ANALISIS KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) TERHADAP PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA/MA KOTA BLITAR Ika Widya Pranandari, Istamar Syamsuri, dan Susilowati Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Kepala sekolah berperan penting pada pembelajaran abad 21 dalam peningkatan mutu pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kompetensi kepala sekolah dalam MBS terhadap pembelajaran biologi di SMA/MA kota Blitar. Data dikumpulkan dengan analisis dokumen, wawancara kepada lima kepala sekolah, dan angket dari 15 guru biologi, dan dianalisis dengan teknik deskriptif dan kualitatif. Berdasarkan analisis data, menunjukkan bahwa secara umum semua kompetensi telah dilaksanakan dengan baik melalui cara yang berbeda-beda. Kata kunci: kompetensi kepala sekolah, MBS, pembelajaran biologi Sekolah merupakan institusi paling depan dalam menjalankan proses pendidikan. Pendidikan secara makro pada akhirnya akan bermuara pada sekolah melalui pembelajaran. Sekolah dikepalai oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah sangat berperan dalam mengerakkan berbagai komponen di sekolah sehingga proses belajar mengajar di sekolah itu berjalan dengan baik. Sekolah dituntut memiliki kepala sekolah yang berkompeten demi lancarnya proses pembelajaran begitu juga dalam proses dalam bidang sosial dengan masyarakat (Suhardiman, 2011). Mutu pendidikan sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan mendapat banyak perhatian. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan pelatihan bagi guru sebagai upaya peningkatan kompetensi dalam mengajar, perbaikan sarana prasarana dan pengadaan buku pelajaran. Hal tersebut tentu harus didukung dengan kerja kepala sekolah sebagai pemimpin dalam sekolah untuk merencanakan pengembangan sekolah demi meningkatkan mutu pendidikan. Kepala sekolah didukung oleh peran lain demi kelancaran pelaksanaan pendidikan. Peran lain itu antara lain guru, karyawan, siswa, orang tua siswa dan tokoh masyarakat yang didorong untuk ikut terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi yang diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan (Mulyasa, 2004). Menurut Mulyasa (2004), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompokkelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya MBS, sekolah memiliki keluwesan dalam meningkatkan mutu sekolah. Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan 1 2 Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran sebagai manajer di sekolah. Manajer sekolah diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya (Mulyasa, 2004). Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang terencana. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi unggul. Menurut Dharma dalam Suhardiman (2011) peran kepala sekolah pada abad 21 lebih banyak berpartisipasi pada pembelajaran, yaitu 91%. Artinya di sini peran kepala sekolah sangat tinggi dalam menunjang pembelajaran sehingga peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah menurut Permendiknas No 13 Tahun 2007 meliputi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial (Depdiknas, 2007). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Carin dalam Afnidar (2012), memiliki tiga komponen utama yaitu produk, proses, dan sikap. Biologi merupakan bagian dari IPA. Pada proses pembelajaran biologi, diperlukan cara yang berbeda dengan pembelajaran lain, oleh karena itu perlu didukung adanya perencanaan yang baik di tingkat sekolah. Pada pembelajaran biologi, diperlukan beberapa peralatan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan proses ilmiah. Tingginya kebutuhan peserta didik akan layanan dalam menunjang pembelajaran, menuntut sekolah memiliki program yang jelas dan terencana, oleh karena itu dibutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar berkompeten dalam memimpin suatu sekolah demi lancarnya pembelajaran itu sendiri karena majunya suatu sekolah tak hanya didukung dengan adanya fasilitas dan kondisi sekolah yang lengkap tetapi juga pada proses serta hasil pembelajaran yang berlangsung di sekolah tersebut. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Data yang diperoleh berupa deskripsi verbal yang akan dianalisis secara kualitatif. Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaku sekaligus pengumpul data. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat penuh. Peneliti melakukan observasi serta wawancara secara langsung pada subjek penelitian. Penelitian dilakukan di tiga Sekolah Menengah Atas yang berada di kota Blitar baik sekolah negeri ataupun swasta dan dua Madrasah Aliyah dengan pengambilan sampel secara purposive random sampling berdasarkan jenis sekolah dari keseluruhan sekolah yang ada di kota Blitar. Sekolah yang dijadikan sampel adalah: (1) MAN Kota Blitar di Jalan Jati No 78, (2) MAS Maarif Nahdlatul Ulama Blitar di Jalan Ciliwung No 52, (3) SMAN 1 Blitar di Jalan Ahmad Yani No 94, (4) SMAN 2 Blitar di Jalan Citarum, dan (5) SMA Muhammadiyah Blitar di jalan Cokroaminoto No 3. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari pihak pertama yaitu kepala sekolah yang diperoleh dengan teknik wawancara. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain yang telah dikumpulkan, yaitu hasil angket guru biologi, dokumen sekolah dan dokumen foto. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan proses: studi kepustakaan, wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Wawancara 3 dilakukan dengan pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan . Angket diberikan kepada guru biologi untuk mengetahui kompetensi kepala sekolah dan keadaan sarana prasarana (laboratorium biologi dan perpustakaan) menurut pandangan guru. Angket dianalisis dengan rumus dan ditentukan nilainya yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Rentang Persentase dan Tingkat Keberhasilan Kompetensi Kepala Sekolah Persentase Keberhasilan 80%-100% Tingkat Keberhasilan Sangat baik 66%-79% Baik 56%-65% Cukup 40%-55% Kurang 0-39% Sangat kurang (Diadaptasi dari Arikunto, 1999) Analisis data dilakukan secara kualitatif, dimulai dengan menelaah seluruh data, kemudian reduksi data lalu pengelolaan dan terakhir penarikan kesimpulan atau verifikasi. HASIL Hasil wawancara kepala sekolah mengenai kualifikasi umum disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Skor Kualifikasi Umum Kepala Sekolah Sekolah 2 SMA Muhammadiyah Blitar 1 MAN Kota Blitar 2 MAS Maarif NU Blitar 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 SMAN 1 Blitar SMAN 2 Blitar 2 Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggitingginya 56 tahun Memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing Sub Variabel Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (DIV) kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi 4 Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) Total Skor 3 3 3 3 - 11 11 10 11 8 Keterangan : (-) = non PNS Dari Tabel 2 diketahui bahwa kualifikasi umum kepala sekolah telah terpenuhi dengan skor berkisar 8-11. Tabel 3 memperlihatkan hasil wawancara kepala sekolah mengenai kompetensi kepala sekolah. Tabel 3 Temuan Penelitian Hasil Wawancara Kompetensi Kepala Sekolah Lokasi Kompetensi Kepriba dian Sosial SMAN 1 SMAN 2 Menjadi guru model ketika kegiatan MGMP, memberi keteladanan pada guru dan siswa Memberikan contoh pada guru dg datang lebih pagi, mengerjakan tugas tepat waktu Membina hubungan baik dg alumni & menghargai peran seluruh stakeholder. Hasil dari alumni antara lain green house untuk mendukung pembelajaran biologi Membina hubungan baik antar sesama guru dan membuat acara dengan melibatkan masyarakat SMA Muhamma diyah Memberi contoh pada guru dan siswa dg datang lebih pagi dan biasanya pulang paling akhir Melakukan kerja sama dg pihak lain, misalnya dg RS Aminah untuk kerja sama dlm praktek kepera watan siswa dan peralatan UKS serta pe ngobatan ri ngan bagi siswa dan guru MAN MAS Maarif NU Mengedepan kan akhlakul karimah Menjadi panutan bagi seluruh masyara kat sekolah serta senantiasa me ngembangkan karakter untuk melaksanakan visi misi seko lah Mengutama kan adannya kebersamaan antara kepala, guru, karyawan, dan siswa. Memiliki program GNOTA dan acara sosial Berusaha menge tahui dan mema hami kapasitas seluruh tenaga pendidik dan kependidikan termasuk siswa dan walinya dg cara pertemuan rutin 5 Lokasi SMAN 1 SMAN 2 Dengan 2 cara, yaitu langsung ke KS dan dg cara pendelega sian pada tim audit internal dan waka kurikulum Dengan cara kunjungan kelas kemudian dilanjutkan dengan diskusi individu, pembinaan guru setiap hari senin Kewirausa haan Memberdaya kan inovasi pada kegiatan ekskul, misalnya ekskul olimpiade mengadakan lomba sains antar SMP Memberikan inovasi untuk me ngembang kan potensi sekolah, seperti koperasi dan kantin, mem berdayakan greenhouse yang dimi liki sekolah Manajerial Memberdaya kan semua warga sekolah untuk mengatasi masalah sekolah. Untuk meningkat Menyusun program kerja dan anggaran sekolah karena anggaran sekolah saat ini terbatas. Untuk meningkatka n mutu pendidikan biologi diadakan pelatihan dan pembinaan guru, mengadakan pelatihan olimpiade bagi siswa Kompetensi Supervisi kan mutu pendidikan biologi memiliki program olimpiade biologi, bimbingan karya ilmiah, peningkatan kualitas guru biologi, serta mengadakan program tutorial temsn sebaya. SMA Muhamma diyah Dilakukan pada tenaga pendidik dan kependidikan. Dilakukan dengan membuat jadwal kunjungan kelas kemudian pelaksanaan kunjungan dan evaluasi individu. MAN MAS Maarif NU Dilakukan dengan memberikan penjaringan aspirasi oleh guru kemudian dievaluasi kepala sekolah Mengisi buku monev dg bantuan kritik dan saran dari siswa serta hasil rapat direktorat dan satminkal (satuan minimal pangkalan) Memberdaya kan potensi sekolah dengan memiliki usaha mandiri seperti koperasi dan penyewaan kantin pada pihak luar Memiliki program usaha, yaitu koperasi Mendayaguna kan seluruh potensi madrasah dan mengelola beberapa unit usaha seperti koperasi, fotokopi, katering. Membuat program dan perencanaan sekolah. Untuk meningkat kan mutu pendidikan biologi, barubaru ini mengadakan pembangunan laboratorium IPA karena sebelumnya dinilai kurang layak. Pembinaan siswa untuk olimpiade serta KIR Penataan program pengemba ngan sekolah dengan mem berikan kewenangan kepada tena ga yang ber kemampuan dibidangnya masing-ma sing. Untuk meningkat kan mutu pendidikan biologi, dia dakan pela tihan guru, pengadaan greenhouse, serta pelatihan olimpiade dan KIR Mendistribusi kan seluruh pekerjaan yang terkait dg KBM kepada pihak yang berkemam puan melalui job description. Untuk mening katkan mutu pendidikan biologi, terdapat bimbingan dan pelatihan bagi guru, pelatihan olimpiade, me miliki tempat penyidikan natural, pelati han KIR, memi liki reaktor biodigester serta terdapat IPAL sebagai sarana pembelajaran siswa. 6 Tabel 4 memperlihatkan hasil angket kompetensi kepala sekolah. Tabel 4 Hasil Angket Kompetensi Kepala Sekolah Kompetensi I II III IV V 83% sangat baik 78% baik 79% baik 82% sangat baik 82% sangat baik 90% sangat baik 79% baik 78% baik 78% baik 85% sangat baik SMA Muhammadiyah Blitar 75% baik 75% baik 75% baik 69% baik 75% baik MAN Kota Blitar 78% baik 87% sangat baik 86% sangat baik 90% sangat baik 92% sangat baik 75% baik 75% baik 75% baik 75% baik 75% baik Sekolah SMA Negeri 1 Blitar SMA Negeri 2 Blitar MAS Maarif NU Blitar Keterangan : I : kompetensi kepribadian II : kompetensi sosial III : kompetensi supervisi IV : kompetensi kewirausahaan V : kompetensi manajerial Tabel 5 memperlihatkan hasil angket sarana prasarana laboratorium biologi dan perpustakaan. Tabel 5 Hasil Angket Sarana Prasarana (Laboratorium Biologi dan Perpustakaan) Sarana Prasarana Laboratorium Biologi Perpustakaan SMA Negeri 1 Blitar 81% (sangat baik) 76% (baik) SMA Negeri 2 Blitar 73% (baik) 69% (baik) SMA Muhammadiyah Blitar 67% (baik) 75% (baik) MAN Kota Blitar 83% (sangat baik) 85% (sangat baik) MAS Maarif NU Blitar 54% (kurang) 75% (baik) Sekolah Dari Tabel 3, 4, dan 5 diperoleh hasil bahwa sebagian besar kompetensi kepala sekolah di Blitar sudah baik, namun ada beberapa kekurangan yang menyebabkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran biologi kurang lancar. Kurang lengkapnya alat dan bahan untuk praktikum dan bangunan laboratorium yang masih belum terpisah, serta minimnya buku biologi di perpustakaan menjadi kendala pelaksanaan pembelajaran biologi. PEMBAHASAN Pada lima sampel yang telah dianalisis, semua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengimplementasikan kompetensi kepribadian namun pada 7 intinya semua sama-sama saling mengembangkan kompetensi kepribadiannya masing-masing. Implementasinya antara lain memberikan keteladanan dalam hal disiplin waktu dengan datang di sekolah lebih awal, memberikan contoh prestasi untuk merangsang prestasi dari siswa, memberikan contoh yang baik dalam bersikap. Implementasi kepribadian ini tentunya juga diasah oleh kepala sekolah dengan mengikuti workshop dan pelatihan-pelatihan, mengikuti kegiatan outbond yang diselenggarakan oleh Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Menurut Mulyasa (2004), untuk mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuhkembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif. Dalam implementasi kompetensi sosial, semua kepala sekolah telah melakukannya secara baik dengan cara-cara yang berbeda pula. Di MAS Maarif NU Blitar, diimplementasikan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat ketika masyarakat membutuhkan bantuan dalam hal memberi tausyiah atau pengisi acara, di SMA Negeri 1 Blitar menekankan pada membina hubungan baik antara sekolah dengan para alumni dalam pengembangan program sekolah, misalnya pemberian bantuan sarana prasarana seperti greenhouse, di MAN Kota Blitar dan SMA Negeri 2 Blitar mengadakan acara dengan melibatkan masyarakat setempat, sedangkan di SMA Muhammadiyah membina kerja sama dengan rumah sakit dalam hal membantu pengobatan siswa dan bantuan untuk tenaga pengajar dalam hal keperawatan. Menurut Fattah (2003), partisipasi masyarakat terhadap sekolah dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi pada masyarakat dengan memberikan kontribusi baik material, kontrol manajemen, pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi sekolah. Menurut Mulyasa (2004), tujuan hubungan antara sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu kepentingan sekolah dan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kepentingan sekolah bertujuan untuk (a) memelihara kelangsungan hidup sekolah, (b) meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, (c) memperlancar kegiatan belajar-mengajar, dan (d) memperoleh bantuan dan dukungan dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program sekolah. Berdasarkan kebutuhan masyarakat adalah untuk (a) memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (b) memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, (c) menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, dan (d) memperoleh kembali anggota masyarakat yang terampil. Supervisi yang dilakukan pada sekolah sampel memiliki berbagai cara. Di SMA Muhammadiyah dan SMA Negeri 2 Blitar supervisi dilakukan dengan membuat jadwal supervisi terlebih dahulu kemudian pelaksanaan supervisi, lalu tindak lanjut dari hasil supervisi. Teknik supervisi di ketiga sampel lain (SMA Negeri 1 Blitar, MAS Maarif Blitar, dan MAN Kota Blitar) hanya menggunakan teknik pertemuan individu dan rapat guru biologi. Menurut Mulyasa (2004) teknik supervisi ada lima, yaitu kunjungan dan observasi kelas, pembicaraan individual, diskusi kelompok, demonstrasi mengajar, dan perpustakaan profesional. Sahertian (2008) menjelaskan bahwa pelaksanaan observasi kelas melalui beberapa tahap, 8 yaitu persiapan observasi kelas, pelaksanaan observasi kelas, penutupan pelaksanaan observasi kelas, penilaian hasil observasi, dan tindak lanjut. Teknik supervisi yang lain adalah dengan metode rapat guru. Menurut Burhanuddin (1994), rapat guru adalah suatu pertemuan antara guru dengan kepala sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah atau oleh seseorang yang ditunjuk kepala sekolah. Rapat biasanya membicarakan tentang penyelenggaraan pendidikan terutama proses belajar mengajar. Dari pelaksanaan supervisi ini kepala sekolah dapat mengetahui kendala apa yang dialami guru serta kekurangan yang dimiliki oleh sekolahnya, sehingga kualitas pembelajaran akan semakin meningkat. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan guru, dengan kata lain kepala sekolah hendaknya melaksanakan supervisi secara efektif. Hasil analisis mengenai kompetensi kewirausahaan, semua kepala sekolah memang telah mengimplementasikannya dengan cara yang berbeda-beda. Untuk SMA Negeri 1 Blitar mengimplementasikannya dengan memberikan inovasiinovasi dalam pemberdayaan kegiatan ekstrakurikuler misalnya pengadaan lomba sains untuk mendapat dana tambahan. Di SMA Negeri 2 Blitar, SMA Muhammadiyah Blitar, dan MAN Kota Blitar diwujudkan dengan mengelola apa yang dimiliki oleh sekolah (potensi yang ada di sekolah). Untuk MAS Maarif NU Blitar, dengan memberdayakan biodigester yang dimiliki sekolah untuk menghasilkan biogas yang digunakan memasak di kantin sekolah. Dalam implementasi kompetensi ini tentunya kepala sekolah harus memiliki pengetahuan yang luas serta skill dalam memberdayakan potensi sekolah. Menurut Depdiknas (2009), kepala sekolah sebagai seorang wirausaha yang sukses harus memiliki tiga kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sifat lewirausahaan. Dimensi kompetensi kewirausahaan meliputi (1) menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah, (2) bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif, (3) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah, (5) pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah, dan (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik. Dalam implementasi kompetensi manajerial pada intinya di semua sekolah sama, yaitu penyusunan program kerja sekolah dengan memberdayakan potensi yang ada di sekolah dimana kepala sekolah memberikan kewenangan kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kemampuan dalam membantu kerja kepala sekolah seperti wakil kepala (waka) kurikulum, humas, kesiswaan, dan sarana prasarana. Dalam pemilihan waka tentunya dibutuhkan strategi yang tepat agar nantinya didapatkan hasil yang baik pula. Menurut Mulyasa (2004), fungsi kepala sekolah sebagai manajer harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Dengan adanya kesempatan dari kepala sekolah dengan pemberian kewenangan, misalnya guru yang merangkap menjadi waka, secara tidak langsung kemampuannya akan semakin terasah dan juga mendorong keterlibatannya dalam program sekolah. Tak hanya pemilihan waka tetapi juga untuk merancang 9 program demi kelancaran pembelajaran yang dilakukan oleh guru, misalnya dengan memanfaatkan greenhouse, biodigester, Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran. Selain itu juga program pembinaan siswa untuk persiapan olimpiade. Sebagai seorang kepala sekolah, tentunya harus memiliki kompetensi manajerial dalam mendukung perannya sebagai manager. Peran manajerial kepala sekolah menurut Katz dan Kahn dalam Agus (2010), dibagi menjadi tiga area utama: teknis, melibatkan perencanaan yang baik, pengorganisasian, koordinasi, pengawasan, dan teknik pengawasan; hubungan manusia, berurusan dengan hubungan antar manusia dan keterampilan orang-orang, baik memotivasi dan semangat membangun keterampilan, dan konseptual, menekankan pengetahuan dan keterampilan teknis yang terkait dengan layanan (atau produk) dari organisasi. Dari pernyataan tersebut, terlihat bahwa ada hubungan antara kompetensi manajerial, supervisi, dan sosial. KESIMPULAN DAN SARAN Implementasi kompetensi kepala sekolah dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA/MA Kota Blitar secara umum dilaksanakan dengan baik. Seluruh kepala sekolah memiliki cara tersendiri dalam mengimplementasikan kompetensinya. Dari keseluruhan kompetensi, kompetensi supervisi dinilai memiliki kendala yang paling banyak, antara lain karena faktor beberapa guru enggan disupervisi, dan juga kepala sekolah merasa segan kepada guru-guru yang merupakan teman sendiri. Hal ini diatasi dengan cara saling mengerti dan tanggung jawab antara guru dengan kepala sekolah. Dalam hubungannya dengan pembelajaran biologi, telah diimplementasikan kompetensi manajerial kepala sekolah yang baik untuk menyusun anggaran belanja dan optimalisasi fungsi laboratorium biologi serta perpustakaan. Hal ini terlihat pada kelancaran pembelajaran biologi telah didukung dengan adanya perencanaan program yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti adanya greenhouse, pembinaan olimpiade, karya ilmiah remaja (KIR), terdapatnya Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) dan biodigester yang dapat dimanfaatkan siswa dan guru. Akan tetapi terdapat kendala yang dihadapi dalam pembelajaran biologi, yaitu bangunan laboratorium yang belum terpisah sehingga membutuhkan jadwal khusus untuk pemakaian laboratorium dengan pelajaran lain. Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan saran yang berhubungan dengan implementasi kompetensi kepala sekolah. Adapun saran-saran yang dikemukakan adalah kepala sekolah untuk lebih mampu mendorong tenaga pendidik dan kependidikan untuk mentaati keputusan yang telah diambil bersama, seperti keputusan mengenai rancangan program untuk pembelajaran biologi. Kepala sekolah juga harus lebih inovatif dalam mendayagunakan potensi sekolah untuk mendukung pengembangan sekolah karena saat ini pendanaan sekolah sangat dibatasi oleh pemerintah daerah. Untuk pelaksanaan supervisi, seharusnya dilakukan dengan tertib sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan bersama dengan tanggung jawab masing-masing pihak. Untuk guru biologi harus lebih aktif dalam memberikan inovasi-inovasi kepada kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran biologi seperti penjaringan aspirasi guru dalam menunjang pembelajaran biologi, memberikan inovasi dalam pembelajaran biologi di kelas, dan inovasi dalam mengasah kreatifitas siswa dengan mengikutkan siswa ke berbagai lomba sains. 10 DAFTAR RUJUKAN Afnidar. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri dan Kepercayaan Diri terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Biologi Siswa pada Topik Pencemaran Lingkungan di SMA Negeri 1 Mutiara Pidie. (online), (http://digilib.unimed.ac.id/pengaruh-strategipembelajaran-inkuiri-dan-kepercayaan-diri-terhadap-hasil-belajar-biologidan-keterampilan-proses-sains-biologi-siswa-pada-topik-pencemaranlingkungan-di-sma-negeri-1-mutiara-pidie-22621.pdf), diakses tgl 10 Juni 2013. Agus, N. 2010. Strategi Mengembangkan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah. (online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Strategi%20Mengembangkan%20 Kompetensi%20Manajerial%20Kepala%20Sekolah.pdf), diakses tanggal 20 Mei 2013. Arikunto, S. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta:Bumi Aksara. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Depdiknas. 2009. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Dimensi Kompetensi Kewirausahaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. Fattah, N. 2003. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sahertian, P. A. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suhardiman, B. 2011. Studi Kinerja Kepala Sekolah. Jurnal UPI , 2: 246-255 (Online), (http://perpustakaan.upi.edu/jurnalUPI/pendidikan/2011/studikinerja-kepala-sekolah/), diakses tanggal 21 Maret 2012.