UJI DAYA ANTAGONISME BAKTERI RHIZOSFER Bacillus pumilus DAN Bacillus circulans PADA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) TERHADAP KAPANG PATOGEN Phytophthora nicotianae SEBAGAI KANDIDAT PENGENDALI HAYATI Amanda Sofi Rachmania, Agung Witjoro, Endang Suarsini Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK: Peningkatan mutu tembakau perlu dilakukan melalui pengendalian kapang patogen Phytophthora nicotianae dengan menggunakan agen pengendali hayati untuk mengurangi efek samping yang merugikan tanah. Tujuan penelitian ini ialah mengisolasi bakteri rhizosfer, menguji daya antagonisme dan menentukan spesies bakteri rhizosfer yang mempunyai daya antagonisme tinggi terhadap pertumbuhan kapang patogen Phytophthora nicotianae secara in vitro. Penelitian ini menggunakan metode dual culture. Teknik isolasi bakteri adalah pengenceran berseri terhadap sampel tanah yang diambil dari perakaran tembakau yang diambil dari perkebunan tembakau di Desa Wringin Kabupaten Bondowoso. Kapang patogen Phytophthora nicotianae diperoleh dari Laboratorium Fitopatologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau (BALITTAS). Hasil penelitian ialah daya antagonisme bakteri rhizosfer terhadap kapang patogen Phytophthora nicotianae adalah Bacillus pumilus (9,30%) dan Bacillus circulans (9,24%). Kata kunci: Bacillus pumilus, Bacillus circulans, Kapang patogen Phytophthora nicotianae, antagonisme PENDAHULUAN Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu tanaman yang daunnya memiliki nilai ekonomi tinggi. Daun tembakau (N. tabacum L.) merupakan komoditas yang dibudidayakan sebagai bahan baku dari pembuatan rokok. Di Indonesia gerakan anti rokok sudah mulai digalakkan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa industri rokok atau biasa disebut Industri Hasil Tembakau (IHT) justru sangat menguntungkan masyarakat dan negara Indonesia. IHT mempunyai peran yang cukup besar terhadap penerimaan negara melalui pajak, cukai, penyerapan tenaga kerja, penerimaan dan perlindungan terhadap petani tembakau. Menurut Haryono (2007) IHT merupakan suatu industri yang padat karya dimana memiliki peranan dari hulu sampai hilir untuk menyejahterakan masyarakat. Dalam budidaya tembakau (N. tabacum L.) terdapat beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya adalah kapang patogen tular tanah. Menurut Jin (2011) Salah satu kapang patogen tanah tersebut adalah kapang patogen Phytophthora nicotianae. Kapang tersebut adalah agen penyebab penyakit shank hitam (lanas) tembakau. Penyakit shank hitam (lanas) pada tembakau tergolong ganas karena kemampuannya tinggi merusak jaringan tanaman. Serangan patogen dapat menurunkan produksi tanaman tembakau (N. tabacum L.) hingga 90% dari total produksi tembakau dalam waktu yang singkat (Hidayah, 2010). Pengendalian pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae perlu dilakukan untuk mengurangi kerugian, salah satu cara ialah dengan memberdayakan agen pengendali hayati yakni dengan menggunakan bakteri rhizosfer sebagai mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae. Rhizosfer adalah bagian pada tanah yang mendapatkan pengaruh langsung dari aktivitas perakaran tanaman. Menurut Hiltner (1994) rhizosfer 1 didefinisikan sebagai tanah yang mengelilingi akar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Upaya untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produk pertanian khususnya tembakau dapat dilakukan dengan pemanfaatan agen hayati. Gerakan kembali ke alam (back to nature) yang dilandasi oleh kesadaran pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan kini menjadi gaya hidup masyarakat dunia. Cara untuk mengatasi masalah serangan kapang patogen P. nicotianae tanpa menggunakan bahan kimia dapat dilakukan dengan meningkatkan peran mikroba tanah. Berdasarkan keadaan ini maka eksplorasi dan skrining agen hayati pada keanekaragaman hayati harus dilakukan dalam rangka untuk menemukan sumber daya genetik baru yang berpotensi sebagai agen pengendalian hayati penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri rhizosfer pada perakaran tembakau (N. tabacum L.) yang bersifat antagonis terhadap kapang patogen P. nicotianae, menguji daya antagonisme antara bakteri rhizosfer terhadap pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae secara in vitro, dan menentukan spesies bakteri rhizosfer yang mempunyai daya antagonisme tinggi terhadap pertumbuhan kapang patogen P.nicotianae secara in vitro. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium (in vitro) menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk menentukan daya antagonisme tertinggi dari beberapa isolat bakteri rhizosfer dalam menghambat pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae secara in vitro. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rhizosfer dari perakaran tanaman tembakau yang bersifat antagonis dan isolat kapang patogen P. nicotianae. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daya antagonisme. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan sama untuk semua perlakuan meliputi suhu inkubasi, umur biakan murni, kandungan medium (Potato Dextrose Agar), lama inkubasi (inkubasi selama 7 hari). Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA UM Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2014 sampai Agustus 2014. Objek dalam penelitian ini adalah bakteri rhizosfer yang diisolasi dari daerah perakaran tanaman tembakau (N. tabacum L.) sehat diambil dari perkebunan tembakau di Desa Wringin Kabupaten Bondowoso dan Kapang patogen P. nicotianae diperoleh dari Laboratorium Fitopatologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau (BALITTAS). Teknik yang digunakan untuk isolasi bakteri adalah pengenceran bertingkat terhadap sampel tanah yang diambil dari perakaran tanaman tembakau (N. tabacum L). Uji daya antagonisme antara bakteri rhizosfer dengan kapang patogen P. nicotianae dilakukan dengan metode dual culture. Pengamatan daya antagonisme dilakukan selama 7 hari secara berturutturut. Data yang diperoleh dihitung dengan rumus indeks penghambatan. Analisis data dilakukan dengan statistik one-way anava dilanjutkan dengan uji Duncan 5%. Spesies bakteri yang memiliki daya antagonisme tinggi terhadap pertumbuhan kapang patogen Phytohthora nicotianae diidentifikasi dengan metode Microbact GNB 1a/b/e/,24e di Laboratorium Bakteriologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, yakni tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi sterilisasi alat dan pembuatan media. Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi : isolasi bakteri rhizosfer, persiapan biakan bakteri 2 rhizosfer, persiapan biakan kapang patogen P. nicotianae dan dual kultur bakteri rhizosfer dengan kapang patogen P. nicotianae. Sterilisasi Alat Sterilisasi alat dengan menggunakan oven kering pada suhu 150º C selama 2 jam. Peralatan yang disterilkan dengan oven kering antara lain : Beaker glass, corong, cawan petri, pengaduk kaca, scapel, jarum inokulasi, botol selai dan sekop besi. Medium Tryptic Soy Agar (TSA) , medium Potato Dextrose Agar (PDA), dan Corn Meal Agar (CMA) disterilkan dengan autoklaf dengan suhu 121º C dengan tekanan 15 lbs selama 15 menit. Tube micropipet disterilkan dengan autoklaf. Pembuatan Medium Zat yang diperlukan untuk membuat media ditimbang sesuai takaran. (TSA: TSA 4 gram; agar 7 gram; aquades 1 Liter), (PDA : kentang 250 gram; Agar 11 gram; dextrosa 20 gram; aqudes 1 Liter), (CMA : CMA instan 28,3 gram; 1 Liter). Larutan diaduk dan dipanaskan hingga homogen di atas kompor. Larutan homogen dituangkan ke cawan petri dengan menggunakan micropipet 10 ml, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu suhu 121º C dengan tekanan 15 lbs selama 15 menit Isolasi Bakteri Rhizosfer Sampel tanah diambil dari sekitar perakaran tanaman tembakau (N. tabacum L.). Pengambilan tanah dilakukan secara aseptik dengan botol selai yang telah disterilkan dengan oven kering pada suhu 150ºC selama 2 jam dan sekop besi yang disemprot alkohol 70%. Tanah diambil dari 1 tanaman tembakau (N. tabacum L.) yang sehat yaitu tanah di sekitar bagian pangkal akar, bagian tengah akar dan bagian ujung akar kemudian semua sampel tersebut dicampurkan sampai merata. Tanah ditimbang dengan menggunakan neraca pegas sebanyak 10 gram secara aseptik, selanjutnya dilakukan pengenceran dengan menghomogenkan 10 gram sampel tanah dengan 90 ml aquades steril sehingga diperoleh suspensi dengan tingkat pengenceran 10-1. Dilakukan pengenceran bertingkat dengan cara mengambil 1 ml suspensi tersebut, kemudian dilarutkan ke dalam 9 ml aquades steril sehingga diperoleh suspensi dengan tingkat pengenceran 10-2. Pengenceran dilakukan sampai dengan tingkat pengenceran 10-5. Setelah itu suspensi tersebut diinokulasikan pada medium TSA 10%. Setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam akan muncul koloni-koloni bakteri. Dari beberapa koloni bakteri tersebut dipilih koloni bakteri yang paling dominan pada masing-masing tingkat pengenceran. Persiapan Biakan Bakteri Rhizosfer Medium miring Trypthic Soy Agar (TSA) 10% disiapkan. Bakteri yang telah diberi tanda yakni bakteri yang koloninya paling dominan dari hasil pengenceran bertingkat sampel tanah perakaran tanaman tembakau (N. tabacum L.) diinokulasikan dengan menggunakan jarum inokulum secara aseptik. Biakan diinkubasi selama 1 x 24 jam. Biakan siap untuk diuji dual culture. Diambil 1 ose dengan menggunakan jarum inokulum. 3 Persiapan Biakan Kapang Patogen Phytophthora nicotianae Medium lempeng Corn Meal Agar (CMA) disiapkan. Biakan murni Kapang patogen P. nicotianae disiapkan. Kapang patogen P. nicotianae diambil beserta mediumnya kemudian diinokulasikan pada medium CMA sebanyak 5 titik. Diinkubasi selama 7 x 24 jam. Sebelum digunakan dual culture, Kapang patogen P. nicotianae dicetak dengan cork borer dengan ukuran 0,5 cm. Kapang patogen P. nicotianae siap diuji dual culture. Dual Kultur Bakteri Rhizosfer dengan Kapang Patogen Phytophthora nicotianae Medium lempeng Potato Dextrose Agar ( PDA) disiapkan. Bagian dasar cawan petri diberi tanda untuk peletakan bakteri dan kapang patogen P. nicotianae yang akan diuji. Diberi tanda garis 3 cm sebelah kiri, 3 cm sebelah kanan (Gambar 1). Pada sisi kanan medium cawan diinokulasikan biakan bakteri rhizosfer yang berusia 1 x 24 jam sebanyak 1 ose. Pada sisi sebelah kiri medium cawan diinokulasikan kapang patogen P. nicotianae yang dicetak dengan cork borer dengan diameter 0,5 cm. Dilakukan pengamatan selama 7 hari secara berturut-turut. Gambar 1. Pola yang Digunakan Dual Culture antara Bakteri Rhizosfer dengan Kapang Patogen P. nicotianae (A) Bakteri rhizosfer; (B) kapang patogen P. nicotianae. HASIL DAN ANALISIS Isolasi dari daerah sekitar perakaran (rhizosfer) tanaman tembakau (N. tabacum L.) ditemukan 10 bakteri dominan yang diberi kode BRS 1- BRS 10. Isolasi bakteri dan pengamatan morfologi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Pengamatan Morfologi Bakteri Rhizosfer BRS 1- 10 NO Bakteri Rhizosfer Tepi Warna Berlendir/ Tdk berlendir Gram bakteri 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. BRS 1 BRS 2 BRS 3 BRS 4 BRS 5 BRS 6 BRS 7 BRS 8 bergerigi bergerigi bergelombang mengakar bergelombang bergerigi rata Rata Putih kekuningan Putih susu Putih susu Putih susu Putih kekuningan Putih kekuningan Putih kekuningan Putih kekuningan berlendir berlendir berlendir berlendir berlendir berlendir berlendir berlendir Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Positif Negatif Positif 9. BRS 9 bergerigi Putih susu berlendir Negatif 10. BRS 10 bergelombang Putih susu berlendir Negatif Tabel 1. Menunjukkan bahwa ada 10 bakteri rhizosfer yang berhasil diisolasi diberi kode BRS 1-10. Selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi bakteri yang meliputi tepian koloni bakteri, warna koloni bakteri, berlendir atau tidaknya koloni bakteri, dan Gram bakteri. Bakteri BRS 1, BRS 2, BRS 6 dan BRS 9 tepian koloni 4 bakteri berbentuk gerigi. Bakteri BRS 3, BRS 5 dan BRS 10 tepian koloni bakterinya adalah bergelombang. BRS 7 dan BRS 8 tepian koloni bakterinya adalah rata dan BRS 4 tepian koloni bakterinya berbentuk mengakar. Pengamatan warna koloni bakteri BRS 1, BRS 5, BRS 6, BRS 7 dan BRS 8 adalah putih kekuningan sedangkan BRS 2, BRS 3, BRS 4, BRS 9 dan BRS 10 koloni bakterinya berwarna putih susu. Semua bakteri berlendir. Hasil pengamatan Gram bakteri menunjukkan bahwa bakteri BRS 6 dan BRS 8 memiliki Gram positif. Selanjutnya dilakukan uji daya antagonisme dengan metode dual culture. Uji daya antagonisme dilakukan dengan menghitung diameter bakteri dan diameter kapang patogen P. nicotianae kemudian dimasukan rumus indeks penghambatan. Metode ini disebut dual culture. Pengamatan dilakukan selama tujuh hari setelah inokulasi. Data indeks penghambatan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Data Pengukuran Jari-Jari Koloni Patogen dan Hasil Presentase Daya Antagonisme Bakteri Ulangan BRS 1 I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III BRS 2 BRS 3 BRS 4 BRS 5 BRS 6 BRS 7 BRS 8 BRS 9 BRS 10 R1 R2 3,3 4,2 3,3 3 3,5 3,5 4,2 4,3 4,5 2 1,7 2,1 3,5 3,8 4 4,5 5,5 4,5 2,8 2,8 3,7 4,3 4 4,2 4 4,3 4 1,5 0,5 0,5 Daya antagonisme (%) 1,5 1,3 1,4 0,8 1,2 1 1,7 1,8 1,7 6 5 5 1,5 1,5 1,3 0,7 0,6 0,7 0,9 0,9 0,8 0,6 0,6 0,7 0,9 0,9 1,2 5,5 5 5,5 54,54 69,04 57,57 73,33 65,71 71,42 59,52 58,13 62,22 0 0 0 57,14 60,52 67,5 84,44 89,09 84,44 67,85 67,85 78,37 86,04 85 83,33 77,50 79,06 70 0 0 0 Tabel 2. Merupakan data hasil pengamatan diameter kapang patogen P. nicotianae (R1) dan diameter bakteri rhizosfer ( R2) yang dilakukan pada masa inkubasi 7 x 24 jam. Hasil pengamatan dihitung dengan rumus indeks penghambatan dan diperoleh nilai daya antagonisme. Daya antagonisme diuji statistik dengan menggunakan one-way anova untuk membandingkan bakteri BRS berdasarkan daya antagonisme terhadap pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae, akan tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dari data tersebut dengan bantuan software SPSS 16. 5 Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa nilai signifikasi 0,00 (α < 0,05) dan 0,00 (α < 0,05) yang berarti data tersebut berdistribusi normal tetapi variasi datanya tidak homogen. Data dengan varian tidak homogen harus ditransformasi terlebih dahulu sebelum dilakukan uji anava. Transformasi yang dilakukan dengan menggunakan transformasi akar 0,5. Data yang telah ditransformasi kemudian di uji dengan metode one-way anava dengan bantuan software SPSS 16. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengujian Anova Sum of Squares Between Groups Within Groups Total 295.49 1.27 296.76 Df Mean Square 9 20 29 F 32.83 .06 514.34 Sig. .00 Berdasarkan hasil uji Anova pada Tabel 3. perbandingan antara beberapa bakteri BRS berdasarkan penghambatan pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae menghasilkan nilai signifikansi 0,00 (α < 0,05), sehingga dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antara beberapa bakteri BRS berdasarkan penghambatan pertumbuhan tersebut, sehingga dapat dilakukan pengujian lanjutan untuk mengetahui perbedaan tersebut. Uji lanjutan dapat diketahui dari Tabel 4. Tabel 4. Uji Lanjutan Duncan Bakteri N Notasi BRS 4 3 (a) BRS 10 3 (a) BRS 1 3 (b) BRS 3 3 (b) BRS 5 3 (b) BRS 2 3 (c) BRS 7 3 (c) BRS 9 3 (c) BRS 8 3 (d) BRS 6 3 (d) Tabel 4. Hasil uji lanjut duncan menunjukkan adanya perbedaan daya antagonisme bakteri rhizosfer terhadap pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae. Daya antagonisme bakteri rhizosfer dengan kode BRS 6 dan BRS 8 berbeda nyata dengan bakteri rhizosfer lainnya yang ditunjukkan dengan notasi d. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri BRS 6 dan BRS 8 merupakan bakteri rhizosfer yang memiliki daya antagonis tinggi dalam menghambat pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae. Berdasarkan hasil presentase diketahui bahwa bakteri BRS 6 memiliki ratarata penghambatan pertumbuhan tinggi pertama sebesar 9.30 % dengan deviasi standar sebesar 0,14. Bakteri BRS 8 memiliki rata-rata penghambatan tinggi kedua dengan nilai sebesar 9.24% dengan deviasi standar sebesar 0,08. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui terdapat dua bakteri yang berpotensi melawan kapang patogen P. nicotianae yakni bakteri rhizosfer dengan kode BRS 6 dan bakteri BRS 8. Selajutnya, dilakukan identifikasi terhadap kedua bakteri yang terbukti memiliki daya antagonisme tinggi terhadap pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae. 6 Identifikasi dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijawa Malang. Hasil identifikasi dari bakteri rhizosfer dengan kode BRS 6, disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Identifikasi Isolat BRS 6 JENIS TES HASIL BGP POSITIF SPORA POSITIF FERMENT GULA-GULA Glukosa POSITIF Xylosa NEGATIF Mannitol POSITIF Laktosa NEGATIF Sukrosa POSITIF Maltosa POSITIF Arabinosa POSITIF SUHU PERTUMBUHAN 200C POSITIF 0 37 C POSITIF 400C POSITIF 450C POSITIF TUMBUH DI Nutrient Broth POSITIF SDA NEGATIF TSI A/A,H2S- CITRAT POSITIF INDOL POSITIF VP POSITIF NaCl 7% POSITIF Motilitas POSITIF Starch hydrolysis NEGATIF Casein hydrolysis PENICILLIN POSITIF SENSITIV BETA-HEMOLISA POSITIF Katalase POSITIF Oksidase POSITIF Reduksi Nitrat NEGATIF Reduksi Methylene Blue NEGATIF DX. LAB. B. pumilus Tabel 5. Hasil identifikasi membuktikan bahwa BRS 6 merupakan Spesies Bacillus pumilus. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri tersebut adalah Microbact GNB 1a/b/e, 24e Identification Kits. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Universitas Brawijaya Malang. Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh hasil BGP positif. Bakteri B. pumilus positif memiliki spora. Hasil uji fisiologi bakteri diketahui bahwa bakteri B. Pumilus dapat menfermentasi gula-gula antara lain glukosa, mannitol, sukrosa, maltosa dan arabinosa, sedangkan bakteri B. pumilus tidak memiliki kandungan gula xylosa dan laktosa. Uji daya pertumbuhan bakteri B. pumilus mampu tumbuh dalam beberapa suhu yakni suhu 20º C, 37º C, 40º C dan 45º C. Setiap bakteri membutuhkan media tumbuh yang didalamnya terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri. Bakteri B. pumilus terbukti tumbuh pada beberapa media 7 yakni Nutrient Broth, CITRAT, INDOL,VP dan NaCl 7%. Bakteri B. pumilus memiliki kemampuan motilitas. Bakteri B. pumilus bersifat Casein hydrolysis yang diartikan dapat menghidrolisis Casein. Sifat bakteri B. pumilus sensitif terhadap Penicillin. Hasil uji beta-hemodialisa menunjukkan hasil yang positif. Uji katalase positif dapat diartikan bahwa bakteri tersebut dapat mengkatalisis substrat hidrogen peroksida (H2O2). Bakteri rhizosfer yang berpotensi memiliki daya antagonisme tinggi kedua adalah bakteri BRS 8. Hasil identifikasi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Identifikasi Isolat BRS 8 JENIS TES HASIL BGP POSITIF SPORA POSITIF FERMENT GULA-GULA Glukosa POSITIF Xylosa POSITIF Mannitol POSITIF Laktosa NEGATIF Sukrosa NEGATIF Maltosa NEGATIF Arabinosa POSITIF SUHU PERTUMBUHAN 200C POSITIF 0 37 C POSITIF 400C POSITIF 0 POSITIF 45 C TUMBUH DI Nutrient Broth POSITIF SDA NEGATIF TSI A/A,H2S- CITRAT NEGATIF INDOL POSITIF VP NEGATIF NaCl 7% NEGATIF Motilitas POSITIF Starch hydrolysis POSITIF Casein hydrolysis PENICILLIN POSITIF SENSITIV BETA-HEMOLISA POSITIF Katalase POSITIF Oksidase POSITIF Reduksi Nitrat NEGATIF Reduksi Methylene Blue NEGATIF DX. LAB. B. circulans Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa Bacillus circulans merupakan bakteri yang memiliki potensi antagonis terhadap kapang patogen P. nicotianae berdasarkan hasil 8 uji analisis statistik. Bakteri ini diisolasi dari tanah yang berada di daerah sekitar perakaran dari tanaman tembakau (N. tabacum L.). Identifikasi dilakukan dengan metode Microbact GNB 1a/b/e, 24e Identification Kits. Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh hasil BGP positif. B. circulans memiliki spora. Hasil uji fisiologi fermen gula-gula, bakteri B. circulans dapat memfermentasi beberapa gula yakni glukosa, xlylosa, mannitol dan arabinosa. B. circulans dapat tumbuh pada suhu 20ºC, 37º C, 40º C dan 45ºC. B. circulans dapat tumbuh pada beberapa media antara lain Nutrient Broth dan indol. Motilitas bakteri bersifat positif yang berarti bahwa bakteri tersebut dapat bergerak aktif. B. circulans dapat menghidrolisis starch dan casein. Uji sensitivitas pada Penicillin dibuktikan bahwa bakteri tersebut bersifat sensitif terhadap Penicillin. Hasil uji hemodialisa menunjukkan hasil yang positif. Uji katalase dan uji peroksida juga menunjukkan hasil yang positif. PEMBAHASAN Daya Antagonisme Antara Bakteri Rhizosfer (BRS 1-10 ) terhadap Pertumbuhan Kapang Patogen Phytophthora nicotianae secara In Vitro. Kapang patogen P. nicotianae merupakan salah satu kapang patogen yang sangat berbahaya pada tanaman tembakau (N. tabacum L.) karena daya serang yang cukup potensial, sehingga dapat menyebabkan infeksi dan kematian tanaman. Bahaya dari kapang patogen P. nicotianae selain menyebabkan kematian adalah penyebarannya melalui tanah serta sebagian besar siklus hidupnya berada dalam tanah, hal ini dapat menganggu proses pertumbuhan pada tanaman budidaya. Menurut Hidayah (2010) terdapat dua tipe serangan kapang patogen P. nicotianae terhadap beberapa tanaman khususnya tanaman tembakau (N. tabacum L.). Serangan pertama adalah pada saat pembibitan, daun berwarna kuning, layu kemudian menjadi busuk coklat yang akhirnya pembibitan tampak seperti disiram air panas. Serangan pada pembibitan cepat meluas sehingga mengakibatkan kerusakan pada bibit. Serangan yang kedua adalah pada saat masa pertanaman, daun pada tanaman mendadak layu terkulai dan akhirnya mati, saat dicabut terlihat bahwa pangkal batang busuk, tetapi akarnya sehat. Bahaya serangan kapang patogen P. nicotianae dapat ditanggulangi dengan beberapa cara, salah satu cara adalah dengan mencari musuh alami dari kapang patogen tersebut sehingga dapat mengurangi efek kimia pada tanah. Penyebaran kapang patogen P. nicotianae melalui tanah sehingga dibutuhkan agen hayati yang habitat alaminya adalah tanah. Menurut Lugtenberg (1999) menyatakan bahwa mikroba tanah akan berkumpul di dekat perakaran tanaman (rhizosfer) yang menghasilkan semacam sisa metabolit yang berasal dari akar dan serpihan tudung akar sebagai sumber makanan mikroba tanah. Bila populasi mikroba disekitar rhizosfer didominasi oleh mikroba yang menguntungkan maka akan menguntungkan daerah disekitar tanah tersebut. Bakteri dari tanah khususnya disekitar perakaran (rhizosfer) merupakan bakteri yang ampuh untuk melawan kapang patogen P. nicotianae. Hasil uji antagonis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada beberapa bakteri rhizosfer yang berpotensi dalam melawan kapang patogen P. nicotianae. Menurut Bloemberg (2001) ada beberapa bakteri yang ditemukan di daerah perakaran (rhizosfer). Dalam penelitian ini ditemukan 2 bakteri yang berhasil diisolasi dari daerah rhizosfer tanah yakni bakteri B. pumilus dan B. circulans. 9 Daya Antagonisme Tertinggi Spesies Bakteri Rhizosfer terhadap Pertumbuhan Kapang Patogen Phytophthora niotianae secara In Vitro. Daya antagonisme bakteri rhizosfer terhadap kapang patogen P. nicotianae membuktikan bahwa Bakteri B. pumilus merupakan bakteri yang memiliki daya antagonisme tinggi pertama dalam melawan kapang patogen P. nicotianae. Hasil uji analisis statistik menyatakan bahwa bakteri tersebut memiliki nilai rata-rata penghambatan sebesar 9.30%, hal ini berarti bahwa Bakteri B. pumilus memiliki ratarata penghambatan tertinggi diantara 10 bakteri yang telah terisolasi. Mekanisme penghambatan bakteri B. pumilus adalah antibiosis. Antibiosis merupakan bentuk interaksi negatif antar mikroflora, karena terjadi penghambatan atau penghancuran suatu organisme oleh zat yang diproduksi oleh organisme lain yang hidup bersama. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa ada interaksi antara bakteri rhizosfer yakni bakteri B. pumilus terhadap kapang patogen P. nicotianae, bakteri B. pumilus mengeluarkan sekret atau toksin yang menghambat pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae. Menurut Parvathi (2009) Bakteri B. pumilus memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim dan zat anti mikroba, selain itu bakteri ini juga memiliki faktor toksigenik yang cukup potensial. Faktor toksigenik dari bakteri B. pumilus dapat menghambat pertumbuhan dari kapang patogen P. nicotianae. Faktor toksigenik dari B. pumilus juga dibenarkan oleh Brophy (1982) bakteri B. pumilus dapat mengeluarkan senyawa asam lemak dengan keasaman mencapai > 60% sehingga dapat beracun terhadap mikroorganisme lain. Tingkat keasaman yang begitu tinggi mencemari media tumbuh sehingga dapat menghambat pertumbuhan dari kapang patogen P. nicotianae. Bakteri B. pumilus dibuktikan mampu menghambat pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae, dalam penelitian ini diketahui bahwa dari hasil isolasi bakteri dari daerah perakaran (rhizosfer) B. pumilus merupakan bakteri yang memiliki daya antagonisme tinggi pertama. Bakteri B. circulans merupakan bakteri yang mempunyai potensial dalam menghambat pertumbuhan kapang patogen P. nicotianae, hasil uji antagonisme bakteri ini memiliki rata-rata penghambatan sebesar 9.24 %. Mekanisme penghambatan dari bakteri B. circulans terhadap kapang Patogen P. nicotianae dengan cara antibiosis dan kompetisi. Bakteri B. circulans memiliki kemampuan antibiosis yakni mengeluarkan semacam sekret atau hasil sisa metabolisme yang berupa asam lemak. Dragutinovic (2012) menyatakan komponen seluler paling melimpah dalam B. circulans adalah asam lemak mencapai 85%. Kandungan asam lemak yang dimiliki oleh bakteri B. circulans mencemari medium pertumbuhan sehingga dapat menghambat pertumbuhan dari kapang patogen P. nicotianae. Faktor lain yang mempengaruhi daya antagonisme antara bakteri B. circulans dengan kapang patogen P. nicotianae adalah kompetisi. Menurut Suwanto (1994) Kompetisi dilakukan untuk merebut nutrisi, ruang udara, dan substrat yang terbatas. Mikroorganisme yang memiliki kemampuan kompetisi akan dapat hidup mendominasi dan mengalahkan mikroorganisme disampingnya. Penelitian ini antara bakteri rhizosfer dengan kapang patogen P. nicotianae ditumbuhkan dalam suatu media sehingga dapat diketahui mikroorganisme yang paling mendominasi di dalam media tersebut. Berkaitan dengan kemampuan bakteri B. circulans dalam hal kompetisi, Dragutinovic (2012) menyatakan bahwa bakteri B. circulans menunjukkan reaksi positif dalam fermentasi ribosa, glukosa, fruktosa, N-asetil glukosamin, arbutine, esculine, salicine, selobiosa, maltosa, trehalosa, glycogene, glukonat, gliserol dan hidrolisis gelatin dan pati. Kemampuan bakteri B. circulans yang dapat memfermentasi beberapa zat, menjadikan 10 bakteri tersebut dapat mendominasi media pertumbuhan karena kemampuannya dalam perebutan nutrisi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa isolasi bakteri rhizosfer di tanah perkebunan Tembakau (N. tabacum L.) ditemukan 10 bakteri yang diberi kode BRS 1-10, Daya antagonisme bakteri rhizosfer terhadap kapang patogen P. nicotianae adalah B. pumilus (9,30%) dan B. pumilus (9,24%), dan Spesies Bakteri B. pumilus mempunyai daya antagonisme tertinggi terhadap kapang patogen P. nicotianae. SARAN Berdasarkan simpulan di atas, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengujian daya antagonisme Bakteri B. pumilus dan Bakteri B. circulans yang telah ditemukan dalam penelitian ini terhadap kapang patogen lain yang diisolasi dari tanaman yang berbeda, serta Perlu dilakukan pengkajian aplikasi secara in vivo sebelum diaplikasikan ke lapang. DAFTAR RUJUKAN Bloemberg, G.V., and B. JJ. Lugtenberg. 2001. Molecular basis of plant growth promotion and biocontrol by rhizobacteria. Leiden University, Institute of Molecular Plant Sciences, Netherlands. Brophy, P.F.; Knoop, F.C. (1982). Bacillus pumilus in the induction of clindamycinassociated enterocolitis in guinea pigs. Infect. Immun., 35(1), 289-295. Dragutinovic, V. Vrvic, M. Swiecicka, I. Cvetcovic, O. Beric, T. Stancovic, S. (2012). Characterisation of New Bacillus circulans Strain Isolated from Oil Shale. Biotechnol. 50 (1) 123–127 (2012) Haryono, I. 2007. Road Map 2007–2020 Industri Hasil Tembakau dan Kebijakan Cukai. Direktorat Minuman dan Tembakau, Departemen Perindustrian. Hidayah, N., Yulianti, T. 2010. Pengaruh Waktu Inokulasi Dan jumlah Inokulum Terhadap Patogenitas Phytophthora nicotianae pada Bibit Tembakau. Jurnal Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri 2(2) : 75-80 Hilter, S. 1994. Preface to pastoral Theology. Nashville, Tennessee : Abingdon Press. Jin, F. Ding, Y. Du, B. 2011. Genetic Diversity and Phylogeny of Antagonistic Bacteria against Phytophthora nicotianae Isolated from Tobacco Rhizosphere. International journal of moleculer sciences.12 (5): 3055-3071 Lugtenberg, B.J.J and Lev V Kravchenko. 1999. Tomato Seed And Root Exudate Sugars:Composition, Utilization By Pseudomonas Biocontrol Strains And Role In Rhizosphere Colonization. Enviromental Microbiology. Vol 1 (5). Hal 439446) Parvathi, Ammini. Krishna, Kiran. Jose, Jiya. Joseph, Neetha. Nair, Santha. 2009. Biochemical and molecular characterization of Bacillus pumilus isolated from coastal environment in Cochin, India. Jurnal Braz. J. Microbiol.: 40; 2009; 269-275. Suwanto, A. 1994. Mikroorganisme untuk biokontrol, strategi penelitian dan penerapan dalam bioteknologi pertanian. Agrotek 2: 40-46. 11