PEMUPUKAN KELAPA SAWIT R & D DEPARTMENT PT. SENTANA ADIDAYA PRATAMA November – 2015 1 I. LATAR BELAKANG Pemupukan kelapa sawit adalah pelaksanaan atau aplikasi pupuk di lapangan yang merupakan bagian dari manajemen pemupukan secara keseluruhan mulai dari penyusunan rekomendasi pemupukan, pengadaan pupuk serta aplikasinya di lapangan. Pedoman teknis ini secara khusus dan singkat dibuat untuk keperluan para pekebun dalam pelaksanaan pemupukan kelapa sawit mulai dari pembibitan sampai di lapangan. Pengaplikasian bahan pembenah tanah di lapangan untuk lahan-lahan tertentu dikemukakan juga dalam pedoman ini. Jenis dan dosis pupuk dan/atau pembenah tanah yang diaplikasikan di kebun harus didasarkan kepada rekomendasi pemupukan yang telah disusun oleh para rekomendator. II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman kelapa sawit yang dosis dan jenisnya diselaraskan dengan kondisi tanah dan kelas kesesuaian lahannya serta tahap pertumbuhan kelapa sawit. Tujuannya adalah agar tanaman kelapa sawit secara vegetatif tumbuh optimal dan pada saatnya dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang berkualitas baik sesuai dengan target yang diharapkan. TBS yang berkualitas baik berasal dari kelapa sawit unggul se-hingga dapat memberikan rendemen minyak sawit yang optimal sesuai dengan umur tanamannya. III. TAHAP PELAKSANAAN Semua jenis pupuk maupun bahan pembenah tanah (jika diperlukan) harus sudah ada di gudang kebun dan telah dicheck kondisi fisik serta kandungan unsur haranya paling lambat 2 minggu sebelum aplikasinya di lapangan. Pelaksanaan pemupukan meliputi pemupukan di pembibitan dan di lapangan. 1. Pemupukan di Pembibitan 1.1. Pemupukan pada pembibitan awal (pre-nursery) Pemupukan pada pembibitan awal atau pre-nursery (PN) dilakukan setiap minggu sampai dengan bibit berumur 3 bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk 2 majemuk yang mengandung nitrogen (N) dan fosfor (P) tinggi yaitu pupuk majemuk dengan kandungan N, P2O5, K2O dan MgO pada formula 15-15-6-4 dengan konsentrasi 0,25% atau 2,5 g/l air (Tabel 1). Dosis pupuk melalui daun adalah 10 cc/bibit/minggu, atau setiap liter larutan dapat digunakan memupuk melalui daun (foliar application) untuk 100 bibit. Dengan konsentrasi yang sama, sebagai penggantinya dapat digunakan pupuk daun yang khusus untuk kelapa sawit di PN. Pemilihan jenis dan penetapan dosis pupuk di PN serta pupuk koreksinya sangat tergantung dari kondisi media tanam dan kondisi kecambah yang akan dipelihara. Jika daun bibit menunjukkan gejala defisiensi hara tertentu misalkan jika klorosis akibat kekahatan (defisiensi0 hara nitrogen (N) maka pengawas pembibitan harus se-gera tanggap memberikan tambahan (suplement) pupuk N secukupnya atas saran rekomendator . Secara umum jika tanah di polibeg merupakan top soil maka dosis dan jenis pupuk yang tertera pada Tabel 1 sudah cukup memadai. Top soil adalah tanah lapisan atas yang diambil dari Horizon A yaitu lapisan tanah paling atas yang mengandung bahan organik cukup dan berwarna coklat kehitaman sampai hitam serta berstruktur remah dan tidak mengadung kerikil/batuan atau bakan kasar lainnya. Jika lahan perkebunan berada di lahan gambut, maka gambut saprik (gambut yang sudah sempurna melapuk) dapat digunakan sebagai media pembibitan. Pemupukan melalui daun dapat dilakukan jika benar-benar diperlukan, namun pengawasan harus extra ketat karena daun kelapa sawit di bibitan sangat rentan kekeringan atau plasmolisa jika kelebihan dosis. Waktu penyemprotan pupuk sebaiknya dilakukan pada pagi menjelang siang hari yaitu setelah penyiraman rutin dan tidak boleh dilakukan penyiraman selanjutnya selama 12 jam. Saat-saat tidak boleh memu-puk memalui daun adalah jika cuaca sangat panas atau sangat kering atau bibit dalam keadaan stres karena baru ditanam atau stres akibat lain. Aplikasi pemupukan dengan dosis rendah dengan frekuensi tinggi (sering) biasanya memberikan pengaruh lebih baik kepada bibit daripada pemberian dosis tinggi dan frekuensi rendah (tidak sering) aplikasinya. Alat semprot bibit yang biasa digunakan adalah knapsack tipe Solo dengan nozzle TX4 hollow cone yang diatur pada tekanan tinggi. 3 1.2. Pemupukan di pembibitan utama (main nursery) Bibit normal yang sudah berumur 4 bulan sudah dapat dipindahkan ke main nursery (MN). Rujukan pemupukan di MN dapat mengacu pada Tabel 1. Di MN, bibit kelapa sawit dipelihara sampai umur 14 bulan. Jika tanah isian polibeg merupakan top soil yang baik dan pemeliharaan bibitan cukup optimal, biasanya dosis pupuk yang tercantum pada Tabel 1 sudah cukup memadai, atau dengan perkataan lain, koreksi pupuk tidak perlu dilakukan baik berupa pupuk atau bahan pembenah tanah. Pemupukan pada bibit di MN yang telah melewati umur 14 bulan tidak efektif karena akar kelapa sawit sudah memenuhi volume polibeg. Tabel 1. Jenis dan dosis pupuk di Pembibitan Awal dan Pembibitan Utama Umur Bibit (bln) Jenis dan dosis pupuk NPK 15-15-6-4 NPK 12-12-17-2 (g/bibit/bln) Keterangan Kieserit (g/bibit/bln) Pre Nursery (PN) 1 s/d 3 2,5 g/lair /100bibit /minggu - - 10cc/bibit/minggu Main Nursery (MN) 4 - - - - 5 - 7,5 2,5 - 6 - 15 2,5 - 7 - 25 5,0 - 8 - 30 5,0 - 9 - 30 5,0 - 10 - 35 7,5 - 11 - 35 7,5 - 12 - 35 7,5 - 13 - 40 10,0 - 14 - 40 10,0 - 4 2. Pemupukan di Lapangan Pemupukan di lapangan dimulai pada dari saat tanam, masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dan masa tanaman menghasilkan (TM). 2.1. Pada Saat Tanam Pemupukan pada saat tanam yang harus dilakukan pemberian pupuk fosfat alam yang berfungsi di samping sebagai pembenah tanah juga sebagai pupuk. Fungsi pemberian fosfat alam adalah untuk meciptakan reaksi tanah ke arah netral di areal perakaran serta memberikan unsur hara fosfor (P), sehingga pertumbuhan perakaran kelapa sawit dan perkembangannya akan sempurna. Dosis fosfat alam sebesar 500 – 750 g per lobang tanam direkomendasikan tergantung dari tingkat kemasaman tanah. Cara aplikasinya adalah dicampur merata dengan tanah di lobang tanam pada saat penanaman. 2.2. Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pemberian pupuk pada TBM sudah dapat dimulai setelah tanaman kelapa sawit berumur 1 sampai 3 bulan di lapangan atau pada saat awal rotasi rutin pemupukan yang direkomendasikan di lapangan. Tabel 2. Pedoman umum dosis pupuk pada TBM kelapa sawit Jika digunakan pupuk majemuk 12-12-17-2 (kg/ph/th) Urea TSP MOP Kieserit TBM 0 1 – 1,5 0,25-0,50 0,25-0,50 0,75-1,00 0,25-0,50 TBM 1 1,5 – 2,0 0,50-0,75 0,50-0,75 1.00-1,25 0,25-0,50 TBM 2 2,0 – 2,5 0,75-1,00 0,75-100 1,25-1,50 0,25-0,50 TBM 3 2,5 – 3,0 1,00-1,25 1,00-1,25 1,50-1,75 0,25-0,50 Umur Tanaman Jika digunakan pupuk tunggal (kg/ph/th) Catatan: Ketepatan dosis pupuk untuk setiap unsur hara selanjutnya akan tergantung dari hasil analisa tanah; walaupun digunakan pupuk majemuk dimungkinkan perlu suplemen pupuk tunggal tertentu Jika terdapat gejala kahat unsur mikro, misalnya hara boron (B) dapat diberikan pupuk borate dengan dosis berkisar 25-50 g/ph/th. Pupuk majemuk yang dapat digunakan adalah pupuk-pupuk yang mudah larut seperti misalnya pupuk majemuk 12-12-17-2 (Tabel 2) atau formula lain tergantung status hara tanah. Pupuk-pupuk tunggal dapat juga digunakan, namun akan me- 5 nambah biaya pemupukan dan biasanya tidak setiap jenis pupuk tunggal tersebut telah ada di gudang pada saat yang bersamaan. 2.3. Pada Tanaman Menghasilkan (TM) Jika tanaman kelapa sawit sudah menginjak umur 4 tahun (pada awal bulan ke 37 setelah penanaman) umumnya sudah dapat dikatakan telah berada pada masa TM. Pada tanah-tanah subur dengan persiapan lahan serta pemeliharaan tanaman yang prima, bahkan masa TM dapat dipercepat beberapa bulan. Penentuan jenis dan dosis pupuk pada masa TM harus didahului dengan penyusunan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pemupukan mengikuti tahapan penentuan leaf sampling unit (LSU), pengam-bilan sampel tanah dan daun di setiap LSU, analisa tanah dan tanaman (terutana daun), dan penentuan jenis dan dosis pupuk itu sendiri. Pengambilan sampel daun untuk rekomendasi pemupukan harus sudah dimulai paling lambat 3 bulan sebelum tanggal tabur pupuk. Prinsip umum dalam pemupukan pada masa TM adalah sebagai berikut: Oleh karena tanaman sudah semakin besar dan memerlukan hara yang lebih tinggi khususnya hara K (kalium), maka diperlukan dosis K yang lebih tinggi dibanding unsur hara lainnya. Peran utama hara K dalam hal ini adalah menguatkan jaringan tanaman serta menstimulir serapan semua unsur hara lain (termasuk K) dari dalam tanah, Jika digunakan pupuk majemuk maka harus digunakan formulasi dengan kadar hara tinggi. Tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan kelas kesesuaian lahannnya maka akan menentukan jumlah unsur hara yang diperlukan. Misalnya jika digunakan pupuk majemuk pada pada lahan subur dapat digunakan pupuk majemuk dengan formulasi 12-6-22-3 (total hara 43%) sedangkan pada lahan kurang subur (termasuk tanah gambut) digunakan pupuk majemuk dengan formulasi 13-8-27-4 (total hara 52%). Jika terdeteksi ada kekahatan unsur mikro maka dapat digunakan pupuk-pupuk majemuk yang mengandung unsur mikro (missal 13-8-27-4+0,5B) atau digunakan pupuk majemuk tanpa hara mikro, dan untuk memenuhi kbutuhan hara mikro diberikan secara pupuk tunggal hara mikro. Dalam keadaan tertentu, dapat saja digunakan pupuk majemuk lain yang mengandung K rendah, namun harus diperhitungkan secara lebih pasti su6 plemen K dari pupuk tunggal MOP, atau mungkin terhadap unsur hara lainya selain K, di samping perhitungan ekonomis yang benar. Jika bahan pembenah diberikan, apakah berupa kaptan, dolomite atau TKS, maka unsur hara yang terdapat dalam bahan pembenah tersebut dapat di-perhitungkan untuk pengurangan dosis hara Ca, Mg dan/atau K. Pekebun sebaiknya tidak menggunakan bahan-bahan aneh yang mengandung unsur hara seperti misalnya abu tandan atau garam NaCl karena kedua bahan tersebut dapat secara drastis meningkatkan pH dan bahkan unsure Na yang berlebihan di tanah dapat mengeraskan tanah. Tanaman kelapa sawit berumur 23 tahun dan lebih tua biasanya sudah tidak diperlukan pemberian pupuk lagi. Di bawah ini dikemukakan dosis-dosis umum pupuk pada TM sejalan dengan kondisi tanah dan kelas kesesuaian lahannya masing-masng jika menggunakan pupuk majemuk (Tabel 3) ataupun pupuk-pupuk tunggal (Tabel 4 s/d Tabel 7). Tabel 3. Dosis umum pupuk majemuk untuk kelapa sawit TM Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) Dosis pupuk majemuk (kg/ph/th) berdasarkan umur 3-8 tahun 9-14 tahun >14-22 tahun Formula pupuk majemuk Yang direkomendasikan KKL I 4,00 - 5,50 5,50 - 7,75 4,50 – 6,00 13-6-27-4+0,65B KKL II 5,50 – 6,50 6,50 – 8,00 5,00 – 6,50 12-6-22-3 KKL III dan Gambut 6,50 – 7,00 8,00 – 9,50 6,00 – 7,50 13-8-27-4+0,5B Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan (suplemen) pupuk tunggal, dan tergantung dari hasil analisa sampel daun dan tanah. Tabel 4. Dosis umum pupuk Urea untuk kelapa sawit TM Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) Dosis pupuk Urea (kg/ph/th) berdasarkan umur 3-8 tahun 9-14 tahun >14 – 22 th KKL I, mineral 0,50 - 0,75 0,75 – 1,00 0,50 – 0,75 KKL II, mineral 0,75 – 1,00 1,00 – 1,25 0,75 – 1,00 KKL III, mineral 1,00 – 1,50 1,50 – 2,00 1,00 – 1,50 KKL III, gambut 0,75 – 1,00 1,00 – 1,25 0,74 – 1,00 Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan atau pengurangan pupuk tergantung dari hasil rekomendasi pemupukan. 7 Tabel 5. Dosis umum pupuk Rock Phosphate (RP) untuk kelapa sawit TM Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) Dosis pupuk RP (kg/ph/th) berdasarkan umur 3-8 tahun 9-14 tahun >14 – 22 thn. KKL I, mineral 0,75 - 1,00 1,00 – 1,25 0,75 – 1,00 KKL II, mineral 1,00 – 1,25 1,25 – 1,50 1,00 – 0,75 KKL III, mineral 1,25 – 1,50 1,50 – 1,75 1,25 – 1,50 KKL III, gambut 1,50 – 1,75 1,75 – 2,00 1,50 – 1,75 Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan atau pengurangan pupuk tergantung dari hasil rekomendasi pemupukan. Tabel 6. Dosis umum pupuk KCl (MOP) untuk kelapa sawit TM Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) Dosis pupuk KCl (kg/ph/th) berdasarkan umur 3-8 tahun 9-14 tahun >14 – 22 thn. KKL I, mineral 2,50 - 2,75 2,75 – 3,00 2,50 – 2,75 KKL II, mineral 2,75 – 3,00 3,00 – 3,25 2,75 – 3,00 KKL III, mineral 3,00 – 3,25 3,25 – 3,50 3,00 – 3,25 KKL III, gambut 3,25 – 3,50 3,50 – 3,75 3,25 – 3,50 Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan atau pengurangan pupuk tergantung dari hasil rekomendasi pemupukan. Tabel 7. Dosis umum pupuk Kieserit untuk kelapa sawit TM Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) Dosis pupuk Kieserit (kg/ph/th) berdasarkan umur 3-8 tahun 9-14 tahun >14 – 22 thn. KKL I, mineral 0,25 - 0,50 0,50 – 0,75 0,25 – 0,50 KKL II, mineral 0,50 – 0,75 0,75 – 1.00 0,50 – 0,75 KKL III, mineral 0,75 – 1,00 1,00 – 1,25 0,75 – 1,00 KKL III, gambut - - - Catatan: Pada lahan-lahan tertentu dimungkinkan penambahan atau pengurangan pupuk tergantung dari hasil rekomendasi pemupukan. 3. Pemberian Bahan Pembenah Tanah Pemberian bahan pembenah tanah sudah dapat dilakukan pada masa TBM. Bahan-bahan pembenah yang dapat digunakan di lahan kelapa sawit antara lain berupa kapur pertanian (kaptan), dolomit, tandan kosong sawit (TKS) dan pupuk- 8 pupuk organik (baik hayati maupun non-hayati). Arahan penggunaan masing-masing bahan pembenah tanah adalah sebagai berikut: Kapur pertanian digunakan pada tanah-tanah ber-pH rendah (<4,5) seperti tanahtanah gambut, tanah sulfat masam dan tanah-tanah mineral volkanis tertentu yang umumnya sudah mengandung unsur hara magnesium (Mg) yang cukup. Tergantung dari pH tanahnya maka dosis kaptan dapat berkisar 2,50 – 5,00 kg/ph/th selama 3 tahun bertuurut-turut. Tempat aplikasi kaptan adalah di piringan tanaman bagian luar (ke arah rumpukan). Dolomit digunakan pada tanah-tanah yang ber-pH rendah dan kandungan Mg yang rendah. Dosis dolomit sebagai pembenah tanah akan berkisar 5,00-7,50 kg/ph/th dan diulang selama 3 tahun berturut-turut. Tempat aplikasi dolomit se-rupa dengan kaptan adalah di piringan tanaman bagian luar (ke arah rumpukan). Tandan kosong sawit (TKS) harus diberikan pada tanah-tanah yang mengandung karbon (C) yang rendah (kadar C <1%) atau tanah-tanah yang tidak lagi memiliki top soil di lapisan atasnya. Dosis TKS akan berkisar 10-30 ton untuk setiap hektarnya tergantung kadar karbon di tanahnya. Aplikasi TKS di lapangan adalah ditebar merata satu lapis di seluruh permukaan tanah di lapangan, kecuali pada piringan dan jalan panen. Penaburan TKS, karena ketersediaannya terbatas maka penaburannya di lapangan dapat dilakukan secara bertahap tergantung skala prioritasnya tergantung kebijakan kebun, misalnya mendahulukan blok-blok miring agar terhindar dari erosi. Pupuk organik hayati atau non-hayati belum digunakan secara luas dan hanya sesetempat atau di pembibitan. Untuk di lapangan keperluannya hampir serupa dengan kebutuhan bahan pembenah lain sehingga secara ekonomis masih perlu dikaji lebih lanjut. Jika pada saat TBM belum sempat diberikan bahan pembenah tanah yang sesuai maka dapat diberikan pada saat TM. 4. Cara Penaburan Pupuk dan Pembenah tanah Cara pemupukan tergantung dari jenis pupuk yang digunakan yaitu jika yang digunakan adalah pupuk majemuk sebagai pupuk utama atau jika pupuk-pupuk tunggal sebagai pupuk utama, adalah sebagai berikut: 9 a. Jika menggunakan pupuk majemuk sebagai pupuk utama 1) Tahap-1. Pada tanah yang ber-pH rendah (< pH 4,5) maka harus didahului dengan pemberian dolomit atau kapur tanaman (kaptan) sebelum semua pupuk diaplikasikan. Tujuan pembenahan adalah untuk meningkatkan pH tanah ke arah optimal adalah didasarkan pada kandungan CaCO3 pada bahan pembenah yang digunakan. Jika dolomit sudah diberikan maka hara Mg (yang terkandung dalam dolomit) harus diperhitungkan pada tahun kedua setelah aplikasinya. Hara Mg dari dolomit baru dapat terlarut dan diserap tanaman jika setelah setahun aplikasi. Pembenah tanah dapat ditabur melingkar dan merata di piringan pohon mulai jarak 1,5 m dari pohon ke arah luar piringan. 2) Tahap-2. Aplikasikan pupuk NPK majemuk setelah selesai seluruh penaburan bahan pembenah. Jarak (selang) waktu dari penaburan bahan pembenah tanah ke pemupukan NPK adalah berkisar 2 minggu sampai 1 bulan. 3) Tahap-3. Penaburan pupuk mikro dapat dilakukan langsung setelah penaburan pupuk majemuk. Lokasi penaburannya adalah di ketiak daun paling bawah atau di sekitar pohon (dekat ke pohon). Tidak semua pupuk mikro diperlukan karena kandungannya dalam tanah juga biasanya sudah mencukupi. Pupuk mikro yang perlu diberikan ke dalam tanah di perkebunan kelapa sawit biasanya Boron pada lahan gambut atau lahan volkanis. Unsur hara Cu atau Zn, dapat diberikan pada tanah gambut atau tanah mineral yang memang mengalami defisiensi hara mikro ini. b. Jika menggunakan pupuk-pupuk tunggal 1) Tahap-1. Pada tanah yang ber-pH rendah (< pH 5) maka harus didahului dengan pemberian dolomit atau kapur tanaman (kaptan) sebelum semua pupuk diaplikasikan. Tujuan pembenahan adalah untuk meningkatkan pH tanah ke arah optimal. Jika dolomit sudah diberikan maka hara Mg (yang terkandung dalam dolomit) harus diperhitungkan pada tahun kedua setelah aplikasinya. Hara Mg dari dolomit baru dapat terlarut dan diserap tanaman jika setelah setahun aplikasi. Pembenah tanah dapat ditabur melingkar dan merata di piringan pohon mulai jarak 1,5 m dari pohon ke arah luar piringan, atau dapat juga ditabur di luar piringan yang tidak ditumbuhi gulma. 10 2) Tahap-2. Aplikasikan pupuk RP segera setelah selesai seluruh penaburan bahan pembenah tanah. Penaburan RP melingkar dan merata di piringan pohon mulai dari jarak 1,5 m dari pohon ke arah luar piringan. 3) Tahap-3. Dua minggu setelah selesai penaburan seluruh pupuk RP maka dapat diaplikasikan pupuk Urea. Penaburan Urea melingkar dan merata di piringan pohon mulai jarak 1,5 m dari pohon sampai batas piringan. 4) Tahap-4. Dua minggu setelah selesai penaburan seluruh pupuk Urea maka dilanjutkan dengan aplikasi pupuk MOP. Penaburan MOP melingkar dan merata di piringan pohon mulai jarak 1,5 m dari pohon sampai batas piringan. 5) Tahap-5. Penaburan pupuk mikro dapat dilakukan langsung setelah pena- buran pupuk majemuk. Lokasi penaburannya adalah di ketiak daun paling bawah atau di sekitar pohon (dekat ke pohon). Tidak semua pupuk mikro diperlukan karena kandungannya dalam tanah juga biasanya sudah mencukupi. Pupuk mikro yang perlu diberikan ke dalam tanah di perkebunan kelapa sawit biasanya Boron pada lahan gambut atau lahan volkanis. Unsur hara Cu atau Zn, dapat diberikan pada tanah gambut atau tanah mineral yang memang mengalami defisiensi hara mikro ini. 5. Waktu dan frekuensi pemupukan Waktu (saat) pemupukan adalah jika curah hujan pada bulan aplikasi berkisar 150-200 mm, atau tanah dalam keadaan lembab sampai agak basah (khusus gambut). Pemupukan sama sekali tidak dapat dilakukan bila curah hujan bulanan <60 mm atau >300 mm. Dalam praktek di lapangan untuk perkebunan kelapa sawit dapat digunakan pedoman sebagai berikut: Waktu mulai memupuk adalah bila sudah turun hujan 50 mm/10hari. Waktu berhenti memupuk adalah bila curah hujan >30 mm/hari dan hari hujan 20 hari/ bulan karena kondisi terlalu basah yang dapat mengakibatkan tanah jenuh air, atau jika tidak hujan selama >20 hari (terlalu kering). Data penyebaran curah hujan (Gambar 1) dapat digunakan untuk menentukan saat pemupukan. Dari grafik tersebut dapat ditentukan bahwa pemupukan di Semester I adalah pada bulan Maret atau Juni, sedangkan saat pemupuka di Semester II pada 11 bulan September atau Oktober. Pantauan curah hujan setiap hari bagaimanapun mutlak dilakukan secara seksama di kebun karena deviasi curah hujan dapat saja terjadi setiap saat. 250 CURAH HUJAN (mm) 200 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BULAN Saat Yang Tepat Untuk Penaburan Pupuk -oOo- 12