UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS III DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI SDN BUKIT DURI 11 PAGI JAKARTA SELATAN Rima Rikmasari Silvia Riani Rosmawar Saragih Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi khususnya mata pelajaran matematika. Hal disebabkan oleh kurangnya pemahaman peserta didik dalam aspek kognitif. Metode dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak tiga siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Bukit Duri 11 Pagi Jakarta Selatan yang berjumlah 23 siswa. Tehnik pengumpulan data menggunakan tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan di setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari hasil nilai siswa memperoleh rata-rata sebesar 67,83 dengan ketuntasan belajar 58,33%. Pada siklus III hasil nilai siswa memperoleh rata-rata sebesar 83,91 dengan ketuntasan belajar 91,71%. Kata kunci : hasil Belajar, Model Pembelajaran Numbered Heads Together I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap negara, apalagi bangsa Indonesia yang sedang berkembang dan dalam tahap membangun. Pembangunan hanya mampu dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan dan dibekali melalui pendidikan. Mutu pendidikan merupakan masalah nasional, karena pendidikan merupakan satu-satunya komponen dasar untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Upaya peningkatan PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 kualitas pendidikan berarti juga upaya peningkatan sumber daya manusia, yang mana hal tersebut merupakan tugas besar pemerintah serta segenap elemen bangsa dan berjangka waktu panjang karena menyangkut dimensi luas untuk mengatasi masalah pendidikan bangsa. Sekolah Dasar adalah lembaga pendidikan pertama yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan guna membentuk karakter peserta didik di Sekolah Dasar (SD) dan merupakan tonggak 42 (enforcement) tujuan Pendidikan Nasional. Karenanya pengelolaan dan penanganan pendidikan dasar yang memadai demi peningkatan mutu pendidikan yang lebih tinggi. Di Sekolah Dasar terdapat beberapa mata pelajaran pokok yang harus dikuasai siswa di samping mata pelajaran tambahan lainnya. Mata pelajaran pokok adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Semua itu merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki supaya tidak kesulitan dalam mengikuti pendidikan tingkat menengah. Matematika sebagai salah satu cabang ilmu yang dapat dinilai memberikan kotribusi positif dalam memicu ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu matematika juga mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains dan teknologi. Sehingga matematika menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, siswa harus memahami matematika lebih dalam, namun pada kenyataannya sampai saat ini matematika mempunyai citra negatif dimata siswa. Sebagian siswa di sekolah dasar beranggapan matematika merupakan pelajaran yang sulit karena hanya berisi simbol-simbol serta rumusrumus. Pada akhirnya siswa kurang tertarik terhadap matematika dan sebagian besar dari mereka merasa kesulitan, bosan dan jenuh terhadap matematika yang menyebabkan hasil PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 belajar matematika pada umumnya mendapat nilai rendah. Kita ketahui matematika adalah mata pelajaran yang lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan materi yang berkesinambungan yang berakibat dalam pembelajaran berikutnya. Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi pada materi operasi hitung perkalian, data hasil belajar siswa masih rendah. Berikut adalah ketuntasan belajar siswa kelas III berdasarkan data tahun pembelajaran sebelumnya diketahui bahwa Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan masih kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan juga penggunaan atau penerapan model pembelajaran di dalam kegiatan pembelajaran matematika. Selain itu matematika dianggap pelajaran yang sukar sehingga minat, sikap, dan perhatian siswa terhadap matematika sangat kurang. Hal ini membuktikan bahwa kurangnya penggunaan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif membuat hasil belajar matematika siswa tidak sesuai dengan nilai KKM yang diharapkan. Penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran harus benar-benar tepat dalam penggunaannya sesuai dengan pembelajaran yang akan disampaikan, karena dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat akan membuat hasil belajar yang lebih baik. Dalam penggunaan model pembelajaran 43 yang tepat, ditentukan oleh seorang guru yang akan menggunakannya, karena berhasil atau tidaknya pembelajaran yang aktif tergantung dari seorang guru dalam menggunakan model pembelajaran tersebut. Pada saat peneliti melihat secara langsung peserta didik di sekolah kenyataannya dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, dan terpaku pada metode lama yaitu proses pembelajaran yang diarahkan kepada kemampuan menghafal. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menyimpan informasi yang diserap tanpa memahami informasi yang diterima. Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka pendidik sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran yang tepat sebagai upaya peningkatan hasil kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dapat digunakan yaitu pembelajaran yang menyenangkan (joyful) secara luas, bukan berarti proses pembelajaran tersebut selalu diselingi dengan lelucon, banyak nyanyian ataupun tepuk tangan yang meriah. Salah satu model pembelajaran yang akan digunakan adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Numbered Heads together (NHT). Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Melalui pembelajaran tersebut dimungkinkan siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran. Aris Shoimin (2014:107) Model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif. Hamdani (2011:30) Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Aris Shoimin (2014:107) Model Numbered Heads Together mengacu pada belajar kelompok siswa, masing-masing anggota memiliki bagian tugas (pertanyaan) dengan nomor yang berbeda-beda. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spenser Kagan dalam Nurhadi dan Agus. Adapun kelebihannya yang disebutkan oleh La Iru dan La Ode Safrun (2012:60) adalah: 1. Situasi belajar lebih aktif, hidup, bersemangat dan berdaya guna. 2. Merupakan latihan berpikir ilmiah dalam menghadapi masalah. 3. Menumbuhkan sifat objektif, percaya pada diri sendiri, keberanian serta tanggung jawab dalam menghadapi/mengatasi permasalahan. Dari kelebihan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together ini merangsang niat belajar siswa agar lebih aktif, serta mampu memberikan pemikiran-pemikiran 44 yang kritis dari materi yang telah disampaikan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “upaya peningkatan hasil belajar matematika kelas III SD dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together di SDN Bukit Duri 11 Pagi Jakarta Selatan”. Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi Jakarta Selatan?”. II. KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang tetap sebagai hasil proses pembelajaran, dari proses pembelajaran dapat kita lihat dari angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Dedy Kustawan (2013:15) mengatakan “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”. Selain itu menurut Ahmad susanto (2013:5) “hasil belajar siswa adalah kemampuan untuk diperoleh anak setelah melalui kegiatan PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 pembelajaran”. Jadi kemampuan siswa dalam proses pembelajaran akan dilihat dari hasil belajar. Indikator hasil belajar dalam ranah kognitif oleh Bloom (Dimyati & mudjiono, 2009:202-204) sebagai berikut: 1. Pengetahuan (C1), dalam hal ini siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih dari faktafakta yang sederhana. 2. Pemahaman (C2), yaitu siswa diharapkan mampu untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. 3. Penggunaan/penerapan (C3), disini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih generalisasi/abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. 4. Analisis (C4), merupakan kemampuan siswa untuk menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar. 5. Sintesis(C5), merupakan kemampuan siswa untuk menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. 6. Evaluasi (C6), merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus. 45 Dalam proses pembelajaran, aspek kognitif inilah yang paling menonjol dan bisa dilihat langsung dari hasil tes. Di mana pendidik dituntut untuk melaksanakan semua tujuan tersebut. Hal ini bisa dilakukan oleh pendidik dengan cara memasukkan unsur tersebut ke dalam pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus memenuhi unsur tujuan dari segi kognitif, sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. B. Model Pembelajaran Numbered Heads Together Model pembelajaran Numbered Heads Together merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif” (Aris Shoimin, 2014:107). “Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan” (Hamdani, 2011:30). “Model Numbered Heads Together mengacu pada belajar kelompok siswa, masing-masing anggota memiliki bagian tugas (pertanyaan) dengan nomor yang berbeda-beda” (Aris Shoimin, 2014:107). Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spenser Kagan dalam Nurhadi dan Agus. Tujuan model pembelajaran “Numbered Heads Together adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat” (Miftahul Huda, 2013:203). Selain untuk meningkatkan PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 kerja sama siswa, Numbered Heads Together juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Empat tahap pelaksanaan model Numbered Heads Together, yaitu: 1. Numbering, guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggotakan 3 sampai 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor 1 sampai 5. 2. Questioning, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya bisa bervariasi. Pertanyaan bisa sangat spesifik. 3. Heads Together, siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang mengetahui jawabannya. 4. Answering, guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu untuk mengangkat tangannya dan memberi jawabannya kehadapan seluruh kelas. C. Pembelajaran Matematika di SD Pembelajaran matematika menurut Susanto. A (2014:186) adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir peserta didik yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, serta meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuanbaru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. 46 Tujuan Pembelajaran Matematika Menurut Prihandoko (2006:21) Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. III. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Bukit Duri 11 Pagi Jakarta selatan. Penulis melakukan penelitian ini selama kurang lebih satu bulan. Terhitung dari bulan September sampai Oktober 2016. Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk meneliti situasi dan kondisi pembelajaran siswa di kelas III pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi melalui model pembelajaran numbered heads together (NHT). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III A SDN Bukit Duri 11 Pagi yang berjumlah 23 siswa. Siswa tersebut terdiri dari laki-laki sebanyak 12 dan perempuan sebanyak 11 siswa. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus, 1 siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian dan perolehan nilai tes pada siklus kesatu, kedua, dan ketiga bahwa hasil belajar peserta didik kelas tiga pada pembelajaran matematika materi Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka mengalami peningkatan dibandingkan nilai sebelum penelitian dilaksanakan. Secara keseluruhan peserta didik sudah mampu memahami konsep perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka dengan menggunakan model pembelajaran numbered heads together (NHT). Sebanyak 20 peserta didik sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan Ketuntasan Belajar Klasikal 91,71%. Walaupun masih terdapat 3 peserta didik (8,29%) yang belum tuntas karena nilai yang diperoleh masih di bawah KKM, namun pembelajaran matematika pada materi Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka dengan menggunakan model pembelajaran numbered heads together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi. Nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar klasikal dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4.1 Berikut: 47 Tabel 4.1 Grafik 4.2 Rekapitulasi Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus I, II, dan III Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus Rata-rata Kelas Ketuntasan Belajar Klasikal Persentase 67,83 58,33% II 68,26 81,53% III 83,91 91,71% 81.53% 80.00% 60.00% I 91.71% 100.00% 58.33% 40.00% 20.00% 0.00% Berikut ini grafik peningkatan hasil belajar peserta didik selama siklus satu, dua , dan tiga dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut ini: Grafik 4.1 Rata-rata kelas Nilai rata-rata 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.91 67.83 68.26 Siklus I Siklus II Siklus III Berikut ini grafik peningkatan ketuntasan belajar klasikal peserta didik selama siklus satu, dua , dan tiga dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut ini: PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 Siklus I Siklus II Siklus III Menurut data penelitian yang telah dijelaskan di atas, terdapat peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar klasikal peserta didik selama siklus satu, dua , dan tiga. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata kelas dari siklus satu sebesar 67,83 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 58,33%, lalu pada siklus dua peningkatan rata-rata kelas sebesar 68,26 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 81,53%, dan terakhir pada siklus tiga peningkatan rata-rata kelas sebesar 83,91 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 91,71%. B. Pembahasan Setelah melakukan penelitian tindakan kelas selama tiga siklus maka peneliti menguraikan berdasarkan pada tujuan peneliti yaitu untuk mengetahui penerapan yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka melalui metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) 48 pada siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi. Berdasarkan analisis hasil peneliti yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dengan menerapkan tipe Numbered Heads Together (NHT) materi perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka pada siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi, menunjukkan bahwa penelitian sudah sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil. Keberhasilan tersebut dilihat dari tercapainya seluruh indikator keberhasilan yang telah ditetapkan peneliti pada materi perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka dengan menggunakan tipe Numbered Heads Together (NHT). Hasil penelitian memperoleh nilai tes pada siklus I, II & III bahwa hasil belajar peserta didik dengan menggunakan NHT mengalami peningkatan dibandingkan nilai sebelum penelitian. Secara keseluruhan peserta didik sudah mampu memahami konsep, sebanyak 20 peserta didik sudah mencapai KKM dan 3 peserta didik belum tuntas. Pembelajaran matematika dengan menggunakan NHT memberikan keuntungan antara lain: pembelajaran lebih menarik, membangun kerjasama, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, membantu peserta didik mengkonstruksikan pengetahuannya mengenai materi pembelajaran, membangun solidaritas, dengan teman serta PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 menjalin komunikasi baik dengan guru dan peserta didik lainnya. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif, tidak menegangkan sehingga siswa tidak terlihat membosankan melainkan membuat siswa untuk senang serta mampu membuat suasana seperti belajar sambil bermain. Terbukti dari nilai rata-rata pada siklus I, II dan III. Nilai rata-rata pada siklus I memperoleh rata-rata 67,83 dengan pencapaian ketuntasan belajar 58,33%. Pada siklus II memperoleh rata-rata 68,26 dengan pencapaian ketuntasan belajar 81,53% dan pada siklus III meningkat dengan memperoleh rata-rata 83,91 dengan pencapaian ketuntasan belajar klasikal 91,71%, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi dalam aspek kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan pengaplikasian (C3) pada materi bangun datar. Dengan kata lain penelitian ini telah berhasil, karena telah terbukti melalui metode kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi dapat meningkatkan hasil belajar matematika karena dengan pembelajaran NHT yang menyenangkan, peserta didik dapat dengan mudah memahami materi pelajaran dengan cepat sehingga hasil belajar peserta didik pun dapat meningkat. 49 V. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11 Pagi dalam aspek kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan pengaplikasian (C3) pada materi melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa yaitu pada siklus I memperoleh rata-rata sebesar 67,83 dengan pencapaian ketuntasan belajar 58,33%. Pada siklus II memperoleh rata-rata 68,26 dengan pencapaian ketuntasan belajar 81,53%, pada siklus III memperoleh nilai rata-rata 83,91 dengan persentase yang meningkat 91,71%. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena di dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa lebih termotivasi dan aktif dalam pembelajaran. Sebelum diterapkan pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), pembelajaran Matematika di kelas III kurang menarik terlihat dari banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif, tidak menegangkan sehingga siswa tidak terlihat membosankan melainkan membuat siswa lebih bergairah untuk belajar, karena pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu membuat suasana belajar yang menyenangkan. *Silvia Riani Rosmawar S adalah Mahasiswa Pgsd Universitas Islam “45” Bekasi *Rima Rikmasari adalah Dosen Pgsd Universitas Islam “45” Bekasi PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 50 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Ridwan Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Musfiqon. 2013. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pusataka Belajar. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencan Prenada Media Group. Siregar, Eveline dkk. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica-Imstep Project. Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Sundayana, Rostina. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta CV. Supardi, Syarifudin, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sutikno, Sorby. 2013. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Lombok: Holistica. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017 51