upaya peningkatan hasil belajar matematika kelas

advertisement
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS III DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI SDN
BUKIT DURI 11 PAGI JAKARTA SELATAN
Rima Rikmasari
Silvia Riani Rosmawar Saragih
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas III di SDN
Bukit Duri 11 Pagi khususnya mata pelajaran matematika. Hal disebabkan oleh
kurangnya pemahaman peserta didik dalam aspek kognitif. Metode dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak tiga siklus. Subjek
penelitian adalah siswa kelas III SDN Bukit Duri 11 Pagi Jakarta Selatan yang
berjumlah 23 siswa. Tehnik pengumpulan data menggunakan tes dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan di setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari
hasil nilai siswa memperoleh rata-rata sebesar 67,83 dengan ketuntasan belajar
58,33%. Pada siklus III hasil nilai siswa memperoleh rata-rata sebesar 83,91 dengan
ketuntasan belajar 91,71%.
Kata kunci : hasil Belajar, Model Pembelajaran Numbered Heads Together
I. PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan
investasi yang paling utama bagi
setiap negara, apalagi bangsa
Indonesia yang sedang berkembang
dan dalam tahap membangun.
Pembangunan
hanya
mampu
dilakukan
oleh
manusia
yang
dipersiapkan dan dibekali melalui
pendidikan.
Mutu
pendidikan
merupakan masalah nasional, karena
pendidikan merupakan satu-satunya
komponen dasar untuk membentuk
sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Upaya
peningkatan
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
kualitas pendidikan berarti juga upaya
peningkatan sumber daya manusia,
yang mana hal tersebut merupakan
tugas besar pemerintah serta segenap
elemen bangsa dan berjangka waktu
panjang karena menyangkut dimensi
luas untuk mengatasi masalah
pendidikan bangsa.
Sekolah Dasar adalah lembaga
pendidikan pertama yang memegang
peranan penting dalam dunia
pendidikan guna membentuk karakter
peserta didik di Sekolah Dasar (SD)
dan
merupakan
tonggak
42
(enforcement) tujuan Pendidikan
Nasional. Karenanya pengelolaan dan
penanganan pendidikan dasar yang
memadai demi peningkatan mutu
pendidikan yang lebih tinggi.
Di Sekolah Dasar terdapat
beberapa mata pelajaran pokok yang
harus dikuasai siswa di samping mata
pelajaran tambahan lainnya. Mata
pelajaran pokok adalah Matematika,
Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS),
dan
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN). Semua itu
merupakan kemampuan-kemampuan
dasar yang harus dimiliki supaya tidak
kesulitan dalam mengikuti pendidikan
tingkat menengah.
Matematika sebagai salah satu
cabang ilmu yang dapat dinilai
memberikan kotribusi positif dalam
memicu ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain itu matematika juga
mempunyai peranan yang sangat
esensial untuk ilmu lain, utamanya
sains dan teknologi. Sehingga
matematika menjadi sangat penting
dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Oleh karena itu, siswa
harus memahami matematika lebih
dalam, namun pada kenyataannya
sampai
saat
ini
matematika
mempunyai citra negatif dimata siswa.
Sebagian siswa di sekolah dasar
beranggapan matematika merupakan
pelajaran yang sulit karena hanya
berisi simbol-simbol serta rumusrumus. Pada akhirnya siswa kurang
tertarik terhadap matematika dan
sebagian besar dari mereka merasa
kesulitan, bosan dan jenuh terhadap
matematika yang menyebabkan hasil
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
belajar matematika pada umumnya
mendapat nilai rendah.
Kita
ketahui
matematika
adalah mata pelajaran yang lebih
menekankan pada pemahaman dan
penguasaan
materi
yang
berkesinambungan yang berakibat
dalam pembelajaran berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi pada
siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11
Pagi pada materi operasi hitung
perkalian, data hasil belajar siswa
masih rendah. Berikut adalah
ketuntasan belajar siswa kelas III
berdasarkan data tahun pembelajaran
sebelumnya
diketahui
bahwa
Rendahnya hasil belajar siswa
disebabkan
masih
kurangnya
pengetahuan, pemahaman, dan juga
penggunaan atau penerapan model
pembelajaran di dalam kegiatan
pembelajaran matematika. Selain itu
matematika dianggap pelajaran yang
sukar sehingga minat, sikap, dan
perhatian siswa terhadap matematika
sangat kurang.
Hal ini membuktikan bahwa
kurangnya
penggunaan
model
pembelajaran yang kreatif dan
inovatif membuat hasil belajar
matematika siswa tidak sesuai
dengan nilai KKM yang diharapkan.
Penggunaan
model
pembelajaran
dalam
kegiatan
pembelajaran harus benar-benar
tepat dalam penggunaannya sesuai
dengan pembelajaran yang akan
disampaikan,
karena
dengan
menggunakan model pembelajaran
yang tepat akan membuat hasil
belajar yang lebih baik. Dalam
penggunaan model pembelajaran
43
yang tepat, ditentukan oleh seorang
guru yang akan menggunakannya,
karena berhasil atau tidaknya
pembelajaran yang aktif tergantung
dari
seorang
guru
dalam
menggunakan model pembelajaran
tersebut.
Pada saat peneliti melihat
secara langsung peserta didik di
sekolah kenyataannya dalam proses
pembelajaran, anak kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan
berpikir, dan terpaku pada metode
lama yaitu proses pembelajaran yang
diarahkan
kepada
kemampuan
menghafal. Otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menyimpan informasi
yang diserap tanpa memahami
informasi yang diterima.
Sehubungan
dengan
permasalahan di atas, maka pendidik
sebagai
pelaksana
pendidikan
dituntut untuk menggunakan metode
pembelajaran yang tepat sebagai
upaya peningkatan hasil kualitas
proses pembelajaran. Pembelajaran
yang
dapat
digunakan
yaitu
pembelajaran yang menyenangkan
(joyful) secara luas, bukan berarti
proses pembelajaran tersebut selalu
diselingi dengan lelucon, banyak
nyanyian ataupun tepuk tangan yang
meriah.
Salah
satu
model
pembelajaran yang akan digunakan
adalah pembelajaran kooperatif
(Cooperative
Learning)
tipe
Numbered Heads together (NHT).
Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) merupakan salah satu
model pembelajaran yaitu siswa
belajar dalam kelompok kecil yang
heterogen
dan
dikelompokkan
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
dengan tingkat kemampuan yang
berbeda.
Melalui pembelajaran
tersebut dimungkinkan siswa belajar
dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil untuk menyelesaikan
masalah-masalah pembelajaran.
Aris
Shoimin
(2014:107)
Model pembelajaran
Numbered
Heads Together merupakan salah
satu
strategi
pembelajaran
kooperatif. Hamdani (2011:30) Model
pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar siswa
dalam kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan. Aris Shoimin (2014:107)
Model Numbered Heads Together
mengacu pada belajar kelompok
siswa,
masing-masing
anggota
memiliki bagian tugas (pertanyaan)
dengan nomor yang berbeda-beda.
Model
pembelajaran
ini
dikembangkan oleh Spenser Kagan
dalam Nurhadi dan Agus.
Adapun kelebihannya yang
disebutkan oleh La Iru dan La Ode
Safrun (2012:60) adalah:
1. Situasi belajar lebih aktif, hidup,
bersemangat dan berdaya guna.
2. Merupakan latihan berpikir ilmiah
dalam menghadapi masalah.
3. Menumbuhkan sifat objektif,
percaya
pada
diri
sendiri,
keberanian serta tanggung jawab
dalam
menghadapi/mengatasi
permasalahan.
Dari kelebihan di atas dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran
Numbered
Heads
Together ini merangsang niat belajar
siswa agar lebih aktif, serta mampu
memberikan
pemikiran-pemikiran
44
yang kritis dari materi yang telah
disampaikan.
Berdasarkan latar belakang di
atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “upaya
peningkatan hasil belajar matematika
kelas III SD dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Heads
Together di SDN Bukit Duri 11 Pagi
Jakarta Selatan”.
Berdasarkan pada identifikasi
masalah dan pembatasan masalah di
atas maka masalah yang akan diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Apakah
model
pembelajaran
Numbered Heads Together dapat
meningkatkan
hasil
belajar
matematika kelas III di SDN Bukit Duri
11 Pagi Jakarta Selatan?”.
II. KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
Hasil
belajar
merupakan
perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil proses pembelajaran,
dari proses pembelajaran dapat kita
lihat dari angka yang diperoleh siswa
yang telah berhasil menuntaskan
konsep-konsep mata pelajaran sesuai
dengan kriteria ketuntasan minimal
yang ditetapkan sesuai dengan
kurikulum.
Dedy Kustawan (2013:15)
mengatakan “hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan
yang
dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya”. Selain itu
menurut Ahmad susanto (2013:5)
“hasil
belajar
siswa
adalah
kemampuan untuk diperoleh anak
setelah
melalui
kegiatan
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
pembelajaran”. Jadi kemampuan
siswa dalam proses pembelajaran
akan dilihat dari hasil belajar.
Indikator hasil belajar dalam
ranah kognitif oleh Bloom (Dimyati &
mudjiono, 2009:202-204) sebagai
berikut:
1. Pengetahuan (C1), dalam hal ini
siswa diminta untuk mengingat
kembali satu atau lebih dari faktafakta yang sederhana.
2. Pemahaman (C2), yaitu siswa
diharapkan
mampu
untuk
membuktikan
bahwa
ia
memahami
hubungan
yang
sederhana diantara fakta-fakta
atau konsep.
3. Penggunaan/penerapan
(C3),
disini siswa dituntut untuk
memiliki
kemampuan
untuk
menyeleksi
atau
memilih
generalisasi/abstraksi
tertentu
(konsep, hukum, dalil, aturan,
cara)
secara
tepat
untuk
diterapkan dalam suatu situasi
baru dan menerapkannya secara
benar.
4. Analisis
(C4),
merupakan
kemampuan
siswa
untuk
menganalisis
hubungan
atau
situasi yang kompleks atau
konsep-konsep dasar.
5. Sintesis(C5),
merupakan
kemampuan
siswa
untuk
menggabungkan
unsur-unsur
pokok ke dalam struktur yang
baru.
6. Evaluasi
(C6),
merupakan
kemampuan
siswa
untuk
menerapkan pengetahuan dan
kemampuan yang telah dimiliki
untuk menilai suatu kasus.
45
Dalam proses pembelajaran,
aspek kognitif inilah yang paling
menonjol dan bisa dilihat langsung
dari hasil tes. Di mana pendidik
dituntut untuk melaksanakan semua
tujuan tersebut. Hal ini bisa dilakukan
oleh
pendidik
dengan
cara
memasukkan unsur tersebut ke dalam
pertanyaan
yang
diberikan.
Pertanyaan yang diberikan kepada
siswa harus memenuhi unsur tujuan
dari segi kognitif, sehingga peserta
didik
dapat
mencapai
tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
B.
Model Pembelajaran Numbered
Heads Together
Model
pembelajaran
Numbered
Heads
Together
merupakan salah satu strategi
pembelajaran
kooperatif”
(Aris
Shoimin,
2014:107).
“Model
pembelajaran
kooperatif
adalah
rangkaian kegiatan belajar siswa
dalam kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan” (Hamdani, 2011:30).
“Model Numbered Heads Together
mengacu pada belajar kelompok
siswa,
masing-masing
anggota
memiliki bagian tugas (pertanyaan)
dengan nomor yang berbeda-beda”
(Aris Shoimin, 2014:107). Model
pembelajaran ini dikembangkan oleh
Spenser Kagan dalam Nurhadi dan
Agus.
Tujuan model pembelajaran
“Numbered Heads Together adalah
memberi kesempatan kepada siswa
untuk saling berbagi gagasan dan
mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat” (Miftahul Huda,
2013:203). Selain untuk meningkatkan
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
kerja sama siswa, Numbered Heads
Together juga bisa diterapkan untuk
semua mata pelajaran dan tingkatan
kelas.
Empat tahap pelaksanaan model
Numbered Heads Together, yaitu:
1. Numbering, guru membagi siswa
menjadi
beberapa
tim
beranggotakan 3 sampai 5 orang
dan memberi nomor sehingga
setiap siswa pada masing-masing
tim memiliki nomor 1 sampai 5.
2. Questioning, guru mengajukan
sebuah pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaannya bisa bervariasi.
Pertanyaan bisa sangat spesifik.
3. Heads
Together,
siswa
menyatukan “kepalanya” untuk
menemukan jawabannya dan
memastikan bahwa semua orang
mengetahui jawabannya.
4. Answering,
guru
memanggil
sebuah nomor dan siswa dari
masing-masing kelompok yang
memiliki
nomor
itu
untuk
mengangkat
tangannya
dan
memberi jawabannya kehadapan
seluruh kelas.
C. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran
matematika
menurut Susanto. A (2014:186) adalah
suatu proses belajar mengajar yang
dibangun
oleh
guru
untuk
mengembangkan kreatifitas berfikir
peserta
didik
yang
dapat
meningkatkan kemampuan berfikir
peserta didik, serta meningkatkan
kemampuan
mengkonstruksi
pengetahuanbaru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi matematika.
46
Tujuan Pembelajaran Matematika
Menurut Prihandoko (2006:21)
Tujuan pembelajaran matematika
adalah melatih dan menumbuhkan
cara berfikir sistematis, logis, kritis,
kreatif,
dan
konsisten,
serta
mengembangkan sikap gigih dan
percaya diri dalam menyelesaikan
masalah.
III. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN
Bukit Duri 11 Pagi Jakarta selatan.
Penulis melakukan penelitian ini
selama kurang lebih satu bulan.
Terhitung dari bulan September
sampai Oktober 2016.
Rancangan penelitian yang
dipergunakan
adalah
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk
meneliti
situasi
dan
kondisi
pembelajaran siswa di kelas III pada
saat proses pembelajaran matematika
berlangsung untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas III di
SDN Bukit Duri 11 Pagi melalui model
pembelajaran
numbered
heads
together (NHT).
Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas III A SDN Bukit Duri 11 Pagi
yang berjumlah 23 siswa. Siswa
tersebut terdiri dari laki-laki sebanyak
12 dan perempuan sebanyak 11 siswa.
Pelaksanaan
penelitian
dilaksanakan dalam 3 siklus, 1 siklus
terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
perencanaan,
pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
IV. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan perolehan
nilai tes pada siklus kesatu, kedua, dan
ketiga bahwa hasil belajar peserta
didik kelas tiga pada pembelajaran
matematika
materi
Melakukan
perkalian yang hasilnya bilangan tiga
angka dan pembagian bilangan tiga
angka
mengalami
peningkatan
dibandingkan nilai sebelum penelitian
dilaksanakan.
Secara keseluruhan peserta
didik sudah mampu memahami
konsep perkalian yang hasilnya
bilangan tiga angka dan pembagian
bilangan
tiga
angka
dengan
menggunakan model pembelajaran
numbered heads together (NHT).
Sebanyak 20 peserta didik sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dengan Ketuntasan Belajar
Klasikal 91,71%. Walaupun masih
terdapat 3 peserta didik (8,29%) yang
belum tuntas karena nilai yang
diperoleh masih di bawah KKM,
namun pembelajaran matematika
pada materi Melakukan perkalian
yang hasilnya bilangan tiga angka dan
pembagian bilangan tiga angka
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
numbered
heads
together (NHT) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III di SDN
Bukit Duri 11 Pagi. Nilai rata-rata kelas
dan ketuntasan belajar klasikal dari
setiap siklus dapat dilihat pada tabel
4.1 Berikut:
47
Tabel 4.1
Grafik 4.2
Rekapitulasi Nilai Rata-rata dan
Ketuntasan Belajar Klasikal Siklus I, II,
dan III
Ketuntasan Belajar Klasikal
Siklus
Rata-rata
Kelas
Ketuntasan
Belajar Klasikal
Persentase
67,83
58,33%
II
68,26
81,53%
III
83,91
91,71%
81.53%
80.00%
60.00%
I
91.71%
100.00%
58.33%
40.00%
20.00%
0.00%
Berikut ini grafik peningkatan
hasil belajar peserta didik selama
siklus satu, dua , dan tiga dapat dilihat
pada diagram 4.1 berikut ini:
Grafik 4.1
Rata-rata kelas
Nilai rata-rata
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
83.91
67.83
68.26
Siklus I Siklus II Siklus III
Berikut ini grafik peningkatan
ketuntasan belajar klasikal peserta
didik selama siklus satu, dua , dan tiga
dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut
ini:
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Menurut data penelitian yang
telah dijelaskan di atas, terdapat
peningkatan hasil belajar dan
ketuntasan belajar klasikal peserta
didik selama siklus satu, dua , dan tiga.
Hal
ini
ditunjukkan
dengan
meningkatnya rata-rata kelas dari
siklus satu
sebesar 67,83 dan
ketuntasan belajar klasikal sebesar
58,33%, lalu pada siklus dua
peningkatan rata-rata kelas sebesar
68,26 dan ketuntasan belajar klasikal
sebesar 81,53%, dan terakhir pada
siklus tiga peningkatan rata-rata kelas
sebesar 83,91 dan ketuntasan belajar
klasikal sebesar 91,71%.
B. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian
tindakan kelas selama tiga siklus maka
peneliti menguraikan berdasarkan
pada tujuan peneliti yaitu untuk
mengetahui penerapan yang tepat
dalam meningkatkan hasil belajar
matematika materi perkalian yang
hasilnya bilangan tiga angka dan
pembagian bilangan tiga angka
melalui metode kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT)
48
pada siswa kelas III di SDN Bukit Duri
11 Pagi.
Berdasarkan analisis hasil
peneliti yang dilakukan pada siklus I,
siklus II, dan siklus III dengan
menerapkan tipe Numbered Heads
Together (NHT) materi perkalian yang
hasilnya bilangan tiga angka dan
pembagian bilangan tiga angka pada
siswa kelas III di SDN Bukit Duri 11
Pagi, menunjukkan bahwa penelitian
sudah sesuai dengan apa yang
diharapkan
peneliti,
sehingga
penelitian ini dikatakan berhasil.
Keberhasilan tersebut dilihat dari
tercapainya
seluruh
indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan
peneliti pada materi perkalian yang
hasilnya bilangan tiga angka dan
pembagian bilangan tiga angka
dengan menggunakan tipe Numbered
Heads Together (NHT).
Hasil penelitian memperoleh
nilai tes pada siklus I, II & III bahwa
hasil belajar peserta didik dengan
menggunakan
NHT
mengalami
peningkatan
dibandingkan
nilai
sebelum
penelitian.
Secara
keseluruhan peserta didik sudah
mampu memahami konsep, sebanyak
20 peserta didik sudah mencapai KKM
dan 3 peserta didik belum tuntas.
Pembelajaran matematika dengan
menggunakan
NHT
memberikan
keuntungan antara lain: pembelajaran
lebih
menarik,
membangun
kerjasama, suasana kelas yang rileks
dan
menyenangkan,
membantu
peserta didik mengkonstruksikan
pengetahuannya mengenai materi
pembelajaran,
membangun
solidaritas, dengan teman serta
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
menjalin komunikasi baik dengan guru
dan peserta didik lainnya. Pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung
siswa lebih aktif, tidak menegangkan
sehingga
siswa
tidak
terlihat
membosankan melainkan membuat
siswa untuk senang serta mampu
membuat suasana seperti belajar
sambil bermain.
Terbukti dari nilai rata-rata
pada siklus I, II dan III. Nilai rata-rata
pada siklus I memperoleh rata-rata
67,83 dengan pencapaian ketuntasan
belajar 58,33%. Pada siklus II
memperoleh rata-rata 68,26 dengan
pencapaian ketuntasan belajar 81,53%
dan pada siklus III meningkat dengan
memperoleh rata-rata 83,91 dengan
pencapaian ketuntasan belajar klasikal
91,71%, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode pembelajaran
kooperatif
tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas
III di SDN Bukit Duri 11 Pagi dalam
aspek kognitif yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2) dan pengaplikasian
(C3) pada materi bangun datar.
Dengan kata lain penelitian ini
telah berhasil, karena telah terbukti
melalui metode kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT)
pada siswa kelas III di SDN Bukit Duri
11 Pagi dapat meningkatkan hasil
belajar matematika karena dengan
pembelajaran
NHT
yang
menyenangkan, peserta didik dapat
dengan mudah memahami materi
pelajaran dengan cepat sehingga hasil
belajar peserta didik pun dapat
meningkat.
49
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa
penggunaan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Numbered Heads Together (NHT)
dapat meningkatkan hasil belajar
matematika dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III di SDN
Bukit Duri 11 Pagi dalam aspek
kognitif
yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2) dan pengaplikasian
(C3) pada materi melakukan perkalian
yang hasilnya bilangan tiga angka dan
pembagian bilangan tiga angka.
Hal
tersebut
ditunjukkan
dengan peningkatan nilai siswa yaitu
pada siklus I memperoleh rata-rata
sebesar 67,83 dengan pencapaian
ketuntasan belajar 58,33%. Pada
siklus II memperoleh rata-rata 68,26
dengan
pencapaian
ketuntasan
belajar 81,53%, pada siklus III
memperoleh nilai rata-rata 83,91
dengan persentase yang meningkat
91,71%. Peningkatan hasil belajar
siswa terjadi karena di dalam model
pembelajaran kooperatif tipe NHT,
siswa lebih termotivasi dan aktif
dalam pembelajaran.
Sebelum
diterapkan
pembelajaran
menggunakan
pembelajaran
kooperatif
tipe
Numbered Heads Together (NHT),
pembelajaran Matematika di kelas III
kurang menarik terlihat dari banyak
siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM. Pada pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung siswa lebih
aktif, tidak menegangkan sehingga
siswa tidak terlihat membosankan
melainkan membuat siswa lebih
bergairah untuk belajar, karena
pembelajaran kooperatif tipe NHT
mampu membuat suasana belajar
yang
menyenangkan.
*Silvia Riani Rosmawar S adalah Mahasiswa Pgsd Universitas Islam “45” Bekasi
*Rima Rikmasari adalah Dosen Pgsd Universitas Islam “45” Bekasi
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
50
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ridwan Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi
Aksara.
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:
Gaung
Persada Press Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Musfiqon. 2013. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pusataka Belajar.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencan Prenada Media Group.
Siregar, Eveline dkk. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Jica-Imstep Project.
Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Madani.
Sundayana, Rostina. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta CV.
Supardi, Syarifudin, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sutikno, Sorby. 2013. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang Berhasil. Lombok: Holistica.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
PEDAGOGIK Vol. V, No. 1, Februari 2017
51
Download