkan;
• Jumlah Harga Jual atau Penggantian yang sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai atau besarnya Pajak Pertambahan Nilai
dicantumkan secara terpisah;
• Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana.
Faktur pajak sederhana dapat berupa: bon kontan, faktur penjualan,
segi cash register, karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau
pembayaran lain yang sejenis sepajang memuat informasi di atas.
Saat Pembuatan Faktur Pajak:
• Faktur Pajak Standar yaitu paling lambat akhir bulan berikutnya setelah
bulan penyerahan BKP/JKP dan jika dilakukan pembayaran maka saat
pembayaran.
• Faktur Pajak sederhana yaitu saat penyerahan/penjualan atau jika uang
muka diterima dahulu maka saat penerimaan uang muka.
Contoh:
Tanggal 3 Januari 2016 dilakukan penjualan kredit ke PKP, maka faktur pajak
standar paling lambat dibuat tanggal 28 Februari 2016, jika sebelum tanggal
28 Februari 2016 misalnya tanggal 8 Februari sudah dilunasi maka faktur
pajak dibuat paling lambat tanggal 8 Februari 2016.
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar
Kode Transaksi (2 digit):
01-kpd Selain Pemungut PPN
02-kpd Pemungut Bendaharawan
03-kpd Pemungut PPN lainnya
Kode Cabang (3 digit). Diisi dengan nomor
cabang PKP yang menyerahkan BKP/JKP,
Contoh : Pusat = 000, Cabang Jakarta = 001,
Cabang Bandung = 002 dst
0 0 0.000–0 0.0 0 0 00 0 0 0
KODE
TRANSAKSI
KODE
CABANG
Kode Status (1 digit):
0 = Normal
KODE
1 = Penggantian
STATUS
KODE FP STANDAR
TAHUN
PENERBITAN
NOMOR
URUT
Tahun penerbitan (2 digit),
diisi tahun diterbitkan
faktur pajak, contoh : tahun
2016 ditulis 16
Nomor urut (8 digit), diisi dengan
nomor urut pembuatan faktur dimulai
00000001 setiap awal tahuN
NOMOR SERI FP STANDAR
CONTOH FAKTUR PAJAK
CONTOH FAKTUR PAJAK...
CONTOH FAKTUR PAJAK...
Cara Menghitung Pajak
Dalam Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dengan mekanisme pajak
keluaran (PK) dan pajak masukan (PM).
• Pajak Keluaran (PK) adalah PPN yang dipungut saat penyerahan/penjualan
BKP/JKP, Jadi pada saat menjual barang maka disebut pajak keluaran
sebesar 10% dari DPP, dan setiap pengusaha kena pajak yang melakukan
penyerahan BKP/JKP harus memungut Pajak Keluaran kepada pembeli.
• Pajak Masukan (PM) adalah PPN yang dibayar pada saat pembelian
BKP/JKP, Jadi pada saat membeli barang disebut Pajak Masukan sebesar
10% dari DPP
Pajak yang harus dibayar adalah PK – PM yaitu jumlah pajak keluaran
dikurangi pajak masukan dalam bulan tersebut atau disebut pengkreditan
pajak masukan.
Prinsip dasar pengkreditan Pajak masukan
adalah sebagai berikut:
• Pajak masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran
untuk Masa Pajak yang sama.
• Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak
Masukan tetap dapat dikreditkan.
• Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Keluaran lebih besar
daripada jumlah Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan PPN yang
wajib dibayar oleh PKP.
• Apabila dalam suatu Masa Pajak, jumlah Pajak Masukan lebih besar
daripada jumlah Pajak keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan
Pajak Masukan yang dapat diminta kembali atau dikompensasikan ke Masa
Pajak berikutnya.
Prinsip dasar pengkreditan Pajak masukan
adalah sebagai berikut:
• Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan untuk
perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha melakukan penyerahan kena pajak.
• Meskipun berhubungan langsung dengan kegiatan usaha menghasilkan
penyerahan kena pajak, dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan
Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, misalnya:
• Transaksi menggunakan Faktur Pajak Sederhana
• Transaksi menggunakan Faktur Pajak Standar namun tidak memenuhi
ketentuan (Faktur Pajak cacat)
• Masa pengkreditan Pajak Masukan telah melewati jangka waktu 3 (tiga)
bulan sejak berakhirnya Masa Pajak diterbitkannya Faktur Pajak
Contoh:
PT. GM bergerak dibidang distributor alat listrik, transaksi dalam bulan
Januari 2016 sbb :
• Tanggal 3/1 membeli barang dagangan senilai Rp. 15.000.000 tidak
termasuk PPN
• Tanggal 5/1 menjual barang dagangan senilai Rp. 10.000.000 tidak
termasuk PPN,
• Tanggal 7/1 menjual barang dagangan senilai Rp. 20.000.000 tidak
termasuk PPN,
Berapa Pajak Keluaran dan Masukannya?
Jawaban:
Pajak Keluaran (10% dari penjualan) yaitu:
• 10% X Rp. 10.000.000 (2) = 1.000.000
• 10% X Rp. 20.000.000 (3) = 2.000.000
• Jumlah Pajak Keluaran
= 3.000.000
Pajak Masukan (10% dari Pembelian) yaitu:
• 10% X Rp. 15.000.000 (1) = 1.500.000
Jadi jumlah Pajak keluaran yang harus dipungut oleh PT. GM pada saat
penjualan sebesar Rp. 3.000.000 sedangkan Pajak Masukan yang
dilakukan pada saat pembelian adalah Rp. 1.500.000 sehingga Pajak
yang harus dibayar ke kas negara adalah (PK-PM) yaitu;
Rp. 3.000.000 – Rp. 1.500.000 = Rp. 1.500.000,-
Akuntansi Pajak
PK
PM
TGL
JURNAL;
20/02/2016
URAIAN
PPN KELUARAN
DEBIT
3.000.000
PPN MASUKAN
1.500.000
KAS / BANK
1.500.000
PK
PM
KREDIT
Latihan Pengisian SPT Masa PPN :
• Nama
: PT Inti Daya
• NPWP
: 01.123.456.7-616.000
• Alamat
: Jl. Arif Rahman Hakim 17, Surabaya
• Jenis usaha : Distribusi alat - alat rumah tangga
• Pimpinan
: Anton
Transaksi yang berhubungan dengan
penjualan :
• Tanggal 2 Februari melakukan penjualan ke PT Anda NPWP 01.222.222.2617.000 sebesar Rp. 50.000.000,- belum termasuk PPN, atas penjualan
tersebut telah dibuatkan faktur pajak tanggal 10 Februari 2016 nomor :
010.000.16.00000002
• Tanggal 4 Februari melakukan penjualan ke PT Baru NPWP 01.333.333.3618.000 sebesar Rp. 40.000.000,- belum termasuk PPN, atas penjualan
tersebut telah dibuatkan faktur pajak tanggal 11 Februari 2016 nomor urut
: 010.000.16.00000003
• Tanggal 11 Februari, melakukan penjualan kepada Departemen Keuangan
(instansi pemerintah sebagai pemungut PPN) sebesar Rp. 100.000.000,dan tagihan dimasukkan tanggal 27 Februari 2016, nomor urut faktur;
020.000.16.00000004
Transaksi berhubungan dengan pembelian :
• Tanggal 1 Februari 2016 membeli barang dari PT Caca dengan NPWP
01.444.444.4-619.000 sejumlah Rp. 80.000.000,- dan faktur pajak
tertanggal 10 Februari 2016. Nomor 010.000.16.00000017
• Tanggal 17 Februari 2016 membeli barang dari PT Data dengan
NPWP 01.555.555.5-619.000 sejumlah Rp. 90.000.000,- dan faktur
pajak tertanggal 10 Februari 2016. Nomor 010.000.16.00000012
• Tanggal 25 Februari 2016 membeli barang dari PT Eva dengan NPWP
01.666.666.6-619.000 sejumlah Rp. 100.000.000,- dan faktur pajak
tertanggal 10 Maret 2016. Nomor 010.000.16.00000013
Diminta;
1. Hitung PPN Terutang untuk Masa Februari 2016
2. Isikan transaksi - transaksi di atas dalam SPT Masa PPN Februari
2016
* Ingat
1. Dalam pengisian SPT Masa PPN sesuai tanggal faktur pajak
2. Dalam harga di atas belum termasuk PPN
Download