kebijakan publik - Blog SURANTO UMY

advertisement
FORMULASI KEBIJAKAN
KELOMPOK 1:
TALITHA A.A
ROMARIO
SITI HIDAYATUL J.
PASKALIS J. M, S.IP
ANDI SYAMSUL
OUTLINE
KEBIJAKAN PUBLIK
FORMULASI KEBIJAKAN
MODEL-MODEL FORMULASI KEBIJAKAN
TAHAP FORMULASI KEBIJAKAN
AKTOR FORMULASI KEBIJAKAN
STUDI KASUS
Pengertian Kebijakan

Menurut Wilson, kebijakan adalah seperangkat aksi
atau rencana yang mengandung tujuan politik yang
berbeda

Menurut PERMENPAN Nomor 4 Tahun 2007, kebijakan
adalah keputusan yang dibuat oleh suatu lembaga
pemerintahan atau organisasi dan bersifat mengikat
para pihak yang terkait dengan lembaga tersebut.
Pengertian Publik

Permen
Birokrasi
bahwa
dengan
luas.
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Publik Nomor 4 Tahun 2007, menjelaskan
Publik adalah hal ikhwal yang berkaitan
kepentingan orang banyak atau masyarakat

Menurut Inu Kencana, Publik adalah sejumlah manusia
yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan,
harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik
berdasarkan nilai dan norma yang mereka miliki.
Pengertian Kebijakan Publik

Menurut Permen Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 4 Tahun 2007, Kebijakan
Publik adalah keputusan yang dibuat oleh pemerintah
atau lembaga pemerintahan untuk mengatasi
permasalahan, melakukan kegiatan, atau untuk
mencapai tujuan tertentu.

Thomas Dye, mengemukakan bahwa Kebijakan Publik
adalah studi tentang apa yang dilakukan oleh
pemerintah, mengapa pemerintah mengambil
tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan
tersebut.
Prinsip Penyusunan Kebijakan Publik
Prinsip Penyusunan Kebijakan Publik
Benar
Dalam
Proses
Benar
Secara Isi
Benar
Secara
Politik Etik
Benar
Secara
Hukum
Benar
Secara
Manajemen
Benar
Secara
Bahasa
Permen Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Publik Nomor 4 Tahun 2007
Bentuk Kebijakan Publik
Peraturan yang terkodifikasi secara formal dan legal
Pernyataan Pejabat Publik di depan publik
Permen Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Publik Nomor 4 Tahun 2007
Stratifikasi Kebijakan Publik
Kebijakan di
tingkat pusat
Kebijakan di
tingkat daerah
Permen Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Publik Nomor 4 Tahun 2007
Sifat Kebijakan Publik
Kebijakan Publik Strategis
Kebijakan Publik Manajemen
Kebijakan Publik Teknis
Permen Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Publik Nomor 4 Tahun 2007
Formulasi Kebijakan

Menurut Dunn (2000:132), perumusan kebijakan (policy formulation)
adalah pengembangan dan sintesis terhadap alternatif-alternatif
pemecahan masalah.

Winarno (2002:29) menyatakan bahwa masing-masing alternatif
bersaing untuk di pilih sebagai kebijakan dalam rangka untuk
memecahkan masalah.

Tjokroamidjojo dalam Islamy (2000:24) menyebutkan perumusan
kebijakan sebagai alternatif yang terus menerus dilakukan dan
tidak pernah selesai, dalam memahami proses perumusan
kebijakan kita perlu memahami aktor-aktor yang terlibat dalam
proses perumusan kebijakan.
MODEL – MODEL FORMULASI KEBIJAKAN
Thomas R. Dye dalam bukunya Understanding
Public Policy (1955)
Model Sistem
Model Rasional
Model
Pengamatan
Terpadu
Model Institusional
Model Inkremental
Model Strategi
Model Kelompok
Model PilihanPublik
Model Demokrasi
Model Proses
Model Teori
Permainan
Model Sistem
Model ini lebih menggunakan teori David Easton, dimana kebijakan publik ada karena adanya
interaksi dengan lingkungan sekitar.
Kelemahan dari sistem ini adalah terpusatnya perhatian pada tindakan-tindakan yang
dilakukan pemerintah, dan pada akhirnya kita kehilangan perhatian pada apa yang tidak
pernah dilakukan pemerintah (Winarno, 2007:70).
Model Elite
kaum elite
model
ini
dipastikan
akan
berwarna
kepentingan
elite-elite
yang
berkuasa
dibandingkan dengan kebutuhan dan tuntutan
publik.
sisi negatif
pemegang
kekuasaaan
menggunakan
kuasanya
menjalankan keinginannya
massa
sisi positif
akan
untuk
Munculnya kepemimpinan, dimana pemimpin
ini akan membawa visi untuk diubah menjadi
kenyataan.
Model Institusional
Model ini disebut juga model kelembagaan. Model ini menyatakan bahwa tugas formulasi
merupakan tugas sentral lembaga-lembaga pemerintah secara otonom tanpa perlu
melakukan interaksi dengan lingkungannya.Artinya adalah tugas membuat kebijakan adalah
tugas pemerintah dan publik selaku pelaksanaan kebijakan yang dibuat oleh institusi
pemerintahan
kelemahan dari model ini adalah terabaikannya masalahmasalah
lingkungan tempat kebijakan itu diterapkan
Model Kelompok
Dalam model ini dapat ditemukan adanya interaksi dalam kelompok untuk
menghasilkan keseimbangan
model kelompok sesungguhnya merupakan abstraksi dari proses formulasi
kebijakan yang didalamnya beberapa kelompok kepentingan berusaha
mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan secara interaktif.
Model Proses
Dalam pendekatan ini, kebijakan publik dinilai sebagai aktivitas yang
menyertakan rangkaian-rangkaian (proses) yang berujung pada evaluasi
kebijakan. Secara singkat model ini menyatakan bahwa dalam memformulasikan kebijakan
ada standar-standar yang harus dilakukan oleh para formulator kebijakan agar kebijakan
yang dihasilkan minimal sesuai dengan apa yang hendak dicapai
Model Rasional
Prinsipnya model ini menuntut bagaimana keputusan yang diambil oleh
pemerintah harus ada perhitungan rasionalitas costs and benefits bagi
masyarakat
Menbuat kebijakan yang diinginkan oleh masyarakat
kebijakan yang memungkinkan untuk diimplementasikan
menilai konsekuensi masing-masing pilihan kebijakan
memilih alternatif kebijakan yang paling efisien dan ekonomis
Model Inkremental
Model ini merupakan kritik terhadap model rasional (Nugroho, 2009:407). Model ini melihat
bahwa kebijakan publik merupakan variasi ataupun kelanjutan kebijakan di masa lalu.
Model Pilihan Publik
Model ini menekankan bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah haruslah kebijakan
yang berbasis pada pilihan publik mayoritas
Artinya ketika pemerintah ingin membuat suatu kebijakan, akan ada tawar menawar
dengan publik
Model Teori Permainan
Prinsip dasar dari kebijakan ini adalah bahwa kebijakan publik berada dalam kondisi kompetisi
yang sempurna, agar kebijakan yang ditawarkan pada pengambilan keputusan lain dapat
diterima
Model Pengamatan Terpadu
Model ini merupakan upaya menggabungkan antara model rasional
dan model inkremental
Pemerintah
Masyarakat
Model Strategis
Perencanaan strategis lebih memfokuskan kepada pengidentifikasian dan pemecahan isu-isu,
lebih menekankan kepada penilain terhadap lingkungan diluar dan di dalam organisasi, dan
berorientasi kepada tindakan
Memperjelas arah masa depan
Menciptakan prioritas
Kontrol organisasi
Model Demokratis
Model ini berkembang khususnya di Negaranegara yang baru saja mengalami transisi
demokrasi, seperti Indonesia
model ini sangat efektif dalam implementasinya
karena setiap pihak mempunyai kewajiban untuk
ikut serta mencapai keberhasilan kebijakan
TAHAP-TAHAP
FORMULASI
KEBIJAKAN
Identifikasi Isu-isu Publik
Agenda Setting
Alternatif Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Penetapan Kebijakan
Identifikasi Isu-isu Publik

Menurut Mitroff dan Kliman (2003), perumusan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses yang
terdiri dari tiga tahap:
1.
Konseptualisasi masalah
2.
Spesifikasi masalah
3.
Pengenalan masalah.
Agenda Setting
Problem
Stream
Teori Agenda
Setting John
Kingdon
Politics Stream
Policy Stream
Teknik Menyusun Prioritas Masalah
Publik
1. Menyusun kuesioner masalah-masalah publik
Alternatif Kebijakan
Alternatif
Kebijakan
Pemilihan alternatif
 menyelesaikan
masalah-masalah
Kompromi dan
negosiasi
Penetapan Kebijakan
Penetapan
Kebijakan
Dokumen
Kebijakan
STUDI KASUS
Formulasi Kebijakan Program One
Village One Product (OVOP)
Kabupaten Bantul
Identifikasi Isu Publik
•Isu pelayanan publik
•Isu kemiskinan
•Isu pemerintahan yang empatik
Tahap Agenda Setting
• Problem Stream
• single-issue, yakni isu kemiskinan.
• Policy Stream
• BAPPEDA Bantul dan SKPD-SKPD terkait membahas tentang singleissue, yaitu isu kemiskinan.
• Politics Stream
• Melibatkan DPRD di dalam proses pembahasan selanjutnya
Alternatif Kebijakan
Penguatan
Mental
Penguatan
Kelembagaan
dengan OVOP
Adopsi Kebijakan

Alternatif kebijakan berupa penguatan kelembagaan dengan program One Village
One Product (OVOP) adalah yang paling tepat untuk diimplementasikan di
Kabupaten Bantul.

BAPPEDA kemudian membuat draft program OVOP untuk kemudian masuk ke
tahap-tahap selanjutnya hingga dapat diimplementasikan di Kabupaten Bantul
sebagai program pengentasan kemiskinan.
Penetapan Kebijakan
Juli-Agustus
2013 dilakukan pembahasan Program OVOP kembali di DPRD sekaligus
pembahasan KUA-PPAS, DPA, dan RAPBD
Pertengahan
Agustus 2013 Kebijakan OVOP sudah ditetapkan sebagai salah satu
kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk mengatasi kemiskinan.
Aktor Formulasi Kebijakan
Winarno (2003 :123) : mengatakan ada dua kelompok actor yang
terlibat dalam proses pembuatan kebijakan yaitu :

Para aktor resmi yang terdiri dari : agen – agen pemerintah,
presiden, legislatif dan yudikatif.

Para aktor tidak resmi meliputi : kelompok kepentingan, partai
politik, organisasi masyarakat dan warga negara/individu
Studi Kasus : Kebijakan Pemberlakuan Helm SNI Secara Wajib
Bagi Pengendara Sepeda MOTOR

Mengapa di buat kebijakan tersebut ???
-
Banyaknya Kecelakaan Pengendara bermotor dua mengalami
dampak cedera fatal di kepala.
-
Aktor dalam pembuatan Perumusan kebijakan :
1. Kementrian Perindustrian
2. Badan Standarisasi Nasional
3. Kementrian Perhubungan
4. Kepolisian RI
Lanjutan ..

Aktor tidak resmi :
1.
Industri Helm.
2.
Lembaga dan asosiasi yang peduli terhadap keselamatan para
pengendara.
Perumusan Kebijakan

Tahap I identifikasi isu – isu :
Pada tahap inilah pemerintah yang diwakili Kementrian Perindustrian,
Perhubungan, Kepolisian RI dan stokeholders lainnya mengidentifikasi
persoalan yang terjadi di publik untuk kemudian dibahas dan dicari
solusinya.

Tahap 2 Agenda setting
1. Membahas penting untuk menetapkan dan mencari solusi
2. Kementrian perindustrian membentuk tim yang diagendakan untuk
dapat membuat kebijakan tersebut. Tim ini teridiri dari lembaga
pemerintah yang terkait, asosiasi dan lembaga.
3. Kementrian Perindustrian mengkodinir membuat kebijakan dengan
membuat jadwal dan menentukan agenda agenda terkait hal – hal
yang diperlukan dalam proses pembuatan kebijakan tersebut.

Tahap 3 Penetapan kebijakan

1. adanya kajian tahapan pembahasan awal
- aktor aktor menganalisis manfaat dan alasan pertimbangan
perlunya diberlakukan kebijakan.
- pemberian arahan kepada tim anggota perumusan kebijakan
mengenai arahan terkait dengan ketentuan dan aturan – aturan
yang akan diatur dalam kebijakan tersebut.
- kemudian pada pembahasan awal ini juga dibahas terkait
kesiapan pihak luar dan masyarakat dalam pemberlakuan
kebijakan ini.

2. Peran Aktor Pembahasan Kebijakan

Pertemuan berikutnya tim penyusunan kebijakan menyampaikan
hal – hal yang menjadi pokok dasar diberlakukannya wajib SNI helm
tersebut, kepada aktor – aktor yang terkait.

Setiap perwakilan yang diundang diberikan kesempatan
menyampaikan ide – ide serta usulan sesuai konteks masing –
masing.

Tahap 3 penyusunan draft

1. tim perumusan membuat konsep dan kerangka peraturan
dengan melakukan pertemuan dan pembahasan berikutnya
dengan berbagai pihak yang terkait.

2. Mensepakati untuk finalisasi draft yang akan diserahkan sebagai
hasil akhir pembahasan. Draft tersebut hasil keputusan bersama
yang kemudian disesuaikan dengan format yang telah ditentukan
dalam membuat sebuah peraturan di instansi kementrian
perindustrian.

3. isi drfat dan kerangka peraturan diserahkan ke bagian hukum
kementrian perindustrian untuk diedit dan diperbaiki sesuai prosedur
kementrian tersebut.
Dalam proses kebijakan ini juga tim perumusan kebijakan membuat
konsep petunjuk teknis pelaksanaan penerapan dan pengawasan
peraturan tersebut.
Teknik Menyusun Prioritas Masalah
Publik
Menentukan populasi dan sampel stakeholders
3. Pengolahan data dan penyimpulan prioritas masalah
2.
KESIMPULAN

Kebijakan Publik adalah keputusan atau tindakan pemerintah atau lembaga
pemerintahan untuk mengatasi permasalahan, melakukan kegiatan, atau untuk
mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat
orang banyak dengan pertimbangan tentang bagaimana, mengapa, dan apa
akibat dari keputusan atau tindakan tersebut.

Dalam proses penyusunan kebijakan publik ada prinsip-prinsipnya
yaitu benar dalam proses, benar secara isi, benar secara politik etik,
benar secara hukum, benar secara manajemen, benar secara
bahasa. Kebijakan Publik dapat berbentuk Peraturan yang
terkodifikasi secara formal dan legal atau Pernyataan Pejabat
Publik di depan publik. kebijakan publik ada yang bersifat strategis,
manajemen, dan teknis.

Formulasi kebijakan publik atau pembuatan kebijakan publik meliputi beberapa
tahap yakni tahap identifikasi isu-isu publik (perumusan masalah), Agenda Setting,
pembuatan alternatif kebijakan, adopsi kebijakan, penetapan kebijakan.

Dua kelompok aktor yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan yaitu:
pertama, para aktor resmi yang terdiri dari agen – agen pemerintah, presiden,
legislatif dan yudikatif. Kedua, para aktor tidak resmi meliputi : kelompok
kepentingan, partai politik, organisasi masyarakat dan warga negara/individu.

Terdapat sejumlah model perumusan kebijakan publik yang dikemukakan oleh para
ahli antara lain : Model Institusional, Model Elit–Massa, Model Kelompok, Model
Sistem–Politik, Model Rational-Comprehensive, Model Incremental, Model MixedScanning.

Ada dua contoh kasus yang menjadi pembahasan yakni formulasi kebijakan One
Village One Product (OVOP) Kabupaten Bantul dan Penetapan Penggunaan Helm
SNI. Dalam kedua kebijakan di atas telah memenuhi setiap tahapan di dalam
formulasi kebijakan publik dan telah sesuai dengan input yang masuk atau kondisi di
masyarakat.
Download